document1
TRANSCRIPT
5/12/2018 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/15571fe0249795991699a73ec 1/9
1. Seorang wanita 20th datang dengan KU demam. Keluhan sudah dirasakan selama 3hr, diseratai sakit kepala, nyeri sendi, mual, muntah,
perdarahan gusi dan BAB hitam pada DP: px tampak mengantuk, nadi teraba kecil dan cepat, TD 80/60 mmhg, akral dingin. Lab: hb; 9,8, leu; 4,2hct; 40% dan trombo; 22.000. Apa diagnosa paling mungkin diatas?
a. Malaria d. DBD
b. avian influenza e. Tetanus berat
c. typhoid fever
2. Pemeriksaan DBD (syok), pemeriksaan yang paling tepat
a. Darah rutin dan urin rutin
b. Darah rutin dan urin rutin + analisa gas darah
c. Darah rutin dan urin rutin + analisa gas darah + serologi
3. Seorang wanita 24 tahun, G1P0A0 usia kehamilan 5 bulan, dengan keluhan demam tinggi selama 8 hari, BAB sulit, temp: 39°C, denyut nadi
96x/menit, lidah kotor dengan tepi hiperemis, splenomegali. Antibiotik yang tepat:
a. amoksilin c. ampisilin e. metronidazol
b. siprofloksasi . kloramfenikol
4. Wanita 35 tahun, dibawa dalam keadaan tidak sadar, panas sejak 4 hari. Pasien sudah ke dokter dan mendapat obat tetapi tidak ada perbaikan.10 hari yang lalu baru pulang berburu dari hutan di Flores. Pada pemeriksaan fisik didapatkan: koma, GCS 5, TD: 150/90, N: 100, T:40,8°C,
kaku kuduk, kelenjar limfe koli teraba 2 buah masing-masing 1 cm, tungkai dan tangan lemah. Diagnosis keadaan di atas adalah
a. Stroke c. Sistiserkosis e. Meningitis bakterial
b. Sepsis d. Malaria serebral
5. Seorang wanita 20th datang dengan KU demam. Keluhan sudah dirasakan selama 3hr, diseratai sakit kepala, nyeri sendi, mual, muntah,
perdarahan gusi dan BAB hitam pada DP: px tampak mengantuk, nadi teraba kecil dan cepat, TD 80/60 mmhg, akral dingin. Lab: hb; 9,8, leu; 4,2
hct; 40% dan trombo; 22.000. Apa diagnosa paling mungkin diatas?
a. Malaria c. DBD e. typhoid fever
b. avian influenza d. Tetanus berat
6. Pada pemeriksaan hepatitis B yang diperiksa adalah
A. Antibodi anti Hbe C. Antibodi anti Hbc
B. Antibodi anti Hbs D. Hbc
5/12/2018 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/15571fe0249795991699a73ec 2/9
7. Malaria dengan demam selang 2 hari
A. Malariae — 4 hr (quartana) C. Ovale — (ovale)
B. Vivax — 3hr (tertiana) d. falsifarum
8. Laki-laki 20 tahun, demam tinggi hilang timbul 1 minggu yang lalu. Nafsu makan tidak ada, perut terasa penuh, kembung, mual, 3 hari tidak BAB. Malam mengigil, antipiretik tidaksembuh. Pemeriksaan yang paling tepat
A. VDRL D. Wasserman
B. Widal E. Kahn
C. Well-felix
9. Laki-laki datang ke dokter sebelumnya baru datang dari Nusa tenggara. Pada pemx darah tepi didapatkan ukuran eritrosit 1/5 dari no rmal,
terdapat cincin biru kemerahan pada eritrosit. Apa kemungkinan penyebabnya
a. Leishmania donovani d. Plasmodium vivax
b. Leishmania ………… e. Plasmodium falciparum
c. Plasmodium ovale
10. Wanita 23 thn panas, BAB cair Lab widal O 1/320 H 1/160. dx demam tifoid. Pemx sensitif
a. kultur darah ►minggu ke2 d. kultur feces ► minggu ke3
b. kultur urine e. test………..
