126_spesifikasi teknis.pdf

27
PEMBANGUNAN GEDUNG ASRAMA TAHAP III BALAI DIKLAT KEUANGAN MEDAN SPESIFIKASI TEKNIK CV. ARISPA UTAMA VI - 1 SPESIFIKASI TEKNIS PASAL 1 LAPANGAN PEKERJAAN Lapangan pekerjaan dalam keadaan pada saat penawaran, termasuk segala sesuatu yang berada di lapangan, diserahkan tanggungjawabnya kepada Kontraktor dengan Berita Acara Serah Terima. PASAL 2 LINGKUP UMUM PELAKSANAAN PEKERJAAN 2.1. Pada intinya pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor adalah meliputi semua jenis pekerjaan yang secara tersendiri ataupun bersama-sama tercantum dalam : Dokumen Kontrak Pelaksanaan. 2.2. Secara teknis, pekerjaan yang harus dilaksanakan Kontraktor dalam PEMBANGUNAN GEDUNG ASRAMA TAHAP III BALAI DIKLAT KEUANGAN MEDAN sebagai berikut : Pekerjaan Persiapan Pekerjaan Beton Bertulang Pekerjaan Pasangan dan Plesteran Pekerjaan Lantai, Keramik dan Tangga Pekerjaan Pintu dan Jendela Pekerjaan Handrail dan Tangga Besi Pekerjaan Alat Alat Sanitasi Pekerjaan Plafond Pekerjaan Listrik Pekerjaan Instalasi Televisi Pekerjaan Cat Volume pekerjaan tersebut dapat dilihat pada Bill of Quantity (terlampir). PASAL 3 LINGKUP PELAKSANAAN PEKERJAAN PERSIAPAN Kontraktor sebelum memulai pekerjaan harus melakukan Pengadaan, Pengelolaan, mendatangkan, pengangkutan semua bahan, pengerahan tenaga kerja, mobilisasi/demobilisasi peralatan personil, papan nama proyek, pengukuran, dan sebagainya yang pada umumnya langsung dan tidak langsung termasuk dalam usaha

Upload: afrizi-muzaffar

Post on 01-Jan-2016

36 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 126_Spesifikasi Teknis.pdf

PEMBANGUNAN GEDUNG ASRAMA TAHAP III BALAI DIKLAT KEUANGAN MEDAN

SPESIFIKASI TEKNIK CV. ARISPA UTAMA

VI - 1

SPESIFIKASI TEKNIS

PASAL 1

LAPANGAN PEKERJAAN

Lapangan pekerjaan dalam keadaan pada saat penawaran, termasuk segala sesuatu yang

berada di lapangan, diserahkan tanggungjawabnya kepada Kontraktor dengan Berita

Acara Serah Terima.

PASAL 2

LINGKUP UMUM PELAKSANAAN PEKERJAAN

2.1. Pada intinya pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh Kontraktor adalah meliputi

semua jenis pekerjaan yang secara tersendiri ataupun bersama-sama tercantum

dalam : Dokumen Kontrak Pelaksanaan.

2.2. Secara teknis, pekerjaan yang harus dilaksanakan Kontraktor dalam

PEMBANGUNAN GEDUNG ASRAMA TAHAP III BALAI DIKLAT

KEUANGAN MEDAN sebagai berikut :

Pekerjaan Persiapan

Pekerjaan Beton Bertulang

Pekerjaan Pasangan dan Plesteran

Pekerjaan Lantai, Keramik dan Tangga

Pekerjaan Pintu dan Jendela

Pekerjaan Handrail dan Tangga Besi

Pekerjaan Alat – Alat Sanitasi

Pekerjaan Plafond

Pekerjaan Listrik

Pekerjaan Instalasi Televisi

Pekerjaan Cat

Volume pekerjaan tersebut dapat dilihat pada Bill of Quantity (terlampir).

PASAL 3

LINGKUP PELAKSANAAN PEKERJAAN PERSIAPAN

Kontraktor sebelum memulai pekerjaan harus melakukan Pengadaan, Pengelolaan,

mendatangkan, pengangkutan semua bahan, pengerahan tenaga kerja,

mobilisasi/demobilisasi peralatan personil, papan nama proyek, pengukuran, dan

sebagainya yang pada umumnya langsung dan tidak langsung termasuk dalam usaha

Page 2: 126_Spesifikasi Teknis.pdf

PEMBANGUNAN GEDUNG ASRAMA TAHAP III BALAI DIKLAT KEUANGAN MEDAN

SPESIFIKASI TEKNIK CV. ARISPA UTAMA

VI - 2

menyelesaikan dan menyerahkan pekerjaan dengan baik, sempurna dan lengkap sesuai

dengan gambar rencana, dilaksanakan sesuai dengan petunjuk Direksi.

Untuk keperluan persiapan dan perlengkapan guna pelaksanaan pekerjaan, Kontraktor

berkewajiban :

a) Membersihkan lokasi pekerjaan.

b) Pengadaan sumber air kerja yang memenuhi syarat.

c) Mengadakan hal-hal lain yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan.

Kontraktor wajib mentaati dan melaksanakan pekerjaan persiapan yang menjadi tanggung

jawabnya berdasarkan Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS).

PASAL 4

PEMBERSIHAN LAPANGAN

4.1 Sebelum pengukuran dan dimulainya pelaksanaan pekerjaan, tapak proyek/lokasi

harus dibersihkan dari segala sesuatu yang tidak diperlukan atau dapat mengganggu

jalannya pekerjaan.

4.2 Semua benda yang tercantum dalam pasal 4 ayat 1 diatas harus dikeluarkan dari

tapak proyek/lokasi proyek ke tempat yang telah disetujui Direksi atau Konsultan

Pengawas, selambat-lambatnya sebelum pekerjaan dimulai.

PASAL 5

PENGUKURAN DAN PEMASANGAN BOWPLANK

Kontraktor harus mengadakan pengukuran kembali terhadap tapak proyek/Lokasi yang

akan dibangun/dikerjakan untuk mengetahui batas-batas tapak/lokasi, peil ketinggian

tanah dan bangunan yang tidak dibongkar (jika ada) yang disaksikan oleh

Direksi/Konsultan Pengawas.

Peralatan yang digunakan dalam pengukuran adalah Theodolit dan waterpass yang

disediakan oleh kontraktor.

Jika terdapat perbedaan antara gambar rencana dengan keadaan lapangan yang

sebenarnya, maka Konsultan Pengawas dan Direksi akan mengeluarkan keputusan tentang

hal tersebut. Kontraktor wajib melaksanakan penggambaran kembali tapak proyek,

lengkap dengan elevasi/peil ketinggian tanah, batas-batas dan sebagainya yang diperlukan.

Ukuran–ukuran elevasi elevasi dari pekerjaan dapat dilihat pada gambar rencana. Ukuran

yang tidak jelas atau tidak tercantum dapat dikonsultasikan dan dengan Konsultan

Pengawas/Direksi.

Apabila dianggap perlu, Konsultan Pengawas berhak memberitahukan kepada Kontraktor

dan merubah ketinggian berdasarkan persetujuan Direksi dan Kuasa Pengguna Anggaran.

