171901512201011045.pdf
TRANSCRIPT
-
48
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Identitas Peternak Responden
Penelitian analisis pemasaran susu segar di Kecamatan Jatinom
Kabupaten Klaten dilaksanakan dengan mengambil 30 sampel peternak
yang berada di wilayah Desa Kayumas. Berdasarkan wawancara dan
observasi yang dilakukan selama penelitian, maka diketahui karakteristik
peternak yang terdiri dari umur dari peternak itu sendiri, jumlah anggota
keluarga, tingkat pendidikan, pengalaman berusahatani dan jumlah ternak
sapi yang dimiliki. Identitas responden merupakan gambaran secara umum
dan latar belakang dalam menjalankan suatu kegiatan usaha ternak baik
yang bersifat subsisten maupun komersil.
a. Umur Peternak Responden
Semua kegiatan peternak sangat erat hubungannya dengan peternak
yang melaksanakannya, salah satu yang mempengaruhi peternak dalam
melaksanakan usaha adalah umur, karena umur berpengaruh kepada
kemampuan peternak dalam mengelola usaha ternak sapi perah dengan
baik. Karakteristik peternak berdasarkan umur merupakan gambaran
jumlah peternak dalam batasan umur tertentu. Dalam hal ini umur
adalah lamanya hidup peternak mulai lahir sampai pada saat wawancara
yang dihitung dalam satuan tahun. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan, diperoleh data jumlah peternak responden berdasarkan umur
di Desa Kayumas Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten secara rinci
dapat disajikan dalam Tabel 15 berikut ini :
Tabel 15. Jumlah dan Persentase Peternak Berdasarkan Umur di Desa Kayumas Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten
45
-
49
No. Kelompok Umur (Th) Jumlah Peternak % 1 2 3 4
25-35 36-45 46-55 56-65
6 11 9 4
20 36.67
30 13,33
Jumlah 30 100
Sumber: Analisis Data Primer, 2010 dianalisis
Berdasarkan Tabel 15 dapat diketahui bahwa semua peternak
responden di Desa Kayumas Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten
berada pada usia yang produktif. Jumlah responden yang lebih banyak
adalah pada usia 36-45 tahun sebesar 36,67%. Sedangkan jumlah
responden yang lebih sedikit berada pada usia 56-65 tahun yaitu
13,33%. Pada usia produktif peternak sapi perah diharapkan mampu
menjalankan usaha ternak sapi perah dengan baik. Selain itu dengan
usia yang produktif peternak mampu mengembangkan budidaya ternak
sapi perah sehingga mampu menambah penghasilan keluarga.
b. Jumlah Anggota Keluarga
Jumlah anggota keluarga akan mempengaruhi usaha peternakan
yang dilakukan oleh peternak. Semakin banyak jumlah anggota
keluarga, semakin tinggi jumlah tanggungan keluarga sehingga
menuntut peternak untuk meningkatkan tanggung jawab dalam
mengelola usahanya untuk mendapatkan uang yang lebih banyak guna
memenuhi kebutuhannya. Jumlah anggota keluarga terdiri dari bapak,
ibu, anak dan famili lain. Jumlah dan persentase peternak berdasarkan
jumlah anggota keluarga di Desa Kayumas Kecamatan Jatinom
Kabupaten Klaten dapat dilihat pada Tabel 16 sebagai berikut :
Tabel 16. Jumlah dan Persentase Peternak Berdasarkan Jumlah Anggota Keluarga di Desa Kayumas Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten
-
50
No. Anggota Keluarga Jumlah Peternak % 1. 2. 3.
2-3 4-5 6-7
10 15 5
33.33 50
16.67 Jumlah 30 100
Sumber: Analisis data Primer, 2010 dianalisi
Berdasarkan Tabel 16 dijelaskan bahwa jumlah anggota keluarga
peternak terbanyak adalah 4-5 orang sebanyak 50%. Berdasarkan data
tersebut dapat diketahui bahwa peternak seluruh responden mempunyai
keluarga lebih dari 2 orang. Sehingga kegiatan dalam bertenak sapi perah
hanya dikerjakan oleh anggota keluarga peternak tanpa menggunakan
tenaga kerja lain. Dalam usaha ternak sapi perah di Desa Kayumas sudah
dikelola dengan baik mulai dari pemeliharaan ternak, pemberian pakan,
sistem perkandangan, kesehatan ternak, pemerahan, sampai pemasaran
hasil, karena dikelola secara langsung oleh anggota keluarga.
c. Pendidikan Peternak
Tingkat pendidikan peternak merupakan salah satu faktor yang
menentukan kemampuan penduduk suatu daerah dalam melaksanakan
usahanya. Tingkat pendidikan peternak merupakan peranan yang
berpengaruh terhadap kemampuan dalam menyerap teknologi baru,
pengetahuan-pengetahuan baru dan dalam pengambilan keputusan baik
mengenai usaha ternak sapi perah atau pemasaran hasil produksinya.
Pendidikan peternak sapi perah di Desa Kayumas Kecamatan Jatinom
Kabupaten Klaten dapat dilihat pada Tabel 17 sebagai berikut :
Tabel 17. Jumlah dan Persentase Peternak Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Kayumas Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten
No. Tingkat Pendidikan Jumlah Peternak %
-
51
1. 2. 3. 4.
Tamat SD Tamat SLTP Tamat SLTA S1
19 8 2 1
63,33 26,67 6,67 3,33
Jumlah 30 100
Sumber: Analisis data Primer, 2010 dianalisis
Berdasarkan Tabel 17 dapat diketahui bahwa sebagian besar
peternak responden adalah tamat SD yaitu sebanyak 19 orang atau
sebesar 63,33%. Hal ini menunjukkan walaupun dengan tingkat
pendidikan yang rendah mereka dapat memahami bagaimana cara
budidaya ternak sapi perah dengan baik dari pengalaman yang sudah
bertahun-tahun. Pengalaman yang diperoleh peternak responden dapat
menjadi modal bagi peternak dalam menjalankan usaha ternaknya serta
dalam pemilihan saluran pemasaran yang baik dan menguntungkan bagi
peternak, sehingga peternak dapat memperoleh keuntungan yang
sebesar-besarnya.
d. Pengalaman Peternak Berusaha Ternak Sapi Perah
Keberhasilan usaha ternak sapi perah tidak hanya ditentukan oleh
pendidikan saja tetapi juga ditentukan oleh pengalaman dalam
berusahatani. Pada Tabel 18 menunjukkan jumlah dan persentase
peternak berdasarkan pengalaman berusaha ternak sapi perah di Desa
Kayumas Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten.
Tabel 18. Jumlah dan Persentase Peternak Berdasarkan Pengalaman Berusaha Ternak Sapi Perah di Desa Kayumas
No. Pengalaman (th) Jumlah Peternak % 1. 2. 3. 4. 5.
10-12 13-15 16-18 19-21 >21
3 8
16 2 1
10 26,67 53,33 6,67 3,33
Jumlah 30 100
Sumber: Analisis data Primer, 2010 dianalisis
Berdasarkan Tabel 18 dapat diketahui bahwa pengalaman
peternak sapi perah yang lebih banyak pada kisaran 16-18 tahun
sebanyak 16 orang atau sebesar 53,33 %. Pengalaman sangat
-
52
mempengaruhi kegiatan berusaha ternak, sehingga peternak akan
semakin terampil dalam menjalankan usahanya. Pengalaman usaha
ternak menunjukkan lamanya waktu peternak dalam berusaha ternak
serta proses pemasarannya. Berdasarkan pengalaman yang telah dimiliki
oleh peternak diharapkan kedepannya peternak mampu lebih baik lagi
sehingga dapat mempertahankan serta meningkatkan skala usahanya dan
mampu meningkatkan pendapatannya.
e. Jumlah Kepemilikan Ternak Sapi Perah
Jumlah kepemilikan ternak sapi perah akan berpengaruh pada
hasil produksi. Jumlah kepemilikan sapi perah merupakan salah satu
faktor produksi yang penting. Keberadaan jumlah kepemilikan sapi
perah akan mempengaruhi besar kecilnya penerimaan peternak. Jika
jumlah produksi yang dihasilkan banyak maka akan berpengaruh pada
penerimaan dan pendapatan pada peternak. Pada Tabel 19 disajikan
jumlah kepemilikan sapi perah di Desa Kayumas Kecamatan Jatinom
Kabupaten Klaten.
Tabel 19. Jumlah dan Persentase Peternak Responden Berdasarkan Jumlah Sapi Perah di Desa Kayumas Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten
No. Jumlah Sapi Perah
(Ekor) Jumlah Peternak
(Orang) %
1. 2. 3. 4.
