document1

12
IDENTIFIKASI DAN AKTIVITAS MENGGIGIT NYAMUK VEKTOR MALARIA DI DAERAH PANTAI PURI GADING KELURAHAN SUKAMAJU KECAMATAN TELUK BETUNG BARAT BANDAR LAMPUNG Emantis Rosa; Endah Setyaningrum; Sri Murwani; Irwan Halim Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung Jalan Soemantri Brodjonegoro No. 1 Bandar Lampung 35145, Telp (0721) 740.625 Ex. 705, Email: [email protected] Abstrak Kotamadya Bandar Lampung khususnya daerah Pantai Puri Gading Kelurahan Sukamaju merupakan daerah pantai yang dekat dengan pemukiman warga, banyak ditemukan parit, rawa dengan tumbuhan bakau, empang yang terbengkalai, laguna dan muara yang diduga berpotensi tempat perindukan nyamuk Anopheles. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan aktifitas menggigit nyamuk Anopheles di dalam dan di luar rumah daerah Pantai Gading Kelurahan Sukamaju. Penangkapan nyamuk dilakukan di dalam dan di luar rumah dan identifikasi dilakukan di laboratorium zoologi FMIPA Unila. Hasil identifikasi disajikan dalam bentuk gambar sedangkan data aktifitas menggigit disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Hasil penelitian untuk identifikasi ditemukan 6 jenis Anopheles, yaitu An. sundaicus, An. subpictus, An. longilostris, An. maculatus, An. Ramsayi dan An. leucosphyrus. Untuk aktifitas menggigit mencapai puncak pada pukul 23.00 di dalam rumah dan pukul 24.00 di luar rumah. Kata kunci: Vektor malaria, Anopheles, aktivitas menggigit, tempat perindukan I. PENDAHULUAN Sampai saat ini penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Angka kesakitan penyakit ini masih cukup tinggi, terutama di daerah Indonesia bagian timur (Hiswani, 2004). Menurut Depkes RI (2000) dalam Friaraiyatini, Soedjajadi, Ririh (2006), di Indonesia kasus klinis malaria terjadi sebanyak 15 juta kasus setiap tahunnya. Tingginya kasus tersebut diantaranya disebabkan oleh adanya permasalahan. Teknis seperti pembangunan (usaha masyarakat) yang tidak berwawasan lingkungan, mobilitas penduduk dari dan ke daerah endemis malaria, adanya resistensi obat malaria dan juga resistensi nyamuk vektor terhadap insektisida yang digunakan Penyakit malaria ditemukan hampir di seluruh daerah di Indonesia. Salah satu daerah di Indonesia bagian barat yang belum terbebas dari penyakit malaria adalah Propinsi Lampung. Berdasarkan Annual Malaria Insidens per 1000 penduduk, situasi penyakit malaria baik di kota maupun kabupaten di Propinsi Lampung cukup tinggi. Jumlah penderita malaria klinis yang paling banyak ditemukan adalah di Tanggamus yaitu sebesar (14,95 ‰) kemudian Lampung Utara (12,51 ‰), Bandar Lampung dan Way Kanan (11,58 ‰), Lampung Selatan (9,89 ‰), Lampung Barat (9,31 ‰), Tulang Bawang (3,37 ‰), Lampung Timur (0,77 ‰), Lampung Tengah (0,71 ‰) dan yang terendah adalah Kota Metro dengan kasus (0 ‰) (Dinas Kesehatan Propinsi Lampung, 2007). Seminar Hasil Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat, Unila, 2009