c. kultur sumtul
11. Seorang pasien usia 20 tahun dirujuk ke RS karena tidak sadarkan diri. Pasien seorang mahasiswa asal Kupang NTT yang telah tinggal di
Jakarta selama 1 tahun. Satu bulan yang lalu, penderita pulang kampong dan baru kembali ke Jakarta 1 minggu yang lalu. PF Nadi: 100x/menit,TD 120/80, suhu axilla 39,90C dan GCS 3. Pada hapusan darah ditemukan bentuk parasit Plasmodium falcifarum. Bagaimana respon imun pada
kasus di atas?
a. Imunitas seumur hidup d. Imunitas yang terbentuk cepat hilang
b. Imunitasnya bersifat protektif e. Pembentukan imunitas sangat cepat
c. Didominasi imunitas humoral
12. Obat untuk penyakit malaria akibat P.vivax adalah … Klorokuin, Primakuin
5/12/2018 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/15571fe0249795991699a73ec 3/9
13. Seorang laki-laki usia 25 tahun menderita panas 2 minggu yang lalu secara gradual dan remitten. BAB mencret 2x/hari, apatis, hepatomegali
2 jari di bawah arcus costa dextra. Hb: 14,2, L: 4200, T: 172000. Pemeriksaan penunjang yang tepat adalah
a. hemaglutinasi tes untuk dengue
b. uji wida I, II, kultur darah, dan feces u/salmonela
c. uji widal I dan II
d. apus tebal darah u/malaria
e. feces rutin dan kultur
14. Pada pemeriksaan mikroskopis didapatkan eritrosit cincin biru dengan gambaran STERN HERN
a. plasmodium vivax b. plasmodium ovale c. plasmodium falciparum
15. Obat yang dapat mengenai stadium trofozoid dan gametosit pada malaria – Kina/Artemisinin/ Pirimetamin/…
16. Seorang anak laki-laki berusia 7 tahun datang ke rumah sakit dengan keluhan panas selama 4 hari, disertai nyeri ulu hati, keluar darah dari
hidung (yang terjadi setiap kali penderita mengalami demam). Hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb: 10,3 gr/dL, Ht: 32%, L:
6.200/mm3, T: 99.000/mm3. Empat jam kemudian didapatkan hasil laboratorium Hb: 12,1 gr/dL, Ht: 36,4%, L: 5.100/mm3, T: 68.000/mm3.Apakah pemeriksaan yang paling tepat dilakukan untuk menegakkan diagnosis dan menentukan pengelolaan pasien tersebut?
a. Tes widal
b. Tes rumpel leed
c. Hematokrit dan trombosit
d. Hitung jenis
e. Interleukin
17. Seorang anak laki-laki usia 13 tahun datang ke poliklinik dengan keluhan panas badan selama 16 hari. Mula-mula panas dirasakan terutama
pada malam hari, tetapi menginjak hari ke 7 panas badan dirasakan baik pagi maupun malam hari. Keluhan disertai dengan nyeri kepala dan
perut, batuk, mual, dan nafsu makan berkurang. Penderita belum BAB sejak 7 hari yang lalu. Penderita sering jajan sembarangan.
Apakah hasil pemeriksaan fisis yang paling mungkin ditemukan?
