2. rks sal jl pramuka

16
SYARAT-SYARAT TEKNIK UMUM 1. LINGKUP PEKERJAAN. 1. Lingkup pekerjaan yang menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa/Kontraktor Pelaksana sesuai Surat Perjanjian Pemborongan/Kontrak terdiri atas : Pembangunan Saluran Drainase Jalan Pramuka Ponorogo meliputi pekerjaan-pekerjaan Persiapan, Pekerjaan tanah ( galian dan urugan), Pekerjaan Saluran drainase, Pekerjaan Pasangan ( pas. Batu bata, plesteran, acian), Pekerjaan lantai keramik ), Pekerjaan Finishing ( Pengecatan). 2. Selain pekerjaan di atas yang merupakan pekerjaan pokok yang harus diselesaikan, Kontraktor Pelaksana dituntut harus melaksanakan pekerjaan-pekerjaan pendukung yang diatur di dalam pasal-pasal selanjutnya di dalam bab ini, yang terdiri atas : a. Penyediaan tenaga b. Pembuatan rencana jadual pelaksanaan. c. Penyediaan perlengkapan dan penjagaan keamanan. d. Penyediaan peralatan dan Penyediaan bahan. e. Pembuatan papan nama proyek. f. Pembuatan shop drawing (Gambar Pelaksanaan). g. Pembuatan Gambar Sesuai Pelaksanaan (As Built Drawing). h. Pembenahan/Perbaikan kembali Lingkungan Sekitar dan pembersihan lokasi. 2. PENYEDIAAN TENAGA. 1. Selama masa pelaksanaan Kontraktor harus menyediakan tenaga inti yang cukup memadai untuk proyek ini yang sekurang-kurangnya terdiri atas : - 1 (satu) orang Pelaksana Lapangan yang berpengalaman minimal 3 tahun yang selalu ada di lapangan. - 1 (satu) orang tenaga administrasi dan 1 (satu) orang tenaga logistik di kantor proyek. Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah SPMK (Surat Perintah Mulai Kerja) dikeluarkan Kontraktor Pelaksana sudah harus menyerahkan nama-nama tenaga yang dipergunakan di atas lengkap dengan Daftar Riwayat Hidup / Curriculum Vitaenya serta Bagan Organisasinya. 2. Pada setiap tahapan pekerjaan Konstruksi, Kontraktor harus menyediakan tenaga mandor, tukang dan pekerja yang cukup trampil serta cukup jumlahnya. 3. Kontraktor berkewajiban menambah/mengganti tenaga seperti yang dimaksud pada butir 1 & 2 di atas apabila diminta oleh Direksi berdasarkan pertimbangan-pertimbangan teknis yang masuk akal. Kelalaian dalam hal ini dapat dikenakan sanksi/denda kelalaian. 4. Kecuali ditentukan lain dalam kontrak, kontraktor harus membuat pengaturannya sendiri dalam hal pengangkatan semua staf dan tenaga kerja, lokal atau lainnya, dan mengenai pembayaran, perumahan, makanan, transportasi dan pembayaran yang harus dikeluarkan termasuk kompensasi yang harus yang menjadi haknya berdasarkan perundang-undangan Republik Indonesia bilamana pekerjaan telah berakhir. 5. Kontraktor tidak akan menawarkan pekerjaan kepada pegawai/staf dari Pengguna Jasa selama masa Kontrak dan setelahnya kecuali dengan seijin tertulis dari Pengguna Jasa. 6. Untuk mendapatkan tenaga Staf dan tenaga kerja pada umumnya, Kontraktor harus memberikan prioritas utama kepada orang-orang yang tinggal atau berasal dari tempat lokasi proyek. 7. Kontraktor harus menyediakan dan memelihara pada lokasi proyek fasilitas pertolongan pertama dalam kecelakaan yang memadai dan beberapa staf harus mampu melakukan tugas pertolongan pertama, sesuai dengan keinginan Direksi. 8. Kontraktor akan secepatnya melapor kepada Direksi bila terjadi peristiwa kecelakaan di lokasi proyek atau dimana saja yang berhubungan dengan pekerjaan. Kontraktor juga harus melaporkan kecelakaan tersebut kepada instansi yang berwenang apabila laporan tersebut disyaratkan oleh undang-undang.

Upload: beta-martilova-putra

Post on 16-Sep-2015

21 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

rks

TRANSCRIPT

  • SYARAT-SYARAT TEKNIK UMUM

    1. LINGKUP PEKERJAAN.

    1. Lingkup pekerjaan yang menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa/Kontraktor Pelaksana sesuai Surat Perjanjian Pemborongan/Kontrak terdiri atas : Pembangunan Saluran Drainase Jalan Pramuka Ponorogo meliputi pekerjaan-pekerjaan Persiapan, Pekerjaan tanah ( galian dan urugan), Pekerjaan Saluran drainase, Pekerjaan Pasangan ( pas. Batu bata, plesteran, acian), Pekerjaan lantai keramik ), Pekerjaan Finishing ( Pengecatan).

    2. Selain pekerjaan di atas yang merupakan pekerjaan pokok yang harus diselesaikan, Kontraktor Pelaksana dituntut harus melaksanakan pekerjaan-pekerjaan pendukung yang diatur di dalam pasal-pasal selanjutnya di dalam bab ini, yang terdiri atas : a. Penyediaan tenaga b. Pembuatan rencana jadual pelaksanaan. c. Penyediaan perlengkapan dan penjagaan keamanan. d. Penyediaan peralatan dan Penyediaan bahan. e. Pembuatan papan nama proyek. f. Pembuatan shop drawing (Gambar Pelaksanaan). g. Pembuatan Gambar Sesuai Pelaksanaan (As Built Drawing). h. Pembenahan/Perbaikan kembali Lingkungan Sekitar dan pembersihan lokasi.

    2. PENYEDIAAN TENAGA.

    1. Selama masa pelaksanaan Kontraktor harus menyediakan tenaga inti yang cukup memadai untuk proyek ini yang sekurang-kurangnya terdiri atas : - 1 (satu) orang Pelaksana Lapangan yang berpengalaman minimal 3 tahun yang selalu ada di

    lapangan. - 1 (satu) orang tenaga administrasi dan 1 (satu) orang tenaga logistik di kantor proyek. Dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari setelah SPMK (Surat Perintah Mulai Kerja) dikeluarkan Kontraktor Pelaksana sudah harus menyerahkan nama-nama tenaga yang dipergunakan di atas lengkap dengan Daftar Riwayat Hidup / Curriculum Vitaenya serta Bagan Organisasinya.

    2. Pada setiap tahapan pekerjaan Konstruksi, Kontraktor harus menyediakan tenaga mandor, tukang dan pekerja yang cukup trampil serta cukup jumlahnya.

    3. Kontraktor berkewajiban menambah/mengganti tenaga seperti yang dimaksud pada butir 1 & 2 di atas apabila diminta oleh Direksi berdasarkan pertimbangan-pertimbangan teknis yang masuk akal. Kelalaian dalam hal ini dapat dikenakan sanksi/denda kelalaian.

    4. Kecuali ditentukan lain dalam kontrak, kontraktor harus membuat pengaturannya sendiri dalam hal pengangkatan semua staf dan tenaga kerja, lokal atau lainnya, dan mengenai pembayaran, perumahan, makanan, transportasi dan pembayaran yang harus dikeluarkan termasuk kompensasi yang harus yang menjadi haknya berdasarkan perundang-undangan Republik Indonesia bilamana pekerjaan telah berakhir.

