1513-3615-1-sp

92
Laporan Studi Pustaka (KPM 403) PENGARUH STRATEGI PEMBERDAYAAN PETERNAKAN RAKYAT TERHADAP KESEJAHTERAAN PETERNAK DWI JAYANTI

Upload: nicky-al-ihsan

Post on 15-Sep-2015

225 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

data klinis

TRANSCRIPT

viii

Laporan Studi Pustaka (KPM 403)PENGARUH STRATEGI PEMBERDAYAAN PETERNAKAN

RAKYAT TERHADAP KESEJAHTERAAN PETERNAKDWI JAYANTI

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2014

PERNYATAANDengan ini saya menyatakan bahwa Studi Pustaka yang berjudul Pengaruh Strategi Pemberdayaan Peternakan Rakyat terhadap Kesejahteraan Peternak benar-benar hasil karya saya sendiri yang belum pernah diajukan sebagai karya ilmiah pada perguruan tinggi atau lembaga manapun dan tidak mengandung bahan-bahan yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh pihak lain kecuali sebagai bahan rujukan yang dinyatakan dalam naskah. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya bersedia mempertanggungjawabkan pernyataan ini. Bogor, Desember 2014

DWI JAYANTI NIM. I34110086ABSTRAKDWI JAYANTI. Pengaruh Strategi Pemberdayaan Peternakan Rakyat terhadap Tingkat Kesejahteraan Peternak. Dibimbing oleh Dr. SOFYAN SJAF M.Si.

Peternakan rakyat (kecil) merupakan salah satu pekerjaan yang digunakan masyarakat Indonesia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun, kondisi sosial ekonomi masyarakat peternak menghadapi permasalahan diantaranya posisi tawar yang rendah, tingkat pendidikan rendah, peternakan tersebar, teknologi sederhana. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, perlu dilakukan pemberdayaan peternak rakyat (kecil). Kemudian, dalan upaya pemberdayaan perlu menggunakan strategi pemberdayaan yang efektif untuk mencapai tujuan pemberdayaan yaitu meningkatkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat. Berdasarkan analisis asas strategi pemberdayaan dan pola strategi pemberdayaan menurut Permendagri No 51 Tahun 2007, dapat dirumuskan strategi pemberdayaan melalui penguatan kapasitas, pengembangan kelembagaan, dan pengembangan kemitraan. Untuk itu, menarik untuk mengkaji pengaruh dari strategi pemberdayaan terhadap peningkatan kesejahteraan peternak. Dengan begitu, kajian analisis ini diharapkan dapat dijadikan pertimbangan untuk melakukan implementasi pemberdayaan masyarakat.

Kata Kunci: Kesejahteraan, Pemberdayaan, Strategi Pemberdayaan

ABSTRACT

DWI Jayanti. The influence of Empowerment Strategy Livestock Breeders Welfare to rate. Supervised by Dr. SOFYAN Sjaf M.Sc.Farm people (small) is one of the jobs that used the people of Indonesia to meet their needs. However, socio-economic conditions of farmers face problems such inferior position, low education levels, scattered farms, simple technology. To overcome these problems, people need to be empowerment of farmers (small). In an effort to empower empowerment need to use an effective strategy to achieve the goal of self-reliance and empowerment of improving the welfare of society. Based on the analysis of the principle of empowerment strategies and patterns empowerment strategies according to Permendagri No. 51 of 2007, can be formulated strategy of empowerment through capacity building, institutional development, and the development of partnerships. It is interesting to examine the effect of empowerment strategies to improve the welfare of farmers. The aim of this study analysis is expected to be considered for implementation of community empowerment.

Keywords: Welfare, Empowerment, Empowerment StrategyPENGARUH STRATEGI PEMBERDAYAAN PETERNAKAN RAKYAT TERHADAP KESEJAHTERAAN PETERNAKOleh

DWI JAYANTII34110086Laporan Studi PustakaSebagai syarat kelulusan KPM 403PadaMayor Sains Komunikasi dan Pengembangan MasyarakatDepartemen Sains Komunikasi dan Pengembangan MasyarakatFakultas Ekologi ManusiaInstitut Pertanian BogorDEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKATFAKULTAS EKOLOGI MANUSIAINSTITUT PERTANIAN BOGOR2014

LEMBAR PENGESAHAN

Dengan ini menyatakan bahwa Studi Pustaka yang disusun oleh:

Nama:Dwi Jayanti

NIM:I34110086

Judul:Pengaruh Strategi Pemberdayaan Peternakan Rakyat terhadap Kesejahteraan Peternak

dapat diterima sebagai syarat kelulusan mata kuliah Studi Pustaka (KPM 403) pada Mayor Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.Menyetujui,

Dosen PembimbingDr. Sofyan Sjaf, M.SiNIP. 19781003 2009121003Mengetahui,

Ketua Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Fakultas Ekologi Manusia

Institut Pertanian BogorDr. Ir. Siti Amanah, MScNIP. 19670903 199212 2001

Tanggal Pengesahan: ____________________

PRAKATAPuji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan karunia dengan segala hal terbaik dalam proses penyusunan studi pustaka yang berjudul Pengaruh Strategi Pemberdayaan Peternakan Rakyat terhadap Kesejahteraan Peternak. Selain itu penulis menyadari bahwa dalam proses penyusunan studi pustaka ini tidak lepas dari kontribusi dan dukungan semua pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan terima kasih sebesar-besarnya kepada pihak yang terlibat hingga penyelesaian makalah studi pustaka ini, sebagai berikut:

1. Terima kasih kepada Bapak Dr. Sofyan Sjaf, M.Si yang telah membimbing, mendukung dan memberikan inspirasi yang luar biasa dalam penyusunan studi pustaka.

2. Terima kasih kepada Ibunda Narisah dan Ayahanda Kusro dan keluarga yang selalu mendukung dan memberikan doa tak terbatas sehingga penulis dapat sampai pada tahap ini.

3. Terima kasih kepada seluruh sahabat saya, yaitu rekan Mitra Mede (Nene, Weni, Rifa, Nina, Tidi, Dilla, Lita) yang telah memberikan segala bentuk kontribusinya kepada penulis selama proses pembelajaran dan penulisan studi pustaka.

4. Terima kasih kepada rekan satu bimbingan (Tri, Nurul, Yuli, Mimi, Dika) yang memberikan motivasi yang luar biasa dalam penulisan studi pustaka ini.5. Rekan-rekan KPM angkatan 48 yang telah memberikan kebersamaan dan kesan mendalam selama menjalani pembelajaran di departemen SKPM.

6. Terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi, dukungan, dan doa kepada penulis selama ini.Penulis berharap kajian mengenai Pengaruh Strategi Pemberdayaan Peternakan Rakyat terhadap Kesejahteraan Peternak mampu memberikan manfaat dan sumbangsih terhadap khazanah ilmu pengetahuan.

Bogor, Desember 2014

PenulisDAFTAR ISIDAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR..

ix

PENDAHULUAN..1

Latar Belakang1

Tujuan Penelitian.2

Metode Penelitian

2

RINGKASAN PUSTAKA.3

1.Jurnal Model Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Peternakan di Daerah Pertanian Lahan Kering Desa Kemejing Kecamatan Semin Kabupaten Gunung Kidul. 3

2.Jurnal Pengaruh Pelaksanaan Pemberdayan Masyarakat Melalui Program Pengembangan Lembaga Ekonomi Pedesaan terhadap Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat di Kecamatan Rumbai, Kota Pekanbaru, Propinsi Riau... 5

3.Jurnal Hubungan antara Program Pemberdayaan dengan Kemandirian dan Kelembagaan Ekonomi dalam Peningkatan Kesejahteraan Peternak 7

4. Jurnal Pemanfaatan Modal Sosial dalam Upaya Peningkatan Kesejahteraan Keluarga dan Komunitas (Studi Pada Komunitas Petani Karet di Kecamatan Rao, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat). 9

5. Jurnal Strategi Pemberdayaan Masyarakat Miskin Pedesaan Melalui Pengembangan Institusi dan Modal Sosial Lokal (Studi pada Masyarakat Miskin Pedesaan di Wilayah Kecamatan Pojon, Kabupaten Malang)11

6.Jurnal Implikasi Pelatihan Penguatan Kapasitas Kelompok dalam Mengembangkan Kemandirian Usaha12

7.Jurnal Pengembangan Industri Peternakan Rakyat Mandiri Melalui Penguatan Kelembagaan dan Pemberdayaan SDM14

8.Jurnal Model Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Melalui Penguatan Kelembagaan di Wilayah Pesisir Kota Semarang...16

9. Jurnal Analisis Jaringan Komunikasi Petani pada Berbagai Zona Agroekosistem di Kabupaten Bandung...18

10. Jurnal Pemberdayaan Masyarakat Melalui Peternakan Bersinergi.19

11. Jurnal Jaringan Sosial (Networks) dalam Pengembangan Sistem dan Usaha Agribisnis: Perspektif Teori dan Dinamika Kapital Sosial.20

12.Jurnal Strategi Pemberdayaan Kelembagaan Petani...22

13.Jurnal Pemberdayaan Peternak Miskin (Studi Kasus Pemberdayaan Peternak Itik di Desa Sitemu Kecamatan Taman Kabupaten Pemalang Provinsi Jawa Tengah)23

14. Jurnal Penguatan Kelompok Tani: Langkah Awal Peningkatan Kesejahteraan Petani...25

15. Jurnal Pengaruh Pembelajaran Program Penguatan Kapasitas Kelompok terhadap Dinamika Kelompok28

16.Jurnal Pengembangan Kelembagaan Pertanian Untuk Peningkatan Kapasitas Petani terhadap Pembangunan Pertanian30

17. Jurnal Strategi Kemitraan Agrbisnis Berkelanjutan

31

RANGKUMAN DAN PEMBAHASAN33

Konsep Pemberdayaan33

Strategi Pemberdayaan34

Aras Strategi Pemberdayaan.35

Pola Strategi Pemberdayaan..36

Kesejahteraan..

40

SIMPULAN.41

Hasil Analisis Sintesis.41

Usulan Kerangka Pemikiran Baru...42

Pertanyaan Penelitian..

44

DAFTAR PUSTAKA..45

RIWAYAT HIDUP.48

DAFTAR TABELTabel 1. Aras dan pola strategi pemberdayaan39

DAFTAR GAMBAR

43Gambar 1. Kerangka Pemikiran

PENDAHULUANLatar BelakangKemiskinan merupakan salah satu permasalahan yang selalu dihadapi Bangsa Indonesia. Jumlah penduduk miskin di Indonesia sampai pada Maret 2013 menurut Badan Pusat Statistik (BPS) yaitu 28,07 juta jiwa. Sebagian besar jumlah penduduk miskin berada pada kawasan perdesaan (17,74 juta jiwa). Kawasan perdesaan identik dengan potensi pertanian yang besar sekaligus kemiskinan yang dialami masyarakat. Mayoritas masyarakat pedesaan menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. Angka kemiskinan yang cukup tinggi di pedesaan seolah menimbulkan kontradiksi antara potensi pertanian yang dimiliki dengan kondisi faktual yang terjadi. Kemiskinan di pedesaan disebabkan karena berbagai faktor salah satunya yaitu ketidakberdayaan masyarakat desa untuk melepaskan diri dari jerat kemiskinan.

Sesuai dengan amanat pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 bahwa salah satu tujuan Bangsa Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan umum, sudah menjadi tugas pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pedesaan. Pembangunan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dilakukan dengan pemberdayaan masyarakat melalui sektor strategis yang dimiliki oleh desa yaitu sektor pertanian. Peternakan sebagai bagian integral dari sektor pertanian mempunyai posisi strategis dalam meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat serta peluasan kesempatan kerja dan pencipta lapangan usaha. Pembangunan peternakan diorientasikan dengan pemberdayaan masyarakat peternak.

