138691048 lapak pengujian efek antidiare

Upload: anita-putri-pratama

Post on 15-Oct-2015

43 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

farkol euuuy

TRANSCRIPT

  • 5/25/2018 138691048 Lapak Pengujian Efek Antidiare

    1/19

    LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

    PENGUJIAN EFEK ANTI DIARE

    KELOMPOK 4

    KELAS PRAKTIKUM SELASA/07.00-10.00

    Disusun Oleh :

    Susanti 260110110021 Editor

    Riska Rismawati 260110110022 Pembahasan

    Mira Laila Nur Abadi 260110110023 Perhitungan

    Nuraini Insiyah 260110110024 Perhitungan

    Megawati 260110110025 Perhitungan

    Becus Srimuang 260110110026 Teori Dasar

    Raisa Muthiarani 260110110027 Pembahasan

    Rena Fitriani 260110110028 Prosedur

    LABORATORIUM FARMAKOLOGI

    FAKULTAS FARMASI

    UNIVERSITAS PADJADJARAN

    2013

  • 5/25/2018 138691048 Lapak Pengujian Efek Antidiare

    2/19

    PERCOBAAN V

    PENGUJIAN EFEK ANTI DIARE

    I. TUJUAN PERCOBAANMengetahui sejauh mana aktivitas obat anti diare dapat menghambat diare dengan

    metode transit intestinal.

    II. PRINSIP

    Efek obat anti diare dalam menghambat gerak peristaltik usus dapat ditandai

    dengan terhambatnya aliran tinta cina yang melewati usus

    III. TEORI

    Diare adalah keadaan buang-buang air dengan banyak cairan (mencret)

    dan merupakan gejala-gejala dari penyakit tertentu atau gangguan lain, seperti

    diuraikan dibawah ini (Yun diarrea = mengalir melalui). Kasus ini banyak

    terdapat dinegara-negara berkembang dengan standar hidup yang rendah, di mana

    dehidasi akibat diare merupakan salah satu penyebab kematian yang sangat

    penting pada anak-anak (Tjay,2007).

    Dalam lambung makanan dicerna menjadi bubur (chymus), kemudian

    diteruskan ke usus halus untuk diuraikan lebih lanjut oleh enzim-enzim

    pencernaan. Setelah zat-zat gizi diresorpsi oleh villi ke dalam darah, sisachymus

    yang terdiri dari 90% air dan sisa makanan yang sukar dicernakan, diteruskan ke

    usus besar (colon). Bakteri-bakteri yang biasanya selalu berada di sini (flora)

    mencernakan lagi sisa-sisa (serat-serat) tersebut, sehingga sebagian besar

    daripadanya dapat diserap pula selama perjalanan melalui usus besar. Airnya juga

    diresorpsi kembali, sehingga lambat laun isi usus menjadi lebih padat dan

    dikeluarkan dari tubuh sebagai tinja (Tjay, 2007).

  • 5/25/2018 138691048 Lapak Pengujian Efek Antidiare

    3/19

    Diare akut infeksi diklasifikasikan secara klinis dan patofisiologis menjadi

    diare non inflamasi dan diare inflamasi. Diare Inflamasi disebabkan invasi bakteri

    dan sitotoksin di kolon dengan manifestasi sindroma disentri dengan diare yang

    disertai lendir dan darah. Gejala klinis yang menyertai keluhan abdomen seperti

    mulas sampai nyeri seperti kolik, mual, muntah, demam, tenesmus, serta gejala

    dan tanda dehidrasi. Pada pemeriksaan tinja rutin secara makroskopis ditemukan

    lendir dan/atau darah, serta mikroskopis didapati sel leukosit polimorfonuklear

    (Zein, dkk, 2004).

    Mekanisme terjadinya diare yang akut maupun yang kronik dapat dibagi

    menjadi kelompok osmotik, sekretorik, eksudatif dan gangguan motilitas. Diare

    osmotik terjadi bila ada bahan yang tidak dapat diserap meningkatkan osmolaritas

    dalam lumen yang menarik air dari plasma sehingga terjadi diare. Contohnya

    adalah malabsorbsi karbohidrat akibat defisiensi laktase atau akibat garam

    magnesium(Zein, dkk, 2004).

