2. asdep pengembangan wisata alam dan buatan ......2. asdep pengembangan wisata alam dan buatan 8....
TRANSCRIPT
2. ASDEP PENGEMBANGAN WISATA ALAM DAN BUATAN
1. Penguatan Jejaring Kemitraan Wisata
Geopark Global Network
2. Koordinasi Percepatan
Pengembangan Wisata Ekologi
3. Koordinasi Dan Sinkronisasi
Pengembangan Geopark Indonesia
4. Peningkatan Kapasitas Pemandu
Wisata Petualangan
5. Peningkatan Kapasitas Penyelamat Wisata Pantai
6. Peningkatan Kapasitas Pemandu
Wisata Selam
7. Kegiatan Sosialisasi Perpres Nomor
105 Tahun 2015, Permenhub Nomor
121 Dan 171 Tahun 2015
8. Koordinasi Percepatan
Pengembangan Wisata Geopark
9. Bimtek Pengembangan Wisata
Ekologi
10.Koordinasi Peningkatan Kapasitas
Pengelola Wisata Olahraga dan
Rekreasi (Wisata Arung Jeram)
11.Fasilitasi Pengembangan Kawasan
Pariwisata Labuan Bajo
12.Penguatan Jejaring Kemitraan
Pengembangan Kawasan Pariwisata
13. Koordinasi Peningkatan Kapasitas
Pengelola Wisata Olahraga dan
Rekreasi (Wisata Trekking)
14. Bimbingan Teknis Peningkatan
Kapasitas Pengelola Wisata Olahraga
Tradisional (Benjang)
Penguatan Jejaring Kemitraan Wisata Geopark Global
Network
Dalam rangka mewujudkan geopark Indonesia bertaraf
internasional, Kementerian Pariwisata bersama dengan
Kementerian ESDM dan Komite Nasional Indonesia untuk
UNESCO (KNIU) secara rutin mengajukan Geopark Nasional
Indonesia untuk masuk menjadi anggota UNESCO Global
Geopark. Koordinasi dengan jaringan geopark dunia juga
dilaksanakan dengan mengikuti symposium dan seminar
geopark internasional baik yang diadakan oleh Asia – Pacific
Geoparks Network (APGN) maupun European Geoparks
Network (EGN). Kegiatan ini bertujuan untuk membina
hubungan di antara anggota Jaringan Geopark Global UNESCO.
Dengan dikukuhkannya Geopark Batur di Bali sebagai Geopark
Global oleh GGN (dan didukung oleh UNESCO) pada tahun 2012
dan Geopark Global Gunung Sewu pada tahun 2015 maka sudah
menjadi kewajiban bagi Indonesia untuk menghadiri kegiatan
internasional tentang Geopark, baik di wilayah Asia-Pasifik
maupun di Eropa, yang diselenggarakan setiap tahun.
Terdapat beberapa kegatan untuk memperkuat jejaring
kemitraan geopark Indonesia di kancah dunia, antara lain:
A. Pendampingan Field Assessment Geopark Nasional Rinjani-
Lombok
Dalam rangka tindak lanjut pengusulan Geopark Nasional
Rinjani – Lombok ke UNESCO pada bulan November 2015,
telah dilakukan penilaian lapangan oleh dua orang assessor
UNESCO yaitu Mr. Burlando Maurizio dari Italia dan Mr. Soo
Jae Lee dari Korea Selatan pada tanggal 17 s.d. 21 Mei 2016.
Hasil rekomendasi dan penilaian terhadap usulan Geopark
Rinjani-Lombok akan disampaikan pada April 2017.
Kegiatan Field Assessment Geopark Nasional Rinjani-Lombok
B. Revalidasi Batur UNESCO Global Geopark
Misi revalidasi Batur UNESCO Global Geopark dilaksanakan
pada 1-3 Agustus 2016 oleh dua orang assessor UNESCO
yaitu Mr. Guy Martini dan Mr. Marekazu Ohno. Hasil dari
revalidasi Batur UNESCO Global Geopark yaitu Green Card
yang diumumkan pada penutupan acara the 7th
International Conference on UNESCO Global Geoparks yang
dilaksanakan di the English Riviera UNESCO Global Geopark,
Inggris pada 27-30 September 2016.
C. the 7th International Conference on UNESCO Global Geoparks
Bekerjasama secara internasional merupakan salah satu
alasan geopark ingin menjadi anggota UNESCO Global
Geopark. Training dan pertemuan internasional sebagai
pertukaran ide dan membuat geopark semakin
berkembang. Tahun ini Indonesia menghadiri the 7th
International Conference on UNESCO Global Geoparks yang
dilaksanakan di the English Riviera UNESCO Global Geopark,
Inggris pada 27-30 September 2016. International
Conference on UNESCO Global Geoparks dilaksanakan setiap
2 tahun sekali dan telah terlaksana di China (2004), Irlandia
Utara (2006), Jerman (2008), Malaysia (2010), Jepang
(2012) dan Kanada (2014).
Dengan mengambil tema “Health and Well Being of
Communities through Creative and Active Engagement”,
acara dihadiri oleh 700 orang peserta yang mewakili
UNESCO Global Geoparks, Senior UNESCO Officials, peneliti,
dan instansi pemerintah dari 63 negara. Delegasi Indonesia
terdiri dari perwakilan dari Kementerian Koordinator
Bidang kemaritiman, Kementerian Pariwisata, Kementerian
ESDM, perwakilan Batur UNESCO Global Geopark, Gunung
Sewu Global Geopark, Geopark Nasional Kaldera Toba,
Geopark Nasional Ciletuh, Geopark Nasional Rinjani, dan
akademisi.
Selain menjadi pemakalah dan peserta aktif konferensi,
delegasi Indonesia mengikuti pameran Geofair dengan tema
“Wonderful Geoparks of Indonesia” dengan total 6 booth
mewakili 2 UGG dan 4 Geopark Nasional yang ada di
Indonesia. Asdep Pengembangan Destinasi Wisata Alam dan
Buatan mewakili Kementerian Pariwisata menyampaikan
presentasi dengan judul "Geotourism Trekking Development
Based on Community Participation in Indonesian Rinjani
National Geopark" pasa sesi presentasi di hari ke-empat
konferensi.
Dengan networking antar anggota UNESCO Global Geopark
Network, Indonesia berkesempatan untuk menambah
pengetahuan dan bertukar pengalaman tentang
pengembangan pariwisata berkelanjutan melalui Geopark
yang menggabungkan konsep perlindungan warisan
kekayaan geologi (geodiversity), biologi (biodiversity) dan
budaya (cultural diversity), pendidikan, dan penumbuhan
ekonomi lokal melalui sektor pariwisata. Hasil lain yang
diperoleh selama mengikuti konferensi adalah
bertambahnya pemahaman konsep Geopark secara utuh,
pengalaman, dan penjajagan kemungkinan kerjasama antar
Geopark Global di kawasan Asia-Pasifik (sister geopark).
Kunjungan lapangan ke beberapa geosite dan museum di
the English Riviera UNESCO Global Geopark juga
memperluas wawasan tentang bagaimana seharusnya
menyiapkan, membangun dan mengembangkan Geopark di
Indonesia.
Pada akhir acara diumumkan hasil revalidasi Batur UNESCO
Global Geopark dan hasil assessment terhadap usulan
Rinjani-Lombok Geopark yang telah dilakukan oleh
Assessor UNESCO pada 17-21 Mei 2016 akan diumumkan
pada bulan April 2017 mendatang.
Pembukaan the 7th International Conference on UNESCO Global
Geoparks oleh Nickolas C. Zouros, President of Global Geopark
Network dan Art Performance
Asdep Pengembangan Destinasi Wisata alam dan Buatan
menyampaikan Presentasi dengan judul “Geotourism Trekking
Development Based on Community Participation in Rinjani-
Lombok National Geopark, Indonesia”
Delegasi Indonesia pada Sesi Presentasi
Booth “Wonderful Geoparks of Indonesia”
Delegasi Indonesia bersama Patrick J. Mc. Keever, Secretary of the
International Geoscience and Geoparks Programme Chief of
Section, UNESCO
Field Trip Overground, Underground and Cruise di kawasan the
English Riviera UNESCO Global Geopark
Koordinasi Percepatan Pengembangan Wisata Ekologi
Ekowisata diartikan suatu bentuk perjalanan wisata ke area
alami yang dilakukan dengan tujuan mengkonservasi
lingkungan dan melestarikan kehidupan dan menyejahterakan
penduduk setempat. Serta mengikutsertakan aspek pendidikan
dan interpretasi terhadap lingkungan alami dan budaya
masyakat dengan pengelolaan kelestarian ekologis. (The
International Ecotourism Society, 2015).
