bab i pendahuluan 1.1. latar belakangeprints.umm.ac.id/50413/2/bab i.pdfmenjadikan banyuwangi...

29
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada penelitian ini penulis hendak mengkaji tentang masalah pembangunan di negara berkembang yang menaruh perhatian utama pada peran Pemerintah Daerah (PEMDA) dalam merespon situasi internasional. Penelitian ini selanjutnya akan membahas bagaimana pariwisata menjadi sebuah isu transnasional yang mampu menstimulasi pemerintah daerah di Indonesia untuk turut serta membangun industri pariwisata. Pariwisata diyakini sebagai salah satu sektor ekonomi rill yang telah memberikan kontribusi besar bagi kesejahteraan beberapa negara di dunia. Hal tersebut dibuktikan dengan tahannya sektor ini dari berbagai hantaman isu krisis ekonomi, seperti contoh, pada tahun 1950, jumlah total wisatawan mancanegara yang tersebar di seluruh dunia hanya 25 juta saja. Angka tersebut terus meningkat, menjadi 2278 juta pada dekade 1980 an, 528 juta pada dekade 1990 an dan 1,1 Milyar pada wal dekade 2010 an. Peningkatan jumlah wisatawan mancanegara di seluruh dunia ini menjadi bukti kuatnya industri pariwisata, mengingat, sejak tahun 1950, dunia telah mengalami beberapa kali krisis ekonomi, seperti Japan Sinks pada tahun 1997, krisis Asia pada 1998, dan Krisis Amerika Serikat yang berlanjut ke Eropa pada tahun 2008. 1 1 Pemkab Banywangi, Bukan Cuma Wisata Biasa, 2017, h. 13

Upload: others

Post on 29-Aug-2020

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/50413/2/BAB I.pdfmenjadikan Banyuwangi sebagai pemenang UNWTO Award for Innovation in Public Policy and Governance 2015, mengalahkan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pada penelitian ini penulis hendak mengkaji tentang masalah pembangunan

di negara berkembang yang menaruh perhatian utama pada peran Pemerintah

Daerah (PEMDA) dalam merespon situasi internasional. Penelitian ini selanjutnya

akan membahas bagaimana pariwisata menjadi sebuah isu transnasional yang

mampu menstimulasi pemerintah daerah di Indonesia untuk turut serta membangun

industri pariwisata.

Pariwisata diyakini sebagai salah satu sektor ekonomi rill yang telah

memberikan kontribusi besar bagi kesejahteraan beberapa negara di dunia. Hal

tersebut dibuktikan dengan tahannya sektor ini dari berbagai hantaman isu krisis

ekonomi, seperti contoh, pada tahun 1950, jumlah total wisatawan mancanegara

yang tersebar di seluruh dunia hanya 25 juta saja. Angka tersebut terus meningkat,

menjadi 2278 juta pada dekade 1980 an, 528 juta pada dekade 1990 an dan 1,1

Milyar pada wal dekade 2010 an. Peningkatan jumlah wisatawan mancanegara di

seluruh dunia ini menjadi bukti kuatnya industri pariwisata, mengingat, sejak tahun

1950, dunia telah mengalami beberapa kali krisis ekonomi, seperti Japan Sinks pada

tahun 1997, krisis Asia pada 1998, dan Krisis Amerika Serikat yang berlanjut ke

Eropa pada tahun 2008.1

1 Pemkab Banywangi, Bukan Cuma Wisata Biasa, 2017, h. 13

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/50413/2/BAB I.pdfmenjadikan Banyuwangi sebagai pemenang UNWTO Award for Innovation in Public Policy and Governance 2015, mengalahkan

2

Isu transnasional dari beberapa organisasi internasional seperti UNWTO

telah menjadi salah satu instrumen penggerak pembangunan sektor pariwisata di

Indonesia. Ban Ki Moon dalam pidatonya untuk United Nations World Tourism

Organization (UNWTO) pada 2015 menyatakan bahwa setiap negara mempunyai

potensi pariwisata berbeda-beda yang harus terus dikembangkan guna menarik

jumlah wisatawan dan investor. Dia menambahkan Aset pariwisata merupakan aset

ekonomi negara yang harus terus dijaga, karena selain dapat memberikan kontribusi

kepada penduduk negara tersebut, sektor pariwisata juga memberikan kontribusi

terhadap penduduk dunia lainnya. Data UNWTO pada pada tahun 2015

menyebutkan bahwa sektor pariwisata di seluruh dunia telah membuat peningkatan

mobilisasi wisatawan hingga 1 milyar wisatawan (dari ±7 milyar populasi

penduduk dunia). Mobilisasi ini telah memberikan kontribusi sebesar 10% dari

jumlah global Gross Domestic Product (GDP) dan peningkatan 6% dari jumlah

total ekspor dunia.2

Di Indonesia, industri pariwisata juga menempati posisi ke 5 sebagai

penyumbang devisa terbesar. Sebagai salah satu anggota UNWTO, Indonesia juga

mempunyai komitmen secara berkelanjutan dan inklusif dalam pengembangan

industri pariwisata.3 Hal inilah yang lantas menurut penulis membuat daerah-daerah

di Indonesia juga berlomba-lomba dalam mengembangkan industri pariwisatanya

secara kreatif dan inklusif pasca otonomi daerah.

2Official Messages on World Tourism Day: Message by UN Secretary-General Ban Ki-moon,

UNWTO, diakses dalam http://wtd.unwto.org/content/official-messages-world-tourism-day,

(28/6/2016, 22:00 WIB) 3Mikhail, Pariwisata Sebagai Pendorong Pertumbuhan Ekonomi, Vanuemagz, diakses dalam

http://www.venuemagz.com/artikel/news/2015/9/pariwisata-sebagai-pendorong-pertumbuhan-

ekonomi/, (28/6/2016, 11:20 WIB)

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/50413/2/BAB I.pdfmenjadikan Banyuwangi sebagai pemenang UNWTO Award for Innovation in Public Policy and Governance 2015, mengalahkan

3

Pemberlakuan sistem otonomi daerah yang diatur dalam Undang-Undang

(UU) Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintah daerah telah banyak membawa

perubahan yang signifikan dalam pembangunan daerah di Indonesia. Pemberlakuan

Otonomi Daerah (OTODA) mengharuskan Pemerintah Daerah diberikan

kewenangan oleh Pemerintah Pusat untuk mengembangkan daerahnya secara

kreatif dan mandiri. Pembangunan berbasis OTODA, PEMDA dianggap jauh lebih

paham akan potensi yang dimiliki daerahnya serta dianggap lebih memahami

permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh masyarakatnya. OTODA

diharapkan membuat pembangunan daerah lebih berorientasi kepada potensi

daerah, dengan mendorong partisipasi masyarakat untuk lebih aktif. Sesuai dengan

semangat OTODA tersebut, baik Pemerintah Provinsi (PEMPROV) maupun

PEMDA diseluruh Indonesia melakukan terobosan dalam segi pembangunan guna

meningkatkan pertumbuhan perekonomiannya.4

Salah satu contoh daerah yang berhasil dalam pembangunan adalah

Kabupaten Banyuwangi, hal ini didasarkan pada laporan tahunan UNWTO yang

menjadikan Banyuwangi sebagai pemenang UNWTO Award for Innovation in

Public Policy and Governance 2015, mengalahkan program inovasi pemerintah

pusat Kenya di urutan kedua, dan inovasi pariwisata pemerintah pusat Puerto Rico

di posisi ketiga.5

4Budi Winarno, 2008, Globalisasi Peluang Atau Ancaman Bagi Indonesia, Jakarta: ERLANGGA,

hal. 36. 5 UNWTO, Annual Report 2015, h. 12

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/50413/2/BAB I.pdfmenjadikan Banyuwangi sebagai pemenang UNWTO Award for Innovation in Public Policy and Governance 2015, mengalahkan