Upload: zhaar-al-farabi

Post on 14-Aug-2015

45 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

vj;uiuio;yfuy

TRANSCRIPT

Page 1: Document1

IDENTIFIKASI DAN AKTIVITAS MENGGIGIT NYAMUK VEKTOR MALARIA DI DAERAH PANTAI PURI GADING KELURAHAN SUKAMAJU KECAMATAN TELUK BETUNG BARAT BANDAR LAMPUNG Emantis Rosa; Endah Setyaningrum; Sri Murwani; Irwan Halim Jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung Jalan Soemantri Brodjonegoro No. 1 Bandar Lampung 35145, Telp (0721) 740.625 Ex. 705, Email: [email protected] Abstrak Kotamadya Bandar Lampung khususnya daerah Pantai Puri Gading Kelurahan Sukamaju merupakan daerah pantai yang dekat dengan pemukiman warga, banyak ditemukan parit, rawa dengan tumbuhan bakau, empang yang terbengkalai, laguna dan muara yang diduga berpotensi tempat perindukan nyamuk Anopheles. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan aktifitas menggigit nyamuk Anopheles di dalam dan di luar rumah daerah Pantai Gading Kelurahan Sukamaju. Penangkapan nyamuk dilakukan di dalam dan di luar rumah dan identifikasi dilakukan di laboratorium zoologi FMIPA Unila. Hasil identifikasi disajikan dalam bentuk gambar sedangkan data aktifitas menggigit disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Hasil penelitian untuk identifikasi ditemukan 6 jenis Anopheles, yaitu An. sundaicus, An. subpictus, An. longilostris, An. maculatus, An. Ramsayi dan An. leucosphyrus. Untuk aktifitas menggigit mencapai puncak pada pukul 23.00 di dalam rumah dan pukul 24.00 di luar rumah. Kata kunci: Vektor malaria, Anopheles, aktivitas menggigit, tempat perindukan I. PENDAHULUAN Sampai saat ini penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Angka kesakitan penyakit ini masih cukup tinggi, terutama di daerah Indonesia bagian timur (Hiswani, 2004). Menurut Depkes RI (2000) dalam Friaraiyatini, Soedjajadi, Ririh (2006), di Indonesia kasus klinis malaria terjadi sebanyak 15 juta kasus setiap tahunnya. Tingginya kasus tersebut diantaranya disebabkan oleh adanya permasalahan. Teknis seperti pembangunan (usaha masyarakat) yang tidak berwawasan lingkungan, mobilitas penduduk dari dan ke daerah endemis malaria, adanya resistensi obat malaria dan juga resistensi nyamuk vektor terhadap insektisida yang digunakan Penyakit malaria ditemukan hampir di seluruh daerah di Indonesia. Salah satu daerah di Indonesia bagian barat yang belum terbebas dari penyakit malaria adalah Propinsi Lampung. Berdasarkan Annual Malaria Insidens per 1000 penduduk, situasi penyakit malaria baik di kota maupun kabupaten di Propinsi Lampung cukup tinggi. Jumlah penderita malaria klinis yang paling banyak ditemukan adalah di Tanggamus yaitu sebesar (14,95 ‰) kemudian Lampung Utara (12,51 ‰), Bandar Lampung dan Way Kanan (11,58 ‰), Lampung Selatan (9,89 ‰), Lampung Barat (9,31 ‰), Tulang Bawang (3,37 ‰), Lampung Timur (0,77 ‰), Lampung Tengah (0,71 ‰) dan yang terendah adalah Kota Metro dengan kasus (0 ‰) (Dinas Kesehatan Propinsi Lampung, 2007).

Seminar Hasil Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat, Unila, 2009

Page 2: Document1

A-34

Berdasarkan data terlihat bahwa kejadian malaria di Propinsi Lampung tersebar hampir di seluruh daerah. Penelitian mengenai nyamuk Anopheles yang dapat berperan sebagai vektor malaria di Kotamadya Bandar Lampung belum banyak dilakukan. Daerah Pantai Puri Gading, Kelurahan Sukamaju, Kecamatan Teluk Betung Barat, Bandar Lampung merupakan suatu daerah pantai yang dekat dengan pemukiman warga dan tidak jauh dari daerah pegunungan. Berdasarkan letaknya Kelurahan Sukamaju berada di perbatasan antara Kota Bandar Lampung dengan Kabupaten Lampung Selatan yang merupakan salah satu daerah endemis malaria (Dinkes Propinsi Lampung, 2007), sehingga dapat diduga bahwa daerah Sukamaju berpotensi menjadi salah satu tempat penyebaran penyakit malaria karena letaknya yang berdekatan dengan daerah endemis. Menurut laporan dari pihak Puskesmas Sukamaju dalam tiga tahun terakhir (2005 s.d. 2007), jumlah penderita malaria klinis yang terjadi di daerah ini cukup banyak yaitu 1611 kasus dan mengalami peningkatan pada tahun 2005 sampai dengan 2006 (Puskesmas Sukamaju, 2007). Berdasarkan hal-hal tersebut, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui spesies (jenis) nyamuk yang diduga dapat berperan sebagai vektor penyebab penyakit malaria. Penyakit ini disebabkan oleh parasit dari genus plasmodium yang dapat menyerang sel darah merah dan dapat ditularkan oleh gigitan nyamuk Anopheles betina. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui spesies (jenis) nyamuk Anopheles yang diduga berperan sebagai vektor malaria serta untuk mengetahui aktivitas menggigit nyamuk Anopheles di dalam dan di luar rumah di daerah Pantai Puri Gading, Kelurahan Sukamaju, Kecamatan Teluk Betung Barat, Bandar Lampung. II. BAHAN DAN METODE

Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April s.d. Juni 2008, di daerah Pantai Puri Gading, Kelurahan Sukamaju Kecamatan Teluk Betung Barat, Bandar Lampung. Identifikasi nyamuk dilakukan di Laboratorium Zoologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung. Alat-alat yang digunakan adalah aspirator, lampu senter, kertas lebel, karet gelang, mikroskop stereo dan elektrik, kain kasa, paper cup dan kapas.Bahan yang digunakan adalah kloroform. Cara Kerja Penelitian ini dilaksanakan dengan metode survei, melakukan identifikasi vektor berdasarkan buku kunci Identifikasi dari O’Connor dan Soepanto (1999), mengamati aktifitas vektor di dalam dan diluar rumah dan menghitung jumlah Anopheles yang dominan. Aktivitas menggigit dan perhitungan jumlah Anopheles yang dominan dilakukan dengan teknik penangkapan nyamuk menggunakan umpan manusia pada malam hari. Penangkapan ini dilakukan di dalam dan luar rumah dari pukul 18.00 s.d. 06.00, dan tiap 1 jam aktif menangkap selama 40 menit dengan 3 kali ulangan. Data yang diperoleh dari hasil identifikasi disajikan dalam bentuk gambar, sedangkan data aktivitas menggigit nyamuk di dalam dan di luar rumah yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan grafik.

Seminar Hasil Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat, Unila, 2009

Page 3: Document1

A-35

III. HASIL DAN PEMBAHASAN I. Identifikasi Nyamuk yang Tertangkap Hasil penangkapan nyamuk yang dilakukan pada pukul 18.00 s.d. 06.00 WIB dengan menggunakan umpan manusia sebagai kolektor, dilakukan di dua tempat yaitu di dalam dan di luar rumah. Hasil pengamatan didapatkan tiga genus nyamuk yaitu Anopheles, Culex dan Aedes. Hasil selengkapnya disajikan pada tabel 1. Tabel 1. Genus nyamuk yang tertangkap di Kelurahan Sukamaju, Teluk Betung Barat, Bandar

Lampung

Jumlah nyamuk yang tertangkap (%) No.

Genus Dalam Rumah Luar Rumah

1 Anopheles 11,64 7,79

2 Culex 85,34 91,56

3 Aedes 3,02 0,65 Total 100,00 100,00

Dari tabel 1 terlihat bahwa prosentase nyamuk Anopheles yang tertangkap di dalam rumah sebesar 11,64%, sedangkan yang tertangkap di luar rumah sebesar 7,79%. Prosentase Anopheles yang tertangkap lebih sedikit dibandingkan dengan Culex, baik di dalam maupun di luar rumah, sebesar 85,34% dan 91,56%. Hal ini mungkin disebabkan masih banyak parit yang merupakan tempat yang potensial bagi Culex untuk berkembang biak. Menurut Depkes RI (2001), Culex dapat berkembang biak pada sembarang genangan air yang langsung berhubungan dengan tanah, sedangkan Aedes hanya dapat berkembang biak pada air yang cukup bersih dan tidak langsung berhubungan dengan tanah. Tabel 2. Jenis nyamuk Anopheles yang tertangkap di Kelurahan Sukamaju, Teluk Betung Barat,

Bandar Lampung.