    Diare sekretorik bila terjadi gangguan transport elektrolit baik absorbsi yang

    berkurang ataupun sekresi yang meningkat. Hal ini dapat terjadi akibat toksin

    yang dikeluarkan bakteri misalnya toksin kolera atau pengaruh garam empedu,

    asam lemak rantai pendek, atau laksantif non osmotik. Beberapa hormon intestinal

    seperti gastrin vasoactive intestinal polypeptide (VIP) juga dapat menyebabkan

    diare sekretorik(Zein, dkk, 2004).

    Kelompok obat yang sering digunakan pada diare adalah :

    1. kemoterapeutika untuk terapi kausal, yakni memberantas bakteripenyebab diare. Seperti anti biotika, sulfonamida, kinolon, dan

    furazolidon.

    2. obstipansia untuk terapi simtomatis, yang dapat menghentikan diaredengan beberapa cara, yakni:

    a. zat-zat penekan peristaltik sehingga memberikan lebih banyakwaktu untuk resorpsi air dan elektrolit oleh mukosa usus: candu

  • 5/25/2018 138691048 Lapak Pengujian Efek Antidiare

    4/19

    dan alkaloidanya, derivat-derivat petidin (difenoksilat dan

    loperamida), dan antikolinergika (atropin, ekstrak belladonna).

    b. Adstringensia, yang menciutkan selaput lendir usus, misalnyaasam samak (tanin) dan tannalbumin, garam-garam bismut, dan

    alumunium.

    c. Adsorbensia,misalnya carbo adsorbens yang pada permukaannyadapat menyerap (adsorpsi) zat-zat beracun (toksin) yang

    dihasilkan oleh bakteri atau yang adakalanya berasal dari makanan

    (udang, ikan). Termasuk disini adalah juga mucilagines, zat-zat

    lendir yang menutupi selaput lendir usus dan lukanya dengan

    suatu lapisan pelindung, umpamanya kaolin, pektin, (suatu

    karbohidrat yang terdapat antara lain dalam buah apel) dan garam-

    garam bismut, serta alumunium.

    3. spasmolitika, yakni zat-zat dapat melepaskan kejang-kejang otot yangsering kali mengakibatkan nyeri perut pada diare, antara lain papaverin

    dan oksifenonium(Mutchler,1991).

    LOPERAMIDA (IMODIUM)

    Loperamida merupakan derivat difenoksilat dengan khasiat obstipasi 2-3

    kali lebih kuat tetapi tanpa khasiat terhadap SSP, sehingga tidak mengakibatkan

    ketergantungan. Zat ini dapat menormalkan keseimbangan resorpsi-sekresi dari

    sel-sel mukosa, yaitu memulihkan se-sel yang berada dalam keadaan hipersekresi

    ke keadaan resorpsi normal kembali. Mulai kerjanya lebih cepat, juga bertahan

    lebih lama. Efek sampingnya sama tetapi praktis tidak timbul(Mutchler,1991).

    Dosis : pada diare akut dan kronis: permulaan 2 tablet dari 2 mg, lalu

    setiap 2 jam 1 tablet sampai maksimal 8 tablet seharinya. Anak-anak sampai 8

    tahun: 2-3 dd 0,1 mg setiap kg bobot badan, anak-anak 8-12 tahun; pertama kali 2

    mg, maksimal 8-12 mg sehari. Tidak boleh diberikan pada anak-anak di bawah

  • 5/25/2018 138691048 Lapak Pengujian Efek Antidiare

    5/19

    usia 2 tahun, karena fungsi hatinya belum berkembang dengan sempurna untuk

    dapat menguraikan obat ini(Mutchler,1991).