2-4 5-7 8-10 11-13
11 14 4 1
40 43,34 13,33 3,33
Jumlah 30 100
Sumber: Analisis Data primer, 2010 dianalisis
Berdasarkan Tabel 19 dapat diketahui bahwa sebagian besar
peternak responden memiliki jumlah sapi perah sebanyak 5-7 ekor atau
43,34 % sebanyak 14 orang. Banyaknya kepemilikan jumlah ternak sapi
perah menentukan besarnya pendapatan peternak. Semakin banyak
jumlah sapi perah yang dimiliki oleh peternak maka jumlah produksi
susu segar yang dihasilkan akan semakin banyak. Sehingga pendapatan
peternak semakin meningkat.
-
53
f. Proses Pemeliharaan Sapi Perah di Desa Kayumas Kecamatan Jatinom
Sebelum memulai beternak sapi perah, ada beberapa hal yang
harus dipersiapkan dan diperhitungkan secara matang. Persiapan ini
sangat menentukan keberhasilan peternakan sapi perah yang dipengaruhi
oleh beberapa hal :
1. Kandang
Penggunaan kandang untuk sapi perah sangat penting
mengingat bahwa biaya terbesar setelah biaya pakan adalah tenaga
kerja. Budidaya sapi perah di Desa Kayumas Kecamatan Jatinom
kebanyakan di kembangkan dengan menggunakan sistem kandang
tertutup, lantai terbuat dari semen. Ternak dipelihara secara terikat di
dalam kandang dengan tempat pakan dan air minum disediakan
didekat sapi, dengan model seperti ini pembersihan kandang akan
lebih mudah.
Ukuran kandang disesuaikan dengan jenis kelamin sapi dan
jumlah sapi yang dipelihara. Seekor jantan membutuhkan kandang
seluas 5 m, sedangkan untuk seekor sapi betina lebih sempit yaitu 3,5
m ini dikarenakan sapi betina tidak banyak bergerak, lebih banyak
menyimpan energi untuk diperah dan untuk seekor sapi pedet 1,2 m
(Sudono, 2003). Keadaan kandang sapi perah di Desa Kayumas
kebanyakan peternak sudah menerapkan ukuran seperti itu dengan
luasan masing-masing sudah termasuk tempat makan dan minum.
2. Ketersediaan air
Air mutlak dibutuhkan dalam usaha peternakan sapi perah.
Hal ini disebabkan susu segar yang dihasilkan 87 % berupa air dan
sisanya berupa bahan kering. Disamping itu untuk mendapatkan 1
liter susu, seekor sapi perah membutuhkan 3,5-4 liter air. Dalam hal
ini untuk menjaga ketersediaan air para peternak di Desa Kayumas
Kecamatan Jatinom membuat bak penampungan air besar kapasitas
20.000 liter, mengingat lokasi yang jauh dari sumber mata air.
3. Pakan
-
54
Usaha peternakan sapi perah sangat tergantung dari
ketersediaan hijauan pakan ternak. Para peternak sapi perah di Desa
Kayumas Kecamatan Jatinom dalam rangka memenuhi kebutuhan
akan hijauan pakan ternak menanam tanaman sejenis rumput rumput
unggul seperti jenis king gress, mexico. Sedangkan pada waktu musim
kemarau para peternak membuat fermentasi jerami dan silase. Dalam
hal pemberian pakan peternak di Desa Kayumas memberikan pakan
hijauan sebanyak 10-14% dari berat badan, dan 3 % dari berat badan
makanan penguat dalam hal ini berupa konsentrat. Pemberian minum
dan konsentrat diberikan 2 kali sehari diberikan pada saat pagi hari
setelah diperah dan sore hari setelah diperah, di berikan secara
terpisah. Sedangkan pemberian hijauan di berikan sebelum diperah
dan pada waktu malam hari.
4. Bibit
Bibit sapi perah yang akan dipelihara sangat menentukan
keberhasilan usaha ini. Peternak di Desa Kayumas Kecamatan
Jatinom dalam pemilihan bibit berasal dari indukan yang
produktivitasnya tinggi dan pejantan unggul dengan sistem kawin
suntik (IB).
2. Identitas Lembaga Pemasaran
Dalam kegiatan pendistribusian barang dari produsen ke konsumen
terdapat lembaga pemasaran atau disebut juga sebagai pedagang
pengumpul, pedagang besar dan pedagang pengecer. Lembaga pemasaran
ini berperan dalam proses penyampaian barang dari produsen ke konsumen.
Hubungan antara produsen dan pedagang sama-sama menguntungkan
kedua belah pihak, dimana produsen memerlukan jasa pedagang untuk
memasarkan barang produksinya dan pedagang memerlukan produsen
sebagai penyedia barang-barang dagangan. Selain itu konsumen juga
memerlukan produsen dan pedagang untuk memenuhi kebutuhan sehari-
hari.
-
55
Lembaga pemasaran yang terlibat dalam pendistribusian susu segar
adalah pedagang pengumpul, pedagang perantara (KUD), dan pedagang
pengecer. Karakteristik lembaga pemasaran susu segar pada pedagang
pengumpul di Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten dilihat pada Tabel 20
sebagai berikut:
Tabel 20. Identitas Lembaga Pemasaran Susu Segar pada Pedagang Pengumpul, di Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten
No. Uraian Pedagang Pengumpul Persentase (%) 1. Umur (tahun)
a. 37 b. 38
1 1
50 50
Jumlah 2 100 2. Pendidikan
a. Tamat SD b. Tamat SLTP c. Tamat SLTA
1 - 1
50 -
50 Jumlah 2 100 3. Lama Berusaha
a. 3 b. 4
2 -
100
- Jumlah 2 100
Sumber: Analisis data Primer, 2010 dianalisis
Berdasarkan Tabel 20 dapat diketahui bahwa hanya terdapat dua
pedagang pengumpul. Kedua umur pedagang pengumpul susu segar
termasuk dalam kategori umur produktif yaitu 37 dan 38 tahun. Umur
sangat berpengaruh terhadap kemampuan mereka dalam menjalankan
perannya sebagai lembaga penyalur dalam pemasaran susu segar dari
peternak ke konsumen.
Tingkat pendidikan pedagang lembaga pemasaran susu segar
adalah tamat SD dan SLTA, dengan persentase sama yaitu 50%. Dengan
tingkat pendidikan yang dimiliki responden lembaga pemasaran diharapkan
responden lembaga pemasaran dapat mengambil keputusan dengan baik
dalam berdagang serta mampu membaca infomasi pasar yang ada sehingga
memperlancar proses pemasaran yang dilakukan.
Pengalaman mengusahakan pedagang susu segar selama 3 tahun
yaitu sebesar 100%. Lama berusaha akan mempengaruhi pengalaman
-
56
dalam memasarkan susu segar. Hal ini disebabkan, pedagang yang sudah
lama mengusahakan maka mereka akan lebih dikenal oleh konsumen
sehingga jaringan pemasarannya akan semakin luas.
Karakteristik lembaga pemasaran susu segar pada pedagang
perantara/KUD di Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten dilihat pada Tabel
21 sebagai berikut:
Tabel 21. Identitas Lembaga Pemasaran Susu Segar pada Pedagang Perantara/KUD, di Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten
No. Uraian Pedagang Perantara Persentase (%) 1. Umur (tahun)
45 1
100
Jumlah 1 100 2. Pendidikan
Tamat SLTA 1
100
Jumlah 1 100 3. Lama Berusaha
15 1
100
Jumlah 1 100 Sumber: Analisis data Primer, 2010 dianalisis
Berdasarkan Tabel 21 dapat diketahui bahwa pedagang
perantara/KUD termasuk dalam kategori umur produktif yaitu 45 tahun.
Tingkat pendidikan pedagang lembaga pemasaran susu segar adalah tamat
SLTA dengan perentase sebanyak 100%. Dari segi pendidikan, dengan
tingkat pendidikan yang dimiliki responden lembaga pemasaran diharapkan
responden lembaga pemasaran dapat mengambil keputusan dengan baik
dalam berdagang serta mampu membaca infomasi pasar yang ada sehingga
memperlancar proses pemasaran yang dilakukan. Pengalaman
mengusahakan pedagang susu segar selama 15 tahun yaitu sebesar 100%.
Dengan lamanya mengusahakan diharapkan akan mudah bagi pedagang
dalam memasarkan susu segar.