4

. Semenjak tahun 2011 hingga tahun 2014 track record laju pertumbuhan

ekonomi Banyuwangi terus mengalami peningkatan diatas 6,5 persen.6 Angka

tersebut berada diatas target pertumbuhan nasional yang diproyeksi hanya akan

tumbuh sekitar 5,4 persen 5,8 persen pada tahun 2014.7 Hal ini menjadi tolak ukur

keberhasilan pelaksanaan pembangunan daerah pada masa otomomi daerah

(OTODA) . Lebih lanjut dalam industri pariwisata, tolak ukur keberhasilan juga

dapat dilihat dari seberapa banyak jumlah arus wisatawan yang masuk, hal ini

dikarenakan para wisatawan akan membutuhkan serangkaian komponen pariwisata

yang meliputi: 1) Objek dan daya tarik wisata, 2) Akomodasi, 3)Angkutan wisata,

4)Sarana dan fasilitas wisata, serta yang kelima 5) Prasarana wisata.8

Pemerintahan Kabupaten Banyuwangi di bawah kepemimpinan Bupati

Abdullah Azwar Anas, menempatkan sektor pariwisata sebagai lokomotif

pembangunan, sejajar dengan industri UMKM dan pertanian.9 Pertimbangan

tersebut bukan tanpa alasan, karena keindahan alam yang dimiliki sangat berpotensi

untuk dijadikan destinasi pariwisata. Selain menawarkan keindahan alam dari

Triangle Diamonds yang meliputi Kawah Ijen,10 Pantai Pelengkung (G-Land) dan

Pantai Sukamade demi meningkatkan jumlah wisatawan, Kabupaten Banyuwangi

6Banyuwangi Optimis Pertumbuhan Ekonomi Daerah 2016 Capai 6,45 Persen, diakses dalam

http://banyuwangikab.go.id/berita-daerah/banyuwangi-optimis-pertumbuhan-ekonomi-daerah-

2016-capai-645-persen.html (5/4/2016, 23:38 WIB) 7Aria W. Yudhistira, BI Turunkan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi 2015, diakses dalam

http://katadata.co.id/berita/2015/06/18/bi-turunkan-proyeksi-pertumbuhan-ekonomi-2015

(5/4/2016, 23:40 WIB) 8Sedarmayanti, 2014, Membangun & Mengembangkan Kebudayaan & Industri Pariwisata,

Bandung: Refika Aditama, hal. 28. 9 Abdullah Azwari Anas, Memajukan Pariwisata Daerah: Strategi dari Banyuwangi, 2016, h. 3 10 Istilah Triangel Diamonds merupakan branding yang dilakukan oleh PEMDA Banyuwangi untuk

mengenalkan tiga tempat wisata unggulannya kepada publik. Dari ketiga tempat tersebut apabila

ditarik garis lurus yang saling menghubungkan maka akan membentuk sebuah gambar segitiga.

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/50413/2/BAB I.pdfmenjadikan Banyuwangi sebagai pemenang UNWTO Award for Innovation in Public Policy and Governance 2015, mengalahkan

5

juga setiap tahunnya menggelar berbagai event berskala nasional maupun

internasional yang disebut Banyuwangi Festival (B-Fest).11

Hasil dari upaya tersebut Kabupaten Banyuwangi sekarang menjadi

destinasi yang cukup diminati baik oleh wisatawan nusantara (WINUS) maupun

wisatawan mancanegara (WISMAN), dan stigma terhadap Kabupaten Banyuwangi

sebagai kota yang mistis juga mulai luntur.12 Data statistik lima tahun terakhir

menunjukan kunjungan WINUS melonjak 161 persen, dari sebelumnya 651.500

orang di tahun 2010, menjadi 1.701.230 orang pada tahun 2015, untuk WISMAN

meningkat 210 persen dari kisaran 13.200 orang ditahun 2010, menjadi 41.000 pada

akhir 2015.13

Keberhasilan PEMDA Banyuwangi dalam meningkatkan wisatawan untuk

datang, tidak terlepas dari diplomasi publik yang dilakukan oleh Pemerintah

Banyuwangi dengan berbagai aktor hubungan internasional, dan kegiatan promosi

di berbagai kesempatan seperti forum internasional. Selain terjadi peningkatan

wisatawan, strategi yang dilakukan oleh Pemkab Banyuwangi juga berdampak pada

peningkatan investasi. Pada tahun 2014 jumlah investasi yang masuk di

Banyuwangi mencapai Rp 3,4 triliun, meningkat hingga 180 persen dibanding

11Aulia, Indahnya Panorama Triangle Of Diamond Banyuwangi, diakses dalam

http://bappeda.banyuwangikab.go.id/web/news429-indahnya-panorama-triangle-of-diamond-

banyuwangi (13/4/2016, 13:25 WIB) 12 Isltilah mistis di Banyuwangi lebih mengarah kepada Santet. Pengertian santet sendiri dalam

Kamus Besar bahasa Indonesia artinya adalah perbuatan yang ajaib yang dilakukan dengan pesona

dan kekuatan gaib (guna-guna, mantra, dan sebagainya). Dulunya julukan yang melekat di

Bayuwangi adalah kota santet. Julukan tersebut berlaku turun menurun dan seperti mengakar di

masyarakat Indonesia, bahkan ketika mendengar istilah Banyuwangi mereka seketika menjadi takut.

Namun berkat keberhasilan pembangunan pariwisatanya sekarang stigma tersebut sudah tergantikan

dengan julukan Sunrise of Java, bahkan julukan itu sampai terkenal ke dunia Internasional. 13Syamsul Arifin, Kunjungan Wisata ke Banyuwangi Terus Meroket, diakses dalam

http://www.timesindonesia.co.id/baca/115303/20160121/190447/kunjungan-wisata-ke-

banyuwangi-terus-meroket/ (8/4/2016, 20:15 WIB)

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/50413/2/BAB I.pdfmenjadikan Banyuwangi sebagai pemenang UNWTO Award for Innovation in Public Policy and Governance 2015, mengalahkan

6

tahun 2012 yang sebesar Rp 1,1 triliun. Jika dibandingkan dengan 2010

investasinya hanya Rp 272 miliar, investasi di Banyuwangi melonjak drastis hampir

1.100 persen.14 Para Investor ini terdiri dari investor Asing maupun investor dalam

negeri.