    5. Kontraktor tidak akan menawarkan pekerjaan kepada pegawai/staf dari Pengguna Jasa selama masa Kontrak dan setelahnya kecuali dengan seijin tertulis dari Pengguna Jasa.

    6. Untuk mendapatkan tenaga Staf dan tenaga kerja pada umumnya, Kontraktor harus memberikan prioritas utama kepada orang-orang yang tinggal atau berasal dari tempat lokasi proyek.

    7. Kontraktor harus menyediakan dan memelihara pada lokasi proyek fasilitas pertolongan pertama dalam kecelakaan yang memadai dan beberapa staf harus mampu melakukan tugas pertolongan pertama, sesuai dengan keinginan Direksi.

    8. Kontraktor akan secepatnya melapor kepada Direksi bila terjadi peristiwa kecelakaan di lokasi proyek atau dimana saja yang berhubungan dengan pekerjaan. Kontraktor juga harus melaporkan kecelakaan tersebut kepada instansi yang berwenang apabila laporan tersebut disyaratkan oleh undang-undang.

  • 3. PEMBUATAN RENCANA JADUAL PELAKSANAAN.

    1. Kontraktor Pelaksana berkewajiban menyusun dan membuat jadual pelaksanaan dalam bentuk bar

    chart dan net work yang dilengkapi dengan grafik prestasi yang direncanakan berdasarkan butir-butir komponen pekerjaan sesuai dengan penawarannya.

    2. Pembuatan Rencana Jadual Pelaksanaan ini harus diselesaikan oleh kontraktor selambat-lambatnya 7 hari setelah dimulainya pelaksanaan di lapangan pekerjaan. Penyelesaian yang dimaksud ini sudah harus dalam arti telah mendapatkan persetujuan Direksi.

    3. Bila selama waktu 7 hari setelah pelaksanaan pekerjaan dimulai kontraktor Pelaksana belum dapat menyelesaikan pembuatan jadual pelaksanaan, maka Kontraktor Pelaksana harus dapat menyajikan jadual pelaksanaan sementara minimal untuk waktu 2 minggu pertama dan 2 minggu kedua dari pelaksanaan pekerjaan.

    4. Selama waktu sebelum rencana jadual pelaksanaan disusun, Kontraktor Pelaksana harus melaksanakan pekerjaannya dengan berpedoman pada rencana pelaksanaan mingguan yang harus dibuat pada saat memulai pelaksanaan. Jadual pelaksanaan 2 mingguan ini harus disetujui oleh Direksi.

    4. PENYEDIAAN PERLENGKAPAN DAN PENJAGAAN KEAMANAN.

    1. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan / mendirikan barak kerja dan gudang penyimpanan alat

    dan bahan bangunan untuk keperluan pekerjaan konstruksi yang kelayakannya akan dinilai oleh Direksi. Bila Direksi menilai barak/gudang tersebut kurang layak dengan alasan-alasan teknis, maka Kontraktor Pelaksana harus melakukan perbaikan/penyempurnaan sesuai dengan petunjuk Direksi.

    2. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan / mendirikan barak direksi (direksi keet) yang dilengkapi dengan : meja rapat lengkap dengan tempat duduk dalam jumlah yang cukup. meja kerja berlaci dan berkunci serta kursi 1 set Dokumen Kontrak dan gambar pelaksanaan.

    3. Kontraktor harus menyediakan air minum yang cukup di tempat pekerjaan untuk para pekerja, kotak obat yang memadai untuk PPPK, serta perlengkapan-perlengkapan keselamatan kerja. Bila terjadi kecelakaan di tempat pekerjaan, Kontraktor harus segera mengambil tindakan penyelamatan. Biaya pengobatan dan lain-lain sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor (dalam hal ini Kontraktor diwajibkan mengikuti JAMSOSTEK/ASTEK).

    4. Kontraktor harus menyediakan segala perlengkapan pengamanan pelaksanaan konstruksi baik untuk lingkungan sekitarnya ataupun untuk pekerjanya sendiri.

    5. Semua material yang tersebutkan di dalam butir 1, 2 dan 3 di atas setelah selesainya pelaksanaan kembali menjadi milik Kontraktor (kecuali bangunan direksi keet apabila sudah termasuk dalam kontrak menjadi milik direksi) dan harus dibersihkan dari lapangan pekerjaan.

    5. PENYEDIAAN PERALATAN.

    1. Kontraktor Pelaksana harus menyediakan peralatan yang memadai jumlahnya serta berfungsi

    dengan baik yang macamnya sesuai dengan tahapan pelaksanaan masing-masing komponen konstruksinya.

    2. Konsultan Pengawas dapat menghentikan pelaksanaan komponen konstruksi bila secara teknis peralatan yang dipergunakan kontraktor dinilai tidak memenuhi persyaratan baik jumlah maupun kelayakan fungsinya.

    3. Guna kesempurnaan pelaksanaan konstruksi, selama masa pelaksanaan, kontraktor harus senantiasa menyediakan alat ukur guna pengukuran ketepatan dan pengontrolan kebenarannya dilakukan oleh Konsultan Pengawas. Bila Kontraktor tidak dapat menyediakannya, Konsultan

  • Pengawas berhak menyediakannya dengan biaya sewa sepenuhnya harus ditanggung oleh Kontraktor.

    6. PENYEDIAAN BAHAN BANGUNAN.

    1. Mutu bahan Semua bahan dan pengerjaan haruslah dari jenis yang sesuai yang diuraikan di dalam kontrak dan sesuai dengan perintah Direksi dan sewaktu-waktu dapat diuji jika Direksi memerintahkan di tempat pengambilan atau pembuatan bahan, atau dilokasi atau di lain tempat yang ditentukan dalam Kontrak, atau di semua atau beberapa tempat tersebut. Kontraktor harus memberikan bantuan peralatan, mesin, pekerja dan bahan-bahan yang biasa yang diperlukan untuk pemeriksaan, pengukuran dan pengujian setiap pekerjaan dan kualitas, berat atau banyaknya bahan yang digunakan dan harus menyediakan contoh-contoh bahan sebelum disertakan kedalam pekerjaan, untuk diuji sebagaimana dipilih dan diperlukan oleh Direksi. Persyaratan mutu bahan bangunan secara umum adalah sebagai di bawah ini, sedang bahan-bahan bangunan yang belum disebutkan di sini akan disyaratkan langsung di dalam pasal-pasal mengenai persyaratan pelaksanaan komponen konstruksi di belakang.

    a. Air :

    Air yang digunakan sebagai media untuk adukan pasangan plesteran, beton, dan penyiraman guna pemeliharaannya, harus air tawar yang bersih, tidak mengandung minyak, garam, asam dan zat organik lainnya yang telah dinyatakan memenuhi syarat sebagai air untuk keperluan pelaksanaan konstruksi.

    b. Semen Portland (PC) : Semen Portland yang digunakan adalah PC type I, harus satu merk untuk penggunaan dalam pelaksanaan satu satuan komponen bangunan, belum mengeras sebagian atau seluruhnya. Penyimpanannya harus dilakukan dengan cara di dalam tempat (gudang) yang memenuhi syarat untuk menjamin keutuhan kondisi sesuai persyaratan di atas.

    c. Pasir (Ps) :

