laporan pendahuluan.doc

28
LAPORAN PENDAHULUAN TUMOR PARU 1. DEFINISI Tumor adalah neoplasma pada jaringan yaitu pertumbuhan jaringan baru yang abnormal. Paru merupakan organ elastis berbentuk kerucut dan letaknya didalam rongga dada. Jenis tumor paru dibagi untuk tujuan pengobatan, meliputi SCLC ( Small Cell Lung Cancer ) dan NSLC ( Non Small Cell Lung Cancer / Karsinoma Skuamosa, adenokarsinoma, karsinoma sel besar). Karsinoma bronkogenik adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napas. ( Hood Al sagaff, dkk 1993 ) Kanker paru adalah tumor berbahaya yang tumbuh diparu, sebagian besar kanker paru berasal dari sel-sel didalam paru tapi dapat juga berasal dari bagian tubuh lain yang terkena kanker. 2. ETIOLOGI ( Amin Zulkifli, Ilmu Penyakit Dalam Ed. IV, hal 1005 ) Penyebab / faktor pendukung dari kanker paru, antara lain : a. Merokok Rokok mengandung lebih dari 4000 bahan kimia, diantaranya telah diidentifikasi dapat menyebabkan kanker. Kejadian kanker paru pada perokok dipengaruhi oleh usia mulai merokok, jumlah batang rokok yang diisap setiap hari, lamanya kebiasaan merokok, dan lamanya berhenti merokok (Stoppler,2010). b. Perokok pasif

Upload: ekapermata

Post on 06-Nov-2015

11 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

LAPORAN PENDAHULUAN

TUMOR PARU

1. DEFINISI

Tumor adalah neoplasma pada jaringan yaitu pertumbuhan jaringan baru yang abnormal. Paru merupakan organ elastis berbentuk kerucut dan letaknya didalam rongga dada. Jenis tumor paru dibagi untuk tujuan pengobatan, meliputi SCLC ( Small Cell Lung Cancer ) dan NSLC ( Non Small Cell Lung Cancer / Karsinoma Skuamosa, adenokarsinoma, karsinoma sel besar).

Karsinoma bronkogenik adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napas. ( Hood Al sagaff, dkk 1993 )

Kanker paru adalah tumor berbahaya yang tumbuh diparu, sebagian besar kanker paru berasal dari sel-sel didalam paru tapi dapat juga berasal dari bagian tubuh lain yang terkena kanker. 2. ETIOLOGI

( Amin Zulkifli, Ilmu Penyakit Dalam Ed. IV, hal 1005 )

Penyebab / faktor pendukung dari kanker paru, antara lain :

a. Merokok Rokok mengandung lebih dari 4000 bahan kimia, diantaranya telah diidentifikasi dapat menyebabkan kanker. Kejadian kanker paru pada perokok dipengaruhi oleh usia mulai merokok, jumlah batang rokok yang diisap setiap hari, lamanya kebiasaan merokok, dan lamanya berhenti merokok (Stoppler,2010). b. Perokok pasif Semakin banyak orang yang tertarik dengan hubungan antara perokok pasif, atau mengisap asap rokok yang ditemukan oleh orang lain di dalam ruang tertutup, dengan risiko terjadinya kanker paru. (Wilson, 2005). c. Polusi udara Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara, tetapi pengaruhnya kecil bila dibandingkan dengan merokok kretek. Suatu karsinogen yang ditemukan dalam udara polusi (juga ditemukan pada asap rokok) adalah 3,4 benzpiren (Wilson, 2005). d. Paparan zat karsinogen Beberapa zat karsinogen seperti asbestos, uranium, radon, arsen, kromium, nikel, polisiklik hidrokarbon, dan vinil klorida dapat menyebabkan kanker paru (Amin, 2006). Risiko kanker paru di antara pekerja yang menangani asbes kirakira sepuluh kali lebih besar daripada masyarakat umum. Risiko kanker paru baik akibat kontak dengan asbes maupun uranium meningkat kalau orang tersebut juga merokok. e. Diet Beberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi terhadap betakarotene, selenium, dan vitamin A menyebabkan tingginya risiko terkena kanker paru (Amin, 2006). f. Genetik Terdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru berisiko lebih besar terkena penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genetik molekuler memperlihatkan bahwa mutasi pada protoonkogen dan gen-gen penekan tumor memiliki arti penting dalam timbul dan berkembangnya kanker paru. Tujuan khususnya adalah pengaktifan onkogen (termasuk juga gen-gen K-ras dan myc) dan menonaktifkan gen-gen penekan tumor (termasuk gen rb, p53, dan CDKN2) (Wilson, 2005).g. Penyakit paru Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik juga dapat menjadi risiko kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru obstruktif kronik berisiko empat sampai enam kali lebih besar terkena kanker paru ketika efek dari merokok dihilangkan (Stoppler, 2010). 3. PATOFISIOLOGI