Upaya pengembangan pariwisata sejatinya selain untuk mendatangkan

investor dan wisatawan, namun juga diharapkan mampu meningkatkan sektor

pertanian, dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Bupati Banyuwangi

Abdullah Azwar Anas menargetkan sektor pertanian Banyuwangi pada tahun 2010-

2015 akan terintegrasi dengan UMKM, dan pariwisata. Pertanian akan dijadikan

sebagai obyek wisata alternatif, sementara produk hasil olahan pertanian dijadikan

buah tangan para wisatawan. UMKM sengaja diintegrasikan dengan sektor

pariwisata, karena UMKM mempunyai kontribusi besar dalam roda ekonomi suatu

daerah, selain itu kemudahan operasionalisasi UMKM juga menjadi nilai lebih bagi

sektor ekonomi ini.15

Integrasi antara pengembangan sektor pariwisata, UMKM atau industri

kreatif dan pertanian amat sesuai dengan Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah (RPJMD) kabupaten Banyuwangi tahun 2010-2015. Pariwisata, Pertanian

dan UMKM di Banyuwangi telah dimasukkan sebagai 3 sektor prioritas unggulan

dalam RPJMD yang bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat Banyuwangi dan

pembangunan daerah. Berangkat dari latar belakang inilah kemudian penulis

14Banyuwangi Raih Regional Marketing Award 2015, diakses dalam

http://banyuwangikab.go.id/berita-daerah/banyuwangi-raih-regional-marketing-award-2015.html

(15/4/2016, 20:29 WIB) 15RPJMD Banyuwangi, PEMKAB Banyuwangi, diakses dalam

http://banyuwangikab.go.id/media/perencanaan_anggaran/pdf/BAB_I_PENDAHULUAN.pdf,

(26/7/2016, 15:00 WIB)

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/50413/2/BAB I.pdfmenjadikan Banyuwangi sebagai pemenang UNWTO Award for Innovation in Public Policy and Governance 2015, mengalahkan

7

mengambil judul penelitian Strategi Pembangunan Pariwisata Banyuwangi dan

Pengaruhnya Terhadap Usaha Mikro Kecil Dan Menengah.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian

ini adalah: Bagaimana dampak strategi pembangunan pariwisata Banyuwangi

terhadap potensi Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (UMKM) ?

1.3. Tujuan dan Manfaat Akademis

1.3.1. Tujuan Penelitian

1. Memahami Kebijakan pembangunan industri pariwisaata Banyuwangi

pada era bupati Abdullah Azwari Anas.

2. Menggambarkan pengaruh positif strategi pariwisata Banyuwangi

terhadap potensi UMKM

1.3.2. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian yang diharapkan dari hasil penelitian ini, penulis bagi

dalam dua aspek, yaitu:

1.3.2.1. Manfaat Akademis

Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu memperkaya wacana dan

pemenuhan referensi keilmuan bagi mahasiswa ilmu hubungan internasional

khususnya, dan masyarakat luas pada umumnya yang berhubungan dengan

persoalan kepariwisataan dengan pelaku usaha mikro kecil dan menengah.

1.3.2.2. Manfaat Praktis

Adanya penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi Pemerintah

maupun stakeholder dalam membangun sektor pariwisata dan UMKM yang

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/50413/2/BAB I.pdfmenjadikan Banyuwangi sebagai pemenang UNWTO Award for Innovation in Public Policy and Governance 2015, mengalahkan

8

berdaya saing, dan berorientasi terhadap pertumbuhan ekonomi juga kesejahteraan

masyarakat.

1.4. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu diperlukan sebagai referensi tambahan dan

perbandingan terkait isu-isu yang sama atau hampir sama dengan penelitian yang

penulis ambil. Penelitian terdahulu juga diperlukan untuk menguatkan orisinalitas

penelitian penulis dan mempermudah penulis dalam merampungkan sebuah

penelitian. Dalam penelitian ini, penulis akan menguraikan lima penelitian

terdahulu yang selanjutnya akan penulis rangkum dalam sebuah tabel agar nantinya

akan lebih mudah dimengerti oleh pembacanya. Berikut uraian lima penelitian

terdahulu penulis:

Penelitian terdahulu pertama adalah tulisan dari Ari Waskito, mahasiswa

jurusan Ilmu Hubungan Internasional Universitas Mulawarman. Penelitian ini

diambil dari jurnal pada tahun 2013 yang berjudul Dampak Investasi Asing

Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Di Kepulauan Derawan.16

Penelitian ini menggunakan konsep investasi asing sebagai alat analisa. Dalam

penelitian ini dijelaskan bahwa keberadaan investasi asing amat memberikan

pengaruh yang amat besar bagi perekonomian dan kehidupan sosial masyarakat

kepulauan Derawan.

Pada mulanya Perekonomian masyarakat di kepulauan Derawan sebelum

adanya investasi asing dan pengembangan pariwisata berbasis masyarakat sebagian

16Ari Waskito, Dampak Investasi Asing Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Di

Kepulauan Derawan, 11, jurnal Vol. 1, No. 1, Jurusan Hubungan Internasional, Univ. Mulawarman,

2013, Diakses dalam: http://ejournal.hi.fisip-unmul.ac.id/site/wp-content/uploads/2013/03/2.Hal_.-

15-24.pdf, (30/5/2016, 20:23 WIB)

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/50413/2/BAB I.pdfmenjadikan Banyuwangi sebagai pemenang UNWTO Award for Innovation in Public Policy and Governance 2015, mengalahkan

9

besar adalah nelayan, yaitu dengan mencari telur penyu, budidaya tambak, buruh

kayu, dan pembuat perahu. Akan tetapi kemudian beberapa mata pencaharian dari

masyarakat ini dianggap merusak ekosistem yang ada sehingga kemudian dilarang

seperti penangkapan ikan menggunakan potassium dan pengambilan telur-telur

penyu, lambat-laun seiring dengan perkembangan pariwisata dan banyaknya

wisatawan asing yang datang kemudian mulai terjadi adanya diversifikasi mata

pencaharian.

Investasi asing di kepulauan Derawan terdiri dari berbagai macam fasilitas

bagi para wisatawan seperti cottage, dermaga dan resort. Fasilitas-fasilitas inilah

yang selanjutnya menjadi nilai lebih bagi pariwisata di kepulauan Derawan. Dengan

melonjaknya wisatawan seiring banyaknya fasilitas dari investasi asing,

pencaharian masyarakat yang sebelumnya sangat bersifat konvensional, kini

mengalami transformasi pada pencaharian yang lebih merujuk pada jasa layanan

wisatawan, seperti tour guide, drive guide, boat guide, penjual makanan dan

cinderamata.

Penelitian tidak hanya memaparkan dampak positif investasi asing bagi

masyarakat kepulauan Derawan, melainkan dampak negatif dari berkembangnya

sektor pariwisata di kepulauan Derawan. Dampak negatif tersebut berkaitan dengan

manajemen kebersihan dan pengolahan sampah. Kepulauan yang amat indah ini

kini dipenuhi dengan tumpukan sampah para wisatawan yang tidak terurus. Peran

serta pemerintah daerah dan pemilik aset tentunya amat diperlukan guna menunjang

kebersihan area wisata di kepulauan Derawan ini.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/50413/2/BAB I.pdfmenjadikan Banyuwangi sebagai pemenang UNWTO Award for Innovation in Public Policy and Governance 2015, mengalahkan

10

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian penulis terdapat pada konsep

yang digunakan. Konsep dalam penelitian ini menggunakan konsep investasi asing

dan pariwisata. Meski memiliki pola yang sama dalam membahas seputar

pariwisata, namun penelitian ini hanya berfokus pada aspek investasi asing yang

dalam dunia pariwisata, sedangkan penelitian penulis menggnunakan konsep

diplomasi publik secara luas dalam industri pariwisata di sebuah daerah.

Persamaannya terdapat pada pola besar pariwisata.

Penelitian kedua penulis merupakan jurnal asing yang berjudul Research On

The Trends In Milk Production And Consumption In Rumania. Penelitian ini ditulis

oleh Agatha Popescu.17 Inti dari pembahasan penelitian ini adalah upaya

pemerintah Rumania dalam mengembangkan produksi susu olahan, sebagai salah

satu penyumbang devisa terbesar bagi negara pada tahun 2007 hingga 2012.