Karakteristik lembaga pemasaran susu segar pada pedagang
pengecer di Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten dilihat pada Tabel 22
sebagai berikut:
Tabel 22. Identitas Lembaga Pemasaran Susu Segar pada Pedagang Pengecer, di Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten
-
57
No. Uraian Pedagang Pengumpul Persentase (%) 1. Umur (tahun)
a.39 b.40
1 2
33,33 66,67
Jumlah 3 100 2. Pendidikan
Tamat SLTA 3
100
Jumlah 3 100 3. Lama Berusaha
a.4-10 b.10-16
1 2
33,33 66,67
Jumlah 3 100 Sumber: Analisis data Primer, 2010 dianalisis
Berdasarkan Tabel 22 dapat diketahui bahwa terdapat tiga
pedagang pengecer, dan ketiganya termasuk dalam kategori umur produktif
yaitu 39 berjumlah 1 dengan persentase sebesar 33,33 % dan 40 tahun
sejumlah 2 dengan persentase sebesar 66,67%. Tingkat pendidikan
pedagang pengecer seluruhnya tamat SLTA (100%). Dari segi pendidikan,
dengan tingkat pendidikan yang dimiliki responden lembaga pemasaran
diharapkan responden lembaga pemasaran dapat mengambil keputusan
dengan baik dalam berdagang serta mampu membaca infomasi pasar yang
ada sehingga memperlancar proses pemasaran yang dilakukan.
Pengalaman mengusahakan pedagang pengecer susu segar antar 4-10
tahun yaitu sebanyak 1 dengan persentase 33,33% dan 2 lainnya selama 10-16
tahun (66,67%). Lama berusaha akan mempengaruhi pengalaman dalam
memasarkan susu segar. Semakin lama berusaha diharapkan akan mudah
bagi pedagang dalam memasarkan susu segar. Hal ini disebabkan,
pedagang yang sudah lama mengusahakan maka mereka akan lebih dikenal
oleh konsumen sehingga jaringan pemasarannya akan semakin luas.
3. Fungsi-Fungsi Pemasaran Susu Segar di Kecamatan Jatinom Kabupaten
Klaten
-
58
Berdasarkan hasil penelitian, maka fungsi-fungsi pemasaran susu
segar yang ada di Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten dapat dilihat pada
Tabel 23 berikut ini:
Tabel 23. Fungsi-Fungsi Pemasaran Susu Segar di Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten
No. Lembaga Pemasaran Fungsi-Fungsi Pemasaran 1. Produsen/Peternak Fungsi pertukaran yaitu melakukan sub
fungsi penjualan 2. Pedagang Pengumpul Fungsi pertukaran dan fungsi fasilitas
Fungsi pertukaran meliputi sub fungsi pembelian dan penjualan Fungsi fasilitas meliputi sub fungsi pembiayaan dan sub fungsi informasi pasar
3. Pedagang Perantara Fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas Fungsi pertukaran meliputi sub fungsi pembelian dan penjualan Fungsi fisik meliputi sub fungsi pengangkutan dan penyimpanan sementara Fungsi fasilitas meliputi sub fungsi standarisasi dan grading, penanggungan resiko, pembiayaan dan sub fungsi informasi pasar
4. Pedagang Pengecer Fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi fasilitas Fungsi pertukaran meliputi sub fungsi pembelian dan penjualan Fungsi fisik meliputi sub fungsi pengangkutan Fungsi fasilitas meliputi sub fungsi pembiayaan
Sumber: Analisis data Primer, 2010 dianalisis
Berdasarkan Tabel 23 di atas, maka fungsi-fungsi dari pemasaran
yang ada di Desa Kayumas Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten adalah
sebagai berikut:
a. Peternak/Produsen
-
59
Peternak sapi perah adalah orang yang mengusahakan ternak
sapi perah sehingga dapat menghasilkan susu segar yang dapat
dijadikan sebagai bahan baku susu olahan. Peternak sapi perah di Desa
Kayumas Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten melakukan sub fungsi
penjualan kepada pedagang pengumpul dengan harga yang dibayarkan
pedagang pengumpul Rp. 2.950,-/liter dan melakukan sub fungsi
penjualan kepada Koperasi Unit Desa (KUD) dengan harga yang
dibayarkan Rp. 2.750,50,-/liter. Untuk menghasilkan mutu susu segar
yang bagus, peternak mempunyai kandang yang bersih untuk mencegah
meningkatnya bakteri.
Salah satu usaha yang dilakukan oleh peternak yaitu
menyediakan air secara terus menerus untuk kebersihan kandang dan
pencucian alat seperti milk can dan ember, serta peternak menggunakan
disinfektan (dettol) yang digunakan untuk mensucihamakan bakteri dan
juga menggunakan air hangat untuk membersihkan ambing sapi pada
saat pemerahan. Pemerahan dalam sehari dilakukan sebanyak dua kali
yaitu pada pagi pukul 05.00 WIB dan siang hari pukul 14.00 WIB.
Pemerahan dilakukan secara manual yaitu pemerahan menggunakan
tangan. Hasil pemerahan susu selanjutnya disaring dan langsung
dimasukkan ke dalam Milk can dengan kapasitas 10 liter.
Produksi yang dihasilkan antara pagi dan siang hari berbeda.
Pada pagi hari jumlah susu yang dihasilkan lebih banyak dengan rata-
rata 7 liter/ekor, dan SNF nya tinggi, tetapi kadar lemak (fat) yang
diperoleh lebih kecil, sehingga kualitas susu rendah dikarenakan proses
pencernaan sapi tidak maksimal yang disebabkan karena dipengaruhi
oleh udara malam (dingin) dan pada malam hari biasanya sapi dikasih
makanan penguat atau konsentrat, sedangkan susu yang dihasilkan pada
sore hari kadar lemak (fat) lebih tinggi tetapi SNF dan produksinya
lebih sedikit dengan rata-rata 5 liter/ekor, ini disebabkan karena pada
sore hari jarak interval waktu pemerehan susu sapi lebih pendek dan
-
60
biasanya pada makanannya sapi di kasih hijauan yang menyebabkan
kadar lemak tinggi.
b. Lembaga Pemasaran
Dari hasil penelitian lembaga pemasaran yang ada di Kecamatan
Jatinom Kabupaten Klaten ada dua orang pedagang pengumpul, tiga
orang pedagang pengecer dan ada satu lembaga pemasaran (pedagang
perantara) sebagai pelayanan anggota yaitu Koperasi Unit Desa (KUD)
Jatinom.
1. Pedagang Pengumpul
Pedagang pengumpul melakukan beberapa fungsi yaitu sub
fungsi pembelian dan penjualan. Sub fungsi pembelian dilakukan
pedagang pengumpul ketika membeli susu segar kepada peternak.
Pedagang pengumpul di Desa Kayumas Kecamatan Jatinom ada dua
orang. Pedagang pengumpul melakukan sub fungsi pembelian yaitu
membeli susu segar dari peternak biasanya 700 liter/hari dengan
harga Rp. 2900,-/liter. Dalam satu hari terdapat dua transaksi yaitu
pada pagi dan sore hari. Pada pagi hari biasanya membeli susu segar
dari peternak 450 liter dan pada sore hari 250 liter. Sub fungsi
penjualan dilakukan pedagang pengumpul ketika menjual susu
segar kepada pedagang yang berada di luar Kecamatan Jatinom
dengan harga Rp. 2950,-/liter. Biasanya peternak langsung
menyetorkan susu segar ke pedagang pengumpul dengan memakai
alat transportasi seperti sepeda motor, kemudian langsung diambil
oleh pedagang yang berasal dari luar Kecamatan Jatinom dengan
menggunakan mobil colt.
Pedagang pengumpul dalam satu kali transaksi biasanya
adalah rata-rata sebesar 350 liter. Sistem pembayaran yang
dilakukan pedagang pengumpul kepada peternak adalah dengan
cara dicicil, pembayaran secara cicilan ini biasanya dilakukan tiga
kali dalam satu bulan yaitu setiap 10 hari sekali. Pedagang
pengumpul juga melakukan sub fungsi menyampaikan informasi
-
61
kepada pihak yang membutuhkan. Pedagang pengumpul berfungsi
menyampaikan informasi kepada pedagang yang berada di luar
Kecamatan Jatinom mengenai perkembangan harga susu segar.
Sehingga pedagang yang berada di luar Kecamatan Jatinom
mengetahui perkembangan harga baik ditingkat peternak.
2. Pedagang Pengecer
Pedagang pengecer melakukan beberapa fungsi yaitu sub
fungsi pembelian dan penjualan. Pedagang pengecer yang ada di
Kecamatan Jatinom ada 3 orang. 2 orang pedagang pengecer yang
menjual susu segar ke perumahan kota dan karyawan industry kecil
dan 1 orang pedagang pengecer yang menjual susu segar dengan
menggunakan warung tenda. Sub fungsi pembelian dilakukan
pedagang pengecer ketika membeli susu segar kepada pedagang
perantara yaitu KUD Jatinom dengan harga Rp. 3000,-/liter.