    Loperamid hidroklorida memiliki nama kima yaitu 4-(p-klorofenil)-4-

    hidroksi-N,N-dimetil-,-difenil-1-piperidina butiramida monohidroklorid, adalah

    sebuah opiat agonis yang banyak digunakan sebagai obat yang efektif untuk

    kontrol dan mengetahui gejala yang timbul dari diare akut non-spesifik. Akhir-

    akhir ini, ia juga telah dilaporkan bahwa ada beberapa loperamida dapat

    digunakan sebagai agen antihiperalgesik tanpa menimbulkan efek samping berupa

    rasa sakit sistem saraf pusat. Loperamida diberikan secara oral dan langsung

    diabsorbsi (sekitar 40%) dalam saluran gastrointestinal untuk menjalani

    metabolisme pertama di hati dan diekskresikan melalui feses melalui empede

    sebagai konjugat tidak aktif (kombinasi sulfo- dan glukurono-) (Savic, 2008).

    Loperamida HCl mengandung tidak kurang dari 98% dan tidak lebih dari

    102,0% C29H33ClN2O2.HCl, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan.

    Loperamida HCl berbentuk serbuk putih sampai agak kuning dan memiliki titik

    lebur sekitar 2250 yang disertai dengan penguraian. Senyawa ini mudah larut

    dalam metanol, isopropil alkohol, dan kloroform, tetapi sukar larut dalam air dan

    asam encer (Farmakope Indonesia IV, 1995).

    Struktur Kimia Loperamida HCl

    Farmakologi

    Loperamida HCl memperlambat motilitas usus dengan mempengaruhi

    langsung dinding usus. Obat ini bekerja melalui mekanisme antikolinergik yang

    mempengaruhi gerak peristaltik dan aktivitas otot sirkular dan longitudinal

    dinding usus. Loperamida hidroklorida memperpanjang waktu transit isi usus

  • 5/25/2018 138691048 Lapak Pengujian Efek Antidiare

    6/19

    sehingga mengurangi volume dan meningkatkan viskositas feses serta mencegah

    hilangnya cairan dan elektrolit. Sebagai antidiare, loperamida hidroklorida bersifat

    lebih spesifik, bekerja lebih lama dan 2-3 kali lebih kuat daripada difenoksilat.

    Obat ini berikatan dengan reseptor opioid tapi tidak menimbulkan euforia seperti

    morfin sehingga kemungkinan penyalahgunaannya kecil (McEvoy, 1999).

    Loperamida HCl dapat berinteraksi dengan digoksin, suatu zat aktif yang

    digunakan untuk mengobati laju jantung atau untuk menormalkan kembali denyut

    jantung yang tidak teratur. Akibat yang ditimbulkan adalah meningkatnya efek

    digoksin. Dengan memperlambat gerakan usus halus, loperamida HCl menaikkan

    penyerapan digoksin oleh tubuh. Efek samping merugikan mungkin terjadi karena

    terlalu banyak digoksin. Gejala yang dilaporkan antara lain mual, sakit kepala, tak

    ada nafsu makan, gangguan penglihatan, bingung, tak bertenaga, bradikardia atau

    takhikardia, dan aritmia jantung. Efek ini dapat diperkecil bila digunakan obat

    paten digoksin yang mudah larut seperti Lanoxin (Harkness, 1989).

    Farmakokinetik

    Kadar puncak dalam plasma dicapai dalam waktu 4 jam sesudah pemberian

    obat. Jangka yang lama ini disebabkan oleh sirkulasi enterohepatik obat dan

    aktivitas penghambatan motilitas usus itu sendiri. Waktu paruhnya adalah 7-14

    jam. Sebagian besar obat diekskresi melalui feses. Loperamida HCl tersedia

    dalam bentuk tablet 2 mg dan digunakan dengan dosis 4-8 mg/hari (Ganiswara,

    1995).