Lokasi yang ditetapkan sebagai destinasi ekowisata prioritas
adalah sebagai berikut:
Adapun target yang ingin tercapai pada tahun 2019 adalah
sebagai berikut:
Untuk mencapai target yang telah ditentukan, Tim Percepatan
Pengembangan Ekowisata menetapkan beberapa strategi, yaitu:
Tim Percepatan Pengembangan Ekowisata telah menyampaikan
beberapa materi promosi ke Deputi Bidang Pengembangan
Pemasaran Pariwisata Mancanegara untuk mendapatkan
masukan dan dipublikasikan melalui media elektronik.
Selain itu, dalam rangka mempersiapkan konsep/bentuk
pengelolaan Taman Nasional dan Taman Wisata Alam dengan
konsep BLU, Tim Percepatan Pengembangan Ekowisata telah
melaksanakan pertemuan dengan beberapa pemangku
kepentingan yang dilaksanakan di Ciwidey, Bandung (25
Agustus 2016) dan di Banyuwangi (12-13 Oktober 2016).
Koordinasi Dan Sinkronisasi Pengembangan Geopark
Indonesia
Kementerian Pariwisata telah menetapkan geopark di Indonesia
sebagai salah satu program dan lokasi prioritas dalam
pembangunan destinasi pariwisata di Indonesia tahun 2015-
2019. Sebagai salah satu model dari wisata ekologis,
pengembangan geopark di Indonesia diharapkan dapat
menyumbang 3,5 juta wisatawan
mancanegara (wisman) dari 20 juta wisman
yang ditargetkan di tahun 2019. Enam lokasi
geopark yang menjadi prioritas Pemerintah
adalah: 1) Batur UNESCO Global Geopark, 2)
Gunung Sewu UNESCO Global Geopark, 3)
Geopark Nasional Kaldera Toba, 4) Geopark
Nasional Rinjani-Lombok, 5) Geopark
Nasional Merangin Jambi, serta 5) Geopark
Nasional Ciletuh-Pelabuhanratu.
Salah satu kegiatan yang menjadi prioritas
utama pengembangan geopark di Indonesia
sebagai bentuk dari pengejawantahan dua
arahan utama pembangunan destinasi
pariwisata nasional adalah pembangunan jalur geowisata
tematik di dua geopark dunia dan tiga geopark nasional.
Pembangunan jalur geowisata diharapkan dapat mendorong
terwujudnya keseimbangan antara upaya konservasi geologis
dengan pertumbuhan kegiatan ekonomi lokal yang merupakan
salah satu tujuan pengembangan geopark.
Tim Percepatan Pengembangan Ekowisata telah menyampaikan
beberapa materi promosi ke Deputi Bidang Pengembangan
Pemasaran Pariwisata Mancanegara untuk mendapatkan
masukan dan dipublikasikan melalui media elektronik.
Selain itu, dalam rangka mempersiapkan konsep/bentuk
pengelolaan Taman Nasional dan Taman Wisata Alam dengan
konsep BLU, Tim Percepatan Pengembangan Ekowisata telah
melaksanakan pertemuan dengan beberapa pemangku
kepentingan yang dilaksanakan di Ciwidey, Bandung (25
Agustus 2016) dan di Banyuwangi (12-13 Oktober 2016).
FGD Penyusunan Model Pengelolaan TN dan TWA
FGD menghasilkan kesepakatan dan langkah tindak lanjut
Proyek TWA Kawah Ijen Merapi Ungup-Ungup, antara lain:
A. Perubahan Luasan CA dan TWA Kawah Ijen Merapi
Ungup-Ungup
1. Pertemuan antara Investor (PT. SPS) dengan BBKSA
dan PJLHK dalam rangka persiapan untuk perubahan
fungsi sebagian kawasan CA menjadi TWA (minggu
ke-3 Oktober 2016)
2. Pertemuan antara Investor (PT. SPS) dengan Pemda
Kabupaten Bondowoso, BBKSDA, untuk menyusun
rekomendasi perubahan fungsi sebagian kawasan
dari CA menjadi TWA melalui skema perubahan
parsial (minggu ke-4 Oktober 2016)
3. Pertemuan antara Investor (PT. SPS), BBKSDA dan
Gubernur Jawa Timur, untuk menyusun rekomendasi
perubahan fungsi sebagian kawasan dari CA menjadi
TWA melalui skema perubahan parsial (minggu ke-1
November 2016)
4. Pengajuan usulan Gubernur Jawa Timur kepada
Menteri LHK tentang perubahan fungsi sebagian
kawasan CA menjadi TWA melalui skema perubahan
parsial, tembusan ke Sekjen KLHK dan Dirjen KSDAE
(minggu ke-2 November 2016)
5. Proses perubahan fungsi di internal Kementerian LHK
6. SK Menteri LHK tentang perubahan luasan CA dan
TWA Kawah Ijen Merapi Ungup-ungup (Minggu ke-4
Desember 2016)
B. Review Penataan Blok Pengelolaan dan Desain Tapak
TWA Ijen
1. Pengesahan penataan blok pengelolaan TWA oleh
Dirjen KSDAE (1 bulan setelah SK disahkan)
2. Pengesahan disain tapak oleh Direktur PJLHK (1
bulan setelah pengesahan blok)
C. Pengusulan RPPA dan Peta Site Plan baru untuk Cable
Car TWA Ijen oleh PT. SPS
D. Revisi peta Site Plan baru lampiran ijin RPPA untuk Cable
Car TWA Ijen oleh PT. SPS
E. Penyampaian usulan peta baru oleh PT. SPS kepada
Dirjen KSDAE
F. Penyampaian dokumen peta baru kepada BKPM untuk
mendapatkan ijin definitif oleh Biro Hukum KSDAE
(Akhir Februari 2017)
G. BKPM mengeluarkan ijin Definitif IUPSWA PT. SPS untuk
TWA Ijen
Pada tanggal 15-16 Februari 2016 telah disusun bersama
seluruh pemangku kepentingan Geopark Ciletuh 5 (lima) jalur
geowisata dengan tema yang spesifik untuk setiap jalur, yaitu:
₋ Jalur Geowisata 1: Menyusuri Curug, Surganya Pajampangan
₋ Jalur Geowisata 2: Puncak Tertinggi Girimukti
₋ Jalur Geowisata 3: Gemerlapnya Bebatuan Mandrajaya
₋ Jalur Geowisata 4: Hamparan Bebatuan Ter-Hade di Surade
₋ Jalur Geowisata 5: Jejak Fosil Tektonik di Ciletuh
Selain itu, telah dihasilkan pula tema-tema produk pariwisata
untuk daya tarik dan sumber daya wisata berbasis budaya dan
keanekaragaman hayati. Tema produk tersebut adalah:
Kegiatan ini dilanjutkan dengan Perencanaan Interpretasi dalam
Pengembangan Jalur Geowisata yang merupakan bagian integral
dari pengembangan jalur geowisata Geopark Ciletuh, dan
sekaligus dapat memberikan nilai tambah bagi produk
pariwisata Geopark Ciletuh. Perencanaan interpretasi
pariwisata di jalur geowisata Geopark Ciletuh diharapkan dapat
mendorong pengembangan berbagai daya tarik dan sumber
daya wisata serta produk pariwisata geopark secara lebih baik
lagi.
TEMA PRODUK
PARIWISATA
BERBASIS BUDAYA
TEMA PRODUK
PARIWISATA
BERBASIS
KEANEKARAGAMAN
HAYATI
1. Sejarah
Pajampangan
2. Sejarah
Perjuangan
Indonesia
3. Wisata Kreatif
Kuliner
4. Wisata Budaya
Kehidupan
Nelayan
1. Romantisme Alam
dan Perdesaan
2. Pesona Harmoni
Alam Bumi Ciletuh
3. Wild Life Watching
4. Save Our Green
Belt (Konservasi)
Pertemuan dengan Para Pihak dalam Rangka Fasilitasi
Pengembangan Sistem Pengelolaan dan Kelembagaan
Pengelolaan Produk Pariwisata
Selain itu, sebagai tindak lanjut inisiasi penyusunan jalur
geowisata di Geopark Nasional Rinjani-Lombok yang dimulai
sejak tahun 2015, Kementerian Pariwisata melaksanakan
beberapa kegiatan antara lain:
a. Sosialisasi dan workshop piloting pengembangan produk
pariwisata Geopark Rinjani-Lombok (23-24 februari 2016)
Kegiatan “Sosialisasi dan Workshop Piloting Pengembangan
Produk Pariwisata Geopark Rinjani Lombok”
diselenggarakan dengan tujuan menggali dan memadukan
upaya-upaya pengembangan produk pariwisata yang telah
ada maupun potensi pengembangan produk pariwisata di
dua lokasi pilot, yaitu Desa Aik Berik dan Desa Pakuan,
dalam rangka menciptakan produk pariwisata unggulan
Geopark Rinjani Lombok yang dapat berkontribusi bagi
konservasi geologis dan kesejahteraan masyarakat.