( Prince S, 2006 )

Sebab-sebab keganasan tumor masih belum jelas, tetapi virus, faktor lingkungan, faktor hormonal dan faktor genetik semuanya berkaitan dengan resiko terjadinya tumor. Permulaan terjadinya tumor dimulai dengan adanya zat yang bersifat intiation yang merangasang permulaan terjadinya perubahan sel. Diperlukan perangsangan yang lama dan berkesinambungan untuk memicu timbulnya penyakit tumor. Initiati agen biasanya bisa berupa nunsur kimia, fisik atau biologis yang berkemampuan bereaksi langsung dan merubah struktur dasar dari komponen genetik ( DNA ). Keadaan selanjutnya diakibatkan keterpaparan yang lama ditandai dengan berkembangnya neoplasma dengan terbentuknya tumor, hal ini berlangsung lama meingguan sampai tahunan.Kanker paru bervariasi sesuai tipe sel daerah asal dan kecepatan pertumbuhan. Empat tipe sel primer pada kanker paru adalah karsinoma epidermoid ( sel skuamosa ). Karsinoma sel kecil ( sel oat ), karsinoma sel besar ( tak terdeferensiasi ) dan adenokarsinoma. Sel skuamosa dan karsinoma sel kecil umumnya terbentuk di jalan napas utama bronkial. Karsinoma sel kecil umumnya terbentuk dijalan napas utama bronkial. Karsinoma sel besar dan adenokarsinoma umumnya tumbuh dicabang bronkus perifer dan alveoli. Karsuinoma sel besar dan karsinoma sel oat tumbuh sangat cepat sehigga mempunyai progrosis buruk. Sedangkan pada sel skuamosa dan adenokar atau toraksinoma prognosis baik karena pertumbuhan sel ini lambat.4. MANIFESTASI KLINIK

manifestasi klinik pada penderita tumor paru yaitu:

a.Batuk yang terus menerus dan berkepanjangan

b.Napas pendek-pendek dan suara parau

c.Batuk berdarah dan berdahak

d.Nyeri pada dada, ketika batuk dan menarik napas yang dalam

e.Hilang nafsu makan dan berat badan

Klasifikasi/Pentahapan Klinik (Clinical staging)

Klasifikasi berdasarkan TNM : tumor, nodul dan metastase.

1. T : T0: tidak tampak tumor primer

T1: diameter tumor < 3 cm, tanpa invasi ke bronkus

T2: diameter > 3 cm, dapat disertai atelektasis atau pneumonitis, namunberjarak lebih dari 2 cm dari karina, serta belum ada efusi pleura.

T3: tumor ukuran besar dengan tanda invasi ke sekitar atau sudah dekat karina dan atau disetai efusi pleura.