Page 3: 126_Spesifikasi Teknis.pdf

PEMBANGUNAN GEDUNG ASRAMA TAHAP III BALAI DIKLAT KEUANGAN MEDAN

SPESIFIKASI TEKNIK CV. ARISPA UTAMA

VI - 3

Pasal 6

PEKERJAAN KONSTRUKSI BETON

6.1. Standar

Semua ketentuan baik mengenai material maupun metode pemasangan dan juga

pelaksanaan pekerjaan beton harus mengikuti semua ketentuan dalam Peraturan

Beton Bertulang Indonesia 1971 (PBI 1971 - NI 8), terkecuali bila dinyatakan atau

diinstruksikan lain oleh Pengawas. Bila terdapat hal-hal yang tidak tercakup dalam

Peraturan tadi, maka ketentuan ketentuan berikut ini dapat dipakai dengan terlebih

dahulu memberitahu dan memintakan ijin dari Pengawas. Adapun ketentuan-

ketentuan tadi adalah sebagai berikut :

ASTM C 150 Portland Cement

ASTM C 33 Concrete Agregates

ASTM C 494 Chemical Admixtures for Concrete

ASTM A 615 Deformed and Plain Reinforcing Bars for

Concrete Reinforcement

ASTM A 185 Welded Steel Wire Fabric for Concrete Reinforcement

JIS G 3536 Prestressed Concrete Steel Wire

6.2. Semen

Kecuali ditentukan lain oleh Pengawas, semen yang digunakan adalah semen Tipe

II , khusus untuk beton pondasi menggunakan semen Tipe I sesuai ASTM C 150,

dan segala sesuatunya harus mengikuti ketentuan dalam PBI 71. Semen yang

digunakan harus merupakan produk dari satu pabrik yang telah mendapat

persetujuan Direksi/Konsultan Pengawas terlebih dahulu.

Kontraktor harus menunjukkan sertifikat dari Produsen untuk setiap pengiriman

semen, yang menunjukkan bahwa produk tadi telah memenuhi sesuatu test

standard yang lazim digunakan untuk material itu.

Pengawas berhak untuk memeriksa semen yang disimpan dalam gudang pada

setiap waktu sebelum dipergunakan dan dapat menyatakan untuk menerima atau

menolak semen-semen tersebut.

Kontraktor harus menyediakan tempat/gudang penyimpanan semen pada tempat-

tempat yang baik sehingga semen-semen tersebut senantiasa terlindung dari

kelembaban atau keadaan cuaca lain yang merusak, teutama sekali lantai tempat

penyimpanan tadi harus kuat dan berjarak minimal 30 cm dari permukaan tanah.

Dalam kantung-kantung semen tidak boleh ditumpuk lebih tinggi dari dua meter.

Tiap-tiap penerimaan semen harus disimpan sedemikian rupa sehingga dapat

dibedakan dengan penerimaan-penerimaan sebelumnya. Pengeluaran semen harus

diatur secara kronologis sesuai dengan penerimaan. Kantung-kantung semen yang

kosong harus segera dikeluarkan dari lapangan.

Page 4: 126_Spesifikasi Teknis.pdf

PEMBANGUNAN GEDUNG ASRAMA TAHAP III BALAI DIKLAT KEUANGAN MEDAN

SPESIFIKASI TEKNIK CV. ARISPA UTAMA

VI - 4

Bila terdapat keraguan kwalitas semen maka dapat dilakukan pengujian, bila

ternyata hasil test dari semen-semen yang sudah berada dilapangan menunjukkan

hasil yang tidak memenuhi syarat, Kontraktor harus dengan segera menyingkirkan

semen-semen yang ditolak tadi keluar areal kerja dan areal penyimpanan dengan

biayanya sendiri.

6.3. Air untuk Adukan

a) Air yang digunakan untuk bahan adukan beton, adukan pasangan dan

grouting, bahan pencuci agregat, dan untuk curing beton, harus air tawar yang

bersih dari bahan-bahan yang berbahaya bagi penggunaannya seperti minyak,

alkali, sulfat, bahan organis, garam, silt (lanau). Kadar Silt (lanau) yang

terkandung dalam air tidak boleh lebih dari 2 % dalam perbandingan beratnya.

Kadar sulfat maximum yang diperkenankan adalah 0.5 % atau 5 gr/lt,

sedangkan kadar chloor maximum 1.5 % atau 15 gr/lt.

b) Kontraktor tidak diperkenankan menggunakan air dari rawa, sumber air yang

berlumpur, ataupun air laut. Tempat pengambilan harus dapat menjaga.

kemungkinan terbawanya material-material yang tidak diinginkan tadi.

Sedikitnya harus ada jarak vertikal 0.5 meter dari dari permukaan atas air

kesisi tempat pengambilan tadi.

c) Penggunaan air kerja harus mendapat persetujuan pengawas.

d) Bila akan dipakai air bukan berasal dari air minum dan mutunya meragukan,

maka Direksi/Konsultan Pengawas dapat minta kepada Pemborong untuk

mengadakan penyelidikan air secara laboratoris dan biaya penyelidikan

tersebut atas tanggungan Pemborong.

e) Apabila diadakan perbandingan test beton antara beton yang diaduk dengan

aquadest dibandingkan dengan beton yang diaduk menggunakan air dari suatu

sumber, dan hasilnya menunjukkan indikasi ketidak pastian dalam mutu beton

walaupun telah digunakan semen yang sama, maka air dari sumber tadi tidak

dapat dipakai bila hasil perbandingan test tadi menunjukkan harga-harga yang

berbeda lebih kecil dari 10 persen. Test tadi dapat dibandingkan dari mutu

kekuatan, dan juga dari waktu pengerasannya. Dalam keadaan ditolak ini,

Pemborong diwajibkan mencari sumber lain yang lebih baik dan dapat

diterima dan disetujui Direksi/Konsultan Pengawas.

6.4. Agregat Halus (Pasir)

a) Pasir untuk beton, adukan dan grouting harus merupakan pasir alam, pasir

hasil pemecahan batu dapat pula digunakan untuk mencampur agar didapat

gradasi pasir yang baik. Pasir yang dipakai harus mempunyai kadar air yang

merata dan stabil, dan harus terdiri dari butiran yang keras, padat, tidak

terselaput oleh material lain.

b) Pasir yang ditolak oleh Pengawas, harus segera disingkirkan dari lapangan

kerja. Dalam membuat adukan baik untuk beton, plesteran ataupun grouting,

pasir tidak dapat digunakan sebelum mendapat persetujuan Pengawas menge-

nai mutu dan jumlahnya.

Page 5: 126_Spesifikasi Teknis.pdf

PEMBANGUNAN GEDUNG ASRAMA TAHAP III BALAI DIKLAT KEUANGAN MEDAN

SPESIFIKASI TEKNIK CV. ARISPA UTAMA

VI - 5

c) Pasir harus bersih dan bebas dari gumpalan-gumpalan tanah liat, alkalis,

bahan-bahan organik dan kotoran-kotoran lainnya yang merusak. Berat

substansi yang merusak tidak boleh lebih dari 5%.

d) Pasir beton harus mempunyai modulus kehalusan butir sesuai dengan

persyaratan pada PBI 71.

6.5. Agregat Kasar (Koral)

a) Agregat kasar untuk beton dapat berupa koral dari alam, batu pecah, atau

campuran dari keduanya. Koral yang dipakai harus mempunyai kadar air yang

merata dan stabil. Sebagaimana juga pada pasir, koral keras, padat, tidak

porous, dan tidak terselaput material lain. Dalam penggunaannya koral harus

dicuci terlebih dahulu dan diayak agar didapat gradasi sesuai yang dikehen-

daki, dan material yang halus yaitu yang lebih kecil dari 5 mm harus

disingkirkan.

b) Koral yang sudah tersedia tidak dapat langsung digunakan sebelum mendapat

persetujuan dari Pengawas baik mengenai mutu ataupun jumlahnya.

c) Kontraktor diwajibkan memperhatikan pengaturan komposisi material untuk

adukan, baik dengan menimbang ataupun volume, agar dapat dicapai mutu

beton yang direncanakan, memberikan kepadatan maximum, baik workability-

nya, dan memberikan kondisi water-cement ratio yang minimum.