No. Jenis Anopheles Jumlah nyamuk yang

tertangkap (%) 1 An. sundaicus 58,87 2 An. longilostris 19,61 3 An. leucosphyrus 3,92 4 An. maculatus 5,88 5 An. ramsayi 5,88 6 An. subpictus 7,84 Total 100,00

Dari tabel 2 didapatkan 6 spesies Anopheles dengan prosentase paling banyak yaitu Anopheles sundaicus (58,87%), kemudian An. longilostris (19,61%), An. subpictus (7,84%), An. maculatus dan An. ramsayi (5,88%) dan yang paling sedikit An. leucosphyrus yaitu (3,92%). Hasil identifikasi, Anopheles yang didapatkan di daerah Pantai Puri Gading tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian Ningsih (2005) hasil yang sama juga diperlihatkan pada penelitian Naelittarwiyyah (1999) di Dusun Selesung, Pulau Legundi, Lampung Selatan. Penelitian Fatma (2002) di Desa Hanura, dimana An. sundaicus juga merupakan vektor yang paling dominan, diikuti oleh An. annularis dan An.punctulatus (gambar terlampir). Hal ini diduga karena Puri Gading merupakan daerah yang dekat dengan pantai sehingga An. sundaicus keberadaannya lebih dominan dibandingkan dengan spesies lain. Dominannya An. sundaicus juga tidak lain adalah karena masih banyak ditemukannya tambak dan hutan bakau yang dapat menjadi tempat perindukan yang paling disukai oleh An. sundaicus.

Seminar Hasil Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat, Unila, 2009

Page 4: Document1

A-36

2. Aktifitas Menggigit Nyamuk Anopheles Hasil pengamatan aktivitas menggigit nyamuk mulai pukul 18.00 s.d. 06.00 di dalam rumah mencapai puncaknya pada pukul 23.00 sedangkan di luar rumah pada pukul 24.00. Hasil selengkapnya disajikan dalam grafik berikut.

0

2

4

6

8

10

12

Jumlah nyamuk yang

tertangkap (ekor)

18 19 20 21 22 23 24 1 2 3 4 5

Waktu (Pukul)

Dalam RumahLuar Rumah

Grafik 1. Aktivitas menggigit nyamuk Anopheles di dalam dan di luar rumah Grafik memperlihatkan aktivitas menggigit nyamuk Anopheles di dalam rumah terjadi peningkatan pada pukul 23.00 WIB kemudian turun dan meningkat lagi pada pukul 02.00 dan 03.00 dini hari, sedangkan aktivitas menggigit di luar rumah terjadi peningkatan pada pukul 24.00 WIB dan kemudian turun dan meningkat lagi pada pukul 05.00 dini hari. Menurut Depkes RI (2001) Anopheles mempunyai aktivitas menggigit pada permulaan malam, sesudah matahari terbenam sampai dengan matahari terbit. Berdasarkan hasil pengamatan yang terlihat pada grafik, aktivitas mengggit Anopheles di daerah Pantai Puri Gading mencapai puncak pada pukul 23.00 WIB saat di dalam rumah dan pukul 24.00 WIB pada saat di luar rumah. Hal ini dilihat dari jumlah nyamuk yang tertinggi. Hasil Penelitian Zahrotunisa (2002) di Desa Hanura juga menunjukkan hasil yang sama, aktivitas menggigit Anopheles mempunyai dua puncak yaitu pada pukul 01.00 – 02.00 WIB dan pukul 04.00 – 05.00 WIB, sedangkan di Dusun Selesung Pulau Legundi, aktivitas menggigit nyamuk Anopheles mencapai puncaknya pada pukul 02.00 – 03.00 WIB (Jannah, 1999). Hal tersebut sesuai dengan hasil Penelitian Ningsih (2005) di Desa Hurun dan Sukajaya, aktivitas menggigit Anopheles mencapai puncaknya pada pukul 02.00 – 03.00 WIB. Hal ini sesuai dengan buku Pedoman Ekologi dan Aspek Perilaku Vektor dari Depkes RI (2001) bahwa nyamuk yang aktif menghisap darah pada malam hari umumnya mempunyai dua puncak akitivitas, yaitu puncak pertama terjadi sebelum tengah malam dan yang kedua menjelang pagi hari, namun keadaan ini dapat berubah oleh pengaruh suhu dan kelembaban udara.

IV. KESIMPULAN 1. Hasil identifikasi Anopheles yang tertangkap di Pantai Puri Gading terdapat enam spesies

yaitu An. sundaicus, An. longilostris, An. subpictus, An. maculatus, An. ramsayi dan An. leucosphyrus.