Rumania sendiri merupakan salah satu negara yang mempunyai banyak

produsen susu olahan. Susu olahan ini biasanya akan diolah menjadi susu siap saji,

yogurt, keju dan mentega. Banyaknya industri pengolahan susu di Rumania

disebabkan budaya konsumsi susu di negara ini yang terus dilestarikan. Sejak

industri susu lokal mengalami sedikit penurunan sejak 2007, pemerintah melakukan

beberapa upaya, diantaranya memperbaiki kemasan olahan susu agar lebih tahan

lama dan sebanding dengan susu impor. Pemerintah mengupayakan industri susu

di Rumania tetap maju karena industri ini mempunyai peranan penting dalam

ekonomi Rumania.

17Agatha Popescu, Research On The Trends In Milk Production And Consumption In Romania,

jurnal Vol. 15 No. 1, Universitas Agrikultur Rumani, 2015. Diakses dalam:

https://doaj.org/article/096302e863674447943fbf9f5cfc2e15, (30/5/2016, 21:00 WIB)

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/50413/2/BAB I.pdfmenjadikan Banyuwangi sebagai pemenang UNWTO Award for Innovation in Public Policy and Governance 2015, mengalahkan

11

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian penulis terdapat pada tema besar

pembahasan. Tema besar pembahasan ini adalah food industries, sedangkan

penelitian penulis adalah industri pariwisata. persamaannya terdapat apek kebijakan

publik yang ditujukan untuk meningkatkan produktivitas penduduk, dimana

pemerintah Rumania berusaha menjadikan industri susu sebagai industri penting

dalam kesejahteraan sosial dan ekonomi.

Penelitian ketiga adalah penelitian Hanny Aryunda yang berjudul Dampak

Ekonomi Pengembangan Kawasan Ekowisata Kepulauan Seribu. Penelitian ini

berbentuk jurnal yang diterbitkan oleh jurusan Magister Rencana Kota Institut

Teknologi Bandung.18 Penelitian ini berisi tentang inovasi perencanaan konsep dan

dampak ekowisata di kepulauan seribu.

Dalam penelitian ini disebutkan bahwa pariwisata tidak hanya memberikan

dampak positif bagi ekonomi pembangunan, melainkan juga memberikan beberapa

dampak negatif. Penelitian ini hanya menyebutkan 6 garis besar dari dampak

negatif pengembangan pariwisata.

Dampak negatif yang pertama adalah bahaya ketergantungan

(overdependence). Beberapa daerah tujuan wisata menjadi sangat tergantung dari

kepariwisataan untuk kehidupannya. Hal ini menjadikan wisatawan sangat rentan

terhadap perubahan permintaan wisata. Pariwisata merupakan industri yang

dipengaruhi oleh banyak hal, seperti harga, gaya hidup, politik, dan ketersediaan

18Hanny Aryunda, Dampak Ekonomi Pengembangan Kawasan Ekowisata Kepulauan Seribu,

jurnal, jurnal perencanaan wilayah dan kota, Vol. 22, No. 1, Institut Teknologi Bandung, April

2011, diakses dalam: http://www.sappk.itb.ac.id/jpwk/wp-content/uploads/2014/02/03-Jurnal-1-

Hanny.pdf, (30/5/2016, 21:47 WIB)

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/50413/2/BAB I.pdfmenjadikan Banyuwangi sebagai pemenang UNWTO Award for Innovation in Public Policy and Governance 2015, mengalahkan

12

energi. Apabila faktor-faktor itu mengganggu kepariwisataan, maka masyarakat

yang menggantungkan hidup pada pariwisata akan terganggu.

Dampak negatif yang kedua adalah peningkatan inflasi dan nilai lahan. Ada

kemungkinan lain yang membawa kehidupan masyarakat di daerah tujuan wisata

menjadi lebih buruk. Inflasi dan peningkatan nilai lahan di daerah tujuan wisata

menjadi konsekuensi dari pengembangan pariwisata. Resiko wisatawan membeli

lahan dengan harga yang tinggi menjadi ancaman bagi masyarakat setempat. Harga

di daerah tujuan wisata menjadi berkali-kali lipat karena wisatawan mampu

membeli dengan harga yang lebih tinggi. Masyarakat pun harus menguras uang

yang lebih dalam untuk mendapatkan kebutuhannya.

Dampak negatif ketiga adalah peningkatan frekuensi impor. Wisatawan

datang dari berbagai negara yang membawa kebiasaan sehari-hari ke destinasi

wisata sehingga penyedia jasa dan produk wisata harus menyesuaikan dan

menyediakan kebutuhan tersebut. Akibatnya, pengusaha pariwisata harus

mengimpor produk dan jasa yang dibutuhkan oleh wisatawan. Sebagai contoh,

wisatawan Eropa terbiasa minum anggur (wine), sementara Indonesia bukan negara

penghasil minuman tersebut sehingga pengusaha pariwisata harus mengimpor dari

negara di tempat produk tersebut dihasilkan.

Dampak negatif keempat adalah produk musiman. Sifat pariwisata

tergantung dari musim. Ketika musim sepi kunjungan, wisatawan jarang

berkunjung sehingga penghasilan penduduk berkurang. Produsen yang

mengandalkan kehidupan penjualannya sepenuhnya di industri pariwisata akan

mengalami masalah keuangan.

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/50413/2/BAB I.pdfmenjadikan Banyuwangi sebagai pemenang UNWTO Award for Innovation in Public Policy and Governance 2015, mengalahkan

13

Dampak negatif kelima adalah pengembalian modal lambat (low rate return

on investment). Industri pariwisata merupakan industri dengan investasi yang besar

dan pengembalian modal yang lambat. Hal ini menyebabkan kesulitan bagi

pengusaha pariwisata dalam mendapatkan pinjaman untuk modal usaha.

Dampak negatif terakhir adalah mendorong timbulnya biaya eksternal lain.

Pengembangan pariwisata menyebabkan munculnya biaya eksternal lain bagi

penduduk di daerah tujuan wisata, seperti biaya kebersihan lingkungan, biaya

pemeliharaan lingkungan yang rusak akibat aktivitas wisata, dan biaya peluang lain.

Untuk meminimalisir dampak negatif inilah, maka muncullah inisiatif

ekowisata untuk kepulauan seribu. Ekowisata sendiri berbeda dengan

pengembangan pariwisata konvensional yang lebih bersifat eksploitatif. Ekowisata

lebih bersifat ramah ekosistem dan minim penggunaan alat-alat berat yang bersifat

merusak ekosistem.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian penulis, terdapat pada konsep

yang digunakan, yaitu konsep ekowisata serta dampaknya terhadap kelestarian aset

pariwisata. Aspek mempertahankan dan membatasi eksploitasi tempat pariwisata

menjadi fokus utama dalam penelitian ini, sedangkan penelitian penulis membahas

seputar upaya pemkab Banyuwangi dalam membangun pariwisata di kabupaten ini,

guna meningkatkan kesejahteraan sosial masyarakat. Sekali lagi, tema besar

pariwisata adalah persamaan penelitian ini dengan penelitian penulis.

Penelitian keempat adalah penelitian yang ditulis oleh Istijabatul Aliyah, Tri

Joko Daryanto dan Murtanti Jani Rahayu. Penelitian ini berjudul Peran Pasar

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/50413/2/BAB I.pdfmenjadikan Banyuwangi sebagai pemenang UNWTO Award for Innovation in Public Policy and Governance 2015, mengalahkan

14

Tradisional Dalam Mendukung Pengembangan Pariwisata Kota Surakarta.19

Penelitian ini menjelaskan slah satu aspek yang dapat mendukung kemajuan

industri pariwisata di Kota Surakarta. Aspek tersebut adalah pasar tradisional.

Sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Propinsi Jawa Tengah, Kota

Surakarta memiliki Pasar Tradisional sebagai sosial budaya yang khas dan beragam

yang berpotensi untuk dijadikan komoditas unggulan pariwisata dan menjadi prime

mover perekonomian daerah. Pemilihan bidang pariwisata sebagai sektor

pengembangan wilayah bagi Kota Surakarta dinilai sangat strategis, karena kondisi

dan karakteristik wilayah Kota Surakarta yang sarat dengan sumber daya lokal baik

alam maupun budaya tersebut. Dalam konteks pembangunan Kota Surakarta,

pariwisata diharapkan mampu menjadi generator untuk mengembangkan

perekonomian daerah, merevitalisasi budaya lokal, serta melestarikan pasar

tradisional. Pembangunan pariwisata di Kota Surakarta tersebut juga diharapkan

dapat membuka peluang berusaha yang lebih besar sehingga pada akhirnya dapat

meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Penelitian ini menyebutkan bahwa pasar-pasar tradisional di Surakarta

seperti pasar Klewer, pasar Gede, pasar Legi dan pasar-pasar lainnya telah

menyumbangkan 30 persen pendapatan daerah di Surakarta. Dinilai dari jumlah

konsumen, ternyata konsumen masyarakat asli Surakarta dan wisatawan domestik

serta wisatawan asing sama-sama memberikan kontribusi berimbang. Hal ini

19Istijabatul Aliyah, Tri Joko Daryanto dan Murtanti Jani Rahayu, Pasar Tradisional Dalam

Mendukung Pengembangan Pariwisata Kota Surakarta, working paper, No. 2, Gema teknik, Univ.

Sebelas Maret, Juli 2007, diakses dalam:

http://ced.petra.ac.id/index.php/gem/article/view/17613/17528, (30/5/2016, 22:13 WIB)

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/50413/2/BAB I.pdfmenjadikan Banyuwangi sebagai pemenang UNWTO Award for Innovation in Public Policy and Governance 2015, mengalahkan

15

menunjukkan bahwa pasar tradisional dapat menjadi penunjang pembangunan

pariwisata dan ekonomi di kota Surakarta.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian penulis terdapat pada konsep

yang digunakan. Konsep dalam penelitian ini menggunakan konsep pasar

tradisional dan pariwisata. Meski memiliki pola yang sama dalam membahas

seputar pariwisata, namun penelitian ini hanya berfokus pada pengembangan pasar

tradisional di Surakarta, sedangkan penelitian penulis lebih membahas upaya

Pemerintah Daerah secara komprehensif dalam bidang pariwisata. Persamaannya

terdapat pada pola besar pariwisata, dan sedikit aspek pengaruh terhadap UMKM

yang ditimbulkan oleh pelestarian dan pemeliharaan pasar tradisional di Surakarta

dalam dunia pariwisata yang merubah kehidupan sosial penduduk setempat.

Penelitian terakhir adalah penelitian Tamara Nadya Citra Ayu yang berjudul

Peran International Non-Governmental Organizations (INGO) Swisscontact dalam

Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Melalui Pariwisata.20 Penelitian

menggunakan konsep INGO dan kerjasama Internasional. Penelitian ini berisi

tentang kontribusi INGO Swisscontact dalam memberdayakan SDM Indonesia

melalui kerjasama di bidang pariwisata.

Swisscontact merupakan INGO yang salah satu proyeknya bergerak pada

bidang pariwisata untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat Indonesia. Salah

satu program yang di kerjakan oleh Swisscontact di bidang pariwisata adalah

20Tamara Nadya Citra Ayu, Peran International Non-Governmental Organizations (INGO) Swiss

Contact dalam Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Melalui Pariwisata, Jurnal, Vol. 6, No. 11,

Univ. Pelita Harapan, 2014, Diakses dalam:

http://dspace.library.uph.edu:8080/bitstream/123456789/2851/1/vjhi-06-11-2014-

peran_international_non-governmental_organizations.pdf, (30/5/2016, 21:51 WIB)

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/50413/2/BAB I.pdfmenjadikan Banyuwangi sebagai pemenang UNWTO Award for Innovation in Public Policy and Governance 2015, mengalahkan

16

proyek wisata yang diimplementasikan pada daerah-daerah seperti Wakatobi,

Tanjung Puting, Flores, dan Toraja. Tujuan utama program ini adalah memberikan

kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia melalui sustainable tourism,

sehingga dapat membuka lapangan pekerjaan yang berdampak pada meningkatnya

pendapatan pada masyarakat lokal. Peningkatan daya saing (competitiveness)

destinasi wisata daerah menjadi fokus utama Swisscontact dalam program

sustainable tourism. Sehingga daerah tersebut dapat bersaing dengan destinasi

wisata lainnya. Selain itu Swisscontact Wisata juga bekerjasama dengan Institusi

Pendidikan Tinggi dibawah Kementrian Pariwisata yaitu Sekolah Tinggi Pariwisata

Bandung, Bali, dan Akademi Pariwisata Makasar untuk mencetak sumber daya

manusia yang unggul yang dapat mengembangkan destinasi wisata di Indonesia.

Hal ini akan berdampak pada pemberdayaan manusia di daerah-daerah dengan

terbukanya lapangan pekerjaan melalui Destionation Management Organization

(DMO).

Menciptakan kesadaran akan pariwisata melalui pemasaran merupakan

fokus utama dari DMO. Salah satu caranya adalah dengan mengadakan pameran

tour internasional. INGO Swisscontact yang berlokasi di Bali ini memfasilitasi

DMO untuk membuka banyak jaringan ke operator wisata asing untuk

mempromosikan destinasi wisata-wisata di Indonesia. Mereka akan mencari

destinasi wisata yang berpotensi untuk menjadi destinasi wisata di Indonesia.

Setelah itu, mereka akan melakukan observasi terhadap daerah wisata tersebut,

seperti bagian mana di daerah tersebut yang bisa dikembangkan dan di budidayakan

komunitas lokalnya. Atraksi pada daerah tersebut bisa menjadi hal penting. Seperti

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/50413/2/BAB I.pdfmenjadikan Banyuwangi sebagai pemenang UNWTO Award for Innovation in Public Policy and Governance 2015, mengalahkan

17

contoh kerajinan tangan setempat, arsitektur bangunan, tarian tradisional, atau

tempat yang layak dijadikan destinasi untuk olahraga seperti mendaki atau

menyelam. Lalu atraksi-atraksi tersebut dapat dipromosikan melalui pameran

wisata internasional untuk menarik perhatian konsumen.

Meski sama-sama memiliki unsur pembahasan pariwisata, penelitian ini

merupakan penelitian yang mempunyai perbedaan cukup jauh dengan penelitian

penulis. Penelitian ini membahas seputar peran INGO asing dalam dunia pariwisata

dan pemberdayaan SDM yang edukatif. Persamaannya terdapat pada kerjasama

internasional dalam hal pariwisata yang nanti juga akan sedikit dibahas dalam

penelitian penulis.

Tabel 1 Penelitian Terdahulu

No. Penulis/Judul

Penelitian

Alat Analisa Isi Penelitian

1 Ari Waskito/Dampak

Investasi Asing

Terhadap Kehidupan

Sosial Ekonomi

Masyarakat Di

Kepulauan Derawan.