Hasilnya berupa rumusan tema pengembangan produk
pariwisata untuk Desa Aik Berik dan Kawasan Pakuan-
Sesaot. Rumusan tema pengembangan produk pariwisata
tersebut adalah sebagai berikut:
LOKASI ADMINISTRASI
DESA AIK BERIK, Kecamatan
KAWASAN PAKUAN-SESAOT,
Batukliang Utara, Kabupaten Lombok Tengah
Desa Pakuan dan Desa Sesaot, Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat
LOKASI DALAM JALUR GEOWISATA
Jalur Geowisata 4: Geowisata Lanskap Budaya Rinjani
Jalur Geowisata 4: Geowisata Lanskap Budaya Rinjani
TEMA PENGEMBANGAN PRODUK PARIWISATA
PESONA NAPAK TILAS DEWI ANJANI
SEJARAH PERADABAN SASAK AKIBAT LETUSAN SAMALAS
PROGRAM WISATA
1. Wisata Petualangan Tradisional
2. Geotrail Jejak Wali Mukmin
3. Wisata Kreatif Perdesaan Aik Berik “Live In Harmony With Aik Berik Community”
1. Napak Tilas Demong Selat
2. Jalur Pendakian Sasak Kuno
3. Jelajah Sejarah Kerajaan Sasak
4. Wisata Kreatif Lombok
5. Wisata
4. Wisata Edukatif Laboratorium Alam Aik Berik
Flora-Fauna Khas Lombok
Selain itu, telah disepakati kelompok kerja geowisata Desa
Aik Berik dan Kawasan Pakuan-Sesaot yang akan
bertanggung jawab secara langsung mengembangkan dan
mengelola produk pariwisata berbasis masyarakat di
masing-masing lokasi.
b. Workshop pengelolaan produk pariwisata di dua kawasan
pilot project yaitu Desa Aik Berik dan Kawasan Pakuan
Sesaot (21-23 April 2016)
Kegiatan ini bertujuan untuk memadukan pengelolaan
produk pariwisata berbasis masyarakat di dua lokasi pilot di
jalur geowisata Geopark Rinjani Lombok, yaitu Kawasan
Pakuan-Sesaot dan Desa Aik Berik, melalui pengembangan
sistem pengelolaan produk pariwisata dan kelembagaan
pengelola produk pariwisata.
c. Pendampingan Program Rumah Kreatif BNI
Kerja sama dengan PT. Bank Negara Indonesia (Persero)
Tbk. bertujuan untuk mengembangkan produk geowisata
tematik berbasis masyarakat dalam mendukung
pembangunan Jalur Geowisata Lanskap Budaya Rinjani.
Telah terbentuk lima kelompok kerja pengembangan
produk geowisata tematik yaitu:
1. Kelompok Kerja Mataram
2. Kelompok Kerja Lombok Barat
3. Kelompok Kerja Lombok Tengah
4. Kelompok Kerja Lombok Utara
5. Kelompok
KerjaLombok Timur
Peningkatan Kapasitas Pemandu Wisata Petualangan
Kegiatan Workshop Peningkatan Kapasitas Pemandu Wisata
Petualangan Arung Jeram dilaksanakan selama dua hari, 2-3 Mei
2016 di The Pikas Resort, Kabupaten Banjarnegara dengan
mengambil lokasi praktek lapangan di Sungai Serayu.
Kementerian Pariwisata bekerjasama dengan operator wisata
arung jeram Banyuwoong Rafting Adventure untuk pelaksanaan
workshop ini. Acara dibuka oleh Kepala Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kabupaten Banjarnegara dan dilanjutkan dengan
penyampaian materi oleh narasumber dan praktek lapangan.
Adapun materi yang disampaikan oleh narasumber di hari
pertama workshop meliputi:
- Pengenalan rafting (kelas pemula)
- Rescue water 1 (kelas lanjutan)
- Safety procedure rafting (kelas pemula)
- Rescue water 2 (kelas lanjutan)
- Simulasi rafting (kelas pemula)
- Simulasi rescue water (kelas pemula)
Sedangkan di hari kedua, kegiatan yang dilaksanakan adalah:
- Pelatihan arung jeram/pengarungan (kelas pemula)
- Pelatihan rescue water refresh (kelas lanjutan)
- Penyerahan sertifikat
Jumlah peserta sebanyak 70 orang dari berbagai pelaku antara
lain pecinta alam, calon atlet dan operator/pemandu wisata
arung jeram yang berasal dari wilayah Kabupaten Banjarnegara
dan sekitarnya. Diharapkan dengan diadakannya Workshop
Peningkatan Kapasitas Pemandu Wisata Petualangan Arung
Jeram ini dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
para pelaku wisata
petualangan arung
jeram khususnya
mengenai prosedur
keselamatan dan
keamanan wisata
petualangan arung
jeram.
Staf pada kegiatan
petualangan atau
kegiatan alam bebas
bertanggung jawab dalam menyediakan keamanan bagi para
pesertanya. Rasa tanggung jawab ini menuntut staf lapangan
untuk memimpin kegiatan tersebut dengan keamanan tanpa
batas. Karena kegiatan tersebut. berjalan bersama dengan
bahaya yang datang dari
aspek manusianya, peralatan
dan lingkungan alam. Staf
lapangan harus menyiapkan
pesertanya untuk
mengetahui, berlatih dalam
menghadapi kecelakaan,
sekaligus juga
mengembangkan kemampuan untuk mengantisipasi resiko fisik,
mental dan emosional. Karena itu pada kegiatan di atas maka
adalah perlu staf lapangan harus menyatukan berbagai aspek
keamanan dengan intregritas peserta.
Di kegiatan arung jeram, siapa saja yang terlibat akan
mengambil bagian dalam kegiatan yang mana resiko
dikecelakaan bisa jadi lebih besar dari kegiatan sehari hari.
Konsekuensinya, staf lapangan mempunyai tanggung jawab
khusus untuk menjamin tindakan pencegahan yang cukup dan
berkeinambungan. Tidak hanya untuk menghindarkan bahaya
tapi juga menyakinkan mereka untuk aman di setiap situasi
terkendali. Mengarahkan mereka untuk lebih bisa menghadapi
segala resiko dan penanganan lebih tersiapkan. Bahaya
seharusnya tidak menjadi tanggung jawab mereka sendiri,
tujuannya adalah menghindarkan bahaya dan resiko secara
terorganisir dan terlatih bila hal hal itu terjadi.
Kegiatan Workshop di Kelas
Peningkatan Kapasitas Penyelamat Wisata Pantai
Pengembangan pariwisata yang berbasis kegiatan bahari dan
pantai merupakan kegiatan yang berpotensi besar untuk
dijadikan sebagai kegiatan utama penggerak ekonomi di
kawasan pesisir dan lautan. Namun, di lain pihak pengelolaan
kawasan pesisir dan lautan dirasakan masih kurang terlaksana
dengan baik. Banyaknya kecelakaan yang terjadi di daya tarik
wisata bahari khususnya wisata pantai membuat
ketidaknyamanan wisatawan untuk melakukan rekreasi. Untuk
itu, diperlukan peningkatan kapasitas SDM penjaga pantai yang
berkualitas dan berkuantitas di sekitar lokasi daya tarik wisata
bahari, agar menciptakan rasa aman dan nyaman bagi
wisatawan yang melakukan aktivitas rekreasi.
Kegiatan Asdep Pengembangan Destinasi Wisata Alam dan
Buatan dilaksanakan pada bulan Februari dan April tahun 2016,
dipimpin oleh Kepala Bidang Pengembangan Wisata Bahari,
didampingi oleh Kepala Sub
Bidang Wisata Pantai dan
Pesisir beserta Staf Bidang
Pengembangan Wisata Bahari.
Rumusan hasil rangkaian
kegiatan Peningkatan Kapasitas
Penyelamat Wisata Pantai
adalah sebagai berikut :
Bimbingan Teknis Peningkatan
Kapasitas Penyelamat Wisata
Pantai dilaksanakan pada
tanggal 25 – 26 Februari di Banyuwangi, dan 4 – 6 April di
Lampung. Kegiatan ini telah memberikan sertifikasi kepada
penyelamat wisata pantai lokal dengan kompetensi Basic Life
Guard dan First Aid sebanyak masing-masing 25 orang di
Banyuwangi dan Lampung. Hasil dari kegiatan ini diharapkan
dapat meningkatkan kapasitas SDM penyelamat wisata pantai
lokal yang berkualitas dan berstandar Internasional, sehingga 2
wilayah tersebut dapat menjadi destinasi pilihan para
wisatawan untuk melakukan aktivitas wisata pantai.
Pelaksanaan kegiatan Bimtek dimaksud merupakan kerjasama kementerian pariwisata c.q. Asdep Pengembangan Destinasi Wisata Alam dan Buatan dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Banyuwangi c.q. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabipaten Banyuwangi dan Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kabupaten Pesawaran, Lampung untuk meningkatkan kualitas
SDM penyelamat wisata pantai di destinasi wisata bahari.