2. Aktifitas menggigit Anopheles mencapai puncaknya pada pukul 23.00 WIB saat di dalam rumah dan pukul 24.00 WIB pada saat di luar rumah.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI. 2001. Pedoman Ekologi dan Aspek Perilaku Vektor. Jakarta: Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Manular dan Penyehatan Lingkungan (DIT. JEN. PPM dan PLP).

Dinas Kesehatan Propinsi Lampung. 2007. Evaluasi Program Pemberantasan Penyakit Malaria.

Seminar Hasil Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat, Unila, 2009

Page 5: Document1

A-37

Fatma, S.U. 2002. Identifikasi Vektor Malaria pada Daerah Pantai di Desa Hanura Padang Cermin Lampung Selatan. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Bandar Lampung. (Tidak dipublikasi).

Friaraiyatini., Soedjajadi K., dan Ririh Y. 2006. Pengaruh Lingkungan dan Perilaku Masyarakat

terhadap Kejadian Malaria di Kabupaten Barito Selatan Propinsi Kalimantan Tengah. Jurnal Http://www.journal unair.ac.id/filerPDF/KESLING-2-2-02.pdf. Diakses pada tanggal 14 Maret 2008. Pukul 11.05 WIB.

Hiswani. 2004. Gambaran penyakit dan Vektor Malaria di Indonesia. Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Jannah, W. 1999. Aktivitas Menggigit Nyamuk di Pulau Legundi Lampung Selatan. Fakultas

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Bandar Lampung. (Tidak dipublikasi).

Naelittarwiyyah. 1999. Identifikasi Nyamuk Vektor Malaria di Dusun Selesung, Pulau Legundi

Padang Cermin Lampung Selatan. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Bandar Lampung. (Tidak dipublikasi).

Ningsih, K.S. 2005. Bionomik vektor malaria paska KLB di desa Hurun dan Sukajaya Kecamatan

Padang Cermin Lampung Selatan. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Bandar Lampung. (Tidak dipublikasi).

O’Connor, C.T dan Soepanto, A. 1999. Kunci bergambar Nyamuk Anopheles dewasa di Indonesia.

Jakarta: Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Manular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman, Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Puskesmas Sukamaju. 2007. Laporan Bulanan Pengobatan dan Penemuan Penderita Malaria.

(Tidak dipublikasi). Zahrotunisa, R. 2002. Bionomik Vektor Malaria di Desa Hanura Padang Cermin Lampung Selatan.

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Bandar Lampung. (Tidak dipublikasi).

Seminar Hasil Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat, Unila, 2009

Page 6: Document1

A-38

LAMPIRAN

Gambar 5. Hasil identifikasi Anopheles sundaicus berdasarkan Kunci bergambar untuk Anopheles betina di Indonesia (asal Orient) (O’Connor dan Soepanto, 1999). . Sayap dengan bintik-bintik pucat (1b)

………….. 5

Probosis kira-kira sama panjang dengan palpi (5b) ………….. 6

Femur belakang tanpa sikat (6b) ………….. 7

Pada costa dan urat 1 ada 4 atau lebih noda-noda pucat (7b) ………….. 26

Persambungan tibia-tarsus kaki belakang tidak ada gelang pucat yang lebar (26b) ………….. 27

Tarsus ke 5 kaki belakang sebagian atau seluruhnya gelap (27b) ……….. 35

Femur dan tibia berbercak bintik-bintik pucat (35a) ………….. 36

Seminar Hasil Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat, Unila, 2009

Page 7: Document1

A-39

Palpi dengan 3 gelang pucat (36b) ………….. 40

(40c) (40d)

Tidak ada noda pucat di jumbai sayap di antara urat 5.1. dan 5.2 (40c) ; kaki belakang meskipun berbercak, tanpa gelang-gelang pucat yang sempurna (40d) ………….. 41 (41a) (41b) Pada urat 1 terdapat 2 bagian yang gelap, di bawahnya bagian yang gelap di tengah costa (41a) ; dijumbai antara urat 5.2. dan 6, jarang terdapat noda (41b …………….. (Anopheles sundaicus)

Seminar Hasil Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat, Unila, 2009

Page 8: Document1

A-40

Gambar 6. Hasil identifikasi Anopheles maculatus berdasarkan Kunci bergambar untuk Anopheles betina di Indonesia (asal Orient) (O’Connor dan Soepanto, 1999).