2. N : N0: tidak didapatkan penjalaran ke kelenjar limfe regional

N1: terdapat penjalaran ke kelenjar limfe hilus ipsilateral

N2: terdapat penjalaran ke kelenjar limfe mediastinum atau kontralateral

N3: terdapat penjalaran ke kelenjar limfe ekstratorakal

3. M : M0: tidak terdapat metastase jauh

M1: sudah terdapat metastase jauh ke organ organ lainPembagian stadium klinis sistem TNM menurut International Union Against (IUAC)/The American Joint Comittee on Cancer (AJCC) 1997 adalah sebagai berikut : STADIUM TNM

Karsinoma tersembunyi Tx, N0, M0

Stadium 0 Tis, N0, M0

Stadium IA T1, N0, M0

Stadium IB T2, N0, M0

Stadium IIA T1, N1, M0

Stadium IIB T2, N1, M0

T3, N0, M0

Stadium IIIA T3, N1, M0

T1-3, N2, M0

Stadium IIIB T berapa pun, N3, M0

T4, N berapa pun, M0

Stadium IV T berapa pun, N berapa pun, M1

5. KOMPLIKASI

- Hematorak

- Pneumotorak

- Empiema

- Endokarditis

- Abses paru

- Atelektasis6. PEMERIKSAAN PENUNJANG

( Barbara, Engram, hal.7, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah )

Pemeriksaan Penunjang

a.Foto dada menunjukkan sisi lesi

b.Analisis sputum untuk sitologi menyatakan tipe sel kanker

c.Skan tomografi komputer dan tomogram paru menunjukkan lokasi tumor dan ukuran tumor

d.Bronkoskopi dapat dilakukan untuk memperoleh sample untuk biopsi dan mengumpulkan hapusan bronkial tumor yang terjadi dicabang bronkus

e.Aspirasi dengan janim dan biopsi jaringan paru dapat dilakukan jika pemeriksaan radiologi menunjukan lesi di paru-paru perifer

f.Radionuklide scan terhadap organ-organ lain menentukan luasnya netastase ( otak, hepar tulang, limpa )

g.Mediastinoskopi menentukan apakah tumor telah metastase telah metastase ke limfe mediastinum7. PENATALAKSANAAN MEDIK

( At a Glance, Medicine, Patrisk Davey, hal. 203 )Pembedahan Pembedahan pada kanker paru bertujuan untuk mengangkat tumor secara total berikut kelenjar getah bening disekitarnya. Hal ini biasanya dilakukan pada kanker paru yang tumbuh terbatas pada paru yaitu stadium I (T1 N0 M0 atau T2 N0 M0), kecuali pada kanker paru jenis SCLC. Luas reseksi atau pembedahan

Pembedahan untuk mengobati kanker paru dapat dilakukan dengan cara :

a. Wedge Resection, yaitu melakukan pengangkatan bagian paru yang berisi tumor, bersamaan dengan margin jaringan normal.

b. Lobectomy, yaitu pengangkatan keseluruhan lobus dari satu paru.

c. Pneumonectomy, yaitu pengangkatan paru secara keseluruhan. Hal ini dilakukan jika diperlukan dan jika pasien memang sanggup bernafas dengan satu paru. Radioterapi

Radioterapi dapat digunakan untuk tujuan pengobatan pada kanker paru dengan tumor yang tumbuh terbatas pada paru. Radioterapi dapat dilakukan pada NCLC stadium awal atau karena kondisi tertentu tidak dapat dilakukan pembedahan, misalnya tumor terletak pada bronkus utama sehingga teknik pembedahan sulit dilakukan dan keadaan umum pasien tidak mendukung untuk dilakukan pembedahan. Terapi radiasi dilakukan dengan menggunakan sinar X untuk membunuh sel kanker. Pada beberapa kasus, radiasi diberikan dari luar tubuh (eksternal). Tetapi ada juga radiasi yang diberikan secara internal dengan cara meletakkan senyawa radioaktif di dalam jarum, dengan menggunakan kateter dimasukkan ke dalam atau dekat paru-paru. Terapi radiasi banyak dipergunakan sebagai kombinasi dengan pembedahan atau kemoterapi.