a. Takikardias
b. Pembesaran kelenjar getah bening koli
c. Rose spot
d. Hepatosplenomegali
e. Ruam konvalesens
5/12/2018 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/15571fe0249795991699a73ec 4/9
Malaria Pengertian Penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasit Plasmodium falsiparum, Plasmodium vivax, Plasmodium ovale, atau Plasmodium
malariae dan ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles
Diagnosis Anamnesis: riwayat demam intermiten atau terus menerus, riwayat dari atau pergi ke daerah endemik malaria, trias malaria (keadaan
menggigil yang diikuti dengan demam dan kemudian timbul keringat yang banyak; pada daerah endemik malaria, trias malaria mungkin tidak ada, diare dapat merupakan gejala utama)
PF: konjungtiva pucat, sklera ikterik, splenomegali
Lab: sediaan darah tebal dan tipis ditemukan plasmodium, serologi malaria (+) [sebagai penunjang]
Malaria berat: ditemukannya P. falciparum dalam stadium aseksual disertai satu atau lebih gejala berikut:
1. Malaria serebral: koma dalam yang tak dapat/sulit dibangunkan dan bukan disebabkan oleh penyakit lain2. Anemia berat (normositik) pada keadaan hitung parasit >10.000/ul; (Hb <5 g/dl atau hematokrit <15%)
3. Gagal ginjal akut (urin <400 ml/24 jam pada orang dewasa, atau <12 ml/kgBB pada anak -anak setelah dilakukan rehidrasi disertai
kreatinin >3 mg/dl)4. Edema paru/ acute respiratory distress syndrome (ARDS)
5. Hipoglikemia (gula darah <40 mg/dl)
6. Gagal sirkulasi atau syok (tekanan sistolik <70 mmHg, disertai keringat dingin atau perbedaan temperatur kulit-mukosa >1°C)7. Perdarahan spontan dari hidung, gusi, saluran cerna, dan/atau disertai gangguan koagulasi intravaskular
8. Kejang berulang lebih dari 2 kali da lam 24 jam setelah pendinginan pada hipertermia
9. Asidemia (pH 7,25) atau asidosis (bikarbonat plasma <15 mEq/l)
10. Hemoglobinuria makroskopik oleh karena infeksi malaria akut (bukan karena efek samping obat antimalaria pada pasien dengandefisiensi G6PD)
11. Diagnosis pasca-kematian dengan ditemukannya P. Falciparum yang padat pada pembuluh darah kapiler jaringan otak
Beberapa keadaan yang juga digolongkan sebagai malaria berat sesuai dengan gambaran klinis daerah setempat:
1. Gangguan kesadaran
2. Kelemahan otot tanpa kelainan neurologis (tak bisa duduk/jalan)
3. hiperparasitemia >5% pada daerah hipoendemik atau daerah tak stabil malaria
4. Ikterus (bilirubin >3 mg/dl)
5. Hiperpireksia (temperatur rektal >40°C)
Diagnosis Banding Infeksi virus, demam tifoid toksik, hepatitis fulminan, leptospirosis, ensefalitis
Pemeriksaan Penunjang
Darah tebal dan tipis malaria, serologi malaria, DPL, tes fungsi ginjal, tes fungsi hati, gula darah, UL, AGD, elektrolit, hemostasis, rontgen
toraks, EKG Terapi
1. I. Infeksi P. vivax atau P. ovale 1. Daerah sensitif klorokuin:
Klorokuin basa 150 mg:
Hari I: 4 tablet + 2 tablet (6 jam kemudian), hari II&III: 2 tablet atau Hari I&II: 4 tablet, hari III: 2 tablet
Terapi radikal: primakuin 1 x 15 mg selama 14 hari
Bila gagal dengan terapi klorokuin à kina sulfat 3 x 400-600 mg/hari selama 7 hari
1. Daerah resisten klorokuin
Klorokuin basa 150 mg:
5/12/2018 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/15571fe0249795991699a73ec 5/9
Hari I: 4 tablet + 2 tablet (6 jam kemudian), hari II&III: 2 tablet atau Hari I&II: 4 tablet, hari III: 2 tablet ditambah SP 3 tablet (dosis
tunggal)
Terapi radikal: primakuin 1 x 15 mg selama 14 hari
II. Infeksi P. falciparum ringan/sedang, infeksi campur P. falciparum dan P. vivax
- Klorokuin basa 150 mg:
Hari I: 4 tablet + 2 tablet (6 jam kemudian), hari II&III: 2 tablet atau Hari I&II: 4 tablet, hari III: 2 tablet
- Bila perlu terapi radikal:
Falciparum: primakuin 45 mg (dosis tunggal); infeksi campur: primakuin 1 x 15 mg selama 14 hari
à bila resisten dengan pengobatan tersebut: SP 3 tablet (dosis tunggal) atau kina sulfat 3 x 400-600 mg/hari selama 7 hari
III. Malaria berat
- Drip kina HCl 500 mg (10 mg/kgBB) dalam 250-500 ml D5% diberikan dalam 6-8 jam (maksimum 2000 mg) dengan pemantauan EKG
dan kadar gula darah tiap 8-12 jam sampai pasien dapat minum obat per oral atau sampai hitung parasit malaria sesuai target (total pemberianparenteral dan per oral selama 7 hari dengan dosis per oral 10 mg/kgBB/24 jam diberikan 3 kali sehari)
- Pengobatan dengan kina dapat dikombinasikan dengan tetrasiklin 94 mg/kgBB diberikan 4 kali sehari atau doksisiklin 3 mg/kgBB sekali
sehari
Perhatian: SP tidak boleh diberikan pada bayi dan ibu hamil. Primakuin tidak boleh diberikan pada ibu hamil, bayi, dan penderita defisiensi
G6PD. Klorokuin tidak boleh diberikan dalam keadaan perut kosong. Pada pemberian kina parenteral, bila obat sudah diterima selama 48 jam
tetapi belum ada perbaikan dan atau terdapat gangguan fungsi ginjal, maka dosis selanjutnya diturunkan sampai 30-50%. Kortikosteroid
merupakan kontraindikasi pada malaria serebral.
