document1

3
1.1 Mikropaleontologi Mikropaleontologi merupakan cabang dari ilmu paleontologi yang mempelajari sisa-sisa organisme yang telah terawetkan di alam berupa fosil yang berukuran mikro. Mikropaleontologi juga didefinisikan sebagai suatu studi sistematik yang membahas mikrofosil, klasifikasi, morfologi, ekologi dan mengenai kepentingannya terhadap stratigrafi. Dalam praktikum mikropaleontologi ini dipelajari foraminifera sampai tingkat spesies. Foraminifera plankton pertama kali muncul pada Jaman Yura (Dogger) yang diwakili oleh golangan Globigerinidae. Selanjurnya golongan ini berkembang secara kosmopolitan meningkat terus hingga jaman Tersier dan Kuarter. Umumnya fosil mikro berukuran lebih kecil dari 5 mm, namun ada diantaranya yang berukuran sampai 19 mm seperti halnya genus Fusulina. 1.2 Kegunaan Fosil Foraminifera Fosil foraminifera sering dipakai untuk memecahkan problem geologi terutama bagi perusahaan - perusahaan minyak walaupun akhir-akhir ini peranannya sedikit tergeser oleh teknologi yang lebih maju yaitu dengan diketemukannya fosil nannoplankton yang ukurannya fantastik kecil (3-40 mikron). Karena itu dalam pengamatannya diperlukan mikroskop dengan perbesaran minimum 5000 x bahkan 20.000 kali, Kegunaan fosil foraminifera adalah: a. Untuk menentukan umur relatif batuan yang mengandungnya. b. Membantu dalam studi Lingkungan pengendapan atau fasies. c. Korelasi stratigrafi dari suatu daerah dengan daerah lain, baik korelasi permukaan atau bawah peimukaan. d. Membantu menentukan batas-batas suatu transgresi dan regresi, misalnya dengan menggunakan foraminifera benthos Rotalia beccarii (fosil penciri daerah transgresi), Gyroidina soldanii (fosil penciri bathyal atas) dan lain-lain. e. Bahan penyusun biostratigrafi. Berdasarkan kegunaannya, maka dikenal beberapa istilah yaitu : 1. Fosil Indeks / Fosil penunjuk / Fosil Pandu Fosil yang digunakan sebagai penunjuk umur relatif. Pada umumnya jenis fosil ini mernpunyai penyebaran vertikal pendek dan penyebaran lateral luas serta mudah dikenal. 2. Fosil Bathimetri / Fosil Kedalaman Fosi1 yang dapat digunakan untuk menentukan lingkungan pengendapan. Pada umumnya yang dipakai adalah benthos yang hidup di dasar. Contoh : Elphidium spp penciri lingkungan transisi (Tipsword, 1966). 3. Fosil Horison / Fosil Lapisan / Fosil Diagnostik / Fosil Kedalaman Fosil yang mencirikan atau khas tecdapat di dalam lapisan yang bersangkutan. Contoh : Globorotalia tumida (penciri N18). 4. Fosil Lingkungan Fosil yang dapat dipergunakan sebagai petunjuk lingkungan sedimentasi. Contoh : Radiolaria sebagai penciri laut dalam. 5. Fosil Iklim Fosil yang dapat digunakan sesuai penunjuk iklim pada saat itu. Contoh : (Globigerina pachiderma penciri iklim dingin (2-5). 1.3 Makna dan Tata Cara Penamaan Fosil Seorang sarjana Swedia , Carl Von Line (1707 - 1778) yang kemudian melahirkan namanya menjadi Carl Von Linnaeus membuat suatu hukum yang dikenal LAW OF PRIORITY (1958), yang pada pokoknya menyebutkan bahwa narna yang telah dipergunakan pada suatu individu tidak dipergunakan untuk nama individu yang lain. Nama kehidupan pada tingkat genus terdiri dari satu kata, sedangkan tingkat spesies terdiri dari dua kata, tingkatan subspesies terdiri dari tiga kata. Nama - nama kehidupan selalu diikuti oleh orang yang menemukannya. Beberapa contoh penamaan fosil adalah sebagai berikut : - Globorotalia menardii exulis Blow, 1969 atau Globorotalia menardii exilis Blow, 1969 . Penamaan fosil hingga subspesies diketemukan oleh Blow, tahun 1969 - Glororotalia humerosa n.sp. TAKAYANAGI & SAITO, 1962 atau Globorotalia humerosa n.sp. TAK AYANAGI & SAITO, 1962 n.sp. artinya spesies baru - Globorotalia ruber elongatus (D'ORBIGNY), 1862 Atau Globorotalia ruber elongatus (D,ORBIGNY), 1862 Penemuan pertama dari fosil tersebut adalah D'ORBIGNY dan pada tahun 1862 fosil tersebut diubah oleh ahli yang lain yang menemukannya. Hal ini sebagai penghormatan pada penemu pertama kali nama fosil tersebut tetap dicantumkan dalam kurung. - Pleumotora carinata GRAY, Var woodwardi MARTIN atau Pleumotora carinata GRAY, Van woorwadi MARTIN

