2. landasan teori 2.1 supply chain (rantai pasokan) 2.1.1

27
7 Universitas Kristen Petra 2. LANDASAN TEORI 2.1 Supply chain (rantai pasokan) 2.1.1 Konsep Supply Chain Supply chain management, menurut (Heizer & Rander, 2004), merupakan kegiatan pengelolaan kegiatan-kegiatan dalam rangka memperoleh bahan mentah menjadi barang dalam proses atau barang setengah jadi dan barang jadi kemudian mengirimkan produk tersebut ke konsumen melalui sistem distribusi. Kegiatan- kegiatan ini mencangkup fungsi pembelian tradisional ditambah kegiatan penting lainnya yang berhubungan antara pemasok dengan distributor. Sedangkan menurut (Chopra, 2004) Supply chain terdiri dari semua pihak yang terlibat, langsung maupun tidak langsung, dalam memenuhi permintaan pelanggan. Supply chain tidak hanya meliputi produsen dan pemasok, tetapi juga pengangkutan, gudang, pengecer, dan pelanggan itu sendiri. dalam organisasi masing-masing, seperti produsen, supply chain termasuk semua fungsi yang terlibat dalam menerima dan memenuhi permintaan pelanggan. fungsi-fungsi ini termasuk, tetapi tidak terbatas pada pengembangan produk baru, pemasaran, operasi, distribusi, keuangan, dan layanan pelanggan. Definisi supply chain yang diusulkan (Langley, 2008) adalah supply chain memiliki makna yang luas dan komprehensif, karena itu, permintaan dan nilai yang sangat relevan. demikian, dapat dikatakan bahwa supply chain, rantai permintaan, jaringan nilai, rantai nilai merupakan suatu sinonim. Ada penggunaan yang lebih luas dari penerimaan manajemen rantai pasokan dan sudut pandang komprehensif dari supply chain management. Supply Chain Management berkaitan langsung dengan siklus lengkap bahan baku dari pemasok ke produksi, gudang, dan distribusi kemudian sampai ke konsumen. Sementara perusahaan meningkatkan kemampuan bersaing mereka melalui penyesuaian produk, kualitas yang tinggi, pengurangan biaya, dan kecepatan mencapai pasar diberikan penekanan tambahan terhadap rantai pasokan.

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

7 Universitas Kristen Petra

2. LANDASAN TEORI

2.1 Supply chain (rantai pasokan)

2.1.1 Konsep Supply Chain

Supply chain management, menurut (Heizer & Rander, 2004), merupakan

kegiatan pengelolaan kegiatan-kegiatan dalam rangka memperoleh bahan mentah

menjadi barang dalam proses atau barang setengah jadi dan barang jadi kemudian

mengirimkan produk tersebut ke konsumen melalui sistem distribusi. Kegiatan-

kegiatan ini mencangkup fungsi pembelian tradisional ditambah kegiatan penting

lainnya yang berhubungan antara pemasok dengan distributor.

Sedangkan menurut (Chopra, 2004) Supply chain terdiri dari semua pihak

yang terlibat, langsung maupun tidak langsung, dalam memenuhi permintaan

pelanggan. Supply chain tidak hanya meliputi produsen dan pemasok, tetapi juga

pengangkutan, gudang, pengecer, dan pelanggan itu sendiri. dalam organisasi

masing-masing, seperti produsen, supply chain termasuk semua fungsi yang

terlibat dalam menerima dan memenuhi permintaan pelanggan. fungsi-fungsi ini

termasuk, tetapi tidak terbatas pada pengembangan produk baru, pemasaran,

operasi, distribusi, keuangan, dan layanan pelanggan.

Definisi supply chain yang diusulkan (Langley, 2008) adalah supply chain

memiliki makna yang luas dan komprehensif, karena itu, permintaan dan nilai

yang sangat relevan. demikian, dapat dikatakan bahwa supply chain, rantai

permintaan, jaringan nilai, rantai nilai merupakan suatu sinonim. Ada penggunaan

yang lebih luas dari penerimaan manajemen rantai pasokan dan sudut pandang

komprehensif dari supply chain management.

Supply Chain Management berkaitan langsung dengan siklus lengkap

bahan baku dari pemasok ke produksi, gudang, dan distribusi kemudian sampai ke

konsumen. Sementara perusahaan meningkatkan kemampuan bersaing mereka

melalui penyesuaian produk, kualitas yang tinggi, pengurangan biaya, dan

kecepatan mencapai pasar diberikan penekanan tambahan terhadap rantai

pasokan.

8 Universitas Kristen Petra

Rantai pasokan mencakup keseluruhan interaksi antara pemasok,

perusahaan manufaktur, distributor, dan konsumen. Interaksi ini juga berkaitan

dengan transportasi, informasi penjadwalan, transfer kredit dan tunai, serta

transfer bahan baku antara pihak-pihak yang terlibat.

Dewasa ini, persaingan bisnis tidak lagi terjadi antar perusahaan tetapi

melibatkan beberapa jaringan supply chain. Supply chain (rantai pemasok)

merupakan jaringan antar perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk

menghasilkan dan mengantarkan suatu produk ke konsumen akhir. Mengelola

aliran produk yang tepat adalah salah satu tujuan dari supply chain.

Konsep supply chain merupakan konsep dalam mengelola masalah

persediaan. Tuntutan pelanggan yang terus berkembang dan jumlah retailer yang

semakin banyak sehingga menyebabkan perlunya koordinasi yang baik antara

penjual dan pembeli.

2.1.2. Fungsi Supply Chain

Supply chain merupakan sebuah proses bisnis dan informasi yang berulang

yang menyediakan produk atau layanan dari pemasok melalui proses pembuatan

dan pendistribusian kepada konsumen. Maka dari itu terdapat fungsi supply chain.

Supply chain management secara umum mempunyai dua fungsi, yang

pertama supply chain management secara fisik mengubah barang bahan baku

menjadi produk jadi dan menghantarkannya ke pemakai akhir. Fungsi pertama ini

berkaitan dengan biaya material, biaya penyimpanan, biaya produksi, biaya

transportasi.

Sedangkan fungsi yang kedua adalah supply chain management sebagai

mediasi pasar, yakni memastikan bahwa apa yang di supply oleh rantai supply

chain mencerminkan aspirasi pelanggan atau pemakai akhir tersebut. Fungsi

kedua ini berkaitan dengan biaya survai pasar, biaya perancangan produk. (Zabidi,

2001)

2.1.3. Tujuan Supply Chain

Adapun tujuan supply chain sebagai berikut:

9 Universitas Kristen Petra

Untuk memastikan sebuah produk berada pada tempat dan waktu yang

tepat untuk memenuhi permintaan konsumen tanpa menciptakan stok yang

berlebihan atau kekurangan.