Pemantauan pengobatan: hitung parasit minimal tiap 24 jam, target hitung parasit pada H1 50% H0 dan H3 <25% H0. Pemeriksaan diulang
sampai dengan tidak ditemukan parasit malaria dalam 3 kali pemeriksaan berturut-turut.
Pencegahan: klorokuin basa 5 mg/kgBB, maksimal 300 mg/minggu diminum tiap minggu sejak 1 minggu sebelum masuk daerah endemik sampai dengan 4 minggu setelah meninggalkan daerah endemik atau doksisiklin 1,5 mg/kgBB/hari dimulai 1 (satu) hari sebelum pergi ke daerah
endemis malaria s/d 4 minggu setelah meninggalkan daerah endemis
Komplikasi Malaria berat, renjatan, gagal napas, gagal ginjal akut
DEMAM BRDARAH
Pengertian Penyakit demam akut yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypty dan Aedes albopictus
serta memenuhi kriteria WHO untuk DBD
Diagnosis Kriteria diagnosis WHO 1997 untuk DBD harus memenuhi:
- Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya bifasik
- Terdapat minimal satu dari manifestasi perdarahan berikut ini:
Uji torniquet positif (>20 petekie dalam 2,54 cm2)
Petekie, ekimosis, atau purpura
Perdarahan mukosa, saluran cerna, bekas suntikan, atau tempat lain
Hematemesis atau melena
5/12/2018 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/15571fe0249795991699a73ec 6/9
- Trombositopenia (<100.000/mm3)
- Terdapat minimal satu tanda-tanda plasma leakage:
Hematokrit meningkat >20% dibanding hematokrit rata-rata pada usia, jenis kelamin, dan populasi yang sama
Hematokrit turun hingga >20% dari hematokrit awal, setelah pemberian cairan
Terdapat efusi pleura, efusi perikard, asites, dan hipoproteinemia
Derajat
I : Demam disertai gejala konstitusional yang tidak khas, manifestasi perdarahan hanya berupa uji torniquet positif dan/atau mudah memar
II : Derajat I disertai perdarahan spontan
III : Terdapat kegagalan sirkulasi: nadi cepat dan lemah atau hipotensi, disertai kulit dingin dan lembab serta gelisah
IV : Renjatan: tekanan darah dan nadi tidak teratur
DBD derajat III dan IV digolongkan dalam sindrom renjatan dengue
Diagnosis Banding Demam akut lain yang bermanifestasi trombositopenia
Pemeriksaan Penunjang
Hb, Ht, lekosit, trombosit, serologi dengue
Terapi
Nonfarmakologis: tirah baring, makanan lunak
Farmakologis:
- Simtomatis: antipiretik parasetamol bila demam
- Tatalaksana terinci dapat dilihat pada lampiran protokol tatalaksana DBD
Cairan intravena :
Ringer Laktat atau ringer asetat 4-6 jam/kolf
Koloid/plasma ekspander pada DBD stadium III dan IV bila diperlukan
Transfusi trombosit dan komponen darah sesuai indikasi
Pertimbangan heparinisasi pada DBD stadium III atau IV dengan koagulasi intravaskular diseminata (KID)
Komplikasi Renjatan, perdarahan, KID
DEMAM TIFOID
Pengertian Penyakit sistemik akut yang disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella typhi atau Salmonella partatyphi
Diagnosis Anamnesis: demam naik secara bertangga pada minggu pertama lalu demam menetap (kontinyu) atau remiten pada minggu kedua.