Pembelian dilakukan setiap pagi atau sore hari di KUD Jatinom
dengan rata-rata pembelian 20-25 liter, sedangkan sub fungsi
penjualan dilakukan pedagang pengecer ketika menjual susu segar
kepada konsumen. Konsumen dari pedagang pengecer ini adalah
konsumen rumah tangga yang berada di Kecamatan Jatinom dan
konsumen yang berada di luar Kecamatan Jatinom yaitu di sekitar
perumahan kota dan karyawan industry kecil dengan harga Rp.
5000,-/liter.
Konsumen membeli susu segar untuk kebutuhan konsumsi
sendiri. Sistem pembayaran yang digunakan pedagang pengecer
adalah secara kontan dengan cara langsung dibayarkan pada saat
transaksi berlangsung. Selain itu pedagang pengecer juga
melakukan sub fungsi pengangkutan yaitu pada saat membeli susu
segar di KUD Jatinom dan menjual susu segar ke konsumen.
3. Koperasi Unit Desa (KUD)
KUD Jatinom melakukan sub fungsi pembelian susu segar,
yang dilakukan dengan cara membeli susu segar dari peternak,
-
62
pembelian susu ini diawali dari pengambilan susu di TPS (Tempat
Penampungan Susu) yang disetor oleh peternak. Pembelian susu
segar berdasarkan standar kualitas yang telah ditetapkan oleh KUD
Jatinom. KUD Jatinom dalam satu hari membeli susu segar dari
peternak 9.900 liter/hari untuk 13 desa. Dalam satu hari KUD
Jatinom melakukan transaksi pembelian sebanyak dua kali yaitu
pada pagi dan sore hari. KUD Jatinom tidak melakukan pembayaran
secara langsung pada saat transaksi tetapi pembayarannya sebulan
tiga kali yaitu tanggal 1, 11, dan 21.
Sub fungsi penjualan yang dilakukan oleh KUD Jatinom
adalah menjual susu segar ke pedagang besar (IPS dan home
industry), pedagang pengecer, dan konsumen . Selain itu KUD
Jatinom juga melakukan sub fungsi pengangkutan, yaitu
mengangkut susu dari daerah kerja (TPS) yang terdiri dari 13 TPS.
Pengangkutan susu dilakukan pada pukul 05.00-06.00 WIB dan
pukul 15.00-16.00 WIB. Pengangkutan bertujuan untuk
mengefisienkan waktu dan biaya pengantaran susu bagi peternak
dan meningkatkan guna waktu dan tempat karena komoditi susu
memiliki sifat mudah rusak sehingga penanganan harus lebih baik
dan cepat.
Sub fungsi penyimpanan yang dilakukan oleh KUD Jatinom
adalah dengan cara pendinginan. Susu yang telah disetorkan
peternak dan setelah lulus pengujian ditumpahkan dalam
penimbangan kemudian dialirkan kedalam cooling unit yang
berkapasitas 5000 liter ada dua cooling unit (pendingin) dan yang
berkapasitas 2500 liter ada satu cooling unit, yang melewati flat
cooler yang terdapat pada mesin tersebut sehingga susu menjadi
dingin dengan suhu rata-rata mencapai 2-4 C. Selain itu KUD juga
melakukan sub fungsi standarisasi dan grading dengan cara
menetapkan standar kualitas susu dengan melakukan pengujian susu
yang disetorkan oleh peternak. Pengujian susu dilakukan melalui
-
63
dua tempat yaitu pada waktu di TPS dan pada waktu di KUD.
Setiap lokasi TPS yang berada di setiap desa yang mempunyai
wilayah ternak sapi perah merupakan bangunan permanen, tiang
besi, atap seng, dan alas keramik. Peralatan yang ada di setiap TPS
antara lain : gun tester, lactodensimeter, takaran, thermometer,
saringan, dan milk can.
Tes pengujian kualitas susu yang dilakukan di TPS meliputi
bau, rasa, warna, tes alkohol, berat jenis, suhu, dan kebersihan susu.
Pengujian susu yang dilakukan pada waktu di KUD meliputi uji
fisika dan uji AB (Anti Biotik). Uji fisika meliputi fat, SNF, protein,
laktosa, dan freez point. Pengujian kualitas susu menggunakan
mesin lactoscan, hasil pengujian secara otomatis akan keluar selama
satu menit. Sedangkan uji AB (Anti Biotik) menggunakan alat beta
star untuk mengetahui susu segar itu mengandung anti biotik.
Standar kualitas susu yang ditetapkan KUD meliputi fat 3,3%, SNF
7,7%, protein 2,6%, kadar air maksimal 10 %, laktosa 3,9%, dan
freez point -0,52C.
Sub fungsi penanggungan resiko yang ditanggung oleh KUD
apabila susu yang disetorkan ke IPS dibawah standar kualitas (TS),
maka susu segar tersebut akan ditolak oleh IPS, dan apabila susu
mengandung bakteri diatas tiga juta maka KUD dikenakan denda
dan surat peringatan, sehingga akan menyebabkan KUD mengalami
kerugian karena KUD tetap membayar peternak sesuai dengan
jumlah susu yang disetorkan. Untuk itu KUD melakukan pengujian
kualitas susu terlebih dahulu di TPS dan pada saat penerimaan susu
di KUD guna menanggulangi resiko terhadap penerimaan susu yang
ada di IPS (PT.FFI). Sub fungsi pembiayaan yang dilakukan KUD
yaitu pembiayaan pada peternak tentang fasilitas yang diperoleh di
KUD dan Gabungan Koperasi Seluruh Indonesia (GKSI) juga
melakukan pembiayaan kepada KUD Jatinom. Selain itu juga KUD
Jatinom sering melakukan sub fungsi informasi pasar yaitu mencari
-
64
informasi mengenai harga beli dan harga jual susu segar. Harga beli
susu disesuaikan dengan harga standar kualitas susu yang berlaku,
dan informasi harga jual ditentukan dengan parameter dari IPS yaitu
PT. Frisian Flag Indonesia (FFI).
4. Saluran Pemasaran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat diketahui pola
saluran pemasaran susu segar di Kecamatan Jatinom, Kabupaten Klaten.
Saluran pemasaran menggambarkan jalan yang dilalui barang/jasa dari
produsen ke konsumen. Saluran pemasaran susu segar di Kecamatan
Jatinom cukup pendek, ini dikarenakan sifat susu yang mudah rusak,
sehingga harus cepat diproses atau diolah. Saluran pemasaran dapat
terbentuk dengan adanya beberapa lembaga pemasaran.
Berikut ini merupakan gambar tipe saluran pemasaran susu segar I
dan II yang digunakan peternak sapi perah di Kecamatan Jatinom
Kabupaten Klaten.
1. Peternak TPS KUD IPS, Home Industry, Pedagang Pengecer, dan Konsumen
2. Peternak Pedagang Pengumpul Pedagang Luar Kecamatan Jatinom
Jika digambarkan dalam satu kesatuan, saluran pemasaran susu
segar yang digunakan peternak sapi perah di Kecamatan Jatinom tersaji
seperti berikut ini:
Gambar 3. Bagan Saluran Pemasaran Susu Segar di Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten
Peternak
TPS
KUD Jatinom
Pedagang Pengumpul
I
IPS Home Industry Pedagang Pengecer Konsumen
II
Pedagang Luar Kecamatan Jatinom
-
65
Berdasarkan bagan saluran pemasaran susu segar di Kecamatan
Jatinom, pemasaran susu segar melalui dua saluran yaitu:
a. Saluran Pemasaran I
Pada saluran pemasaran I, peternak menjual susu segar kepada
KUD tetapi sebelum disetorkan ke KUD ditampung dulu di TPS
(Tempat Penampungan Susu), masing-masing TPS hanya berfungsi
menampung sementara. Penjualan dilakukan dengan cara peternak
mengumpulkan susu di TPS. Kemudian dari TPS, disalurkan ke KUD.
Setelah sampai di KUD susu tersebut kemudian diproses dengan
menggunakan cooling unit. Kemudian dari KUD susu disalurkan atau
dikirim ke IPS yang berada di luar Kecamatan Jatinom yaitu di Jakarta
(PT. Frisian Flag Indonesia), dijual ke home industry (pedagang besar
luar Kecamatan jatinom), pedagang pengecer, dan konsumen.
b. Saluran Pemasaran II
Pada saluran pemasaran II susu segar melibatkan peranan
pedagang pengumpul dalam kegiatan pemasaran susu segar. Pada
saluran II, penelusuran alur pemasaran berhenti pada tingkat pedagang
pengumpul. Hal ini disebabkan dalam kegiatan pemasaranya, pedagang
pengunpul memasarkan susu segar di luar Kecamatan Jatinom yaitu di
Kecamatan Tulung. Sedangkan dalam penelitian ini pemasaran dibatasi
hanya pada kegiatan pemasaran yang terjadi di Kecamatan Jatinom,
sehingga pada saluran pemasaran II penelitian berhenti pada pedagang
pengumpul. Pada saluran pemasaran II ini peternak menjual susu segar
kepada pedagang pengumpul. Penjualan dilakukan dengan cara
peternak menyetorkan langsung ke rumah pedagang pengumpul.