6.6. Bahan Pencampur (Admixtures)

a) Penggunaan bahan admixture harus dengan ijin tertulis dari Direksi/Konsultan

Pengawas, dan admixtures ini harus merupakan bagian yang integral dari

adukan beton yang dibuat.

b) Biaya tambahan akibat penggunaan bahan-bahan pencampur (admixture)

menjadi tanggung jawab Kontraktor.

6.7. Baja Tulangan

a) Baja tulangan harus memenuhi ketentuan dalam Peraturan Beton Bertulang

Indonesia 1971 (PBI 71), dengan mutu U-41 (tegangan leleh karakteristik =

4000 kg/cm2) untuk diameter lebih besar dari 12 mm; sedangkan untuk

diameter yang lebih kecil digunakan mutu U-24 (tegangan leleh karakteristik

= 2400 kg/cm2). Berat besi dapat diperhitungkan dengan menggunakan

nominal diameter. Bila menggunakan Wire-mesh, maka harus digunakan tipe

dengan electrically welded wire-mesh, dan memenuhi ketentuan-ketentuan

dalam ASTM A 185.

b) Semua baja tulangan yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat sebagai

berikut : Bebas dari kotoran-kotoran, lapisan lemak/minyak, karat, dan tidak

bercacat seperti retak dll.

c) Untuk mutu U-41 harus digunakan profil baja tulangan deformed (deformed

bar).

d) Kontraktor harus mengadakan pengujian mutu baja beton yang akan dipakai

sesuai dengan petunjuk dari Pengawas. Batang percobaan diambil dengan

disaksikan Pengawas sejumlah minimum 3 (tiga) batang untuk tiap-tiap jenis

Page 6: 126_Spesifikasi Teknis.pdf

PEMBANGUNAN GEDUNG ASRAMA TAHAP III BALAI DIKLAT KEUANGAN MEDAN

SPESIFIKASI TEKNIK CV. ARISPA UTAMA

VI - 6

baik mutu maupun pengiriman massal atau bilamana terjadi keraguan

terhadap mutu baja yang dikirim ke proyek. Semua biaya-biaya percobaan

tersebut sepenuhnya menjadi tanggung jawab kontraktor. Sedangkan panjang

setiap benda uji adalah 100 cm.

e) Gambar rencana kerja untuk baja tulangan, meliputi rencana pemotongan,

pembengkokan, sambungan dan penghentian harus dibuat dan disampaikan

oleh Pemborong kepada Pengawas untuk mendapatkan persetujuan terlebih

dahulu sebelum pelaksanaan. Semua detail harus memenuhi persyaratan

seperti yang dicantumkan dalam gambar kerja dan syarat-syarat yang harus

diikuti menurut PBI 1971, NI 2. Diameter-diameter pengenal harus sama

seperti persyaratan dalam gambar kerja dan bilamana diameter tersebut akan

diganti maka jumlah luas penampang persatuan lebar beton minimal harus

sama dengan luas penampang rencana.Sebelum melakukan perubahan-

perubahan Pemborong harus meminta persetujuan terlebih dahulu dari

Pengawas.

f) Pemasangan besi tulangan beton harus mengikuti ketentuan-ketentuan dalam

PBI 71. Besi beton harus dipasang sebagaimana pada gambar rencana atau

seperti yang diinstruksikan Pengawas. Terkecuali sebagaimana yang

dinyatakan pada gambar atau diinstruksikan Pengawas, pengukuran pada

pemasangan besi tulangan harus dilakukan terhadap as dari besi tulangan.

Besi tulangan yang terpasang harus sesuai ukuran, bentuk, panjang, posisi,

dan banyaknya, dan akan diperiksa setelah kondisi terpasang.

g) Sebelum besi dipasang, besi beton harus dalam keadaan bersih, bebas dari

karat, kotoran, lemak, atau material lain yang seharusnya tidak melekat pada

besi beton tadi dan dapat mengurangi atau menghilangkan lekatan antara

beton dan besi beton. Dan kebersihan ini harus tetap dijaga sampai proses

pengecoran beton.

h) Besi beton harus dibentuk dengan teliti hingga tercapai bentuk dan dimensi

sesuai gambar rencana atau bending schedules yang disiapkan oleh Kontraktor

dan disetujui Konsultan Pengawas. Semua proses pembengkokkan harus

dilakukan dengan cara lambat, tekanan yang konstan. Kesemua ujung-ujung

pembesian harus mempunyai kait sebagaimana ditentukan dalam PBI 71.

Pembengkokkan dengan cara dipanasi hanya dapat dibenarkan apabila telah

mendapat ijin dari Pengawas.

i) Besi tulangan tidak boleh dibengkokkan dengan cara yang dapat menyebabkan

kerusakan pada besi beton. Besi tulangan dengan kondisi yang tidak lurus atau

dibengkok dengan tidak sesuai gambar tidak diperkenankan dipakai.

j) Tidak diperkenankan membengkok tulangan bila sudah ditempatkan, kecuali

apabila hal itu terpaksa dan sudah mendapat persetujuan dari Pengawas.

k) Tulangan harus ditempatkan dengan teliti pada posisi sesuai rencana, dan

harus dijaga agar jarak antara tulangan dengan bekisting untuk mendapatkan

tebal selimut beton (beton deking) minimal 2.50 cm sebagaimana pada

Page 7: 126_Spesifikasi Teknis.pdf

PEMBANGUNAN GEDUNG ASRAMA TAHAP III BALAI DIKLAT KEUANGAN MEDAN

SPESIFIKASI TEKNIK CV. ARISPA UTAMA

VI - 7

gambar rencana atau sebagaimana ditentukan Pengawas. Dalam segala hal

tebal selimut beton tidak boleh diambil kurang dari 2.50 cm.

Besi beton harus dipasang dengan teliti agar sesuai dengan gambar rencana,

dan harus diikat dengan kuat dengan menggunakan kawat pengikat dan

didudukkan pada support dari beton atau besi ataupun dengan hanger agar

posisinya tidak berubah selama proses pemasangan dan pengecoran. Pengikat

dan tumpuan dari besi tadi tidak boleh menyentuh bidang bekisting dalam hal

beton yang dicor adalah beton exposed. Bila besi tulangan didudukkan pada

blok beton kecil, blok tadi harus dibuat dari beton yang mutunya sama dengan

beton rencana dan bentuknya harus menjamin didapatnya permukaan beton

yang baik. Kekakuan pada pemasangan besi beton harus menjamin agar tidak

berubah bentuk dan tempat bila pekerja berjalan atau memanjat pembesian

tadi. Ujung-ujung dari kawat pengikat harus ditekuk kearah dalam beton dan

tidak diperkenankan mengarah keluar. Selama proses pengecoran beton,

Kontraktor harus menyediakan tenaga-tenaga pekerja yang khusus mengawasi

dan memperbaiki pembesian dari kemungkinan tergeser atau berubah bentuk

karena hal-hal yang mungkin timbul; dan hal-hal tadi harus cepat diperbaiki

sebelum pengecoran mencapai daerah tersebut. Pemasangan besi beton harus

mengingat syarat jarak bersih antar tulangan, atau antar tulangan dan angkur,

atau antara benda-benda metal tertanam, dengan tidak boleh kurang dari 40

mm atau sebagaimana yang ditentukan dalam PBI 71. Sebelum melakukan

pengecoran, semua tulangan harus terlebih dahulu diperiksa untuk

memastikan penelitian penempatannya, kebersihan dan untuk mendapatkan

perbaikan bilaman perlu. Tulangan yang berkarat harus segera dibersihkan

atau diganti bilamana dianggap Pengawas akan melemahkan konstruksi.