2.1.7.3. Kemoterapi Kemoterapi pada kanker paru merupakan terapi yang paling umum diberikan pada SCLC atau pada kanker paru stadium lanjut yang telah bermetastasis ke luar paru seperti otak, ginjal, dan hati. Kemoterapi dapat digunakan untuk memperkecil sel kanker, memperlambat pertumbuhan, dan mencegah penyebaran sel kanker ke organ lain. Kadang-kadang kemoterapi diberikan sebagai kombinasi pada terapi pembedahan atau radioterapi.

Penatalaksanaan ini menggunakan obat-obatan (sitostatika) untuk membunuh sel kanker. Kombinasi pengobatan ini biasanya diberikan dalam satu seri pengobatan, dalam periode yang memakan waktu berminggu-minggu atau berbulan-bulan agar kondisi tubuh penderita dapat pulih (ASCO, 2010)

8. PENATALAKSANAAN KEPERAWATAN

- Bantu pasien untuk mencari posisi yang paling sedikit nyerinya

- Dalam tindakan psikologis kurangi ansietas dengan memberikan informasi yang sering, sederhana, jelas tentang apa yang sedang dilakukan untuk mengatasi kondisi dan apa makna respons terhadap pengobatan.

Asuhan Keperawatan pada Pasien denganTumor Paru

A.Pengkajian

1.Identitas

Identitas klien

Merupakan biodata klien yang meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa / ras, pendidikan, bahasa yang dipakai, pekerjaan, penghasilan dan alamat.

2.Riwayat Keperawatan

a.Riwayat penyakit sekarang

Keluhan utama

Keluhan yang biasa muncul pada klien Kanker paru paru biasanya batuk terus menerus, dahak berdarah, sesak nafas dan pendek pendek, sakit kepala.

b.Riwayat kesehatan terdahulu

Kemungkinan yang muncul pada riwayat kesehatan terdahulu pada pasien dengan Ca Paru antara lain, perokok berat, lingkungan tempat tinggal di daerah yang tercemar polusi udara, pernah menglami bronchitis kronik, pernah terpajan bahan kimia seperti asbestos.

c.Riwayat penyakit keluarga

Di keluarga pasien ada yang pernah mengidap penyakit kanker paru paru.

d.Riwayat psikososial

Kaji adanya emosi kecemasan, pandangan klien terhadap dirinya, serta interaksi social yang mungkin terhambat akibat gejala penyakit seperti batuk yang berkepanjangan.

e.Pola pola fungsi kesehatan

1.Aktivitas/istirahat.: Kelemahan, ketidakmampuan, mempertahankan kebiasaan rutin, dispnoe karena aktivitas , kelesuan biasanya tahap lanjut.

2.Sirkulasi Peningkaran Vena Jugulari, Bunyi jantung: gesekan perikordial ( menujukan efusi ) tachycardia,disritmia, jari tabuh.

3.Integritas Ego: Ansietas, takut akan kematian, menolak kondisi yang berat, gelisah, insomnia, pertanyan yang diulang-ulang.

4.Eliminasi; Diare yang hilang timbul ( ketidakseimbngan hormonal,)Peningkatan frekuesnsi/jumlah urine ( Ketidakseimbngan Hormonal ).

5.Makanan/cairan: Penurunan Berat badan, nafsu makan buruk, penurunan masukan makanan, kesulitan menelan, haus/peningkatan masukan cairan.Kurus, kerempeng, atau penampilan kurang bobot ( tahap lanjut 0, Edema wajah, periorbital ( ketidakseimbangan hormonal ), Glukosa dalam urine .

6.Ketidaknyamanan/nyeri: nyeri dada, dimana tidak/dapat dipengaruhi oleh perubahan posisi.Nyeri bahu/tangan, nyeri tulang/sendi, erosi kartilago sekunder terhadap peningkatan hormon pertumbuhan.Nyeri abdomen hilang/timbul\

7.Pernafasan: Batuk ringan atau perubahan pola batuk dari biasanya , peningkatan produksi sputum, nafas pendek, pekerja terpapar bahan karsinogenik, serak, paralisis pita suara, dan riwayat merokok.Dsipnoe, meni gfkat dengan kerja, peningkatan fremitus taktil, krekels/mengi pada inspirasi atau ekspirasi ( ganguan aliran udara ).Krekels/mengi yang menetap penyimpangan trakeal( area yang mengalami lesi ) Hemoptisis.