Sayap dengan bintik-bintik pucat (1b) ………….. 5

Proboscis kira-kira sama panjang dengan palpi (5b) ………….. 6

Femur belakang tanpa sikat (6b) ………….. 7

Pada costa dan urat 1 ada 4 atau lebih noda-noda pucat (7b) ………….. 26

Persambungan tibia-tarsus kaki belakang tidak ada gelang pucat yang lebar (26b) ………….. 27

Sekurang-kurangnya tarsus ke 5 kaki belakang putih (27a) ………….. 28

Femur dan tibia berbercak bintik-bintik pucat (28a) ………….. 29

Seminar Hasil Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat, Unila, 2009

Page 9: Document1

A-41

(29c)

(29d) Di tengah segmen ke 3 dan ke 4 tarsus kaki belakang dengan gelang hitam (29c); kedua gelang pucat pada ujung palpi (apical dan sub apical) lebar (29d) ………………………. (Anopheles maculatus) Gambar 7. Hasil identifikasi Anopheles subpictus berdasarkan Kunci bergambar untuk Anopheles betina di Indonesia (asal Australia) (O’Connor dan Soepanto, 1999).

Sayap dengan bintik-bintik pucat (1b) ………….. 4

Panjang proboscis sama dengan panjang palpi (4b) ………….. 6

Sikat dari sisik-sisik gelap pada bagian ventral segmen VII dari abdomen tidak nyata (6b) ………….. 10

Seminar Hasil Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat, Unila, 2009

Page 10: Document1

A-42

Dijumbai antara urat 6 dan pangkal sayap terdapat tidak lebih dari satu noda pucat (10b) ………….. 11

Femur dan tibia tidak berbintik-bintik (11b) ………….. 20

Tiga gelang pucat pada palpi (20a) ; ruas 5 tarsus kaki belakang hitam – Biak (sp. asal Orient) ………….. (Anopheles subpictus) Gambar 8. Hasil identifikasi Anopheles longilostris berdasarkan kunci bergambar untuk Anopheles betina di Indonesia (asal Australia) (O’Connor dan Soepanto, 1999).

Sayap dengan bintik-bintik pucat (1b) ………….. 4

Panjang proboscis 1.k. 1.4 panjang palpi (4a) ………….. 5

Ruas tarsus 1 – 4 kaki tengah bagian ujung dengan gelang yang samar-samar (5b) ………..……….……… (Anopheles longilostris)

Seminar Hasil Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat, Unila, 2009

Page 11: Document1

A-43

Gambar 9. Hasil identifikasi Anopheles ramsayi berdasarkan Kunci bergambar untuk Anopheles betina di Indonesia (asal Orient) (O’Connor dan Soepanto, 1999).

Sayap dengan bintik-bintik pucat (1b) ………….. 5

Proboscis kira-kira sama panjang dengan palpi (5b) ………….. 6

Seminar Hasil Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat, Unila, 2009

Femur belakang tanpa sikat (6b) ………….. 7

Pada costa dan urat 1 ada 4 atau lebih noda-noda pucat (7b) ………….. 26

Persambungan tibia-tarsus belakang tidak ada gelang pucat yang lebar (26b) ………….. 27

Sekurang-kurangnya tarsus ke 5 kaki belakang putih (27a) ………….. 28

Femur dan tibia berbercak bintik-bintik pucat (28a) ………….. 29

(29a) segmen terakhir tarsus kaki belakang putih (29a) ; hanya gelang pucat pada ujung palpi (apical) lebar (29b) ………….. (An. ramsayi)

Page 12: Document1

A-44

(29b) Gambar 10. Hasil identifikasi Anopheles leucosphyrus berdasarkan Kunci bergambar untuk Anopheles betina di Indonesia (asal Australia) (O’Connor dan Soepanto, 1999).

Sayap dengan bintik-bintik pucat (1b) ………….. 4

Proboscis kira-kira sama panjang dengan palpi (4b) ………….. 6

Femur belakang tanpa sikat (6b) ………….. 7

Pada costa dan urat 1 ada 4 atau lebih noda-noda pucat (7b) ………….. 26

Pada persambungan tibia-tarsus kaki belakang ada gelang pucat yang lebar (26a) …………… (Anopheles leucosphyrus)

Seminar Hasil Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat, Unila, 2009