Pemberdayaan masyarakat menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa Pasal 1 point 12 merupakan upaya mengembangkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dengan meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan, perilaku, kemampuan, kesadaran serta memanfaatkan sumberdaya melalui penetapan kebijakan, program dan pendampingan yang sesuai dengan esensi masalah dan prioritas kebutuhan masyarakat desa. Tujuan dari pemberdayaan masyarakat pada dasarnya adalah untuk meningkatkan kemandirian masyarakat untuk menyelsaikan permasalahannya sendiri yang pada akhirnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Permasalahan yang dihadapi oleh sektor peternakan saat ini yaitu kebutuhan konsumsi ternak yang terus meningkat, namun produksi dalam negeri belum mampu mencukupinya, sehingga sebagian besar kebutuhan konsumsi ternak dalam negeri dipenuhi melalui impor. Permasalahan ini disebabkan kondisi kelemahan internal yang belum diperhatikan. Usaha peternakan rakyat di Indonesia mempunyai ciri-ciri antara lain tingkat pendidikan peternak rendah, pendapatan rendah, penerapan manajemen dan teknologi konvensional, lokasi ternak menyebar luas, ukuran skala usaha relative sangat kecil serta pengadaan input utama yakni hijauan makanan ternak (HMT) yang masih tergantung pada musim, ketersediaan tenaga kerja keluarga (Yusdja & Ilham 2006). Selain itu, ciri-ciri lain usaha peternakan rakyat menurut Buletin PPSKI dalam Wibowo & Haryadi (2006) yaitu skala usaha kecil dengan kepemilikian satu sampai empat ekor per rumah tangga peternak, pemeliharaan ternak oleh petani ternak di pedesaan masih merupakan usaha pelengkap bagi kegiatan usahataninya, pemeliharaan masih bersifat tradisional serta menghadapi permasalahan dalam keterbatasan modal.

Pembangunan peternakan ditujukan untuk meningkatkan manfaat potensi sumberdaya genetic dan sumberdaya peternakan bagi kesejahteraan peternak dan masyarakat, menciptkan kebijakan yang tepat dalam merespon perkembangan global yang sangat dinamis, serta mengembangkan agribisnis atau agroindustri peternakan yang berbasis ketersediaan bahan pakan sumber serat, energy dan protein, serta dengan memperhatikan ketersediaan teknologi, kondisi sosial budaya, agroekosistem dan wilayah. Sasaran yang akan dicapai dalam pembangunan peternakan adalah untuk mengurangi ketergantungan impor ternak (BALITBANG 2005). Untuk mencapai tujuan dan sasaran ini, perlu dirumuskan strategi pemberdayaan dan kebijakan untuk memperkuat peternakan rakyat yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan peternak. Dengan demikian, menarik untuk dikaji dan dianalisis bagaimana implementasi strategi pemberdayaan dan hubungannya terhadap peningkatan kesejahteraan peternak.

Tujuan Penelitian

Untuk mencapai tujuan pemberdayaan perlu dirumuskan strategi pemberdayaan yang tepat. Strategi diartikan sebagai langkah-langkah atau tindakan tertentu untuk mencapai tujuan dari kegiatan yang dilaksanakan. Oleh karena itu, pengakjian mengenai Pengaruh Strategi Pemberdayaan Peternakan Rakyat terhadap Kesejahteraan Peternak bertujuan untuk menganalisis dan mengkaji bagaimana implementasi strategi pemberdayaan yang dilakukan untuk memberdayakan peternak serta pengaruhnya terhadap peningkatan kesejahteraan peternak.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penulisan studi pustaka ini adalah metode analisa terhadap data sekunder yang relevan dengan topik studi pustaka. Bahan pustaka yang digunakan dalam penulisan ini berasal dari hasil penelitian, yaitu berupa: skripsi, tesis, jurnal ilmiah, dan buku teks yang berkaitan dengan strategi pemberdayaan dan kesejahteraan. Bahan pustaka yang sudah terkumpul kemudian dipelajari, disusun, dan dianalisis sehingga menjadi suatu tulisan ilmiah yang berisi tinjauan teoritis dan tinjauan faktual beserta analisis dan sintesisnya. Selanjutnya ialah penarikan hubungan dari studi pustaka ini menghasilkan kerangka pemikiran serta pertanyaan penelitian yang akan digunakan sebagai acuan dalam penelitian yang akan dilakukan. RINGKASAN PUSTAKA1Judul :Model Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Peternakan di Daerah Pertanian Lahan Kering Desa Kemejing Kecamatan Semin Kabupaten Gunung Kidul

Tahun :2003

Jenis Pustaka :Artikel Jurnal

Bentuk Pustaka :Elektronik

Nama Penulis :R. Mutiawardhana, S. Emawati dan E. Handayanta

Nama Editor :-

Judul Buku :-

Kota dan Penerbit :-

Nama Jurnal :Jurnal Tropical Animal Husbandry

Volume (edisi) :Volume 2 (1)

Alamat URL :http://peternakan.fp.uns.ac.id/media/TAH/2013-1Januari/7%20Mutiawardana%20et%20al%2041-50.pdf

Tanggal diunduh:12 Oktober 2014, Pukul 19.40

Ringkasan

Penelitian dalam jurnal ini mengkaji potensi modal fisik, manusia, dan modal sosial serta merumuskan model pemberdayaan masyarakat yang sesuai dengan potensi tersebut. Penelitian ini dilakukan di Desa Kemejing, Kecamatan Samin, Kabupaten Gunung Kidul. Lokasi penelitian tersebut termasuk dalam wilayah dengan kondisi tanah yang kurang subur (lahan kering) sehingga kegiatan pertanian menjadi kurang produktif. Penelitian ini menggunakan teknik metode survey dengan penyebaran kuesioner dan menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Dalam jurnal ini dilakukan penelitian terkait model pemberdayaan masyarakat yang dapat dilakukan di daerah pertanian lahan kering. Pemberdayaan dilakukan dalam upaya untuk menaikkan harkat dan martabat mayarakat. Memberdayakan berarti memampukan dan memandirikan masyarakat untuk dapat melakukan aktivitasnya demi kesejahteraan mereka. Berdaya berarti secara mandiri masyarakat mampu menilai potensi yang dimiliki dan memahami permasalahan yang dialami sehingga mampu menyelesaikan persoalan tersebut. Untuk mencapai kondisi tersebut tidaklah mudah untuk dilakukan, dibutuhkan proses, energi dan waktu yang tidak sedikit. Penelitian ini mengkaji faktor-faktor yang mempengaruhi keberdayaan masyarakat dan faktor yang mempengaruhi dalam perumusan model pemberdayaan yang tepat untuk dilakukan. Faktor-faktor tersebut yaitu modal fisik, modal manusia dan modal sosial serta keberdayaan masyarakat. Modal fisik diartikan sebagai potensi yang dimiliki di daerah tersebut serta fasilitas/alat yang mendukung usaha peternakan. Modal manusia dalam hal ini diartikan aset yang berhubungan dengan kemampuan untuk melakukan suatu aktivitas seperti tingkat pendidikan, kesehatan, kemampuan berkomunikasi. Modal sosial merupakan norma atau nilai yang disepakati bersama, yang memperkuat jarringan kerja/sosial serta solidaritas masyarakat. Analisis modal sosial dikaji melalui variable jaringan kerja/sosial dan keterlibatan dalam aktivitas organisasi. Keberdayaan masyarakat merupakan kemampuan, dimilikinya daya oleh masyarakat untuk mengidentifikasikan potensi dan permasalahan yang dimilikinya secara mandiri dan dapat menentukan alternatife pemecahan masalah secara mandiri. Keberdayaan masyarakat diukur melalui variable dari tiga aspek perilaku yaitu pengetahuan, sikap dan keterampilan. Aspek pengetahuan dan keterampilan mengkaji pengetahuan dan kecenderungan untuk mengaplikasikan pengetahuan teknologi pertanian dan peternakan. Aspek sikap dikaji melalui sikap dalam pengambilan keputusan, tingkat keterbukaan terhadap masukan dan pendapat, tingkat kemauan dan keinginan untuk bekerjasama, serta komunikasi terhadap sesame peternak. Sikap dan komunikasi peternak kepeternak lain sangat penting untuk menunjang produktifitas ternak (Suharsih 1998). Peternak harus memiliki ketrampilan dalam beternak agar hasil yang didapatkan memperoleh keuntungan (Soekartawi 2005).Hasil analisis menunjukkan, modal fisik yang dimilik berdasarkan setiap variabel yang diukur termasuk dalam kategori sedang. Untuk modal manusia, tingkat pendidikan formal yang dimiliki peternak termasuk dalam kategori kurang baik, sementara motivasi dan semangat untuk memperoleh informasi dan ilmu pengetahuan tinggi, dan variable tingkat kesehatan termasuk dalam kategori sedang. Hasil analisis modal sosial, untuk variabel jaringan kerja/ sosial termasuk dalam kategori baik. Hal ini ditunjukkan dengan sikap keterbukaan untuk memperoleh informasi dan menerima masukan pengetahuan dari luar dan motivasi tinggi dalam melakukan hubungan sosial. Analisis keberdayaan masyarakat yang diukur melalui tiga aspek perilaku yaitu pengetahuan, sikap dan keterampilan termasuk dalam kategori sedang.Berdasarkan faktor-faktor tersebut yang telah dikaji, penulis merekomendasikan pemberdayaan berbasis peternakan sapi potong. Hal ini cukup beralasan karena usaha peternakan sapi potong rakyat mempunyai kekuatan yang cukup baik berdasarkan modal-modal yang diperoleh dalam pengembangannya dan memberikan multiplier effect yang luas sekali di daerah penelitian. Usaha ternak sapi potong merupakan integrasi antara pertanian dan peternakan. Pemberdayaan pengolahan limbah pertanian seperti tongkol jagung, rendeng kacang tanah, kulit kacang, bungkil kedelai dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak. Limbah dari peternakan seperti kotoran ternak juga tidak ada yang terbuang dapat dijadikan pupuk sehingga siklus selalu berputar.

Analisis PustakaPenulis telah cukup baik menjelaskan analisis modal fisik, manusia dan sosial yang dimiliki oleh masyarakat desa. Putnam (1993) dalam Field (2010) mendefinisikan modal sosial sebagai bagian dari organisasi sosial, seperti kepercayaan, norma dan jaringan, yang dapat memperbaiki efisiensi masyarakat dengan memfasilitasi tindakan terkoordinasi. Dalam analisis modal sosial, penulis hanya menganalisis variabel jaringan sosial dan keterlibatan dalam aktivitas organisasi, sementara untuk kepercayaan dan norma yang ada pada masyarakat tidak dianalisis. Padahal, kepercayaan dan norma dapat saling mendukung jaringan yang dimiliki masyarakat. Suatu jaringan yang dilandasi kepercayaan dan diikat oleh norma yang ada, akan bertahan lebih lama dan akan memberikan efek positif dalam melakukan pemberdayaan. Variabel jaringan sosial dilihat melalui indikator keterbukaan dalam memperoleh informasi dan menerima masukan pengetahuan dari luar dan motivasi tinggi dalam melakukan hubungan sosial. Untuk konsep modal fisik, dilihat dengan menggunakan variable ketersediaan sarana produksi, ketersediaan dan kemudahan akses, serta sarana komunikasi dan transportasi. Sedangkan untuk, konsep modal manusia diukur dengan melihat variable tingkat pendidikan dan tingkat kesehatan. Selain itu, peneliti kurang menjelaskan hubungan antara modal yang telah dimiliki masyarakat dengan rekomendasi upaya pemberdayaan yang diberikan. Peneliti belum menjelaskan dengan jelas, keterkaitan dengan modal fisik, modal manusia, dan modal sosial yang dimiliki oleh masyarakat dengan rekomendasi strategi/model pemberdayaan yang akan dilakukan.2Judul :Pengaruh Pelaksanaan Pemberdayan Masyarakat Melalui Program Pengembangan Lembaga Ekonomi Pedesaan terhadap Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat di Kecamatan Rumbai, Kota Pekanbaru, Propinsi Riau

Tahun :2008

Jenis Pustaka :Artikel Jurnal

Bentuk Pustaka :Elektronik

Nama Penulis :Fabillah Sandi

Nama Editor :-

Judul Buku :-

Kota dan Penerbit :-

Nama Jurnal :Jurnal Ilmu Administrasi

Volume (edisi) :Volume V, Nomor 5

Alamat URL :http://isjd.pdii.lipi.go.id/

Tanggal diunduh:Jurnal diperoleh dari LIPI pada tanggal 17 Oktober 2014

RingkasanPersoalan kemiskinan terus menjadi agenda penting di Indonesia. Selama ini, program pengentasan kemiskinan yang dilakukan belum efektif untuk menyelesaikan permasalahan kemiskinan. Program Pengembangan Lembaga Ekonomi Pedesaan adalah kegiatan pembangunan yang sarat dengan muatan pemberdayaan masyarakat. Pelaksanaan program ini diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hal inilah yang melatarbelakangi peneliti melakukan kajian terhadap pengaruh program pemberdayaan ini terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Jurnal ini melihat pengaruh dari program pemberdayaan masyarakat terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat dan menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan kurang optimalnya pelaksanaan program pemberdayaan. Konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini yaitu pemberdayaan, strategi pemberdayaan, kemiskinan dan kesejahteraan. Program pemberdayaan yang dijadikan objek penelitian yaitu Program Pengembangan Lembaga Ekonomi Pedesaan melalui Usaha-Ekonomi Desa Simpan Pinjam. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif. Metode yang digunakan yaitu survey, kuesioner, wawancara dan literature terkait. Peneliti melihat pengaruh antara program pemberdayaan terhadap peningkatan kesejahteraan melalui tiga dimensi yang merupakan panduan dalam program tersebut yaitu dimensi prinsip pokok, kriteria kegiatan dan dimensi pengawasan. Pada variable peningkatan kesejahteraan masyarakat menggunakan indikator berkurangnya jumlah penduduk miskin, berkembangnya usaha, dan meningkatnya kemampuan dan kemandirian masyarakat yang ditandai dengan peningkatan pendapatan.