Pengecoran tidak diperkenankan apabila belum diperiksa dan disetujui oleh

Pengawas.

l) Sambungan lewatan harus dibuat sesuai gambar rencana, instruksi Pengawas,

atau minimal mengikuti ketentuan dalam PBI 71.

m) Bilamana dirasa perlu untuk melakukan sambungan lewatan pada posisi lain

dari posisi pada gambar rencana, posisi tersebut harus ditentukan oleh

Pengawas. Sambungan ini tidak diperkenankan diletakkan pada lokasi

tegangan yang maximum, dan penyambungan pada besi beton yang letaknya

bersebelahan agar dilaksanakan dengan bergeser posisinya (staggered). Bila-

mana dikehendaki suatu panjang yang tanpa sambungan, panjang dari batang

tadi harus dibuat sepanjang yang bisa dilakukan dengan tetap memperhatikan

panjang sambungan lewatan sebagaimana ditentukan dalam PBI 71, terkecuali

ditentukan lain.

n) Khusus untuk tebal selimut beton, dudukan harus cukup kuat dan jaraknya

sedemikian sehingga tulangan tidak melengkung dan beton penutup tidak

kurang dari yang diisyaratkan. Toleransi yang diperkenankan untuk

penyimpangan terhadap bidang horizontalnya adalah 4 mm.

Page 8: 126_Spesifikasi Teknis.pdf

PEMBANGUNAN GEDUNG ASRAMA TAHAP III BALAI DIKLAT KEUANGAN MEDAN

SPESIFIKASI TEKNIK CV. ARISPA UTAMA

VI - 8

6.8. Transportasi Dan Penimbunan Material

a) Pengangkutan semen harus diusahakan sedemikian rupa sehingga terlindung

dari lembab dan sinar matahari. Semen harus dikirim ke lapangan dalam

jumlah yang harus mendapat ijin dari Pengawas terlebih dahulu, dengan

memperhatikan kemajuan pekerjaan beton.

b) Segera setelah tiba dilapangan, Semen harus disimpan dalam tempat

penyimpanan yang kering, terlindung, bebas pengaruh cuaca, mempunyai

ventilasi baik. Lantai tempat penimbunan sedikitnya harus berada 500 mm

diatas tanah. Semua kelengkapan dari tempat penyimpanan harus mendapat

persetujuan Pengawas dan memungkinkan dilakukannya pemeriksaan dengan

mudah.

c) Semen dengan tipe dan asal yang berbeda harus disimpan pada tempat yang

berbeda pula. Semen dalam kantung-kantung harus ditumpuk dengan tinggi

tumpukan tidak lebih dari 13 kantung untuk periode sampai dengan 30 hari,

atau tinggi tumpukan maximumnya 7 untuk periode periode yang lebih

panjang. Semen harus secepatnya digunakan segera setelah tiba dilapangan,

dan pengambilannya dari tempat penyimpanannya harus berurutan hingga

dapat dihindari tersimpannya semen secara lama. Semen yang sudah rusak

atau terkena lembab harus dengan segera disingkirkan dari lapangan.

d) Agregat yang berbeda harus disimpan secara terpisah dengan memper-

timbangkan kemungkinan terkena kotoran.

e) Agregat yang telah tercemar ataupun berubah gradasinya akibat transportasi,

harus disingkirkan dan diganti dengan material yang baik atas biaya

Kontraktor.

f) Baja tulangan harus disimpan sedemikian rupa sehingga dapat dihindarinya

baja tulangan mengenai tanah. Bila baja tulangan telah mengalami kemun-

duran dalam mutu akibat dari karat ataupun hal-hal lain akibat transportasi

atau penyimpanan, maka baja tadi tidak dapat digunakan. Batang baja dengan

mutu dan ukuran yang berbeda harus disimpan secara terpisah.

6.9. Perbandingan Adukan

a) Kontraktor harus bertanggung jawab atas mutu adukan beton yang dibuatnya,

dan harus merencanakan perbandingan adukan agar didapatkan hasil sesuai

yang diminta dalam Spesifikasi.

b) Sedikitnya 3 (tiga) minggu sebelum dimulainya pekerjaan pengecoran beton,

Kontraktor harus mengajukan usulan komposisi adukan yang akan

digunakannya kepada Pengawas. Asal-usul dan gradasi dari agregat,

komposisi adukan, metoda pengadukan yang dipakai, metoda pengecoran,

harus turut diberitahukan kepada Direksi/Konsultan Pengawas. Setelah itu

Kontraktor harus mengadakan trial test (percobaan pendahuluan), dengan

Page 9: 126_Spesifikasi Teknis.pdf

PEMBANGUNAN GEDUNG ASRAMA TAHAP III BALAI DIKLAT KEUANGAN MEDAN

SPESIFIKASI TEKNIK CV. ARISPA UTAMA

VI - 9

membuat suatu percobaan adukan yang hasilnya dapat diketahui sebelum

pelaksanaan pekerjaan pengecoran. Test yang diadakan harus dilakukan

dengan diawasi Pengawas dan menggunakan peralatan, bahan, metoda yang

sesuai dengan kondisi yang akan dipakai nantinya dalam pelaksanaan

pekerjaan.

c) Adukan percobaan harus dimodifikasi dan diulangi sampai pihak

Direksi/Konsultan Pengawas puas dengan kenyataan bahwa material dan

prosedur yang digunakan akan menghasilkan beton dengan kekuatan dan

kondisi sesuai dengan Spesifikasi yang diminta. Kekuatan dari beton yang

disyaratkan harus dibuktikan dengan mengambil kubus test untuk ditest di

laboratorium, yang kesemuanya harus memenuhi ketentuan ketentuan dalam

Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971. Tidak satupun komposisi adukan

beton yang dapat digunakan dalam pekerjaan sebelum mendapat persetujuan

dari Pengawas. Untuk selanjutnya komposisi adukan beton yang digunakan

harus berdasar pada hasil adukan percobaan yang telah disetujui.

d) Komposisi adukan dapat diubah dalam periode pelaksanaan pekerjaan oleh

Pengawas dengan berdasar.

e) Penggunaan material dan komposisi adukan yang konsisten, harus diterapkan

agar tercapai hal-hal sbb :

Kekuatan beton rencana. Beton yang padat, kedap air, dan tahan terhadap

pengaruh cuaca dan lingkungan.Pengaruh Kembang Susut yang kecil.

f) Pada penggunaan adukan beton ready mix, Kontraktor harus mendapat ijin

lebih dahulu dari Pengawas, dengan terlebih dahulu mengajukan calon nama

dan alamat supplier untuk beton ready mix tadi. Dalam hal ini Kontraktor

tetap bertanggung jawab penuh bahwa adukan yang disupply benar-benar

memenuhi syarat-syarat dalam spesifikasi ini serta menjamin homogenitas dan

kwalitas yang kontiniu pada setiap pengiriman. Segala test kubus yang harus

dilakukan dilapangan harus tetap dijalankan, dan Pengawas akan menolak

supply beton ready mix bilamana diragukan kwalitasnya. Semua risiko dan

biaya sebagai akibat dari hal tersebut diatas, sepenuhnya menjadi tanggung

jawab kontraktor.