Investasi Asing,

Pariwisata

Kontribusi Investasi

Asing terhadap

perkembangan

pariwisata di kepulauan

Derawan. Selain

berdampak pada

perkembangan fasilitas

dan infrastruktur area

kepulauan Derawan,

dalam penelitian ini

juga disebutkan bahwa

Investasi asing juga

menjadi nilai lebih

dalam memberikan

kontribusi

pemberdayaan SDM di

kepulauan Derawan.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/50413/2/BAB I.pdfmenjadikan Banyuwangi sebagai pemenang UNWTO Award for Innovation in Public Policy and Governance 2015, mengalahkan

18

2 Agatha Popescu/

Research On The

Trends In Milk

Production And

Consumption In

Rumania.

Konsep Food

industries, Pasar dan

Trickle down effect

Upaya pemerintah

Rumania dalam

pengembangan industri

susu olahan sebagai

salah satu aspek yang

paling berpengaruh

dalam kehidupan

ekonomi sosial

masyarakat Rumania.

3 Hanny Aryunda yang

/Dampak Ekonomi

Pengembangan

Kawasan Ekowisata

Kepulauan Seribu.

Pariwisata,Ekowisata Kelebihan

pengembangan

ekowisata di kepulauan

seribu. yang tidak

bersifat eksploitatif dan

merusak lingkungan

serta ekosistem

layaknya pariwisata

konvensional.

4 Tri Joko Daryanto dan

Murtanti Jani Rahayu/

Peran Pasar Tradisional

Dalam Mendukung

Pengembangan

Pariwisata Kota

Surakarta.

Pasar Tradisional,

Pariwisata

Pengaruh positif dari

pengembangan pasar

tradisional dalam

meningkatkan

kunjungan wisatawan

ke kota Surakarta.

5 Tamara Nadya Citra

Ayu/Peran

International Non-

Governmental

Organizations (INGO)

Swiss Contact dalam

Pemberdayaan Sumber

Daya Manusia Melalui

Pariwisata.

Non State Actor,

INGO

Kerjasama Internasional

antara Indonesia dan

salah satu INGO yang

disebut Swisscontact

dalam memberdayakan

SDM di Indonesia

melalui Pariwisata.

Swisscontact sendiri

merupakan INGO yang

salah satu proyeknya

bergerak pada bidang

pariwisata untuk

meningkatkan taraf

hidup masyarakat

Indonesia. Salah satu

program yang di

kerjakan oleh

Swisscontact dibidang

pariwisata adalah

proyek wisata.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/50413/2/BAB I.pdfmenjadikan Banyuwangi sebagai pemenang UNWTO Award for Innovation in Public Policy and Governance 2015, mengalahkan

19

1.5. Landasan Teori/ Konsep

1.5.1. Diplomasi Publik

Dalam merampungkan penelitian ini, penulis tentunya memilih landasan

konseptual yang sesuai untuk digunakan sebagai alat analisis dalam penelitian ini.

Landasan konseptual pertama yang penulis gunakan adalah konsep diplomasi

publik, sebuah sub konsep dari diplomasi yang umumnya digunakan sebagai upaya

dalam menginformasikan hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan nasional

sebuah negara pada dunia Internasional.

Menurut Wilson P. Dizard, diplomasi publik banyak diimplementasikan

oleh aktor-aktor negara untuk merefleksikan citra negaranya. Contohnya yang

paling banyak dikenal adalah diplomasi publik Amerika Serikat pada asa presiden

Bush pasca dekade 2000 an. Pada masa ini diplomasi publik Amerika Serikat begitu

gencar menggunakan instrumen media untuk menunjukkan komitmennya pada

dunia internasional dalam melawan tindakan terorisme. Mulai dari media cetak,

media TV, internet hingga industri hiburan Holywood juga berperan penting dalam

diplomasi publik Amerika Serikat pada saat itu. Dizard kemudian mendefinisikan

diplomasi publik sebagai upaya untuk meningkatkan level pemahaman khalayak

internasional atas citra sebuah negara, agar khalayak internasional dapat berpihak

pada negara tersebut. Diplomasi publik pada masa ini juga dikenal sebagai

instrument branding yang bertujuan memperkenalkan citra Amerika sebagai “polisi

dunia”21

21 Wilson P. Dizard, Inventing Public Diplomacy: The Story of the U.S. Information Agency,

London: Lynne Reinner Pubisher, 2004, h. 220-222

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/50413/2/BAB I.pdfmenjadikan Banyuwangi sebagai pemenang UNWTO Award for Innovation in Public Policy and Governance 2015, mengalahkan

20

Menurut J. Wang, Diplomasi publik diartikan sebagai proses komunikasi

pemerintah terhadap publik mancanegara yang bertujuan untuk memberikan

pemahaman atas negara, sikap, institusi, budaya, kepentingan nasional, dan

kebijakan -kebijakan yang diambil oleh negaranya. Eksistensi diplomasi publik

dalam khazanah politik global juga dianggap begitu penting, guna menghindari

miss persepsi khalayak internasional sekaligus sebagai ajang promosi citra sebuah

negara dari berbagai aspek. Target diplomasi publik secara umum merupakan

entitas publik, artinya seluruh masyarakat dunia, bukan entitas politik atau entitas

pemerintahan di negara lain.22

Menurut Esti Andayani, Duta Besar Indonesia untuk Italia pada tahun

2016 menyatakan bahwa aktor dalam diplomasi publik bukan hanya aktor Negara

di pemerintahan pusat, melainkan juga aktor dari sub pemerintahan, seluruh elemen

masyarakat sebuah negara, industri kreatif, media kreatif, para seniman dan warga

negara lainnya. Semua dapat berperan dalam diplomasi publik guna

memperkenalkan kearifan dan budaya sebuah negara yang masih belum diketahui

secara jelas oleh masyarakat internasional. Target dari diplomasi publik adalah

entitas publik internasional, bukan entitas politik internasional23

Seperti yang kita ketahui, dewasa ini, pembangunan sektor pariwisata

merupakan isu transnasional yang yang di dalamnya mencakup aspek ekonomi,

sosial-budaya dan aspek lingkungan. Menurut Laporan UNWTO, sektor pariwisata

22 J. Wang, dalam: Citra Hennida, Diplomasi Publik dalam Politik Luar Negeri, Departemen

Hubungan Internasional, FISIP, Universitaas Airlangga, Surabaya, 2014, h. 2 23 Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia,

Diplomasi Publik Berbasis Nilai-Nilai Unggul Indonesia, diakses dalam:

https://www.kemlu.go.id/id/berita/Pages/Diplomasi-Publik-Berbasis-Nilai-Nilai-Unggul-

Indonesia.aspx, 9 Maret 2019, pukul 17.00 WIB.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/50413/2/BAB I.pdfmenjadikan Banyuwangi sebagai pemenang UNWTO Award for Innovation in Public Policy and Governance 2015, mengalahkan

21

merupakan sektor yang paling potensial bagi setiap negara di dunia, karena

berdasarkan survei tahunan yang dilakukan UNWTO, jumlah mobilitas wisatawan

selalu bertambah setiap tahunnya, maka selama masih ada keinginan orang untuk

mencari tahu area wisata daerah lain, maka sektor pariwisata akan terus eksis. Inilah

alasan mengapa pariwisata dapat menjadi sektor andalan.24

The Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) sebagai salah satu

organisasi regional, juga telah menekankan pembangunan pariwisata bagi setiap

negara anggotanya. Salah satu rencana jangka panjang yang dihasilkan oleh

ASEAN adalah ASEAN Tourism Forum (ATF). Pada ATF ke 10 di Brunei

Darussalam, ASEAN telah membentuk ASEAN Tourism Strategic Plan (ATSP).