    Loperamida HCl dalam sediaan larutan untuk oral memiliki pH sekitar 5

    dan obatnya memiliki pKa 8,6. Kapsul loperamida dan larutan oral sebaiknya

    disimpan di tempat tertutup baik pada suhu kamar (McEvoy, 1999)

    IV. ALAT DAN BAHANA. Alat

    1. Alat bedah2. Alas/meja bedah3. Sonde Oral Mencit

  • 5/25/2018 138691048 Lapak Pengujian Efek Antidiare

    7/19

    4. Penggaris (pengukur jarak)5. Timbangan hewan6. Wadah mencit

    B. Bahan1. Fenol Barbital2. Natrium klorida3. Hewan percobaan : Mencit jantan, bobot rata-rata 20-25 kg

    C. Gambar alat

    V. PROSEDURPertama tama masing masing mencit (telah dipuasakan 18 jam

    sebelum percobaan) ditimbang dan dihitung volume dosis yang akan diberikan

    bagi tiap tiap mencit berdasarkan berat badannya. Kemudian mencit dibagi

    menjadi 3 kelompok yaitu : kelompok kontrol (mencit pertama ) diberi

    suspensi PGA 2 %, kelompok kedua diberikan loperamid dosis 1 ( 0.24 mg/20

    gr BB ) dan mencit ketiga diberikan loperamid dosis 2 (0.48 mg/20gr BB).

    Semua zat diberikan secara per oral.

    Pada saat t = 45 menit kepada semua mencit diberikan tinta cina sebesar

    0.1 mL/10 gr mencit secara per oral. Pada saat t = 65 menit semua mencit

    dikorbankan dengan dislokasi tulang leher. Mencit yang telah mati kemudian

    dibedah, ususnya dikeluarkan dan direngganggkan pada alas bedah secara hati

  • 5/25/2018 138691048 Lapak Pengujian Efek Antidiare

    8/19

    hati. Dari usus yang direnggangkan tersebut diukur panjang usus yang dilalui

    tinta cina mulai dari pylorus sampai ujung akhir ( ditandai dengan adanya

    warna gelap ) dan panjang keseluruhan usus dari pylorus sampai rektum. Dari

    data yang telah diperoleh , kemudian dihitung rasio normal jarak yang

    ditempuh marker terhadap panjang usus seluruhnya. Hasil hasil pengamatan

    kemudian disajikan dalam tabel dan grafiknya dibuat.

    VI. DATA PENGAMATAN

    PerlakuanBB Kelompok

    (g)

    Panjang

    Usus

    (cm)

    Usus

    Termarker

    (cm)

    Rasio Rata-rata

    Kontrol (PGA 2%)

    1. 15 55 11 0,200

    0,19972. 19,65 43 7 0,163

    3. 13,5 55 13 0,236

    Loperamid dosis I

    (0,24 mg/20g BB)

    1. 15,3 56,5 8 0,142

    0,1622. 15,9 45 7 0,156

    3. 16 48 9 0,188

    Loperamid dosis II

    (0,48 mg/20g BB)

    1. 15,2 - - -

    02. 14 0 0 0

    3. 14 - - -

    VII. PERHITUNGAN1. DOSIS OBAT

    A. Mencit Kelompok Kontrol (PGA %)Mencit kelompok 1

    Mencit kelompok 2

    Mencit kelompok 3

    Dosis pemberian tinta cina

  • 5/25/2018 138691048 Lapak Pengujian Efek Antidiare

    9/19

    Mencit kelompok 1

    Mencit kelompok 2

    Mencit kelompok 3

    B. Mencit Kelompok Loperamid Dosis 1Mencit kelompok 1

    Mencit kelompok 2

    Mencit kelompok 3

    Dosis pemberian tinta cina

    Mencit kelompok 1

    Mencit kelompok 2

    Mencit kelompok 3

    C. Mencit Kelompok Loperamid Dosis 1Dosis

    Dosis pemberian tinta cina

    Dosis

    2. Presentase Efek Peristaltik Usus Loperamid dosis I% efek peristaltik usus =

    =

    Loperamid dosis II

  • 5/25/2018 138691048 Lapak Pengujian Efek Antidiare

    10/19

    % efek peristaltik usus =

    =

    VIII. GRAFIK

    0

    0.05

    0.1

    0.15

    0.2

    0.25

    Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3

    RASIO

    Rasio

    Kontrol

    Loperamid I

    Loperamid II

    0.00%

    20.00%

    40.00%

    60.00%

    80.00%

    100.00%

    120.00%

    Loperamid I Loperamid II

    % Inhibisi Peristaltik Usus

  • 5/25/2018 138691048 Lapak Pengujian Efek Antidiare

    11/19

    Perhitungan berdasarkan Anava (Analisis Varians)

