document1
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Benua maritim Indonesia merupakan wilayah yang unik di sekitar kawasan ekuatorial.
Secara geografis wilayah kepulauan Indonesia terletak di antara benua Asia-Australia dan
Samudera Hindia-Pasifik. Pengaruh letak topografi dan letak geografi suatu wilayah dapat
menjadi penyebab utama terjadinya perubahan cuaca, khusunya pada wilayah pulau atau
kepulauan dengan deretan pegunungan yang tinggi. Selain itu, dapat juga menyebabkan
terjadinya variasi hujan pada suatu kawasan.
Secara umum curah hujan di wilayah Indonesia didominasi oleh adanya pengaruh beberapa
fenomena, salah satunya yaitu osilasi atmosfer yang terjadi disuatu wilayah tersebut. Osilasi
dalam metereologi merupakan istilah yang merujuk pada perilaku keteraturan penjalaran
gelombang atmosfer. Sedangkan osilasi atmosfer itu sendiri merupakan gejala atmosfer yang
terjadi karena ketidak samaan energy matahari yang diterima dipermukaan bumi.
Osilasi yang terjadi di atmosfer terbagi atas beberapa osilasi yang terjadi pada waktu dan
siklus yang berbeda, diantaranya osilasi sub musiman (MJO), osilaso setengah tahunan (SAO),
osilasi satu tahunan (AO), dan osilasi 3-7 tahunan (QBO dan ENSO). Selanjutnya pada makalah
ini akan diulas lebih dalam lagi tentang QBO beserta proses dan pengaruhnya terhadap cuaca
dan iklim.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimanakah mekanisme dan proses terjadinya QBO?
2. Bagaimanakah pengaruh QBO terhadap perubahan cuaca dan iklim di Indonesia?
C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk mengetahui salah satu osilasi yang terjadi di atmosfer yaitu Quasi Biennial Osci-
lation (QBO).
2. Sebagai salah satu sumber bacaan dalam mata kuliah fisika atmosfer.
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN QUASI BIENNIAL OSCILLATION
Osilasi, dalam meteorologi, merupakan istilah yang merujuk pada perilaku keteraturan
penjalaran gelombang atmosfer. Gelombang di atmosfer memiliki periode penjalaran yang
berbeda-beda, dari orde detik hingga orde ratusan tahun. Orde detik misalnya gelombang
gravitasi. Orde ratusan tahun misalnya meningkatnya temperatur permukaan bumi setelah zaman
es hingga sekarang.
Quasi Biennal Oscillation berarti osilasi gelombang ini memiliki periode dua tahun. QBO
adalah suatu fenomena berputarnya angin tropikal di stratosfer bawah dari arah timur ke arah
barat yang terjadi dalam waktu dua tahun sekali. Perputaran ini akan memengaruhi transport
ozon. Bila di stratosfer berembus angin baratan maka ozon pada lintang menengah dan kutub
akan berkurang sekitar 6%–8%. Sebaliknya, bila angin timuran berhembus akan meningkatkan
konsentrasi ozon. Perputaran dari angin zonal (baratan) menjadi timuran ini memiliki orde yang
bervariasi antara 22 hingga 34 bulan. Orde rata-rata adalah 27 bulan. Fenomena QBO ini telah
diteliti menyebabkan terbentuknya anomaly ozon di wilayah tropis.
B. PROSES DAN MEKANISME QUASI BIENNIAL OSCILLATION
Holton dan Lindzen adalah orang yang pertama sekali mengusulkan model QBO yang
didasarkan pada perambatan gelombang vertikal (Kelvin and Rossby-gravity vawe). Awalnya
osilasi perambatan gelombang vertikal ini diduga sebagai efek dari Semi Annual Oscillation
(SAO) pada lapisan atas stratosfer yang memegang peranan penting dalam proses QBO. Namun
ternyata dugaan mereka salah. Efek ini merupakan bentukan dari proses QBO.
Pada lapisan stratosfer, pengaruh signifikan dari gelombang Kelvin dan gelombang
gravitasi Rossby sangat besar. Kedua gelombang ini bergerak lebih cepat pada lapisan ini dan
merupakan faktor yang sangat penting untuk kesetimbangan momentum pada atmosfer tengah
ekuator. Kelvin wave menetukan aliran angin barat dan Rossby-gravity wave menentukan angin
timur. Skala meridional gelombang Kelvin mencapai 1300-1700km dan gelombang gravitasi
Rossby mencapai 1000-1500km. Ini adalah gagasan yang digunakan oleh Plumb untuk
menentukan osilasi QBO, bahwa gelombang Kelvin ekuatorial menyediakan momentum angin
barat dan gelombang gravitasi Rossby menciptakan momentum angin timur yang keduanya akan
mengahasilkan osilasi QBO di stratosfer.
3
Analogi Plumb untuk QBO dalam 6 tingkatan. Gelombang merah dan biru
mengindikasikan gelombang angin dari arah barat dan timur.