ASEAN Tourism Strategic Plan secara umum bertujuan untuk membangun

blueprint terkait dengan kebijakan, program, dan proyek dalam area pemasaran,

pengembangan produk, standar, pengembangan SDM, investasi, dan komunikasi

antar negara anggota ASEAN. ASEAN Tourism Strategic Plan (ATSP) 2011-2015

merupakan langkah maju bagi negara-negara ASEAN untuk meningkatkan jumlah

kunjungan wisatawan ke kawasan ASEAN.25

Melihat kecenderungan sektor pariwisata yang dapat dijadikan andalan,

daerah-daerah di Indonesia juga telah mengupayakan pembangunan sektor

pariwisata sebaik mungkin. Di Banyuwangi misalnya, daerah yang telah

24 Pariwisata Menjadi Salah Satu Sektor Prioritas Hadapi MEA, diakses dalam:

www.uph.edu/id/component/wmnews/new/2676-dr-diena-mutiara-lemy,-kepala-sekolah-stpph-

pariwisata-menjadi-salah-satu-sektor-prioritas-hadapi-mea.html, 5 Agustus 2016, pukul 1.50 WIB 25 Sri Wahyuni Rasulong, Asean Tourism Forum Dan Peningkatan Pariwisata Indonesia, Thailand

Dan Brunei Darussalam, diakses dalam:

http://repository.unhas.ac.id/bitstream/handle/123456789/11525/SKRIPSI%20LENGKAP-FISIP-

HI-SRI%20WAHYUNI%20RASULONG.pdf;sequence=1, 5 Agustus 2016, pukul 1.15 WIB.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/50413/2/BAB I.pdfmenjadikan Banyuwangi sebagai pemenang UNWTO Award for Innovation in Public Policy and Governance 2015, mengalahkan

22

menjadikan sektor pariwisata sebagai sektor pembangunan unggul yang harus terus

dikembangkan secara berkesinambungan.

Berdasarkan penjelasan di atas, kemudian penulis berasumsi bahwa teori ini

berhubungan dengan penelitian yang akan penulis angkat. Pendapat ini didasarkan

pada sedikit overview yang penulis paparkan pada latar belakang yang menyatakan

bahwa pemerintah daerah Banyuwangi telah membuka peluang sebesar besarnya

bagi pelaku bisnis pariwisata untuk berinvestasi dalam pengembangan pariwisata

di Banyuwangi.

1.5.2. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)

Seperti yang penulis sebutkan di atas, bahwa penelitian ini berhubungan erat

dengan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), maka kiranya penulis

menganggap penting untuk menjabarkan pengertian dari UMKM itu sendiri. Pada

dasarnya, UMKM mempunyai banyak definisi, namun yang penulis ambil adalah

terminologi UMKM dari Bank Indonesia.

Menurut Bank Indonesia terminologi dari UMKM dibagi menjadi tiga

bagian. Bagian pertama adalah usaha mikro, usaha ini merupakan usaha berskala

keluarga yang biasanya dikelola menggunakan modal pribadi dengan pendapatan

tidak stabil atau lebih kecil dari 200 juta/tahun, sedangkan usaha kecil adalah usaha

yang skalanya lebih besar dari usaha mikro dengan tenaga kerja berkisar 5-20 orang

yang mempunyai pendapatan berkisar antara 200 juta hingga 1 milyar rupiah per

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/50413/2/BAB I.pdfmenjadikan Banyuwangi sebagai pemenang UNWTO Award for Innovation in Public Policy and Governance 2015, mengalahkan

23

tahun. Usaha menengah didefinisikan sebagai usaha sebagai usaha yang dijalankan

oleh 20-99 pekerja dengan omset 1-10 Milyar/tahun.26

Dalam khazanah industri perdagangan di Eropa, istlah UMKM dikenal

sebagai Small Medium-sized Enterprise (SME) meupakan sektor yang saling

berintegrasi dengan industri pariwisata. Hal tersebut dikarenakan barang dan jasa

yang ditawarkan dalam UMKM menjadi salah satu hal yang begitu diminati oleh

para wisatawan. Pariwisata tidak akan maju jika tidak ditopang oleh industri

UMKM yang progresif, begitupun sebaliknya. Eksistensi industri pariwisata

memaksa pelaku bisnis di Eropa untuk mengembangkan industri UMKM, seperti

pembangunan motel atau cottage, penyedia jasa tour guide dan pelaku bisnis oleh-

oleh seperti makanan khas, cindera mata, souvenir, fashion item, serta produk-

produk UMKM lainnya. Menurut Chris Pomeroy, seorang ahli ilmu pariwisata,

jauh sebelum didirikannya Uni Eropa, negara-negara di Eropa telah

menandatangani perjanjian European Economic Community (EEC) sejak 25 Maret

1957. Dalam perjanjian ini telah disebutkan bahwa sektor pariwisata merupakan

sektor yang dapat menstimulasi pertumbuhan dan produktivitas UMKM di kawasan

Eropa, oleh karena itu diperlukan adanya integrasi antara kedua industri.27

26Eko Prasetyo, Peran Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam Kebijakan

penanggulangan Kemiskinan dan Pengangguran, jurnal AKMENIKA, Vol 2, No. 1, UPY, 2008.,

diakses dalam

http://upy.ac.id/ekonomi/files/PERAN%20USAHA%20MIKRO%20KECIL%20DAN%20MENE

NGAH%20(UMKM)%20DALAM%20KEBIJAKAN%20PENANGGULANGAN%20KEMISKI

NAN%20DAN%20PENGANGGURAN%20%20(P.%20EKO%20PRASETYO).pdf, (2/6/2016,

23.30 WIB) 27 Chris Pomeroy, Europe’s Tourism SMEs Are Getting Smarter, diakses dalam:

https://www.mmgy.com/industry-insights/europes-tourism-smes-are-getting-smarter/, 5 April

2019, pukul 15.00 WIB.

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/50413/2/BAB I.pdfmenjadikan Banyuwangi sebagai pemenang UNWTO Award for Innovation in Public Policy and Governance 2015, mengalahkan

24

Dalam rangka meningkatkan produktivitas UMKM, tentunya ada langkah-

langkah tertentu yang dapat ditempuh oleh pemerintah daerah, salah satunya seperti

langkah yang telah diambil oleh bangsa-bangsa Eropa, yaitu mensinergikan

UMKM dengan industri pariwisata. Langkah pembangunan UMKM lainnya yang

kerap kali diimplementasikan oleh beberapa pemerintahan daerah adalah 4 aspek

pembangunan UMKM dari Ginandjar Kartasasmita, yaitu:28

1. Membukaa akses seluas luasnya bagi UMKM, seperti halnya melalui

pembangunan industri pariwisata

2. Mencetak SDM unggul malui revolusi penidikan khusus dan pelatihan

khusus

3. Penguatan pasar UMKM

4. Melakukan kerjasama dengan mitra lain guna meningkatkan

produktivitas UMKM.