    Tabel. Efek Perlakuan Pemberian Obat terhadap Mencit

    OBATRASIO JUMLAH

    (J)RATA-RATA

    1 2 3

    Kontrol (PGA2%) 0,200 0,163 0,236 0,599 0,1997

    Loperamid dosis I

    (0,12mg/20g BB)0,142 0,156 0,188 0,486 0,162

    Loperamid dosis II

    (0,24mg/20g BB) - 0 - 0 0

    Perhi tungan dengan tabel ANAVA

    Hipotesis:

    H0: K= LI= LII= 0

    H1: paling sedikit ada satu dimana K0

    Statistik uji : = 5 % = 0,05

    Ry = Rata-rata Jumlah Kuadrat

    =

    = 0,1682

    Ay = Perlakuan

    =

    = 0,19830,1682

    = 0,0301

    y2 = 0,22+ 0,1632+ 0,2362 +..... + 02

    = 0,2021

    Ey = Residual

    = y2RyAy

    = 0,20210,16820,0301

    = 0,0038

  • 5/25/2018 138691048 Lapak Pengujian Efek Antidiare

    12/19

    Tabel Anava

    SV Df JK KT(JK/df)

    Fhit(KTperlakuan/KTresidual

    Rata-rata 1 0,1682 0,1682

    15,8947Perlakuan 2 0,0301 0,0151

    Residual 4 0,0038 0,00095

    Jumlah 7 0,2021

    Statistik uji:

    Ftabel = F0,05 (2,4) = 6,94

    15,8947>6,94

    F hitF tabel, maka Ho ditolak.

    Artinya, rata-rata antar perlakuan (PGA, Loperamida dosis I, maupun Loperamida

    dosis II) memberikan efek anti diare yang berbeda terhadap mencit. Maka untuk

    mengetahui perlakuan mana yang memberikanefek antidiare signifikan terhadap

    mencit, maka dilakukan pengujian lanjut.

    Uji Scheffe

    1. Hipotesis uji :C1= J1J2= Jkontrol- JLI

    C2= 2J1J2J3= 2JkontrolJLI - JLII

    H01 : J1 = J2 . Artinya tidak terdapat perbedaan efek obat antidiare yang

    signifikan terhadap mencit.

    H11: J1J2 . Artinya terdapat perbedaan efek obat antidiare yang signifikan

    terhadap mencit.

    atau

    H02: 2J1= J2 + J3 , Artinya tidak terdapat perbedaan efek obat antidiare yang

    signifikan antara perlakuan kontrol dan 2 perlakuan lainnya (Loperamid dosis

    I dan Loperamid dosis II).

  • 5/25/2018 138691048 Lapak Pengujian Efek Antidiare

    13/19

    H12: 2J1 J2 + J3, Artinya terdapat perbedaan efek obat antidiare yang

    signifikan antara perlakuan kontrol dan 2 perlakuan lainnya (Loperamid dosis

    I dan Loperamid dosis II)

    2. Statistik ujiQ.S(Ci)

    Tolak H0jika |Cp| > Q.S(Cp)