    Pasir yang digunakan adalah pasir sungai, berbutir keras, bersih dari kotoran, lumpur, asam, garam dan bahan organis lainnya, yang terdiri atas : 1. Pasir urugan adalah pasir dengan butiran halus, yang lazim disebut pasir urug. 2. Pasir pasangan adalah pasir dengan ukuran butiran sebagian terbesar adalah terletak antara

    0,075-1,25 mm yang lazim dipasaran disebut pasir pasang, 3. Pasir untuk pekerjaan beton adalah pasir cor yang gradasinya mendapat rekomendasi dari

    laboratorium.

    d. Kerikil (Kr) : Kerikil untuk beton harus menggunakan kerikil dari batu kali hitam pecah, bersih dan bermutu baik serta mempunyai gradasi dan kekerasan sesuai dengan syarat-syarat yang tercantum dalam PBI 1971.

    e. Batu merah :

    Berasal dari hasil pembakaran (produksi) lokal padat, berukuran sama, hasil pembakaran yang masak, dengan maksimal pecah 5 %.

    f. Kayu Struktural :

    -tidak ada

    g. Kayu non struktural

  • Yang dimaksud kayu non struktural disini adalah kayu begesting , jenis kayu begesting untuk saluran drainase adalah kayu local ( pinus, maoni dll) . Kayu tersebut harus gergaji dan diketam mesin, lurus dan berkualitas baik, dengan cacat maksimum yang diperkenankan adalah sebagai berikut : 1. Cacat maksimum 1% x lebar 2. Pingul maksimum 1% x lebar 3. Serat miring maksimum tg= 1/10 4. Diameter mata kayu, maksimum 1/6 x lebar muka kayu 5. Retak radial maksimum 1/4 lebar retak, dan retak tangensial maksimum 1/5 lebar muka kayu.

    2. Setiap penggunaan bahan galian sesuai Perda, kontraktor pelaksana harus dapat menunjukkan

    bukti pembayaran retribusi golongan "C". 3. Biaya untuk contoh-contoh

    Semua contoh-contoh harus disediakan oleh kontraktor atas biayanya sendiri, bila penyediaan tersebut dikehendaki dengan jelas dan ditentukan dalam Kontrak, tetapi bila tidak, maka atas biaya Direksi.

    4. Biaya untuk pengujian Biaya untuk pembuatan setiap pengujian atas biaya kontraktor apabila hal tersebut jelas-jelas dikehendaki dan ditentukan di dalam kontrak

    5. Biaya untuk pengujian yang tidak ditentukan, dsb Bila suatu pengujian diperintahkan oleh Direksi yang merupakan salah satu dari : a. tidak dimaksudkan atau ditentukan demikian atau b. (dalam hal tersebut di atas) tidak diuraikan secara mendetail, atau c. walaupun dikehendaki atau ditentukan demikian oleh Direksi diperintahkan untuk

    melaksanakannya oleh seseorang yang netral dan di suatu tempat lain di lokasi, atau tempat pembuatan atau di pabrik yang diuji, maka biaya pengujian tersebut harus ditanggung oleh Kontraktor bila dari hasil pengujian tersebut menunjukan bahwa pengerjaan dan bahan tidak sesuai dengan Persyaratan Kontrak atau perintah Direksi.

    6. Pemeriksaan atas kegiatan. Direksi dan setiap orang yang diberi wewenang olehnya atau oleh Direksi harus setiap saat diijinkan masuk ketempat Pekerjaan, dan ke setiap bengkel/workshop dan tempat-tempat dimana pekerjaan sedang dipersiapkan atau darimana asal bahan, barang buatan pabrik atau mesin yang didapatkannya untuk pekerjaannya, dan Kontraktor harus menyediakan setiap fasilitas untuk dan atau segala bantuan dalam mendapatkan hak untuk masuk tersebut.

    7. PENINJAUAN LAPANGAN.

    Sebelum mengajukan penawaran, Kontraktor dianggap telah melakukan peninjauan dan memeriksa lapangan serta daerah sekitarnya dan segala informasi yang didapat sehubungan dengan pekerjaan dan meyakinkan sendiri sebelum mengajukan penawaran, antara lain meliputi keadaan lahan yang ada termasuk kondisi dibawah permukaan, iklim, lingkup dan kondisi dari pekerjaan dan bahan-bahan yang diperlukan untuk menyelesaikan Pekerjaan jalan-jalan masuk kelokasi dan kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi dan semua keadaan yang mungkin dapat mempengaruhi Penawaran. Apabila Kontraktor lalai atau gagal dalam mendapatkan informasi yang berhubungan dengan hal-hal yang dapat mempengaruhi pengadaan, konstruksi, penyelesaian dan pemeliharaan dari Pekerjaan , maka ini tidak membebaskan Kontraktor dari segala beban kewajiban dan tanggung jawab. Tidak dibenarkan mengajukan tuntutan untuk penambahan biaya atau lain-lain terhadap keadaan, janji atau garansi yang diberikan oleh Pengguna Jasa, Direksi, atau pihak manapun. Kontraktor tidak dibenarkan mengajukan pengeluaran-pengeluaran kompensasi atau biaya tambahan yang mungkin terjadi selama masa pelaksanaan dari Kontrak, yang diakibatkan atau ketidak tepatan, pernyataan-pernyataan yang salah atau kelalaian dalam Dokumen-dokumen Kontrak atau salah satu dari dokumen tersebut.

  • Kontraktor harus meyakinkan dirinya sebelum Penawaran dalam hal kebenaran dan kecukupan dari penawaran untuk pekerjaan dan semua biaya-biaya dan harga-harga yang dicantumkan dalam Daftar Volume Pekerjaan atau Bill of Quantity (BQ), yang menjadi Harga Penawaran, meliputi seluruh kewajibannya dalam kontrak dan seluruh hal dan segala sesuatu yang perlu dalam pelaksanaan dan pemeliharaan pekerjaan, kecuali bila ditetapkan lain dalam kontrak.

    8. MOBILISASI/DEMOBILISASI.

    1. Bila didalam harga penawaran tercantum lumpsum untuk mobilisasi / demobilisasi, maka uraian dibawah ini adalah penjelasan dari padanya : transport lokal alat-alat dan perlengkapan proyek (dengan jumlah yang memadai), sampai proyek dan membawanya keluar setelah proyek selesai.

    2. Kontraktor diijinkan, apabila Direksi tidak berkeberatan, untuk setiap waktu dalam masa pelaksanaan mobilisasi untuk merubah, mengurangi atau memperbaiki susunan alat-alat perlengkapan dan instalasi-instalasi tersebut tanpa mempengaruhi biaya lumpsum.

    3. Dalam biaya lumpsum tersebut sudah harus termasuk biaya pembongkaran alat-alat, perlengkapan dan bangunan-bangunan kerja lainnya sedemikian sehingga bekas alat-alat, perlengkapan dan bangunan-bangunan tersebut bersih kembali seperti semua.

    4. Sebelum kegiatan ini dilakukan, Kontraktor harus mengajukan rencana mobilisasi kepada Direksi untuk diketahui dan disetujui.

    9. PEMBUATAN PAPAN NAMA KEGIATAN.

    1. Kontraktor Pelaksana berkewajiban membuat papan nama proyek yang berisi informasi tentang : pemilik Kegiatan; nama kegiatan; nomor dan tanggal kontrak; tanggal awal dan akhir pelaksanaan; nama penyedia jasa; nama konsultan pengawas dan informasi lain yang dianggap perlu.