Demam terutama sore/malam hari, sakit kepala, nyeri otot, anoreksia, mual, muntah, obstipasi atau dia re.
5/12/2018 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/15571fe0249795991699a73ec 7/9
PF: febris, kesadaran berkabut, bradikardia relatif (peningkatan suhu 1°C tidak diikuti peningkatan denyut nadi 8x/menit), lidah yang berselaput
(kotor di tengah, tepi dan ujung merah, serta tremor), hepatomegali, splenomegali, nyeri abdomen, roseolae (jarang pada orang Indonesia).
Lab: dapat ditemukan lekopeni, lekositosis, atau lekosit normal, aneosinofilia, limfopenia, peningkatan LED, anemia ringan, trombositopenia,
gangguan fungsi hati.
Kultur darah (biakan empedu) positif atau peningkatan titer uji Widal >4 kali lipat setelah satu minggu memastikan diagnosis.
Kultur darah negatif tidak menyingkirkan diagnosis. Uji Widal tunggal dengan titer antibodi O 1/320 atau H 1/640 disertai gambaran klinis khas
menyokong diagnosis.
Hepatitis tifosa bila memenuhi 3 atau lebih kriteria Khosla (1990) : hepatomegali, ikterik, kelainan laboratorium (antara lain: bilirubin >30,6
umol/l, peningkatan SGOT/SGPT, penurunan indeks PT), kelainan histopatologi.
Tifoid karier: ditemukannya kuman Salmonella typhi dalam biakan feses atau urin pada seseorang tanpa tanda klinis infeksi atau pada seseorang
setelah 1 tahun pasca-demam tifoid.
Diagnosis Banding Infeksi virus, malaria
Pemeriksaan Penunjang
DPL, tes fungsi hati, serologi, kultur darah (biakan empedu)
Terapi Nonfarmakologis : tirah baring, makanan lunak rendah serat
Farmakologis:
- Simtomatis
- Antimikroba:
Pilihan utama: Kloramfenikol 4 x 500 mg sampai dengan 7 hari bebas demam.
Alternatif lain:
Tiamfenikol 4 x 500 mg (komplikasi hematologi lebih rendah dibandingkan kloramfenikol)
Kotrimoksazol 2 x 2 tablet selama 2 minggu
Ampisilin dan amoksisilin 50-150 mg/kgBB selama 2 minggu
Sefalosporin generasi III; yang terbukti efektif adalah seftriakson 3-4 gram dalam dekstrosa 100 cc selama ½ jam per-infus sekali
sehari, selama 3-5 hari
Dapat pula diberikan sefotaksim 2-3 x 1 gram, sefoperazon 2 x 1 gram
Fluorokuinolon (demam umumnya lisis pada hari III atau menjelang hari IV):
o § Norfloksasin 2 x 400 mg/hari selama 14 hari
o § Siprofloksasin 2 x 500 mg/hari selama 6 hari
o § Ofloksasin 2 x 400 mg/hari selama 7 hari
o § Pefloksasin 400 mg/hari selama 7 hari
o § Fleroksasin 400 mg/hari selama 7 hari
Kasus toksik tifoid (demam tifoid disertai gangguan kesadaran dengan atau tanpa kelainan neurologis lainnya dan hasil pemeriksaan cairan otak
masih dalam batas normal) langsung diberikan kombinasi kloramfenikol 4 x 500 mg dengan ampisilin 4 x 1 gram dan deksametason 3 x 5 mg.
Kombinasi antibiotika hanya diindikasikan pada toksik tifoid, peritonitis atau perforasi, renjatan septik.
