1.pendahuluan.doc

Upload: tamara-conway

Post on 14-Jan-2016

217 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PENDAHULUAN

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Agroindustri memiliki sejumlah permasalahan kompleks yang harus diselesaikan mulai dari pemasokan bahan baku, proses penciptaan nilai tambah hingga dalam mendistribusikan produknya ke konsumen. Rantai pasokan untuk produk pertanian yang diproses akan melibatkan beberapa pelaku, yaitu petani atau perkebunan, pengolah atau pabrik, dan konsumen. Beberapa perusahaan telah berhasil meningkatkan efisiensi produksi serta kualitas produk dengan cara melakukan desain atau merancang ulang seluruh rantai pasokannya (Wouda, 2001).

Manajemen rantai pasokan produk pertanian berbeda dengan manajemen rantai pasokan untuk produk manufaktur lainnya karena beberapa karakteristik yang khas yaitu (1) produk pertanian bersifat mudah rusak, (2) proses penanaman, pertumbuhan dan pemanenan tergantung pada iklim dan musim (3) hasil panen memiliki bentuk dan ukuran yang bervariasi, (4) produk pertanian bersifat kamba sehingga produk pertanian sulit untuk ditangani (Austin 1992; Brown 1994), serta mengurangi ketidakpastian dalam bisnis. Keseluruhan faktor tersebut menjadi bahan pertimbangan dalam desain dan analisis rantai pasokan produk pertanian sehingga manajemen rantai pasok produk pertanian menjadi lebih kompleks daripada manajemen rantai pada umumnya.Manajemen rantai pasok adalah keterpaduan antara perencanaan, koordinasi dan kendala seluruh proses dan aktivitas bisnis dalam rantai pasok untuk memenuhi kebutuhan konsumen dengan biaya termurah (Chopra dan Meindell 2007). Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa integrasi rantai pasokan bermanfaat untuk memaksimumkan kinerja rantai pasokan, mengurangi biaya pemesanan, mengurangi waktu siklus dan tingkat persediaan serta ketidakpastian bisnis.

Industri pengolahan kelapa pada saat ini masih didominasi oleh produk setengah jadi berupa kopra dan minyak kelapa mentah (crude coconut oil). Namun, daya saing produk kelapa pada saat ini tidak lagi terletak pada produk primernya seperti kopra dan minyak kelapa mentah, yang banyak diusahakan secara tradisional. Produk-produk olahan lain bahkan memiliki daya saing yang lebih tinggi, sebagai contoh produk kelapa parut kering (desiccated coconut) memiliki daya saing yang jauh lebih tinggi (300%-400%) dibandingkan dengan kopra, yang terlihat dari indeks paritas ekspornya (nilai ekspor dibandingkan dengan biaya produksi). Hal ini juga terlihat bahwa daya saing ekspor produk primer cenderung semakin menurun bahkan sampai biaya produksi lebih tinggi daripada nilai ekspor atau nilai tambah yang semakin kecil.

Peluang pengembangan agroindustri kelapa untuk menghasilkan produk bernilai ekonomi tinggi sangat besar. Alternatif produk yang dapat dikembangkan cukup variatif dan prospektif antara lain minyak kelapa, kelapa parut kering, arang tempurung, karbon aktif, gula merah, serat kelapa, produk-produk olahan kayu kelapa, gabus kelapa, dan produk-produk oleokimia, yang dapat diusahakan secara parsial maupun terpadu (Allorerung dan Lay, 1998). Profil usaha produk-produk akhir kelapa yang sudah berkembang hingga saat ini antara lain nata de coco, serat sabut, arang tempurung, gula merah, dan kelapa parut kering menunjukkan kelayakan usaha yang tinggi berdasarkan penggunaan domestik beberapa produk kelapa. Akhir-akhir ini telah berkembang pula produk-produk oleokimia dan biodiesel dari kelapa (cocodiesel) yang merupakan bioenergi.