Kemudian dari pedagang pengumpul menjual susu segar kepada
pedagang yang berada di luar Kecamatan Jatinom, dengan cara
pedagang tersebut mendatangi pedagang pengumpul.
Jumlah peternak susu segar pada tiap-tiap saluran pemasaran
berbeda-beda. Untuk mengetahui berapa banyaknya peternak yang
berada pada tiap-tiap saluran pemasaran dapat dilihat tabel berikut ini:
-
66
Tabel 24. Jumlah Peternak Pada Tiap-Tiap Saluran Pemasaran di Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten
No. Saluran Pemasaran Jumlah Peternak % 1. 2.
Saluran I Saluran II
23 7
76.67 23.33
Jumlah 30 100
Sumber: Analisis Data Primer, 2010 dianalisis
Berdasarkan Tabel 24 dapat diketahui bahwa saluran pemasaran I
merupakan saluran yang lebih banyak digunakan peternak sebesar
76,67%. Saluran I banyak digunakan oleh peternak karena peternak
lebih memilih menjual susu segar langsung ke KUD Jatinom. Hal ini
disebabkan peternak sudah menjadi anggota KUD sejak dulu dan karena
peternak dengan menggunakan saluran I bagi peternak lebih dirasa
manfaatnya dan merasa diberi kemudahan seperti adanya kredit sapi,
kredit pakan, pengobatan massal, pemeriksaan kebuntingan, dan IB
(Inseminasi Buatan) dimana kemudahan tersebut dibayarkan peternak
pada saat pembayaran susu segar dari KUD Jatinom setiap 10 hari
sekali.
Saluran pemasaran II merupakan saluran yang lebih sedikit
digunakan oleh peternak yaitu sebesar 23,33 % terdiri dari 7 orang
peternak. Pada saluran ini peternak langsung menjual hasil susu segar
kepada pedagang pengumpul yang menyetorkan susu segar ke pedagang
diluar Kecamatan Jatinom yaitu di Kecamatan Tulung.
5. Biaya, Marjin, dan Keuntungan Saluran Pemasaran Susu Segar di
Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten.
Proses mengalirnya barang dari peternak ke konsumen memerlukan
biaya, dengan adanya biaya pemasaran maka suatu produk akan lebih tinggi
harganya. Semakin panjang rantai pemasaran maka biaya yang dikeluarkan
dalam pemasaran akan semakin meningkat. Untuk mengetahui besarnya biaya,
keuntungan dan marjin pemasaran susu segar, saluran pemasaran I susu segar
di Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten dapat dilihat pada Tabel berikut ini :
-
67
Tabel 25. Rata-Rata Biaya, Keuntungan dan Marjin Pemasaran Susu Segar di Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten Pada Saluran Pemasaran I
No. Uraian Rp/liter % 1. Produsen/Peternak
a. Harga Jual dari Peternak b. Biaya Pemasaran
1). Biaya Transportasi 2). Biaya Penyusutan
Jumlah Biaya c. Harga yang di terima di tingkat peternak
2.750,50 89,06
47,05 1,57 31,71 1,06
78,76 2,63 2.671,74 89,06
2. Koperasi Unit Desa (KUD) a. Harga Beli Susu Segar b. Biaya Pemasaran
1). Biaya Proses 2). Biaya Transportasi 3). Biaya Sanitasi 4). Biaya Operasional
Jumlah Biaya c. Keuntungan Pemasaran d. Marjin Pemasaran e. Harga Jual
2.750,50 89,06
77,00 2,57 30,00 1,00 68,00 2,27 10,00 0,33 185,00 6,17
143,26 4,78 328,26 10,94 3000,00 100,00
3. IPS dan Home Industry, Pedagang Pengecer, dan Konsumen Harga Beli
3000,00 100,00 4. a. Total Biaya Pemasaran
b. Total Keuntungan c. Total Marjin Pemasaran d. Bagian yang diterima peternak
263,76 8,79 143,26 4,78 328,26 10,94 89,06
Sumber: Analisis Data Primer, 2010 dianalisis
Berdasarkan Tabel 25 pada saluran pemasaran I harga yang
dibayar oleh KUD Jatinom ke responden peternak pada waktu penelitian
harga terendah adalah Rp 2.793,00 per liter dan harga tertinggi
Rp 2.833,00 per liter sehingga rata-rata harga susu segar sebesar
Rp 2.750,50 per liter, harga yang dibayarkan KUD tergantung kualitas
susu segar, dengan pembayaran oleh KUD Jatinom ke peternak dengan
cara dicicil dilakukan sebulan sebanyak tiga kali yaitu setiap tanggal 1, 11
dan 21. Selama proses pemasaran, peternak mengeluarkan biaya
transportasi dan biaya penyusutan.
-
68
Biaya transportasi adalah biaya yang dikeluarkan peternak untuk
menyetorkan susunya sampai ke TPS. Alat transportasi yang dipakai
biasanya sepeda motor. Saluran pemasaran I merupakan saluran yang
banyak digunakan oleh peternak yaitu 23 responden. Hal ini disebabkan
peternak sudah menjadi anggota KUD. Anggota KUD adalah pemilik dan
pengguna jasa KUD itu sendiri. Keanggotaan bersifat sukarela tanpa ada
paksaan dari pihak manapun. Sedangkan biaya penyusutan adalah biaya
yang dikeluarkan 23 peternak masing-masing seharga 2 liter susu untuk 10
hari penyetoran.
Proses pemasaran susu segar pada saluran I adalah dengan cara
peternak menyetor susu ke TPS kemudian dari TPS disalurkan ke KUD
dengan cara KUD menjemput susu segar dengan alat transportasi berupa
mobil truk. Biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh KUD meliputi biaya
proses, biaya transportasi, biaya sanitasi, dan biaya operasional. Masing-
masing biaya yang dikeluarkan adalah Rp 77 per liter untuk biaya proses,
Rp 30 per liter untuk biaya transportasi, Rp 68 untuk biaya sanitasi dan Rp
10 per liter untuk operasional (gaji karyawan).
Tempat yang digunakan untuk susu segar dari TPS ke KUD
menggunakan milk can. Jumlah biaya yang dikeluarkan oleh KUD Jatinom
adalah sebesar Rp 185 per liter dari iuran anggota peternak perbulan,
keuntungan pemasaran yang diperoleh KUD Jatinom adalah sebesar
Rp 143,26 per liter. Sehingga diperoleh marjin pemasaran KUD Jatinom
sebesar Rp 328,26 per liter. Biaya lebih tinggi adalah biaya proses. Hal ini
dikarenakan produk susu segar tidak tahan lama dan mudah rusak sehingga
KUD Jatinom harus segera menampung susu yang dari peternak yang
langsung dimasukkan ke cooling unit untuk proses pendinginan sampai
suhu mencapai 2-4 C ini dilakukan dengan tujuan untuk untuk
menghambat pertumbuhan bakteri dan mencapai standar kualitas yang
dikehendaki IPS karena IPS merupakan tujuan penjualan dari KUD
dengan volume penjualan terbanyak dan harga beli IPS Rp. 3.000,-/liter
sesuai dengan rata-rata standar kualitas TS 11,5% dan protein 2,65%.
-
69
Selain itu KUD Jatinom langsung menjualnya kepada home industry,
pedagang pengecer, dan konsumen rumah tangga dengan harga Rp. 3.000,-
agar KUD tidak menanggung biaya resiko yang tinggi. Biaya terendah
adalah biaya sanitasi, biaya ini dikeluarkan oleh KUD untuk membayar
kebersihan alat yang ada di KUD Jatinom maupun di TPS seperti saringan,
milk can, dan peralatan dalan pendinginan susu segar di KUD Jatinom.
Total biaya pemasaran di peroleh dari penjumlahan biaya peternak
dan biaya KUD Jatinom. Dari penjumlahan tersebut diperoleh total biaya
pemasaran sebesar Rp 263,76 per liter. Keuntungan pemasaran juga
diperoleh dari keuntungan lembaga pemasaran yaitu sebesar Rp 143,26 per
liter dan total marjin pemasaran adalah Rp 328,26 per liter.