Konsep pemberdayaan diartikan sebagai sebuah konsep pembangunan ekonomi yang merangkun nilai-nilai sosial. Konsep ini mencerminkan paradigm baru pembangunan, yakni yang bersifat people-centered, partisipatory, empowering dan sustainable (Chambers dalam Kartasasmita (1997). Kartasasmita (1997) mengungkapkan pendekatan yang digunakan dalam konsep pemberdayaan adalah bahwa masyarakat bukan sebagai objek dari pembangunan, tetapi merupakan subjek pembangunan. Sehingga pendekatan/ strategi yang harus digunakan dalam pelaksanaan pemberdayaan adalah (1) upaya pemberdayaan harus terarah (targeted); (2) partisipasi aktif masyarakat; (3) menggunakan pendekatan kelompok. Pemberdayaan masyarakat identic dengan pembangunan ekonomi yang pada akhirnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hasil analisis menunjukkan, pada dimensi pertama yaitu dimensi prinsip pokok menggunakan beberapa indikator untuk mengukurnya yaitu prinsip keterpaduan, kemandirian, ekonomi, kepercayaan dan kebersamaan serta keberlanjutan. Hasil dari analisis keenam indikator tersebut berada dalam kategori cukup, namun untuk indikator kemandirian dan keberlanjutan termasuk dalam kategori rendah. Pengukuran indikator ini menggunakan regresi linier dan diperoleh bahwa prinsip pokok mempunyai hubungan yang positif dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Dimensi kedua, yaitu dimensi kriteria kegiatan menggunakan 13 indikator dalam pengukurannya diantaranya yaitu cepat menghasilkan, mendayagunakan potensi yang ada dan dimiliki oleh desa, menghasilkan produk yang dapat dipasarkan, memenuhi kebutuhan dasar, memberikan hasil kepada setiap anggota kelompok, dilakukan dengan cara-cara yang telah dikenal dan dikuasai masyarakat, sesuai dengan potensi, saling mendukung dan secara sosial-budaya dapat diterima oleh masyarakat. Bedasarkan hasil penyebaran kuesioner, 13 indikator tersebut termasuk dalam kategori cukup, namun untuk indikator cepat menghasilkan, mendayagunakan potensi yang ada, dan hasil dapat digulirkan termasuk dalam kategori kurang. Berdasarkan hasil analisis regresi dimensi kriteria kegiatan memiliki hubungan yang positif terhadap peningktan kesejahteraan masyarakat. Dimesi ketiga, yaitu dimensi pengawasan. Indikator yang digunakan dalam dimensi ini yaitu manfaat dan frekuensi pengawasan. Berdasarkan hasil yang diperoleh, keseluruhan indikator dimensi pengawasan termasuk dalam kategori kurang. Berdasarkan analisis regresi diketahui bahwa dimensi pengawasan dalam pelaksanaan program menunjukkan angka koefisien yang lebih rendah dari dimensi prinsip pokok dan kriteria kegiatan.

Pada variable peningkatan kesejahteraan, berdasarkan hasil kuesioner kesejahteraan masyarakat menjadi lebih baik dari sebelumnya. Dari ketiga indikator peningkatan kesejahteraan termasuk dalam kategori cukup. Dimensi prinsip pokok, kriteria kegiatan dan pengawasan dalam pelaksanaan program secara bersama-sama terbukti memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kesejateraan masyarakat. Walaupun terbukti memiliki hubungan positif dengan peningkatan kesejahteraan, tetapi perlu diperhatikan faktor-faktor lain yang menyebabkan pelaksanaan program menjadi kurang optimal seperti indikator kemandirian dan keberlanjutan program, sehingga tujuan dari pemberdayaan dapat tercapai.

Analisis PustakaPeneliti cukup jelas dalam menggambarkan pengaruh pelaksanaan program pemberdayaan terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat. Penggunaan pendekatan metode kuantitatif dan kualitatif menguatkan hasil yang diperoleh. Peneliti dalam penelitian ini menjadikan pelaksanaan program pemberdayaan sebagai variabel x (Independent variable) dan peningkatan kesejahteraan sebagai variabel y (dependent variable). Pada variable pelaksanaan program pemberdayaan dikur melalui tiga dimensi yang ada dalam pelaksanaan, yaitu (1) dimensi dimensi pelaksanaan: prinsip keterpaduan, kemandirian, ekonomi, kepercayaan, kebersamaan, berkelanjutan; (2) Kriteria kegiatan: cepat menghasilkan, mendayagunakan potensi yang ada dan dimiliki desa, produk yang dapat dipasarkan, memenuhi kebutuhan dasar, memberikan hasil kepada setiap anggota kelompok, dapat dilakukan dengan cara-cara yang dikenal dan dikuasai oleh masyarakat, sesuai dengan potensi yang ada, saling mendukung, dapat diterima masyarakat; (3) Dimensi pengawasan: manfaat dan frekuensi pengawasan. Pada variable peningkatan kesejahteraan diukur melalui Peningkatan pendapatan masyarakat, berkurangnya jumlah penduduk miskin, meningkatnya kemampuan dan kemandirian masyarakat, berkembangnya usaha masyarakat. Hasil analisis cukup jelas menjelaskan hubungan positif antara ketiga dimensi pelaksanaan program dengan peningkatan kesejahteraan. Namun dalam penelitian ini, kurang dibahas mengenai faktor-faktor yang menyebabkan kurang optimalnya pelaksanaan program pemberdayaan tersebut.3Judul :Hubungan antara Program Pemberdayaan dengan Kemandirian dan Kelembagaan Ekonomi dalam Peningkatan Kesejahteraan Peternak

Tahun :2011

Jenis Pustaka :Artikel Jurnal

Bentuk Pustaka :Elektronik

Nama Penulis :D. Yadi Heryadi dan Dani Ramdani

Nama Editor :-

Judul Buku :-

Kota dan Penerbit :-

Nama Jurnal :Jurnal Media Pertanian

Volume (edisi) :Volume 3 (1)

Alamat URL :http://isjd.pdii.lipi.go.id/

Tanggal diunduh:Jurnal diperoleh dari LIPI pada tanggal 17 Oktober 2014

Ringkasan

Program Kampoeng Ternak di daerah Garut merupakan program pemberdayaan masyarakat berupa pengembangan peternakan domba Garut. Setelah berjalan dua tahun, program memberikan hasil yang baik. Ditinjau dari keberlangsungan program sampai saat ini, menunjukkan adanya perkembangan program pemberdayaan peternak yang cukup signifikan dan sejalan dengan apa yang menjadi arah dan strategi pengembangan peternakan rakyat di Indonesia yaitu menjadikan pembangunan peternakan sebagai bagian integral dari pembangunan ekonomi yang diarahkan untuk meningkatkan pendapatan, kesejahteraan, taraf hidup, kapasitas dan kemandirian peternak serta mendukung swasembada pangan melalui usaha intensifikasi, ekstensifikasi dan diversifikasi peternakan. Uraian tersebut yang melatarbelakangi peneliti bermaksud untuk menganalisis pelaksanaan program pemberdayaan serta hubungannya terhadap kemandirian dan kelembagaan ekonomi dalam peningkatan kesejahteraan peternak. Dalam jurnal ini dilakukan analisis terhadap pelaksanaan program pemberdayaan peternak serta hubungannya dengan kemandirian dan kelembagaan ekonomi dalam peningkatan kesejahteraan. Penelitian ini dilakukan di daerah Garut, Jawa Barat. Program Kampoeng Ternak berfokus untuk menumbuhkembangkan entitas dan iklim kewirausahaan sosial dalam komunitas peternakan rakyat, meningkatkan kualitas kesejahteraan petani-peternak, membangun jaringan peternakan rakyat di Indonesia dan mengoptimalkan pemanfataan sumber daya hayati ternak asli Indonesia. Responden dari penelitian ini yaitu kelompok peternak Sabilulungan dan Saluyu Jaya. Variabel yang digunakan peneliti untuk dikaji yaitu program pemberdayaan, kemandirian kelompok, kelembagaan ekonomi dan tingkat kesejahteraan. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini yaitu uji statistic non parametik.

Hasil pembahasan menunjukkan, variabel pelaksanaan program pemberdayaan peternak termasuk dalam kategori tinggi. Pelaksanaan program pemberdayaan telah mencapai skor 84,66 persen dari nilai ideal pelaksanaan. Variabel ini diukur menggunakan indikator partisipasi dalam kegiatan dan manfaat yang diperoleh dari program. Variabel keadaan kelembagaan ekonomi termasuk dalam klasifikasi sedang dengan nilai rata-rata 14,33 dari nilai harapan 24. Variabel ini diukur menggunakan indikator kepemilikan asset dan stabilitas produksi. Variabel kemandirian mitra kelompok pemberdayaan termasuk dalam kategori sedang dengan nilai rata-rata 34,42 dari nilai harapan 45. Pada variabel tingkat kesejahteraan mita pemberdayaan termasuk dalam kategori sedang, dengan skor nilai rata-rata 15,17 dari nilai harapan 27. Variabel tingkat kesejahteraan diukur melalui tingkat pendapatan peternak. Walaupun tingkat kesejahteraan termasuk dalam kategori sedang, namun indikator tingkat pendapatan peternak termasuk dalam kategori rendah hanya mencapai nilai 42,36 persen dari nilai ideal.Sedangkan, hasil analisis keterhubungan antara variabel pelaksanaan pemberdayaan dengan kelembagaan ekonomi dan dengan kemandirian menunjukkan ada hubungan yang signifikan (erat). Hal ini berarti, semakin baik pelaksanaan program pemberdayaan maka akan semakin baik tingkat kelembagaan ekonomi dan kemandirian mitra pemberdayaan. Hasil analisis menunjukkan, kelembagaan ekonomi dan kemandirian berubah sebesar 33 persen akibat adanya pelaksanaan program pemberdayaan.

Berdasarkan hasil analisis tersebut, penulis merekomendasikan bahwa program pemberdayaan tersebut harus tetap dipertahankan keberlanjutannya karena sudah berjalan dengan cukup baik. Hal lain yang perlu dilakukan yaitu tetap dilakukannya monitoring dan pendampingan kelompok peternak serta penguatan lembaga masyarakat berupa paguyuban peternak dan memaksimalkan peran pemerintah atau dinas terkait.

