document1

14
1. Teori Kebisingan Kebisingan (noise) adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki atau mengganggu. 1 Sesuai keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: Kep- 51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisik di tempat kerja, kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran. 2. Teknik Pengukuran Bunyi Tingkat kekuatan atau kekerasan bunyi diukur dengan alat yang disebut Sound Level Meter (SLM). Alat ini terdiri dari mikrofon, amplifier, weighting network, dan layar display dalam satuan decibel dB(A). Gambar 1. Sound Level Meter 1 P.K. Suma’mur. 1967. Hiegiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Gunung Agung, Hal. 57.

Upload: lia-armaya

Post on 10-Nov-2015

222 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

kebisingan

TRANSCRIPT

1.Teori KebisinganKebisingan (noise) adalah bunyi atau suara yang tidak dikehendaki atau mengganggu.[footnoteRef:2] [2: P.K. Sumamur. 1967. Hiegiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: Gunung Agung, Hal. 57.]

Sesuai keputusan Menteri Tenaga Kerja Nomor: Kep-51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor Fisik di tempat kerja, kebisingan adalah semua suara yang tidak dikehendaki yang bersumber dari alat-alat proses produksi atau alat-alat kerja yang pada tingkat tertentu dapat menimbulkan gangguan pendengaran.

2.Teknik Pengukuran BunyiTingkat kekuatan atau kekerasan bunyi diukur dengan alat yang disebut Sound Level Meter (SLM). Alat ini terdiri dari mikrofon, amplifier, weighting network, dan layar display dalam satuan decibel dB(A).

Gambar 1. Sound Level Meter

Gambar 2. Noise Dosimeter yang digunakan untuk personal monitoring kebisingan.Tingkat bunyi (sound level) adalah perbandingan logaritmis energi suatu sumber bunyi dengan energi sumber bunyi acuan, diukur dalam dB. Setiap penggandaan jarak, tingkat bunyi berkurang 6 dB. Setiap penggandaan sumber bunyi , tingkat bunyi bertambah 3 dB. Setiap penggandaan massa dinding, tingkat bunyi berkurang 5 dB, setiap penggandaan luas bidang, bunyi berkurang 5 dB. Setiap penggandaan luas bidang peredam, tingkat bunyi akan berkurang 3 dB(A). Sound power adalah cara pengukuran kekuatan bunyi berdasarkan jumlah energy yang diproduksi oleh sumber bunyi. Pengukuran tingkat kekuatan bunyi juga dapat dilakukan dengan sound intensity, yaitu sound power per satuan luas.Ketika sebuah objek sumber bunyi bergetar dan getarannya merambat ke segala arah, sebaran ini akan menghasilkan ruang berbentuk seperti bola seperti yang ditunjukkan gambar dibawah ini.

Gambar 3. Pengurangan Tingkat Bunyi Akibat JarakPada titik tertentu dalam bola tersebut, intensitas bunyinya dapat dihitung dengan persamaan:I = Dengan I: Intensitas bunyi pada jarak r dari sumber bunyi (watt/m2)P: Daya atau kekuatan sumber bunyi (watt)r: Jarak dari sumber bunyi

Terdapat tiga cara atau metode pengukuran akibat kebisingan di lokasi kerja.1.Pengukuran dengan titik samplingPengukuran ini dilakukan bila kebisingan diduga melebihi ambang batas hanya pada satu atau beberapa lokasi saja, yang dilakukan untuk mengevaluasi kebisingan yang disebabkan oleh peralatan sederhana, misalnya kompresor/generator. Jarak pengukuran dari sumber harus dicantumkan, missal 3 meter dari ketinggian 1 meter. Selain itu juga harus diperhatikan arah mikrofon alat pengukur yang digunakan.2.Pengukuran dengan gridPengukuran dengan grid dengan membuat contoh data kebisingan pada lokasi yang diinginkan berupa kotak-kotak.3.Pengukuran dengan peta konturPengukuran dengan membuat peta kontur sangat bermanfaat karena peta tersebut menentukan gambar tentang kondisi kebisingan dalam cakupan area. Penetuan titik pengukuran kebisiningan dengan metode ini dapat dilakukan dengan cara mengambil bebrapa titik sampling yang dibuat dengan jarak interval yang sama diseluruh lokasi yang dibagi menjadi beberapa persegi yang berukuran dan jarak yang sama missal : 10 x 10 m.Biasnaya dibuat kode pewarnaan untuk menggambarkan keadaan kebisingan, warna hijau untuk kebisingan dengan intensitas di bawah 85 dBA warna kuning untuk kebisingan dengan intensitas antar 85-90 dBA dan warna orange untuk tingkat kebisingan di atas 90 dBA.