1. Pelatih atau Tenaga Ahli adalah Bapak Kiki Murdiatmoko, Bapak Jurianto M. Nur, Bapak Wahyu Suparta, Bapak Arif Budiman, dan Bapak M. Daud Abdurahman yang memiliki pengalaman melatih anggota Badan SAR Nasional
2. Peserta Bimtek terdiri dari berbagai stakeholder wisata pantai seperti masyarakat lokal dan Kelompok Sadar Wisata
(Pokdarwis) dari beberapa pantai di Banyuwangi dan Kabupaten Pesawaran, Lampung.
3. Bimbingan teknis peningkatan kapasitas penyelamat wisata pantai Banyuwangi dilaksanakan dengan materi pelatihan kelas dan kolam pada hari pertama yang berlokasi di Hotel Berlian Abadi dan sesi praktek di laut selama satu hari di Pantai Bangsring, Banyuwangi dan Lampung dilaksanakan dengan materi pelatihan kelas dan kolam pada hari pertama yang berlokasi di Hotel Bukit Randu dan sesi praktek di laut selama satu hari di Pantai Mutun, Kab. Pesawaran, Lampung.
Kegiatan Peningkatan Kapasitas Penyelamat Wisata Pantai
ini diharapkan dapat
memberikan manfaat
kepada para SDM
penyelamat pantai yang
terlibat dalam
pengembangan wisata
pantai serta meningkatkan peran serta masyarakat dan
memberikan manfaat ekonomi kepada masyarakat setempat.
Peningkatan Kapasitas Pemandu Wisata Selam
Dalam rangka mendukung terlaksananya rencana program kerja
pengembangan wisata alam dan buatan, khususnya wisata
selam (diving) perlu didukung dengan pengembangan SDM lokal
di titik-titik selam guna memberikan pelayanan prima bagi
wisatawan selam dengan tujuan memberikan pelayanan yang
prima bagi wisatawan selam terkait kemanan dan kenyamanan
selama berkunjung ke destinasi wisata bahari di Indonesia.
Untuk itu, perlu diberikan pelatihan untuk menambah kuantitas
SDM wisata selam yang bersertifikasi khususnya di destinasi
wisata selam yang sedang dikembangkan agar menghasilkan
dive guide (pemandu selam) yang berkualitas.
Kegiatan ini dilaksanakan pada bulan Februari hingga Mei 2016,
dipimpin oleh Asdep Pengembangan Destinasi Wisata Alam dan
Buatan, dan didampingi oleh Kepala Bidang, Kepala Sub Bidang
Wisata Laut beserta Staf Bidang Pengembangan Wisata Bahari.
Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas SDM
pemandu selam (dive guide) lokal yang berkualitas dan
berstandar internasional dengan mensertifikasi guide selam
Rescue dan Dive Master dalam rangka peningkatan pelayanan
prima bagi wisatawan selam (diving). Diharapkan dari kegiatan
Bimbingan Teknis ini dapat menjadikan Wilayah Raja Ampat,
Wakatobi, dan Sabang sebagai destinasi wisata selam unggulan
dan dapat meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan selam,
serta meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan bagi
wisatawan selam di 3 wilayah tersebut.
Rumusan hasil rangkaian kegiatan ini adalah sebagai berikut :
Bimbingan Teknis Peningkatan Kapasitas Wisata Pemandu
Selam Rescue dan Dive Master dilaksanakan di 3 Wilayah yang
terdiri dari Raja Ampat, Wakatobi, dan Sabang. Kegiatan ini
telah memberikan sertifikasi kepada pemandu selam lokal
dengan kompetensi Stress & Rescue Diver sejumlah 7 orang di
Raja Ampat, 15 orang di wilayah Sabang, 13 orang dengan
kompetensi sertifikasi Dive Master di Raja Ampat, dan 9 orang di
Wakatobi. Kegiatan bimbingan ini dimulai pada tanggal 12 – 17
Februari di Raja Ampat, 16 – 21 Maret di Wakatobi, dan 17 – 22
Mei 2016 di Wilayah Sabang.
1. Pelaksanaan kegiatan Bimtek dimaksud merupakan
kerjasama kementerian pariwisata cq Asdep Pengembangan
Destinasi Wisata Alam dan Buatan dengan Pemerintah
Daerah cq Dinas Pariwisata Kabupaten Raja Ampat,
Kabupaten Wakatobi, dan Kota Sabang untuk meningkatkan
kualitas SDM pemandu selam di destinasi wisata bahari.
2. Pelatih atau narasumber adalah Ibu Ellysnawati, Dive Control
Specialist Instructor (DCSI) beserta asistennya dari Scuba
School International (SSI).
3. Bimbingan teknis peningkatan kapasitas pemandu wisata
selam dengan level Stress & Rescue Diver dilaksanakan
selama 4 hari yang terdiri dari 2 hari pertama sesi kelas
yang dimulai dari pagi hingga malam hari, dan 2 hari
selanjutnya sesi praktek di Pantai dan evaluasi di kelas.dan
pelatihan Dive Master dilakukan selama 6 hari yang terdiri
dari 3 hari pertama sesi kelas yang dimulai dari pagi hingga
malam hari, dan 3 hari selanjutnya sesi praktek di Pantai dan
evaluasi di kelas. 4. Dengan dilaksanakannya kegiatan ini telah memberikan
sertifikasi kepada 22 orang pemandu selam lokal dengan
kompetensi Stress & Rescue Diver, dan 22 orang pemandu
selam dengan sertifikasi kompetensi Dive Master dari
wilayah Raja Ampat, Wakatobi, dan Sabang. Kegiatan
Peningkatan Kapasitas Pemandu Wisata Selam ini
diharapkan dapat memberikan manfaat kepada para
SDM khususnya pemandu selam yang terlibat dalam
pengembangan wisata bawah laut serta meningkatkan
peran serta masyarakat dan memberikan manfaat
ekonomi kepada masyarakat setempat.
Kegiatan Sosialisasi Perpres Nomor 105 Tahun 2015,
Permenhub Nomor 121 Dan 171 Tahun 2015
Industri yacht menunjukkan peningkatan yang sangat signifikan
di tingkat internasional. Faktor pendorong utama adalah waktu
luang/berwisata yang lebih lama/panjang sebagai akibat dari
peningkatan jumlah pekerja yang pensiun lebih awal dan rata-
rata pendapatan masyarakat dunia yang tinggi. Yacht tourism
memiliki reputasi yang tinggi di mata investor. Industri yacht
tourism tidak saja mendorong usaha makan dan
minum/catering, transportasi, fasilitas publik, fasilitas
perawatan dan pendukung wisata tetapi juga mampu
memberikan kontribusi dalam mengoptimalkan struktur
dampak wisata bahari, dengan perbandingan 1:10 dampak
ekonomi yang ditimbulkan dibandingkan dengan wisata
berbasis daratan.
Kegiatan ini dipimpin oleh Asdep Pengembangan Destinasi
Wisata Alam dan Buatan, didampingi oleh Kepala Bidang
Pengembangan Wisata Bahari, Kepala Sub Bidang Wisata Laut,
serta Kepala Sub Bidang Wisata Pantai.
Kegiatan Sosialisasi ini dilaksanakan pada tanggal 29 Januari
2016 di Nongsa Point Marina Batam, dan pada 29 Mei 2016 di
Dyandra Convention Center Surabaya. Pengembangan wisata
yacht memiliki peran yang penting bagi peningkatan ekonomi
negara/daerah serta mampu memperkuat citra suatu destinasi
untuk menarik investor. Pelaksanaan kegiatan sosialisasi
Perpres Nomor 105 Tahun 2015, Permenhub Nomor 121 Dan
171 Tahun 2015 dibagi menjadi tiga wilayah yang meliputi
Indonesia bagian barat, tengah, dan timur.
Pertemuan telah berhasil membahas beberapa agenda dan
menyepakati hal-hal sebagai berikut:
1. Wisata bahari menjadi andalan untuk perekonomian
nasional dengan target US $4 M. Kebijakan baru yang
diberikan antara lain dihapuskannya CAIT, dan juga
pembebasan visa untuk 90 negara. Saat ini sedang
disiapkan 79 negara bebas visa sehingga total negara bebas
visa adalah 169 negara. Dengan terbitnya perpres 105 maka
para menteri harus menerbitkan permenhub 121 sehingga
untuk Port sudah dianggap aman.
Untuk masalah cruise ship saat ini ada 530 call yang harus
masuk sebagai target. Untuk 5 pelabuhan diberi kemudahan
untuk menurunkan penumpang dan menaikkan penumpang.
Selama ini kapal pesiar (cruise) yang beruntung hanya
Sydney dan beberapa kota di Australia, serta Singapura.
Sedangkan Indonesia tidak memetik keuntungan apa-apa
karena tidak ada satupun yang singgah.