Analisis Pustaka

Penelitian ini sudah cukup menjelaskan analisis alat ukur yang digunakan untuk melihat hubungan antara pelaksanaan program pemberdayaan peternak dengan kemandirian, kelembagaan ekonomi dan tingkat kesejahteraan. Namun, dalam peneltian ini kurang menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi dari hasil tersebut. Seperti, faktor yang menyebabkan tingkat kesejahteraan peternak masih terbilang kategori sedang dengan tingkat pendapatan peternak yang termasuk kategori rendah, padahal dalam variabel pelaksanaan program termasuk dalam kategori tinggi (pelaksanaan program berjalan dengan baik). Penulis hanya menjelaskan sebatas angka (hasil alat ukur) yang menyebutkan ada hubungan yang signifikan dari variable-variabel tersebut, namun belum dijelaskan faktor-faktor yang menjelaskan kondisi tersebut. Dalam metode yang digunakan belum menjelaskan teknik penentuan responden yang digunakan. Pemberdayaan kelompok dilihat melalui variabel partisipasi dalam kegiatan, manfaat yang diperoleh dari program serta pelaskanaan program. Pada variabel tingkat kesejahteraan dilihat dengan menggunakan indikator pendapatan.4Judul :Pemanfaatan Modal Sosial dalam Upaya Peningkatan Kesejahteraan Keluarga dan Komunitas (Studi Pada Komunitas Petani Karet di Kecamatan Rao, Kabupaten

Pasaman, Sumatera Barat)

Tahun :2006

Jenis Pustaka :Artikel Jurnal

Bentuk Pustaka :Elektronik

Nama Penulis :Badaruddin

Nama Editor :-

Judul Buku :-

Kota dan Penerbit :-

Nama Jurnal :Jurnal Wawasan

Volume (edisi) :Volume 12 No 2

Alamat URL :http://isjd.pdii.lipi.go.id/

Tanggal diunduh:Jurnal diperoleh dari LIPI pada tanggal 17 Oktober 2014

RingkasanPersoalan utama yang paling sering menimpa petani pada hampir semua komditi yang dihasilkan adalah rendahnya posisi tawar petani terhadap para pedagang dalam menetapkan harga. Salah satu strategi untuk menghadapi permasalahan ini yaitu melalui kerjasama kolektif. Melalui kerjasama kolektif, petani bergabung dan mengorganisir diri sehingga mampu meningkatkan posisi tawar petani. Kemampuan komunitas mengorganisir diri dalam kegiatan kolektif, menunjukkan bahwa dalam komunitas tersebut telah terbangun pilar-pilar elemen modal sosial yang akan memperkuat posisi tawar komunitas terhadap kekuatan-kekuatan eksternal yang mencoba melakukan eksploitasi terhadap mereka. Elemen-elemen modal sosial yang telah terbentuk antara lain (1) hubungan saling percaya (trust); (2) pranata (institusi); (3) jaringan sosial (social network) (Ostrom 1992, Putnam 1993, Fukuyama 1995, Someswar 1996, Krishna & Uphoff 1999, Lubis 2002). Hal ini yang melatarbelakangi peneliti untuk mengkaji bagaimana pemanfaatan modal sosial dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Jurnal ini mengkaji pemanfaatan tindakan kolektif masyarakat (modal sosial) dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Penelitian ini mengambil studi kasus pada petani karet di Jorong (dusun) Polongan Dua, Kecamatan Rao, Kabupaten Pasaman, Provinsi Riau. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis proses terbentuknya tindakan kolektif (modal sosial) serta manfaatnya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif lebih ditonjolkan dalam penelitian ini, sementara metode kuantitatif hanya sebagai pendukung. Penelitian ini didukung oleh studi kasus yang dilakukan oleh Salman (1999) dan Ohama (2001) yang membuktikan bahwa tindakan kolektif (kolaboratif) dengan memanfaatkan modal sosial yang dimiliki dalam upaya meningkatkan penghasilan dalam suatu komunitas telah menunjukkan hasil yang memuaskan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Penelitian Lubis (2002) menemukan bahwa pada komunitas yang mampu memanfaatkan potensi modal sosial telah mampu memberi sumbangan bagi peningkatan kesejahteraan komunitas desa.

Dengan adanya tindakan kolektif, petani karet yang awalnya tidak berdaya, hanya bisa pasrah dengan harga yang ditentukan sepihak oleh pedagang karet dan diperparah dengan kondisi yang mengharuskan petani karet hanya boleh menjual hasil karet tersebut kepada satu pedagang saja karena sistem hutang yang menjerat mereka, dengan dibentuknya tindakan kolektif dengan sistem lelang menjadikan petani karet memiliki posisi tawar yang lebih kuat terhadap harga. Berdasarkan data kuantitatif yang didapat, menunjukkan bahwa dengan penjualan karet sistem lelang masing-masing keluarga petani merasakan adanya peningkatan penghasilan keluarga. Dalam penelitian ini, peneliti mendeskripsikan proses terbentuknya tindakan kolektif tersebut. Ada berbagai faktor yang menghambat dibentuknya tindakan kolektif ini. Mengutip dari Amir dalam Lubis (2002) tindakan kolektif secara teoritik harus didahului oleh adanya kepercayaan antara seseorang terhadap orang lain. Peneliti menggunakan elemen-elemen modal sosial berupa tingkat kepercayaan (trust), pranata (institution) dan jaringan sosial sebagai aspek yang dianalisis.

Analisis Pustaka

Peneliti telah mendeskripsikan dengan cukup baik terkait dengan proses terbentuknya tindakan kolektif petani karet. Penelitian ini lebih menonjol dalam penggunaan pendekatan kualitatif dengan mendeskripsikan dibandingkan dengan pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif belum maksimal digunakan untuk menjelaskan keterkaitan hubungan antara masing-masing variable modal sosial dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Hubungan antara variable tersebut lebih dikuatkan oleh penelitian-penelitian yang dikutip dalam jurnal tersebut. Pada variable modal sosial dijelaskan secara kualitatif dengan menggunakan elemen-elemen modal sosial yaitu jaringan sosial (hubungan antar individu), norma-norma dan kepercayaan. Sementara pada variable pendekatan kesejahteraan digunakan indikator tingkat pendapatan.5Judul :Strategi Pemberdayaan Masyarakat Miskin Pedesaan Melalui Pengembangan Institusi dan Modal Sosial Lokal (Studi pada Masyarakat Miskin Pedesaan di Wilayah Kecamatan Pojon, Kabupaten Malang)

Tahun :2005

Jenis Pustaka :Artikel Jurnal

Bentuk Pustaka :Elektronik

Nama Penulis :Drs Oman Sukmana MSi

Nama Editor :-

Judul Buku :-

Kota dan Penerbit :-

Nama Jurnal :Jurnal Humanity

Volume (edisi) :Volume 1 Nomor 1

Alamat URL :http://ejournal.umm.ac.id/index.php/humanity/article/viewFile/808/845_umm_ scientific_journal.pdf

Tanggal diunduh:26 Oktober 2014, Pukul 15.30

Ringkasan

Berbagai upaya penanggulangan kemiskinan telah dilakukan oleh pemerintah. Namun, upaya penanggulangan kemiskinan yang dilakukan masih belum membuahkan hasil yang maksimal. Mengatasi kemiskinan pada hakikatnya merupakan upaya pemberdayaan orang miskin untuk dapat mandiri, baik dalam pengertian ekonomi, budaya dan politik. Institusi sosial pada tingkat lokal memiliki peran penting dalam proses pembangunan di masyarakat. Oleh karena itu, strategi pemberdayaan masyarakat khususnya di pedesaan dengan memanfaatkan dan mengembangkan institusi lokal dan modal sosial lokal yang berlandaskan pada aspek karakteristik sosial, budaya, agama, nilai dan etika masyarakat lingkungan sosial lokal merupakan strategi yang tepat. Dalam jurnal ini mengkaji isntitusi dan modal sosial yang dimiliki oleh masyarakat pedesaan guna dilakukan strategi pemberdayaan yang tepat. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Pendekatan kualitatif lebih ditonjolkan dalam penelitian ini, sementara pendekatan kuantitatif hanya sebagai pendukung dan pelengkap dalam penelitian. Penelitian menggunakan analisis deskriptif. Studi kasus dalam penelitian ini yaitu masyarakat miskin pedesaan di wilayah Kecamatan Pojon, Kabupaten Malang.

Dengan dilakukannya analisis terkait modal sosial yang dimiliki masyarakat dapat direkomendasikan strategi pemberdayaan yang memanfaatkan potensi modal sosial yang ada. Strategi pemberdayaan masyarakat dengan memanfaatkan dan mengembangkan institusi lokal dan modal sosial lokal harus berlandaskan pada aspek karakteristik sosial, budaya, agama, nilai, etika masyarakat lingkungan sosial lokal. Penelitian ini juga mengkaji kemiskinan yang terjadi di wilayah pedesaan. Peneliti menjelaskan bahwa terdapat tiga dimensi kemiskinan yaitu dimensi ekonomi, dimensi sosial budaya dan dimensi structural. Kemiskinan dalam dimensi ekonomi terkait pada pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Kemiskinan dalam dimensi sosial budaya lebih kepada adanya budaya kemiskinan yang menyebabkan adanya nilai-nilai apatis, fatalistic. ketidakberdayaan, apolitis. Sementara kemiskinan dalam dimensi structural berarti tidak memiliki kekuasaan.

Untuk menyelesaikan persoalan kemiskinan tersebut, persoalan dalam ketiga dimensi kemiskinan harus diselesaikan. Strategi pemberdayaan dilakukan dengan tepat agar masyarakat mampu dan mandiri serta berdaya dalam memanfaatkan potensi yang dimilikinya untuk memberikan alternative pemecahan masalah secara mandiri. Peneliti mengkaji modal sosial dan institus baik yang bersifat formal maupun nonformal. Peneliti juga mengkaji manfaat dari modal sosial tersebut, sehingga dapat dilibatkan dalam pemberdayaan. Berdasarkan hasil kajian, peneliti merekomendasikan untuk tetap mempertahankan dan mengembangkan institusi lokal yang ada namun perlu dilakukan upaya-upaya untuk mengoptimalkan kegiatan dalam institusi tersebut.

Analisis Pustaka

Konsep-konsep yang digunakan dalam penelitian ini telah dijelaskan cukup baik oleh peneliti. Namun, untuk hasil dari penelitian tersebut kurang dapat dijelaskan. Dalam jurnal ini, lebih banyak membahas terkait konsep yang digunakan. Hasil analisis terkait institusi dan modal sosial yang dimiliki oleh masyarakat belum dijelaskan dengan baik. Pendekatan kuantitatif dalam penelitian juga belum optimal digunakan dalam penelitian ini. Hubungan antara institusi dan modal sosial lokal dengan keberhasilan pemberdayaan dalam mengentaskan kemiskinan belum dideskripsikan dalam penelitian ini. Hanya sekedar melalui teori-teori yang mendukung saja. Pada variable modal sosial dilihat melalui karakteristik/ jenis modal sosial, kegiatan yang dilakukan serta fungsi dari modal sosial tersebut. 6Judul :Implikasi Pelatihan Penguatan Kapasitas Kelompok dalam Mengembangkan Kemandirian Usaha

Tahun :2011

Jenis Pustaka :Artikel Jurnal

Bentuk Pustaka :Elektronik

Nama Penulis :Surachman Suwardi

Nama Editor :-

Judul Buku :-

Kota dan Penerbit :-

Nama Jurnal :Jurnal-jurnal Ilmu Pertanian

Volume (edisi) :Volume 8 Nomor 2

Alamat URL :http://stppyogyakarta.ac.id/wpcontent/uploads/2012/04/IIP_0702_2011_Surachman_Suwardi.pdf

Tanggal diunduh:20 Oktober 2014 Pukul 16.00

Ringkasan

Program pengentasan kemiskinan umumnya ditempuh melalui tiga pendekatan yaitu fasilitasi unsur pendukung, pengembangan usaha produktif dan bantuan cuma-cuma. Selama ini, pemerintah telah melakukan berbagai program sebagai upaya pengentasan kemiskinan. Namun, dampak dari program-program tersebut belum efektif dapat menurunkan angka kemiskinan karena kurang memotivasi partisipasi masyarakat serta dilaksanakan secara parsial (sektoral). Kosim Sirodjuddin (2003), Abdul Hakam Naja (2006), Iskandi Ruhminto Adi (2005) dan Bambang Robbani (2006) mengungkapkan program pemberdayaan/ pembelajaran masyarakat harus lebih menekankan aspek pemberdayaan, dilaksanakan secara multidisiplin, menciptakan kondisi pembelajaran yang lebih kondusif dalam konteks pemberdayaan masyarakat serta memberikan pengalaman langsung pada masyarakat agar mampu berpikir dalam memecahkan masalahnya. Program Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) merupakan program pemberdayaan untuk pengentasan kemiskinan petani dengan menggunakan metode penguatan kapasitas. Penulis tertarik menganalisis bagaimana pengaruh antara fasilitasi/ penerapan materi penguatan kapasitas oleh Penyuluh Pertanian, Penyelia Mitra Tani, Gapoktan dalam melaksanakan penguatan kapasitas kelompok terhadap tingkat adopsi materi penguatan kapasitas Gapoktan.