    2. Pemasangan papan nama proyek ini harus dilaksanakan oleh kontraktor selambat-lambatnya 7 hari setelah dimulainya pelaksanaan di lapangan pekerjaan.

    10. KESELAMATAN, KEAMANAN DAN PERLINDUNGAN TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP.

    1. Sepanjang pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan serta perbaikan terhadap kesalahan yang terjadi, kontraktor harus : a. memperhatikan keamanan semua orang yang berhak berada pada lokasi pekerjaan dan

    menjaga lokasi pekerjaan (sepanjang berada dalam pengawasannya) serta pekerjaan (sepanjang belum siap dan belum digunakan oleh Pengguna Jasa) secara tertib agar tidak membahayakan orang-orang, dan

    b. menyediakan dan memelihara atas biaya sendiri semua lampu, penjagaan, pagar, tanda-tanda bahaya dan pengawasan, bilamana dan dimana diperlukan atau diwajibkan oleh Direksi atau diharuskan oleh pejabat yang berwenang, untuk melindungi Pekerjaan atau untuk keamanan dan kenyamanan publik atau lainnya, dan

    c. mengambil langkah-langkah yang tepat untuk menjaga lingkungan hidup di dalam maupun di luar tempat dan menghindari kerusakan atau gangguan terhadap orang-orang atau harta benda akibat pencemaran, kebisingan atau akibat-akibat lainnya yang timbul sebagai akibat dari metode operasinya.

    2. Kontraktor dalam hubungannya dengan pekerjaan akan menyediakan dan memelihara atas biaya sendiri semua tanda-tanda, lampu, sinyal, penjagaan, pagar atau petugas jaga bila dan dimana perlu seperti yang dikehendaki oleh pihak yang mewakili Direksi atau petugas yang diberi kuasa untuk melindungi Pekerjaan dan juga menyediakan material-material yang berhubungan dengannya atau untuk memberi pertanda yang tepat bagi pekerjaan atau alat bantu milik Kontraktor atau bagi keselamatan dan kemudahan pelayanan atau kepentingan umum atau lainnya. Kontraktor akan mengganti kerugian dan tidak akan mempersalahkan Pengguna Jasa terhadap setiap kerusakan, kerugian atau luka-luka yang diakibatkan pada pihak ketiga oleh kelalaian Kontraktor pula didalam melengkapi penyediaan lampu atau tanda-tanda lainnya.

  • 11. GANGGUAN TERHADAP LALU LINTAS DAN DAERAH SEKITARNYA.

    1. Semua operasi yang diperlukan dalam pelaksanaan dan penyelesaian pekerjaan dan perbaikan terhadap kesalahan yang terjadi, yang berkenaan dengan pemenuhan persyaratan ijin kontrak, harus dilaksanakan tanpa menimbulkan hal-hal yang tidak perlu dan tidak layak dengan memperhatikan : a. kenyamanan masyarakat b. jalan masuk, penggunaan dan pemakaian jembatan dan jalan-jalan umum atau pribadi dan jalan

    setapak yang masuk atau keluar dari lokasi proyek atau harta benda baik yang dimiliki oleh Pengguna Jasa atau pihak lainnya.

    Kontraktor akan menghindarkan hal-hal yang berbahaya dan mengganti kerugian pada Pengguna Jasa sehubungan dengan semua tuntutan, acara kerja, kerusakan, biaya, denda, dan pengeluaran apapun yang timbul dari, atau ada hubungan dengan, semua permasalahan sepanjang menjadi tanggung jawab Kontraktor.

    2. Tanpa membatasi atau mengurangi dari ayat terdahulu, Kontraktor akan tunduk pada peraturan Otorita Jalan Raya (Perhubungan Darat, Pekerjaan Umum, Bina Marga, Pemerintah Daerah, Muspika, dan lain-lain) serta mematuhi perintah-perintah yang diberikan oleh petugas yang berwenang dan berkompeten dari instansi terkait dalam hal penggunaan lahan, lalu lintas, jalan dan jembatan. Pekerjaan yang dijalankan oleh Kontraktor harus dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu atau menghalangi atau membahayakan pada saat pemakaian dan pekerjaan dari fasilitas yang ada termasuk lalu lintas dan jalan-jalan trafik yang ada, jembatan-jembatan yang dilalui, kecuali sejauh yang diijinkan oleh Direksi dalam hal pelaksanaan, penyelesaian dan pemeliharaan dari pekerjaan. Kontraktor harus menjamin bahwa instansi yang berwenang tidak dituntut kerugian terhadap semua tindakan, gugatan, tuntutan, kerusakan, biaya, denda dan pengeluaran yang timbul akibat dari pekerjaan yang dilaksanakan Sub-Kontraktor yang menimbulkan halangan atau mempengaruhi lalu lintas air, jembatan, dan jalan tersebut.

    3. Kontraktor akan selalu memelihara jalan atau fasilitas umum lainnya agar tetap dalam kondisi baik selama pelaksanaan.

    12. PEMBUATAN SHOP DRAWING.

    1. Shop Drawing (Gambar Kerja) harus dibuat oleh kontraktor sebelum suatu komponen konstruksi dilaksanakan bila : a. Gambar detail yang tertuang di dalam dokumen kontrak tidak ada atau kurang memadai. b. Terjadinya penyimpangan pelaksanaan (tetapi masih dalam batas toleransi yang diijinkan) pada

    detail pelaksanaan yang mendahuluinya. c. Direksi memerintahkan secara tertulis untuk itu, demi kesempurnaan konstruksi.

    2. Shop drawing harus sudah mendapatkan persetujuan Direksi sebelum elemen konstruksi yang bersangkutan dilaksanakan.

    13. PEMBUATAN GAMBAR SESUAI PELAKSANAAN (AS BUILT DRAWING).

    1. Sebelum Penyerahan Pekerjaan ke I, Kontraktor Pelaksana sudah harus menyelesaikan gambar sesuai pelaksanaan yang terdiri atas : a. Gambar Rancangan Pelaksanaan yang tidak mengalami perubahan dalam pelaksanaannya. b. Shop Drawing sebagai penjelasan detail maupun yang berupa gambar - gambar perubahan.

    2. Penyelesaian yang dimaksud pada ayat 1 di atas harus diartikan telah memperoleh persetujuan Direksi setelah dilakukan pemeriksaan secara teliti.

    3. Gambar sesuai pelaksanaan merupakan bagian pekerjaan yang harus diserahkan pada saat Penyerahan ke I. Kekurangan dalam hal ini akan berakibat Penyerahan Pekerjaan ke I tidak dapat dilakukan.

  • 14. PEMBENAHAN/PERBAIKAN KEMBALI.

    1. Pembenahan/perbaikan kembali yang harus dilaksanakan Kontraktor Pelaksana meliputi a. Komponen-komponen pekerjaan pokok / konstruksi yang pada masa pemeliharaan mengalami

    kerusakan atau dijumpai kekurang sempurnaan pelaksanaan. b. Komponen-komponen konstruksi lainnya atau keadaan lingkungan di luar pekerjaan pokok yang

    mengalami kerusakan akibat pelaksanaan konstruksi (misalnya : jalan, halaman dan lain sebagainya).

    2. Pembenahan lapangan yang berupa pembersihan lokasi dari bahan-bahan sisa-sisa pelaksanaan termasuk bouwkeet dan direksikeet harus dilaksanakan sebelum masa kontrak berakhir.