8.Keamanan: Demam, mungkin ada/tidak, kemerahan, kulit pucat.

9.Seksualitas: Ginekomastia, amenorea, atau impoten.

10.Penyuluhan/pembelajaran: Faktor resiko keluarga, : adanya riwayat kanker paru, TBC. Kegagalan untuk membaik.

f.Pemeriksaaan Fisik

a.Inspeksi

Pola, frekuensi, kedalaman,jenis nafas, durasi inspirasi ekspirasi.

Kesimetrisan dada,

Retraksi otot-otot dada,

penggunaan otot-otot bantu pernafasan

Penggunaan otot bantu napas, yang terlihat dengan mengangkat bahu, menunjukan peningkatan kerja pernapasan.

Kaji postur tubuh,

Pasien dengan penyakit paru obstruktif sering duduk dan menyangga diri dengan tangan atau menyangga dengan siku di meja sebagai upaya untuk tetap mengangkat klavikula sehingga memperluas kernampuan ekspansi dada.

Sianosis (kebiruan)

Pada pasien dengan kanker paru paru biasanya terjadi sianosis akibat dari gangguan pola nafas yang menyebabkan terjadinya hipoksia

bentuk kuku

pada pasien dengan kanker paru paru biasanya memiliki kuku berbentuk tabuh

kaji adanya edema

Biasanya terjadi edema pada muka, leher,dan lengan\

kulit pucat

akibat kesulitan bernafas

frekuensi batuk

batuk biasanya terus-menerus

karakteristik sputum

b.Palpasi

Nyeripada dada

Ketika pemeriksa menekan bagian dada, pasien akan merasa nyeri

Taktil fremitu

Pada pasien normal vibrasi taktil fremitus ada. Ini dapat menurun atau tidak ada bila terdapat sesuatu dintara tangan pemeriksa dan paru pasien serta dinding dada. Sebagai contoh, bila ada efusi pleural, penebalan pleural atau pnemotorak akan menyebabkan pemeriksa tidak mungkin merasakan vibrasi ini atau vibrasi menurun

Denyut nadi,frekuensi,irama dan kekuatan

Capillary refill

c.Perkusi

Mengetuk dada memastikan adanya pembesaran organ paru

Ada penumpukan cairan (sekret)

d.Auskultasi

Suara nafas

Pada obstruksi jalan napas seperti penyakit paru obstruksi menahun (PPOM) atau atelektasis, intensitas bunyi napas menurun. Pada penebalan pleural, efusi pleural, pneumotoraks, dan kegemukan ada substansi abnormal Jaringan fibrosa, cairan, udara, atau lemak) antara stetoskop dan paru di bawahnya; substansi ini menyekat bunyi napas dari stetoskop, membuat bunyi napas menjadi tidak nyaring.

Suara tambahan nafas

Bunyi napas bronkial, selain terdengar pada trakea orang normal, juga terdengar pada beberapa situasi dimana ada konsolidasi-contohnya pneumonia. Bunyi napas bronkial juga terdengar di atas efusi pleural dimana paru normal tertekan. Bunyi crackles terjadi pada pneumonia, gagal jantung kongestif, dan fibrosis pulmonalis. Baik crackles inspirasi maupun ekspirasi dapat terauskultasi pada bronkiektaksis. Bunyi ekstra seperti mengi berarti adanya penyempitan jalan napas. Ini dapat disebabkan oleh asma, benda asing, mukus di jalan napas, stenosis, dan lain-lain.