2. Di dalam proses kepabeanan akan diberikan kemudahan
sistem administrasi dengan dokumen tunggal (vessel
declaration), yang artinya ada kemudahan proses prosedural
dan biaya yang lebih jelas bagi para yachties. Mohon agar
yachties yang berurusan namanya tidak boleh diganti oleh
perantara, yachties harus konsisten, jika operator yang
mengurus maka nama operator tidak boleh berganti-ganti.
Sehingga, dalam pertanggungjawaban jika ada masalah
memiliki kejelasan siapa yang bertanggung jawab antara
yachties atau operator. Prosedurnya satu dokumen dibawa
ke ditjen bea cukai, dan akan diproses dalam jangka waktu
yang lebih cepat.
3. Kebijakan keimigrasian sudah banyak untuk mendukung
pariwisata. Di Natuna saat ini sudah ada kantor Imigrasi
Ranai. Natuna sangat bagus untuk dijadikan destinasi
pariwisata.
Direktorat Lalu Lintas Angkutan Laut mendukung
kemudahan untuk masuknya kapal layar asing. Saat ini, pada
saat imlek sudah ada 50 pesawat dari China ke Bali. UU 17
tahun 2008 tentang pelayaran, Perpres 105/2015, UU
10/2009, PP 20/2010, Permen 171/2015 tentang tata cara
pelayanan kapal wisata (yacht).
4. Selama ini terjadi kesalahpahaman mengenai CAIT, dimana
tujuan penghapusan CAIT (fungsi keamanan) bukan berarti
menghilangkan pengawasan, tetapi semuanya dibuat dalam
bentuk online, sehingga penyelesaiannya cukup 1 hari atau
50 menit. Di Sabang, sekarang sudah bisa diterapkan
perijinan (CIQP) dalam waktu 50 menit.
CAIT memang sudah tidak dikedepankan lagi. Jadi, dalam
melayani kapal yacht, pihak pengawasan (TNI AL, Bakamla,
Syahbandar) jangan bertanya tentang CAIT lagi kepada para
yachties, tetapi CAIT harus sudah dibuat online. Apabila ada
masalah yachties yang tidak mematuhi aturan, maka tetap
akan diproses oleh (TNI AL, Bakamla, Syahbandar) sesuai
dengan peraturan yang berlaku.
5. Jaminan keamanan dan keselamatan bagi semua pengguna
perairan akan dilaksanakan dengan memperbanyak jumlah
kunjungan kapal wisatawan asing, bagaimana kerjasama
antar instansi untuk peningkatan pengawasan dan
keamanan. Untuk masalah imigrasi, perijinan tidak
mengikuti ijin kapal yacht, ijin wisatawan harus sama
dengan peraturan yang berlaku.
Dengan perpres 105/2015 sudah dibuat aplikasi dan sudah
disosialisasikan di Batam dengan hasil peningkatan jumlah
yachties 2 kali lipat dari total kunjungan. Sekarang yachties
sudah dapat melakukan aplikasi melalui smartphone masing-
masing dimana menggunakan QR code online. Dengan
permenhub, mohon ada dorongan penegakkan pelaksanaan
(enforce) yang mana menegaskan menggunakan atau tidak
Automatic Identification System (AIS) (alat pemantau
pergerakan kapal yacht).
Bukan berarti jika CAIT dihapus maka fungsi pengawasan
dan keamanan hilang, namun masalah keamanan lebih
dimundurkan karena yang diprioritaskan lebih ke aspek
ekonomi. Kewaspadaan tetap harus dijalankan. Aparat di
bandara dan pelabuhan laut harus diberi sosialisasi dan
dilatih tentang perubahan aturan ini sehingga para aparat
bandara dan pelabuhan tetap ramah terhadap wisatawan
dan yachties.
Ditjen bea cukai diijinkan memanfaatkan alat yang ada untuk
cukai Batam sudah kami ajak untuk berkoordinasi tentang
pelaksanaan SOP untuk wilayah Indonesia bagian barat, dan
juga akan kami upayakan sosialisasikan untuk aparat bea
cukai di Indonesia bagian timur.
Dengan 90 negara bebas visa, Indonesia akan kehilangan Rp
3 juta dikali jumlah wisatawan. Namun turis itu akan datang
dan belanja US $ 100/hari dikali jumlah turis maka jauh
lebih besar nilai manfaat ekonomi yang didapat untuk
menggerakkan perekonomian rakyat.
Mohon ada kemudahan perijinan yang diberikan bagi
wisatawan asing yang berpola weekend, artinya bisa
mendapatkan suatu visa khusus. Bagaimana dengan upaya
kementerian terkait dalam mengatasi adanya masalah yacht
masuk yang sangat mudah dan sulit saat akan keluar.
Menurut Dirjen Hubla, untuk mendapatkan SPB sangat
mudah. Brussel Decleration sudah ada melalui SK dirjen
hubla. Ais ini memang ditujukan khusus untuk kapal yacht
asing. Kapal diwajibkan menggunakan Ais tipe B. Sehingga,
Hubla tidak bisa merubah aturan yang sudah diratifikasi.
Pemberian MMSI akan diberikan oleh negara asal yacht yang
bersangkutan dan bukan diberikan dari Indonesia.
Untuk masalah sistem men-declar aplikasi perijinan di
Batam, Ditjen Bea Cukai akan memandatorikan untuk
pelabuhan tujuan lainnya melalui data awal yang diinput dan
digunakan kembali untuk tujuan pelabuhan berikutnya.
Kedepannya tugas mandatori ini akan diambil alih oleh
Kemenko maritim.
Kemenko Maritim juga akan mengkoordinasikan
pembangunan IT untuk aplikasi perijinan kapal wisata asing,
meskipun saat ini IT masih sulit diterapkan di seluruh
Indonesia. Indonesia merupakan negara yang berhasil
melaksanakan konsep perijinan satu pintu (NSPW),
sedangkan Singapura tidak berani menerapkannya. Kondisi
antar tempat di Indonesia berbeda-beda, sehingga harus
dikembangkan secara bertahap sesuai dengan
perkembangan infrastruktur.
Dengan diadakannya sosialisasi Perpres 105/2015 ini semua
yacht boleh masuk ke semua pelabuhan di Indonesia, namun
untuk masuk ke 18 pelabuhan proses perijinannya lebih
dipermudah, lebih cepat dan lebih transparan, sehingga akan
memberi daya tarik masuknya kapal yacht yang lebih banyak
ke Indonesia, tentunya dengan tetap menaati semua aturan
yang berlaku.
Koordinasi Percepatan Pengembangan Wisata Geopark
Taman Bumi (Geopark) adalah kawasan geografis yang
memiliki warisan keragaman geologi (geodiversity),
keragaman hayati (biodiversity), dan keragaman budaya
(cultural diversity) tertentu, yang dikelola secara terpadu
untuk perlindungan, pendidikan dan pengembangan
berkelanjutan. Tim Percepatan Pengembangan Wisata
Geopark menetapkan geopark prioritas yang terdiri dari
UNESCO Global Geopark, Geopark Nasional dan Aspiring
Geopark, antara lain:
1. Batur Caldera UNESCO Global Geopark, Bali
2. Gunung Sewu UNESCO Global Geopark, DIY-Jawa Tengah-
Jawa Timur
3. Geopark Nasional Merangin, Jambi
4. Geopark Nasional Rinjani-Lombok, Nusa Tenggara Barat
5. Geopark Nasional Kaldera Toba, Sumatera Utara
6. Geopark Nasional Ciletuh, Jawa Barat
7. Aspiring Geopark Maros, Sulawesi Selatan
8. Aspiring Geopark Raja Ampat, Papua Barat
9. Aspiring Geopark Dataran Tinggi Minang, Sumatera Barat
10. Aspiring Geopark Belitong, Babel
11. Aspiring Geopark Karangsambung, Jateng
Tim Percepatan Pengembangan Wisata Geopark telah melakukan inventarisasi dari masing-masing lokasi geopark, menentukan target
kunjungan wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara sampai dengan tahun 2019, dan menyusun roadmap pengembangan
Geopark Indonesia.
Tahun 2016 Indonesia masih memiliki satu aplikasi aktif untuk pengajuan UNESCO Global Geopark yaitu Geopark Nasional Rinjani-
Lombok. Dan pada akhir November 2016, Indonesia akan mengusulkan Geopark Nasional Ciletuh-Pelabuhanratu dan
Geopark Nasional Kaldera Toba menjadi UNESCO Global Geopark.
Bimtek Pengembangan Wisata Ekologi
Kegiatan Bimtek Pengembangan Wisata Ekologi dilaksanakan di
Banyuwangi selama 4 (empat) hari, 13-16 Juni 2016. Adapun
dasar pelilihan lokasi Bimtek adalah wilayah ini memiliki
beberapa lokasi prioritas pengembangan destinasi ekowisata
yang telah ditetapkan oleh Tim Percepatan Pengembangan
Ekowisata untuk mendukung pencapaian 20 juta wisman di
tahun 2019, yaitu Taman Nasional Alas Purwo, Taman Wisata
Alam Kawah Ijen Merapi Ungup-Ungup dan Wana Wisata Pulau
Merah. Tujuan dilaksanakannya Bimtek Pengembangan Wisata
Ekologi adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
masyarakat setempat untuk mengembangkan dan mengelola
daya tarik ekowisata berkelanjutan.
