2 aktivitas enzim

Upload: delfia-rahmadhani

Post on 02-Jun-2018

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 2 Aktivitas Enzim

    1/14

  • 8/10/2019 2 Aktivitas Enzim

    2/14

    15

    Talitha Ikhsanil Amalia (1010422042)

    untuk mempelajari efek-efek faktor eksternal terhadap enzim tertentu (Winarno,

    1987).

    Aktivitas enzim adalah kemampuan enzim dalam membuat reaksi yang mana

    dapat dilihat dengan mengukur jumlah produk yang terbentuk atau dengan

    menghitung kurangnya substrat dalam satuan tertentu. Enzim biasanya bekerja

    dalam cairan larutan encer, suhu, dan pH yang sesuai kondisi fisiologis dan biologis.

    Enzim bekerja dengan cara menempel pada permukaan molekul zat-zat yang

    bereaksi (Winarno, 1987).

    Selain itu, kita juga harus mengetahui apa manfaat dari aktivitas enzim pada

    tubuh dan bahan makanan. Bagaimana apabila suatu aktifitas enzim terjadi secara

    berlebihan, sebagaimana kita ketahui sesuatu yang berlebihan akan memberikan

    dampak yang negatif. Bagaimana dengan aktifitas enzim, apakah akan memberikan

    dampak yang buruk jika suatu bahan makanan mengalami aktifitas enzim yang

    berlebihan (Lehninger, 1990).

    Kita juga perlu mengetahui apabila memang ada dampak negatif dari aktivitas

    enzim yang berlebihan, bagaimana cara mengatasinya. Jadi kita sangat perlu dan

    memang harus mempelajari tentang aktivitas enzim ini. Apabila kita telah

    mengetahui tentang aktivitas enzim tentu kita bisa mengetahui faktornya, akibat yang

    ditimbulkan jika terlalu berlebihan dan bagaimana cara menanggulanginya (Rajiman,

    2000).

    Dengan aktifitas enzim kita juga dapat mengetahui kadar gula yang terdapat

    pada berbagai macam bahan makanan. Hal ini dapat membantu kita dalam memilih

    bahan makanan yang tidak terlalu banyak mengandung gula terutama pada orang

    yang menderita penyakit diabetes. Jadi, tidak ada alasan lagi bagi kita untuk tidak

    mempelajari tentang aktifitas enzim karena begitu banyak manfaat yang kitadapatkan dengan mempelajari aktivitas enzim (Rajiman, 2000).

    1.2. Tujuan

    Praktikum biokimia tentang aktivitas enzim bertujuan untuk menentukan aktivitas

    enzim pada bahan yang telah ditentukan (ragi dan tempe), untuk menentukan

    spesifikasi enzim, dan untuk menentukan kadar gula.

  • 8/10/2019 2 Aktivitas Enzim

    3/14

    16

    Talitha Ikhsanil Amalia (1010422042)

    II. TINJAUAN PUSTAKA

    Enzim adalah protein yang khusus disintesa oleh sel hidup untuk mengkatalisa reaksi

    yang berlangsung di dalamnya. Oleh karena reaksi itu banyak sekali maka

    biokatalisator yang dibentuk jumlah maupun jenisnya tak terhitung banyaknya. Kata

    enzim berasal dari en zyme yang berarti dalam ragi (yeast), mulai dipakai

    semenjak tahun 1877. Sebelum itu telah dikenal diastase (1833, A. Payen dan J.

    Peroz), pepsin (1836, T. Schwan) dan emulsion (J. v. Liebig dan F. Wohler 1837)

    yang masing-masing adalah senyawa organik yang dapat menghidrolisis pati, protein

    dan glikosida (Martoharsono, 1982).Seperti halnya katalisator, enzim dapat mempercepat reaksi kimia dengan

    menurunkan energi aktivasinya. Enzim tersebut akan bergabung sementara dengan

    reaktan sehingga mencapai keadaan transisi dengan energi aktivasi yang lebih rendah

    daripada energi aktivasi yang diperlukan untuk mencapai keadaan transisi tanpa

    bantuan katalisator atau enzim (Man, 1976).