Masing-masing industri pengolahan kelapa tersebut diusahakan secara parsial. Hal ini berakibat pada kesulitan dalam kontinyuitas penyediaan bahan baku dalam jumlah memadai agar industri tetap beroperasi. Kontinyuitas penyediaan bahan baku dipengaruhi oleh karakteristik pemanenan kelapa yang bersifat tahunan dan sifat hasil panen yang berpencar. Hasil kelapa yang melimpah bukan berarti buah kelapa tersebut mudah diambil dan diperoleh. Kendala yang utama pada beberapa industri parsial pengolahan kelapa berupa kendala transportasi. Biaya transportasi bahan baku untuk industri pengolahan kelapa dari lokasi pasokan bahan baku menuju lokasi pabrik pengolahan sangat mahal karena kesulitan pengangkutan antar pulau. Oleh sebab itu lokasi pabrik pengolahan sebaiknya dibangun di sentra penghasil kelapa atau dekat dengan lokasi pemasok bahan baku. Hal ini agar dapat mengurangi risiko kerusakan bahan baku. Sifat bahan baku kelapa yang kamba (bulky) akan mempengaruhi tonase saat diangkut jarak jauh (Mangunwidjaja dan Sailah, 2008). Pasokan bahan baku untuk masing-masing agroindustri kelapa diharapkan akan lebih terjamin apabila pengembangan dapat dilaksanakan secara terpadu. Dukungan pasokan bahan baku dapat dilakukan melalui jaringan yang cukup kompleks dengan melibatkan beberapa industri pengolahan kelapa lain.Manajemen rantai pasokan untuk agroindustri kelapa secara umum saat ini masih lemah karena (1) agroindustri kelapa masih diusahakan secara parsial (2) belum adanya keterkaitan pemasokan bahan baku antara masing-masing industri secara parsial tersebut (3) Dukungan kelembagaan yang ada sebagian besar masih belum berfungsi dalam membentuk koordinasi antar para pelaku usaha yang terkait dengan manajemen rantai pasok. Hal ini dilakukan agar kinerja jaringan rantai pasokan lebih efisien. Manajemen rantai pasokan yang masih lemah menyebabkan rantai pasokan untuk agroindustri kelapa terpadu belum efektif dan efisien. Hal ini dapat ditunjukkan dengan belum adanya agroindustri kelapa yang benar-benar terpadu yang didirikan di sentra-sentra penghasil kelapa. Keterlibatan beberapa industri pengolahan kelapa yang diusahakan dalam bentuk agroindustri kelapa terpadu dapat digambarkan dalam suatu desain rancangan model rantai pasokan. Model rantai pasokan yang didesain selain dapat menggambarkan jaringan keterlibatan yang cukup kompleks juga dapat mendeskripsikan kebutuhan beberapa aktor yang terlibat dalam rantai pasokan agroindustri kelapa terpadu. Perumusan PermasalahanHal yang menarik untuk dikaji adalah bagaimana desain model rantai pasokan untuk agroindustri kelapa terpadu dengan melihat keterkaitan antar pemasokan bahan baku dari kelapa butiran dengan mensimulasikan pasokan kelapa butiran dari pemasok yang diutamakan terdiri dari petani pemasok dan atau pedagang pengumpul. Desain model untuk konfigurasi jaringan rantai pasokan untuk agroindustri kelapa terpadu ini dilakukan dengan simulasi secara dinamis. Tujuan

Tujuan penelitian ini adalah :

1. untuk menghasilkan rancangan model dinamis rantai pasokan agroindustri kelapa berdasarkan konsep terpadu sebagai suatu alat strategis agar jaringan rantai pasokan menjadi lebih efisien.

2. untuk memperoleh hasil simulasi terhadap model dinamis untuk rantai pasokan yang dibangun dengan melihat pengaruhnya terhadap biaya total rantai pasokan dalam agroindustri kelapa terpadu.

Ruang Lingkup

Ruang lingkup penelitian ini adalah :

1. Rantai pasokan untuk agroindustri kelapa terpadu di wilayah penghasil kelapa terbanyak di Propinsi Jawa Barat yaitu Kabupaten Ciamis. 2. Rantai pasokan yang diteliti merupakan rantai pasokan yang melibatkan agroindustri dalam skala kecil.

3. Fokus jaringan rantai pasokan dimulai dari pasokan bahan baku dari petani (kebun kelapa), sistem distribusi pengangkutan buah kelapa butiran, unit pengolahan, pengendalian persediaan dan distribusi ke konsumen industri, konsumen pengguna langsung dan eksportir. Aliran melalui distributor, retailer, hingga konsumen akhir di pasar luar negeri tidak dibahas.4. Risiko yang terkait dengan manajemen pasokan tidak dipertimbangkan dalam lingkup penelitian ini.

5. Peningkatan kinerja sebagai ukuran rantai pasokan yaitu efisiensi biaya total rantai pasokan.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat yaitu terwujudnya suatu agroindustri pengolahan kelapa terpadu dengan konfigurasi jaringan rantai pasokan yang terintegrasi dalam pemasokan bahan baku antar industri parsial yang ada dengan ukuran kinerja berupa efisiensi biaya total rantai pasokan. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar pengembangan kawasan andalan berbasis potensi daerah terutama tanaman kelapa yang diusahakan secara terpadu/terintegrasi dengan industri pengolahan hasilnya.2