Penelitian ini mengkaji terkait penguatan kapasitas yang dilakukan dalam program pemberdayaan PUAP. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode observasi dan wawancara dan menggunakan analisis deskriptif serta verivikatif. Studi kasus dalam penelitian ini membandingkan antara penguatan kapasitas program PUAP yang dilakukan di Jawa Tengah dan Jawa Barat. Penelitian ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan V Puhazhendhi; KJS Satyasal (2001); MS Kalkur (2001) dan R Das, RN Barman serta P.K Baruah (2001) yang menyimpulkan bahwa pemberdayaan terhadap masyarakat miskin dengan pembelajaran penguatan kapasitas kelompok akan (1) mampu membangun kegiatan kelompok dengan meningkatkan kesejahteraan anggotanya, (2) berhasil menumbuhkembangkan modal sosial anggota seperti sifat hemat, tekun dalam berusaha, kebiasaan menabung, menumbuhkan simpan pinjam, rasa percaya diri, dan (3) program mampu menumbuhkembangkan kesetaraan gender.

Secara konseptual, penguatan kapasitas kelompok merupakan proses pembelajaran kelompok secara partisiptif yang bertujuan membantu para petani membentuk kelembagaannya sebagai wadah belajar dan kerjasama untuk memperbaiki taraf hidup dan kesejahteraannya. Penguatan kapasitas merupakan upaya untuk memperkuat kebijakan/kerangka hukum, pengembangan kelompok, partisipasi masyarakat, pengembangan sumber daya manusia serta penguatan kelompok. Tujuan dari penguatan kapasitas yaitu masyarakat dapat berpikir dan memecahkan masalahnya secara mandiri. Penguatan kapasitas dilakukan melalui pendekatan pembelajaran kelompok. Peneliti mendeskripsikan lima tahapan dalam penguatan kapasitas. Pertama yaitu tahap stimulasi, dalam tahap ini petani menyadari pentingnya pembelajaran penguatan kapasitas. Kedua, tahap menaruh minat yaitu kegiatan pembelajaran disesuaikan dengan kondisi kelompok. Ketiga tahap legitimasin dalam tahap ini inovasi penguatan kapasitas dapat diterima dan diterapkan oleh petani. Keempat tahap percobaan yaitu tahap dimana petani mengambil keputusan untuk mencoba menerapkan inovasi. Kelima tahap penerapan pemguatan kapasitas keolompok.

Peneliti mengkaji penguatan kapasitas melalui variable-variabel yaitu dukungan kolega/ anggota kelompok dan penerapan materi oleh fasilitator. Berdasarkan hasil kajian yang dilakukan penguatan kapasitas yang dilakukan sampai pada tahap legitimasi. Hasil kajian juga menjelaskan tingkat penerapan penguatan kapasitas dipengaruhi oleh kedua variable yang digunakan. Kedua variabel tersebut bersama-sama secara efektif mempengaruhi adopsi responden dalam program penguatan kapasitas kelompok dan perlu dipertimbangkan sebagai stimulus dalam merespon keputusan adopsi. Fakta menunjukkan baha variabel-variabel tersebut telah membentuk perilaku, yaitu keputusan adopsi yang terdiri dari aspek kognitif, afeksi dan psikomotorik dengan kategori cukup. Namun, variable penerapan materi oleh fasilitator memberikan pengaruh yang lebih besar terhadap tingkat penerapan penguatan kapasitas. Berdasarkan hasil kajian, penulis memberikan rekomendasi untuk mengoptimalkan penguatan kapasitas yang dilakukan. Dengan adanya penguatan kapasitas petani dapat diberdayakan sehingga dapat menciptakan iklim usaha yang kondusif dalam membangun sistem partisipatif dalam memperbaiki nasibnya.Analisis Pustaka

Penulis sudah cukup jelas mendeskripsikan hasil penelitiannya. Dalam pembahasan, penulis mendeskripsikan hubungan antara variable-variabel dengan baik, dan diperkuat dengan hasil analisis kuantitatif. Variabel karakteristik penguatan kapasitas diukur melalui penerapan/ fasilitasi materi dan dukunga kolega/ anggota kelompok. Variabel penguatan kapasitas merupakan variable independent (mempengaruhi). Sementara variable tingkat adopsi merupakan variable dependent (dipengaruhi). Variabel tingkat adopsi dilihat melalui tahapan adopsi (stimulasi, menaruh minat, legitimasi, verikfikasi, penerapan) dan keputusan adopsi yang diliat dari aspek kognitif, afektif, psikomotorik. 7Judul :Pengembangan Industri Peternakan Rakyat Mandiri Melalui Penguatan Kelembagaan dan Pemberdayaan SDM

Tahun :2000

Jenis Pustaka :Artikel Jurnal

Bentuk Pustaka :Elektronik

Nama Penulis :Syarifuddin Nur, Oentoeng Edi Djatmiko, Siti Zubaidah

Nama Editor :-

Judul Buku :-

Kota dan Penerbit :-

Nama Jurnal :Jurnal Animal Production

Volume (edisi) :Volume 2 Nomor 2

Alamat URL :http://idci.dikti.go.id/pdf/JURNAL/JURNAL%20OF%20ANIMAL%20PRODUCTION/Vol.02,%20No.2%20%282000%29/295-1130-1-PB.pdf

Tanggal diunduh:21 Oktober 2014, Pukul 19.15

Ringkasan

Usaha peternakan rakyat (kecil) merupakan salah satu sektor usaha yang banyak digeluti oleh masyarakat dan menjadi sumber kehidupan bagi keluarganya. Posisi peternak baik skla kecil maupun menengah tidak lebih dari buruh pelaksana bagi peternak besar sebagai penyedia sarana produksi. Hubungan yang dikembangkan oleh peternak besar lebih bersifat patron-client. Bagaimana memberdayakan para peternak rakyat (kecil) ini adalah suatu permasalahan. Berbagai kebijakan pemerintah, masih dinilai kurang berhasil dalam upaya pemberdayaan tersebut. Jurnal ini mengkaji potensi pengembangan sumberdaya manusia dan penguatan kelembagaan dan hubungannya dengan pengembangan industri peternakan rakyat. Usaha peternakan kecil merupakan sektor usaha yang banyak digeluti oleh masyarakat dan menjadi sumber pendapatan. Karena itulah, diperlukan pengembangan industry peternakan rakyat agar peternak mampu berdaya dan meningkatkan kesejahteraan peternak. Penulis menggunakan pendekatan sistem agroindusti untuk merekomendasikan pengembangan peternakan tersebut. Pendekatan sistem ini dilakukan dengan analisis kebutuhan aktor, formulasi permasalahan, dan identifikasi sistem yang terdiri dari faktor penggerak dan faktor penghambat.

Peneliti menggunakan Proses Hierarki Analitik (PHA) untuk menganalisis data yang telah diperoleh. Melalui PHA kriteria-kriteria dalam pengembangan peternakan rakyat di urutkan sesuai dengan prioritas. Hal yang dijadikan prioritas utama dalam penelitian ini yaitu tingkat kesejahteraan peternak, pengembangan sumberdaya manusia, pembentukan dan penguatan kelembagaan. Yang dimaksud dengan kesejahteraan peternak yaitu tingkat kesehatan yang memadai, tingkat pendidikan yang memadai, tingkat pendapatan yang cukup, dan rasa keamanan. Pengembangan sumberdaya manusia (SDM) merupakan upaya untuk meningkatkan kemampuan peternak dengan menumbuhkan kesadaran akan perlunya pengembangan usahanya. Tujuan dari pengembangan SDM yaitu peternak dapat mengakses dirinya dengan berbagai hal yang penting dalam rangka pengembangan usahanya. Pengembangan SDM dapat dicapai melalui; (1) peningkatan kesadaran dan percaya diri; (2) peningkatan kemampuan menghasilkan pendapatan; (3) peningkatan kesejahteraan ekonomi; (4) peningkatan kesejahteraan sosial-budaya. Pembentukan dan penguatan kelembagaan eknomi diperlukan untuk mengorganisir kelompok usaha peternakan rakyat. Pembentukan kelembagaan memerlukan input antara lain; (1) partisipasi peternak rakyat; (2) good will dari stakeholder terkait; (3) kebijakan-kebijakan yang mendukung; (4) dukungan dan layanan permodalan. Dengan adanya pengembangan SDM dan pembentukan dan penguatan kelembagaan ekonomi, peternak mampu berdaya untuk mengembangkan usaha peternakan rakyat dan dapat meningkatkan kesejahteraannya.

Analisis Pustaka

Dalam penelitian ini, tidak dicantumkan bagaimana metode yang digunakna untuk memperoleh data. Metode pengumpulan data hanya tersirat dalam deskriptif yang digunakan dalam bagian pembahasan dalam jurnal ini, tidak dalam subbab tersendiri. Peneliti hanya menjelaskan pendekatan yang digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh. Peneliti sudah cukup baik mendeskripsikan pengembangan SDM dan pembentukan dan penguatan lembaga ekonomi dan keterkaitannya dengan pengembangan industry peternakan rakyat. Dalam penelitian, variabel x (independent variable) yang digunakan menggunakan pendekatan sistem untuk menganalisis potensi dan permasalahan yang dihadapi peternak kecil. Dalam penelitian ini, strategi pemberdayaan dijadikan variabel y (dependent variable). Hasil analisis, strategi yang menjadi prioritas dalam penelitian ini yaitu pengembangan sumber daya manusia dan pembentukan/pengembangan kelembagaan. Strategi pemberdayaan ditentukan dengan melakukan indentifikasi terhadap permasalahan yang dihadapi, kebutuhan, kekuatan dan kelemahan serta peluang yang dimiliki.8Judul :Model Pemberdayaan Masyarakat Pesisir Melalui Penguatan Kelembagaan di Wilayah Pesisir Kota Semarang

Tahun :2013

Jenis Pustaka :Artikel Jurnal

Bentuk Pustaka :Elektronik

Nama Penulis :Iin Indarti, Dwiyadi Surya Wardana

Nama Editor :-

Judul Buku :-

Kota dan Penerbit :-

Nama Jurnal :BENEFIT Jurnal Manajemen dan Bisnis

Volume (edisi) :Volume 17 Nomor 1

Alamat URL :http://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/123456789/4474/9.pdf?sequence=1

Tanggal diunduh:15 Oktober 2014, Pukul 15.30

Ringkasan

Masyarakat pesisir/ nelayan identik dengan individu yang hidup di areal sekitar pantai yang terkadang terlupakan oleh pembangunan sebab kebijakan pemerintah yang hanya terfokus pada pembangunan wilayah pesisir (Fedriansyah 2008). Kesejahteraan para nelayan semakin memprihatinkan karena semakin berkurangnya target fishing bahkan sudah mencapai pada titik over fishing, selain itu semakin menyempitnya fishing ground dan kebutuhan hidup yang semakin membumbung tinggi, ditambah lagi lingkungan perairan serta ekosistemnya rusak baik oleh ulah manusi maupun bencana alam (Hidayat 2012). Peran KOPERASI pada hakekatnya sangat dibutuhkan bagi nelayan di wilayah pesisir. Namun, selama ini, kelembagaan yang ada kurang maksimal berjalan. Hal ini yang melatarbelakangi, penulis menganalisis potensi kelembagaan yang dimiliki nelayan yang dapat dijadikan strategi pemberdayaan melalui penguatan kelembagaan dalam meningkatkan kesejahteraan nelayan.Penelitian dalam jurnal ini Melihat strategi pemberdayaan yang tepat dengan menggunakan potensi kelembagaan yang dimiliki masyarakat pesisir. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder yang diperoleh mengginakan metode PRA. Data primer diperoleh melalui kuesioner dan wawancara. Lokasi yang dijadikan studi kasus dalam penelitian ini yaitu di Kecamatan Semarang Utara dengan kelurahan Tanjung Mas dan Bandarhardjo.