Upload: oliz-adityaraka

Post on 13-Dec-2015

222 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

56y7rtyer

TRANSCRIPT

Page 1: Document1

1.1 Mikropaleontologi

Mikropaleontologi merupakan cabang dari ilmu paleontologi yang mempelajari sisa-sisa organisme yang telah terawetkan di alam berupa fosil yang berukuran mikro. Mikropaleontologi juga didefinisikan sebagai suatu studi sistematik yang membahas mikrofosil, klasifikasi, morfologi, ekologi dan mengenai kepentingannya terhadap stratigrafi.

Dalam praktikum mikropaleontologi ini dipelajari foraminifera sampai tingkat spesies. Foraminifera plankton pertama kali muncul pada Jaman Yura (Dogger) yang diwakili oleh golangan Globigerinidae. Selanjurnya golongan ini berkembang secara kosmopolitan meningkat terus hingga jaman Tersier dan Kuarter. Umumnya fosil mikro berukuran lebih kecil dari 5 mm, namun ada diantaranya yang berukuran sampai 19 mm seperti halnya genus Fusulina.

1.2 Kegunaan Fosil Foraminifera

Fosil foraminifera sering dipakai untuk memecahkan problem geologi terutama bagi perusahaan - perusahaan minyak walaupun akhir-akhir ini peranannya sedikit tergeser oleh teknologi yang lebih maju yaitu dengan diketemukannya fosil nannoplankton yang ukurannya fantastik kecil (3-40 mikron). Karena itu dalam pengamatannya diperlukan mikroskop dengan perbesaran minimum 5000 x bahkan 20.000 kali, Kegunaan fosil foraminifera adalah:

a. Untuk menentukan umur relatif batuan yang mengandungnya.b. Membantu dalam studi Lingkungan pengendapan atau fasies.c. Korelasi stratigrafi dari suatu daerah dengan daerah lain, baik korelasi permukaan atau bawah peimukaan.d. Membantu menentukan batas-batas suatu transgresi dan regresi, misalnya dengan menggunakan foraminifera

benthos Rotalia beccarii (fosil penciri daerah transgresi), Gyroidina soldanii (fosil penciri bathyal atas) dan lain-lain.

e. Bahan penyusun biostratigrafi.Berdasarkan kegunaannya, maka dikenal beberapa istilah yaitu : 1. Fosil Indeks / Fosil penunjuk / Fosil PanduFosil yang digunakan sebagai penunjuk umur relatif. Pada umumnya jenis fosil ini mernpunyai penyebaran vertikal pendek dan penyebaran lateral luas serta mudah dikenal.

2. Fosil Bathimetri / Fosil Kedalaman

Fosi1 yang dapat digunakan untuk menentukan lingkungan pengendapan. Pada umumnya yang dipakai adalah benthos yang hidup di dasar.Contoh : Elphidium spp penciri lingkungan transisi (Tipsword, 1966).

3. Fosil Horison / Fosil Lapisan / Fosil Diagnostik / Fosil Kedalaman

Fosil yang mencirikan atau khas tecdapat di dalam lapisan yang bersangkutan. Contoh : Globorotalia tumida (penciri N18).

4. Fosil Lingkungan

Fosil yang dapat dipergunakan sebagai petunjuk lingkungan sedimentasi. Contoh : Radiolaria sebagai penciri laut dalam.

5. Fosil Iklim

Fosil yang dapat digunakan sesuai penunjuk iklim pada saat itu. Contoh : (Globigerina pachiderma penciri iklim dingin (2-5).

1.3 Makna dan Tata Cara Penamaan FosilSeorang sarjana Swedia , Carl Von Line (1707 - 1778) yang kemudian melahirkan namanya menjadi

Carl Von Linnaeus membuat suatu hukum yang dikenal LAW OF PRIORITY (1958), yang pada pokoknya

menyebutkan bahwa narna yang telah dipergunakan pada suatu individu tidak dipergunakan untuk nama individu yang lain.