    Q.S(C1)Q =

    S(C1) =

    = =

    = 3,7256 = = 0,0755

    Q.S(C1) = 3,7256 x 0,0755 = 0,2813

    |C1| = Jkontrol- JLI= 0,5990,486 = 0,113

    |C1|= 0,113

  • 5/25/2018 138691048 Lapak Pengujian Efek Antidiare

    14/19

    Q.S(C2) = 3,7256 x 0,0975 = 0,3632

    |C2| = 2J

    kontrolJ

    LI- J

    LII= 2(0,599) - 0,4860 = 0,712

    |C2| = 0,712

  • 5/25/2018 138691048 Lapak Pengujian Efek Antidiare

    15/19

    jarak usus yang ditempuh oleh suatu marker dalam waktu tertentu terhadap

    panjang usus keseluruhan pada hewan percobaan mencit atau tikus. Dengan

    menggunakan metode transit intestinal, hewan uji tidak diberikan rangsangan agar

    mengalami diare melainnkan hanya untuk mengetahui efek dari suatu obat

    antidiare. Obat diare akan memperkecil rasio, sedangkan obat laksansia dan obat

    antispasmodik akan memperbesar rasio ini dibandingkan rasio pada hewan tanpa

    perlakuan. Namun, penggunaan metode ini terbatas hanya untuk aktivitas obat

    yang dapat memperlambat peristaltic usus, sehingga mengurangi frekuensi

    defekasi dan memperbaiki konsistensi feses tetapi tidak dapat menentukan berat

    fese yang dihasilkan atau pun seberapa banyak frekuensi terjadinya defekasi.

    Bahan yang digunakan pada percobaan kali ini yaitu mencit sebagai hewan

    uji, loperamid HCl sebagai obat antidiare, PGA yang digunakan sebagai kontrol

    negatif dan tinta cina sebagai marker. Mencit dipilih sebagai hewan uji karena

    beberapa alasan etrtentu. Mencit merupakan hewan yang paling banyak digunakan

    sebagai hewanmodel laboratorium dengan kisaran penggunaan antara 40-80%.

    Menurut Moriwaki et al. (1994), mencit banyak digunakan sebagai hewanlaboratorium (khususnya digunakan dalam penelitian biologi), karena memiliki

    keunggulan-keunggulan seperti siklus hidup relatif pendek, jumlah anak per

    kelahiran banyak, variasi sifat-sifatnya tinggi, mudah ditangani, serta sifat

    produksi dan karakteristik reproduksinya mirip hewan lain, seperti sapi, kambing,

    domba, dan babi. Menurut Malole dan Pramono (1989), berbagai keunggulan

    mencit seperti: cepat berkembang biak, mudah dipelihara dalam jumlah banyak,

    variasi genetiknya tinggi dan sifat anatomis danfisiologisnya terkarakterisasi

    dengan baik. berdasarkan sifat-sifatnya tersebut, mencit dianggap dapat mewakili

    sistem organ tubuh manusia dan efek obat pada mencit dapat dikorelasikan

    dengan efek yang dapat ditimbulkan pada tubuh manusia dengan menggunakan

    faktor korelasi.

    Obat yang digunakan untuk uji antidaiare yaitu loperamid HCl. Obat ini

    digunakan karena Loperamid HCl merupakan derivat difenoksilat(dan

    haloperidol, suatu anti psikotikum) dengan khasiat obstipasi yang 2-3 kali lebih

  • 5/25/2018 138691048 Lapak Pengujian Efek Antidiare

    16/19

    kuat tetapi tanpa efek terhadap sistem saraf pusat (SSP) karena tidak bisa

    menyeberangi sawar-darah otak oleh karena itu kurang menyebabkan efek sedasi

    dan efek ketergantungan dibanding golongan opiat lainnya seperti difenoksilatdan

    kodeinHCl. Loperamid HCl mampu menormalkan keseimbangan resorpsi-sekresi

    dari sel-sel mukosa, yaitu memulihkan sel-sel yang berada dalam keadaan

    hipersekresi ke keadaan resorpsi normal kembali. Mulai kerja Loperamid HCl

    lebih cepat dan bertahan lebih lama. Obat ini tidak boleh diberikan pada anak di

    bawah usia 2 tahun, karena fungsi hatinya belum berkembang dengan sempurna

    untuk dapat menguraikan obat ini, begitu pula untuk pasien dengan penyakit hati

    disarankan tidak menggunakan obat ini. Loperamid HCl dapat dikombinasikan

    dengan antibiotika (amoksisilin, fluoroquinolon, kotrimoksazol) untuk semua

    diare akibat infeksi bakteri atau virus kecuali infeksi Shigella, Salmonella, dan

    kolitis pseudomembrankarena akan memperburuk diare yang diakibatkan bakteri

    enteroinvasif akibat perpanjangan waktu kontak antara bakteri dan epitel usus.