Tekanan darah

Denyut jantung

g.Data Penunjang

Foto dada, PA dan lateral

CT scan/MRI

Bronchoscope

Sitologi

h.Pengelompokan Data

1.Data Subjektif

Perasaan lemah, Sesak nafas, nyeri dada, Batuk tak efektif, Serak, haus, Anoreksia, disfalgia, berat badan menurun, Peningkatan frekuensi/jumlah urine, Takut

2.Data Objektif

Batuk produktif, Tachycardia/disritmia, Menunjukkan efusi, Sianosis, pucat, Edema, Demam Gelisah

3.Diagnosa Keperawatan

1.Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru.

2.Ketidakefektifan pembersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas.

3.Gangguanpertukaran gas berhubungan dengan hipoksia kronik pada jaringan paru.

4.Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan secara umum.

5.Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan penekanan saraf oleh tumor paru.

6.Ketidakseimbangannutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelelahan dan dyspnea4.INTERVENSI KEPERAWATAN

NoDiagnosa keperawatanTujuan dan Kriteria HasilIntervensi

1Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan penurunan ekspansi paru

Definisi:Inspirasi atau ekspirasi yang tidak memberi ventilasi

Batasan Karakteristik:

-Perubahan kedalaman bernafas

-Perubaham ekskursi dada

-Mengambil posisi tiga titik

-Bradipneu

-Penurunan tekanan ekspirasi

-Penurunan ventilasi se menit

-Penurunan kapsitas vital

-Dipneu

-Peningkatan diameter anterior posterior

-Pernapasan cuping hidung

-Ortopneu

-Fese ekspirassi memanjang

-Pernapasan bibir

-Takipneu

-Penggunaan otot eksesorius untuk bernapas

Faktor faktor yang berhubungan:

-Ansietas

-Posisi tubuh

-Defomitas tulang

-Defomitas dinding dada

-Keletihan

-Hiperventilasi

-Sindrom hipoventilasi

-Gangguan muskuloskeletal

-Kerusakan neurologis

-Imaturitas neurologis

-Disfungsi neuromuskular

-Obesitas

-Nyeri

-Keletihan otot pernafasan cedera medula spinalisNOC:

vRespiratory status: ventiolation

vRespiratory status: Airway patency

vVital sign status

Kriteria Hasil :

vMendemonstrasikan batuk efektif dengan suara nafas yang besih, tidak ada sianosis dan dyspneu ( mamou mengeluarkan septum,mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips)

vMenunjukkan jalan nafas yang paten ( klien tidak merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara abnormal)

vTanda- tanda vital dalam rentang normal(tekanan darah, nadi, pernafasan)NIC :

Airway Management

Buka jalan nafas dengan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu

Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

Identivikassi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan

Pasang mayo bila perlu

Lakukan fisioterapi bila perlu

Kluarkan sekret dengan batuk atau suction

Auskultassi suara nafas, catat adanya suara tambahan

Lakulkan suction pada mayo

Berikan brinkodilator bila perlu

Berikan pelembab udara kassa basah NaCl lembab

Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.

Monitor respirasi dan status O2

Oxygen Therapy

Bersihkan mulut, hidung dan sekret trakea

Pertahankan jalan nafas yang paten

Atur peralatan oksigen

Monitor aliran oksigen

Pertahankan posisi pasien

Observasi adanya tanda tanda hiperventilasi

Monitor adanya kecemasan pasien terhadan oksigenasi

Vital Sign Monitoring

Monitor TD,nadi,suhu,dan RR

Catat adanya fluktuasi tekanan darah

Monitor Vs saat pasien berbaring, duduk n, atau berdiri

Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan

Monitor TD, nadi, RR,sebelum,selama,dan setelah aktivitass

Monitor kualitas dari nadi

Monitor frekuensi dan irama pernafasan

Monitor suara paru

Monitor pola pernafasan abnormal

Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit

Monitor sianosis perifer

Monitor adanya cushing triad(tekanan nadi yang melebar, bradikardi,peningkatan sistolik)

Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

2Ketidakefektifan pembersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas.

Definisi:Ketidakmampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernafasan untuk mempertahankan kiebersihan jalan nafas.