    Percepatan terjadi karena enzim menurunkan energi pengaktifan yang dengan

    sendirinya akan mempermudah terjadinya reaksi. Sebagian besar enzim bekerja

    secara khas, yaitu setiap jenis enzim hanya dapat bekerja pada satu macam senyawa

    atau reaksi kimia. Hal ini disebabkan karena perbedaan struktur kimia setiap enzim

    yang bersifat tetap. Contohnya enzim amilase hanya dapat digunakan pada proses

    perombakan pati menjadi glukosa (Iwakura, 2001).

    Enzim tertentu dapat bekerja optimal pada kondisi tertentu. Beberapa faktor

    yang mempengaruhi kerja enzim adalah suhu, pH (keasaman), konsentrasi enzim,

    substrat, dan kofaktor, Inhibitor enzim

    Sebagian besar enzim memiliki suhu optimum yang sama dengan suhu

    normal sel organisme tersebut. Kenaikan suhu di atas suhu optimum dapat

    mengakibatkan peningkatan atau penurunan aktivitas enzim. Akibat kenaikan suhu

    dalam batas tidak wajar, terjadi perubahan struktur enzim (denaturasi). Enzim yang

    terdenaturasi akan kehilangan kemampuan katalisnya (Junaidi, 2009).

    Seluruh enzim peka terhadap perubahan derajat keasaman (pH). Enzim

    menjadi nonaktif bila diperlakukan pada asam basa yang sangat kuat sebagian besar

    enzim dapat bekerja paling efektif pada kisaran pH lingkungan yang agak sempit. Di

  • 8/10/2019 2 Aktivitas Enzim

    4/14

    17

    Talitha Ikhsanil Amalia (1010422042)

    luar pH optimum tersebut, kenaikan atau penurunan pH menyebabkan penurunan

    aktivitas enzim dengan cepat. Pengaruh pH terhadap kerja enzim dapat terdeteksi

    karena enzim terdiri atas protein. Jumlah muatan positif dan negatif yang terkandung

    di dalam molekul protein serta bentuk permukaan protein sebagin ditentukan oleh pH

    (Junaidi, 2009).

    Jika pH dan suhu suatu enzim dalam keadaan konstan serta jumlah substrat

    berlebihan, laju reaksi adalah sebanding dengan enzim yang ada. Jika pH, suhu, dan

    konsentrasi enzim dalam keadaan konstan, reaksi awal hingga batas tertentu

    sebanding dengan substrat yang ada. Jika sistem enzim memerlukan suatu koenzim

    atau ion kofaktor, konsentrasi substrat dapat menentukan laju keseluruhan sistem

    enzim (Junaidi, 2009).

    Enzim dapat dihambat sementara atau tetap oleh inhibitor berupa zat kimia

    tertentu. Zat kimia tersebut merupakan senyawa selain substrat yang biasa terikat

    pada sisi aktif enzim (substrat normal) sehingga antara substrat dan inhibitor terjadi

    persaingan untuk mendapatkan sisi aktif. Persaingan tersebut terjadi karena inhibitor

    biasanya menyerupai kemiripan kimiawi dengan substrat normal. Pada konsentrasi

    substrat yang rendah akan terlihat dampak inhibitor terhadap laju reaksi, kondisi

    tersebut berbalik bila konsentrasi substrat naik (Junaidi, 2009).

    Jumlah enzim di dalam larutan atau ekstrak jaringan tertentu dapat diuji

    secara kuantitatif dalam hal pengaruh katalitik yang dihasilkannya. Untuk tujuan ini,

    kita perlu mengetahui persamaan keseluruhan reaksi yang dikatalisa, suatu prosedur

    analitik untuk menentukan menghilangnya substrat atau, munculnya produk reaksi,

    apakah enzim memerlukan kofaktor seperti ion logam atau koenzim, ketergantungan

    aktivitas enzim kepada konsentrasi substrat, yaitu KMbagi substrat, pH optimum, dan

    daerah suhu yang membiarkan enzim dalam keadaan stabil dan memiliki aktivitastinggi (Lehninger, 1995).

    Atas dasar jenis reaksinya maka enzim dibagi menjadi 6 golongan yaitu

    oksidoreduktase, transferase, hidrolase, liase, isomerase, dan ligase (Martoharsono,

    1982).