    Disamping itu Loperamid HCl juga tidak berinteraksi dengan antibiotika-

    antibiotika tersebut (Tjay,2002). Berdasarkan sifat-sifat tersebutlah maka

    loperamid dipilih sebagai obat uji pada percobaan kali ini.

    Suatu percobaan dikatakan sah apabila ada hewan uji yang diberi

    perlakuan sebagai kontrol negatif. Kontrol negatif ni dilakukan agar praktikan

    dapat menbandingkan seberapa besar aktivitas yang dihasilkan dari obat uji.

    Kontrol negatif biasanya dilakukan dengan dengan memberikan sejumlah cairan

    pelarut obat tapi tidak disertai dengan obat/zat aktifnya. Pada percobaan kali ini

    digunakan PGA sebagai cairan untuk kontrol negatif. PGA dipilih karena

    loperamid Hcl yang digunakan larut dengan baik dalam PGA. Cairan yang

    digunakan untuk kontrol negatif tidak hanya PGA, ada beberapa contoh laoinnya

    seperti NaCl fisiologis atau GOM arab. Penggunaan larutan kontrol uji

    disesuaikan dengan sifat zat aktif yang akan digunakan dapat melarut baik dalam

    pelarut jenis apa.

    Pengujian yang dilakukan menggunakan metode transit intestinal, maka

    dalam pelaksanaannya dibutuhkan marker atau zat yang dapat mewarnai usus.

  • 5/25/2018 138691048 Lapak Pengujian Efek Antidiare

    17/19

    Marker yang digunakan harus memenuhi beberapa persyaratan diantaranya yaitu

    stabil, tidak toksik, dapat mewarnai usus dengan jelas, tidak dapat diserap oleh

    dinding usus. Pada praktikum kali ini digunakan tinta cina sebagai marker karena

    tinta cina sudah memenuhi persyaratan bahan marker.

    Langkah pertama yang dilakukan dalam pengujian ini adalah menyiapkan

    mencit sebanyak 3 ekor. Masing-masing mencit kemudian ditimbang dan dibagi

    menjadi 3 kelompok. Penimbangan ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui

    seberapa banyak volume obat uji yang akan diberikan pada setiap mencit.

    Penentuan jumlah/volum obat penting dilakukan agar tidak terjadi over dosis yang

    dapat menyebabkan kematian pada mencit. Selain itu hal ini juga dilakukan

    karena setiap mencit memiliki rongga perut yang sangat kecil yang hanya dapat

    menempung beberapa ml cairan.

    Setelah penimbangan mencit dibagi 3 kelompok. Kelompok 1 yaitu

    sebagai kelompok kontrol negatif yang diberi PGA 2%, kelompok uji Loperamid

    dosis I dan dosis II masingmasing secara per oral. PGA digunakan sebagai

    kontrol negatif karena PGA tidak memiliki efek farmakologis dan merupakan

    pembawa bagi obat-obat antidiare yang digunakan. Pada percobaan kali ini

    digunakan dus dosis Loperamid HCl dengan tuh=juan untuk mengetahui apakah

    dengan dosis yang berbeda dapat memberikan efek farmakologi yang berbeda

    juga. Setelah masingmasing diberi perlakuan, pada t = 45 menit setelah

    perlakuan , semua hewan diberikan tinta cina 0,1 mg/10 g, secara oral. Fungsi dari

    tinta cina adalah sebagai penanda usus yang dilalui obat. Pada t = 65 menit semua

    hewan dikorbankan dengan dislokasi tulang leher . Setelah melakukan diskolasi

    tulang leher, mencit dibedah dan ususnya dikeluarkan secara hatihati sampai

    teregang. Usus yang teregang kemudian diukur : a). Panjang usus yang dilalui

    tinta cina mulai dari pylorus sampai ujung akhir yang berwarna hitam dan b).