Peserta Bimtek sebanyak 26 orang yang berasal dari perwakilan
Kelompok Sadar Wisata di Banyuwangi, yaitu:
a. Air Terjun Jagir sebanyak 2 orang
b. Teluk Ijo sebanyak 5 orang
c. Ijen (Desawisata Taman Sari) sebanyak 4 orang
d. Banyubiru sebanyak 1 orang
e. Teluk Biru sebanyak 2 orang
f. Taman Nasional Metu Betiri sebanyak 1 orang
g. Kedung Asri sebanyak 4 orang
h. Grand Watudodol sebanyak 3 orang
i. Wringin Putih sebanyak 4 orang
Materi Bimtek disampaikan oleh beberapa narasumber dari
P2PAR-ITB, meliputi materi di kelas dan materi di lapangan,
sebagai berikut:
a. Materi di kelas
1. Pengentar sistem kepariwisataan dan ekowisata
2. Workshop 1 = pemahaman situasi
3. Workshop 2 = pengembangan produk
4. Workshop 3 = pemasaran
5. Workshop 4 = internalisasi dan pemantauan dampak
b. Kunjungan ke lapangan (mengunjungi Taman Nasional Alas
Purrwo)
1. Kuliah interpretasi di Gedung Desa Sari
2. Mengunjungi Ngagelan (penangkaran penyu)
3. Mengunjungi Muncar (goa dan pantai)
4. Mengunjungi Sadengan (pemantauan satwa liar)
Dari hasil kunjungan lapangan, terdapat beberapa catatan dan
masukan untuk pengembangan daya tarik wisata di
Banyuwangi, antara lain:
Informasi dari peserta kebijakan dari taman nasional
memberlakukan waktu pelepasan penyu tidak sama antara
satu tempat dengan tempat yang lain. Sehingga
mempersulit bagi pelaku wisata menyusun paket wisata
Jalan menuju obyek wisata relatif masih belum layak
Peran masyarakat sangat penting dalam pengembangan
ekowisata
Pembekalan terhadap para pelaku sangat dibutuhkan,
khususnya peningkatan pengetahuan tentang konservasi
agar ekosistem tetap terjaga
Bimtek dapat memberikan pemahaman tentang potensi
daya tarik masing-masing sehingga para pelaku pariwisata
dapat mengembangkan interpretasi yang menarik
Pengemasan produk
Diharapkan setelah mengikuti bimtek ini dapat menularkan
ilmu yang telah disampaikan para narasumber kepada
anggota pokdarwis yang lain.
Fasilitasi Pengembangan Kawasan Pariwisata Labuan Bajo
Fasilitasi yang akan dilakukan adalah sebagai bentuk dukungan
dalam melaksanakan upaya percepatan pembangunan destinasi
pariwisata prioritas. Adapun bentuk fasilitasi yang diberikan
adalah sebagai berikut:
A. Penyusunan Site Plan Pengembangan Kawasan
Pariwisata Bahari Terpadu Labuan Bajo
Labuan bajo merupakan salah satu destinasi bahari favorit di
Indonesia bagi wisatawan nusantara dan wisawatawan
mancanegara. Namun demikian, daya tarik wisatanya masih
terbatas pada Pulau Komodo sebagai magnet utama
wisatawan yang berkunjung ke Labuan bajo serta belum
54
adanya diversifikasi produk wisata bahari yang berpengaruh
pada rendahnya tingkat length of stay wisatawan. Oleh sebab
itu dibutuhkan sebuah konsep kawasan yang dapat
memberikan ruang bagi penyelenggaraan aktivitas
pariwisata maupun pendukungnya. Tujuan dari penyusunan
site plan ini adalah meningkatkan kualitas pariwisata di
Labuan bajo serta memberikan pedoman pengembangan
kawasan pariwisata bahari terpadu di Labuan bajo.
Sementara itu sasaran yang akan dicapai dalam penyusunan
site plan dimaksud yaitu:
Menetapkan peran/ posisi Labuan bajo dalam
konteks KSPN – KPPN Komodo
Memanfaatkan lahan milik publik untuk sebesar-
besarnya kesejahteraan masyarakat
Memberikan alternatif lain daya tarik wisata di
Labuan bajo untuk memperpanjang length of stay
wisatawan yang bertanggung jawab (responsible
tourist)
Melibatkan masyarakat sebagai faktor utama
dalam pengembangan kawasan wisata
Melengkapi daya tarik wisata di Destination
Management Organization (DMO) Flores
Untuk menyempurnakan rencana pengembangan kawasan
tersebut, telah dilaksanakan survei dan pengumpulan data ke
lokasi, FGD dengan melibatkan instansi terkait di Kab.
Manggarai Barat, para pemangku kepentingan dan Badan usaha
di Kab. Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur, Asosiasi serta
BUMN yaitu PT. Pelindo Properti Indonesia yang akan
membangun kawasan Marina bertaraf internasional di Labuan
bajo (Nangabido). Setelah dilakukan peninjauan langsung ke
lokasi dan berdasarkan masukan dari dinas, lembaga serta
stakeholder di Labuan bajo maka ditentukan 3 alternatif lokasi
kawasan wisata bahari terpadu Labuan bajo yakni sebagai
berikut:
1. Nanga Nae seluas k.l. 40 Ha
Lokasi ini bersebelahan dengan lokasi pengembangan
Marina Komodo yang dibangun oleh Pelindo III. Diapit oleh
dua muara sungai, lokasi lahan ini memiliki luas sekira 40
Ha. Sebagian lahan saat ini sudah dimiliki oleh
perseorangan/pengusaha sedangkan sisanya masih belum
ada data seperti yang tampak pada peta di bawah ini.
MARINA KOMODO
PELINDO III
NANGA NAE
2. Pantai Pede seluas k.l. 4,8 Ha.
Lokasi lahan ini bersebelahan dengan Hotel La Prima seluas
kurang lebih 4,8 Ha. Namun, lahan ini sudah dikuasai oleh
pihak swasta yang juga akan mengembangkan kawasan
wisata dan penginapan di dalamnya.
3. Tanjung Batu Gosok seluas k.l. 6 Ha.
Lokasi ini terletak di ujung utara Labuan Bajo dengan
akses jalan yang masih berupa tanah dan bebatuan.
Jaraknya cukup jauh sekira 8 km dari kota Labuan Bajo.
4. Pantai Gorontalo sampai Nanga Nae seluas k.l. 100 Ha.
Lokasi ini merupakan gabungan antara Nanga Nae
dengan area tepian Pantai Gorontalo dengan luas total
kurang lebih 100 Ha. Di dalam kawasan ini sudah
terdapat beberapa hotel untuk keperluan akomodasi
wisatawan, yaitu The Jayakarta Suites Komodo Flores,
Luwansa Beach Resort, Bajo Komodo Ecolodge, Puri Sari
Beach dan Atlantis Beach Club. Lokasi ini juga
bersebelahan dengan Marina Komodo yang akan
dibangun oleh PT Pelindo Property Indonesia seluas 5
Ha.
Dari ketiga lokasi alternatif yang diberikan tersebut,
maka yang mendekati dengan kriteria yang diberikan
adalah lokasi kawasan di sepanjang Pantai Gorontalo
sampai Nanga Nae dengan luas kurang lebih 100 Ha.
Walaupun di dalam
lokasi kawasan yang
dipilih sudah
terdapat beberapa
fasilitas akomodasi
untuk wisatawan, hal
ini dapat dianggap
sebagai bagian dari
fasilitas wisata bahari
terpadu yang akan
dikembangkan.
Contohnya adalah
Hotel Raddin, Hotel
Mercure, dan Pondok
Putri Duyung yang
terdapat di dalam kawasan wisata Ancol, Jakarta. Berikut
adalah sketsa awal pembagian fungsi lahan di dalam
kawasan wisata bahari terpadu Labuan Bajo:
B. FGD Fasilitasi Pengembangan Kawasan Pariwisata
Labuan Bajo
Pelaksanaan FGD Fasilitasi Pengembangan Kawasan
Pariwisata Labuan Bajo bertujuan sebagai sarana untuk
memperoleh masukan, saran demi penyempurnaan rencana
pengembangan kawasan pariwisata bahari terpadu Labuan
bajo. Disamping itu, FGD ini dilakukan untuk memfasilitasi
koordinasi antara PT. Pelindo
dengan Kementerian/Lembaga terkait pengembangan
kawasan marina bertaraf internasional di Nangabido, Labuan
bajo yang akan dibangun oleh PT. Pelindo. Hasil dari
pertemuan tersebut diantaranya adalah:
PT. Pelindo telah membuat master plan kawasan
marina Nanga bido, dan analisa studi kelayakan;
Setelah sertifikasi tanah selesai, pihak pemda
diharapkan dapat mempercepat perizinan;
Akan dilakukan koordinasi dengan Kementerian
Lingkungan Hidup dan Dinas Perhubungan untuk
penyusunan Analisa mengenai Dampak Lingkungan;
Pemerintah pusat diharapkan dapat menyiapkan daerah
terkait peningkatan SDM yang berkompeten di bidang
pariwisata.