Untuk menjamin kesatuan gerak dari jumlah dan kualitas yang memadai

pada persediaan yang meliputi banyak hal seperti perencanaan dan

komunikasi.

Untuk memaksimalkan nilai yang dihasilkan secara keseluruhan (Chopra,

2001)

Mencapai efisiensi aktivitas dan biaya seluruh sistem, total biaya sistem

dari transportasi hingga distribusi persediaan bahan baku, proses kerja, dan

barang jadi.

2.1.4 Strategi Supply Chain

Untuk memenuhi kebutuhan pasar sesuai dengan konteks yang diingikan

oleh konsumen maka setiap rantai pasokan harus memiliki kemampuan dalam

pengoperasian yang efisien, menciptakan kualitas, cepat, fleksibel, dan inovatif.

Sehingga keputusan strategis terkait diantaranya adalah penentuan kapasitas

fasilitas, penentuan sistem informasi, penentuan produk yang akan dibuat dan

disimpan, penentuan lokasi dan model transportasi dan lain-lain.

Banyak peluang yang tersedia dalam supply chain management untuk

meningkatkan nilai produk dengan biaya yang rendah. Dengan kata lain, terdapat

beberapa strategi yang dapat digunakan antara lain (Siagian, 2005):

Postponement, yaitu strategi untuk menunda modifikasi atau penyesuaian

terhadap produk selama mungkin. Dengan bantuan rancangan dan bantuan

pemasok, suatu perusahaan manufaktur dapat mempertahankan

karakteristik generik dari produknya selama mungkin. Postponement dapat

dilakukan berkaitan dengan teknologi dan karakteristik proses,

karakteristik produk, dan karakteristik pasar.

Drop ship, strategi ini sering digunakan di sisi distributor. Pada awalnya

tahapan produk dari supplier untuk sampai ke tangan konsumen cukup

panjang seperti pada gambar 1.a , tetapi strategi drop ship pemasok akan

10 Universitas Kristen Petra

langsung mengirimkan ke konsumen pemakai dan bukan kepada penjual,

agar menghemat waktu dan biaya pengangkutan seperti pada gambar 1.b.

Hal lain yang dapat menghemat biaya mencakup penggunaan kemasan

khusus, label khusus, dan lokasi.

Gambar 2.1.a: Aliran Produk

Sumber: Siagian (2005, p 28)

Gambar 2.1.b: Strategi Drop ship

Sumber: Siagian (2005, p 28)

Strategi supply chain diperlukan untuk membantu pencapaian tujuan

perusahaan yang diinginkan dalam strategi perusahaan. Inovasi terhadap

pendekatan-pendekatan strategi supply chain akan membuat perusahaan dapat

unggul dalam bersaing.

Dalam perencanaan strategi supply chain diperlukan beberapa sumber-

sumber pengambilan keputusan. Suatu perspektif strategi untuk sumber dari

dalam dan luar perusahaan bertujuan agar mampu bersaing berdasarkan

differensiasi produk dan atau fokus. Di bawah ini beberapa faktor yang

dipertimbangkan dalam strategi supply chain antara lain:

a. Keunggulan Bersaing

Faktor pertama yang harus dipertimbangkan dalam pembuatan strategi

adalah kemampuan perusahaan untuk dapat unggul dalam bersaing (competitive

advantage). Secara umum keunggulan bersaing dapat diperoleh dari

1. Diferensiasi, yaitu berusaha menciptakan/ membuat produk yang unik

berbeda atau minimal lebih baik dari produk yang sudah ada

2. Kepeloporan biaya, yaitu berusaha meminimalkan biaya tetapi tanpa

mengurangi nilai atau kualiatas produk. Hal ini dapat dilakukan dengan

Supplier Manufacturer Distributor Retailer Customer

Supplier Supply Chain

Management

M

Customer

11 Universitas Kristen Petra

inovasi proses, mendesain produk dengan benar, mengurangi biaya

manufaktur

3. Respon yang cepat, ditandai dengan sifat fleksibel, reliable, cepat tanggap

terhadap perubahan-perubahan.

b. Fleksibilitas Permintaan

Faktor kedua yang harus dipertimbangkan dalam pembuatan strategi

adalah fleksibilitas permintaan (demand flexibility) yang harus dipenuhi di setiap

kegiatan. Persyaratan yang diinginkan konsumen terhadap suatu produk akan

mengendalikan strategi operasional perusahaan. Kebutuhan fleksibilitas sangat

tergantung pada jumlah dan cakupan perubahan yang diingikan terhadap

permintaan barang dan jasa. Fleksibilitas permintaan menurut Slack (1990)

dipengaruhi beberapa faktor, yaitu produk itu sendiri, campuran produk, volume,

dan tipe pengantaran. Pengukuran terhadap fleksibilitas permintaan bermacam-

macam, dapat dilihat dari ketepatan pengantaran, peramalan permintaan dan

sebagainya.

c. Kapabilitas Proses

Kapabilitas proses (process capability) faktor ini sangat berkaitan dengan

sejauh mana perusahaan dapat menjalankan aktivitas-aktivitas yang dibutuhkan.

Hal ini sangat tergantung pada tipe kegiatan, dengan kata lain terdapat banyak

cara untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Jika kapabilitas proses sesuai dengan

standar industri maka benchmarking dapat efektif digunakan.

d. Kematangan Proses

Faktor kematangan proses (process maturity) sangat berkaitan dengan

tingkat kinerja proses, bagaimana proses ini dapat tanggap dan memenuhi

penawaran pasar. Faktor ini sangat dibutuhkan untuk pertimbangan terhadap

proses manufaktur yang akan digunakan.

e. Resiko Strategi

12 Universitas Kristen Petra

Resiko strategi (strategic risk) resiko yang di maksud di sini bukanlah

resiko terhadap kuantitas atau kualitas yang diberikan pemasok melainkan adanya

penyebaran resiko. Penyebaran resiko adalah resiko yang resiko yang diterima

perusahaan akibat adanya kebocoran informasi tentang produk dan layanannya,

baik itu yang diterima atau yang diberikan pemasok, sehingga pesaing dapat

mengetahui strategi-strategi perusahaan. Resiko dapat menjadi tinggi ketika

pemasok memiliki konsumen lain sehingga pesaing memperoleh layanan pemasok

dan mengetahui strategi-strategi perusahaan. Berdasarkan hal tersebut maka

manajer sudah selayaknya mengevaluasi seluruh strategi yang dijalankan.