Farmers share merupakan bagian yang diterima peternak atau
perbandingan antara harga yang diterima peternak/produsen dengan harga
yang diterima konsumen. Farmers share pada saluran pemasaran I adalah
89,06 % dan harga di tingkat konsumen adalah sebesar Rp. 3000 per liter.
Dengan melihat nilai Farmers share maka saluran pemasaran I efisien
secara ekonomi.
Berikut ini rata-rata biaya, keuntungan dan marjin pemasaran susu
segar di Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten pada saluran pemasaran II
dapat dilihat pada Tabel 26 sebagai berikut :
-
70
Tabel 26. Rata-Rata Biaya, Keuntungan dan Marjin Pemasaran Susu Segar di Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten Pada Pola Saluran Pemasaran II
No. Uraian Rp/liter % 1. Produsen/Peternak
a. Harga Jual dari Peternak b. Biaya Pemasaran
- Biaya Transportasi Jumlah Biaya
c. Harga yang di Terima ditingkat Peternak
2900,00
31,50 31,50
2868,50
97,24
1,07 1,07 97,24
2.
Pedagang Pengumpul a. Harga Beli b. Biaya pemasaran
- Biaya Tenaga Kerja c. Keuntungan d. Marjin Pemasaran e. Harga Jual
2900,00
21,43 60,07 81,50
2950,00
97,24
0,73 2,00 2,72 100,00
3. Konsumen Luar Kecamatan Jatinom Harga Beli Konsumen
2950,00
100,00
4. a. Total Biaya Pemasaran b. Total Keuntungan c. Total Marjin Pemasaran d. Bagian yang diterima peternak (Farmers Share)
52,93 60,07 81,50
1,09 2,00 2,72 97,24
Sumber: Analisis Data Primer, 2010 dianalisis
Bardasarkan Tabel 26 di atas dapat diketahui bahwa saluran
pemasaran II produsen melibatkan peranan satu lembaga pemasaran yaitu
pedagang pengumpul. Biaya transportasi pada saluran II lebih kecil
dibandingkan pada saluran I, hal ini karena peternak yang menyetorkan
susu segar ke pedagang pengumpul hanya tetangga sekitar rumah,
sehingga jarak yang ditempuh oleh produsen tidak terlalu jauh. Pada
saluran II susu segar dari produsen langsung dipasarkan kepada pedagang
pengumpul. Rata-rata produsen yang menggunakan saluran pemasaran II
beralasan karena peternak yang dulu ditolak untuk disetor ke KUD dapat
diterima di pedagang pengumpul, dan peternak juga memasarkan susu
segarnya melalui pedagang pengumpul karena harga susu segar yang
ditawarkan pedagang pengumpul lebih tinggi dari pada harga dari KUD,
dengan kualitas yang berbeda, harga ditingkat peternak tetap sama dan
-
71
hasil dari peternak dapat ditampung semua, tanpa ada yang ditolak. Total
biaya pemasaran pada saluran pemasaran II Rp 52,93 per liter. Biaya ini
diperoleh dari penjumlahan peternak dan lembaga pemasaran dan total
keuntungan dari saluran pemasaran II sebesar Rp 60,07 per liter sehingga
marjin pemasarannya sebesar Rp 81,50 per liter. Marjin pemasaran ini
diperoleh dari penjumlahan total biaya pemasaran dengan total keuntungan
pemasaran.
Farmers share adalah bagian yang diterima peternak produsen,
semakin besar nilai farmers share dan semakin kecil marjin pemasaran
maka pemasaran dapat dikatakan efisien. Pada saluran pemasaran II nilai
farmers share sebesar 97,24 % dan harga yang diterima konsumen sebesar
Rp 2950,- per liter. Pada saluran pemasaran II memiliki marjin pemasaran
yang lebih rendah dan farmers share yang lebih tinggi dibandingkan
dengan saluran pemasaran I. Sehingga dapat dikatakan saluran pemasaran
II merupakan saluran pemasaran yang lebih efisien secara ekonomi
dibandingkan dengan saluran pemasaran I. Hal ini berarti bahwa peternak
mendapatkan bagian yang lebih besar dari harga yang diterima oleh
konsumen. Sehingga diharapkan peternak dapat mensejahterakan
keluarganya.
6. Efisiensi Pemasaran Susu segar
Menurut Mubyarto (1995), analisis pemasaran dianggap efisien
apabila dianggap mampu menyampaikan hasil-hasil dari produsen kepada
konsumen dengan biaya wajar serta mampu mengadakan pembagian yang
adil dari keseluruhan harga yang dibayarkan konsumen Untuk mengetahui
efisiensi pemasaran susu segar secara ekonomis adalah dengan melihat
marjin dan bagian yang diterima peternak (farmers share) pada setiap
saluran pemasaran yang ada, dapat dilihat pada Tabel 27 dibawah ini :
-
72
Tabel 27. Efisiensi Ekonomi Saluran Pemasaran Susu Segar
No. Saluran Pemasaran Saluran
I Saluran
II 1. 2. 3. 4.
Total Biaya (Rp/Liter) Total Keuntungan (Rp/Liter) Marjin Pemasaran (Rp/Liter) Farmers Share (%)
263,76 143,26
328,26 89,06
52,93 60,07 81,60 97,24
Sumber: Analisis Data Primer, 2010 dianalisis
Berdasarkan Tabel 27 dapat dikethui bahwa saluran pemasaran I
memiliki marjin pemasaran yang lebih tinggi dibandingkan saluran
pemasaran II yaitu sebesar Rp 328,26 per liter. Hal ini disebabkan karena
pada saluran pemasaran I melibatkan peranan lembaga pemasaran, dimana
lembaga pemasaran tersebut mengeluarkan biaya pemasaran serta
penetapan tingkat keuntungan yang berakibat pada semakin tingginya
margin dan keuntungan pemasaran, serta nilai bagian yang diterima
produsen semakin rendah. Nilai farmers share pada saluran pemasaran I
adalah lebih rendah yaitu 89,06 %. Pada saluran pemasaran II marjin
pemasarannya adalah Rp. 81,60 per liter yang lebih rendah dari saluran
pemasaran I. Sedangkan nilai farmers share pada saluran pemasaran II
adalah 97,24 % lebih tinggi dari saluran pemasaran I. Berdasarkan tinggi
rendahnya marjin pemasaran dan farmers share maka saluran pemasaran II
merupakan saluran pemasaran yang lebih efisien secara ekonomis di Desa
Kayumas Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten. Hal ini dikarenakan nilai
farmers share dari saluran pemasaran II lebih tinggi dibandingkan dengan
saluran pemasaran I.
Saluran pemasaran I di Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten
merupakan saluran pemasaran yang efisien secara ekonomis, dilihat dari
nilai farmers share lebih dari 50 % yaitu 89,06 % dan nilai marjin
pemasaran yang sebesar Rp. 328,26 per liter. Saluran pemasaran II juga
merupakan saluran pemasaran efisien secara ekonomis, dilihat dari nilai
farmers share lebih dari 50 % yaitu 97,24 % dan nilai marjin pemasaran
yang sebesar Rp. 81,60 per liter.
-
73
Berdasarkan hasil penelitian kedua saluran pemasaran tersebut
efisien secara ekonomi. Tetapi saluran pemasaran II lebih efisien
dibandingkan dengan saluran pemasaran I. Hal ini disebabkan karena
semakin rendah marjin pemasaran maka semakin tinggi bagian yang
diterima peternak.
B. Pembahasan
1. Saluran dan lembaga Pemasaran Susu Segar
Susu segar merupakan hasil utama dari usaha ternak sapi perah yang
mempunyai sifat cepat rusak sehingga memerlukan penanganan khusus
dalam proses pemasarannya untuk mempertahankan kualitas susu. Dalam
rangka memperlancar penyampaian susu segar dari peternak/produsen ke
konsumen. Pemilihan saluran pemasaran yang tepat merupakan faktor
penting dalam proses penyampaian hasil susu segar dari produsen ke
konsumen, karena jika terjadi kesalahan dalam pemilihan saluran pemasaran
dapat memperlambat usaha penyaluran susu segar dari peternak sampai ke
konsumen. Terlebih untuk produk susu segar yang bersifat mudah rusak dan
tidak tahan lama, yang berperan dalam menyampaikan susu segar dari
peternak sapi perah hingga ke konsumen adalah lembaga pemasaran.