6.10. Testing

Testing mutu beton harus dilakukan Kontraktor dengan diawasi Pengawas.

Kontraktor harus menyiapkan segalanya agar semua proses pengawasan dan

pengambilan sample dapat diawasi Pengawas selama periode proyek. Pengambilan

sample harus sesuai dan mengikuti ketentuan-ketentuan dalam P.B.I.'71. Benda uji

yang dipergunakan dapat berupa kubus 15 X 15 X 15 cm3 atau slinder 20 cm

dimana cetakan untuk benda uji ini harus terbuat dari besi sehingga bisa didapat

benda uji yang sempurna.

Evaluasi dari kwalitas beton akan dilakukan oleh Pengawas untuk dapat

dinyatakan suatu pekerjaan beton mutunya dapat memenuhi Spesifikasi, dan juga

untuk menolak pekerjaan beton yang sudah dilakukan, dan termasuk menentukan

perlu atau tidaknya merubah komposisi adukan beton

Page 10: 126_Spesifikasi Teknis.pdf

PEMBANGUNAN GEDUNG ASRAMA TAHAP III BALAI DIKLAT KEUANGAN MEDAN

SPESIFIKASI TEKNIK CV. ARISPA UTAMA

VI - 10

Penggujian beton yang dilakukan adalah meliputi test kekuatan (crushing test) dan

slump test. Kesemua test ini dapat mengikuti ketentuan dalam PBI 1971 atau PBI

1989. Tentang jumlah dan waktu pelaksanaan pengambilan kubus test, selain

mengikuti ketentuan-ketentuan dalam PB.I 71 atau PBI 89, juga dapat dilakukan

bila dianggap perlu oleh Pengawas demi pertimbangan kondisi pelaksanaan.

Semua hasil pemeriksaan kubus (crushing test) harus sesegera mungkin

disampaikan kepada Pengawas.

Slump test harus dilakukan pada setiap akan memulai pekerjaan pengecoran, dan

dilakukan sebagaimana ditentukan dalam PBI 71. Toleransi dalam kekentalan

adukan harus dalam batas-batas sbb :

10 mm dari batas-batas nilai slump yang diijinkan Nilai Slump yang disebutkan

dalam bagian terdahulu harus dicapai dalam pelaksanaan sesungguhnya

dipelaksanaan pengecoran.

a) Bila ternyata hasil test kubus beton menunjukkan tidak tercapainya mutu yang

disyaratkan, maka Pengawas berhak untuk memerintahkan hal-hal sbb. :

Mengganti komposisi adukan untuk pekerjaan yang tersisa.

Memperlama proses penjagaan dalam masa pengerasan beton.

Non-destructive testing.Core drilling.Test-test lain yang dianggap relevan

dengan masalahnya.

Perlu diperhatikan bahwa semua prosedur dan ketentuan-ketentuan dalam PBI

71 harus tetap diikuti.

Apabila setelah dilakukan langkah-langkah sebagaimana disebutkan diatas,

dan ternyata mutu beton memang tetap tidak dapat memenuhi Spesifikasi,

maka Pengawas berhak memerintahkan pembongkaran beton yang dinyatakan

tidak memenuhi syarat tadi sesegera mungkin.

b) Semua biaya pengambilan sample, pemeriksaan, pembongkaran, pekerjaan

perbaikan, dan pekerjaan pembuatan kembali konstruksi beton yang

dibongkar tadi, sepenuhnya menjadi beban Kontraktor.

6.11. Pengadukan

Kontraktor harus menyediakan, memelihara dan menggunakan alat pengaduk

mekanis (beton mollen) yang harus selalu berada dalam kondisi baik; sehingga

dapat dihasilkan mutu adukan yang homogen. Jumlah tiap bagian dari komposisi

adukan beton harus diukur dengan teliti sebelum dimasukkan kedalam alat

pengaduk, dan diukur dapat berdasarkan berat atau volume.

Pengadukan beton harus dilakukan dengan alat pengaduk yang mempunyai

kapasitas minimum 0.2 m3

dengan waktu tidak kurang dari 1½ menit setelah

semua bahan adukan beton dimasukkan dengan segera, kecuali air yang dapat

dimasukkan sebagian lebih dahulu. Pengawas berhak untuk memerintahkan

memperpanjang proses pengadukan bila ternyata hasil adukan yang ada gagal

menunjukkan beton yang homogen seluruhnya, dan kekentalannya tidak merata.

Page 11: 126_Spesifikasi Teknis.pdf

PEMBANGUNAN GEDUNG ASRAMA TAHAP III BALAI DIKLAT KEUANGAN MEDAN

SPESIFIKASI TEKNIK CV. ARISPA UTAMA

VI - 11

Adukan beton yang dihasilkan dari proses pengadukan tadi harus mempunyai

komposisi dan kekentalan yang merata untuk keseluruhannya.

Air untuk pencampur adukan beton dapat diberikan sebelum dan sewaktu

pengadukan dengan kemungkinan penambahan sedikit air pada waktu proses

pengeluaran dari adukan yang dapat dilakukan berangsur-angsur. Penam-bahan air

yang berlebihan yang dimaksudkan untuk menjaga kekentalan yang disyaratkan,

tidak dapat dibenarkan. Mesin pengaduk yang menunjukkan hasil yang tidak

memuaskan, harus segera diperbaiki atau diganti dengan yang baik lainnya. Pada

alat pengaduk yang ditempatkan secara sentral, atau pada mixing plants,

Kontraktor harus menyediakan sarana agar proses pengadukan dapat diawasi

dengan baik dari tempat yang tidak menggangu pelaksanaan pekerjaan

pengadukan. Alat pengaduk tidak boleh digunakan untuk mengaduk adukan

dengan volume yang melebihi kapasitasnya, kecuali diinstruksikan Pengawas.

Alat pengaduk yang digunakan harus menunjukkan dengan jelas data-data dari

pabriknya. Gross volume dari ruang pengaduk, Maximum kecepatan pengadukan,

Minimum dan maximum kecepatan pengadukan dengan disertai data-data tentang

ruang pengaduk, sirip pengaduk dll.

Alat pengaduk (beton mollen) harus benar-benar kosong dan bersih sebelum diisi

bahan-bahan untuk mengaduk beton, dan harus segera dicuci bersih setelah selesai

mengaduk pada suatu pengecoran. Pada saat memulai adukan yang pertama pada

suatu pengecoran dengan beton mollen yang sudah bersih, pengadukan yang

pertama harus mengandung koral dengan jumlah perbandingan separuh dari

jumlah perbandingan normalnya untuk menjaga adanya material halus dan semen

yang tertinggal melekat pada bagian dalam beton mollen. Juga lama pengadukan

dengan kondisi pertama ini harus dilakukan dengan sedikitnya satu menit lebih

lama dari waktu pengadukan normal. Untuk mendapatkan campuran beton yang

baik dan merata Pemborong harus memakai mesin pengaduk yang baik. Mesin

pengaduk harus cukup untuk melayani volume pekerjaan yang direncanakan.

Mesin pengaduk harus dibersihkan dengan air dan dihindarkan dari pengotoran

minyak, sebelum dipakai. Setiap campuran beton harus diaduk dalam pengaduk

sehingga merata/homogen dan waktu pengadukan minimum adalah 2 menit untuk

setiap kali mencampur.