    15. PERATURAN/PERSYARATAN TEKNIK YANG MENGIKAT.

    1. Peraturan Teknik Yang Dikeluarkan/Ditetapkan Oleh Pemerintah RI. Apabila tidak disebutkan lain di dalam RKS dan Gambar maka berlaku mengikat peraturan-peraturan dibawah ini : a. Peraturan Umum Pemeriksaan Bahan-bahan Bangunan ( PUPB NI-3/56). b. Peraturan Beton Indonesia PBI 1971 & SK-SNI 1991 c. Peraturan Umum Bahan Indonesia (PUBI 1982) d. Peraturan Perburuhan di Indonesia (Tentang Pengerahan Tenaga Kerja) e. Peraturan-peraturan Pemerintah/Perda setempat

    2. Persyaratan Teknik Pada Gambar/RKS Yang Harus Diikuti :

    a. Bila terdapat perbedaan antara gambar rencana dengan gambar detail maka gambar detail yang diikuti.

    b. Bila skala gambar tidak sesuai dengan angka ukuran, maka ukuran dengan angka yang diikuti, kecuali bila terjadi kesalahan penulisan angka tersebut yang jelas akan menyebabkan ketidak sempurnaan/ ketidak sesuaian konstruksi, harus mendapatkan keputusan Direksi lebih dahulu.

    c. Bila terdapat perbedaan antara RKS dan Gambar, maka RKS yang diikuti, kecuali bila hal tersebut terjadi karena kesalahan penulisan, yang jelas mengakibatkan kerusakan/kelemahan konstruksi, harus mendapat kan keputusan Direksi.

    d. RKS dan Gambar saling melengkapi bila di dalam gambar menyebutkan lengkap sedang RKS tidak, maka gambar yang harus diikuti, demikian juga sebaliknya.

    e. Yang dimaksud dengan RKS dan Gambar di atas adalah RKS dan gambar setelah mendapatkan perubahan/penyempurnaan di dalam Berita Acara Penjelasan Pekerjaan.

    f. Bila dalam gambar terdapat kekurangan notasi ukuran, namun tercantum ukuran skala gambar, maka ukuran berdasarkan skala gambar dapat dipergunakan.

    16. PENELITIAN DOKUMEN PELAKSANAAN

    1. Kontraktor Pelaksana berkewajiban meneliti kembali seluruh dokumen pelaksanaan secara seksama dan bertanggung jawab. Bila di dalam penelitian tersebut dijumpai : a. Hal-hal yang disebutkan dalam pasal 3.13. di atas b. Gambar atau persyaratan pelaksanaan yang tidak memenuhi syarat teknis bila dilaksanakan

    dapat menimbulkan kerusakan konstruksi atau kegagalan struktur, maka Kontraktor Pelaksana wajib melaporkannya kepada Direksi secara tertulis, dan menangguhkan pelaksanaannya sampai dapat keputusan yang pasti dari Direksi.

    2. Bila akibat kekurang telitian kontraktor dalam pemeriksaan Dokumen Pelaksanaan tersebut, terjadi ketidak sempurnaan konstruksi atau kegagalan struktur bangunan maka kontraktor harus

  • membongkar terhadap konstruksi yang sudah dilaksanakan tersebut dan memperbaiki/ melaksanakannya kembali setelah memperoleh keputusan Direksi tanpa ganti rugi apapun.

  • SYARAT-SYARAT TEKNIK PELAKSANAAN PEKERJAAN 1. LINGKUP PEKERJAAN

    Termasuk di dalam lingkup pekerjaan ini adalah pekerjaan-pekerjaan persiapan/bongkaran bangunan yang direhab, sehingga secara keseluruhan lingkup pekerjaan konstruksi ini meliputi : A. Pekerjaan Persiapan B. Pekerjaan pengukuran dan pemasangan bowplank C. Pekerjaan Galian dan Bongkaran D. Pekerjaan Urugan E. Pekerjaan Saluran Drainase Beton Bertulang F. Pekerjaan Pasangan G. Pekerjaan Plesteran & Benangan H. Pekerjaan lantai keramik I. Pekerjaan Pengecatan

    A. PEKERJAAN PERSIAPAN

    1. Pekerjaan persiapan disini meliputi pekerjaan pembersihan area pekerjaan antara lain : a. Membersihan permukaan saluran tepi jalan dari tumbuh tumbuhan , akar pohon dan material

    lainnya yang akan mengganggu pelaksanaan pekerjaan. Pekerjaan pembersihan dalam kegiatan ini meliputi sebelum pekerjaan maupun setelah pekerjaan.

    b. Penebangan Pohon , jumlah dan posisi pohon sesuai dengan RAB dan Gambar rencana , sebelum dilaksanakan penebangan pohon, Pihak Pelaksana / Kontraktor berkewajiban untuk melapor / menberitahukan kepada Konsultan Pengawas/PPK untuk dapat dikoordinasikan dengan instansi/dinas terkait .

    c. Membonkar tunggak pohon trembesi , baik tunggak lama maupun baru , adapun jumlah dan posisi pohon sesuai dengan RAB dan Gambar rencana

    B. PEKERJAAN PENGUKURAN DAN PEMASANGAN BOWPLANK 1. PENGUKURAN

    1.1 Pengukuran Awal. 1. Pengukuran awal harus dilakukan guna menentukan titik-titik ukuran , elevasi , persimpangan

    dengan jalan dan lain lain. 2. Hasil Pengukuran di lapangan harus dinyatakan dengan tanda-tanda patok-patok ukur dititik titik koordinat yang dimaksud serta diberi tanda duga tingginya ( peil 0,00 ) dengan cat warna

    merah. Patok-patok ukur harus terbuat dari kayu meranti/kruing berukuran penampang 5/7 cm,ditanam kokoh sedemikian rupa sehingga tidak rusak atau berubah tempat oleh benturanbenturan kecil akibat pelaksanaan pekerjaan lainnya ( pemasangan bouwplank ).

    3. Pengukuran harus dilaksanakan oleh tenaga pengukur lapangan yang terampil .. Pengukuran ini harus selalu disertai oleh Konsultan Pengawas/Petugas Monitoring / PPK dan sebelum penanaman patok ukur, titik-titik ukur yang ditetapkan sudah harus disetujui oleh Konsultan Pengawas/ Petugas Monitoring / PPK.

    4. Pengukuran awal ini akan dituangkan dalam Berita Acara pengukuran awal ( Uitzet ) yang ditanda tangani semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan konstruksi bangunan ini untuk dipakai sebagai pedoman bagi pengukuran selanjutnya.

    2. PEKERJAAN PEMASANGAN PAPAN BANGUNAN ( PASANG "BOUWPLANK" ) : Bahan yang dipakai untuk pekerjaan ini adalah : a. Kayu lokal ukuran 5/7 dan 2/20. b. Cat warna merah. c. Papan bangunan ukuran 2/20, diketam rata permukaan atasnya, di pasang rata air setinggi duga

  • lantai ( 0.00 ) berjarak 2 m ke arah luar as kolom bangunan. d. Tiang-tiang papan bowplak ukuran 5/7, dipasang kokoh maksimal setiap jarak 2 m. e. Semua titik pada papan bowplak harus diberi tanda dengan cat dan paku. f. Papan bowplak harus tetap berdiri kokoh hingga pelaksanaan konstruksi selesai

    C. PEKERJAAN GALIAN DAN BONGKARAN 1. Galian dilaksanakan dengan kedalaman dan bentuk sesuai gambar rencana, pada tempat-tempat yang

    berkaitan dengan gambar rencana tersebut. 2. Lubang galian harus dibuat cukup guna memperoleh ruang kerja yang memadai dan kemiringan sisi-

    sisinya tidak mudah longsor. 3. Bongkaran yang dimaksud dalam pekerjaan ini adalah membongkar paving lama , pondasi lama ( batu

    kali), tutup saluran dan sebagainya 3. Material bongkaran harus segera dikeluarkan dari lokasi pekerjaan atau ditempatkan pada tempat yang

    tidak mengganggu jalannya pekerjaan selanjutnya. 5. Sebelum pelaksanaan penggalian, harus diadakan koordinasi dengan pihak Pengawas/ Petugas

    Monitoring / PPK untuk mengantisipasi keberadaan jaringan insatalasi diseputar area galian.