Peneliti mengkaji potensi kelembagaan yang dimiliki oleh nelayan, analisis kondisi internal dan eksternal kelembagaan dengan menggunakan analisis SWOT. Melalui analisis SWOT dianalisis kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman terkait pengembangan kelembagaan nelayan. Hasil analisis SWOT tersebut yaitu pada aspek (1) kekuatan: tenaga kerja cukup tersedia, usia potensial, motivasi untuk mendirikan koperasi, dorongan pemenuhan kebutuhan hidup tinggi; (2) peluang: sumber daya laut masih tersedia, kesempatan kerja, kelembagaan/ perkumpulan yang dimiliki masyarakat, dukungan pemeirntah; (3) kelemahan: tingkat pendidikan rendah, SDM rendah, belum maksimalnya peran kelembagaan pedesaan; (4) resiko tinggi, cuaca, harga ikan rendah. Berdasarkan hasil dari analisis tersebut peneliti dapat merekomendasikan strategi alternative pemberdayaan yang dapat digunakan untuk mengembangkan kelembagaan yang ada. Penilaian untuk menentukan strategi alternative didasarkan pada nilai penting suatu atribut dan pengaruh atribut terhadap faktor lain. Hal lain yang dikaji yaitu implikasi kelembagaan nelayan (koperasi nelayan) terhadap peningkatan pendapatan nelayan. Alternative strategi untuk perbaikan/ pengembangan kelembagaan yaitu melalui pengembangan pengetahuan, pengembangan jiwa motivasi untuk mendirikan koperasi, pengembangan keterampilan pengelolaan koperasi/ kelembagaan, pengembangan askes pemasaran dan permodalan, penguatan kelembagaan informal, pengelolaan sarana dan prasarana penunjang, dan pengelolaan berbasis masyarakat.

Berdasarkan hasil analisis tersebut, pemberdayaan ekonomi nelayan melalui penguatan kelembagaan merupakan strategi yang relevan. Karena secara individu, nelayan akan sulit berkembang karena kekuatan pasar yang dimiliki lemah. Sementara, jika menggunakan pendekatan kolektif (kelembagaan nelayan) melalui manajemen koperasi yang professional, kekuatan pasar nelayan di pasar input dan output akan meningkat. Sehingga dengan begitu kesejahteraan nelayan juga akan semakin meningkat. Namun, penguatan kelembagaan juga harus diawali dengan mengorganisir nelayan dan menumbuhkan komitmen untuk bergabung dalam kelembagaan, selain itu perlu diberikan pendampingan dan penguatan kapasitas nelayan agar mampu mengorganisir kelembagaan tersebut. Kelembagaan nelayan juga harus terpadu dengan instansi terkait sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman dalam pelaksanaannya dan kelembagaan juga harus mendorong partisipasi dan kemandirian nelayan.

Analisis Pustaka:

Peneliti sudah cukup baik mendeskripsikan kondisi sosial ekonomi dan permasalahan yang dihadapi oleh nelayan dan dinamika kelembagaan yang dimiliki nelayan. Namun, untuk analisis implikasi penguatan kelembagaan terhadap peningkatan pendapatan belum dijelaskan dengan baik dan tidak didukung data kuantitatif untuk memperkaya data. Dalam penelitian ini, lebih menekankan pada pendekatan kualitatif yaitu melalui analisis SWOT. Melalui analisis SWOT, dapat diketahu kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang dimiliki kelembagaan nelayan, sehingga dapat dirumuskan alternatife strategi pemberdayaan melalui pengembangan kelembagaan yang tepat. Penelitian ini, menggunakan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui kuesioner dan wawancara. Namun, dalam penelitian tidak didukung data kuantitatif yang diperoleh melalui kuesioner.9Judul :Analisis Jaringan Komunikasi Petani pada Berbagai Zona Agroekosistem di Kabupaten Bandung

Tahun :2008

Jenis Pustaka :Artikel Jurnal

Bentuk Pustaka :Elektronik

Nama Penulis :Iwan Setiawan

Nama Editor :-

Judul Buku :-

Kota dan Penerbit :-

Nama Jurnal :Jurnal Agrikultura

Volume (edisi) :Volume 19 Nomor 1

Alamat URL :http://download.portalgaruda.org/article.php?article=23131&val=1379&title=

Tanggal diunduh:12 Oktober 2014, Pukul 9.50

Ringkasan

Penulis melakukan penelitian ini, dengan pemikiran bahwa jaringan komunikasi merupakan salah satu aspek yang mendukung modal sosial masyarakat, dan hal ini layak diperhatikan guna melakukan pemberdayaan masyarakat pedesaan. Habermas (2006) menyatakan bahwa orang pada kelas sosial dan karakteristik lokasi yang berbeda cenderung akan berkomunikasi secara berbeda. Hal ini terjadi karena pada setiap zona agroekosistem/ lokasi memiliki karakteristik yang berbeda. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui kinerja koneksi, kinerja integrasi, kinerja keterbukaan, struktur jaringan dan peran petani dalam jaringan komunikasi pada berbagai zona agroekosistem.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode survey descriptive, dengan jumlah responden yaitu 90 petani. Teknik pemilihan responden menggunakan multistage random sampling. Penelitian ini menggunakan sumber data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan wawancara terstruktur dengan responden dan indepth interview dengan informan. Sementara data sekunder diperoleh melalui hasil-hasil penelitian yang relevan.

Penelitian dilakukan dalam tiga zona agroekosistem yaitu zona agroekosistem sawah, lahan kering dan dataran tinggi. Pada zona agroekosistem sawah interaksi diantara petani bersifat terbuka, arus informasi masih terpusat pada opinion leader. Opinion leader dalam hal ini yaitu petani yang memiliki lahan luas, memiliki status sosial tinggi, dan merupakan pengurus kelompok. Kinerja petani tinggi hanya pada opinion leader. Pada zona agroekosistem lahan kering menunjukkan sebagian besar petani memiliki koneksi yang lemah, hanya pengurus kelompok tani yang memiliki koneksi yang kuat. Aspek keterbukaan dan integrasi diantara petani bersifat moderat. Kinerja sebagian besar petani lemah, kinerja tinggi hanya pada tokoh tani. Akses ke pasar dan perusahaan agribisnis lebih kuat dimiliki oleh tokoh tani. Pada zona agorekosistem dataran tinggi, sebagian besar petani merupakan petani lapisan atas yang berorientasi pasar, kosmopolit, kreatif, aktiv dan inovatif. Petani memiliki derajat keterbukaan tinggi, namun lebih bersifat individualis. Analisis Pustaka

Dalam jurnal ini, penulis sudah cukup jelas dalam mendeskripsikan bagaimana jaringan komunikasi petani dalam berbagai zona agroekosistem. Namun, penulis belum secara mendalam mendeskripsikan bagaimana keterkaitan antara faktor-faktor atau karakteristik dari petani dan lokasi yang dapat berpengaruh terhadap jaringan komunikasi yang dimiliki petani. Penulis hanya menggambarkan hasil yang diperoleh melalui angka-angka untuk menunjukkan analisis jaringan komunikasi petani melalui aspek keterbukaan, integritas, koneksi, dan kinerja. Untuk metode penelitian yang digunakan, penulis sudah cukup jelas mendeskripsikannya, namun tidak dijelaskan siapa informan dalam penelitian ini. Variabel jaringan komunikasi petani diukur melalui indikator aspek keterbukaan, integritas, koneksi dan kinerja yang dimiliki petani. Variabel karakteristik petani diukur melalui status sosial/ posisi dalam masyarakat.10Judul :Pemberdayaan Masyarakat Melalui Peternakan Bersinergi

Tahun :2011

Jenis Pustaka :Artikel Jurnal

Bentuk Pustaka :Elektronik

Nama Penulis :Sri Hilmi Pujihartati

Nama Editor :-

Judul Buku :-

Kota dan Penerbit :-

Nama Jurnal :Jurnal Sosiologi DILEMA (DIALEKTIKA MASYARAKAT)

Volume (edisi) :Volume 26 Nomor 1

Alamat URL :http://sosiologi.fisip.uns.ac.id/online-jurnal/wp-content/uploads/2012/02/Vol-26_21.pdf

Tanggal diunduh:27 Oktober 2014

Ringkasan

Jurnal ini mengkaji dampak program peternakan bersinergi sebagai upaya pemberdayaan masyarakat. Selama ini, pembangunan pedesaan belum menjadi focus bagi pemerintah dan strategi yang digunakan belum efektif. Karena itu, diperlukan upaya untuk menentukan strategi yang efektif untuk membangun kawasan pedesaan yaitu dengan melalui pemberdayaan masyarakat. Pembangunan masyarakat desa harus berdasarkan pada tiga azas yaitu azas pembangunan integral, kekuatan sendiri dan pemufakatan bersama. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana peternakan bersinergi sebagai upaya pemberdayaan masyarakat dapat membangun sebuah desa.

Penelitian ini dilakukan di Dukuh Winong, Desa Krakitan, Klaten dengan pertimbangan bahwa di dukuh ini terdapat sentra peternakan rakyat. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu primer dan sekunder. Responden dipilih menggunakan teknik purposive sampling. Data yang diperoleh dianalisis dengan teknik analisis interaktif melalui tiga alir kegiatan yaitu reduksi data, penyajian data dan verivikasi.

Peternakan ayam bersinergi merupakan sistem peternakan ayam yang saling berjaringan secara mutualisme terhadap segi-segi produksi dan jaringan itu digerakkan oleh masyarakat sekitar. Peternakan bersinergi merupakan jalan keluar atas adanya beberapa penolakan warga sekitar terhadap adanya usaha peternakan yang ada di wilayahnya. Peternakan bersinergi mampu meredam konflik atas penolakan itu sekaligus memberdayakan warga. Hasil penelitian menunjukkan melalui peternakan bersinergi kesejahteraan masyarakat meningkat. Peternakan bersinergi mampu meningkatkan pendapatan masyarakat, menyerap lapangan pekerjaan, tingkat pendidikan masyarakat pun meningkat. Analisis Pustaka

Penulis telah mendeskripsikan penelitiannya dengan baik. Penulis sudah mendeskripsikan bagaimana pemberdayaan masyarakat melalui peternakan bersinergi dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Namun, dalam jurnal ini penulis belum mengungkapkan metode penelitian yang digunakan untuk mengumpulkan data primer. Tujuan penelitian dalam jurnal ini adalah analisis bagaimana peternakan bersinergi mampu memberdayakan desa, akan lebih baik apabila dalam jurnal ini juga dideskripsikan bagaimana jaringan dalam sistem peternakan bersinergi sehingga akan tergambar pihak-pihak mana sajakah yang terlibat dalam sistem ini. Penelitian juga telah mendeskripsikan konsep-konsep yang digunakan seperti partisipasi dan pemberdayaan. Variabel yang digunakan untuk melihat pelaksanaan pemberdayaan peternak yaitu tingkat partisipasi, modal sosial (jaringan, dan kepercayaan), sementara untuk variabel dampak dari pemberdayaan yaitu tingkat pendapatan, tingkat pendidikan dan tenaga kerja.11Judul :Jaringan Sosial (Networks) dalam Pengembangan Sistem dan Usaha Agribisnis: Perspektif Teori dan Dinamika Kapital Sosial

Tahun :2009

Jenis Pustaka :Artikel Jurnal

Bentuk Pustaka :Elektronik

Nama Penulis :Ketut Gede Mudiarta

Nama Editor :-

Judul Buku :-

Kota dan Penerbit :-

Nama Jurnal :Forum Penelitian Agro Ekonomi

Volume (edisi) :Volume 27 No 1

Alamat URL :http://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/FAE27-1a.pdf

Tanggal diunduh:12 November 2014

RingkasanJurnal ini mengkaji peran kapital sosial dalam pembangunan melalui perspektif teori. Pembangunan tidak terlepas dari potensi sumber daya lokal yang meliputi aspek struktur dan kelembagaan sosial. Pemanfaatan sumber daya material tidak lagi memadai dalam menjelaskan fenomena pembangunan, hal ini dikarenakan terdapat keterbatasan individu dalam penguasaan sumber-sumber produksi berupa kapital material. Keterbatasan tersebut perlu diupayakan dengan memberdayakan potensi capital yang dimiliki oleh masyarakat/komunitas. Penulisan jurnal ini menyoroti penerapan teori dan implementasi peran jaringan sosial (satu aspek dalam kapital sosial) dalam pembangunan. Teori tersebut antara lain teori Granovetter (2005) mengenai ketertambatan tindakan ekonomi yang melekat pada jaringan sosial, teori Nam Lin (2000) mengenai inequality sumber-sumber sosial, teori kelembagaan baru dari Victor Nee (2005) dan teori difusi inovasi oleh Roger (1983).