Pengadukan adukan dengan cara manual tidak diperkenankan, terkecuali untuk

suatu jumlah yang kecil sekali dan hal inipun diperkenankan setelah mendapat

persetujuan dari Konsultan Pengawas. Pengadukan dengan manual ini (hand

mixing) ini harus dilakukan pada suatu platform yang mempunyai tepi-tepi

penghalang. Pada proses pengadukan ini, bahan-bahan yang akan diaduk harus

diaduk dulu secara kering dengan sedikitnya 3 (tiga) kali pengadukan, untuk

kemudian air pencampurnya disemprotkan dengan selang air, dan setelah itu

dilakukan pengadukan kembali dengan sedikitnya 3 (tiga) kali pengadukan sampai

didapat suatu adukan yang benar-benar merata. Dalam pengadukan kembali ini

kekentalannya dapat dinaikkan dengan 10 persen, serta tidak diperkenankan

melakukan pengadukan dengan cara ini untuk suatu jumlah yang lebih dari 1/2 m3

diaduk sekaligus.

Page 12: 126_Spesifikasi Teknis.pdf

PEMBANGUNAN GEDUNG ASRAMA TAHAP III BALAI DIKLAT KEUANGAN MEDAN

SPESIFIKASI TEKNIK CV. ARISPA UTAMA

VI - 12

6.12. Transportasi

a) Adukan beton dari tempat pengaduk harus secepatnya diangkut ketempat

pengecoran dengan cara yang sepraktis mungkin yang metodanya harus

mendapat persetujuan Pengawas terlebih dahulu. Metoda yang dipakai harus

menjaga jangan sampai terjadi pemisahan bahan-bahan campuran beton

(segregation), kehilangan unsur-unsur betonnya, dan harus dapat menjaga

tidak timbulnya hal-hal negatif yang diakibatkan naiknya temperatur ataupun

berubahnya kadar air pada adukan. Adukan yang diangkut harus segera

dituangkan pada formwork (bekisting) yang sedekat mungkin dengan tujuan

akhirnya untuk menjaga pengangkutan lebih lanjut, serta pula penuangan

adukan tidak diperkenankan dengan menjatuh bebaskan adukan dengan tinggi

jatuh lebih dari satu meter.

b) Alat-alat yang digunakan untuk mengangkut adukan beton harus terbuat dari

metal, permukaannya halus dan kedap air.

c) Adukan beton harus sampai ditempat dituangkan dengan kondisi benar-benar

merata (homogen). Slump test yang dilakukan untuk sample yang diambil

pada saat adukan dituangkan ke bekisting, harus tidak melewati batas-batas

toleransi yang ditentukan.

6.13. Pengecoran

Sebelum adukan beton dituangkan pada acuannya, kondisi permukaan dalam dari

bekisting atau tempat beton dicorkan harus benar-benar bersih dari segala macam

kotoran. Semua bekas-bekas beton yang tercecer pada baja tulangan dan bagian

dalam bekisting harus dengan segera dibersihkan.

Juga air yang tergenang pada acuan beton atau pada tempat beton akan dicorkan

harus segera dihilangkan. Aliran air yang dapat mengalir ketempat beton dicor,

harus dicegah dengan mengadakan drainage yang baik atau dengan metoda lain

yang disetujui Pengawas, untuk mencegah jangan sampai beton yang baru dicor

menjadi terkikis pada saat atau setelah proses pengecoran.

Pengecoran tidak dapat dimulai sebelum kondisi bekisting, tempat beton dicorkan,

kondisi permukaan beton yang berbatasan dengan daerah yang akan dicor, dan

juga keadaan pembesian selesai diperiksa dan disetujui oleh Direksi/Konsultan

Pengawas. Setelah diperiksa dan disetujui Pengawas, maka pekerjaan yang dapat

dilakukan hanyalah pekerjaan dalam atau terhadap bekisting sampai selesainya

pengecoran beton pada daerah yang telah disetujui, terkecuali dengan seijin

Pengawas.

Bilamana perlu, Pemborong dapat menggunakan concrete pump, gerobak-gerobak

dorong untuk mengangkut adukan ketempat yang akan dicor. Pengangkutan beton

tidak diperkenankan dengan ember-ember.

Pada tiap pengecoran, Kontraktor diwajibkan menempatkan seorang tenaga

pelaksananya yang berpengalaman baik dalam pekerjaan beton, dan pelaksa-na ini

harus hadir, mengawasi, dan bertanggung jawab atas pekerjaan pengecoran.

Sedang semua pekerjaan pengecoran harus dilakukan oleh tenaga-tenaga pekerja

Page 13: 126_Spesifikasi Teknis.pdf

PEMBANGUNAN GEDUNG ASRAMA TAHAP III BALAI DIKLAT KEUANGAN MEDAN

SPESIFIKASI TEKNIK CV. ARISPA UTAMA

VI - 13

yang terlatih, yang jumlahnya harus mencukupi untuk menangani pekerjaan

pengecoran yang dilakukan. Sebelum pengecoran dimulai, semua peralatan,

material serta tenaga yang diperlukan sudah harus siap dan cukup untuk suatu

tahap pengecoran sesuai dengan rencana yang sebelumnya disetujui Pengawas.

Tulangan, jarak, bekisting dan lain-lain, harus dijaga dengan baik sebelum dan

selama pelaksanaan pengecoran.

Segera setelah beton dituangkan kedalam bekisting, adukan harus dipadatkan

dengan concrete vibrator yang jumlahnya harus mencukupi. Penggetaran dengan

concrete vibrator dapat dibantu dengan metode lain yang sebelumnya harus

mendapatkan persetujuan dari Pengawas terlebih dahulu.

Tidak diperkenankan melakukan pengecoran untuk suatu bagian dari pekerjaan

beton yang bersifat permanen tanpa dihadiri Pengawas atau wakil dari Pengawas

(Inspector). Pada bagian struktur yang akan terkena air laut pada saat muka air laut

tinggi (HWS), maka pengecoran bagian tersebut harus dilakukan pada saat muka

air laut rendah (LWS).

Kontraktor harus mengatur kecepatan kerja dalam menyalurkan adukan beton agar

didapat suatu rangkaian kecepatan baik mengangkut, meratakan, dan memadatkan

adukan beton dengan suatu kecepatan yang sama dan menerus.

Mengencerkan adukan beton yang sudah diangkut sama sekali tidak

diperkenankan. Adukan beton yang sudah terlanjur agak mengeras tapi belum

dicorkan, harus segera dibuang.

Seluruh pekerjaan pengecoran beton harus diselesaikan segera sebelum adukan

betonnya mulai mengeras. Dan segala langkah perlindungan harus segera

dilakukan terhadap beton yang baru dicor, dimulai saat-saat beton belum

mengeras.

Dalam hal terjadi kerusakan alat pada saat pengecoran, atau dalam hal pelaksanaan

suatu pengecoran tidak dapat dilaksanakan dengan menerus, Kontraktor harus

segera memadatkan adukan yang sudah dicorkan sampai suatu batas tertentu

dengan kemiringan yang merata dan stabil saat beton masih dalam keadaan plastis.

Bidang pengakhiran ini harus dalam keadaan bersih dan harus dijaga agar berada

dalam keadaan lembab sebagaimana juga pada kondisi untuk construction joint,

sebelum nantinya dituangkan adukan yang masih baru. Bila terjadi penyetopan

pekerjaan pengecoran yang lebih lama dari satu jam, pekerjaan harus

ditangguhkan sampai suatu keadaan dimana beton sudah dinyatakan mulai

mengeras yang ditentukan oleh pihak Pengawas.