Jenis Kebisingan:1. Bising kontinu (terus menerus). Bising ini relative tetap dalam batas kurang lebih 5dB untuk periode 0,5 detik berturut-turut seperti suara mesin, kipas angin, dll.2. Bising intermitten (terputus putus) yang terjadi tidak terus menerus seperti suara lalu lintas, suara pesawat terbang3. Bising Impulsif yang memiliki perubahan tekanan suara melebihi 40 dB dalam waktu yang cepat sehingga mengejutkan pendengarnya seperti suara senapan, mercon, dll4. Bising impulsif berulang yang terjadi secara berulang-ulang pada periode yang sama seperti suara mesin tempa.

Gambar 4. Ilustrasi Sumber Kebisingan

3.Nilai Ambang BatasBerikut adalah nilai ambang batas kebisingan menurut Depkes RI.Tabel 1. Nilai Ambang Batas Kebisingan Berdasarkan Waktu Pemaparan

Tabel 2. Baku Tingkat Kebisingan

4.Noise MappingNoise mapping adalah pemetaan kebisingan yang menggambarkan distribusi tingkat kebisingan pada suatu lingkungan kerja. Cara melakukan pembuatan noise mapping adalah dengan melakukan pengukuran tingkat kebisingan pada bebrapa titik pengukuran di sekitar sumber bising dimana terdapat pekerja yang terpapar bising. Titik-titik yang memepunyai tingkat kebisingan yang sama tersebut dihubungkan sehingga terbentuk suatu garis pada peta yang menunjukkan tempat dengan tingkat tekanan bunyi yang sama.Tujuan dilakukannya noise mapping adalah:1.Sebagai pedoman dalam menagambil langkah-langkah SMK3 (sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja) berdasarkan peta yang dibuat.2.Untuk mengetahui dimana lokasi yang tepat dalam pemakaian alat pelindung diri berdasarkan sound intensity.3.Mengetahui jumlah tenaga kerja yang terpapar kebisingan di area kerja sehingga manajemen mengetahui operator yang beresiko tinggi menderita gangguan pendengaran, untuk treatment berupa program konservasi pendengaran.4.Kepentingan terhadap uji audiometric untuk mengetahui gangguan pendengaran yang dialami operator.

5.Dampak Kebisingan Terhadap OperatorDampak dari bising ditempat kerja antara lain:1.Gangguan FisiologisPada umumnya, bising bernada tinggi sangat mengganggu, apalagi bila terputus-putus atau datangnya tiba-tiba, dapat mengakibatkan peningkatan tekanan darah ( 10 mmHg), peningkatan denyut nadi, serta dapat menyebabkan pucat pada gangguan sensoris.2.Gangguan PsikologisGangguan psikologis dapat berupa rasa tidak nyaman, kurang konsentrasi, susah tidur, dan cepat marah. Bila kebisingan diterima dalam waktu yang lama dapat menyebabkan stress, kelelahan dan lain-lain.3.Gangguan KomunikasiBiasanya menyebabkan masking effect (bunyi yang menutupi pendengaran yang jelas) atau gangguan kejelasan suara. Komunikasi pembicaraan hasus dilakukan dengancara berteriak. Gangguan ini dapat menyebabkan ternganggunya pekerjaan, smapai pada kemungkinan terjadinya kesalahan karena tidak mendengar isyarat atau tanda bahaya.4.Gangguan KeseimbanganBising yang sangat tinggi dapat menyebabkan kesan berjalan diruang angkasa atau melayang, yang dapat menimbulkan gangguan fisiologis berupa kepala pusing (vertigo) atau mual-mual.5.Efek pada pendengaranYaitu gangguan paling serius karena dapat meyebabkan ketulian. Ketulian bersifat progresif. Pada walanya bersifat sementara dan akan segera pulih kembali bila menghindar dari sumber bising, namun bila terus menerus bekerja di tempat bising, daya dengar akan hilang secara menetap dan tidak akan pulih kembali.