Gambar 1. Analogi Plumb untuk konsep Model QBO dalam 6 tingkatan (Plumb, 1977)
4
Keterangan :
Pada gambar 1 (a), amplitudo angin barat dan timur mengalami penurunan selama total
momentum perambatan gelombang ke atas tepat dibawah percepatan angin maksimum. Ketika
zona perpotongan angin barat cukup tipis, maka terjadi difusi yang menghancurkan angin barat
dan gelombang angin barat dapat merambat ke level yang tinggi melalui aliran angin timur
sehingga terbentuklah angin timur gambar 1(b). Perambatan angin barat berhamburan pada
ketinggian yang lebih besar dan menghasilkan sebuah percepatan angin barat menuju suatu rezim
angin barat yang baru gambar 1(c). Gambar 1(d) menunjukan kedua resim menurun ke bawah
sampai zona perpotongan angin timur diserang untuk ditembus dan angin timur kemudian
merambat ke ketinggian yang lebih tinggi gambar 1(e). Dan kemudian membentuk resim angin
timur yang baru.
Secara teoritis kita dapat menyimpulkan gambar di atas bahwa jika momentum perambatan
gelombang vertikal meredam ( amplitudo mengecil dan energi melemah) dan gelombang ini
searah dengan distribusi angin zonal maka akan terbentuk penguatan angin baratan atau timuran.
Kelvin dan Rosby-gravity wave merupakan jenis perambatan gelombang vertikal yang
menentukan arah pergerakan fase QBO. Kedua gelombang ini akan memberikan momentum
untuk terbentuknya QBO. Ketika momentum mengalami perubahan maka akan timbul gaya yang
menggerakan massa udara ( Hk. Newton dan teorema impuls-momentum). Jadi secara garis
besar kedua gelombang ini berfungsi sebagai gaya yang menggerakan massa udara.
Mekanismenya adalah sebagai berikut, pada saat mean zona flow wind (distribusi angin
zonal) pada lapisan troposfer bergerak ke timur maka terbentuk kelvin wave yang bergerak
berlawanan arah, gelombang ini terus merambat secara horizontal dan naik secara vertikal
hingga ke lapisan stratosfer. Pada saat gelombang ini naik maka amplitudonya mengecil dan
mengalami peredaman mengikuti aliran distribusi angin baratan pada lapisan stratosfer. Pada saat
arah gelombang ini searah dengan distribusi angin zonal maka akan terbentuk angin baratan yang
kuat selama dua tahun ( Energi Kelvin wave + energi angin Zonal). Begitu juga pada fase QBO
interval berikutnya, pada saat ditroposfer terdapat angin timur maka Rosby-gravity wave akan
terbentuk dan naik ke atas lapisan stratosfer sehingga memperkuat momentum untuk
terbentuknya angin timur.
5
Jadi dapat kita simpulkan bahwa QBO terbentuk karena adanya momentum yang
dihasilkan oleh kedua gelombang ini. Selain itu untuk terbentuknya QBO dibutuhkan juga energi
yang tinggi (konvektif skala besar) untuk digunakan sebagai gaya pendorong kedua gelombang
atmosfer tersebut. QBO hanya terjadi di daerah sekitar ekuator karena Kelvin dan Rossby gravity
wave hanya akan terbentuk secara kuat di daerah konveksi tinggi yaitu di sekitar ekuator 12o
LU/LS. Alasannya karena daerah ini menyediakan energi yang cukup besar untuk menciptakan
kedua gelombang ini dan mengangkatnya hingga ke lapisan stratosfer. Meskipun daerah
subtropik memiliki daerah front atau daerah pembentukan awan tetapi QBO tidak terjadi di
daerah ini karena energi yang dihasilkan tidak cukup kuat untuk mengangkat gelombang
atmosfer ini ke lapisan atas (stratosfer) untuk menghasilkan osilasi.
Kedua gelombang ini terjadi secara bergantian dalam interval waktu yang berbeda. Pada
saat Kelvin wave menguat maka Rossby-gravity wave tidak terbentuk dan sebaliknya inilah yang
mengakibatkan siklus 2 tahunan QBO.
C. WAKTU TERJADINYA QUASI BIENNIAL OSCILLATION
Tabel 1. Data fenomena osilasi atmosfer tipe Quasi Biennial Oscilation (QBO)
Dari tabel Terlihat bahwa fenomena osilasi atmosfer Quasi Biennial Osci-lation (QBO)
terjadi sebanyak 7 kali yaitu tahun 2002 sampai dengan tahun 2011. Tahun 2002 sampai dengan
2004, tidak terjadi osilasi atmosfer Quasi Biennial Oscilation (QBO) di daerah Kota Padang,
begitu juga pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 juga tidak terjadi osilasi 2 tahunan
tahunan atau QBO. Tahun 2010 fenomena osilasi tipe QBO terjadi 5 kali osilasi atmosfer
sedangkan tahun berikutnya yaitu tahun 2011 terjadi 1 kali osilasi atmosfer tipe QBO yaitu pada
6
hari ke 3567-3602 terjadi pada tang-gal 7 Oktober-11 November 2011 dengan perioda osilasi
510-580 harian.