2.1.5 Tahapan Supply Chain

Supply chain atau dikenal dengan istilah lainnya rantai pasokan

merupakan rantai penghubung dari satu pelaku ke pelaku lainnya. Ada banyak

model atau jalur rantai di dalam tahapan supply chain. Mulai dari supplier ke

manufacturer kemudian dilanjutkan ke distributor dan setelah itu ke retailer dan

akhirnya sampai ke tangan pelanggan. Jalur ini yang lasim digunakan tetapi juga

ada perusahaan yang memotong salah satu atau beberapa rantai supply chain

sebagai contoh tidak melewati jalur distributor maupun retailer. Hal itu dilakukan

guna untuk mengurangi cost/biaya didalamnya atau ada pertimbangan-

pertimbangan lain yang dianggap lebih menguntungkan perusahaan. Di bawah ini

merupakan tahapan atau jalur rantai dalam proses supply chain

Supplier Manufacturer Distributor Retailer Customer

Supplier

Supplier

Manufacturer

Manufacturer

Distributor

Distributor

Retailer Customer

Retailer Customer

13 Universitas Kristen Petra

Gambar 2.2: Jalur Supply Chain

Sumber: Chopra (2004, p5)

Chain 1. Supplier

Pada Rantai ini merupakan tahapan pertama dalam rantai supply chain.

Dimana aktivitas supplier adalah sebagai penyedia bahan produksi seperti bahan

baku, bahan mentah, ataupun bahan penolong. Jumlah supplier biasanya banyak

tergantung dari permintaan masing- masing perusahaan. Jenis supplier ada

bermacam-macam sebagai contoh perusahaan koran mendapatkan bahan baku

kertas bisa berasal dari pemulung kertas, kertas yang di daur ulang atau secara

langsung dari supplier kertas.

Chain 2. Supplier – Manufacturer

Rantai pertama dihubungkan pada rantai kedua. Pada rantai ini

manufacturer berperan sebagai pembuat pekerjaan sampai dengan finishing. Bisa

terjadi penghematan pada rantai ini seperti penghematan biaya inventories bahan

baku, bahan setengah jadi maupun bahan jadi. Manufacturer juga dapat menjalin

kerja sama dari beberapa supplier. Contoh perusahaan coklat menjalin kerja sama

dengan supplier gula, supplier tepung, supplier susu maupun juga supplier plastik

untuk packaging nya.

Chain 3. Supplier – Manufacturer – Distributor

Setelah melewati rantai manufacturer, rantai ketiga adalah distributor.

Pada rantai ini mulai terjadi aktivitas penyaluran bahan setengah jadi atau bahan

jadi kepada pelanggan. Terdapat banyak cara dalam penyaluran barang ke

pelanggan. Dimana nanti distributor besar atau wholesaler akan menyalurkan

barangnya kepada retailer atau pengecer ataupun langsung menyalurkan barang

kepada konsumen.

Chain 4 . Supplier – Manufacturer – Distributor – Retailer

Rantai keempat adalah retailer atau nama lainnya pengecer. Pada

umumnya distributor besar mempunyai gudang sendiri dalam penyimpanan

14 Universitas Kristen Petra

barang yang kemudian akan didistribusikan kepada retailer. Peranan retailer

adalah menyalurkan barang kepada konsumen akhir. Retailer dapat berupa toko-

toko maupun kios di pinggir-pinggir jalan. Harga yang ditawarkan retailer

biasanya lebih mahal dibandingkan dengan distributor langsung sehingga jalur

retailer dapat tidak dilewati sehingga dari distributor langsung kepada konsumen

akhir. Namun pola pada rantai pasokan pada umumnya melewati jalur retailer.

Chain 5. Supplier – Manufacturer – Distributor – Retailer – Customer

Tujuan dari supply chain adalah penyaluran barang sampai ke tangan

konsumen. Para retailer langsung menawarkan produknya kepada konsumen.

Pada rantai ini sebenarnya masih bukan rantai yang terakhir. Sebetulnya masih

ada satu rantai lagi yaitu pembeli tetapi tidak menggunakan produknya secara

langsung atau lebih dikenal dengan istilah reseller.

Contoh supply chain pada perusahaan biskuit PT MNO:

Gambar 2.3: Contoh Supply Chain PT MNO

Sumber: Venskasehetapy (2009)

Untuk membuat produk biskuit, perusahaan membutuhkan beberapa

supplier untuk menjadi pemasok bagi perusahaan tersebut. Pada SCM ini terdapat

pemasok tepung, pemasok telur, pemasok gula, pemasok minyak nabati, dan

15 Universitas Kristen Petra

pemasok susu bubuk. Pemasok tersebut kemudian mengirim bahan baku ke pabrik

bahan baku dan kemudian akan diolah. Setelah diolah, bahan baku tersebut akan

dikirim ke gudang bahan jadi. Kemudian dari gudang bahan jadi akan dikirim ke

pabrik bahan jadi untuk proses penyelesaian produk. Dari pabrik bahan jadi

tersebut kemudian akan dikirim ke distributor. Distributor tersebut bisa melalui

supermarket besar/kecil maupun ke pengecer. Yang pada akhirnya, produk-

produk tersebut ditujukan untuk konsumen akhir untuk dapat mengkonsumsi

produk biskuit yang telah dibuat.

Contoh Supply Chain pada perusahaan wafer coklat PT.XYZ:

Gambar 2.4: Contoh Supply Chain PT XYZ

Sumber: Suryadewi (2009)

Gambar tersebut merupakan contoh dari SCM untuk perusahaan wafer

coklat. Untuk penggambaran SCM yang baik yaitu dimulai dari hulu ke hilir.

Adapun urutannya supplier-manufacturer-distributor-wholesaler-retailer-end

customer.

Untuk SCM wafer coklat diatas, yang berperan sebagai supplier yaitu

pabrik gula, pabrik tepung terigu, pabrik susu bubuk, pabrik coklat bubuk, pabrik

bahan pelengkap, pabrik kaleng, pabrik plastik dan pabrik kertas.. bahan-bahan

16 Universitas Kristen Petra

tersebut akan dikirimkan pada pabrik pembuat wafer coklat. setelah wafer selesai

dibuat, maka wafer akan diberikan pada PT. XYZ dalam hal ini berperan sebagai

manufacturer. dari PT. XYZ, wafer yang telah diproduksi dan dipacking segera

dikirimkan pada distributor-distributor. dari distributor, wafer akan di sebarkan

lagi pada para retailer atau pengecer, setelah itu barulah wafer coklat bisa dibeli

oleh end customer atau konsumen.

2.1.6 Produk Supply Chain

Dalam konsep supply chain terdapat bahan-bahan yang diperlukan dalam

proses pelaksanaannya. Di bawah ini merupakan komponen-komponen yang

diperlukan pada proses supply chain menurut (Siagian, 2005):

a) Bahan Baku (Raw Material Stock)

Merupakan persediaan dari barang-barang yang dibutuhkan untuk proses

produksi. Barang ini bisa diperoleh dari sumber-sumber alam, atau dibeli

dari supplier yang menghasilakan barang tersebut.

b) Barang Setengah Jadi (Work In Process)

Merupakan barang-barang yang belum berupa barang jadi, akan tetapi

masih diproses lebih lanjut sehingga menjadi barang jadi.

c) Barang Jadi (Finished Good)

Merupakan barang-barang yang selesai diproses dalam pabrik dan siap

disalurkan kepada distributor, pengecer,atau langsung dijual ke pelanggan.

d) Bahan Pembantu (Supplies Stock)

Merupakan persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses

produksi untuk membantu kelancaran produksi, tetapi tidak merupakan

bagian dari barang jadi.

e) Bagian Produk (Purchased Parts)

Merupakan persediaan barang-barang yang terdiri dari parts yang diterima

dari perusahaan lain, yang secara langsung diassembling dengan parts lain

tanpa melalui proses produksi.

Karakteristik produk dan pasar. Menurut Marshal Fisher, terdapat dua

karakteristik produk, yaitu:

1. Produk Fungsional

17 Universitas Kristen Petra

Produk dengan konfigurasi standar, siklus hidup panjang, memiliki sedikit

variasi, kebutuhan pelanggan dari waktu ke waktu relatif tidak berubah.

Contoh: kertas HVS, paku payung, pensil.

2. Produk Inovatif

Setiap kelompok produk inovatif mempunyai variasi sampai ratusan atau

ribuan, bertahan sebentar di pasar dan akan digantikan oleh variasi baru

yang dikembangkan.

Contoh: camera digital, handphone.

Setiap karakteristik produk memiliki strategi atau desain rantai pasokan

yang berbeda. Untuk produk fungsional, difokuskan untuk meminimumkan

ongkos-ongkos fisik disepanjang rantai supply, menciptakan efisiensi. Sedangkan

untuk produk inovatif, difokuskan pada peningkatan kemampuan untuk lebih

responsif terhadap kebutuhan pasar/ konsumen. Sehingga munculah 2 strategi

utama yaitu strategi efisiensi dan strategi responsif. Kesesuaian antara

karakteristik produk dan bentuk strategi yang digunakan dalam rantai pasokan

dinamakan strategi fit. Konsep strategi fit dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 2.5: Konsep strategi fix rantai pasokan

Sumber: Utaminingsih (2011)

18 Universitas Kristen Petra

2.1.7 Transportasi Supply Chain

Dalam proses supply chain teradapat beberapa model-model transportasi

yang dapat digunakan untuk sampai ke tangan pelaku yang dituju. Peran anggota

keluarga dapat turut berpartisipasi dalam mengirimkan barang sampai ke tangan

konsumen. Model pengiriman yang digunakan pun dapat bermacamam-macam

mulai dari pertimbangan tingkat kecepatan pengiriman, besar atau kecilnya

volume pengiriman serta biaya yang dikeluarkan dalam proses pengiriman

tersebut. Ada beberapa model transportasi yang dapat digunakan antara lain

menurut (Chopra, 2004):

a) Sarana transportasi air

Muatan yang dikirim melalui air biasanya berukuran besar dan bernilai

rendah. Sistem ini berarti jika pengiriman dianggap lebih penting dibandingkan

kecepatan. Keutungan utama alat transportasi melalui jalur air adalah

kemampuannya untuk membawa barang dalam jumlah besar. Kelemahan utama

alat transportasi melalui jalan air adalah lamanya waktu yang dibutuhkan untuk

proses pengantaran.

b) Jasa pengiriman

Perusahaan paket pengiriman seperti FedEx, pos pengiriman yang membawa

paket kecil mulai dari surat untuk pengiriman dengan berat sekitar 150 pounds.

Jasa pengiriman lebih mahal dan harga tidak dapat bersaing untuk pengiriman

barang besar.

c) Truk

Kelebihan dari truk adalah fleksibilitas pengirimannya. Perusahaan yang

mengadopsi JIT meningkatkan penekanan pada pengendara truk untuk mengambil

dan mengirim tepat waktu, tanpa kerusakan, dengan pekerjaan administrasi yang

baik dan dengan biaya rendah.

d) Kereta api

Dengan pertumbuhan JIT kereta api tertinggal karena manufaktur dengan

batch berukuran kecil membutuhkan pengiriman yang teratur dan lebih kecil. Alat

transportasi kereta api ini mempunyai kemampuan untuk mengangkut barang

bertonase yang sangat besar, karena spesifikasi kereta api tersebut. Akan tetapi,

19 Universitas Kristen Petra

alat transportasi ini memerlukan biaya tetap yang cukup tinggi dan biaya peralatan

rutin yang cukup tinggi pula.

e) Saluran pipa

Alat transportasi dengan menggunakan saluran pipa, biasanya digunakan

untuk mengangkut bahan baku cari seperti minyak mentah, gas alam, produk

minyak, dan bahan kimia. Kebaikan alat transportasi ini biaya tetapnya paling

tinggi, tetapi baiya variabelnya paling rendah. Kelemahan yang menonjol adalah

barang yang dibawa sangatlah terbatas, karena sangat tergantung diameter pipa

dan derasnya arus yang dibawa.

f) Pesawat udara

Jenis pengiriman yang tumbuh paling cepat karena menawarkan kecepatan

dan keandalan untuk perpindahan nasional dan internasional barang yang

berbobot ringan. Penggunaan angkutan ini biasanya untuk produk bernilai tinggi

buka produk bernilai rendah dan dengan biaya yang terlalu tinggi pula untuk

ditutupi.

2.1.8 Peramalan Supply Chain

Dalam pengelolaan bisnis keluarga tentu saja pemilik perusahaan (ayah

atau ibu) mempunyai peramalan pendapatan untuk mengembangkan perusahaan

yang dijalankannya salah satunya adalah peramalan supply chain. Memperkirakan

jumlah permintaan konsumen termasuk dalam kegiatan peramalan (forecasting).

Kegiatan ini dilakukan untuk memperkirakan kondisi yang akan datang yang tidak

menentu. Jadi peramalan dapat didefinisikan sebagai ilmu memprediksi peristiwa-

peristiwa masa depan. Tujuan peramalan sebagai masukan membuat perencanaan

dengan melakukan pengawasan dalam proses operasi. Hasil ramalan tersebut

dijadikan masukkan bagi perencanaan kebutuhan. Dahulu manusia melakukan

ramalan untuk menentukan nasib sekarang digunakan untuk mengembangkan

perusahaan.

Menurut (Heizer, 2001) terdapat tiga kategori permalan yaitu:

1. Peramalan jangka pendek, rentang waktunya mencapai satu tahun tetapi

umumnya kurang dari tiga bulan. Peramalan jangka pendek digunakan

20 Universitas Kristen Petra

untuk merencanakan pembelian, penjadwalan kerja, jumlah tenaga kerja,

dan tingkat produksi.

2. Peramalan jangka menengah, peramalan jangka menengah biasanya

berjangka tiga bulan hingga tiga tahun. Peramalan ini sangat bermanfaat

dalam perencanaan penjualan, perencanaan produksi, perencanaan kas.

3. Peramalan jangka panjang, rentang waktunya biasanya tiga tahun atau

lebih, digunakan dalam merencanakan produk baru, pengeluaran modal,

lokasi fasilitas, penelitian dan pengembangan.

Perusahaan tidak dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, tingkat

ketergantungan perusahaan pada perusahaan lain baik sebagai pemasok atau

partner kerja sangat tinggi. Ketepatan kebutuhan yang diramalkan akan

mempermudah kerja sama antar perusahaan. Kebutuhan akan pasokan bahan baku

dan pengunaan transportasi sangat menentukan kerja sama yang baik. Hubungan

dengan pemasok yang baik dan keunggulan kerja yang terjamin untuk bahan baku

dan suku cadang tergantung pada ramalan yang akurat.

2.1.9 Pull dan Push System

Dalam konsep supply chain juga mengenal istilah Pull dan Push System

yakni pendekatan sistem tarik (pull system) dan pendekatan sistem dorong (push

system) yang memiliki pendekatan berbeda. Sistem tarik (pull system) adalah

suatu sistem yang memproduksi satu unit lalu ditarik ke tempat yang

memerlukannya pada saat diperlukan. Sistem tarik menggunakan sinyal untuk

meminta pengiriman dari stasiun-stasiun hilir ke stasiun-stasiun yang memiliki

fasilitas produksi. Stasiun-stasiun ini menggunakan sinyal untuk menarik bahan

baku pada saat tersedia kapasitas untuk memproses bahan baku itu. Konsep ini

digunakan dalam lingkup proses produksi yang segera akan dilakukan, ini dapat

dilakukan kerja sama dengan pemasok-pemasoknya. Dengan menarik bahan baku

melalui sistem tersebut dalam sejumlah ukuran yang diperlukan, maka persediaan

yang diperlukan dapat berkurang. Dengan berkurangnya persediaan maka

investasi dalam persediaan dan waktu siklus manufaktur pun ikut berkurang.

Selain itu sistem dorong (push system) juga dapat diterapkan. Ketika

terjadi produksi atau pembelian bahan melebihi permintaan jangka pendek, yang

21 Universitas Kristen Petra

dapat menganggu sistem pengantaran. Kemudian bahan tersebut tidak dapat

disimpan karena tidak ada tempat sementara perusahaan harus tetap

mengalokasikan stok tersebut maka sistem dorong merupakan sistem yang paling

tepat dilakukan. Dan ada juga istilah Pull-Push system yang merupakan gabungan

dari push sistem dan pull sistem.

Push – Alokasi barang berdasarkan Pull- Melengkapi pesanan

Peramalan untuk setiap gudang persediaan berdasarkan

kebutuhan setiap gudang

Peramalan

Peramalan

Peramalan

A = Alokasi ke setiap gudang

Q = Setiap gudang memenuhi permintaan

Gambar 2.6: Pull vs Push System

Sumber: Siagian (2005, p.173)

2.1.10 Sistem Informasi Supply Chain

Pada perusahaan yang sudah maju telah menerapkan teknologi informasi

pada perusahaannya. Salah satunya adalah sistem informasi supply chain. Sistem

informasi supply chain dapat dijelaskan dalam beberapa bagian fungsi dan operasi

Pabrik

Gudang 1

Gudang 2

Gudang 3

22 Universitas Kristen Petra

internalnya. Secara umum sistem informasi supply chain melibatkan beberapa

faktor antara lain sebagai berikut (Siagian, 2005, p91):

Internal, faktor-faktor yang dimiliki dan pengambilan keputusannya dari

dalam perusahaan itu sendiri. Misalnya keputusan pengelolaan keuangan,

strategi pemasaran yang digunakan, proses produksi yang direncanakan.

Eksternal, adalah bagian-bagian di luar perusahaan yang turut

mempengaruhi dalam pengambilan keputusan. Misalnya selera dan

keinginan konsumen, pemasok atau penyedia barang yang dibutuhkan.

Sistem Manajemen Order (Order Management System), mengatur kontak

awal dengan konsumen pada saat pendataan dan penempatan produk

sehingga ketersediaan barang terjamin.

Sistem Manajemen Gudang (Warehouse Management System),

kegiatannya meliputi penetapan tingkat persediaan, pilihan order,

pemilihan rute, dan estimasi ketersediaan barang.

Sistem Manajemen Transportasi (The Transportation Management

System), sistem ini berfokus pada batasan-batasan di dalam dan luar

transportasi perusahaan sebagai bagian dari sistem informasi supply chain.

Gambar 2.7: Sistem Informasi Supply Chain

Sumber: Siagian (2005), p93.

Internal

- Logistik

-Manufaktur

- Pembelian

Sistem Informasi Supply Chain Eksternal

- Pelanggan

- Pemasok

- Rantai

Pasokan

OMS

- Ketersediaan barang

- Alokasi produk ke

konsumen

WMS

- Tingkat persediaan

- Estimasi ketersediaan

barang

TMS

- Pemilihan alat

transportasi

- Proses pengiriman

23 Universitas Kristen Petra

2.2 Perusahaan Keluarga

Perusahaan keluarga merupakan suatu fenomena tersendiri dalam dunia

bisnis. Selain jumlahnya yang sangat banyak, perusahaan keluarga juga

mempunyai andil yang cukup signifikan bagi pendapatan negara. (Susanto, 2007).

2.2.1 Definisi Perusahaan Keluarga

Perusahaan keluarga mempunyai karakteristik dengan kepemilikannya

atau keterlibatan lainnya. Dari dua orang atau lebih anggota keluarga yang sama

dalam kehidupan dan fungsi bisnisnya. Lingkup dan luas keterlibatan tersebut

bervariasi dalam beberapa perusahaan. Sebuah perusahaan juga diakui sebagai

bisnis keluarga ketika perusahaan tersebut dialihkan dari satu generasi ke generasi

berikutnya. Kebanyakan bisnis keluarga berukuran kecil. Bagaimanapun juga

pertimbangan keluarga dalam menjadi hal penting sekalipun bisnis tersebut

menjadi perusahaan besar. (Justin, 2001, p 34).

Perusahaan keluarga mempunyai ciri yang berbeda dengan perusahaan

kecil lainnya. Jenis perusahaan ini ditandai dengan keterlibatan anggota keluarga

baik dalam pemilikan maupun dalam operasi perusahaan. Misalnya pengambilan

keputusan diwarnai nilai formal yang bernuansa keluarga. Machfoedz (2005, p

91).

2.2.2 Jenis Perusahaan Keluarga

Dalam terminologi bisnis ada dua jenis perusahaan keluarga yaitu

(Susanto, 2007):

Family Owned Enterprise (FOE)

Perusahaan yang dimiliki oleh keluarga tetapi dikelola oleh eksekutif profesional

yang berasal dari luar lingkarang keluarga. Dalam hal ini keluarga berperan

sebagai pemilik dan tidak melibatkan diri dalam operasi di lapangan agar

pengelolaan perusahaan berjalan secara profesional. Dengan pembagian peran ini,

anggota keluarga sebagai pemilik perusahaan dapat mengoptimalkan diri dalam

fungsi pengawasan. Seringkali terjadi, perusahaan keluarga tipe ini merupakan

bentuk lanjutan dari usaha yang semua dikelola oleh keluarga yang

mendirikannya.

24 Universitas Kristen Petra

Family Business Enterprise (FBE)

Perusahaan yang dimiliki dan dikelola oleh anggota keluarga pendirinya. Jadi baik

kepemilikan maupun pengelolaan dipegang oleh pihak yang sama, yaitu keluarga.

Perusahaan keluarga tipe ini dicirikan oleh dipegangnya posisi-posisi kunci dalam

perusahaan oleh anggota keluarga. Di Indonesia, kebanyakan perusahaan keluarga

adalah FBE dimana para anggota keluarga juga menjadi pengelolanya. Dalam

perjalanannya, seiring dengan tumbuh kembangnya perusahaan, dinamikanya juga

makin kompleks. Dinamika yang makin tinggi tentu saja menuntut kompetensi

yang tinggi bagi pengelolaanya. Jika kebutuhan akan kompetensi ini tidak

terpenuhi oleh anggota keluarga maka dibutuhkan suntikan tenaga dari luar

lingkaran keluarga. Berangkat dari tuntutan semacam ini, tumbuh kembangnya

perusahaan tidak jarang membuat perusahaan keluarga bermetamorfosa dari FBE

menjadi FOE. Namun, di Indonesia persentasenya masih kecil dan belum

signifikan.

2.2.3 Karakteristik Perusahaan Keluarga

Perusahaan keluarga dicirikan terutama dengan kepemilikan dan

keterlibatan yang signifikan dari keluarga dalam manajemen. Dengan sendirinya

anggota keluarga akan mengantisipasi bahwa kepemimpinan dan pengawasan

dilakukan oleh keluarga dan akan diturunkan kepada generasi penerus. Berikut ini

beberapa karakteristik lain dari perusahaan keluarga (Susanto, 2007, p.6):

Keterlibatan Anggota Keluarga

Keterlibatan anggota keluarga dimulai apabila anak-anak atau generasi kedua

sudah mulai masuk ke manajemen. Sejak kecil anak-anak suda dimagangkan

apabila orang tua mengingikan mereka terlibat dalam perusahaan keluarga.

Komitmen menjadi lebih tinggi bagi generasi penerus karena kemauan ayahnya

atau orang tuanya agar meneruskan bisnis.

Lingkungan Pembelajaran yang Saling Berbagi

Anggota keluarga yang menjadi generasi penerus mungkin belum pernah bekerja

secara penuh, tetapi jiwa bisnis mereka sudah meresap dan mendarah daging

sehingga kurva pembelajaran menjadi lebih cepat bagi mereka. Dengan sendirinya

25 Universitas Kristen Petra

pendekatan pribadi dan tingkat kepercayaan menjadi tinggi sehingga keluarga

lebih stabil dan konservatif, yang dengan sendirinya punya komitmen jangka

panjang.

Tingginya Saling Keterandalan

Suatu keuntungan perusahaan keluarga adalah meskipun pemimpinnya tidak ada

ditempat, perusahaan tetap dapat berjalan. Karena perusahaan keluarga memiliki

tingkat pembelajarang yang sama di dalam keluarganya. Jadi tidak perlu merasa

was-was karena ada anggota keluarga lain yang mempunyai ilmu dan komitmen

yang sama.

Kekuatan Emosi

Perusahaan keluarga dikelola secara emosional sehingga rasa kekeluargaan di

dalamnya tinggi. Secara khusus, para manajer perusahaan keluarga ini

menggunakan pendekatan pribadi dan memberikan kepercayaan kepada para

karyawannya. Oleh karena itu perusahaan keluarga lebih stabil dan konservatif

karena keluarga memiliki komitmen berjangka panjang terhadap bisnisnya, dan

cenderung menjadi loyal terhadap misi, visi, dan nilai-nilai pendiri

Kekaburan Fungsi

Seringkali dalam perusahaan keluarga, orang-orang yang mempunyai posisi

formal seperti dewan komisaris atau pemegang saham setiap hari masih pergi ke

pabrik dan terlibatat dalam operasi perusahaan sehari-hari. Seharusny mereka

tidak perlu banyak mengintervensi kegiatan operasional agar tidak mengakibatkan

kerancuan dan kebingungan di pihak karyawan. Hal ini disebabkan pemilik atau

pendiri punya rasa memiliki yang masih tinggi serta mencintai pekerjaan dan

pengembangan bisnisnya.

Kepemimpinan Ganda

Di setiap fungsi dan divisi tentu ada yang menjadi pimpinan. Namun demikian,

intervensi dari pihak keluarga tetap tinggi. Meskipun sudah ada eksekutif

26 Universitas Kristen Petra

6

7

4 5

2

Pemilikan

1

Keluarga

3

Perusahaan

profesional, komisaris masih turun juga ke bagian operasional sehingga

membingungkan anak buah.

2.2.4 Keterkaitan Keluarga dan Bisnis

Banyak bisnis keluarga disusun atas dasar keluarga dan bisnis meskipun

keluarga dan bisnis adalah institusi yang terpisah, dengan anggota, tujuan dan

nilainya masing-masing. Mereka menjadi satu (saling berkaitan) di dalam

perusahaan keluarga. Keluarga dan bisnis muncul dengan alasan mendasar yang

berbeda. Fungsi pokok keluarga berhubungan dengan perhatian dan pendidikan

anggota keluarga, sedangkan bisnis berkaitan dengan produksi dan

pendistribusian barang dan/ atau jasa. Tujuan keluarga adalah pengembangan

penuh yang mungkin dilakukan tiap anggota keluarga yang berkaitan dengan

keterbatasan kemampuan yang dimilikinya, serta pembagian kesempatan dan

penghargaan yang sama untuk tiap anggota. Tujuan bisnis adalah keuntungan dan

ketahanan hidup.

Setiap individu yang terlibat dalam perusahaan keluarga, baik secara

langsung maupun tidak langsung, dalam perusahaan keluarga mempunyai

kepentingan dan pandangan yang berbeda-beda tentang situasi perusahaan.

Gambar di bawah ini menunjukkan tingkat keterlibatan individu sebagai anggota

keluarga, karyawan, pemilik perusahaan, dan kombinasi dari ketiganya

Gambar 2.8: Three circle Model of Family Business

Sumber: Davis & Tagiuri 1989; Lansberg (1988); Gersick et al. 1997

27 Universitas Kristen Petra

Keterangan gambar:

1. Merupakan bagian anggota keluarga tetapi tidak ikut bekerja di dalam

perusahaan dan tidak memiliki saham kepemilikan

2. Merupakan pemegang saham dari pihak luar dan bukan merupakan bagian

dari anggota keluarga serta tidak ikut bekerja di dalam perusahaan.

3. Merupakan orang yang bekerja di dalam perusahaan dan bukan merupakan

bagian dari anggota keluarga serta tidak memiliki saham kepemilkan.

4. Merupakan anggota keluarga yang memiliki saham kepemilikan namun

tidak ikut berkerja di dalam perusahaan.

5. Merupakan pemegang saham sekaligus berkerja di dalam perusahaan

namun bukan merupakan bagian dari anggota keluarga.

6. Merupakan anggota keluarga yang bekerja di dalam perusahaan, tetapi

tidak mempunyai hal kepemilikan atas perusahaan.

7. Merupakan pemengang saham, bagian dari anggota keluarga dan bekerja

di dalam perusahaan.

Perbedaan kepentingan dapat menimbulkan ketegangan yang dapat

berkembang menjadi konflik. Hubungan antar anggota keluarga dalam perusahaan

lebih peka daripada hubungan di antara karyawan yang tidak mempunyai

hubungan keluarga.

2.2.5 Peran Keluarga dan Hubungannya

Keterkaitan dua institusi keluarga dan bisnis membuat perusahaan

menjelaskan beberapa peranan dan hubungan keluarga yang mungkin membantu

manajerial perusahaan. Ada beberapa peran keluarga dan hubungannya sebagai

berikut:

Ibu atau ayah sebagai pendiri perusahaan

Gambaran umum dalam bisnis keluarga adalah seorang laki-laki atau wanita

yang mendirikan perusahaan dan berencana untuk mewariskan perusahaannya

kepada anaknya. Beberapa pendiri mencapai keseimbangan yang baik antara

tanggung jawab bisnis dan keluarga, sedangkan yang lainnya dapat merancanakan

waktu di luar kegiatan perusahaan.

28 Universitas Kristen Petra

Dari semua hubungan yang ada dalam bisnis keluarga, hubungan orang tua

dan anak telah diakui tiap generasi sebagai hubungan yang paling menyusahkan.

Di waktu sekarang, masalah-masalah yang berkaitan dengan hubungan organ tua-

anak telah dibicarakan pada konseling, seminar, dan berbagai buku.

Bagaimanapun juga, hubungan orang tua-anak terus membingungkan banyak

keluarga yang terlibat dalam bisnis keluarga.

Suami atau Istri

Beberapa bisnis keluarga dimiliki dan dikelola oleh sepasang suami istri.

Peran mereka sangat tergantung pada latar belakang dan pengalaman mereka.

Keuntungan potensial dari kerja sama suami istri adalah kesempatan untuk

membagi hidup lebih banyak dalam kehidupan mereka. Bagi beberapa pasangan,

keuntungan potensial tersebut akan menjadi bencana dengan adanya masalah yang

berkaitan dengan bisnis.

Perbedaan pendapat mengenai masalah bisnis dapat terbawa ke dalam

kehidupan keluarga. Dan hasil dari kedua belah pihak dapat menjadi sangat sia-sia

karena kerja mereka di dalam perusahaan yang sedang bergejolak sehingga

akhirnya hanya sisa sedikit semangat yang tersisa bagi kehidupan keluarga.

Salah satu peran kritis terbesar dalam drama bisnis keluarga adalah istri

sebagai wirausaha, biasanya peran ini diisi oleh istri sang wirausahan dan ibu dari

anak-anaknya. Idealnya, sang wirausaha dan pasangannya membentuk suatu tim

yang di tunjukan untuk kesuksesan keluarga dan bisnis keluarga. Kerja sama

seperti itu tidak terjadi secara otomatis, membutuhkan usaha kerja sama dari

kedua belah pihak.

Anak pemilik perusahaan

Seharusnya anak laki-laki dan perempuan diikutsertakan dalam bisnis

keluarga atau mereka yang akan sendirinya memilih karir mereka. Dalam

keluarga, kecenderungannya adalah memikirkan karir bisnis keluarga dan

mendorong si anak, baik secara terbuka maupun secara halus ke arah tersebut.

Sedikit pertimbangan mungkin diberikan pada masalah dasar yang terlibat, yang

meliputi bakat si anak, kecakapan, dan tabiatnya. Si anak mungkin tidak dapat

29 Universitas Kristen Petra

menjalankan perusahaan, tapi juga mungkin seorang individu dengan aspirasi dan

bakat yang berbeda.

Selain itu juga anak dari pemilik perusahaan juga dapat membantu bisnis

dalam keluarganya. Si anak langsung turun tangan ke dalam bisnis keluarga.

Mungkin dari tahap awal atau dapat langsung turun menjadi manajer/ tahap yang

lebih tinggi.

Menantu di dalam dan di luar bisnis

Pada waktu si anak menikah, menantu menjadi aktor penting dalam drama bisnis

keluarga. Beberapa orang menantu akan terlibat secara langsung dengan

diterimanya dia dalam perusahaan keluarga. Jika seorang anak laki-laki atau

perempuan juga dipekerjakan dalam perusahaan, dapat menimbulkan persaingan

dan konflik.

Kolaborasi yang efektif mungkin dapat dicapai dengan menempatkan

anggota keluarga pada cabang atau peran yang berbeda dalam perusahaan.

Akhirnya persaingan pada puncak pimpinan dapat menghasilkan keputusan yang

berbeda yang berguna untuk kemajuan perusahaan keluarga.

Karyawan Nonkeluarga

Para karyawan yang bukan anggota keluarga masih dipengaruhi oleh

pertimbangan keluarga. Dalam beberapa kasus, kesempatan mereka untuk

promosi dipersempit dengan adanya anggota keluarga yang memiliki jalur dalam.

Pembatasan gerak karyawan nonkeluarga tergantung pada jumlah anggota

keluarga yang aktif di dalam bisnis dan jumlah posisi manajerial atau profesional

dalam bisnis yang dapat diduduki oleh nonkeluarga. Peran dari karyawan

nonkeluarga adalah guna untuk menunjang dan membantu dalam bisnis keluarga

tersebut mengingat latar belakang pendidikan yang ditempuh berbeda-beda.

Profesional juga dibutuhkan dalam memajukan suatu bisnis keluarga.

2.2.6 Konfik Dalam Perusahan keluarga

Dalam suatu pengelolaan perusahaan selalu berhubungan dengan konflik

yang ada di dalamnya. Ada berbagai faktor yang dapat menyebabkan konflik di

30 Universitas Kristen Petra

dalam perusahaan keluarga seperti pergantian manajer/ pemilik, keputusan yang

diambil berdasarkan emosi, perbedaan kepentingan dan kebudayaan, kurangnya

kepercayaan, melihat hanya dari salah satu sisi dan sebagainya. Hal itu dapat

menimbulkan konflik dalam keluarga yang menyebabkan terhentinya perusahaan.

Peristiwa ini berakibat dijualnya seluruh aset perusahaan.

Problem yang menyebabkan terjadinya konflik keluarga dapat dihindari.

Cara yang dapat digunakan adalah menyiapkan pewaris yang akan meneruskan

bisnis, namun hal ini memerlukan persyaratan yang tidak sederhana seperti bakat,

kepemimpinan, kecakapan dan lain-lain. Beberapa pendiri perusahaan kurang

berminat unutk membagi kewenangan dalam porsi yang memadai karena hal itu

akan berdampak kurang menguntungkan bagi kekuasaan mereka di dalam

perusahaan. Selain itu, ada persoalan umum tentang usia yang terlalu muda untuk

mengambil ahli perusahaan, tanpa memperhatikan usia kronologis mereka.

Persoalan laun adalah interpretasi anggota keluarga terhadap pokok permasalahan

tersebut.

2.3 UKM ( Usaha Kecil Menengah)

Saat ini di Indonesia terdapat berbagai macam usaha-usaha yang dikelola.

Mulai dari usaha besar, usaha menengah maupun usaha kecil. Kebanyakan usaha

kecil dan menengah dikelola langsung oleh pemilik perusahaan tersebut atau lebih

dikenal dengan istilah family business. Ada campur tangan anggota keluarganya

langsung ke dalam bisnis keluarga tersebut. Tetapi juga ada perusahaan yang

menggunakan campur tangan pihak luar atau profesional untuk ikut serta dalam

mengelola bisnis perusahaan.

2.3.1 Pengertian Usaha Kecil Menengah

Pengertian Usaha Kecil

Sesuai dengan definisi Undang-Undang No.20 Tahun 2008 Usaha Kecil

adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang

perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan

cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung

maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi

31 Universitas Kristen Petra

kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. Kriteria

usaha kecil adalah sebagai berikut memiliki kekayaan bersih lebih dari

Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan

tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak

Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah).

Pengertian Usaha Menengah

Usaha Menengah sebagaimana dimaksud dalam UU No.20 tahun 2008

adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang

perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang

perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun

tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan

bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang

ini. Kriteria usaha menengah adalah sebagai berikut memiliki kekayaan bersih

lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak

Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan

tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari

Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling

banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).

2.3.2 Karakteristik Usaha Kecil Menengah

Karateristik Usaha kecil

Jenis barang/komoditi yang diusahakan umumnya sudah tetap;

Lokasi/tempat usaha umumnya sudah menetap tidak berpindah-pindah;

Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau masih

sederhana, keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan

keluarga, sudah membuat neraca usaha;

Sudah memiliki izin usaha dan persyaratan legalitas lainnya termasuk

NPWP;

Sumberdaya manusia (pengusaha) memiliki pengalaman dalam berwira

usaha;

Sebagian sudah akses ke perbankan dalam hal keperluan modal

32 Universitas Kristen Petra

Karateristik usaha menengah

Pada umumnya telah memiliki manajemen dan organisasi yang lebih baik,

lebih teratur bahkan lebih modern, dengan pembagian tugas yang jelas

antara lain, bagian keuangan, bagian pemasaran dan bagian produksi;

Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan sistem

akuntansi dengan teratur, sehingga memudahkan untuk auditing dan

penilaian atau pemeriksaan termasuk oleh perbankan;

Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan organisasi perburuhan, telah

ada Jamsostek, pemeliharaan kesehatan dll;

Sudah memiliki segala persyaratan legalitas antara lain izin tetangga, izin

usaha, izin tempat, NPWP, upaya pengelolaan lingkungan dll;

Sudah akses kepada sumber-sumber pendanaan perbankan;

Pada umumnya telah memiliki sumber daya manusia yang terlatih

2.3.3 Contoh Usaha Kecil Menengah

Contoh usaha kecil

Usaha tani sebagai pemilik tanah perorangan yang memiliki tenaga kerja;

Pedagang dipasar grosir (agen) dan pedagang pengumpul lainnya;

Pengrajin industri makanan dan minuman, industri mebel, kayu dan rotan,

industri alat-alat rumah tangga, industri pakaian jadi dan industri kerajinan

tangan; peternakan ayam, itik dan perikanan; koperasi berskala kecil.

Contoh usaha menengah

Jenis atau macam usaha menengah hampir menggarap komoditi dari hampir

seluruh sektor mungkin hampir secara merata, yaitu:

Usaha pertanian, perternakan, perkebunan, kehutanan skala menengah;

Usaha perdagangan (grosir) termasuk expor dan impor;

Usaha jasa EMKL (Ekspedisi Muatan Kapal Laut), garment dan jasa

transportasi taxi dan bus antar proponsi;

Usaha industri makanan dan minuman, elektronik dan logam;

Usaha pertambangan batu gunung untuk kontruksi dan marmer buatan

33 Universitas Kristen Petra

2.4 Kerangka Berpikir

Gambar 2.9:Kerangka Berpikir

Sumber: Data sekunder diolah*

Di dalam sebuah bisnis keluarga dapat dikelola langsung oleh anggota keluarga

itu sendiri ataupun ada campur tangan profesional dari luar lingkup keluarga.

Campur tangan anggota keluarga dapat bermacam-macam. Mulai dari ayah/ibu,

anak serta saudara-saudara lainnya yang ikut berpartisipasi dalam perusahaan

keluarga tersebut. Salah satunya adalah mengelola rantai pasokan/ supply chain

yang ada di dalam perusahaan. Adapun peranan anggota keluarga itu sendiri di

dalam supply chain dapat beraneka ragam mulai dari memilih supplier yang tepat,

sebagai perantara dalam rantai pasokan, membantu mengelola bahan mentah,

mengawasi gudang atau mengirimkan barang langsung ke tangan konsumen.

Banyak campur tangan yang dapat dilakukan anggota keluarga di dalam kegiatan

supply chain.

*Kerangka berpikir merupakan hasil dari kompilasi teori dan konsep tentang supply chain management

(siagian; 2005) dan perusahaan keluarga (Susanto; 2007)

Supplier Manufacturer Distributor Retailer Customer

Supply Chain Management

Peranan Anggota Keluarga

Kaum Profesional Anggota Keluarga