6.Program Pencegahan/ Program Konservasi PendengaranProgram pencegahanyang dapat dilakukan dalam mengantisipasi tingkat kebisingan ditempat kerja meliputi (NIOSH, 1996) monitoring paparan bising, control engineering dan administrative, evaluasi audiometer, penggunaan alat pelindung diri, pendidikan dan motivasi, evaluasi program dan audit program.Manfaat utama dari adanya program konservasi pendengarn ini adalah mencegah kehilangan pendengaran akibat kerja, karena kehilangan pendengaran akan mengurangi kualitas hidup seseorang dalam pekerjaannya. Selain itu, hubungan antara tenaga kerja dengan pengusaha akan lebih baik, serta angka turn-over karena lingkungan kerja akan menjadi rendah. Manfaat lainnya adalah:1.Bagi PengusahaTaat hukum, hubungan baik dengan karyawan, menunjukkan niat baik, meningkatkan produktivitas, mengurangi angka kecelakaan, mengurangi angka kematian, mengurangi lost day, dan menaikkan kepuasan kerja.2.Bagi KaryawanMencegah ketulian, karena ketulian akibat bising tidak terasa (tanpa sakit) dan bersifat menetap (irreversible). Selain itu dapat mengurangi stress kerja.Dalam menyusun program konservasi pendengaran perlu diperhatikan beberapa hal, antara lain:1.Berpedoman bahwa pekerja tetap sehat dalam lingkungan bising2.Dilaksanakan oleh semua jajaran, dari pimpinan tertinggi sampai pekerja3.Mengurangi dosis paparan kebisingan dengan memperhatikan tiga unsur:a.Sumber: mengurangi tingkat kebisingan (desain akustik, menggunakan mesin/alat yang kurang bising, dan mengubah metode proses)b.Media: Mengurangi transmisi kebisingan (menjauhkan sumber bising dari pekerja, mengurangi pantulan kebisingan secara akustik pada dinding, langit-langit dan dapat menutup sumber kebisingan dengan barrier.c.Tenaga Kerja: mengurangi penerimaan bising (ruang isolasi, rotasi kerja, jadwal kerja, penggunaan alat pelindung diri, dan lain-lain)4.Mempertimbangkan kelayakan teknis dan ekonomis5.Utamakan pencegahan bukan pengobatan, proaktif bukan reaktif, serta kesejahteraan bukan santunan6.NAB (Nilai Ambang Batas) bukanlah garis pemisah antar sakit dan sehat, namun merupakan pedoman penilaian yang dilakukan dengan memantau kebisingan lingkungan dan kesehatan pendengaran tenaga kerja.

7.Alat Pelindung Diri / Alat Pelindung pendengaranPemakaian Alat pelindung pendengaran adalah upaya terakhir dalam upaya pencegahan gangguan pendengaran, ada 2 jenis :1. Ear plug / sumbat telinga2. Ear muff / tutup telinga

Gambar 5. Ear plug dan Ear MuffSetiap Alat Pelindung Pendengaran memiliki nilai NRR (Noise Reduction Rate), secara prinsip Kebisingan yang akan diterima telinga kita adalah :Kebisingan (dBA) = Kebisingan area kerja (dBA) NRR (dBC)Namun pengurangan dengan rumus diatas tidak tepat, gunakan safety faktor 50%, dengan mempertimbangkan kualitas serta cara penggunaannya yang tidak tepat, sehingga rumus diatas menjadiKebisingan (dBA) = Kebisingan area kerja (dBA) [(NRR-7)*50%]Apabila dengan rumus tersebut Kebisingan masih >85 dBA, maka gunakan pelindung ganda yaitu ear plug dan ear muff, untuk perhitungan pilih NRR terbesar dari Ear plug atau ear muff, kemudian hitung dengan rumus :Kebisingan (dBA) = Kebisingan area kerja (dBA) [(NRR-7)*50%] 5