Pengecoran harus menerus dan hanya boleh berhenti ditempat-tempat yang

diperhitungkan aman dan telah direncanakan terlebih dahulu dan sebelumnya

mendapatkan persetujuan dari Pengawas. Penghentian maksimum 2 jam.Untuk

menyambung suatu pengecoran, pengecoran sebelumnya harus dibersihkan

permukaannya dan dibuat kasar dengan sikat baja agar sempurna sambungan-nya

dan sebelum adukan beton dituangkan, permukaan yang akan disambung harus

disiram dengan air semen dengan campuran 1 pc : 0,5 air.

Page 14: 126_Spesifikasi Teknis.pdf

PEMBANGUNAN GEDUNG ASRAMA TAHAP III BALAI DIKLAT KEUANGAN MEDAN

SPESIFIKASI TEKNIK CV. ARISPA UTAMA

VI - 14

Beton yang baru selesai dicor, harus dilindungi terhadap rusak atau terganggu

akibat sinar matahari ataupun hujan. Juga air yang mungkin mengganggu beton

yang sudah dicor harus ditanggulangi sampai suatu batas waktu yang disetujui

Pengawas terhitung mulai pengecorannya. Tidak sekalipun diperkenankan

melakukan pengecoran beton dalam kondisi cuaca yang tidak baik untuk proses

pengerasan beton tanpa suatu upaya perlindungan terhadap adukan beton, hal ini

bisa dalam terjadi baik dalam keadaan cuaca yang panas sekali, atau dalam

keadaan hujan. Perlindungan yang dilakukan untuk mencegah hal-hal ini harus

mendapat persetujuan Pengawas. Selama waktu pengerasan, beton harus

dilindungi dengan air bersih atau ditutup dengan karung-karung yang seniantiasa

dibasahi dengan air, terus menerus selama paling tidak 10 hari setelah pengecoran.

Apabila cuaca meragukan, sedangkan Pengawas tetap menghendaki agar

pengecoran tetap harus berlangsung, maka pihak Pemborong harus menyediakan

alat pelindung/terpal yang cukup untuk melindungi tempat yang sudah/akan

dicor.Pengecoran tidak diijinkan selama hujan lebat atau ketika suhu udara naik

diatas 32 C.

Untuk setiap jumlah 5 m3 pengecoran, Pemborong diwajibkan membuat minimal 1

(satu) buah sample kubus/silinder untuk pemeriksaan kekuatan tekan beton,

pemeriksaan slump test, dengan prosedur sebagaimana ditentukan dalam PBI

1971/PB 89 (SK-SNI „91).

Slump yang diperkenankan dalam pelaksanaan adalah antara 10-12 cm dan faktor

air semen maksimum 0,4. Pengambilan-pengambilan contoh diatas dilakukan atas

petunjuk Pengawas. Kubus-kubus/silinder yang telah diambil harus dijaga dapat

mengeras dengan baik. Demikian pula kubus/silinder beton yang diambil selama

pengecoran harus diuji kuat tekannya di laboratorium yang telah disetujui

Pengawas dan hasilnya dilaporkan secara tertulis kepada Pengawas untuk

dievaluasi. Bilamana hasil pengujian menunjukkan mutu beton kurang dari K-175

untuk beton pondasi dan untuk bagian struktur lainnya sesuai yang direncanakan,

Pemborong diwajibkan untuk mengajukan rencana perbaikan/penanggulangan

kepada Pengawas dan mengadakan perkuatan/penyempurnaan konstruksi dengan

biaya Pemborong apabila hal tersebut dipandang perlu oleh Pengawas.

Apabila hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa mutu beton kurang dari nilai K

(kuat tekan karakteristik) yang diisyaratkan, Pemborong harus mengambil cube-

sample dari bagian-bagian konstruksi yang diragukan. Jumlah cube-sample untuk

tiap pemeriksaan adalah 3 buah, dan selanjutnya akan diperiksa di Laboratorium

dengan petunjuk Pengawas. Hasilnya akan dievaluasi Pengawas dan apabila

ternyata nilai yang diperoleh membahayakan konstruksi, Pemborong harus

melakukan perbaikan bagian konstruksi tersebut atas biaya Pemborong.

Bila dirasa perlu untuk mengurangi kadar air beton, Pemborong dapat

menambahkan bahan-bahan kimia sebagai additive, seperti penggunaan Puzzilith

R-300 misalnya dengan jumlah 125-150 cc tiap zak semen @ 40 kg. Sebelum

pelaksanaan, Pemborong harus mengajukan terlebih dahulu kepada Pengawas

buku petunjuk pemakaiannya dari pabrik pembuat. Additive lain dapat pula

dipergunakan sepanjang tidak menyebabkan kelainan - kelainan pada beton dan

Page 15: 126_Spesifikasi Teknis.pdf

PEMBANGUNAN GEDUNG ASRAMA TAHAP III BALAI DIKLAT KEUANGAN MEDAN

SPESIFIKASI TEKNIK CV. ARISPA UTAMA

VI - 15

untuk itu harus mendapat persetujuan terlebih dahulu dari Pengawas. Semua biaya

yang timbul akibat penggunaan bahan-bahan tambahan (additive) menjadi

tanggung jawab Kontraktor.

6.14. Mutu Beton

a) Mutu beton yang dilaksanakan harus mempunyai kokoh kubus pada umur 28

hari sebesar 175kg/cm2.

b) Hal tersebut diatas harus dibuktikan dengan contoh-contoh kubus beton sesuai

menurut PBI 1971 Bab 4.7 dan SKSNI T - 15 - 1991 - 03.

c) Pengujian dilaksanakan setiap 5 m3 dan semua biaya pemeriksaan tersebut

ditanggung oleh Kontraktor.

d) Ukuran Kubus Beton sesuai dengan PBI (NI-2) 1971 ditetapkan memakai

ukuran 15x15x 15 cm dan slinder 15 x 30 cm.

e) Jika dianggap perlu Direksi bisa meminta pemeriksaan kubus untuk suatu

pekerjaan.

6.15. Pemadatan Adukan Beton

Adukan beton harus dipadatkan hingga mencapai kepadatan yang maximum

sehingga didapat beton yang terhindar dari rongga-rongga yang timbul antara

celah-celah koral, gelembung udara, dan adukan tadi harus benar-benar memenuhi

ruang yang dicor dan menyeliputi seluruh benda yang seharusnya tertanam dalam

beton. Selama proses pengecoran, adukan beton harus dipadatkan dengan

menggunakan vibrator yang mencukupi keperluan peker-jaan pengecoran yang

dilakukan. Kekentalan adukan beton dan lama proses pemadatan harus diatur

sedemikian rupa agar dicapai beton yang bebas dari rongga, pemisahan unsur-

unsur pembentuk beton.

Beton yang sedang mengeras harus selalu dibasahi mulai dari selesai penge-coran

dengan sedikitnya selama 10 (sepuluh) hari. Pembasahan harus dilaku-kan dengan

menutup permukaan beton dengan kain atau material lain yang basah agar tetap

lembab. Air yang digunakan untuk keperluan ini harus sama mutunya dengan air

untuk bahan adukan beton.

6.16. Perbaikan Beton

a) Segera setelah bekisting dibuka, kondisi beton harus diperiksa Pengawas. Bila

dianggap oleh Pengawas perlu dilakukan langkah-langkah perbaikan atau

pembongkaran, maka langkah tadi harus sepenuhnya dikerjakan atas beban

biaya Kontraktor.

b) Langkah-langkah perbaikan beton harus dilakukan oleh tenaga yang benar-

benar ahli. Hal-hal yang perlu diperbaiki antara lain yang menyangkut hal-hal

yang kurang baik pada permukaan beton terutama untuk kebutuhan finishing.