Pada penelitian ini lembaga pemasaran yang berperan dalam
menyampaikan hasil susu segar dari peternak sapi perah adalah pedagang
pengumpul dan koperasi (KUD). Lembaga-lembaga pemasaran tersebut
dituntut untuk aktif dalam memasarkan susu segar dari peternak/produsen
ke konsumen dengan nilai yang lebih tinggi. Saluran pemasaran susu segar
di Kecamatan Jatinom cukup pendek, dikarenakan sifat susu yang mudah
rusak, sehingga harus cepat diproses atau diolah.
Dari hasi penelitian diketahui terdapat dua saluran pemasaran susu
segar di Desa Kayumas Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten yaitu:
1. Peternak TPS KUD IPS, Home Industry, Pedagang Pengecer, dan Konsumen
2. Peternak Pedagang Pengumpul Pedagang Luar Kecamatan Jatinom
-
74
Saluran pemasaran I merupakan saluran yang lebih banyak
digunakan oleh peternak dalam memasarkan susu segar yaitu sebanyak 23
peternak. Pada saluran ini, susu segar dari peternak disetorkan di KUD
Jatinom dengan cara produsen menyetorkan susu segar melalui TPS yang
digunakan untuk penampungan sementara. Kegunaan dari TPS sendiri
sebagai tempat yang berada di daerah yang penduduknya banyak beternak
sapi perah, hal ini dimaksudkan agar peternak yang lokasinya jauh dari
KUD Jatinom akan lebih dekat dalam memasarkan susu segar hasil
ternaknya. Setelah sampai ke KUD Jatinom biasanya susu segar dilakukan
pengujian kualitas susu dengan menggunakan alat lactoscan. Setelah
dilakukan pengujian kemudian susu diproses untuk dilakukan pendinginan.
Kemudian dari KUD susu disalurkan atau dikirim ke IPS yang berada di
luar Kecamatan Jatinom yaitu di Jakarta (PT. Frisian Flag Indonesia) satu
kali sehari, dijual ke home industry, pedagang pengecer, dan konsumen.
Saluran pemasaran II merupakan saluran pemasaran yang lebih
sedikit digunakan oleh peternak sapi perah yaitu 7 orang dari 30 responden
produsen susu segar menggunakan saluran II dalam memasarkan susu
segarnya. Dalan saluran pemasaran ini, melibatkan peranan satu lembaga
pemasaran yaitu pedagang pengumpul. Alasan produsen memilih menjual
susu segar yang dihasilkan melalui pedagang pengumpul karena peternak
yang dulu ditolak untuk disetor ke KUD dapat diterima di pedagang
pengumpul, dengan kualitas yang berbeda, harga ditingkat peternak tetap
sama dan hasil dari peternak dapat ditampung semua, tanpa ada yang
ditolak.
Dalam pemasaran susu segar yang dilakukan pedagang pengumpul
yaitu dengan cara peternak menyetorkan susu segar kepada pedagang
pengumpul secara langsung. Produsen menyetorkan susu segar sehari 2 kali
yaitu pada pagi pukul 06.00 dan sore hari pada pukul 16.00 setelah itu
kemudian dari pedagang pengumpul kemudian disetorkan ke pedagang di
luar Kecamatan Jatinom. Cara pembayaran yang dilakukan oleh pedagang
pengumpul yaitu setiap 10 hari sekali.
-
75
Pada saluran II, penelusuran alur pemasaran berhenti pada tingkat
pedagang pengumpul. Hal ini disebabkan dalam kegiatan pemasaranya,
pedagang pengunpul memasarkan susu segar ke pedagang di luar
Kecamatan Jatinom, yang berada di Kecamatan Tulung. Sedangkan dalam
penelitian ini pemasaran dibatasi hanya pada kegiatan pemasaran yang
terjadi di Kecamatan Jatinom, sehingga pada saluran pemasaran II
penelitian berhenti pada pedagang pengumpul. Pada saluran Pemasaran II
ini peternak menjual susu segar kepada pedagang pengumpul. Penjualan
dilakukan dengan cara peternak menyetorkan langsung ke rumah pedagang
pengumpul. Kemudian dari pedagang pengumpul menjual susu segar ke
pedagang di luar Kecamatan Jatinom, dengan cara pedagang tersebut
mendatangi pedagang pengumpul.
2. Fungs-Fungsi pemasaran susu segar di Kecamatan Jatinom Kabupaten
Klaten
Lembaga pemasaran menurut Sudiyono (2002), adalah badan usaha
atau individu yang menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan
komoditi dari produsen sampai kepada konsumen akhir. Serta mempunyai
hubungan dengan badan usaha atau individu lainnya. Tugas lembaga
pemasaran adalah menjalankan fungsi pemasaran serta memenuhi
kebutuhan konsumen.
Berdasarkan hasil penelitian maka fungsi-fungsi pemasaran yang ada
di Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten antara lain melakukan fungsi
penjualan dan pembelian. Fungsi penjualan dilakukan oleh peternak,
pedagang pengumpul, pedagang pengecer dan Koperasi Unit Desa (KUD).
Fungsi penjualan merupakan faktor penting dalam menentukan berapa besar
keuntungan pemasaran yang diperoleh. Sedangkan fungsi pembelian
dilakukan oleh pedagang pengumpul, pedagang pengecer, Koperasi Unit
Desa (KUD) dan konsumen. Fungsi pembelian merupakan faktor penentu
harga jual selanjutnya oleh pedagang. Semakin besar harga penjualan maka
semakin besar pula keuntungan yang ingin diperoleh.
-
76
Proses pengangkutan/transportasi merupakan hal yang tidak dapat
diabaikan dalam proses pemasaran susu segar. Fungsi pengangkutan
dilakukan oleh lembaga pemasaran pedagang pengecer dan lembaga
perantara KUD Jatinom. Fungsi pengangkutan pedagang pengecer
dilakukan pedagang pengecer pada saat membeli susu segar di KUD dan
menjualnya ke konsumen dengan menggunakan sepeda motor, selain itu
fungsi pengangkutan dilakukan KUD untuk mengambil hasil produksi dari
produsen kemudian dapat dilakukan proses pendinginan. Fungsi
pengangkutan terdiri dari 5 truk pengangkutan susu yang dimiliki KUD
Jatinom. Jumlah kendaraan angkutan baik yang ke TPK maupun ke IPS
cukup memadai diantaranya kendaraan truk susu ke TPK berjumlah 2 unit
(unit produksi tahun 1990) sedangkan kendaraan tanki ke IPS berjumlah 3
unit produksi tahun 2001-2004, dengan kapasitas 2 unit ukuran 11 ton/tanki
dan 1 unit ukuran 10 ton/tanki. Bahan tanki terbuat dari stainless steel yang
digunakan untuk menjaga suhu susu konstan dalam perjalanan.
Sub fungsi pengangkutan yaitu mengangkut susu dari daerah kerja
yang terdiri dari 9 TPS yang tersebar dilokasi peternak anggota.
Pengangkutan susu dilakukan pada jam 05.00-06.00 WIB dan jam 15.00-
16.00 WIB. Pengangkutan bertujuan untuk mengefisiensikan waktu dan
biaya pengantaran susu bagi peternak dan meningkatkan guna waktu dan
tempat karena komoditi susu memiliki sifat yang mudah rusak sehingga
penanganan harus lebih baik.
Pada proses penyampaian susu segar dari produsen ke konsumen
pedagang pengumpul dan pedagang pengecer tidak melakukan fungsi
penyimpanan karena pada hari dimana produsen mengantarkan susu segar
maka pedagang yang berada di Luar Kecamatan langsung mengambil susu
segar tersebut ke pedagang pengumpul. Sedangkan pedagang pengecer
setiap pembelian ke KUD pada pagi hari atau sore hari langsung dijual
kepada konsumen. Selain itu KUD Jatinom melakukan fungsi penyimpanan
sementara dengan langsung dimasukkan ke cooling unit, yang melewati flat
cooler yang terdapat pada mesin tersebut, untuk proses pendinginan sampai
-
77
suhu mencapai 2-4 C ini dilakukan dengan tujuan untuk mencapai standar
kualitas yang dikehendaki IPS dan untuk menghambat pertumbuhan bakteri.
KUD juga melakukan fungsi standarisasi dan grading dengan cara
menetapkan standar kualitas susu dengan melakukan pengujian susu yang
disetorkan oleh peternak. Pengujian susu dilakukan melalui dua tempat
yaitu pada waktu di TPS dan pada waktu di KUD.
Setiap lokasi TPS yang berada di setiap desa yang mempunyai
wilayah ternak sapi perah merupakan bangunan permanen, tiang besi, atap
seng, dan alas keramik. Peralatan yang ada di setiap TPS antara lain : gun
tester, lactodensimeter, takaran, thermometer, saringan, dan milk can.