Kapital sosial terdiri dari beberapa aspek diantaranya kelembagaan, norma, organisasi sosial, kepercayaan dan jaringan sosial. Beberapa teori yang telah disebutkan diatas memberikan gagasan bahwa capital sosial terutama kontribusi jaringan sosial sangat berperan dalam dinamika pembangunan. Teori kelembagaan baru oleh Nee memberikan gagasan utama yaitu bagaimana institusi berinteraksi dengan jaringan sosial dan noma-norma sosial untuk mengarahkan pada tindakan-tindakan ekonomi. Gagasan ini berawal dari kritikan Nee terhadap teori Granvotter yang hanya menjelaskan gejala-gejala mikro yang dekat dengan individu/komunitas tanpa menjelaskan lebih lanjut tentang hubungan dengan aspek makronya. Teori Nee mengemukakan adanya mekanisme integrasi hubungan formal dan informal pada setiap level kausal, yakni pada tataran mikro (individu), meso (kelompok atau organisasi) dan tataran makro berupa lingkungan kebijakan. Jika integrasi itu tidak berjalan sesuai dengan harapan, maka kemungkinan ada kecenderungan terjadi inequality (ketidakmerataan) sumber-sumber sosial seperti yang diungkapkan oleh teori Lin. Teori ini membahas ketidakmerataan kapital sosial dengan menganalisis hambatan structural dan dinamika norma-norma sosial dalam interaksi masyarakat.

Lin mengemukakan konsep kapital sosial sebagai kuantitas dan kualitas sumber daya yang oleh aktor (individu, kelompok, atau komunitas) dapat diakses dan dimanfaatkan melalui posisi atau lokasinya dalam jaringan sosial. Semakin baik posisi dalam kelompok/ organisasi komunitas, maka semakin baik juga peluang dalam mengakses dan memanfaatkan sumber daya sosial. Proposisi lain yang dikemukakan yaitu, semakin kuat jaringan sosial (semakin lemah ikatan sosial) akan berasosiasi positif dengan sumber daya sosial.

Konsep jaringan sosial dalam kapital sosial lebih memfokuskan pada aspek ikatan antar simpul yang dapat berupa orang/ kelompok (organisasi). Jaringan sosial merupakan salah satu dimensi capital sosial selain kepercayaan dan norma, dalam realitanya ketiganya mendukung satu sama lain. Jaringan sosial yang dilandasi oleh kepercayaan dan diatur oleh norma dapat membentuk hubungan sosial berupa kerja sama. Granovetter (2005) mengemukakan empat prinsip yang melandasi adanya hubungan pengaruh antara jaringan sosial dan manfaat ekonomi yaitu pertama norma dan kepadatan jaringan, kedua lemah atau kuatnya ikatan (ties), ketiga peran lubang struktur sebagai jembatan relasi individu dengan pihak luar, keempat interpretasi terhadap tindakan ekonomi dan non ekonomi.

Pengalaman di Indonesia dalam pembangunan sistem agribisnis kerapkali cenderung tidak memperhatikan peran sumber daya lokal di level mikro dan meso. Pembangunan cenderung mengedepankan supra sistem (level makro) yang bersifat top down. Karakteristik sosiologis yang mencakup kultur dan struktur kurang dicermati. Ke depannya diharapkan pembanguan berbasis komunitas mampu mengintegrasikan tiga jenis modal yaitu modal alamiah, modal ekonomi, dan modal sosial, dan harus memperhatikan jaringan sosial yang ada. Sinergi ketiga jenis capital semestinya menjadi bahan pertimbangan untuk perencanaan kebijakan pembangunan sehingga tujuan pembangunan dapat tercapai tidak hanya untuk meningkatkan produktivitas masyarakat tetapi lebih dari itu untuk mencapai kesejahteraan masyarakat. Analisis Pustaka

Penulis telah cukup baik dalam mendeskripsikan teori-teori terkait peran jaringan sosial dalam memberikan manfaat ekonomi. Hasil pengalaman empiris maupun studi literature terkait jaringan sosial dalam penelitian ini peneliti telah jelas mendeskripsikan aspek-aspek dalam jaringan sosial dalam memberikan manfaat ekonomi. Implementasi pengalaman pembangunan agribisnis di Indonesia juga sudah dijelaskan dengan baik, namun dalam jurnal ini belum dimasukkan penelitian sebelumnya terkait hasil penelitian yang meneliti peran dari jaringan sosial dalam memberikan manfaat ekonomi untuk masyarakat. 12Judul :Strategi Pemberdayaan Kelembagaan Petani

Tahun :2008

Jenis Pustaka :Artikel Jurnal

Bentuk Pustaka :Elektronik

Nama Penulis :Kedi Suradisastra

Nama Editor :-

Judul Buku :-

Kota dan Penerbit :-

Nama Jurnal :Forum Penelitian Agro Ekonomi

Volume (edisi) :26 No 2

Alamat URL :http://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/FAE26-2b.pdf

Tanggal diunduh:28 November 2014

RingkasanKelembagaan petani merupakan bagian pranata sosial komunitas yang memafasilitasi interaksi sosial yang terjadi. Upaya pemberdayaan kelembagaan petani akan lebih memberikan hasil apabila memanfaatkan makna dan potensi tiga kata kunci utama dalam konteks kelembagaan yaitu norma, perilaku serta kondisi dan hubungan sosial. Tiga kata kunci tersebut dicerminkan dalam tindakan individu maupun tindakan kolektif petani. Tulisan dalam jurnal ini mengkaji interaksi antar elemen pembangunan pertanian guna membantu upaya pemberdayaan kelembagaan petani dan pertanian. Kelembagaan dikonsepkan sebagai organisasi formal maupun nonformal. Uphoff (1992) dan Fowler (1992) mengemukakan suatu lembaga dapat berbentuk organisasi atau sebaliknya. Selain itu, kelembagaan/institusi juga dapat diartikan seperti tata peraturan seperti hukum, undang-undang, adat istiadat, tata kesopanan, dan lain-lain. Dalam upaya pemberdayaan kelembagaan masyarakat lokal perlu diperhatikan elemen-elemen yang dapat dijadikan potensi keberhasilan. Elemen tersebut yaitu keberadaan sikap kepemimpinan (leadership), tata peraturan dan norma sosial, serta struktur dan peran kelembagaan serta toleransi sosial masyarakat dari kelembagaan dalam tatanan sosial. Kepemimpinan merupakan salah satu celah masuk (entry-point) penting dalam memberdayakan, menata dan mempertahankan kelangsungan hidup kelembagaan petani. Kepemimpinan berperan sebagai mobilisator, penyaring, penyalur informasi dan penegak tata aturan. Elemen norma dan adat istiadat merupakan pranata dan interaksi sosial baik verbal maupun nonverbal. Fungsi dari elemen ini yaitu untuk menata dan mengawasi kehidupan sosial masyarakat. Elemen toleransi sosial merupakan upaya kelompok/ kelembagaan masyarakat dalam mempertahankan kelembagaan nilai sosial dan norma lokal dalam proses intervensi/ introduksi nilai dan norma eksternal. Dalam jurnal ini, penulis merekomendasikan dalam upaya pemberdayaan kelembagaan perlu memperhatikan peluang dengan memanfaatkan elemen-elemen kelembagaan yang ada. Selama ini, pemberdayaan petani melalui introduksi gagasan atau pun teknologi cenderung mengabaikan eksistensi dan peran kelembagaan yang sudah ada, pendekatan pemberdayaan lebih bersifat top down. Pendekatan yang digunakan hendaknya terlebih dahulu mempertimbangkan dan mengkaji fakta bahwa suatu norma sosial/ kelembagaan masyarakat umumnya mencerminkan dan bermula dari dinamika masyarakat dan kelembagaan lokal yang ada. Pendekatan dalam menentukan strategi pemberdayaan yang tepat juga harus memperhatikan aspirasi dan kebutuhan petani/ kelembagaan petani serta harus melibatkan partisipasi dari petani. Analisis PustakaDalam jurnal ini mengkaji secara teoritis strategi pemberdayaan kelembagaan petani. Secara teori, penulis cukup baik dalam menyajikan strategi pemberdayaan petani melalui kelembagaan yang dimiliki. Setiap elemen yang dimiliki oleh kelembagaan petani juga sudah dijelaskan dengan baik. Lima elemen yang disebutkan yaitu kepemimpinan, norma/ tata peraturan, toleransi sosial, struktur kelembagaan dan peran kelembagaan telah dideskripsikan penulis dengan baik. Namun, penulis kurang membahas penelitian yang sudah ada untuk memperkuat analisis teoritis yang sudah dibuat, penulis kurang menjelaskan kondisi real di lapangan terkait hubungan antara elemen-elemen kelembagaan dengan strategi pemberdayaan kelembagaan.

13Judul :Pemberdayaan Peternak Miskin (Studi Kasus Pemberdayaan Peternak Itik di Desa Sitemu Kecamatan Taman Kabupaten Pemalang Provinsi Jawa Tengah)

Tahun :2008

Jenis Pustaka :Thesis

Bentuk Pustaka :Elektronik

Nama Penulis :Triyatno Yuliharso

Nama Editor :-

Judul Buku :-

Kota dan Penerbit :-

Nama Jurnal :-

Volume (edisi) :-

Alamat URL :Repository.ipb.ac.id

Tanggal diunduh:1 Desember 2014

Ringkasan

Pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan tidak dapat dilepaskan dari pembangunan sosial, pembangunan ekonomi dan pembangunan sumber daya manusia. Indonesia sebagai Negara agraris, melakukan pembangunan dalam bidang pertanian yang berkelanjutan baik di bidang pertanian pangan, peternakan, perikanan dan kehutanan. Studi kasus dalam penelitian ini yaitu kelompok tani itik Sri Rejeki di Desa Sitemu, Pemalang, Jawa Tengah. Kelompok tani Sri Rejeki sudah menerima program-program dalam pengembangan peternakan itik, namun hingga kini program-program tersebut belum mampu mengentaskan kemiskinan yang dialami peternak disana. Pokok kajian dalam penelitian ini yaitu bagaimana strategi pemberdayaan peternak miskin yang perlu dilakukan melalui penguatan kapasitas kelembagaan untuk meningkatkan kesejahteraan peternak itik.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu melalui wawancara mendalam, penelusuran dokumen, dan pengamatan berperanserta. Pengolahan dan analisis data dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan secara siklikal.

Permasalahan yang dihadapi oleh para peternak itik diantaranya masalah permodalan, akses bahan pakan, akses teknologi, jaringan kerjasama di dalam kelembagaan kelompok tani, sumber daya manusia yang masih rendah dan pemasaran hasil produksi ternak yang dikuasai oleh tengkulak. PPermasalahan tersebut perlu diupayakan pemecahan solusi dari permasalahan tersebut, salah satunya yaitu melalui pemberdayaan dengan peningkatan kapasitas kelembagaan kelompok tani. Tujuan dari program pemberdayaan yang dilakukan yaitu untuk meningkatkan pendapatan melalui pemberian bantuan modal untuk pengembangan usaha dan juga memberikan keterampilan kepada peternak terkait pengelolaan usaha ternak dan pengetahuan tentang penyakit yang menyerang hewan ternak. Dengan demikian diharapkan terjadi peningkatan pendapatan, kemandirian serta meningkatnya partisipasi peternak baik di dalam kelompok tani maupun di masyarakat.