Nama kehidupan pada tingkat genus terdiri dari satu kata, sedangkan tingkat spesies terdiri dari dua kata, tingkatan subspesies terdiri dari tiga kata. Nama - nama kehidupan selalu diikuti oleh orang yang menemukannya.

Beberapa contoh penamaan fosil adalah sebagai berikut :- Globorotalia menardii exulis Blow, 1969 atau Globorotalia menardii exilis Blow, 1969 . Penamaan fosil

hingga subspesies diketemukan oleh Blow, tahun 1969

- Glororotalia humerosa n.sp. TAKAYANAGI & SAITO, 1962 atau Globorotalia humerosa n.sp. TAK AYANAGI & SAITO, 1962 n.sp. artinya spesies baru

- Globorotalia ruber elongatus (D'ORBIGNY), 1862

Atau

Globorotalia ruber elongatus (D,ORBIGNY), 1862Penemuan pertama dari fosil tersebut adalah D'ORBIGNY dan pada tahun 1862 fosil tersebut diubah oleh ahli yang lain yang menemukannya. Hal ini sebagai penghormatan pada penemu pertama kali nama fosil tersebut tetap dicantumkan dalam kurung.

- Pleumotora carinata GRAY, Var woodwardi MARTIN

atau

Pleumotora carinata GRAY, Van woorwadi MARTIN

Yang artinya GRAY memberikan nama spesies sedangkan MARTIN memberikan nama varietas.

- Globorotalia acostaensis pseudopima n.sbsp BLOW, 1969

atau

Globorotaliu acostaensisp.seudapinta n.sbsp BLOW, 1969

n.sbsp artinya subspesies baru.

- Dentalium (s.str) ruteni MARTIN atau Dentalium (s.str) ruteni MARTINArtinya fosil yang ditemukan tersebut sinonim dengan Dentalium ruteni MARTIN yang diumumkan sebelumnya.

- Globigerina angulisuturalis ? atau Globigerina angulisuturalis ? Artinya tidak yakin apakah betul Globigerina angulisuturalis

- Globorotalia cf. tumida atau Globorotalia cf. tumida Artinya tidak yakin apakah bentuk ini betul Globorotalia tumida tetapi dapat dibandingkan dengan spesies ini. (cf = confer).

- Shpaeroidinella aff dehiscens atau Shpaeroidinella aff. DehiscensArtinya bentuk ini berdekatan (berfamili) dengan Sphaeroidinella dehiscens. (aff= affiliation)

- Ammobaculites spp. atau Ammohaculites spp. Mempunyai bermacam - macam spesies.

- Recurvoides sp. Atau Recurvoides sp. Artinya spesies (nama spesies belum dijelaskan)

Page 2: Document1

1.4 Pengukuran Penampang Startigrafi1.5. Sistematika PaleontologiPada umumnya studi mikrofosil yang rinci, biasanya disertai dengan pembahasan sistematika paleontolgi, antaralain meliputi taksonominya. Urutan klasifikasi makhluk hidup, sesuai dengan "ranking" atau kedudukannya, untuk foraminifera dan salah satu jenis hewan adalah sebagai berikut :

Kingdom Protista Animalia

Filum Protozoa Chordata

Klas Sarcodina Mammalia

Ordo Foraminifera Carnivora

Famili Globigerinidae Felidae

Genus Globigerina Felis

Spesies Nepenthes Cattus

Salah satu contoh urutan klasifikasi, dalarn pembahasan Sistematika Paleontologi adalah sebagai berikut :

Kingdom Protista Haeckel, 1866

Filum Protozoa Goldfuss, I 818

Klas Sarcodina Hertwig & Lesser, 1874

Ordo Foraminiferida Eichwald, 1830

Famili Globigerinidae Carpenter, Parker, & Jones, 1862

Genus Globigerina d'Orbigny, 1826

Spesies Globigerina Venezuelana Hedberg, 1937

1.6. Teknik Penyajian Fosil1.6.1 Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel batuan di lapangan hendaknya diperhatikan tujuan yang akan kita capai. Mendapatkan sampel yang baik diperhatikan interval jarak tertentu tetutama, untuk menyusun biostratigrafi.