    Enzim yang pertama adalah oksidoreduktase. Enzim-enzim yang termasuk

    dalam golongan ini dapat dibagi dalam dua bagian yaitu dehidrogenase dan oksidase.

    Dehidrogenase bekerja pada reaksi-reaksi dehidrogenase, yaitu reaksi pengambilan

  • 8/10/2019 2 Aktivitas Enzim

    5/14

    18

    Talitha Ikhsanil Amalia (1010422042)

    atom hydrogen dari suatu senyawa (donor). Hydrogen yang dilepas diterima oleh

    senyawa lain (akseptor). Reaksi pembentukan aldehida dari alcohol adalah contoh

    reaksi dehidrogenase. Enzim-enzim oksidase juga bekerja sebagai katalis pada reaksi

    pengambilan hydrogen dari substrat. Dalam reaksi ini yang bertindak selaku akseptor

    hydrogen ialah oksigen. Sebagai contoh enzim glukosa oksidase bekerja sebagai

    katalis pada reaksi oksidasi glukosa menjadi glukonat (Poejiadi, 2006).

    Enzim yang kedua adalah transferase. Enzim yang termasuk golongan ini

    bekerja sebagai katalis pada reaksi pemindahan suatu gugus dari suatu senyawa

    kepada senyawa lain. Beberapa contoh enzim yang termasuk golongan ini, ialah

    metiltransferase, hidroksimetiltransferase, karboksiltransferase, asiltransferase dan

    amino transferase atau disebut juga transaminase (Poejiadi, 2006).

    Enzim yang ketiga adalah hidrolase. Enzim yang termasuk dalam kelompok

    ini bekerja sebagai katalis pada reaksi hidrolisis. Ada tiga jenis hidrolase, yaitu

    hidrolase yang memecah ikatan ester, memecah glikosida, dan yang memecah ikatan

    peptida. Beberapa enzim sebagai contoh ialah esrerase, lipase, fosfatase, amylase,

    amino peptidase, karboksi peptidase, pepsin, tripsin, kimotripsin (Poejiadi, 2006).

    Selanjutnya adalah enzim liase. Enzim yang termasuk golongan ini

    mempunyai peranan penting dalam reaksi pemisahan suatu gugus dari substrat

    (bukan cara hidrolisis) atau sebaliknya. Contoh enzim golongan ini antara lain

    dekarboksilase, alodolase, hidratase (Poejiadi, 2006).

    Enzim yang kelima adalah isomerase. Enzim yang termasuk golongan ini

    bekerja pada reaksi perubahan intramolekul, misalnya reaksi perubahan glukosa

    menjadi fruktosa, perubahan senyawa L manjadi senyawa D, senyawa sis menjadi

    senyawa trans dan lain-lain. Contoh enzim yang termasuk golongan isomerase antara

    lain ialah ribulosafosfat epimerase dan glukosafosfat isomerase (Poejiadi, 2006).Enzim yang terakhir adalah ligase. Enzim yang termasuk golongan ini

    bekerja pada reaksi-reaksi penggabungan dua molekul. Oleh karenanya dari

    penggabungan tersebut adalah ikatan C-O, C-S, C-N atau C-C. Contoh enzim

    golongan ini antara lain ialah glutamine sintase dan piruvat karboksilase (Poejiadi,

    2006).

    Untuk aktivitasnya kadang-kadang enzim itu membutuhkan kofaktor, yang

    biasanya berupa senyawa organik dengan berat molekul cukup tinggi atau logam.

  • 8/10/2019 2 Aktivitas Enzim

    6/14

    19

    Talitha Ikhsanil Amalia (1010422042)

    Senyawa organik itu terikat pada bagian protein enzim. Bila ikatan itu kendur maka

    kofaktor tadi disebut ko-enzim dan jika terikat erat melalui ikatan kovalen maka

    dinamakan gugus prostetis. Pada umumnya dua kofaktor itu tidak dibedakan dan

    disebut sebagai koenzim saja. Apabila enzim itu terdiri dari bagian seperti yang

    diterangkan di atas maka dinamakan holo-enzim. Bagian proteinnya dinamakan apo-

    enzim dan bagian nir-proteinnya disebut koenzim (Martoharsono, 1982).