Steroid hanya diindikasikan pada toksik tifoid atau demam tifoid yang mengalami renjatan septik dengan dosis 3 x 5 mg
5/12/2018 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/15571fe0249795991699a73ec 8/9
Kasus tifoid karier:
- Tanpa kolelitiasis à pilihan rejimen terapi selama 3 bulan:
Ampisilin 100 mg/kgBB/hari + Probenesid 30 mg/kgBB/hari
Amoksisilin 100 mg/kgBB/hari + Probenesid 30 mg/kgBB/hari
Kotrimoksazol 2 x 2 tablet/hari
- Dengan kolelitiasis à kolesistektomi + regimen tersebut di atas selama 28 hari atau kolesistektomi + salah satu rejimen berikut:
Siprofloksasin 2 x 750 mg/hari
Norfloksasin 2 x 400 mg/hari
- Dengan infeksi Schistosoma haematobium pada traktus urinarius à eradikasi Schistosoma haematobium:
Prazikuantel 40 mg/kgBB dosis tunggal, atau
Metrifonat 7,5-10 mg/kgBB bila perlu diberikan 3 dosis, interval 2 minggu
Setelah eradikasi berhasil, diberikan rejimen terapi untuk tifoid karier seperti di atas
Perhatian: Pada kehamilan fluorokuinolon dan kotrimoksazol tidak boleh digunakan. Kloramfenikol tidak dianjurkan pada trimester III.
Tiamfenikol tidak dianjurkan pada trimester I. Obat yang dianjurkan golongan beta laktam: ampisilin, amoksisilin, dan sefalosporin generasi III(seftriakson)
Komplikasi Intestinal: perdarahan intestinal, perforasi usus, ileus paralitik, pankreatitis.
Ekstra-intestinal:kardiovaskular (kegagalan sirkulasi perifer, miokarditis, trombosis, tromboflebitis), hematologik (anemia hemolitik,
trombositopenia, KID), paru (pneumonia, empiema, pleuritis), hepatobilier (hepatitis, kolesistitis), ginjal (glomerulonefritis, pielonefritis,perinefritis), tulang ( osteomielitis, periostitis, spondilitis, artritis), neuropsikiatrik (toksik tifoid)
Keterangan jadwal imunisasi berdasarkan usia pemberian, sesuai IDAI, periode 2004.
Umur Vaksin Keterangan
Saat
lahir
Hepatitis B-1 HB-1 harus diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir, dilanjutkan pada umur
1 dan 6 bulan
Polio-0 Polio-0 diberikan saat kunjungan pertama. Untuk bayi yang lahir di RB/RS,polio diberikan saat bayi dipulangkan (untuk menghindari transmisi virus
vaksin terhadap bayi lain)
1 bulan Hepatitis B-2 Hb-2 diberikan pada umur 1 bulan
0-2
bulan
BCG BCG dapat diberikan sejak lahir. Apabila BCG akan diberikan pada >3 bulan
sebaiknya dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu dan BCG diberikan apabila
hasilnya negatif.
2 bulan DTP-1Hib-1
Polio-1
Diberikan pada umur lebih dari 6 mingguDiberikan mulai umur 2 bulan
Dapat diberikan bersama DTP-1
4 bulan DTP-2
Hib-2
Polio-2
Diberikan secara terpisah
Hib-2 dapat dikombinasikan dengan Hib-2
Diberikan bersama dengan DPT-2
6 bulan DTP 3Hib-3
Polio 3
Dapat dikombinasikan dengan Hib-3Diberikan bersama DTP-3
9 bulan Campak-1 Campak 1 diberikan pada umur 9 bulan, apabila telah mendapat MMR pada
5/12/2018 1 - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/15571fe0249795991699a73ec 9/9
usia 15 bulan, Campak 2 tidak perlu diberikan.
15 -18
bulan
MMR Apabila sampai usia 12 bulan belum mendapat imunisasi cacar
18
bulan
DTP-4
Polio-4
Diberikan satu tahun setelah DTP-3
Diberikan bersamaan dengan DTP-4
2 tahun Hepatitis A Direkomendasikan pada umur >2 tahun, diberikan 2 kali dengan interval 6-12bulan
2-3
tahun
Tifoid Vaksin tifoid polisakarida injeksi direkomendasikan untuk umur >2 tahun,
perlu diulang setiap 3 tahun.
5 tahun DTP-5Polio-5
Diberikan pada umur 5 tahunDiberikan bersama DTP-5
6 tahun MMR Diberikan untuk catch up immunization pada anak yang belum mendapatMMR-1
10
tahun
dT/TTVarisela Menjelang pubertas vaksin tetanus ke-5 diberikan untuk imunitas selama 25
tahun.Diberikan pada umur 10 tahun