D. PENGARUH QBO DI INDONESIA (CUACA DAN IKLIM)
Untuk mengetahui pengaruh QBO di Indonesia dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2. Fast Fourier Transform dari data konsentrasi ozon total Indonesia 1997–2005
Pada Gambar 2. dapat diketahui bahwa periodisitas ozon yang paling dominan adalah satu
tahun atau 11,33 bulan. Hal ini ditunjukkan dengan nilai spektrum densitas energi sekitar 15 x
104. Hal ini sesuai dengan pendapat Masato Shiotani (1992) yang menjelaskan bahwa
periodisitas dominan variasi ozon total berturut-turut adalah 1 tahunan dan 2 tahunan (quasi-
biennal). Kesimpulan ini didasarkan Masato pada penelitiannya mengenai variasi ozon total di
ekuator menggunakan data 11 tahun (1979–1989) yang diperoleh dari Satelit Nimbus 7.
Pendapat serupa juga dinyatakan oleh Londhe A.L., dkk. (2005) yang menjelaskan bahwa osilasi
yang dominan di wilayah ekuator adalah osilasi tahunan, QBO, ENSO, dan siklus matahari.
QBO ditunjukkan oleh periode 25,5 bulan dengan energi spectral sekitar 6 x 104. Pada
penelitian sebelumnya, diperoleh hipotesis yang kuat mengenai kaitan antara variabilitas ozon
total dan fenomena QBO yang ditemukan pertama kali pada tahun 1950. Seperti dijelaskan
sebelumnya, QBO merupakan fenomena pergerakan dan perubahan angin zonal (timur-barat) di
7
lapisan stratosfer yang terjadi di wilayah ekuator. Pergantian angin timur menjadi angin barat
tersebut terjadi di stratosfer ekuator dalam periode 28–29 bulan. Fenomena ini mengakibatkan
terbentuknya daerah kekuasaan angin (wind regimes) di puncak stratosfer bagian rendah (lower
stratosphere) yang bergerak ke bawah sekitar satu kilometer tiap bulan hingga energi angin
tersebut terdisipasi di lapisan tropopause tropis. Pergerakan angin timur menuju ke bawah
umumnya lebih acak dibandingkan angin barat. Amplitudo fase angin timur sekitar dua kali lebih
kuat dibandingkan angin barat. Di bagian atas daerah QBO secara vertikal, angin timur lebih
dominan ditemukan sementara di bagian bawah lebih banyak terjadi angin barat. Pergerakan
angin barat dan angin timur inilah yang telah memengaruhi pergerakan ozon di lapisan stratosfer
terutama di wilayah ekuator.
8
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
QBO adalah suatu fenomena berputarnya angin tropikal di stratosfer bawah dari arah
timur ke arah barat yang terjadi dalam waktu dua tahun sekali. Fenomena QBO ini telah diteliti
menyebabkan terbentuknya anomaly ozon di wilayah tropis. Model QBO ini didasarkan pada
perambatan gelombang vertikal (Kelvin and Rossby-gravitywave) yang merupakan bentukan
dari proses QBO.
Pada lapisan stratosfer, pengaruh signifikan dari gelombang vertikal ini sangat penting
untuk kesetimbangan momentum pada atmosfer tengah ekuator. Kelvin wave menetukan aliran
angin barat dan Rossby-gravity wave menentukan angin timur. Skala meridional gelombang
Kelvin mencapai 1300-1700km dan gelombang gravitasi Rossby mencapai 1000-1500km.
Gelombang kelvin ekuatorial menyediakan momentum angin barat dan gelombang gravitasi
Rossby menciptakan momentum angin timur yang keduanya akan mengahasilkan osilasi QBO
di stratosfer.
Fenomena osilasi atmosfer Quasi Biennial Osci-lation (QBO) terjadi sebanyak 7 kali
yaitu tahun 2002 sampai dengan tahun 2011. Fenomena ini mengakibatkan terbentuknya
daerah kekuasaan angin (wind regimes) di puncak stratosfer bagian rendah (lower
stratosphere) yang bergerak ke bawah sekitar satu kilometer tiap bulan hingga energi angin
tersebut terdisipasi di lapisan tropopause tropis. Pergerakan angin timur menuju ke bawah
umumnya lebih acak dibandingkan angin barat. Amplitudo fase angin timur sekitar dua kali
lebih kuat dibandingkan angin barat. Di bagian atas daerah QBO secara vertikal, angin timur
lebih dominan ditemukan sementara di bagian bawah lebih banyak terjadi angin barat.
Pergerakan angin barat dan angin timur inilah yang telah memengaruhi pergerakan ozon di
lapisan stratosfer terutama di wilayah ekuator.
9
DAFTAR PUSTAKA
Arista, Anggia, dkk. 2013. Analisis Variasi Curah Hujan Harian untuk Menentukan Ragam
Osilasi Atmosfer di Kota Padang, MEGASAINS Buletin GAW, , Vol. 1. April 2013, 34-
43. Bukit Kototabang.
Ambarsari, Novita dan Erma Yulihastin. 2011. Pengaruh Osilasi Tahunan dan Enso Terhadap
Variabilitas Ozon Total Indonesia. Jurnal Metorologi dan Geofisika LAPAN, Volume 34,
Edisi Khusus 2011, Bandung.