Kriteria - kriteria pengambilan sampel batuan, meliputi :a. Memilih sampel batuan yang insitu dan bukan berasal dari talus, karena dikhawatirkan fosilnya sudah

tidak insitu.b. Batuan yang berukuran butir halus lebih memungkinkan mengandung fosil, karena batuan yang

berbutir kasar tidak dapat mengawetkan fosil atau kemungkinan fosilnya rusak. Contoh batuan yang diambil sebaiknya dari batuan lempung (clay), serpih (shale), napal (marl), tufa napalan (marly tuff), batugamping bioklastik, batugamping dengan campuran batupasir sangat halus.

c, Batuan yang lunak akan memudahkan dalam proses pemisahan fosil.d. Jika endapan turbidit, diambil pada batuan yang berbutir halus, yang diperkirakan merupakan endapan

suspensi yang juga mencerminkan kondisi normal airnya.1.6.2 Penguraian / PencucianProses pencucian batuan dilakukan dengan cara yang umum sebagai berikut: - Batuan sedimen ditumbuk dengan palu karet atau palu kayu hingga ukuran diameternya 3 - 6 mm- Melarutkan dalam larutan H2O2 (hidrogen peroksida) 50% dan diaduk. atau dipanaskan.- Kemudian mendiamkan sampai butiran batuan tersebut terlepas semua (24 jam), jika fosil masih nampak

kotor dapat ditakukan perendaman dengan air sabun, lalu dibilas dengan air bersih.- Selanjutnya dikeringkan dengan terik matahari dan siap untuk diayak. 1 . 6 . 3 P e m i s a h a n F o s i lLangkah awal menganalisa, perlu diadakan penmisahan fosil dari kotoran butiran yang bersamanya. Cara pengambilan fosil - fosil tersebut dengan jarum dari cawan tempat contoh batuan untuk memudahkan dalam pengambilan fosilnya perlu disediakan air (jarum dicelupkan terlebih dahulu sebelum pengambilan fosil). Peralatan yang dibutuhkan dalam pemisahan fosil antara lain :

- cawan untuk tempat contoh batuan - jarum untuk mengambil fosil- kuas bulu halus - cawan tempat air - lem untuk merekatkan fosil - tempat. fosil

- mikroskopFosil yang telah dipisahkan diletakkan pada plate (tempat fosil).

1.7. Pengenalan Alat Dalam praktikum Mikropaleontologi digunakan alat berupa mikroskop untuk pengamatan mikrofosil. Bagian-bagian dari mikroskop serta kegunaannya dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Lensa okuler yang dekat dengan mata 2. Lensa obyektifyang dekat dengan obyek 3. Meja tempat meletakkan sampel yang dianalisa 4. Lensa 5. Cermin untuk menangkap sinar yang masuk 6. Penggerak mistar 7. Penggerak kasar untuk memfokuskan obyek yang diamati Penggerak hat us untuk memperjelas obyek yang diamati

Susunan kamar pada fora.minifera plankton dapat dibagi :

a. Planispiral, sifat terputar pada satu bidang, semua kamar terlihat, pandangan serta jumlah kamar ventral dan dorsal sama. Contoh : Hastigerina

b. Trochospiral, sifat terputar tidak pada satu bidang, tidak semua kamar terlibat, pandangan serta jumlah kamar ventral dan dorsal tidak sama. Contoh: Globigerina

c. Streptospiral, Sifat mula-mula trochospiral, kemudian planispiral sehingga menutupi sebagian atau seluruh kamar-kamar sebelumnya. Contoh: Pulleniatina

Page 3: Document1

2.2 Septa dan Suture

Septa adalah bidang yang merupakan batas antara kamar satu dengan yang lainnya, biasanya terdapat lubang-lubang halus yang disebut dengan foramen. Septa tidak dapat dilihat dari luar test, sedangkan yang tampak pada dinding luar test hanya berupa garis yang disebut suture.Suture merupakan garis yang terliliat pada dinding luar test, merupakan perpotongan septa dengan dinding kamar. Suture penting dalam pengklasifikasian foraminifera karena beberapa spesies memiliki suture yang khas. Macam-macam bentuk suture adalah :

Tertekan (melekuk), rata, atau muncul dipermukaan test. Contoh : Chilostomella colina, untuk bentuk suture tertekan

Lurus, melengkung lemah, sedang atau kuat. Contoh : orthomorphiao challengeriana, untuk bentuk suture lurus.

Suture yang mempunyai hiasan. Contoh : Elphindium incertum, untuk bentuk hiasan yang berupa bridge.