  • 8/10/2019 2 Aktivitas Enzim

    7/14

    20

    Talitha Ikhsanil Amalia (1010422042)

    III. PELAKSANAAN PRAKTIKUM

    3.1. Waktu dan Tempat

    Praktikum Aktivitas Enzim inidilaksanakan pada hari Kamis, 17 November 2011,

    di Laboratorium Biokimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,

    Universitas Andalas, Padang.

    3.2.Alat dan Bahan

    Pada praktikum aktivitas enzim ini digunakan alat yaitu test tube, pipet tetes,

    penggiling, refraktometer, dan bahan yaitu tempe, ragi tempe, pati beras (tepungberas), dan air.

    3.3.

    Cara Kerja

    Disediakan tiga buah tabung reaksi, kemudian dihaluskan ragi tempe dan

    dimasukkan ke dalam test tube dan dicampur dengan air dengan perbandingan 1:1.

    Kemudian dihomogenkan sampai mengendap, lalu diuji apakah berbau asam, anyir,

    harum, manis, dan sebagainya. Setelah itu, disentrifus ragi yang telah dihomogenkan

    tadi agar antara natan dan supernatan terpisah, setelah disentrifus diambil supernatan

    tadi kemudian dicampurkan dengan pati beras dengan perbandingan 1:1.

    Setelah itu dihitung kadar gula dengan menggunakan refraktometer,

    kemudian dilihat berapa persen kadar gula yang terkandung dalam supernatan yang

    telah dicampurkan dengan pati beras. Sebagai kontrol digunakan larutan pati beras

    dan air yang dihitung kadar gulanya. Setelah diketahui kadar gulanya, supernatan

    yang telah dicampur dengan pati beras tadi dipanaskan pada suhu 400c selama 15

    menit. Setelah 15 menit pertama diukur kadar gulanya dan dipanaskan kembali

    selama 15 menit. Setelah 15 menit kedua, kembali diukur kadar gulanya. Dilakukan

    prosedur yang sama dengan menggunakan tempe yang telah dihaluskan. Hasil yang

    diperoleh dibandingkan satu dengan yang lainnya.

  • 8/10/2019 2 Aktivitas Enzim

    8/14

    21

    Talitha Ikhsanil Amalia (1010422042)

    IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

    Praktikum mengenai aktivitas enzim ini dilakukan untuk mengetahui dan

    membuktikan bagaimana pengaruh suhu dan pH yang berbeda-beda terhadap

    aktivitas enzim. Dari praktikum yang dilakukan, didapatkan hasil yang dapat dilihat

    pada table berikut.

    Tabel 1. Spesifikasi enzim

    No.Bahan yang

    digunakan

    Dihomogenkan+ uji

    baru Ditambahkan air

    1. Ragi tapai + air Berbau menyengat Ada gelembung udara

    2. Tempe + air Berbau anyir -

    3. Tepung + air Berbau harum Ada gelembung udara

    Tabel 2. Hasil pengukuran kadar gula

    No.Bahan yang

    digunakan

    Kadar gula

    sebelum

    dipanaskan

    Kadar gula setelah

    dipanaskan pada

    suhu 40C 15 menit

    pertama

    Kadar gula setelah

    dipanaskan pada suhu

    40C 15 menit kedua

    1. Air + pati beras 0,01 brix 0 brix 0 brix

    2.Supernatan ragi

    + pati beras

    0,06 brix 1,5 brix1,3 brix

    3.

    Supernatan

    tempe + pati

    beras

    0,01 brix 1 brix

    0,8 brix

    Protein kedelai mempunyai sifat-sifat khusus, yaitu mempunyai kemampuan

    untuk mengikat air, punya daya emulsi, pembentuk gel, pembentuk lapisan film,

    pembentuk adonan, pengental (Somaatmadja, 1964). Kandungan amino lisinnya

    tinggi. Asam amino lisin dibutuhkan untuk membantu produksi antibodi, hormon dan

    enzim (Flodin, 1997). Kacang kedelai mempunyai rasa langu karena keberadaan

    enzim lipoksigenase. Enzim ini umumnya terdapat pada bagian lembaga pada

    kacang-kacangan. Pada kacang kedelai aktivitas enzim lipoksigenase lebih aktif

    daripada kacang tanah dan kacang hijau (Ketaren, 1998). Enzim lipoksigenase

  • 8/10/2019 2 Aktivitas Enzim

    9/14

    22

    Talitha Ikhsanil Amalia (1010422042)