    D. PEKERJAAN URUGAN.

    1. Umum. a. Detail elevasi urugan dapat dilihat di Gambar Rencana. b. Penyedia Jasa harus mengajukan program, metode dan urut-urutan dari pekerjaan

    penimbunan urugan serta memonitoring kemajuan dari proses konsolidasi tanah yang terjadi. c. Penyedia Jasa didalam menyusun usulan metoda pelaksanaan, harus mempertimbangkan

    adanya pekerjaan lain seperti pekerjaan pondasi dan struktur bawah, saluran air bersih, saluran air kotor, Saluran air hujan , sepictank, dan sebgainya yang kemungkinan dikerjakan oleh Penyedia Jasa lain dalam waktu yang bersamaan, sehingga jenis pekerjaan satu dengan lainnya tersebut tidak saling menghambat atau merugikan.

    2. Material Urugan.

    Material yang digunakan harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:

    Urugan kembali tanah galian

    Pasir urug untuk lapisan bawah keramik ( atas saluran baru)

    3. Pemadatan Urugan. a. Lapisan tanah urugan ditimbun tiap lapis setebal 20 cm dan dipadatkan. Hal ini dilakukan

    terus menerus yang dilanjutkan dengan perataan serta pemadatan pada setiap lapisnya dengan stamper.

    F. PEKERJAAN SALURAN DRAINASE BETON BERTULANG

    1. Bekisting a. Bahan untuk bekisting terdiri atas :

    1. Papan bekisting dari Plywood tebal 9 mm untuk saluran dan papan kayu untuk tutup saluran : dengan permukaan datar dan halus.

    2. Klem bekisting terbuat dari kayu 4/6 dan 2/3 3. Konstruksi penyokong begesting harus benar benar kuat

    b. Bekisting harus disusun dan dirangkai sedemikian rupa sehingga : 1. Kokoh, tidak rusak atau berubah bentuk akibat beban adukan beton dan atau tekanan

    lateralnya pada saat pengecoran. 2. Tidak menyebabkan adukan beton terurai, dalam hal ini khusus untuk bekisting dinding

    saluran

  • 3. Mudah pembongkarannya tanpa membahayakan konstruksi. Untuk itu, Kontraktor Pelaksana harus telah mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas / Direksi sebelum bekisting dilaksanakan.

    c. Bahan bekisting yang telah dipakai tidak boleh dipakai kembali kecuali dengan ijin Konsultan Pengawas / Direksi secara tertulis.

    d. Bahan lain selain yang disebutkan di atas, boleh dilakukan sepanjang telah memperoleh ijin dari

    Konsultan Pengawas / Direksi.

    2. T u l a n g a n a. Baja tulangan secara umum adalah baja tulangan polos dengan mutu baja U-24, yakni yang

    didalam gambar perencanaan ditandai dengan SNI sebagai kode diameternya. b. Baja tulangan yang akan digunakan dalam pelaksanaan hendaknya harus dilakukan pengujian

    laboratorium lebih dahulu menurut prosedure teknis yang berlaku, dan biaya biaya pengujian sepenuhnya harus ditanggung Kontraktor Pelaksana dan sudah harus dianggap telah termasuk di dalam faktor-faktor penawaran.

    c. Baja tulangan yang didatangkan di lapangan pekerjaan tidak diperkenankan langsung dikerjakan sebelum mendapatkan pembenaran/persetujuan dari Konsultan Pengawas / Direksi.

    d. Bila baja tulangan yang tercantum di dalam gambar ternyata tidak ada/sulit dipasaran, Kontraktor harus segera mengajukan permintaan ijin tertulis yang dilampiri dengan rencana perubahan beserta perhitungan teknis dan waktu pelaksanaanya.

    e. Bila Konsultan Pengawas / Direksi meluluskan, Kontraktor dapat melaksanakannya sesuai dengan ijin Konsultan Pengawas / Direksi.

    f. Perlakuan pelaksanaan tulangan (penyambungan pembengkokan, pemasangan tulangan lewatan dan lain-lain) harus memenuhi PBI 1971 atau SK-SNI 1991.

    g. Sebelum pengecoran rangkaian tulangan sudah harus dilengkapi dengan beton decking yang jumlah, penempatan, mutunya disetujui Konsultan Pengawas/Direksi.

    h. Baja-baja tulangan yang akan dipakai sampai saat akan dilakukan pengecoran harus bebas dari kotoran, lemak atau karat serta kotoran-kotoran lain yang dapat mengurangi daya rekat antara campuran agregat beton dengan tulangan itu sendiri.

    3. Adukan Beton

    a. Adukan beton harus memenuhi mutu karakteristik beton K-175 untuk Saluran drainase type 1 dan beton K-225 untuk beton saluran dibawah persimpangan jalan.

    b. sesuai dengan rekomendasi di dalam PBI 1971 atau SK-SNI 1991. c. Kontraktor Pelaksana harus menggunakan beton molen/concrete mixer pada pekerjaan

    konstruksi beton untuk : - Memenuhi persyaratan pengujian adukan di lapangan oleh Konsultan Pengawas / Direksi. - Menyediakan benda-benda uji dalam jumlah yang ditetapkan konsultan Pengawas / Direksi

    sesuai prosedur teknis pengambilan sample.

    4. Pengecoran Beton a. Apabila Kontraktor Pelaksana hendak memulai pekerjaan pengecoran beton, maka Kontraktor

    harus memberitahukan secara tertulis kepada Direksi kapan pengecoran dilaksanakan. b. Pengecoran hanya boleh dilaksanakan bila :

    1. Kontraktor telah menyelesaikan pekerjaan penulangan dan bekisting serta pemasangan beton decking secara sempurna dan bersih serta telah mendapatkan persetujuan Konsultan Pengawas / Direksi.

    2. Kontraktor telah menyediakan bahan peralatan, dan persiapan tenaga serta dinyatakan dalam daftar bahan alat dan tenaga kerja.

    3. Stek-stek untuk tahapan pekerjaan berikutnya ataupun untuk pelaksanaan pekerjaan tahap

  • selanjutnya telah dipersiapkan dan dibuat. 4. Seluruh persiapan pengecoran harus telah mendapatkan pembenaran dari Konsultan

    Pengawas / Direksi. Seluruh persiapan di atas, apabila telah disetujui Direksi berdasarkan pemeriksaan dan penilaian di lapangan pekerjaan, Kontraktor dapat melaksanakan pengecoran.

    c. Selama pekerjaan pengecoran Kontraktor harus melaksanakan hal-hal sebagai berikut :

    1. Pengujian kekuatan setiap kali penuangan campuran beton dari beton molen. Angka kekentalan yang diperoleh harus sesuai dengan yang disyaratkan PB1-1971 atau SK-SNI 1991. Dan harus sesuai dengan Rekomendasi Laboratorium yang membuat mix design.