Batasan Karakteristik :

-Tidak ada batuk

-Suara napas tambahan

-Perubahan frekuensi napas

-Perubahan irama napas

-Sianosis

-Kesulitan berbicara atau mengeluarakan suara

-Penurunan bunyi napas

-Dipsneu

-Sputum dalam jumlah yang berlebihan

-Batuk yang tidak efektif

-Orthopneu

-Gelisah

-Mata terbuka lebar

Faktor Yang berhubungan:

Lingkungan:

-Perokok pasif

-Pengisap asap

-Merokok

Obstruksi jalan nafas:

-Spasme jalan nafas

-Mokus dalam jumlah berlebihan

-Eksudat dalam jalan alveoli

-Mareti asing dalam jalan nafas

-Adanya jalan nafas buatan

-Sekresi bertahan/sisa sekresi

-Sekresi dalam bronki

Fisiologis:

-Jalan nafas alergik

-Asma

-Penyakit paru obstruktif kronik

-Hiperplasihiperplasi dinding bronkial

-Infeksi

-Disfungsi neuromuskularNOC:

vRespiratory Status: Ventilation

vRespiratory status: Airway patency

Kriteria Hasil:

vMendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspneu(mampu mengelurkan sputum,mampu bernafas dengan mudah,tidak ada suara nafas abnormal)

vMenunjukkan jalan nafas yang paten ( klien tidak merasa tercekik, irama nafas,frekuensi pernafasan dalam rentang normal,tidak ada suara nafas abnormala)

vMampu mengidentifikasikan dan mencegah faktor yang dapat menghambat bjalan nafasNIC:

Airway Suction

Pastikan kebutuhan oral / trakeal suctioning

Auskultassi suara nafas sebelum dan sesudah suctioning

Informasikan pada klien dan kluarga tentang suctioning

Minta pasien nafas dalam sebelum suction dilakukan

Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk memfasilitassi suction nasotrakeal

Gunakan alat yang steril setiap melakukan tindakan

Anjurkan passien untuk istirahat dan nafass dalam setelah kateter dikeluarkan dari nasotrakeal

Monitor status oksigen pasien

Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan suction

Hentikan suction dan berikan oksigen apabila pasien menunjukkan bradikardi,peningkatan saturassi O2 ,dll.

Airway Management

Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu

Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan

Pasang mayo bila perlu

Lakukan fisioterapi dada jika perlu

Keluarkan sekret dengan batuk atau suction

Auskultassi suara nafass , catat adanya suara tambahan

Lakukan suction pada mayo

Berikan bronkodilator bila perlu

Berikan pelembab udara kassa basah NaCl lembab

Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan

Monitor rspirasi dan status O2

3Gangguanpertukaran gas berhubungan dengan hipoksia kronik pada jaringan paru.

Definisi:Kelebihan atau defisit pada oksigenasi atau eleminassi karbon dioksida pada membran alveolar - kapiler

Batasan karakteristik:

-PH darah arteri abnormal

-PH arteri abnormal

-Pernafasan abnormal(mis,pucat,kehitaman)

-Konfusi

-Sianosis(pada neonatus saja)

-Penurunan karbondioksida

-Diaforesis

-Dispneu

-Sakit kepala saat bangun

-Hiperkapnia

-Hipoksemia

-Hipoksia

-Iritabilitas

-Nafas cuping hidung

-Gelisah

-Samnolen

-Takikardigangguan penglihatan

Faktor-faktor yang berhubungan :

-Perubahan membran alveolar kapiler

-Ventilasi - perfusiNOC :

vRespiratory Status:Gas exchange

vRespiratory status: Ventilation

vVital Sign status

Kriteria Hasil :

vMendemonstrasikan peningkatan ventilassi dan oksigenassi yang adekuat

vMemelihara kebersihan paru paru dan bebas dari tanda tanda distress pernafasan

vMendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih,tidak ada sianosis dan dyspneu ( mampu mengeluarkan sputum, mampu bernafas dengan mudah,tidak ada pursed lips)

vTanda tanda vital dalam rentang normalNOC:

Airway Management

Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau jaw thrust bila perlu

Posisikan passien untuk mamaksimalkan ventilasi

Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan

Pasang mayo bila perlu

Lakukan fisioterapi dada jika perlu

Keluarkan sekret dengan batuk atau suction

Auskultassi suara nafass , catat adanya suara tambahan

Lakukan suction pada mayo

Berikan bronkodilator bila perlu

Berikan pelembab udara kassa basah NaCl lembab

Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan

Monitor rspirasi dan status O2

Respiratory Monitoring

Monitor rata rata ,kedalaman, irama, dan usaha respirasi

Catat pergerakan dada, amati kesimetrisan,pengguanaan otot tambahan,retraksi otot supraclavicular dan intercostal

Monitor suara nafas,seperti dengkur

Monitor pola nafas:bradipneu,takipneu, kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot

Catat lokassi trakea

Monitor kelelahan otot diafragma(gerakan paradoksis)

Auskultassi suara nafas ,catat area penurunan/ tidak adaventilasi dan suara nafas tambahan

Tentukan kebutuhan suction dengan mengauskultasi crakles dan rocki pada jalan nafs trauma

Auskultassi suara paru setelah tindakan untuik mengetahui hasilnya.

4Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan secara umum.NOC:

vEnergy Consevation

vActivity tolerance

vSelfCare: ADls

Kriteria Hasil :

-Berpartisipassi dalam aktifitas fisik tanpa disertai peningkatan tekanan darah , nadi dan RR

-Mampu melakukan aktifitass sehari - harib (ADLs)secara mandiri

-Tanda tanda vital normal

-Energy psikomotor

-Level kelemahan

-Mampu berpindah:dengan atau tanpa bantuan alat

-Status kardiopulmonari adekuat

-Sirkulassi status baik

-Status respirasi: pertukaran gas dan ventilasi adekuatNIC :

Activity Therapy

Kolaborasikan dengan tenaga rehabilitasi medik dalam merencanakan program terapi yang tepat

Bantu klien untuk mengidentifikasi aktivitas yang mampu dilakukan

Bantu untuk memilih aktivitas yang konsisten yang sesuai dengan kemampuan fisik , psikologi dan sosial

Bantu untuk mengidentifikasi dan mendapatkan sumber yang diperlukan untuk aktivitas yang di inginkan

Banytu untuk mendapatkan alat bantuan aktivitas seperti kursi roda, krek,

Bantu untuk mengidentivikasi kegiatan yang disukai

Bantu klien untuk membuat jadwal latihan diwaktu luang

Bantu pasien / keluarga untuk ,mengidentifikasi kekurangan dalam beraktifitas

Sediakan penguatan positif bagi yang aktif beraktivitas

Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi diridan penguatan

Monitor respon fisik,emosi,sosial dan spiritual

DAFTAR PUSTAKABehrman E Richar. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. Vol 2. Edisi 15. Jakarta: EGC

Carpenito Moyet, Lynda Juall. 2006.Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : PenerbitBuku Kedokteran EGC

Doenges E Mailyn,1999.Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien. Edisi 3. Jakarta, EGC

Mansjoer, A,.2000.Kapita Selekta Kedokteran. Edisi III, Jilid 2. Jakarta : Media Aesculapius

Price, Sylvia A. 2006. Patofisiologi Klinis Proses- Proses Penyakit . Jakarta :EGC

http:\\asuhan-keperawatan-tumor-paru-ca-paru.html

Diposkan olehhahadi01.07http://serbaserbi02.blogspot.com/2011/11/askep-tumor-paru.htmlLAPORAN PENDAHULUAN

TUMOR PARUDI RUANG 28 RSUD dr SAIFUL ANWAR MALANG

Disusun untuk memenuhi Tugas Kepaniteraan Departemen Medikal

Oleh :

Eka Permata Yuni Wulandari

NIM 135070209111036

JURUSAN ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2015