    mengkatalis oksidasi asam lemak tak jenuh sehingga menjadi tengik dan tidak stabil

    selama penyimpanan. Kacang kedelai asam lemak tak jenuh sebesar 85%

    (Somaatmadja, 1964). Pembentukan bau langu pada kacang kedelai mungkin terjadi

    akibat adanya aktivitas enzimatik dari lipokgenase (Wolf, 1975). Kacang kedelai

    mempunyai kandungan protein sebesar 35% (Suprapto, 1997).

    Pada praktikum kali ini akan memperlihatkan kerja enzim dari berbagai

    bahan. Pada tabel pertama, yaitu spesifikasi enzim, dapat dilihat bahwa pada ragi

    tapai dan tempe setelah ditambahkan dengan air menghasilkan bau yang menyengat,

    sedangkan tepung yang ditambahkan dengan air menghasilkan bau yang tidak

    menyengat tetapi menghasilkan bau yang harum. Hal ini membuktikan bahwa pada

    tempe dan ragi terdapat enzim yang bekerja disana sehingga keduanya menimbulkan

    bau busuk (menyengat).

    Pada tabel kedua mengenai hasil pengukuran kadar gula terlihat bahwa air

    yang ditambahkan pati beras kadar gula yang dihasilkan sebelum dilakukan

    pemanasan adalah 0,01 brix tetapi setelah dilakukan pemanasan dengan suhu 40C

    pada 15 menit pertama, kadar gula yang dihasilkan adalah 0 brix yang menandakan

    kadar gula habis. Pada pemanasan dengan suhu 40C pada 15 menit kedua, kadar

    gula yang dihasilkan tetap 0 brix yang menandakan kadar gula habis Pada

    supernatant ragi yang ditambahkan dengan pati beras sebelum dilakukan pemanasan

    menghasilkan kadar gula sebanyak 0,06 brix. Setelah dilakukan pemanasan dengan

    suhu 40C pada 15 menit pertama, kadar gula yang dihasilkan adalah 1,5 brix. Pada

    pemanasan dengan suhu 40C pada 15 menit kedua, kadar gula yang dihasilkan

    menurun yaitu 1,3 brix. Pada supernatant tempe yang ditambahkan dengan pati beras

    sebelum dilakukan pemanasan menghasilkan kadar gula sebanyak 0,01 brix. Setelah

    dilakukan pemanasan dengan suhu 40C pada 15 menit pertama, kadar gula yang

    dihasilkan adalah 1 brix. Pada pemanasan dengan suhu 40C pada 15 menit kedua,

    kadar gula yang dihasilkan menurun yaitu 0,8 brix. Hal ini menunjukkan adanya

    aktivitas enzim pada supernatan ragi dan supernatan tempe. Aktivitas tersebut dapat

    menghasilkan gula dengan jumlah yang berbeda-beda.

    Kerja enzim dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu substrat, suhu, pH,

    kofaktor, dan inhibitor. Pada percobaan terlihat bahwa pati ditambah air biasa sangat

    sedikit menghasilkan kadar gula yang disebabkan oleh pH yang tidak sesuai dan

  • 8/10/2019 2 Aktivitas Enzim

    10/14

    23

    Talitha Ikhsanil Amalia (1010422042)

    tidak terdapat enzim pada air. Sedangkan pada supernatant ragi dan tempe terdapat

    enzim yang akan mengurai pati dan menghasilkan gula dan juga memiliki pH yang

    sesuai. Tetapi yang terlihat disini adalah pengaruh suhu. Pada pemanasan selama 15

    menit pertama kadar gula meningkat sedangkan pada pemanasan 15 menit kedua

    kadar gula menurun. Hal ini menunjukkan bahwa jika suhu terlalu panas maka enzim

    akan mengalami kerusakan. Enzim memiliki suhu optimum untuk bekerja pada suhu

    optimal tersebut kerja enzim akan meningkat.