Penguatan Jejaring Kemitraan Pengembangan Kawasan
Pariwisata
Kegiatan Forum Pengembangan Kawasan Pariwisata di
Perancis dilaksanakan pada pada tanggal 18-23 Maret 2016.
Kegiatan ini dihadiri oleh Asdep Pengembangan Destinasi
Wisata Alam dan Buatan, Kepala Bidang Pengembangan
Kawasan Wisata, Kepala Sub Bidang Pantai dan Pesisir,
Konsultan Lokal dan dan Pengelola Kawasan Marina di
Perancis Selatan.
Dalam kegiatan ini dibahas beberapa hal, diantaranya :
Konsep pengembangan kawasan marina yang tepat
guna dan menarik bagi wisatawan yang bersandar di
kawasan marina tersebut.
Mempelajari tren perkembangan industri pariwisata
terutama pariwisata marina di Perancis.
Sedangkan hasil dari kegiatan Forum Pengembangan
Kawasan Pariwisata di Perancis, diantaranya:
a. Perancis adalah tujuan wisata top dunia, dengan 83 juta
wisatawan asing pada tahun 2014 sehingga tetap
menjadi pemimpin global sektor pariwisata di
b. internasional. Jumlah kunjungan wisatawan asing dari
Eropa dan Asia meningkat besar ke Perancis. Jerman
menjadi negara paling banyak mengunjungi Perancis,
disusul wisatawan dari Inggris. Wisatawan dari negara-
negara yang terkena krisis ekonomi, seperti Irlandia,
Portugal dan Yunani, juga kembali ke Prancis untuk
liburan. China menjadi negara dari Asia yang melakukan
kunjungan ke Perancis (sebesar 1,5 juta orang). Negara
Brasil dan Rusia juga meningkat besar berkunjung ke
Perancis.
c. Sektor pariwisata menjadi sektor dengan kontribusi yang
sangat penting untuk perdagangan luar negeri Perancis.
Sejak tahun 1999, telah menyumbang ke pendapatan
sampai surplus. Sektor pariwisata di Perancis telah
menunjukkan hasil yang signifikan, mencapai €13 miliar
pada tahun 2012, dibandingkan dengan €7,5 miliar pada
tahun 2011. Wisatawan berkunjung ke Paris semakin
lama dan menghabiskan lebih banyak waktu untuk
menginap yang berdampak pada peningkatan
pengeluaran oleh wisatawan sampai pada €35,8 milliar.
d. Pada saat melakukan kunjungan ke Perancis, kami
melakukan site visit ke beberapa kawasan pelabuhan
yang ada di Perancis Selatan yaitu:
1. Port de Nice di Nice
2. Le Vieux Port di Cannes
3. Port Vieux et Chantiers Navals de La Ciotat di La
Ciotat
4. Port de Cassis di Cassis
e. Beberapa kawasan marina yang ada di Perancis dibangun
dan dikelola oleh pihak swasta seperti yang ada di Nice
dan Cannes. Namun terdapat skema pembangunan
kawasan marina dimana pengelolaan dan pengoperasian
marina dilaksanakan oleh pihak swasta, namun
pembangunan kawasan marina dan fasilitas di
dalamnnya dilakukan oleh pihak pemerintah. Kerjasama
ini dilakukan dengan pola konsorsium. Setiap sekali
dalam 8 (delapan) tahun dilakukan proses lelang atau
pemilihan perusahaan yang akan mengelola kawasan
marina tersebut. Skema ini sangat bagus karena kawasan
marina akan terjaga dengan baik karena dikelola
langsung oleh pihak swasta.
f. Kapal-kapal yacht yang masuk ke kawasan marina yang
ada di Perancis Selatan tidak melalui proses imigrasi
yang rumit lagi. Yang melakukan kontrol terhadap kapal-
kapal yacht yang masuk adalah pihak pengelola kawasan
marina, tidak ada petugas resmi dari kantor imigrasi.
Untuk kapal-kapal yacht yang masuk hanya dengan
mengisi form yang telah disediakan sebagai bentuk
declaration bahwa mereka akan masuk ke area tersebut
dan tidak membawa barang-barang yang terlarang.
g. Hampir semua kawasan yacht marina yang kami
kunjungi dibangun terintegrasi dengan kota. Hal ini
disebabkan kawasan yacht marina tidak bisa berdiri
sendiri. Pengunjung yang bersandar dan parkir di
kawasan marina tersebut pasti membutuhkan restoran,
tempat perbelanjaan, tempat hiburan, tempat
penginapan, dan kebutuhan lainnya. Oleh karena itu
pembangunan kawasan marina akan seiringan dengan
pembangunan pusat-pusat perkotaan/pertumbuhan dan
akan berkembangnya industri pariwisata.
Pengelola kawasan yacht marina memperoleh keuntungan
paling besar dari biaya parkir per hari dari yacht yang
bersandar. Biaya parkir untuk yacht kecil per hari ditetapkan
berkisar 100 euro per hari, sedangkan untuk super yacht
sekitar 1000-2000 euro per hari. Selain biaya parkir,
keuntungan pengelola juga diperolah dari maintenance kapal
yacht yang dilakukan
oleh pengelola. Untuk
low season, kawasan
marina ini juga bisa dimanfaatkan untuk disewakan sebagai
tempat pengadaan festival, konser dan kegiatan-kegiatan
lainnya.
Koordinasi Peningkatan Kapasitas Pengelola
Wisata Olahraga dan Rekreasi (Wisata Trekking)
Kegiatan Koordinasi Peningkatan Kapasitas Pengelola
Wisata Olahraga Dan Rekreasi Lintas Alam “Trekking” Di
Nusa Tenggara Barat dilaksanakan pada tanggal 25-26 Feb
dan 23-24 Maret 2016. Pelaksanaan kegiatan dibuka oleh
Asisten Deputi Pengembangan Wisata Alam dan Buatan
serta Kepala Bidang Pengembangan Wisata Konvensi
Olahraga dan Rekreasi dari Kementerian Pariwisata yang
kemudian dilanjutkan sambutan pembukaan oleh
perwakilan Dinas Disbudpar Kabupaten Lombok Utara-
Nusa Tenggara Barat.
Di sesi pertama, dipaparkan materi mengenai potensi
wisata olahraga rekrasi di provinsi Nusa Tenggara Barat
oleh Kadis Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olahraga
Provinsi Nusa Tenggara Barat dan perwakilan Dinas
Disbudpar kabupaten Lombok Utara Nusa Tenggara Barat.
Selanjutnya Kepala Bidang Pengembangan Wisata
Konvensi Olahraga dan Rekreasi dari Kementerian
Pariwisata memaparkan tentang kebijakan pengembangan
Destinasi wisata Olahraga dan rekreasi yang ada di Nusa
Tenggara Barat khususnya di Kabupaten Lombok Utara.
Pada sesi ke dua, materi paparan beralih ke arah teori
penyelamatan dan rescue terhadap korban kecelakaan di
ketinggian, materi lebih berfokus kepada teknis-teknis
dilapangan yang dipaparkan oleh tim SAR dari Mataram.
Dan dilanjutkan tentang Tanya jawab dan diskusi antar
pemateri dengan narasumber. Kemudian juga dilakukan
praktek lapangan dengan dengan materi teknik
penyelamatan korban kecelakaan di ketinggian
Kemudian dilanjutkan dengan kegiatan lapangan yang
berpusat pada kegiatan fisik. Semua materi dan teori yang
telah disampaikan pada sesi pertama di praktekkan pada
sesi kedua. Para peserta di bimbing oleh Tim Basarnas
Mataram dengan materi teknik dan cara penyelamatan
serta pertolongan di ketinggian, Lokasi pelaksanaan
kegiatan pada hari kedua adalah di kaki Gunung Rinjani,
senaru, Lombok utara. Para peserta berjumlah 80 orang
yang berasal dari 4 pintu masuk pendakian Gunung Rinjani
(Pintu Senaru, Pintu Sembalun, Pintu Timbanu, dan Pintu
lainnya).