Beberapa tes yang dilakukan di TPS meliputi bau, rasa, warna, tes alkohol,
berat jenis, suhu, dan kebersihan susu, dengan standar berat jenis 1,028,
suhu 27,5C dan tes alkohol 75,3%. Pengujian susu yang dilakukan pada
waktu di KUD meliputi uji fisika dan uji AB (Anti Biotik). Uji fisika
meliputi fat, SNF, protein, laktosa, dan freez point.
Pengujian kualitas susu menggunakan mesin lactoscan, hasil
pengujian secara otomatis akan keluar selama satu menit. Sedangkan uji AB
(Anti Biotik) menggunakan alat beta star untuk mengetahui susu segar itu
mengandung anti biotik. Standar kualitas susu yang ditetapkan KUD
meliputi fat 3,3%, SNF 7,7%, protein 2,6%, kadar air maksimal 10 %,
laktosa 3,9%, dan freez point -0,52C. Harga susu segar itu diperoleh dari
kualitas TS (Total Solid) minimal 11 % dan protein 2,6%. Dan cara
perhitungan harga ditentukan dari TS x 260, dengan syarat protein minimal
2,6%. Apabila protein diatas 2,6% maka peternak akan mendapatkan
tambahan bonus sebesar Rp. 40,- per liter.
Fungsi penanggungan resiko yang ditanggung oleh KUD apabila
susu yang disetorkan ke IPS dibawah standar (TS) dan resiko yang
ditanggung apabila pada waktu tes bakteri susu tersebut banyak
mengandung bakteri diatas tiga juta, maka KUD Jatinom akan dikenakan
surat peringatan dari IPS sebanyak tiga kali, kalau lebih dari tiga kali bakteri
tetap diatas tiga juta maka susu segar tersebut akan ditolak oleh IPS, hal
-
78
tersebut akan menyebabkan KUD mengalami kerugian karena KUD tetap
membayar peternak sesuai dengan jumlah susu yang disetorkan. Selain itu
pedagang pengumpul dan KUD Jatinom melakukan fungsi penyampaian
informasi kepada pihak yang membutuhkan. Pihak yang membutuhkan
informasi dalam hal ini adalah produsen. Informasi yang disampaikan
mengenai perkembangan harga susu segar dari KUD Jatinom sesuai dengan
standar kualitas yang ditetapkan IPS.
3. Biaya, Keuntungan dan Marjin Pemasaran Susu Segar
Biaya pemasaran susu segar adalah semua biaya yang digunakan
dalam proses pemasaran. Pada saluran pemasaran I biaya dikeluarkan oleh
peternak, pedagang pengumpul dan KUD Jatinom. Total biaya pemasaran
pada saluran pemasaran I adalah Rp 263,76 per liter. Besarnya biaya ini
dikeluarkan oleh peternak sebesar Rp 47,05 per liter untuk biaya
transportasi dan Rp 31,71 untuk biaya penyusutan. Sedangkan besarnya
biaya yang dikeluarkan pedagang pengumpul sebesar Rp 21,43 per liter
yaitu biaya tenaga kerja. Berdasarkan hasil penelitian besarnya biaya
pemasaran sangat dipengaruhi oleh kegiatan pemasaran yang dilakukan oleh
peternak dan lembaga pemasaran. Biaya pemasaran lebih banyak
dikeluarkan pada saluran pemasaran I yaitu sebesar Rp 263,76 per liter.
Biaya pemasaran tersebut lebih banyak dikeluarkan oleh KUD Jatinom.
Sedangkan biaya pemasaran yang dikeluarkan oleh peternak pada saluran
pemasaran II sebesar Rp 31,50 per liter. Hal ini disebabkan karena pedagang
pengumpul mengeluarkan biaya pemasaran yaitu biaya tenaga kerja.
Sedangkan biaya yang dikeluarkan oleh peternak dalam pemasaran meliputi
biaya transportasi.
Besarnya biaya pemasaran tergantung dari banyak sedikitnya
lembaga pemasaran yang terlibat di dalam proses pemasaran. Setiap
lembaga pemasaran akan memerlukan biaya untuk proses pemasaran susu
segar, sehingga semakin besar biaya yang dikeluarkan maka akan
mempengaruhi tinggi dan rendahnya harga susu segar. Hal ini dikarenakan
-
79
peternak ataupun pedagang mempunyai harapan bahwa dengan biaya-biaya
yang telah dikeluarkan akan mendapatkan keuntungan yang maksimal.
Berdasarkan hasil penelitian total biaya pemasaran yang lebih besar
pada saluran pemasaran I yaitu sebesar Rp 185 per liter. Hal ini disebabkan
karena banyaknya biaya yang dikeluarkan unuk pemasaran yang meliputi
biaya proses, biaya transportasi, biaya sanitasi dan biaya operasional.
Sehingga akan mempengaruhi besarnya biaya pemasaran yang akan
dikeluarkan. Selain itu adanya perbedaan harga dari tingkat peternak
menyebabkan total biaya pada saluran pemasaran I menjadi lebih besar.
Keuntungan pemasaran susu segar merupakan besarnya keuntungan
yang diperoleh lembaga pemasaran. Berdasarkan hasil penelitian keuntungan
tiap-tiap lembaga pemasaran dan peternak berbeda-beda. Besarnya
keuntungan diketahui dari selisih harga jual dan harga beli dan biaya
pemasaran. Keuntungan pemasaran yang lebih besar terdapat pada saluran
pemasaran I yaitu sebesar Rp 143,26 per liter. Keuntungan pemasaran pada
saluran I sangat sedikit karena biaya pemasaran yang dikeluarkan KUD
Jatinom besar. Masing-masing lembaga pemasaran akan menentukan
keuntungan yang diambil yang sesuai dengan biaya yang dikeluarkan untuk
proses pemasaran. Pada saluran pemasaran II keuntungan pemasaran
sebesar Rp 60,07 per liter dan lembaga yang berperan adalah pedagang
pengumpul.
Marjin pemasaran terdiri dari biaya dan keuntungan yang
dikeluarkan oleh lembaga pemasaran. Berdasarkan hasil penelitian marjin
pemasaran yang lebih tinggi adalah pada saluran pemasaran I yaitu Rp
328,26 per liter. Hal ini disebabkan karena banyaknya biaya pemasaran
yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran yang berperan dalam saluran
pemasaran ini. Marjin pemasaran yang tinggi akan menyebabkan harga susu
segar dikonsumen semakin tinggi. Pada saluran pemasaran II marjin
pemasaran sebesar Rp 81,50 per liter. Besarnya biaya, keuntungan dan
marjin pemasaran tiap-tiap lembaga pemasaran berbeda-beda. Dengan
adanya perbedaan biaya yang dikeluarkan olen lembaga pemasaran dan
-
80
perbedaan keuntungan yang diambil oleh lembaga pemasaran maka semakin
panjang saluran pemasaran semakin besar pula biaya pemasaran. Hal ini
dikarenakan tiap-tiap lembaga pemasaran mengeluarkan biaya yang berbeda
dan mengambil keuntungan yang berbeda dengan harapan dapat
memperoleh keuntungan yang maksimal.
4. Efisiensi Pemasaran Susu Segar
Menurut Rasyaf (1996), pemasaran dapat dikatakan efisien apabila
mampu menyampaikan hasil pertanian dari produsen ke konsumen dengan
biaya semurah-murahnya dan mampu mengadakan pembagian keuntungan
yang adil kepada semua pihak yang ikut serta dalam kegiatan pemasaran
dari keseluruhan harga yang dibayarkan konsumen akhir. Saluran
pemasaran dikatakan efisien apabila masing-masing saluran pemasaran
mempunyai persentase marjin pemasaran yang rendah dan nilai farmers
share yang tinggi.
Farmers share pada saluran pemasaran I sebesar 89,06 %, dan pada
saluran pemasaran II sebesar 97,24 %. Berdasarkan tinggi rendahnya marjin
pemasaran maka saluran pemasaran II merupakan saluran pemasaran yang
lebih efisien secara ekonomis dibandingkan dengan saluran pemasaran I.
Hal ini disebabkan karena pada saluran pemasaran II biaya yang
dikeluarkan dalam proses pemasaran rendah, sehingga marjin pemasarannya
rendah dan nilai farmers share nya tinggi. Sedangkan pada saluran
pemasaran I melibatkan peranan lembaga pemasaran, dimana lembaga
pemasaran tersebut mengeluarkan biaya pemasaran tinggi seperti biaya
proses. Sehingga KUD Jatinom harus bisa menekan biaya proses untuk
meminimalkan biaya yang dikeluarkan. Serta penetapan tingkat keuntungan
yang berakibat pada semakin tingginya margin dan keuntungan pemasaran.