    2. Pembuatan benda-benda uji, kubus beton atau silinder beton dengan rasio sesuai yang diatur di dalam PBI-1971 atau SK-SNI 1991, maka rasio benda uji akan ditetapkan oleh Konsultan Pengawas/Direksi). Setelah mencapai umur yang cukup, benda-benda uji ini harus diteskan ke Laboratorium dengan biaya Kontraktor. Bila hasil Laboratorium ternyata mutu beton yang telah dilaksanakan tidak memenuhi syarat maka dilakukan test-test selanjutnya di lapangan sesuai prosedur yang telah diatur di dalam PBI 1971 atau SK-SNI 1991. Bila test-test di lapangan inipun masih mendapatkan hasil mutu beton dibawah karakteristik beton dengan standart sebagaimana diuraikan di atas, maka Kontraktor berkewajiban membongkar pekerjaan ini dan melaksanakan kembali tanpa mendapatkan ganti rugi apapun.

    d. Bila Kontraktor bertindak menyimpang dari ketentuan-ketentuan di atas, Konsultan Pengawas /

    Direksi berhak menghentikan pekerjaan ini dan semua resiko sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor Pelaksana.

    5. Pemeliharaan Beton

    a. Kontraktor Pelaksana diwajibkan melindungi beton yang baru dicor terhadap sinar matahari langsung, angin dan hujan sampai beton sempat mengeras secara wajar.

    b. Kontraktor Pelaksana diwajibkan menghindarkan pengeringan yang terlalu cepat dengan cara-cara sebagai di bawah ini : 1. Semua bekisting yang melingkupi beton yang baru dicor harus dibasahi secara teratur

    sampai dibongkar. 2. Semua permukaan beton yang tidak terlindungi oleh bekisting (misalnya permukaan plat

    lantai) harus ditutup dengan karung goni basah selama perkiraan pengikatan awal berlangsung dan selanjutnya digenangi dengan air selama 14 hari sejak saat pengecoran, kecuali ditentukan lain oleh Konsultan Pengawas / Direksi.

    c. Pemeliharaan dengan penyiraman air minimal 2 x sehari harus dilakukan setelah bekisting dibuka. Penyiraman dilakukan selama 7 hari.

    d. Tidak dibenarkan menimbun atau mengangkut barang di atas beton atau memakai bagian beton sebagai tumpuan selama menurut Konsultan Pengawas/Direksi bahwa beton tersebut belum cukup mengeras.

    6. Pembongkaran Bekisting

    a. Pembongkaran bekisting tidak dibenarkan bila : 1. Umur beton belum mencapai kekuatan sesuai PBI 1971 Bab 5 ayat 8. 2. Umur beton belum mencapai kekuatan yang memadai untuk mendukung beban kerja di

    atasnya bila hal tersebut akan dilakukan. b. Sebelum melaksanakan pembongkaran, Kontraktor Pelaksana harus mengajukan ijin

    pembongkaran secara lisan kepada Konsultan Pengawas / Direksi . Namun sebelum Konsultan Pengawas / Direksi memberikan ijin secara tertulis (baik melalui surat resmi maupun tertulis dalam buku Konsultan Pengawas / Direksi), Kontraktor Pelaksana tidak dibenarkan melakukan pembongkaran.

    c. Pembongkaran bekisting harus dilaksanakan secara hati-hati sedemikian rupa sehingga : 1. Tidak menyebabkan kerusakan konstruksi baik bagi betonnya sendiri maupun konstruksi

  • lainnya. 2. Tidak membahayakan pekerja dan orang lain.

    d. Bagian beton yang keropos setelah pembongkaran bekisting harus segera diisi dengan mortar beton sesuai campuran asal.

    7. Lingkup Pekerjaan Beton Bertulang Yang termasuk dalam lingkup pekerjaan beton bertulang ini adalah beton struktur dan juga beton praktis yang dilaksanakan sesuai dengan gambar rencana atau lebih lanjut sesuai petunjuk Direksi. Untuk ukuran besi beton yang boleh terpasang di lapangan sesuai dengan gambar rencana dengan toleransi maksimal 0 s/d 14 mm = 0,3 mm

    16 s/d 25 mm = 0,5 mm (standart PUBI 1982). Untuk besi beton 10 ke atas diperboleh menggunakan besi ulir dengan catatan berlogo SNI dan tertulis besar diameternya .

    G. PEKERJAAN PASANGAN

    Pasangan batu bata pada kegiatan ini adalh pasangan batu bata untuk List, kansteen dan pasangan keliling man hole : dilaksanakan dengan campuran 1pc : 4psr dengan ketentuan sebagai berikut : a. Tembok harus dipasang tegak lurus siku-siku dan rata, tidak boleh terdapat retak-retak dengan

    maksimum pecah dari batu bata merah 5 %. b. Bata harus berukuran sama menurut aturan Normalisasi, dan sebelum dipasang direndam air

    terlebih dahulu hingga kenyang. c. Bata yang digunakan harus berkwalitas baik dari hasil pembakaran yang matang, berukuran sama,

    tidak boleh pecah-pecah menurut pemeriksaan Direksi. d. Semua voeg (siar) diantara pasangan bata pada hari pemasangan harus dikeruk sedalam

    1 cm pada bagian luar dan dalam. e. Pasangan batu bata untuk kansteen yang terganggu posisi pohon : maka pemasangannya

    menyesuaikan , khusus untuk kansteen yang terganggu posisi pohon sebelum dipasang pihak kontraktor harus melapor untuk mendapat persetujuan dari Konsultan Pengawas / Direksi

    f. Khusus untuk daerah persimpangan jalan kansteen dibuat melengkung ( sesuai dengan kansteen lama atau menurut petunjuk dari direksi )

    K. PEKERJAAN PLESTERAN DAN ACIAN

    1. Plesteran Beton a. Seluruh permukaan beton yang tampak harus menghasilkan permukaan yang halus dan rata. Bila

    pelaksanaan pekerjaan beton tidak dapat menghasilkan permukaan yang halus dan rata, maka permukaan tersebut harus diplester hingga menghasilkan permukaan seperti yang dimaksudkan di dalam Gambar Rancangan Pelaksanaan.

    b. Permukaan beton yang akan diplester harus disiapkan lebih dahulu dengan pekerjaan

    pendahuluan berurutan sebagai berikut : - permukaan dibuat kasar dengan betel - dibasahi dengan air - disaput air semen (PC)

    c. Mortar untuk pleseran adalah campuran 1 Pc : 2 Ps yang diaduk secara benar-benar homogen. d. Ketebalan plesteran rata-rata adalah 1,5 cm. e. Plesteran harus diakhiri dengan acian halus dari adukan air semen (Pc).

    2. Plesteran Dinding Batu Bata

    a. Sebelum plesteran dinding dilaksanakan, permukaan pasangan tembok harus disiram air hingga kenyang.