Sektor UMKM sendiri saat ini telah menjadi salah satu instrument dalam

meningkatkan atraktivitas sebuah objek pariwisata, begitupun sebaliknya, industri

pariwisata juga merupakan salah satu aspek yang turut serta memajukan industri

UMKM. Salah satu bukti bahwa industri pariwisata dan UMKM merupakan dua

industri yang berkaitan, dapat kita lihat dari kebijakan makroprudensial Bank

Indonesia. Kebijakan ini ditujukan untuk pengembangan UMKM pariwisata karena

dinilai dapat memberikan kontribusi besar terhadap peningkatan jumlah wisatawan

28 Ginandjar Kartasasmita, Pemberdayaan Masyarakat Konsep Pembelajaran Yang Berakar

Pada Masyarakat. Jakarta: BAPPENAS, 1996, h. 5

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/50413/2/BAB I.pdfmenjadikan Banyuwangi sebagai pemenang UNWTO Award for Innovation in Public Policy and Governance 2015, mengalahkan

25

dan daya serap SDM.29 Menurut asumsi penulis, Relevansi industri pariwisata dan

UMKM ini juga berlaku pada pada industri pariwisata di Banyuwangi, oleh karena

itu konsep UMKM ini penulis sertakan sebagai alat analisa dalam penelitian ini.

1.6. Metode Penelitian

1.6.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

analitik. Deskriptif analitik adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok

manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran dengan tujuan untuk

membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat

mengenai fakta-fakta serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.30

1.6.2. Metode Analisis

Teknik analisa data yang digunakan penulis kali ini adalah analisa deskriptif

kualitatif. Dalam analisa deskriptif kualitatif, penulis nantinya hanya akan

menganalisa kasus berdasarkan teori atau konsep yang penulis ambil yang penulis

kombinasikan dengan data. Data kuantitatif juga akan penulis gunakan untuk

mendukung dan melengkapi isi penelitian ini.

1.6.3. Variable Penelitian

Untuk mempermudah sebuah penelitian deskriptif analitik, maka penulis

menempatkan posisi unit eksplanasi dan unit analisis pada posisinya masing-

masing. Unit analisis dalam penelitian ini adalah pembangunan pariwisata di

29 Indra Arif Pribadi, Insentif dukung UMKM pariwisata disiapkan, antara news, Sabtu, 14

November 2015 01:41 WIB, diakses dalam: http://www.antaranews.com/berita/529270/insentif-

dukung-umkm-pariwisata-disiapkan, 14 Agustus 2016, pukul 12.00 WIB

30 Mohammad Nazir, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia 1998, hlm. 63

Page 26: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/50413/2/BAB I.pdfmenjadikan Banyuwangi sebagai pemenang UNWTO Award for Innovation in Public Policy and Governance 2015, mengalahkan

26

Banyuwangi (domestik) dan pengaruhnya terhadap UMKM, sedangkan unit

eksplanasinya adalah pembangunan pariwisata sebagai isu transnasional. Unit

analisis disini selanjutnya disebut variabel dependen dan unit eksplanasi disini

selanjutnya disebut variabel independen. Level analisa dalam penelitian adalah

Induksionis.

1.6.4. Ruang Lingkup Penelitian

1.6.4.1. Batasan Waktu

Pada penelitian ini untuk menjaga agar pembahasan dalam penelitian

menjadi lebih fokus, maka penulis memberi batasan waktu pada tahun 2010 hingga

2015, dikarenakan pada tahun tersebut merupakan momentum dimana Kabupaten

Banyuwangi secara serius melakukan pembangunan industri pariwisatanya.

1.6.4.2. Batasan Materi

Guna mempermudah untuk melakukan penelitian, maka peneliti

menggunakan batasan materi penelitian. Hal ini dilakukan agar penelitian dapat

fokus kepada objek yang akan diteliti. Sehingga penelitian ini difokuskan pada

strategi Pemerintah Banyuwangi guna meningkatkan UMKM melalui

pembangunan pariwisata di Kabupaten Banyuwangi.

1.6.5. Teknik Pengumpulan Data

1.6.5.1. Data Primer

Dalam berusaha memperoleh data primer/utama, penulis akan

melakukan peninjauan dengan datang langsung ke lokasi penelitian, serta akan

melakukan wawancara langsung terhadap dinas-dinas pemerintah terkait. Dinas-

dinas pemerintah daerah yang rencananya akan penulis jadikan sebagai sumber data

Page 27: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/50413/2/BAB I.pdfmenjadikan Banyuwangi sebagai pemenang UNWTO Award for Innovation in Public Policy and Governance 2015, mengalahkan

27

primer adalah dinas pariwisata kabupaten Banyuwangi, dinas Koperasi dan UMKM

Banyuwangi dan pelaku usaha UMKM Banyuwangi.

1.6.5.2. Data Skunder

Data sekunder dapat berupa dokumentasi yaitu mencari data mengenai

hal-hal yang terkait dalam proses penelitian yang diperoleh berdasarkan berbagai

buku atau literatur, elektronik, catatan, transkrip, website, dokumen, jurnal, internet,

artikel kliping, surat kabar, maupun laporan kegiatan penelitian dan sebagainya.

1.7. Sistematika Penulisan

Sistematika Penulisan diperlukan guna untuk membuat poin-poin

pembahasan di dalam sebuah penelitian. Selain itu, sistematika penulisan juga

dibuat agar isi penelitian lebih teratur dan terarah. Guna semakin mempermudah

hal tersebut, sistematika penulisan dalam penelitian ini, penulis buat dalam bentuk

tabel poin-perpoin:

Page 28: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/50413/2/BAB I.pdfmenjadikan Banyuwangi sebagai pemenang UNWTO Award for Innovation in Public Policy and Governance 2015, mengalahkan

28

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan dan Manfaat

Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

1.3.2 Manfaat Penelitian

1.3.2.1. Manfaat akademis

1.3.2.2. Manfaat praktis

1.4 Penelitian Terdahulu

1.5 Landasan Teori dan Konsep

1.5.1. Teori Trickle Down

1.5.2. Usaha Mikro Kecil dan

Menengah (UMKM)

1.6 Metode Penelitian

1.6.1. Jenis Penelitian

1.6.2. Metode Analisis

1.6.3. Variable Penelitian

1.6.4. Ruang Lingkup Penelitian

1.6.4.1. Batasan Waktu

1.6.4.2. Batasan Materi

1.6.5. Teknik Pengumpulan Data

1.6.5.1. Data Primer

1.6.5.2. Data Sekunder

1.7 Sistematika Penulisan

BAB II

PEMBANGUNAAN DI TINGKAT

DAERAH SEBAGAI

PENDUKUNG PEMBANGUNAN

NASIONAL

2.1 Program Pembangunan

Negara Berkembang

2.2 Upaya Pembangunan

Ekonomi Indonesia

2.2.1 Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Nasional

(RPJPN)

2.2.2 Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional

(RPJMN)

2.2.3 Masterplan Percepatan dan

Perluasan Pembangunan

Ekonomi Indonesia

(MP3EI)

Page 29: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakangeprints.umm.ac.id/50413/2/BAB I.pdfmenjadikan Banyuwangi sebagai pemenang UNWTO Award for Innovation in Public Policy and Governance 2015, mengalahkan

29

BAB III: CAPAIAN PROGRAM

PEMBNGUNAN PARIWISATA

PEMERINTAH KABUPATEN

BANYUWANGI

3.1 Capaian dalam Industri

Pariwisata

3.2 Capaian dalam Industri

UMKM

BAB IV: STRATEGI

PARIWISATA BANYUWANGI

DALAM PEMBANGUNAN

UMKM

4.1 Upaya Pembangunan UMKM

Banyuwangi

4.2 Strategi Pariwisata Kota

Banyuwangi

4.3 Segmentasi dan Target

BAB V: PENUTUP

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran