2. isi penelitian asi wonoayu

76
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Air Susu Ibu (ASI) terbukti secara alami memberi manfaat bagi bayi dan ibu. Bagi ibu dapat mempercepat pemulihan kondisi pasca melahirkan dan bisa sebagai alat kontrasepsi alami (penundaan kehamilan). Sedangkan bagi bayi, Asi sangat baik dari aspek gizi, aspek imunologik, aspek psikologi, aspek kecerdasan, aspek neurolik, aspek ekonomik. Disamping itu, ASI juga dapat melindungi bayi dari sindroma kematian mendadak (Sudden Infant Death Syndrome / SIDS). Di Kecamatan Wonoayu pada tahun 2013 bayi yang mendapatkan ASI eksklusif sebesar 39,61% atau 444 dari 1.121 bayi yang ada, ada kenaikan bila dibanding cakupan tahun 2012 yaitu bayi yang mendapatkan ASI eksklusif sebesar 25,38% atau 303 dari 1.194 bayi yang ada. Pada Desa Lambangan sendiri pada tahun 2013 bayi yang mendapatkan ASI eksklusif sebesar 19,355 atau 6 dari 32 bayi, yang merupakan desa dengan pemberian ASI eksklusif

Upload: rezachandra

Post on 27-Dec-2015

18 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

tes

TRANSCRIPT

Page 1: 2. Isi Penelitian ASI Wonoayu

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Air Susu Ibu (ASI) terbukti secara alami memberi manfaat bagi bayi dan ibu.

Bagi ibu dapat mempercepat pemulihan kondisi pasca melahirkan dan bisa sebagai alat

kontrasepsi alami (penundaan kehamilan). Sedangkan bagi bayi, Asi sangat baik dari

aspek gizi, aspek imunologik, aspek psikologi, aspek kecerdasan, aspek neurolik, aspek

ekonomik. Disamping itu, ASI juga dapat melindungi bayi dari sindroma kematian

mendadak (Sudden Infant Death Syndrome / SIDS).

Di Kecamatan Wonoayu pada tahun 2013 bayi yang mendapatkan ASI eksklusif

sebesar 39,61% atau 444 dari 1.121 bayi yang ada, ada kenaikan bila dibanding cakupan

tahun 2012 yaitu bayi yang mendapatkan ASI eksklusif sebesar 25,38% atau 303 dari

1.194 bayi yang ada.

Pada Desa Lambangan sendiri pada tahun 2013 bayi yang mendapatkan ASI

eksklusif sebesar 19,355 atau 6 dari 32 bayi, yang merupakan desa dengan pemberian

ASI eksklusif terendah dari 23 desa yang ada di Kecamatan Wonoayu. Sesuai dengan

data yang kami terima sebagai berikut :

NO Desa Persentase

1 MOJORANGAGUNG 100,00%

2 WONOKALANG 66,67%

3 CANDINEGORO 64,44%

4 SIMOKETAWANG 61,54%

5 PAGERNGUMBUK 57,14%

Page 2: 2. Isi Penelitian ASI Wonoayu

6 MULYODADI 45,45%

7 PILANG 44,59%

8 JIMBARAN WETAN 42,86%

9 WONOAYU 42,11%

10 SUMBEREJO 41,07%

11 SEMAMBUNG 39,66%

12 SAWOCANGKRING 38,67%

13 JIMBARAN KULON 36,36%

14 KETIMANG 34,29%

15 BECIRONGENGOR 33,33%

16 TANGGUL 31,11%

17 KARANGPURI 30,57%

18 SIMOKETAWANG 30,30%

19 SIMOANGIN-ANGIN 30,16%

20 PLOSO 29,33%

21 PLAOSAN 26,83%

22 POPOH 21,43%

23 LAMBANGAN 19,35%

Sehingga dari data yang kami dapat diatas, kami mengambil Desa Lambangan

Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo untuk diteliti.

B. Rumusan Masalah

Dengan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan masalah penelitian :

Adakah hubungan beberapa faktor yang memengaruhi rendahnya ASI eksklusif di

Page 3: 2. Isi Penelitian ASI Wonoayu

3

desa Lambangan kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo pada bulan Agustus

2014?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Menganalisis hubungan beberapa faktor yang memengaruhi rendahnya

pemberian ASI eksklusif di desa Lambangan kecamatan Wonoayu Kabupaten

Sidoarjo pada bulan Agustus 2014

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui gambaran hubungan tingkat pengetahuan ibu tentang

pemberian ASI eksklusif di desa Lambangan kecamatan Wonoayu

Kabupaten Sidoarjo pada bulan Agustus 2014

b. Mengetahui gambaran hubungan tingkat pendidikan ibu dengan pemberian

ASI eksklusif di desa Lambangan kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo

pada bulan Agustus 2014

c. Mengetahui gambaran hubungan pekerjaan ibu dengan pemberian ASI

eksklusif di desa Lambangan kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo pada

bulan Agustus 2014

d. Mengetahui gambaran hubungan jumlah penghasilan keluarga dengan

pemberian ASI eksklusif di desa Lambangan kecamatan Wonoayu

Kabupaten Sidoarjo pada bulan Agustus 2014.

D. Manfaat Hasil Penelitian

Manfaat penelitian yang dapat diambil dari penelitian ini antara lain :

1. Bagi masyarakat

Page 4: 2. Isi Penelitian ASI Wonoayu

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu informasi bagi

masyarakat tentang masalah pemberian ASI eksklusif dan memotifasi masyarakat agar

lebih bisa meningkatkan pemberian ASI eksklusif

2. Bagi Puskesmas Wonoayu

Bahan masukan bagi puskesmas Wonoayu dalam menentukan langkah-langkah

untuk mencari solusi atas masalah memengaruhi rendahnya pemberian ASI eksklusif di

desa Lambangan kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo.

3. Bagi daerah lain

Bahan masukan yang bermanfaat dalam memecahkan masalah rendahnya

pemberian ASI eksklusif di daerah lain yang memiliki kondisi desa yang serupa.

4. Penulis

Sebagai prasyarat yang harus dipenuhi dalam tugas kepaniteraan klinik ilmu

kesehatan masyarakat dan bahan penelitian lebih lanjut.

Page 5: 2. Isi Penelitian ASI Wonoayu

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Definisi

Air susu ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi, tidak satupun makanan

lain yang dapat menggantikan ASI, karena ASI mempunyai kelebihan yang meliputi

tiga aspek yaitu aspek gizi, aspek kekebalan dan aspek kejiwaan berupa jalinan kasih

sayang penting untuk perkembangan mental dan kecerdasan anak (Depkes RI, 2005).

2. Kandungan ASI

Air susu ibu (ASI) mengandung semua zat gizi yang diperlukan bayi dalam 4 – 6

bulan pertama kehidupan, dianjurkan pada masa ini bayi hanya diberikan ASI.

Kandungan zat gizi dalam ASI, menurut Soedibyo S. (1997) yaitu :

a. ASI mengandung protein dan lemak yang paling cocok untuk bayi dalam

jumlah yang tepat.

b. ASI mengandung lebih banyak laktosa (gula susu) daripada susu lainnya dan

laktosa merupakan zat yang diperlukan bayi manusia.

c. ASI mengandung vitamin yang cukup bagi bayi. Bayi selama 6 bulan

pertama tidak memerlukan vitamin tambahan.

d. ASI mengandung zat besi yang cukup untuk bayi. Tidak terlalu banyak zat

besi yang dikandung, tetapi zat besi ini diserap usus bayi dengan baik. Bayi

yang disusui tidak akan menderita anemia kekurangan zat besi.

e. ASI mengandung cukup air bagi bayi bahkan pada iklim yang panas.

f. ASI mengandung garam, kalsium dan fosfat dalam jumlah yang tepat

Page 6: 2. Isi Penelitian ASI Wonoayu

3. Manfaat ASI

Untuk mendapatkan manfaat yang maksimal dari ASI, maka ASI harus

diberikan kepada bayi segera setelah dilahirkan atau paling lambat 30 menit setelah

lahir, karena daya isap bayi pada saat itu paling kuat untuk merangsang produksi ASI

selanjutnya. ASI yang keluar beberapa hari setelah persalinan disebut kolostrum

(Depkes RI, 2005).

Kolostrum mengandung zat kekebalan, vitamin A yang tinggi, lebih kental dan

berwarna kekuning-kuningan. Oleh karena itu, kolostrum harus diberikan kepada bayi.

Sekalipun produksi ASI pada hari-hari pertama baru sedikit, namun mencukupi

kebutuhan bayi. Pemberian air gula, air tajin dan masakan pralaktal (sebelum ASI lancar

diproduksi) lain harus harus dihindari (Depkes RI, 2005).

Pada usia 0 – 6 bulan, bayi cukup diberi ASI saja (ASI esklusif), karena

produksi ASI pada periode tersebut sudah mencukupi kebutuhan bayi untuk tumbuh

kembang yang sehat. Pemberian makanan selain ASI pada umur 0 – 4 bulan dapat

membahayakan bayi, karena bayi belum mampu memproduksi enzim untuk mencerna

makanan bukan ASI. Apabila pada periode ini, bayi dipaksa menerima makanan bukan

ASI, maka akan timbul gangguan kesehatan pada bayi seperti diare, alergi dan bahaya

lain yang fatal. Tanda bahwa ASI eksklusif memenuhi kebutuhan bayi antara lain bayi

tidak rewel dan tumbuh sesuai dengan grafik pada Kartu Menuju Sehat (KMS).

4. Cara ASI Melindungi terhadap Infeksi

Bayi yang disusui lebih sedikit terkena diare bila dibandingkan dengan bayi

yang diberikan makanan buatan. Bayi tersebut juga lebih sedikit menderita infeksi

saluran pernafasan dan telinga tengah. Bayi yang diberi ASI akan menderita infeksi

lebih sedikit, karena :

Page 7: 2. Isi Penelitian ASI Wonoayu

7

a. ASI bersih dan bebas bakteri sehingga tidak membuat bayi sakit.

b. ASI mengandung antibodi atau zat kekebalan immunoglobulin terhadap

banyak infeksi. Hal ini akan membantu melindungi bayi terhadap infeksi

sampai bayi bisa membuat antibodinya sendiri.

c. ASI mengandung sel darah putih atau leukosit hidup yang membantu

memerangi infeksi.

d. ASI mengandung zat yang disebut faktor bifidus yang membantu bakteria

khusus yaitu laktobacillus bifidus, tumbuh dalam usus halus bayi.

laktobacillus bifidus mencegah bakteria berbahaya lainnya tumbuh dan

menyebabkan diare.

e. ASI mengandung laktoferin yang mengikat zat besi. Hal ini mencegah

pertumbuhan beberapa bakteria berbahaya yang memerlukan zat besi.

5. Pola pemberian ASI

Agar pemberian ASI eksklusif dapat berhasil, selain tidak memberikan makanan

lain perlu pula diperhatikan cara menyusui yang baik dan benar yaitu tidak dijadwal,

ASI diberikan sesering mungkin termasuk menyusui pada malam hari. Ibu

menggunakan payudara kiri dan kanan secara bergantian tiap kali menyusui. Disamping

itu, posisi ibu bisa duduk atau tiduran dengan suasana tenang dan santai. Bayi dipeluk

dengan posisi menghadap ibu. Isapan mulut bayi pada puting susu harus baik yaitu

sebagian besar areola (bagian hitam sekitar puting) masuk kemulut bayi. Apabila

payudara terasa penuh dan bayi belum mengisap secara efektif, sebaiknya ASI

dikeluarkan dengan menggunakan tangan yang bersih (Depkes RI, 2005).

Keadaan gizi ibu yang baik selama hamil dan menyusui serta persiapan psikologi

selama kehamilan akan menunjang keberhasilan menyusui. Seorang ibu yang menyusui

Page 8: 2. Isi Penelitian ASI Wonoayu

harus menjaga ketenangan pikiran, menghindari kelelahan, membuang rasa khawatir

yang berlebihan dan percaya diri bahwa ASI-nya mencukupi untuk kebutuhan bayi

(Depkes RI, 1996).

6. Masalah Pemberian ASI

Kegagalan pemberian ASI eksklusif akan menyebabkan kekurangan jumlah sel

otak sebanyak 15% – 20%, sehingga menghambat perkembangan kecerdasan bayi pada

tahap selanjutnya. Pada umur 4 – 6 bulan (masa transisi), bayi terus minum ASI dan

mulai diperkenalkan dengan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI). MP-ASI berbentuk

lumat atau setengah cair. Pada umur 6 – 9 bulan, kuantitas dan kualitas MP-ASI perlu

diperhatikan.MP-ASI diberikan sesuai dengan umur bayi, minimal diberikan 3 kali

sehari. Porsi MP-ASI setiap kali makan yaitu pada umur 6 bulan minimal 6 sendok

makan. Pada umur 7 bulan minimal 7 sendok makan. Pada umur 8 – 9 bulan berturut-

turut berikan 8 dan 9 sendok makan (Depkes RI, 2005).

Sejak umur 10 bulan, makanan keluarga perlu diperkenalkan kepada bayi agar

pada saat umur 12 bulan, bayi sudah dapat makan bersama keluarga. Porsi makan anak

12 bulan kira-kira separuh dari porsi orang dewasa. Pemberian ASI tetap diberikan

sampai bayi berumur 2 tahun. Makanan selingan yang bergizi (bubur kacang hijau,

biskuit, pepaya dan jeruk) perlu diberikan. Pada umur 24 bulan, secara bertahap anak

perlu disapih antara lain dengan menjarangkan waktu menyusui (Depkes RI, 1996).

Apabila ibu menghadapi masalah grafik pertubuhan bayi tidak sesuai KMS, puting

lecet, payudara bengkak, puting terbenam dan lain-lain dianjurkan menghubungi

petugas kesehatan, bidan, klinik laktasi di Rumah Sakit Sayang Bayi (RSSB) atau

Kelompok Pendudkung ASI (KPA). Bagi ibu pekerja dianjukan untuk tetap menyusui

sebelum dan sesudah bekerja (Depkes RI, 1996).

Page 9: 2. Isi Penelitian ASI Wonoayu

9

7. Apa yang dapat dilakukan oleh ibu pekerja

Walaupun ibu bekerja sebaiknya terus menyusui bayinya. Dianjurkan untuk

mengikuti cara-cara dibawah ini untuk mencegah penurunan produksi ASI dan

penyapihan yang terlalu dini :

a. Sebelum ibu berangkat bekerja bayi harus disusui. Selanjutnya ASI diperas

dan disimpan untuk diberikan pada bayi selama ibu bekerja disamping susu

formula kalau masih diperlukan.

b. Bila mungkin, ibu pulang untuk menyusui pada tengah hari.

c. Bayi disusui lebih sering setelah ibu pulang kerja dan pada malam hari.

d. Tidak menggunakan susu formula pada hari libur.

e. Tidak mulai bekerja terlalu cepat setelah melahirkan, tunggu sampai 1 – 2

bulan untuk meyakinkan lancarnya produksi ASI dan masalah pada awal

menuyusui telah teratasi. Kalau ibu ingin memberikan susu formula dengan

menggunakan botol, maka dapat dicoba setelah ibu yakin bahwa bayinya

telah mampu menyusui pada ibu dengan baik untuk menghindari bayi

bingung puting.

Pastikan bahwa hak azasi menyusui bagi ibu bekerja di sektor formal dan

informal didukung oleh pemerintah dan pengusaha. Mintalah menteri tenaga kerja untuk

mengesahkan konvensi perlindungan persalinan. Kampanyekan perlunya fasilitas dan

tetap memberi waktu menyusui atau memeras ASI ditempat kerja. Galilah cara-cara

kreatif untuk mendukung hak azasi menyusui ibu pekerja di sektor informal (Depkes RI,

2000).

Ditempat kerja, ibu dapat mengeluarkan ASI-nya dengan tangan dan disimpan

dalam wadah bersih, tertutup dan selanjutnya diberikan kepadanya bayinya saat ibu

Page 10: 2. Isi Penelitian ASI Wonoayu

pulang kerumah. ASI yang dikeluarkan tadi dapat disimpan dan tidak rusak selama 6

jam pada suhu kamar atau selama 24 jam dalam lemari es. Apabila bayi atau anak sakit

tetap teruskan menyusui dan berikan MP-ASI lebih cair atau lunak (Depkes RI, 1996).

8. Cara Menyusui Bayi Terhadap Payudara Dalam Posisi Yang Benar

Cara-cara menyusui bayi dalam posisi yang benar yaitu

a. Ibu harus duduk dan berbaring dengan santai. Kursi rendah biasanya jauh

lebih baik

b. Perhatikan cara memegang bayi sehingga bayi menghadap payudara dan

lambung bayi menempel pada ibu. Bila diinginkan ibu dapat mengendong

bayi diats bantal. Seluruh badan bayi harus menghadap payudara, tidak hanya

membelokkan kepada bayi saja

c. Pegang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar kepala dan lehernya

harus sedikit teregang.

d. Ibu harus memegang dan menawrkan seluruh payudaranya, tidak boleh

memencet puting susu atau aerolanya saja

e. Ibu menyentuh pipi atau sisi mulut bayi dengan puting susu untuk

merangsang refleks rooting

f. Ibu menunggu sampai mulut bayi terbuka dan bayi ingin mulai menyusu,

serta cepat gerakan bayi ke payudara

g. Ibu harus mengarahkan bibir bawah bayi kedasar aerola. Hal ini membuat

puting susu diatas pusat mulut, sehingga puting mudah menyentuh dan

merangsang langit-langit (King FS, 2002).

Page 11: 2. Isi Penelitian ASI Wonoayu

11

9. Tinjauan Umum Tentang Pendidikan

Pendidikan pada dasarnya adalah suatu proses pengembangan sumberdaya

manusia. Menurut Andrew E. Sikula dalam Martoyo S. (1996) pendidikan adalah suatu

proses pendidikan jangka panjang yang dilakukan secara sistematis dan prosedurnya

diorganisisr melalui konsep belajar manajerial perorangan dan pengetahuan teoritis

untuk tujuan umum.

Pendidikan diselenggarakan sebagi suatu proses pembudayaan dan

pembedayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Pendidikan

diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun kemauan dan

mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran. Pendidikan

diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca, menulis dan berhitung bagi

segenap warga masyarakat. Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua

komponen masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian

mutu layanan pendidikan (Anonim, 2003).

Sciartino (1999) mengemukakan bahwa pendidikan yang cukup merupakan

dasar dalam pengembangan wawasan sarana yang memudahkan untuk dimotivasi serta

turut menentukan cara berpikir seseorang dalam menerima pengetahuan, sikap dan

perilaku masyarakat. Menurut Sciartino, pendidikan juga dapat diartikan sebagai suatu

proses belajar yang memberikan latar belakang berupa mengajarkan kepada manusia

untuk dapat berpikir secara obyektif dan dapat memberikan kemampuan untuk menilai

apakah budaya masyarakat dapat diterima atau mengakibatkan seseorang merubah

tingkah laku.

Menurut Maslow, motifasi berhubungan dengan 5 (lima) macam kebutuhan penting

yang secara bersama dan membentuk hirarki yaitu :

Page 12: 2. Isi Penelitian ASI Wonoayu

a. Kebutuhan fisiologi (Physiologikal needs )

b. Kebutuhan rasa aman ( Safety needs )

c. Kebutuhan sosial ( Social needs )

Dari definisi di atas pendidikan dan latihan bersifat filosofis dan teoritis dan

lebih diarahkan untuk golongan manajer. Sedangkan latihan dimaksudkan untuk

memperbaiki penguasaan berbagai keterampilan dan teknik pelaksanaan kerja tertentu

dalam waktu yang relatif singkat.

10. Istilah-istilah Yang Berhubungan dengan Pendidikan

a. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara

(Anonim, 2003).

b. Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan

potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan

jenis pendidikan tertentu (Anonim, 2005).

c. Jalur pendidikan adalah wahana yang dilalui peserta didik untuk

mengembangkan potensi diri dalam suatu proses pendidikan yang sesuai

dengan tujuan pendidikan (Anonim, 2005).

d. Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasaran

tingkatan perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan

kemampuan yang dikembangkan (Anonim, 2005).

Page 13: 2. Isi Penelitian ASI Wonoayu

13

e. Jenis pendidikan adalah kelompok yang didasarkan pada kekhususan tujuan

pendidikan suatu satuan pendidikan (Anonim, 2005).

f. Satuan pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang

menyelenggarakan pendidikan pada jalur formal, non formal dan informal

pada setiap jenjang dan jenis pendidikan (Anonim, 2005).

a. Dasar, Fungsi dan Tujuan Pendidikan

Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan

bangsa serta bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta

bertanggung jawab (Anonim, 2003).

b. Prinsip Penyelenggaran Pendidikan

1. Pendidikan diselenggarakan secara demokratis dan berkeadilan serta tidak

diskrimantif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan,

nilai kultural dan kemajemukan bangsa.

2. Pendidikan diselenggaran sebagai satu kesatuan yang sistemik dengan sistem

terbuka dan multimakna.

3. Pendidikan diselenggarakan sebagi suatu proses pembudayaan dan

pembedayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat.

4. Pendidikan dielenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun

kemauan dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses

pembelajaran.

Page 14: 2. Isi Penelitian ASI Wonoayu

5. Pendidikan diselenggarakan dengan mengembangkan budaya membaca,

menulis dan berhitung bagi segenap warga masyarakat.

6. Pendidikan diselenggarakan dengan memberdayakan semua komponen

masyarakat melalui peran serta dalam penyelenggaraan dan pengendalian

mutu layanan pendidikan (Anonim, 2003).

11. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan

Pengetahuan adalah sejumlah informasi yang dikumpulkan yang dipahami dan

pengenalan terhadap sesuatu hal atau benda-benda secara obyektif. Pengetahuan juga

berasal dari pengalaman tertentu yang pernah dialami dan yang diperoleh dari hasil

belajar secara formal, informal dan non formal (Mangindaan, 1996) dalam Toruntju

(2005). Menurut Sarwono (1997) dalam Toruntju (2005) pengetahuan lebih bersifat

pengenalan terhadap sesuatu benda atau hal secara obyektif.

Pengetahuan atau kognitif seseorang tentang ASI adalah hasil tahu yang terjadi

setelah seorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu yang sebagian

besar diperoleh melalui indera mata dan telinga. Pengetahuan ini merupakan bagian

yang penting dalam membentuk perilaku seseorang. Oleh karena itu dapat dikatakan

bahwa pengetahuan seseorang tentang ASI adalah merupakan hasil tahu seseorang

setelah melakukan berbagai penginderaan terhadap sejumlah obyek yang berkaitan

dengan pola pemberian ASI.

12. Status pekerjaan ibu

Ibu-ibu yang bekerja dari pagi hingga sore tidak memiliki waktu yang cukup bagi

anak-anak dan keluarga. Dalam hal ini ibu mempunyai peran ganda yaitu sebagai ibu

rumah tangga dan wanita pekerja. Walaupun demikian ibu dituntut tanggung jawabnya

Page 15: 2. Isi Penelitian ASI Wonoayu

15

kepada suami dan anak-anaknya, khususnya memelihara anak. Keadaan yang demikian

dapat mempengaruhi keadaan gizi keluarga khususnya anak balita dan usia sekolah.

Ibu-ibu yang bekerja tidak mempunyai waktu yang cukup untuk memperhatikan

makanan anak yang sesuai dengan kebutuhan dan kecukupan serta kurang perhatian dan

pengasuhan kepada anak (Berg, A & Sajogyo, 1986).

13. Tingkat pendapatan keluarga

(Adisasmito, 2007) mengatakan di Indonesia dan negara lain menunjukkan

bahwa terdapat hubungan timbal balik antara kurang gizi dan kemiskinan. Kemiskinan

merupakan penyebab pokok atau akar masalah gizi buruk, proporsi anak yang gizi

kurang dan gizi buruk berbanding terbalik dengan pendapatan. Semakin kecil

pendapatan penduduk, semakin tinggi persentase anak yang kekurangan gizi sebaliknya

semakin tinggi pendapatan semakin kecil persentase gizi buruk.

Menurut (Winarno, 1993) terdapat kecenderungan penurunan pengeluaran sesuai

dengan kenaikan pendapatannya, namun pengeluaran untuk pangan masih merupakan

bagian terbesar dari pengeluaran rumah tangga Indonesia, disamping itu Winarno juga

menambahkan salah satu penyebab malnutrisi (kurang gizi) disebabkan oleh faktor

ekonomi dan sosial budaya yang secara nyata telah memberikan gambaran menyeluruh

mengenai masalah gizi di daerah masyarakat miskin. Hubungan pendapatan dan gizi

dalam keluarga didorong oleh pengaruh yang menguntungkan dari peningkatan

pendapatan untuk perbaikan kesehatan dan gizi. Sebaliknya jika rendahnya pendapatan

seseorang maka daya beli berkurang sehingga kemungkinan kebiasaan makan dan cara-

cara lain menghalangi perbaikan gizi sehingga kurang efektif untuk anak-anak.

Page 16: 2. Isi Penelitian ASI Wonoayu

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep Penelitian

Gambar 1.1 Kerangka Konsep Penelitian (Depkes RI, 2000) modifikasi.

Keterangan gambar :

: Faktor yang diteliti

: Faktor yang tidak diteliti

Penjelasan :

Pada penelitian ini kami membagi kerangka konsep pemberian ASI eksklusif

menjadi 2 (dua) bagian besar. Pertama pada faktor internal kami memasukan beberapa

faktor lain sebagai insikator penilaian seperti pendidikan, pengetahuan, penghasilan

FAKTOR INTERNAL

1. PENDIDIKAN 2. PENGETAHUAN 3. PENDAPATAN / PENGHASILAN(4. PEKERJAAN IBU

FAKTOR EKSTERNAL

1. PELAYANAN KESEHATAN 2. BUDAYA

PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI

Page 17: 2. Isi Penelitian ASI Wonoayu

17

keluarga dan pekerjaan ibu. Sedangkan yang kedua yaitu faktor eksternal kami

memasukan indikator penilaian berupa pelayanan kesehatan dan budaya.

Pada penelitian kami yang berjudul hubungan beberapa faktor yang

memengaruhi rendahnya pemberian ASI eksklusif di desa Lambangan kecamatan

Wonoayu Kabupaten Sidoarjo pada bulan Agustus 2014, yang diteliti adalah faktor

internal.

B. Hipotesis

1. Ada hubungan antara pendidikan dengan rendahnya pemberian pemberian ASI

eksklusif di desa Lambangan kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo pada

bulan Agustus 2014.

2. Ada hubungan antara pengetahuan dengan rendahnya pemberian pemberian

ASI eksklusif di desa Lambangan kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo

pada bulan Agustus 2014.

3. Ada hubungan antara penghasilan keluarga dengan rendahnya pemberian

pemberian ASI eksklusif di desa Lambangan kecamatan Wonoayu Kabupaten

Sidoarjo pada bulan Agustus 2014.

4. Ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan rendahnya pemberian pemberian

ASI eksklusif di desa Lambangan kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo

pada bulan Agustus 2014.

Page 18: 2. Isi Penelitian ASI Wonoayu

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian yaitu untuk melihat bagaimana

kejadian pemberian ASI eksklusif di desa Lambangan kecamatan Wonoayu Kabupaten

Sidoarjo pada bulan Agustus 2014

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian di Desa Lambangan Kecamatan Wonoayu Kabupaten

Sidoarjo, dilaksanakan pada tanggal 18 Agustus sampai dengan 13 September

2014

C. Populasi dan Sampel

Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adala ibu menyusui di Desa

Wonoayu Puskesmas Wonoayu Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo dengan

responden ibu-ibu yang mempunyai 1 (satu) atau lebih anak balita.

1. Besar sampel

Besar sampel ditentukan berdasarkan besar sampel sbb:

Jumlah ibu menyusui di desa Lambangan tercatat 400 balita, kejadian

KEP 10 balita. Prevalensi : 10

400x100% = 2,5%

Rumus menentukan sampel :

n=z1−α /2

2 P (1−P)

d2

Page 19: 2. Isi Penelitian ASI Wonoayu

19

Keterangan :

P =estimasi proposi terjadinya KEP = 0,025

Q = (1-P) estimasi proporsi tidak terjadinya KEP = 0,975

d =simpangan mutlak

Z =nilai z pada derajat kepercayaan 1-α/2

n = 1,96 ² x0,025 x (1−0,025)

0,05 ²

n = 1,96 ² x0,025 x 0,975

0,05 ²

n = 3,8416 x0,024

0,0025

n = 0,093

0,0025

n = 36

Jadi sample yang diambil minimal 36

Kriteria Inklusi dan Eksklusi

Kriteria inklusinya : ibu yang mempunyai anak balita usia < 5 tahun dan

bersedia berpartisipasi menjadi responden.

Kriteria eksklusinya : ibu yang mempunyai anak balita usia < 5 tahun

tetapi tidak bersedia menjadi responden.

2. Cara menentukan anggota sampel

Sampel diambil secara purposive yaitu dipilih pada lokasi yang memiliki

kasus tertinggi KEP yaitu RW III desa Medaeng, dan secara insidential sampling

yaitu pemilihan anggota sampel dengan cara pemilihan balita yang hadir di

posyandu III pada bulan terakhir saat penelitian yaitu bulan Agustus 2013 yang

kami datangi satu persatu ke setiap rumah responden .

Page 20: 2. Isi Penelitian ASI Wonoayu

D. Variabel Penelitian

1. Variabel Bebas : Tingkat Sosial Ekonomi

a) Tingkat pendidikan ibu

b) Tingkat pengetahuan ibu tentang status gizi

c) Pola asuh balita

d) Jenis pekerjaan ibu

e) Tingkat penghasilan keluarga

2. Variabel Terikat

Status gizi balita pada 7 bulan terakhir yaitu Januari 2013 sampai Juli 2013

di RW Desa Medaeng, Puskesmas Medaeng, Kecamatan Waru, Kabupaten

Sidoarjo.

E. Definisi Operasional Variabel

1. Yang dimaksud pendidikan terakhir adalah ijazah tertinggi yang diraih ibu

berbalita. Mulai dari tingkat SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA, Perguruan

tinggi/Akademi. Bila tidak memiliki ijazah dimasukkan golongan tidak sekolah /

tidak tamat SD/MI

Kriteria:

a. Tidak sekolah atau tidak tamat SD atau MI

b. SD/MI

c. SMP/MTs

d. SMA/MA

e. Perguruan tingi atau Akademi

Page 21: 2. Isi Penelitian ASI Wonoayu

21

2. Yang dimaksud dengan pengetahuan ibu tentang status gizi adalah

pengetahuan kapan seorang tahu anak balitanya normal atau mengalami

gizi buruk.

KEP (kekurangan energi dan protein) adalah : keadaan kurang gizi yang

disebabkan rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari,

sehingga tidak,memenuhi angka kecukupan gizi.

Yang dimaksud gizi buruk adalah : hasil penimbangan anak balita yang tidak

ada penambahan berat badan dalam bulan-bulan yang berurutan

Kriteria:

a. Tahu

b. Tidak tahu

3. Penyebab KEP : karena kekurangan protein maupun karbohidrat atau kedua-

duanya.

Gejala klinis yang dapat timbul akibat kekurangan protein adalah :

bengkak umumnya seluruh tubuh terutama pada kaki, wajah membulat dan

sembab, pandangan mata sayu, rambut tipis kemerahan seperti rambut jagung

mudah dicabut tanpa rasa sakit.

Gejala klinis akibat kekurangan kalori adalah : tampak sangat kurus hingga

tulang terbungkus kulit, wajah seperti orang tua, cengeng dan rewel serta perut

cekung. Sering disertai penyakit infeksi (terutama kronik berulang) dan diare.

Gejala klinis akibat kekurangan protein dan kalori adalah : gabungan dari

dua gejala diatas.

Page 22: 2. Isi Penelitian ASI Wonoayu

Kriteria:

a. Tahu tentang kurang gizi adalah apabila ibu dapat menyebutkan salah

satu dari ketiga kriteria diatas.

b. Tidak tahu kurang gizi apabila ibu tidak dapat menyebutkan salah satu

kriteria diatas.

4. Yang dimaksud gejala awal balita kurang gizi adalah :

1. Berat badan yang makin menurun atau tetap.

2. Sering terkena penyakit infeksi.

3. Balita menjadi kurang aktif.

Kriteria:

a. Yang dimaksud ibu tahu tentang gejala awal kurang gizi adalah apabila

ibu dapat menyebutkan kriteria 1 saja atau kriteria 1 ditambah salah satu

dari kriteria 2 atau 3, atau kedua-duanya.

b. Yang dimaksud ibu tidak tahu gejala awal kurang gizi apabila ibu tidak

dapat menyebutkan kriteria 1 baik disertai atau tidak disertai kriteria

yang lain.

5. Pola asuh (cara pengasuhan) : Yang dimaksud pengasuhan balita adalah

seseorang yang dipercaya oleh ibu ( pembantu, tetangga keluarga: saudara,

kakek, nenek, ) untuk menggantikan peran ibu selama ibu bekerja seperti dalam

hal menyiapkan dan memberi makan dan kegiatan lain seperti memandikan,

bermain, menidurkan.

Kriteria:

a. Diasuh orang lain ( termasuk keluarga, tetangga, pembantu )

b. Diasuh ibu sendiri

Page 23: 2. Isi Penelitian ASI Wonoayu

23

6. Yang dimaksud dengan pekerjaan ibu balita adalah pekerjaan yang

dilakukan ibu sehari-hari. Secara berurutan kriteria jenis pekerjaan diperkirakan

menyebabkan kontak ibu dengan anak memakan waktu lebih lama sampai

kurang lama yaitu: PNS atau Karyawan, Wiraswasta atau Pedagang, Tani atau

Buruh Tania atau Buruh, Ibu rumah tangga atau Tidak bekerja.

Kriteria:

a. PNS atau Karywan

b. Wiraswasta atau Pedagang

c. Tani atau Buruh Tani atau Buruh

d. Ibu rumah tangga atau Tidak bekerja

7. Pendapatan keluarga dalam 1 bulan adalah : jumlah penghasilan yang

didapat oleh keluarga dalam setiap bulannya, baik penghasilan ibu maupun

bapak anak balita. Tingkat penghasilan dikelompokkan menjadi 3 kelompok

yaitu:

Kriteria:

a. < 1000.000

b. >1000.000 – 2.000.000

c. >2.000.000

Page 24: 2. Isi Penelitian ASI Wonoayu

F. Teknik Pengumpulan Data

1) Data primer diperoleh dari hasil wawancara dengan responden menggunakan

acuan kuesioner dan pengamatan langsung.

2) Data sekunder diperoleh dari studi dokumen dari catatan lapangan, data

yang ada di kantor desa dan Puskesmas Medaeng Kecamatan Waru

Kabupaten Sidoarjo.

G. Pengolahan dan Analisis Data

1. Pengolahan Data

Pengolahan data yang dilakukan dapat dibagi dalam beberapa tahapan

sebagai berikut :

a. Editing

Melakukan pengecekan kelengkapan data, kesinambungan data dan

keseragaman data sehingga menjamin validitas data.

b. Data entry

Memasukkan data ke dalam computer atau penyusunan secara manual.

c. Tabulating

Pengelompokan data dalam membentuk tabel sesuai bentuk variabel yang

akan dianalisis, baik tabel distribusi frekuensi maupun tabel silang.

d. Describing

Menggambarkan dan menerangkan data.

e. Analysis

Melakukan analisa dari persentase data yang didapat .

Page 25: 2. Isi Penelitian ASI Wonoayu

25

2. Analisis data

Analisis data dengan menggunakan tabel silang untuk mengetahui

gambaran hubungan variabel-variabel tingkat sosial ekonomi dengan kejadian

KEP di RW III Desa Medaeng Puskesmas Medaeng Kecamatan Waru

Kabupaten Sidoarjo.

Page 26: 2. Isi Penelitian ASI Wonoayu

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Data Desa

a. Kelurahan : Medaeng

b. Kecamatan : Waru

c. Kabupaten/ kotamadya DATI II : Sidoarjo

d. Propinsi DATI I : Jawa Timur

2. Data Geografi

a. Luas dan Batas Wilayah

Luas desa atau kelurahan : 135 Ha

b. Batas Wilayah

1) Sebelah Utara : Desa Bungurasih Kecamatan Waru

2) Sebelah Selatan : Desa Pepelegi Kecamatan Waru

3) Sebelah Barat : Desa Kedungturi Kecamatan Taman

4) Sebelah Timur : Desa Waru Kecamatan Waru

c. Kondisi Geografis

1) Ketinggian tanah 5 meter dari permukaan laut

2) Topografi termasuk daerah dataran sedang

3) Suhu udara rata-rata ± 30 – 32 °C

d. Jarak :

1) Jarak dari pusat pemerintahan kecamatan ± 3 km

2) Jarak dari ibu kota DATI II ± 16 km

3) Jarak dari ibu kota provinsi ± 20,5 km

Page 27: 2. Isi Penelitian ASI Wonoayu

27

3. Data Demografi

Jumlah penduduk Desa Medaeng :

a. Jumlah penduduk laki-laki : 6910 jiwa

b. Jumlah penduduk perempuan : 7030 jiwa

4. Sarana dan Prasarana Kesehatan :

a. Jumlah Posyandu : 7 posyandu

b. Bidan Desa : 1 orang

c. Jumlah Posyandu lansia : 2 posyandu

d. Jumlah Taman Posyandu : 1 posyandu

e. Dokter praktik swasta : 3 tempat praktik

B. Karakteristik Subyek Penelitian

1. Tingkat Pendidikan Ibu

Tabel 1: Tingkat Pendidikan Responden di RW III Desa Medaeng Puskesmas Medaeng Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo, Tahun 2013.

Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)

SD/MI 5 13,9%

SMP/MTs 10 27,8%

SMA/MA 19 52,8%

Perguruan Tinggi/Akademi 2 5,5%

Total 36 100 %

Sumber : Hasil Survei, 2013

Page 28: 2. Isi Penelitian ASI Wonoayu

Dari table 1 terlihat bahwa tingkat pendidikan responden umumnya telah

cukup tinggi yaitu 58,3 % telah lulus dari SMA/MA keatas, namun masih

dijumpai sejumlah 41,7% yang berpendidikan SMP kebawah.

2. Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Status Gizi

Tabel 2: Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Status Gizi di RW III Desa Medaeng Puskesmas Medaeng Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo, tahun 2013.

Tingkat Pengetahuan Ibu tentang KEP

Jumlah Persentase (%)

Tahu 24 66,6%

Tidak tahu 12 33,4%

Total 36 100 %

Sumber : Hasil Survei, 2013

Tabel 2 menunjukkan bahwa masih terdapat 33,4% responden yang belum

memahami status gizi, yang berarti pemahaman tentang perkembangan berat

badan khususnya, masih kurang.

Page 29: 2. Isi Penelitian ASI Wonoayu

29

3. Pengetahuan tentang Penyebab Gizi Buruk

Tabel 3 : Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Penyebab Gizi Buruk di RW III Desa Medaeng Puskesmas Medaeng Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo, tahun 2013.

Pengetahuan Ibu tentang Penyebab KEP

Jumlah Persentase (%)

Kekurangan protein 6 16,7%

Kekurangan kalori 0 0%

Kekurangan kalori dan protein 8 22,2%

Tidak tahu 22 61,1%

Total 36 100 %

Sumber : Hasil Survei

Tingkat pengetahuan ibu tentang penyebab gizi buruk di wilayah penelitian

sangat rendah, hampir 63,8 % responden tidak tahu penyebab dari KEP.

4. Pengetahuan tentang Gejala Awal Gizi Buruk

Tabel 4: Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Gejala Awal Gizi Guruk di RW III Desa Medaeng Puskesmas Medaeng Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo, tahun 2013.

Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Gejala Awal KEP

Jumlah Persentase (%)

Tahu 21 58,3%

Tidak Tahu 15 41,7%

Total 36 100 %

Sumber : Hasil Survei, 2013

Masih dijumlai 41,7% ibu yang tidak mengtahui gejala awal KEP.

Page 30: 2. Isi Penelitian ASI Wonoayu

5. Pengasuhan

Tabel 5: Pengasuh Balita Responden Selama Responden Bekerja, di RW III Desa Medaeng Puskesmas Medaeng Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo, tahun 2013.

Pengasuh Balita Jumlah Persentase (%)

Keluarga ( Saudara. Kakek. Nenek ) 7 19,4%

Pembantu 0 0%

Tetangga (pengasuh tidak tetap) 1 2,8%

Sendiri 28 77.8%

Total 36 100 %

Sumber : Hasil Survei, 2013

Sebagian besar balita diasuh oleh ibunya sendiri yaitu 77,8%.

6. Jenis Pekerjaan Responden

Tabel 6: Jenis Pekerjaan Responden di RW III Desa Medaeng Puskesmas Medaeng Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo, tahun 2013.

Jenis Pekerjaan Ibu Jumlah Persentase (%)

PNS/Karyawan 1 2,7%

Wiraswasta/Pedagang 2 5.5%

Tani/Buruh tani/Buruh 8 22,2%

IRT/Tidak bekerja 25 69,6%

Total 36 100 %

Sumber : Hasil Survei, 2013.

Page 31: 2. Isi Penelitian ASI Wonoayu

31

Jenis pekerjaan ibu dengan kriteria Tani atau Buruh tani atau Buruh di

wilayah penelitian cukup bermakana, mencapai 22,2 %. Sedangkan sebagian

besar tidak bekerja hanya sebagai ibu rumah tangga saja sebanyak 69,6% .

7. Tingkat Penghasilan

Tabel 7: Tingkat Penghasilan Orang Tua Balita di RW III Desa Medaeng Puskesmas Medaeng Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo, tahun 2013.

Tingkat Penghasilan Orang Tua Jumlah Persentase (%)

< 1.000.000 8 22,2%

>1.000.000 – 2.000.000 23 63,9%

>2.000.000 5 13,9%

Total 36 100 %

Sumber : Hasil Survei, 2013.

Tingkat penghasilan orang tua balita dengan kriteria penghasilan kurang

dari Rp.1.000.0000 di wilayah penelitian cukup tinggi, mencapai 22,2 %.

Page 32: 2. Isi Penelitian ASI Wonoayu

C. Deskripsi Hubungan Faktor Sosial Ekonomi dengan Kejadian KEP

1. Diskripsi Gambaran Tingkat Pendidikan Ibu dengan Kejadian KEP

Tabel 8: Kejadian KEP Anak Balita menurut Tingkat Pendidikan Ibu di RW III Desa Medaeng Puskesmas Medaeng Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo, tahun 2013.

Tingkat Pendidikan

KEPTotal (%)

Ya (%) Tidak (%)

SD/MI 1 20% 4 80% 5 100%

SMP/MTs 4 40% 6 60% 10 100%

SMA/MA 2 10,5% 17 89,5% 19 100%

Perguruan Tinggi/Akademi

0 0% 2 100% 2 100%

Total 7 19,4% 29 80,6% 36 100%Sumber : Hasil Survei, 2013.

Tabel 8 menunjukkan bahwa kejadian KEP menunjukkan adanya

kecenderungan penurunan presentase mulai dari tingkat pendidikan yang rendah

(SD = 20%, SMP = 40%, SMA= 10% dan PT = 0%), dengan peningkatan yang

cukup berarti pada kelompok ibu berpendidikan SMP. Maka peneliti

mengasumsikan bahwa ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan

kejadian KEP pada anak balita mereka, dengan kecenderungan makin menurun

pada tingkat pendidikan yang makin tinggi.

Page 33: 2. Isi Penelitian ASI Wonoayu

33

2. Deskripsi Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang KEP dengan Kejadian KEP

Tabel 9 : Kejadian KEP Anak Balita menurut Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Status Gizidi RW III Desa Medaeng Puskesmas Medaeng Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo, tahun 2013.

Tingkat Pengetahuan Ibu

Ttg status Gizi

KEPTotal (%)

Ya (%) Tidak (%)

Tahu 4 16,7% 20 83,3% 24 100%

Tidak tahu 3 25% 9 75% 12 100%

Total 7 19,4% 29 80,6% 36 100%

Sumber : Hasil Survei, 2013.

Pada kelompok ibu yang memiliki pengetahuan tentang status gizi anak

balita terdapat kejadian KEP lebih rendah (16,7%) dibanding dengan kelompok

ibu yang tidak memahami tentang status gizi (25%) (Tabel 9). Maka peneliti

mengasumsikan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang

gizi dengan kejadian KEP pada anak balita mereka.

Page 34: 2. Isi Penelitian ASI Wonoayu

3. Deskripsi Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Penyebab KEP dengan Kejadian KEP

Tabel 10: Kejadian KEP menurut Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Penyebab KEP di RW III Desa Medaeng Puskesmas Medaeng Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo, tahun 2013.

Pengetahuan tentang Penyebab KEP

KEPTotal (%)

Ya (%) Tidak (%)

Kekurangan protein 0 0% 6 100% 6 100%

Kekurangan kalori 0 0% 0 100% 0 100%

Kedua-duanya 1 12,5% 8 87,5% 8 100%

Tidak Tahu 6 27,3% 16 72,7% 22 100%

Total 7 19,4% 29 80,6% 36 100%

Sumber : Hasil Survei, 2013.

Pada kelompok ibu yang memiliki pengetahuan tentang penyebab KEP

terdapat kejadian KEP lebih rendah (12,5%) dibanding dengan kelompok ibu

yang tidak tahu tentang penyebab KEP (27,3%) (Tabel 10). Maka peneliti

mengasumsikan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang

penyebab KEP dengan kejadian KEP pada anak balita mereka.

4. Deskripsi Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Gejala KEP dengan Kejadian KEP

Page 35: 2. Isi Penelitian ASI Wonoayu

35

Tabel 11: Kejadian KEP menurut Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Gejala Awal KEP di RW III Desa Medaeng Puskesmas Medaeng Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo, tahun 2013.

Pengetahuan Ibu tentang Gejala awal

KEP

KEPTotal (%)

Ya (%) Tidak (%)

Tahu 3 14,3% 18 85,7% 21 100%

Tidak Tahu 4 25% 11 75% 15 100%

Total 7 19,4% 29 80,6% 36 100%

Sumber : Hasil Survei, 2013.

Tabel 11 menunjukkan kelompok ibu yang memiliki pengetahuan tentang

gejala awal KEP terdapat kejadian KEP lebih rendah (14,3%) dibanding dengan

kelompok ibu yang tidak tahu tentang gejala awal KEP (25%) . Maka peneliti

mengasumsikan bahwa ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang

awal KEP dengan kejadian KEP pada anak balita mereka.

5. Deskripsi Hubungan Pola Asuh Balita dengan Kejadian KEP

Tabel 12: Kejadian KEP menurut Pola Asuh Anak Balita di RW III Desa Medaeng Puskesmas Medaeng Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo, tahun 2013.

Pengasuh Balita KEPTotal (%)

Ya (%) Tidak (%)

Diasuh orang lain 2 25% 6 75% 8 100%

Diasuh Ibu sendiri 5 17,9% 23 82,1% 28 100%

Total 7 19,4% 29 80,6% 36 100%

Sumber : Hasil Survei, 2013.

Page 36: 2. Isi Penelitian ASI Wonoayu

Pada kelompok pengasuh balita yang diasuh sendiri oleh ibu terdapat

kejadian KEP lebih rendah (17,9%) dibanding dengan kelompok pengasuh balita

yang diasuh orang lain (25%) (Tabel 12). Maka peneliti mengasumsikan bahwa

ada hubungan antara pola asuh balita dengan kejadian KEP pada anak balita.

6. Deskripsi Hubungan Jenis Pekerjaan Ibu dengan Kejadian KEP

Tabel 13: Kejadian KEP menurut Jenis Pekerjaan Ibu di RW III Desa Medaeng Puskesmas Medaeng Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo, tahun 2013.

Jenis Pekerjaan IbuKEP

Total (%)Ya (%) Tidak (%)

PNS/Karyawan 0 0% 1 100% 1 100%

Wiraswasta/Pedagang 0 0% 2 100% 2 100%

Tani/Buruh tani/Buruh 3 37,5% 5 62,5% 8 100%

IRT/Tidak bekerja 4 16% 21 84% 25 100%

Total 7 19,4% 29 80,6% 36 100% Sumber : Hasil Survei, 2013.

Tabel 13 menunjukkan bahwa kejadian KEP menunjukkan adanya

kecenderungan peningkatan presentase mulai dari jenis pekerjaan yang tinggi

PNS/Karyawan, Wiraswasta atau Pedagang sebesar 0%, dengan peningkatan

yang cukup berarti pada kelompok pekerjaan ibu Tani atau Buruh tani atau

Buruh yaitu 37,5%. Maka peneliti mengasumsikan bahwa ada hubungan antara

jenis pekerjaan ibu dengan kejadian KEP pada anak balita mereka.

Page 37: 2. Isi Penelitian ASI Wonoayu

37

7. Deskripsi Hubungan Tingkat Penghasilan dengan Kejadian KEP

Tabel 14: Kejadian KEP menurut Tingkat Penghasilan Orang Tua Balita di RW III Desa Medaeng Puskesmas Medaeng Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo, tahun 2013.

Tingkat Penghasilan Orang Tua

KEPTotal (%)

Ya (%) Tidak (%)

< 1.000.000 2 25% 6 75% 8 100%

>1.000.000 - 2.000.000 5 22% 18 88% 23 100%

>2.000.000 0 0% 5 100% 5 100%

Total 7 19,4% 29 80,6% 36 100%

Sumber : Hasil Survei, 2013.

Tabel 14 menunjukkan bahwa kejadian KEP menunjukkan adanya

kecenderungan penurunan presentase mulai dari tingkat penghasilan yang

rendah (< 1.000.000 = 25%,>1.000.000 - 2.000.000 = 22%, >2.000.000 = 0% .

Maka peneliti mengasumsikan bahwa ada hubungan antara tingkat penghasilan

orang tua dengan kejadian KEP pada anak balita mereka, dengan kecenderungan

makin menurun pada tingkat penghasilan maka makin tinggi kejadian KEP.

Page 38: 2. Isi Penelitian ASI Wonoayu

D. PEMBAHASAN

1. Gambaran tentang Karakteristik Anak Balita dan Responden

Kelurahan Medaeng Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo mempunyai luas

daerah 135 Ha. Sebelah utara berbatasan Desa Bungurasih Kecamatan Waru,

sebelah selatan bertasan Desa Pepelegi Kecamatan Waru, sebelah barat berbatasn

dengan desa Kedungturi Kecamatan Taman dan Desa Waru Kecamatan Waru

menjadi batas timur

Ketinggian tanah 5 meter dari permukaan laut sehingga termasuk daerah dataran

sedang denagn suhu udara rata-rata ± 30 – 32 °C. Jarak dari pusat pemerintahan

kecamatan ± 3 km, jarak dari ibu kota DATI II ± 16 km, jarak dari ibu kota

provinsi ± 20,5 km. Jumlah penduduk laki-laki sebanyak 6910 jiwa, sedangka

perempuan 7030 jiwa, proporsi yang hamper sama. Jumlah posyandu balita 7

posyandu dengan bidan desa, 2 posyandu lansia , ditamabah 1 taman posyandu,

tidak ada polindes dikarenakan letaknya dekat dengan puskesmas. Didesa medaeng

juga ada 3 dokter praktik swasta.

2. Diskripsi Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dengan Kejadian KEP

Hasil analisis Tabel 8 menunjukkan adanya kecenderungan bahwa pada

kelompok ibu dengan tingkat pendidikan yang rendah terjadi kejadian KEP yang

tebih tinggi dibanding pada kelompok pendidikan yang lebih tinggi. Tabel yang

sama juga menunjukkan kejadian yang tinggi pada kelompok ibu dengan pendidikan

SMP sederajat dengan KEP sebesar 40%. Dari Tabel 1 terlihat bahwa 41,7%

responden berpendidikan SMP ke bawah. Apalagi tingkat pengetahuan tentang

status gizi 33,7% dari mereka tidak tahu (Tabel 2), 61,1% tidak tahu tentang

Page 39: 2. Isi Penelitian ASI Wonoayu

39

penyebab KEP (Tabel 3) dan 41,7% responden tidak tahu tentang gejala awal KEP

(Tabel 4). Dengan demikian permasalahan yang nyata di sini adalah tingkat

pemahaman tentang semua hal yang terkait dengan KEP masih kurang.

Kejadian KEP perlu diturunkan selanjutnya perlu adanya langkah-langkah

mengenai peningkatan pengetahuan atau pemahaman tentang KEP melalui berbagai

penyuluhan. Penyuluhan sebaiknya dicari waktu yang tepat sesuai dengan

kesempatan yang dimiliki oleh ibu-ibu beranak balita. Demikian juga perlu

ditentukan siapa yang bisa berperan sebagai agen perubahan (change agent) apakah

tokoh-tokoh masyarakat, petugas Puskesmas, atau pihak yang oleh masyarakat

sebagai key person. Metode penyuluhan sebaiknya juga dicari inovasi baru, tidak

monoton seperti metode ceramah dan sejenisnya yang selama ini dipandang

membosankan. Pendekatan personal secara persuasive mungkin bisa dicoba dalam

memecahkan masalah ini.

3. Deskripsi Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang KEP dengan Kejadian KEP

Kelompok ibu yang memiliki pengetahuan tentang status gizi anak balita

terdapat kejadian KEP lebih rendah dibanding dengan kelompok ibu yang tidak

memahami tentang status gizi (Tabel 9). Dengan demikian permasalahan yang

nyata di sini adalah tingkat pemahaman tentang semua hal yang terkait dengan KEP.

Sama halnya dengan pembahasan sebelumnya untuk menurunkan kejadian KEP

selanjutnya perlu adanya langkah-langkah mengenai peningkatan pengetahuan atau

pemahaman tentang KEP melalui berbagai penyuluhan. Penyuluhan sebaiknya

dicari waktu yang tepat sesuai dengan kesempatan yang dimiliki oleh ibu-ibu yang

mempunyai balita misalnya waktu disaaat ibu tidak bekerja. Demikian juga perlu

Page 40: 2. Isi Penelitian ASI Wonoayu

ditentukan siapa yang bisa berperan sebagai agen perubahan (change agent) apakah

tokoh-tokoh masyarakat, petugas Puskesmas, atau pihak yang oleh masyarakat

sebagai key person. Metode penyuluhan sebaiknya juga dicari inovasi baru, tidak

monoton seperti metode ceramah dan sejenisnya yang selama ini dipandang

membosankan. Pendekatan personal secara persuasive mungkin bisa dicoba dalam

memecahkan masalah ini, sehingga ibu balita lebih termotivasi agar balita tidak

KEP.

4. Deskripsi Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Penyebab KEP dengan Kejadian KEP

Hasil analisis tabel 10 kelompok ibu yang memiliki pengetahuan tentang

penyebab KEP terdapat kejadian KEP lebih rendah dibanding dengan kelompok ibu

yang tidak tahu tentang penyebab KEP. Maka peneliti mengasumsikan bahwa ada

hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang penyebab KEP dengan kejadian

KEP pada anak balita mereka. Dengan demikian permasalahan yang sama di sini

adalah tingkat pemahaman tentang semua hal yang terkait dengan KEP, khususnya

disini tentang pengetahuan ibu tentang penyebab KEP.

Pemberian penyuluhan tentang penyebab KEP mulai dari kekurangan protein,

kalori atau keduanya perlu disajikan dengan bahasa yang sangat sederhana sesuai

dengan tingkat pendidikan ibu. Mulai dari jenis-jenis makanan yang mengandung

protein dan energi serta takaran yang sesuai dengan usia balita bagaimana cara

mengolahnya yang baik.

Page 41: 2. Isi Penelitian ASI Wonoayu

41

5. Deskripsi Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Gejala KEP dengan Kejadian KEP

Kelompok ibu yang memiliki pengetahuan tentang gejala awal KEP terdapat

kejadian KEP lebih rendah dibanding dengan kelompok ibu yang tidak tahu tentang

gejala awal KEP lihat Tabel 11. Dengan demikian permasalahan yang sama di sini

adalah tingkat pemahaman tentang semua hal yang terkait dengan KEP, khuusnya

disini tentang pengetahuan ibu tentang gejala awal KEP.

Pembahasan sebelumnya mempunyai kesamaan yaitu untuk menurunkan

kejadian KEP selanjutnya perlu adanya langkah-langkah mengenai peningkatan

pengetahuan atau pemahaman tentang KEP melalui berbagai penyuluhan,

khususnya disini tentang pengetahuan ibu tentang gejala awal KEP. Sehingga

apabila terjadi gejala seperti itu ibu pasien sudah bisa mengantisipasi supaya tidak

terjadi komplikasi yang berlanjut.

6. Deskripsi Hubungan Pola Asuh Balita dengan Kejadian KEP

Tabel 12 Pada kelompok pengasuh balita yang diasuh sendiri oleh ibu terdapat

kejadian KEP lebih rendah dibanding dengan kelompok pengasuh balita yang diasuh

orang lain. Peneliti mengasumsikan bahwa ada hubungan antara pola asuh balita

dengan kejadian KEP pada anak balita. Permasalahannya adalah poala asuh yang

kurang baik dapat berpegaruh terhadap staus gizi balita. Kembali lagi seperti

permasalahan awal memberikan pengtahuan pada ibu tentang pola asuh yang baik

beri pengetahuan kepada ibu bahwa kasih sayang juga diperlukan dan masa balita

adalah masa dimana anak masih membutuhkan asupan makanan dan gizi dalam

jumlah yang memadai. Masa ini anak-anak masih sangat tergantung pada perawatan

dan pengasuhan ibunya. Pengasuhan kesehatan dan makanan pada tahun pertama

Page 42: 2. Isi Penelitian ASI Wonoayu

kehidupan sangat penting untuk perkembangan anak. Daerah penelitian ini terutama

pada balita yang dengan KEP selain orang tua yang diberikan penyuluhan tetapi

penagasuh selain ibu juga harus diberi penyuluhan tentang asupan makanan dan gizi

yang memadai, terutama bagi para pembantu atau nenek yang mengasuh cucu.

Teknik penyuluahan sama dengan sebelumnya tidak monoton seperti metode

ceramah dan sejenisnya yang selama ini dipandang membosankan. Pendekatan

personal secara persuasive mungkin bisa dicoba dalam memecahkan masalah ini.

7. Deskripsi Hubungan Jenis Pekerjaan Ibu dengan Kejadian KEP

Analisis Tabel 13 menunjukkan bahwa kejadian KEP menunjukkan adanya

kecenderungan peningkatan presentase mulai dari jenis pekerjaan yang tinggi yaitu

PNS atau Karyawan, Wiraswasta atau Pedagang ,dengan peningkatan yang cukup

berarti pada kelompok pekerjaan ibu Tani atau Buruh tani atau Buruh yaitu 37,5%.

Maka peneliti mengasumsikan bahwa ada hubungan antara jenis pekerjaan ibu

dengan kejadian KEP pada anak balita mereka. Dengan demikian permasalahannya

adalah jenis pekerjaan ibu yang nantinya juga berpengaruh terhadap besar

penghasilan dan asupan makanan/gizi pada balita.

Kejadian KEP perlu diturunkan selanjutnya perlu adanya langkah untuk

memperbaiki etos keja masing-masing orang tua yang bekerja terutama disini bagi

kelompok pekerjaan Tani, Buruh tani atau Buruh, yang diharapkan adalah dengan

meningkatnya etos kerja nantinya akan mendapatkan tingkat penghasilan yang lebih

baik untuk pemenuhan asupan makanan keluarga khususnya gizi balita.

Page 43: 2. Isi Penelitian ASI Wonoayu

43

8. Diskripsi Hubungan Tingkat Penghasilan dengan Kejadian KEP

Hasil analisis Tabel 14 menunjukkan adanya kecenderungan pada kelompok

orang tua dengan tingkat penghasilan yang rendah terjadi kejadian KEP yang lebih

tinggi dibanding pada kelompok denagn tingkat penghasilan yang lebih tinggi.

Dengan demikian permasalahan yang nyata di sini adalah tingkat penghasilan

orang tua yang rendah kemungkinan bisa menyebabkan tingginya kejadian KEP.

Hal tersebut mungkin disebabkan oleh pemenuhan nutrisi yang seimbang untuk

balita tidak dapat terpenuhi dengan baik karena keterbatasan biaya.

Kejadian KEP perlu diturunkan selanjutnya perlu adanya langkah-langkah

untuk meningkatan penghasilan keluarga, mungkin sebaiknya para ibu ikut andil

dalam membantu ekonomi keluarga, dengan tidak harus bekerja meninggalkan

rumah tapi juga bisa dilakukan dirumah sehingga untuk mendapatkan pengahasilan.

Memberikan pengetahuan kepada ibu tentang keterampilan yang bisa mendatangkan

penghasilan untuk membatu ekonomi keluarga, tanpa harus bekerja diluar rumah

dan meninggalkan balita dengan waktu yang lama. Misalkan diajarkan cara

membuat krupuk yang nantinya bisa dijual dirumah maupun dititipkan warung

sekitar rumah. Pelatihan yang lain seperti merajut, pemanfaatan plastik bekas untuk

hiasan rumah dll. Keluarga yang mempunyai halaman lebih bisa dipergunakan

sebagai kolam untuk memelihara ikan, memelihara ayam dan bebek yang nantinya

bisa dimanfaatkan dagaing dan telur untuk memenuhi asupan gizi keluarga maupun

dijual untuk menambah penghasilan keluarga. Pengetahuan tentang berkebun di

pekarangan rumah bisa diajarkan agar bisa dimanfaatkan untuk menanam sayuran.

Page 44: 2. Isi Penelitian ASI Wonoayu

BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Kelompok ibu berbalita yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi, ada

kecenderungan untuk memiliki balita dengan KEP lebih rendah dibanding

kelompok ibu yang mempunyai tingkat pendidikan lebih rendah.

2. Kelompok ibu berbalita yang mempunyai pengetahuan tentang status gizi balita

ada kecenderungan untuk memiliki balita dengan KEP lebih rendah yaitu

sebesar 16,7% dibanding kelompok ibu yang tidak memahami tentang status gizi

balita dengan balita penderita KEP sebesar 25%.

3. Kelompok ibu berbalita yang mempunyai pengetahuan tentang penyebab KEP

ada kecenderungan untuk memiliki balita dengan KEP lebih rendah yaitu

sebesar 12,5% dibanding kelompok ibu yang tidak mempunyai pengetahuan

tentang penyebab KEP dengan balita penderita KEP sebesar 27,3%.

4. Kelompok ibu berbalita yang mempunyai pengetahuan tentang gejala awal KEP

ada kecenderungan untuk memiliki balita dengan KEP lebih rendah 14,3%

dibanding kelompok ibu yang tidak mempunyai pengetahuan tentang gejala

awal KEP dengan balita penderita KEP sebesar 25%.

5. Kelompok ibu berbalita yang mengasuh balitanya sendiri ada kecenderungan

untuk memiliki balita dengan KEP lebih rendah 17,9% dibanding kelompok ibu

yang balitanya diasuh oleh orang lain dengan balita penderita KEP sebesar 25%.

6. Kejadian KEP diasumsikan memiliki hubungan dengan jenis pekerjaan ibu,

menunjukkan bahwa kejadian KEP menunjukkan adanya kecenderungan

peningkatan presentase mulai dari jenis pekerjaan yang tinggi PNS atau

Karyawan, Wiraswasta atau Pedagang, dengan peningkatan yang cukup berarti

Page 45: 2. Isi Penelitian ASI Wonoayu

45

pada kelompok pekerjaan ibu Tani, Buruh tani atau Buruh. Ada kecenderungan

ibu yang mempunyai pekerjaan yang baik mempunyai kemungkian terjadinya

KEP lebih kecil dibanding ibu yang mempunyai pekerjaan kurang baik.

7. Kelompok ibu berbalita yang mempunyai tingkat pengahasilan lebih tinggi ada

kecenderungan untuk memiliki balita dengan KEP lebih rendah yaitu sebesar

22%, dibanding kelompok ibu yang mempunyai tingkat pengahasilan lebih

rendah dengan balita penderita KEP sebesar 25%.

B. SARAN-SARAN

1. Kejadian KEP perlu diturunkan selanjutnya perlu adanya langkah-langkah

mengenai peningkatan pengetahuan atau pemahaman tentang KEP melalui

berbagai penyuluhan. Metode penyuluhan sebaiknya juga dicari inovasi

baru, tidak monoton seperti metode ceramah dan sejenisnya yang selama ini

dipandang membosankan. Pendekatan personal secara persuasive mungkin

bisa dicoba dalam memecahkan masalah ini, dengan mendatangi ibu-ibu

yang berbalita terutama yang mempunyai balita denagn KEP ke rumahnya.

Penyuluhan yang dapat diberikan berupa :

a. Pengetahuan tentang gizi balita dan KEP

b. Pengetahuan tentang penyebab dari KEP

c. Pengetahuan tentang gejala awal dari terjadinya dan cirri-ciri balita

dengan KEP

d. Bahasa yang digunakan harus menyesuaikan dengan tingkat

pendidikan orang tua, dimana dalam penelitian ini kejadian KEP

terbanyak pada tingkat pendidikan orang tua SMP/MTs sederajat.

Page 46: 2. Isi Penelitian ASI Wonoayu

e. Penyuluhan tentang pola asuh yang baik dan asupan gizi yang sesuai

dengan tahapan perkembangan balita kepada ibu dan juga tak kalah

pentingnya kepada pengasuh balita.

2. Meningkatnya etos kerja bagi para ibu yang bekerja dengan harapan

nantinya akan mendapatkan tingkat penghasilan yang lebih baik untuk

pemenuhan asupan makanan keluarga khususnya gizi balita.

3. Ibu sebaiknya turut andil dalam membantu ekonomi keluarga, dengan tidak

harus bekerja meninggalkan rumah tapi juga bisa dilakukan dirumah

sehingga untuk mendapatkan pengahasilan tambahan. Misalkan diajarkan

cara membuat krupuk yang nantinya bisa dijual dirumah maupun dititipkan

warung sekitar rumah. Pelatihan yang lain seperti merajut, pemanfaatan

plastik bekas untuk hiasan rumah dll.

4. Keluarga yang mempunyai halaman atau pekarangan lebih, bisa

dipergunakan sebagai kolam untuk memelihara ikan, memelihara ayam dan

bebek yang nantinya bisa dimanfaatkan dagaing dan telur untuk memenuhi

asupan gizi keluarga maupun dijual untuk menambah penghasilan keluarga.

Pengetahuan tentang berkebun di pekarangan rumah bisa diajarkan agar bisa

dimanfaatkan untuk menanam sayur.

Page 47: 2. Isi Penelitian ASI Wonoayu

47

DAFTAR PUSTAKA

Boerhan. I. Roedi. & H. Siti Nurul. 2006. Pedoman Diagnosis dan Terapi. Bag/SMF Ilmu Kesehatan Anak. Edisi III. Rumah Sakit Umum Daerah Dokter Soetomo. Surabaya.

Departemen Kesehatan RI. 2003. Buku Bagan Tata Laksana Anak Gizi Buruk, Buku I, Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, Direktorat Gizi Masyarakat. Jakarta.

Hardivian, Sylvia Licha, Pengaruh Karakteristik Ibu dan Pendapatan Keluarga Terhadap Tingkat Kecukupan Energi dan Protein Serta Status Gizi Anak Balita di Desa Suwawal Barat, Kecamatan Mlonggo, Kabupaten Jepara. 2003, www.eprint.undip.ac.id diakses 23 Agustus 2012.

Kristijono, Anton. 1999. Karakteristik Balita Kurang Energi Protein (KEP) yang Dirawat Inap di RSU Dr. Pirngadi Medan. Cermin Dunia Kedokteran. Departemen Kesehatan RI, D.I. Nangroe Darusalam Aceh.

Lutviana dan Budiono, Prevalensi dan determinan kejadian gizi kurang Pada balita (studi kasus pada keluarga nelayan di Desa bajomulyo kecamatan juwana kabupaten pati), Jurnal Kemas, vol 5 (2): 165 – 172, 2010.

Pedoman diagnosis dan terapi bagian ilmu kesehatan anak Edisi III, RSUD DR.Soetomo Surabaya : 2008

http://www.infokedokteran.com/gizi/cara-mengolah-makanan-yang-sehat.html (diakses : Sabtu 31 Agustus 2013 08.15 WIB )

http://www.k4health.org/sites/default/files/laporanNasional%20Riskesdas%202007.pdf (diakses : Minggu 22 September 2013 15.00 WIB )

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/21941/4/Chapter%20II.pdf (diakses : Sabtu 31 Agustus 2013 13.25 )

www.bappenas.go.id/get-file-server/node/10655/ Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi 2011-2015 (diakses : Selasa 3 September 2013 10.33 )

Page 48: 2. Isi Penelitian ASI Wonoayu

Lampiran 1: Informed Concent

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

PRAKTEK KERJA LAPANGAN

ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS

“ Deskripsi Hubungan Tingkat Sosial Ekonomi dengan Kejadian KEP

di RW III Desa Medaeng Puskesmas Medaeng Kecamatan Waru

Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013”

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

( Informed Concent )

Setelah mendapat penjelasan dengan baik tentang tujuan dan manfaat penelitian

yang berjudul “Gambaran antara tingkat sosial ekonomi terhadap kejadian KEP di

Desa Medaeng Kecamatan Waru Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013 “, saya mengerti

bahwa saya diminta untuk mengisi kuesiner dan menjawab pertanyaan tentang

berbagai hal yang berkaitan dengan tingkat social budaya di Desa kami. Saya

memerlukan waktu sekitar 15-30 menit sebagaimana yang telah di jelaskan

sebelumnya. Saya memahami bahwa penelitian ini tidak membawa resiko.

Saya mengerti bahwa catatan mengenai data penelitian akan dirahasiakan.

Informasi mengenai identitas saya tidak akan di tulis pada penelitian dan akan

tersimpan secara terpisah di tempat yang aman.

Saya mengerti bahwa saya berhak menolak untuk berperan sebagai responden

atau mengundurkan diri setiap saat tanpa adanya saksi atau kehilangan semua hak

saya. Saya telah diberi kesempatan untuk bertanya mengenai penelitian ini atau

mengenai keterlibatan saya dalam penelitian ini, dan telah dijawab dengan

Page 49: 2. Isi Penelitian ASI Wonoayu

49

memuaskan. Secara sukarela saya sadar dan bersedia berperan dalam penelitian ini

dengan menandatangani surat persetujuan menjadi responden.

Sidoarjo, 4 Agustus 2013

Responden

(……………………..)

Page 50: 2. Isi Penelitian ASI Wonoayu

Lampiran 2: Kuisioner Penelitian

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

PRAKTEK KERJA LAPANGAN

ILMU KEDOKTERAN KOMUNITAS

“Deskripsi Hubungan Tingkat Sosial Ekonomi dengan Kejadian KEP

di RW III Desa Medaeng Puskesmas Medaeng Kecamatan Waru

Kabupaten Sidoarjo Tahun 2013”

KUISIONER PENELITIAN

Petunjuk pengisian :

- Bacalah dengan teliti setiap pertanyaan dan pilihan jawaban.

- Pilihlah salah satu jawaban yang menurut anda sesuai dengan perilaku anda sehari-

hari.

DESA : Medaeng

KECAMATAN : Waru

KABUPATEN : Sidoarjo

PUSKESMAS : Medaeng

K ARAKTERISTIK RESPONDEN

Nama Ibu : …………………………………………………………...

Alamat Rumah : …………………………………………………………...

Page 51: 2. Isi Penelitian ASI Wonoayu

51

Umur Balita : a. < 1 th

b. 1 – 2 th.

c. >2 – 3 th

d. >3 th

Jenis Kelamin Balita : a. Laki-laki, nama : …………………..

b. Perempuan, nama : …………………...

Status Gizi Balita dlm KMS : a. BGM → BB terakhir = …… kg

b. Normal → BB terakhir = …… kg

1. Pendidikan terakhir Ibu ?

A. Tidak sekolah atau tidak tamat SD atau MI

B. SD atau MI

C. SMP atau MTs

D. SMA atau MA

E. Perguruan Tinggi atau Akademi

2. Apakah ibu bekerja di luar rumah?

A. Ya

B. Tidak

Page 52: 2. Isi Penelitian ASI Wonoayu

3. Apabila Ya (bekerja) apa jenis pekerjaan Ibu?

A. PNS atau Karyawan;

B. Wiraswasta atau Pedagang;

C. Tani, Buruh Tani atau Buruh;

D. IRT atau Tidak bekerja

E. Lain-lain (…………………….. sebutkan)

4. Selama ibu bekerja, siapa yang mengasuh balita ibu?

A. Keluarga ( Saudara, Kakek, Nenek )

B. Pembantu

C. Tetangga (pengasuh tidak tetap)

D. Sendiri

5. Berapa penghasilan orang tua ( keluarga ) balita per bulan? (termasuk

penghasilan suami)

A. < 1.000.000

B. >1.000.000 – 2.000.000

C. >2.000.000

6. Tahukah ibu tentang gizi buruk?

A. Tahu

B. Tidak tahu

Page 53: 2. Isi Penelitian ASI Wonoayu

53

7. Kalau tahu, apakah penyebab kurang gizi pada balita?

A. Kekurangan protein

B. Kekurangan kalori

C. Kedua-duanya

D. Tidak tahu

8. Tahukah ibu gejala awal balita yang kurang gizi?

A. Tahu

B. Tidak tahu