Beberapa poin yang didapat selama kegiatan
Bimbingan Teknis Pengembangan Destinasi Wisata
Olahraga dan Rekreasi Lintas Alam (Trekking) di Nusa
Tenggara Barat ini berlangsung, diantaranya:
Pencerahan dasar dan praktek tatacara penanganan
penyelamatan bagi 80 orang peserta pemandu dan
porter lintas alam (trekking) dari 4 pintu pendakian
Rinjani Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Melakukan identifikasi permasalahan yang dihadapi
oleh para pemandu wisata dan porter lintas alam
(trekking) dari 4 pintu pendakian Rinjani Provinsi Nusa
Tenggara Barat.
Perlu dibentuk asosiasi pemandu lokal untuk
mengurangi permasalahan yang terjadi dalam upaya
pemasaran, promosi dan penanganan wisatawan di
lapangan (MOP). Untuk menghindari wanprestasi
pemandu dan para wisatawan.
Tindak Lanjut pelaksanaan kegiatan Bimbingan Teknis
Pengembangan Destinasi Wisata Olahraga dan Rekreasi
Lintas Alam (Trekking) di Nusa Tenggara Barat sangat
diharapkan oleh para pemandu agar benar-benar dapat
dirasakan manfaatnya.
Koordinasi Peningkatan Kapasitas Pengelola Wisata
Olahraga dan Rekreasi (Wisata Arung Jeram)
Kegiatan Peningkatan kapasitas pengelolaan wisata olahraga
dan rekreasi arung jeram di Garut dilaksanakan selama 1 hari,
yaitu pada hari Kamis tanggal 28 Juli 2016. Lokasi kegiatan
dilangsungkan di ruang meeting Hotel Tirta Gangga Resost
Garut.
Pada pelaksanaannya, kegiatan dibuka oleh perwakilan Asdep
Pengembangan Destinasi Wisata Alam dan Buatan dari
Kementerian Pariwisata yang diwakili oleh kepala bidang
pengembangan wisata konvensi, olahraga, dan rekreasi,
kemudian dilanjutkan sambutan pembukaan oleh Kepala Dinas
Disbudpar kabupaten Garut.
Pada sesi pertama, dipaparkan materi mengenai potensi wisata
olahraga rekrasi di provinsi Jawa barat, khususnya di Garut oleh
Kepala Dinas Disbudpar Kabupaten Garut. Besar harapan kepala
dinas Disbudpar Kabupaten Garut kepada para peserta agar
dapat membawa Kabupaten Garut menjadi destinasi wisata
yang ramah dan bernilai tinggi bagi para wisatawan, baik
wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegera.
Selanjutnya perwakilan Asdep Pengembangan Destinasi Wisata
Alam dan Buatan dari Kementerian Pariwisata yang diwakili
oleh Kepala Bidang Pengembangan Wisata Konvensi Olahraga
dan Rekreasi memaparkan tentang kebijakan pengembangan
Destinasi wisata Olahraga dan rekreasi yang ada di Jawa Barat,
khususnya di kabupaten Garut. Setelah itu materi paparan
dilanjutkan oleh Direktur STP Sahid Jakarta dengan tema
hospitality wisata olahraga Arung Jeram di Garut.
Direktur STP Sahid Jakarta memaparkan tentang pentingnya
memahami karakter dan potensi wilayah Garut, dengan
mengetahui potensi-potensi tersebut akan lebih mudah bagi
para pelaku usaha di Garut untuk menjual potensi-potensi
tersebut kepada para wisatawan, sehingga nilai Wisata di Garut
akan meningkat di mata wisatawan yang datang ke Garut.
Pada sesi ke dua, materi paparan lebih berfokus kepada teknis-
teknis dilapangan yang dipaparkan oleh tim Training Education
Centre. Dan dilanjutkan tentang Tanya jawab dan diskusi antar
pemateri dengan narasumber.
kemudian kegiatan dilanjutkan dan berpusat pada kegiatan fisik
di lapangan. Semua materi dan teori yang telah disampaikan
pada hari pertama di praktekkan pada hari kedua. Para peserta
di bimbing oleh Tim Training Education Centre dengan materi
teknik dan cara penyelamatan serta pertolongan pada olahraga
arung jeram, Lokasi pelaksanaan kegiatan pada sesi kedua
adalah di desa leuwigoong Garut. Para peserta berjumlah 80
orang yang berasal dari para operator, guide dan pelaku usaha
di lokasi Wisata Olahraga Arung Jeram Kabupaten Garut.
Beberapa poin yang didapat selama kegiatan Peningkatan
kapasitas pengelolaan wisata olahraga dan rekreasi arung
jeram di Garut ini berlangsung, diantaranya:
Pencerahan dasar dan praktek tatacara penanganan
penyelamatan bagi 80 orang peserta pemandu, operator
dan pelaku usaha olahraga arung jeram kabupaten Garut.
Melakukan identifikasi permasalahan yang dihadapi oleh
para pemandu, operator dan pelaku usaha olahraga arung
jeram kabupaten Garut.
Perlu dibentuk asosiasi pemandu lokal untuk mengurangi
permasalahan yang terjadi dalam upaya pemasaran,
promosi dan penanganan wisatawan di lapangan (MOP).
Untuk menghindari wanprestasi pemandu dan para
wisatawan.
Tindak Lanjut pelaksanaan kegiatan Peningkatan
kapasitas pengelolaan wisata olahraga dan rekreasi arung
jeram di Garut sangat diharapkan oleh para pemandu agar
benar-benar dapat dirasakan manfaatnya.
Bimbingan Teknis Peningkatan Kapasitas Pengelola
Wisata Olahraga Tradisional (Benjang)
Olahraga benjang berupakan Olahraga Seni Tradisional
berbasis budaya yang sudah ada dari tahun 1820an dan
bahkan menjadi dasar latihan untuk olahraga gulat di
Indonesia, beberapa olahragawan benjang juga pernah
menjuarai perhelatan gulat dalam ajang pekan olahraga
nasional. Untuk itu sosialiasi benjang sudah harus
dilakukan agar tidak hilangnya salah satu
olahraga/kesenian tradisional asli Indonesia khususnya
Jawa Barat.
66
Saat ini olahraga Benjang tidak hanya dikenal oleh
penduduk asli Jawa Barat melainkan juga di beberapa
daerah lainnya di Indonesia, seperti, Jawa Timur, Jawa
Tengah, Kalimantan, dan Papua. Benjang harus menjadi
olahraga yang tidak akan ditinggalkan oleh komunitasnya
akan tetapi dalam pengembangannya ada beberapa
hambatan internal maupun eksternal. Hambatan itu harus
dicari solusi agar pengembangan olahraga tradisional
benjang bisa menjadi salah satu atraksi budaya yang
menarik wisatawan khususnya wisatawan mancanegara.
Kepengurusan olahraga tradisional Benjang sudah
berbadan hukum dan sudah memiliki AD/ARTnya. Akan
tetapi belum ada dukungan dana dalam pengembangan
program olahraga Benjang serta kejelasan dukungan dari
pemerintah baik pusat maupun daerah.
Rincian kegiatan sebagai berikut:
1. Bimtek dilaksanakan selama 2 hari berturut turut pada
tanggal 16-17 Februari 2016 yang berlokasi di Ballroom
Hotel Karang Setra Bandung.
2. Melalui Bimtek ini, Bapak Abdul Gani selaku Ketua
Umum perkumpulan Benjang Se-Jawa Barat
menyampaikan keluhannya terkait minimnya
pengetahuan masyarakat terkait seni beladiri tradisional
Benjang.
67
3. Ada keinginan dari Bapak Abdul Gani untuk
memasyarakatkan seni beladiri tradisional Benjang ke
seluruh Indonesia, salah satu strategi pemasaran yang
telah dilakukan adalah kegiatan Roadshow di 10 Provinsi
di Indonesia. Selain itu juga diharapkan seni Beladiri
tradisional Benjang dapat tampil di Televisi
NasionalNasional, seperti misalnya melalui siaran TVRI.
4. Besar harapan agar ada bantuan dari seluruh pihak yang
terkait, termasuk pemerintah maupun investor untuk
membangun pedepokan sebagai sarana penunjang segala
jenis aktifitas untuk latihan dan pendidikan dalam proses
pengembangan dan pelestarian seni beladiri Benjang.
5. Menurut Bapak Nanang Nugraha selaku seorang pakar
seni beladiri Benjang asal Cimahi. Kucuran bantuan
sudah banyak diterima, mulai dari pendukungan
kegiatan maupun dana yang dikucurkan, namun
pengelolaan management internal kurang baik, sehingga
bantuan-bantuan tersebut tidak dapat dimaksmalkan dan
dioptimalkan secara baik.
6. Pada hari ke dua. Kegiatan Bimtek diisi oleh coaching
clinic dan praktek lapangan yang dipimpin langsung oleh
Bapak Abdul Gani.
7. Hasil Output kegiatan ini adalah adanya peningkatan skill
dan pemahaman gerakan-gerakan serta filosofi dari seni
beladiri tradisioanl Benjang kepada lebih dari 50 pelaku
dan praktisi (Pebenjang) se-Jawa Barat.