    Oleh karena itu, reaksi kimia dapat dipengaruhi oleh suhu, maka reaksi yang

    menggunakan katalis enzim yang dapat dipengaruhi oleh suhu. Pada suhu rendah

    reaksi kimia berlangsung lambat, sedangkan pada suhu yang lebih tinggi reaksi

    berlangsung lebih cepat. Disamping itu, karena enzim adalah suatu protein, maka

    kenaikan suhu dapat menyebabkan terjadinya proses denaturasi. Apabila terjadi

    proses denaturasi, maka bagian aktif enzim akan terganggu dan dengan demikian

    konsentrasi efektif enzim berkurang dan kecepatan reaksinya pun akan menurun

    (Poejiadi, 2006).

    Selain suhu, pH juga berpengaruh pada kerja enzim. Seperti protein pada

    umumnya, struktur ion enzim tergantung pada pH lingkungannya. Enzim dapat

    berbentuk ion positif, ion negatif atau ion bermuatan ganda (zwitter ion). Dengan

    demikian perubahan pH lingkungan akan berpengaruh terhadap efektivitas bagian

    aktif enzim dalam membentuk komplek enzim substrat (Poejiadi, 2006).

    Disamping pengaruh terhadap struktur ion pada enzim, pH rendah atau pH

    tinggi dapat pula menyebabkan terjadinya proses denaturasi dan ini akan

    mengakibatkan menurunnya aktivitas enzim (Poejiadi, 2006).

    Enzim dikatakan sebagai suatu kompleks protein yang berperan dalam

    aktivitas biologis. Enzim berfungsi sebagai biokatalisator, yaitu enzim membantudalam mempercepat berlangsungnya suatu reaksi, tetapi tidak ikut dalam reaksi

    tersebut, sehingga enzim akan kembali kebentuk semula, karena enzim bekerja

    irreversibelatau bolak- balik. Namun, enzim akan mengalami kerusakan jika bekerja

    pada suhu yang tidak optimum, karena enzim memiliki sifat yang sama dengan

    protein (Indah, 2004).

    Seperti halnya katalisator, enzim dapat mempercepat reaksi kimia dengan

    menurunkan energi aktivasinya. Enzim tersebut akan bergabung sementara dengan

  • 8/10/2019 2 Aktivitas Enzim

    11/14

    24

    Talitha Ikhsanil Amalia (1010422042)

    reaktan sehingga mencapai keadaan transisi dengan energi aktivasi yang lebih rendah

    daripada energi aktivasi yang diperlukan untuk mencapai keadaan transisi tanpa

    bantuan katalisator atau enzim (Man, 1976).

    Hal ini membuktikan bahwa aktifitas enzim dipengaruhi oleh suhu, enzim

    tidak dapat bekerja dengan optimum pada suhu yang telah melampaui batas

    optimumnya. Enzim bekerja optimum pada suhu 400C, jika lebih dari suhu tersebut

    maka enzim akan terdenaturasi atau enzim akan rusak (Man, 1976).

    Begitu juga dengan supernatan tempe yang ditambahkan dengan pati beras,

    semakin dipanaskan, maka kadar gulanya semakin rendah. Seharusnya kadar gula

    pada supernatan ragi yang dicampur dengan pati beras akan lebih tinggi

    dibandingkan dengan supernatan tempe yang dicampur dengan pati beras. Karena

    enzim lebih banyak terdapat pada ragi daripada tempe, Namun, pada hasil yang

    didapat malah sebaliknya.

    Hasil yang didapatkan bisa saja sebaliknya dimana kadar gula pada

    supernatant ragi yang dicampur dengan pati beras akan lebih rendah dibandingkan

    dengan supernatant tempe yang dicampur dengan pati beras. Hal ini bisa saja terjadi

    karena perbandingan antara supernatan dengan pati beras tidak berbanding lurus

    sehingga kerja enzim tidak seimbang. Karena antara substrat dengan pelarut harus

    seimbang sehingga pruduk yang dihasilkan optimum. Namun, jika antara substrat

    dan pelarut tidak seimbang, maka hasilpun tidak optimum.