  • b. Plesteran dinding dilaksanakan dengan spesi 1pc : 3ps serta 1pc : 5ps. Dalam arti campuran plesteran harus dari campuran dengan perbandingan yang sama dengan spesi pasangan dindingnya.

    c. Plesteran harus menghasilkan bidang dinding yang benar-benar rata. d. Semua bahan yang digunakan hasil dari ayakan yang halus dan selalu ditakar. e. Plesteran harus diakhiri dengan acian halus dari adukan air semen (PC). f. Semua pekerjaan plesteran beton maupun plesteran tembok rata dan halus, dan merupakan

    suatu bidang yang tegak lurus dan siku. g. Tidak boleh ada retak-retak dikemudian. Jika terjadi retak-retak, Penyedia Barang/Jasa harus

    segera memperbaikinya. h. Sebelum pelaksanaan plesteran tembok dilaksanakan jalur-jalur instalasi listrik, sudah harus

    ditanam dalam tembok terlebih dahulu sesuai dengan rencana. i. Pekerjaan plesteran tembok dilaksanakan pada seluruh pekerjaan tembok, baik yang tampak,

    maupun yang tidak tampak antara lain : tembok -tembok diatas langit - langit maupun tembok gewel, bagian dalam dan sebagainya.

    j. Untuk penyelesaian sudut-sudut, sponing (benangan) supaya digunakan plesteran 1pc : 2ps dilaksanakan dengan lurus dan tajam.

    k. Pekerjaan acian dalam RAB : sudah termasuk benangan. L. PEKERJAAN PASANGAN KERAMIK LANTAI DAN KERAMIK DINDING

    1. Pasangan Lantai Keramik

    a. Lantai trotoar ( atas saluran ) menggunakan keramik 30x30 cm Doof ( kasar) , dengan border dibagian tepi ( seperti pada gambar rencana),

    b. Type/corak dan warnanya ditentukan kemudian dalam rapat direksi. Sebelum pekerjaan pemasangan keramik , pihak Pelaksana / Kontraktor wajib memberikan sampel untuk mendapat persetujuan dari Direksi (PPK/Petugas Monitoring)

    c. Spesi perekat terhadap lantai strukturnya menggunakan campuran 1PC : 3Ps. d. Pelaksanaan pemasangan harus sedemikian rupa hingga :

    1. Seluruh bagian di bawah keramik terisi penuh dengan mortar spesi hingga tidak terdapat rongga udara terjebak di bawah keramik.

    2. Menghasilkan bidang lantai yang benar-benar datar dan rata air, kecuali untuk bagian-bagian lantai pada daerah basah yang dikehendaki miring harus menghasilkan bidang miring sempurna yang dapat mengalirkan air hingga kering ke lubang-lubang lantai.

    3. Nat antar keramik max. adalah 2 mm dan menghasilkan garis nat yang lurus sejajar garis dinding yang melingkupinya.

    e. Setelah spesi pasangan mengering, siar antara (nat) harus diisi penuh dengan adukan PC dan dikeruk halus hingga menghasilkan permukaan nat yang sama dengan garis tepian keramik.

    f. Noda adukan PC yang mengenai permukaan keramik harus segera dibersihkan dengan lap

    basah dan dikeringkan seketika dengan lap kering. g. Direksi berhak memerintahkan pembongkaran dan pembenahan kembali tanpa biaya tambah

    bila persyaratan di atas tidak dapat dipenuhi. M. PEKERJAAN PENGECATAN

    1. Pekerjaan pengecatan dalam kegiatan ini adalah : pengecatan kansteen tepi jalan. a. Bahan yang dipergunakan dalam pekerjaan ini adalah cat emulsi Mowilex, Vinilex , Dulux / setara

    yang sesuai untuk pengecatan exterior.

  • b. Pekerjaan pengecatan ini dilaksanakan pada kansteen tepi jalan. c. Pengecatan dilakukan setelah plesteran benar-benar telah kering. d. Sebelum pengecatan, terlebih dahulu bidang-bidang yang akan di cat dibersihkan dari kotoran

    yang melekat serta dibuat rata dengan cara menggosok dengan menggunakan kertas gosok. g. Untuk pengecatan awal : menggunakan plamir khusus exterior / alkali resisting primer sebelum

    dicat dengan cat dasar dan difinishing dengan cat penutup khusus exterior. Atau dicat dengan cat dasar jenis : Weathershield.

    h. Pengecatan akhir adalah pengecatan permukaan tersebut dilaksanakan cat dasar 1 kali selanjutnyadengan cat akhiran (penutup) 3 kali hingga pekat dan rata.

  • PEMBERITAHUAN PENYERAHAN PEKERJAAN YANG PERTAMA Apabila waktu pelaksanaan dalam kontrak atau tanggal baru akibat perpanjangan waktu sesuai dengan addendum kontrak telah berakhir, Penyedia Jasa harus segera menyerahkan hasil pekerjaannya dengan baik sesuai dengan kontrak kepada Pengguna Jasa secara tertulis, dan direksi teknis/pengawas berkewajiban : 1. Membuat evaluasi tentang hasil seluruh pelaksanaan sesuai dengan kontrak Penyedia Jasa. 2. Menanggapi/melaporkan kepada Pengguna Jasa tentang hasil pekerjaan Penyedia Jasa tersebut

    secara tertulis.

    Pengguna Jasa akan mengadakan rapat proyek mengenai pekerjaan penyerahan tersebut diatas berdasarkan : 1. Kontrak atau Addendum Penyedia Jasa. 2. Surat penyerahan pekerjaan dari Penyedia Jasa. 3. Surat tanggapan dari direksi teknis/pengawas, setelah dapat menerima penyerahan pekerjaan tersebut.

    Penyedia Jasa harus menyisihkan (mengadakan) penyediaan bahan-bahan (reserve) antara lain : Genteng 2 m2, genteng bubungan 5 buah, keramik 5 m2.

    PEMELIHARAAN BANGUNAN SEBELUM PENYERAHAN KEDUA Terhitung mulai dari tanggal diterimanya penyerahan pekerjaan yang pertama, hingga Serah Terima yang Kedua adalah merupakan masa pemeliharaan yang masih menjadi tanggung jawab Penyedia Barang/Jasa sepenuhnya, antara lain : 1. Keamanan dan penjagaan 2. Penyempurnaan dan pemeliharaan 3. Pembersihan Apabila Penyedia Jasa telah melaksanakan hal tersebut diatas sesuai dengan kontrak, maka penyerahan pekerjaan yang kedua dapat dilaksanakan seperti pada tata cara (prosedur) pada penyerahan pekerjaan yang pertama.

    P E N U T U P

    Apabila dalam rencana kerja dan syarat - syarat ( RKS ) ini untuk uraian bahan-bahan, pekerjaan-pekerjaan, yang tidak disebut perkataan atau kalimat "diselenggarakan oleh Penyedia Barang / Jasa" maka hal ini harus dianggap seperti disebutkan. Guna mendapatkan hasil pekerjaan yang baik, maka bagian-bagian yang nyata termasuk didalam pekerjaan ini, tetapi tidak dimasukkan atau disebut kata demi kata dalam RKS ini, haruslah diselenggarakan oleh Penyedia Barang / Jasa dan diterima sebagai "hal" yang disebutkan. Hal-hal yang tidak tercantum dalam peraturan ini, akan ditentukan lebih lanjut oleh Pengguna Jasa, bilamana perlu diadakan perbaikan dalam RKS ini. Meskipun telah ada pengawas dari beberapa unsur, semua penyimpangan dari ketentuan RKS dan gambar menjadi tanggung jawab Penyedia Barang/Jasa, untuk itu Penyedia Barang/Jasa harus menyelesaikan pekerjaan sebaik mungkin.