    panjang seluruh usus dari pylorus sampai rectum. Setelah mendapatkan panjang

    usus termarker dan panjang usus seluruhnya kemudian ditentukan berapa rasio

    hasil pewarnaan tersebut. Pada saat pengamatan praktikan mengalami kesulitan

    dalam menentukan batasan usus termarker karena volume tinta cina yang diberika

  • 5/25/2018 138691048 Lapak Pengujian Efek Antidiare

    18/19

    terlalu sedikit. Sebaiknya volume tinta cina yang diberikan disesuaikan dengan

    volum loperamid HCl yang diberikan sehingga pengamatan dapat dilakukan

    dengan mudah. Penambahan volum tinta cina yang diberikan tidak akan

    memberikan efek kematian pada mencit karena pada dasarnya tinta cina ynag

    digunakan memiliki sifat inert dan tidak dapat diabsorpsi oleh membran

    pencernaan hewan uji.

    Hasil yang diperoleh setelah pewarnaan adalah mencit dengan kontrol

    negatif memberikan rasio sebesar 0.236, mencit dengan Loperamis dosis 1

    memberikan rasio 0,1875 dan mencit dengan operamid dosis 2 memberikan rasio

    0. Berdasarkan nilai rasio yang dihasilkan dapat ditarik kesimplan bahwa

    Loperamid HCl memberikan efek konstifasi/antilaksativ dengan cara mengurangi

    gerak peristaltik usus. Adanya penurunan gerakan peristaltik usus, menyebabkan

    tinta cina berjalan/mengelir lebih lambat terbukti dengan semakin tinggi dosis

    Loperamid HCL maka semakin pendek usus yang termarker. Secara matematis,

    pembuktian tersebut dituangkan dalam bentuk persentase inhibisi peristaltik usus.

    Persen inhibisi peristaltik usus dosis 2 lebih besar (100%) dibandingkan denganpersen inhibisi peristaltik usus dosis 1 (81,218%). Berdasarkan pengamatan secara

    statistik pun diperoleh data eksperimetal bahwa Loperamid HCl memberikan efek

    inhibisi peristaltik usus dan efek ini semakin meningkat dengan meningkatnya

    dosis pemberian. Secara visualisasi, hasil eksperimen telah disajikan dalam

    bentuk grafik dan dapat dengan mudah dilakukan pengamatan hasil.

    X. KESIMPULANPraktikan dapat mengetahui sejauh mana aktivitas Loperamid HCl sebagai

    obat antidiare dapat menghambat diare dengan menggunakan metode transit

    intestinal.

  • 5/25/2018 138691048 Lapak Pengujian Efek Antidiare

    19/19

    DAFTAR PUSTAKA

    Ditjen POM Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan

    Republik Indonesia, Jakarta.

    Ganiswara, S.G. 1995. Farmakologi dan Terapi. Edisi keempat. Bagian Farmakologi dan

    Terapeutik. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

    Harkness, R. 1989. Interaksi Obat. Penerbit ITB, Bandung.

    Malole, M. B. M. dan C. S. Pramono. 1989. Penggunaan Hewan-hewan

    Percobaan Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

    Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas

    Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

    McEvoy, G. 1999. AHFS Drug Information. American Society of Health System

    Pharmacist, America.

    Mutchler, Ernst. 1991. Dinamika Obat. Edisi Kelima. Penerbit ITB, Bandung.

    Savic, Ivana M. 2008. Quantitative Analysis of Loperamide Hydorchloride in the

    Presence Its Acid Degradation Products. Available online at

    http://www.ache.org.rs/HI/2009/ No1/05-3078_V63-2009_N01.pdf

    (diakses pada tanggal 6 April 2013)

    Tjay, H. T., dan Rahardja, K., 2002, Obat-obat Penting: Khasiat, Penggunaan dan

    Efek-efek Sampingnya, Edisi V, Cetakan pertama, 781, Gramedia, Jakarta

    Zein, Umar, Khalid Huda Sagala, Josia Ginting. 2004. Diare Akut Disebabkan Bakteri.

    Available online at http://library.usu.ac.id/download/fk/penydalam-umar5.pdf

    (diakses pada tanggal 6 April 2013)