Namun, kelembagaan tani yang ada belum mampu memaksimalkan fungsinya dalam kegiatan pemberdayaan peternak itik miskin. Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam kelembagaan tani tersebut yaitu tidak berjalannya kepengurusan dan tidak berfungsinya pengurus, kepemimpinan yang berperan terlalu besar tidak melibatkan partisipasi anggotanya, dan jaringan mitra kerja yang belum dimaksimalkan dalam membantu program pemberdayaan.

Dari analisis permasalahan kelembagaan tersebut, penulis merekomendasikan strategi pemberdayaan melalui penguatan kapasitas kelembagaan peternak itik. Penguatan kapasitas/ pengembangan kelompok tani ternak adalah proses menciptakan pola baru kegiatan dan perilaku yang bertahan dari waktu ke waktu karena didukung oleh norma, standard an nilai-nilai dari dalam. Penguatan kapasitas ini dimaksudkan agar kelompok tani ternak itik dapat berfungsi sebagai kelas belajar, wahana kerjasama dan unit produksi, unit penyedia sarana dan prasarana produksi, unit pengolahan dan pemasaran dan unit jasa penunjang lainnya seperti alat dan mesin pertanian sehingga menjadi organisasi petani/ peternak yang kuat dan mandiri. Strategi pemberdayaan yang dilakukan diantaranya melalui revitalisasi kelembagaan petani/peternak, pengembangan jejaring dengan berbagai stakeholders baik dari institusi pemerintah, non-pemerintah ataupun kelembagaan tradisional yang dimiliki masyarakat. Analisis Pustaka

Peneliti sudah mendeskripsikan permasalahan dan gambaran umum serta strategi pemberdayaan peternak miskin dengan jelas. Peneliti juga sudah mendeskripsikan dinamika kelembagaan yang dimiliki peternak. Namun kurang didukung penelitian kuantitatif terutama dalam hal strategi pemberdayaan yang digunakan terkait dalam peningkatan kesejahteraan peternak. Hal ini dikarenakan kepentingan riset thesis yang memang menekankan pada pendekatan kualitatif. Alternative strategi pemberdayaan yang direkomendasikan dibuat dengan menganalisis faktor eksternal dan internal yang dimiliki kelembagaan tersebut, seperti potensi kepemimpinan, struktur, norma, dan jaringan sosial/ mitra kerja.

14Judul :Penguatan Kelompok Tani: Langkah Awal Peningkatan Kesejahteraan Petani

Tahun :2011

Jenis Pustaka :Artikel Jurnal

Bentuk Pustaka :Eektronik

Nama Penulis :Hermanto dan Dewa K.S Swastika

Nama Editor :-

Judul Buku :-

Kota dan Penerbit :-

Nama Jurnal :Analisis Kebijakan Pertanian

Volume (edisi) :Volume 9 No 4

Alamat URL :http://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/ART9-4e.pdf

Tanggal diunduh:2 Desember 2014

Ringkasan

Jumlah kelompok tani yang semakin meningkat namun belum diikuti dengan peningkatan kualitas sehingga masih banyak kelompok tani belum mampu mandiri atau masih tetap ditentukan dari atas dalam berbagai hal seperti dalam menentukan jenis komoditas yang diusahakan, menentukan pasar, menentukan mitra usaha, menentukan harga komoditas dan sebagainya. Akibatnya, kualitas kelompok tani yang terbentuk tidak dapat berperan sebagai aset komunitas masyarakat desa yang partisipatif, sehingga pengembangannya belum signifikan meningkatkan kapasitas masyarakat itu sendiri untuk menjadi mandiri dalam upaya meningkatkan kesejahteraan petani. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menggambarkan potensi, kendala dan langkah-langkah strategis penguatan kelompok tani dalam kerangka meningkatkan kesejahteraan petani.

Kelompok tani memiliki peran dan fungsi penting dalam pembangunan pertanian. Kelompok tani inilah pada dasarnya sebagai pelaku utama pembangunan pertanian di perdesaan. Dalam hal ini keberadaan kelompok tani dapat memainkan peran tunggal atau ganda, seperti penyediaan input usahatani (misalnya pupuk), penyediaan modal (misalnya simpan pinjam), penyediaan air irigasi (kerjasama dengan P3A), penyediaan informasi (penyuluhan melalui kelompok tani), serta pemasaran hasil secara kolektif. Namun, hingga saat ini, kualitas kinerja kelompok tani masih terbilang rendah. Rendahnya kinerja kelompok tani yang ada antara lain disebabkan rendahnya peran pengurus kelompok tani, anggota kelompok tidak jelas, struktur organisasi tidak lengkap dan tidak berfungsi, produktivitas usahatani rendah dan kurangnya pembinaan dari aparat penyuluh. Selain itu, pembentukan kelembagaan tersebut tidak dilakukan secara partisipatif sehingga tidak dapat mengakomodasipotensi dan kepentingan petani, yang seharusnya menjadi modal untuk melakukan aksi kolektifnya (Hermanto et al 2010). Oleh karena itu, upaya peningkatan kapasitas kelompok tani melalui serangkaian pembinaan sangat penting dilakukan untuk mewujudkan kemandirian kelompok tani dan kesejahteraan petani. Penulisan jurnal ini, penulis mengkaji penelitian yang telah dilakukan sebelumnya terkait studi kasus penguatan kelompok tani di Bangka Belitung dan Sumatra Selatan. Pada kelompok tani di Bangka Belitung, penulis menganalisis kesiapan kelompok tani dan kemampuan kelompok tani kemudian menentukan strategi penguatan kelompok yang digunakan. Hasil penelitian menunjukkan, kesiapan dan kelompok tani berada dalam kondisi sedang. Hal ini berarti, kelompok tani belum berfungsi sebagaimana mestinya, karena itu kelompok tani perlu dibina. Pembinaan tersebut dilakukan dengan melalui pemantapan jumlah anggota, pemupukan modal, serta pengembangan kerjasama, baik antar anggota maupun antar kelompok, kegiatan pendampingan dan pertemuan secara rutin serta rekayasa sosial. Melalui pembinaan tersebut, saat ini kinerja kelompok tani telah mengalami perbaikan kinerja dibandingkan sebelumnya. Studi kasus di Sumatera Selatan menyebutkan pembinaan kelompok tani dilakukan melalui pemberian keterampilan dan ilmu pengetahuan, pembninaan, pertmuan secara rutin dan pengembangan jejaring kerjasama dengan Rice Miling Unit(RMU) dan lumbung pangan. Aktivitas kelompok tani tersebut telah berkontribusi terhadap peningkatan pendapatan masyarakat dan masyarakat menerima dampak/manfaat positif dari kelompok tani. Berdasarkan kedua studi kasus tersebut, pelajaran berharga yang dapat diambil yaitu bahwa peranan dan fungsi kelompok tani akan semakin meningkat apabila dapat menumbuh-kembangkan kekuatan-kekuatan yang dimiliki dalam kelompok itu sendiri untuk menggerakkan perilaku anggota kearah pencapaian tujuan kelompok, sehingga kelompok tani tersebut berkembang menjadi lebih dinamis. Mengingat peran dan fungsi kelompok tani bagi pembangunan pertanian terutama untuk mencapai kesejahteraan petani, maka kelembagaan kelompok tani perlu dibenahi dan diberdayakan, sehingga mempunyai keberdayaan dalam melaksanakan usaha taninya. Untuk mencapai keberdayaan tersebut, program pemberdayaan kelompok tani yang dilakukan harus dapat meningkatkan kemampuan kelompok tani dalam hal; (1) memahami kekuatan (potensi) dan kelemahan kelompok; (2) memperhitungkan peluang dan tantangan yang dihadapi pada saat ini dan masa mendatang; (3) memilih berbagai alternative yang ada untuk mengatasi masalah yang dihadapi, dan (4) menyelenggarakan kehidupan berkelompok dan bermasyarakat yang serasi dengan lingkungannya secara berkesinambungan.

Penguatan kelompok tani, dapat dilakukan dengan menentukan kebijakan strategis berupa; (1) menciptakan iklim yang kondusif di dalam lingkungan kelompok tani seperti saling mempercayai, saling mendukung; (2) menumbuhkembangkan kreativitas dan prakarsa anggota kelompok tani untuk memanfaatkan tiap peluang usaha, informasi dan akses permodalan yang tersedia; (3) membantu memperlancar proses dalam mengidentifikasi kebutuhan dan masalah serta menyusun rencana dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam usahataninya; (4) meningkatkan kemampuan dalam menganalisis potensi pasar dan peluang usaha serta menganalisis potensi wilayah dan sumber daya yang dimiliki untuk mengembangkan komoditi yang diusahakan guna memberikan keuntungan usaha yang lebih besar; (5) meningkatkan kemampuan untuk dapat mengelola usahatani secara komersial, berkelanjutan dan ramah lingkungan; (6) meningkatkan kemampuan dalam menganalisis potensi usaha masing-masing anggota untuk dijadikan satu unit usaha yang menjamin permintaan pasar, baik dilihat dari kuantitas, kualitas maupun kontinuitas; (7) mengembangkan kemampuan untuk menciptakan teknologi lokal spesifik; (8) mendorong dan mengadvokasi agar para petani mau dan mampu melakukan kegiatan simpan-pinjam guna memfasilitasi pengembangan modal usaha. Dalam mengimplementasikan strategi tersebut, peelu dilakukan langkah-langkah operasional seperti; pertama mendorong dan membimbing petani agar mampu bekerjasama di bidang ekonomi secara berkelompok. Anggota kelompok haruslah memiliki kepentingan yang sama dan memiliki rasa saling percaya, bimbingan yang diberikan harus mampu menumbuhkan kemandirian kelompok tani. Kedua, menumbuhkembangkan kelompok tani melalui peningkatan fasilitasi dan akses permodalan bagi petani dalam kerangka pengembangan skala usaha, peningkatan posisi tawar melalui konsolidasi petani dalam suatu wadah kelompok tani untuk menyatukan gerak ekonomi secara berkelompok dalam tiap rantai pasok, dari pra produksi sampai pemasaran, peningkatan fasilitasi pembinaan kepada organisasi kelompok serta peningkatan efisiensi usahatani. Ketiga, meningkatkan kapasitas SDM petani melalui berbagai kegiatan pendampingan dan latihan. Peningkatan kapasitas SDM petani perlu mendapat perhatian yang serius, terutama upaya pengembangannya yang harus dilakukan secara terpadu dan menyeluruh agar organisasi petani dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Analisis PustakaPenulis mendeksripsikan strategi dalam penguatan kelembagaan kelompok tani dengan cukup jelas dan dikuatkan dengan penguatan yang telah dilakukan sebelumnya terkait implementasi strategi tersebut. Namun, dalam penelitian ini kurang mendeskripsikan keterkaitan antara variable dari strategi penguatan kelembagaan petani dengan kesejahteraan petani. Penulis hanya mendeskripsikan permasalahan dan potensi yang dimiliki oleh kelembagaan kelompok tani dalam merekomendasikan strategi pemberdayaan melalui penguatan kelompok tani. Penulis mengkaji strategi pemberdayaan dengan penguatan kelompok tani melalui pendekatan teoritis dan diperkuat dengan pengalaman empiris. Pada salah satu studi kasus yang dianalisis dalam jurnal ini, variabel yang digunakan untuk menentukan strategi pemberdayaan yang akan dilakukan yaitu variabel kesiapan dan kemampuan kelompok tani. Indikator yang digunakan untuk mengukur kesiapan kelompok tani yaitu motiv pembentukan kelompok tani, struktur organisasi dan potensi kepemimpinan. Sedangkan, indikator yang digunakan untuk mengukur kemampuan kelompok tani yaitu pemantapan anggota kelompok, kelengkapan struktur organisasi, aktivitas kelompok, peran ketua/ pengurus kelompok, mobilisasi pemupukan modal kelompok, kerjasama/ kemitraan, dan peningkatan intensitas komunikasi dengan penyuluh.

15Judul :Pengaruh Pembelajaran Program Pen