    Antara ragi dan ragi tempe kadar gula yang didapatkan cukup berbeda. Kadar

    gula pada ragi rata-rata lebih besar daripada kadar gula yang terdapat pada tempe.

    Karena memang pada ragi banyak terdapat enzim. Setelah dipanaskan kadar gula

    pada supernatan ragi tempe maupun pada supernatan tempe yang ditambahkan

    tepung beras semakin berkurang. Jadi, aktivitas enzim lebih banyak dilakukan padaragi.

  • 8/10/2019 2 Aktivitas Enzim

    12/14

    25

    Talitha Ikhsanil Amalia (1010422042)

    V. PENUTUP

    5.1 Kesimpulan

    Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut.

    1.

    Kadar gula terbanyak terdapat pada supernatan ragi yang ditambahkan tepung

    beras setelah dipanaskan pada suhu 40C 15 menit pertama.

    2. Kadar gula terendah terdapat pada supernatan tempe yang ditambahkan

    tepung beras sebelum dilakukan pemanasan.

    3.

    Kerja enzim dipengaruhi oleh suhu dan substrat.4.

    Semakin tinggi suhu, kadar gula semakin berkurang.

    5. Enzim lebih banyak terdapat pada ragi dibandingkan tempe.

    5.2 Saran

    Untuk praktikum selanjutnya diharapkan kepada praktikan agar tempe digiling lebih

    halus untuk mendapatkan supernatant yang bagus. Panaskanlah pada suhu yang

    tetap. Dan berhati-hati dalam menghitung kadar gula.

    DAFTAR PUSTAKA

  • 8/10/2019 2 Aktivitas Enzim

    13/14

    26

    Talitha Ikhsanil Amalia (1010422042)

    Flodin, N.W. 1997. The Metabolic Rolos, Pharmacology, and Toxicology of Lysine.

    J. Amcoll Nutr. 16:7-12.

    Gaman, P.M. dan Sherington. 1992. Ilmu Pangan. PAU Institut Pertanian Bogor:Bogor.

    Indah,Mutiara.2004.Enzim.Penerbit Universitas Sumatera Utara:Medan

    Iwakura M., Nakamura D., Tukenawa T., Mitsuishi Y., An approach for protein to

    be completely reversible to thermal denaturation even at autoclave

    temperatures.Prot. Engineering. 2001.14(8).

    Junaidi, Wawan. 2009. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Aktivitas Enzim.

    http://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/10/faktor-faktor-yang-

    mempengaruhi_22.html.Diakses tanggal 8 Desember 2011.

    Ketaren, K.S. 1998. Teknologi Pengolahan Kedelai.Pustaka Sinar Utama: Jakarta.

    Lehninger, Albert L. 1995.Dasar-dasar Biokimia Jilid 1. Erlangga:Jakarta

    Man,J.M,de.1976.Kimia Makanan.Edisi Kedua.ITB:Bandung

    Martoharsono, Soeharsono. 1982. Biokimia Jilid 1. Gajah Mada University Press :

    Yogyakarta.

    Poejiadi, Anna. 2006.Dasar-dasar Biokimia. UI-PRESS: Jakarta.

    Rajiman.2000.Biokimia Eksperimen laboratorium. Penerbit Widya Medika:

    Jakarta

    Suprapto. 1997.Bertanam Kedelai. Penebar Swadaya: Jakarta.

    Winarno,F.G.1987.Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama: Jakarta

    Wolf, W.J. 1975. Lipoxygenase and Flavour of Soybean Protein Product. J. Agr.

    Food Chem 23:136-139.

    LAMPIRAN

    http://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/10/faktor-faktor-yang-mempengaruhi_22.htmlhttp://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/10/faktor-faktor-yang-mempengaruhi_22.htmlhttp://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/10/faktor-faktor-yang-mempengaruhi_22.htmlhttp://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/10/faktor-faktor-yang-mempengaruhi_22.html
  • 8/10/2019 2 Aktivitas Enzim

    14/14

    27

    Talitha Ikhsanil Amalia (1010422042)

    Gambar 1. 3 buah tabung reaksi yang berisi larutan masing-masing tepung

    beras, tempe, ragi yang telah ditambahkan dengan aquades