Kecuali dinyatakan lain, maka pelaksanaan pekerjaan perbaikan ini harus

diselesaikan dalam waktu 24 jam semenjak pembukaan bekisting. Tonjolan-

tonjolan pada permukaan beton harus dihilangkan.

Page 16: 126_Spesifikasi Teknis.pdf

PEMBANGUNAN GEDUNG ASRAMA TAHAP III BALAI DIKLAT KEUANGAN MEDAN

SPESIFIKASI TEKNIK CV. ARISPA UTAMA

VI - 16

c) Kondisi beton yang ternyata rusak akibat adanya rongga yang membahayakan

dan permukaan cekung yang berlebihan, dapat mengakibatkan perintah

dibongkarnya beton tadi untuk kemudian dilakukan pembersihan dan

pengecoran ulang. Batas-batas daerah yang harus dibongkar tadi akan

ditentukan oleh pihak Pengawas; begitu juga langkah pengecoran dan material

yang akan digunakan.

6.17. Joints

a. Lokasi dan tipe dari construction joints harus sesuai dengan pada gambar

rencana atau sebagaimana ditentukan Pengawas. Penambahan construction

joints yang dikehendaki Kontraktor demi pertimbangan pelaksanaan, harus

mendapat persetujuan Pengawas terlebih dahulu. Penentuan letak joints tadi

harus memperhatikan pola gaya-gaya yang bekerja ataupun untuk

menghindari terjadinya retak.

b. Pengecoran beton harus dilakukan secara menerus tanpa berhenti. Bila terjadi

penghentian dalam pengecoran pada suatu lokasi dimana pada pengecoran

nantinya, beton baru tidak akan dapat tercampur dengan beton lama, maka

batas tadi harus diperlakukan seperti construction joints, dimana permukaan

construction joints harus dikasarkan, dibersihkan dengan air hingga bersih.

Penghentian pengecoran bila tidak memungkinkan untuk pengecoran

menerus, harus diperhitungkan pada tempat-tempat yang aman dan

sebelumnya sudah mendapat persetujuan Pengawas. Pemborong harus sudah

mempersiapkan segala sesuatunya untuk pengamanan, pelindung dan lain-lain

yang dapat menjamin kontinuitas pengecoran.

6.18. Bekisting (Acuan Beton)

a) Kontraktor harus menyerahkan kepada Pengawas semua perhitungan dan

gambar rencana bekistingnya untuk mendapat persetujuan bilamana diminta

Pengawas, sebelum pekerjaan dilapangan dimulai. Dalam hal bekisting ini,

walaupun Pengawas telah menyetujui untuk digunakannya suatu rencana

bekisting dari Kontraktor, segala sesuatunya yang diakibatkan oleh bekisting

tadi tetap sepenuhnya menjadi tanggung jawab Kontraktor.

b) Material untuk bekisting dapat dibuat dari kayu, besi, atau material lain yang

disetujui Pengawas. Kesemua tipe material tadi bila digunakan tetap harus

memenuhi kebutuhan untuk bentuk, ukuran, kwalitas dan kekuatan, sehingga

didapat hasil beton yang halus, rata, dan sesuai dimensi yang direncanakan.

c) Bekisting harus benar-benar menjamin agar air yang terkandung dalam

adukan beton tidak hilang atau berkurang. Pengerjakan bekisting harus

sedemikian rupa sehingga hubungan papan bekisting terjamin rapat dan tidak

akan menimbulkan kebocoran. Konstruksi bekisting harus cukup kaku,

dengan pengaku-pengaku (bracing) dan pengikat (ties) untuk mencegah

terjadinya pergeseran ataupun perubahan bentuk yang diakibatkan gaya-gaya

yang mungkin bekerja pada bekisting tadi. Hubungan-hubungan antara bagian

bekisting harus menggunakan alat-alat yang memadai agar didapat bentuk dan

kekakuan yang baik. Pengikatan bagian bekisting harus dilakukan horizontal

Page 17: 126_Spesifikasi Teknis.pdf

PEMBANGUNAN GEDUNG ASRAMA TAHAP III BALAI DIKLAT KEUANGAN MEDAN

SPESIFIKASI TEKNIK CV. ARISPA UTAMA

VI - 17

dan vertikal. Semua bekisting harus direncanakan agar dalam proses

pembukaan tanpa memukul atau merusak beton. Untuk pengikatan dalam

beton harus menggunakan batang besi dan murnya.

d) Bila diperkirakan akan terendam air, Pemborong harus membuat bekisting

kedap air dengan melapisinya menggunakan bahan yang tidak tembus air

sesuai petunjuk Pengawas.

e) Semua material yang selesai digunakan sebagai bekisting harus dibersihkan

dengan teliti sebelum digunakan kembali, dan bekisting yang telah digunakan

berulang kali dan kondisinya sudah tidak dapat diterima Pengawas, harus

segera disingkirkan untuk tidak dapat dipergunakan lagi atau bilamana

mungkin diperbaiki agar kembali sempurna kondisinya. .

f) Bila dipakai bekisting multiplek atau tripleks maka permukaan harus cukup

rata dan tebal yang dipakai minimal adalah 12 mm dengan perkuatan balok

kayu 5/7 cm dengan jarak maksimal 40 cm dan pemakaiannya maksimum 3

kali. Kayu yang dipakai adalah kayu kelas II yang sesuai dengan persyaratan

PPKI 1970 atau kayu lokal yang setaraf. Semua pekerjaan sudut-sudut beton,

bilamana tidak dinyatakan lain dalam gambar harus ditakik 25 mm.

g) Konstruksi dari bekisting, seperti sokongan-sokongan perancah dan lain-lain

yang memerlukan perhitungan harus diajukan dan disetujui Pengawas.

h) Bagian dalam dari bekisting besi dan kayu boleh dipoles dengan non-staining

mineral oil dengan sepengetahuan Konsultan Pengawas. Pelumasan tadi harus

dilakukan dengan hati-hati agar cairan tadi tidak mengenai bidang dasar

pondasi dan juga pembesian.

i) Bekisting kayu bilamana tidak dipoles minyak seperti tersebut diatas, harus

dibasahi hingga benar-benar basah sebelum pengecoran beton.

j) Sebelum pengecoran dimulai, bagian dalam dari bekisting harus bersih dari

kotoran dan kering dari air.

k) Pembersihan dan pengeringan harus sedemikian rupa hingga terjamin mutu

beton yang diharapkan dan untuk jaminan bahwa bagian dalam bekisting

betul-betul kering harus digunakan kompresor. Finishing beton bertulang

sejauh mungkin dihindari dan perataan permukaan beton harus dilakukan

sesuai petunjuk Pengawas.

6.19. Pembongkaran Bekisting

a) Secara umum, kecuali dinyatakan lain oleh Pengawas, semua bekisting harus

disingkirkan dari permukaan beton. Untuk memungkinkan tidak terganggunya

kemajuan pekerjaan dan dapat dengan segera dilakukan langkah perbaikan

bila perlu, bekisting harus secepatnya dibongkar segera setelah beton

mempunyai kekerasan dan kekuatan seperlunya. Bekisting untuk bagian atas

dari bidang beton yang miring, harus segera dibongkar segera setelah beton

mempunyai kekakuan untuk mencegah berubahnya bentuk permukaan beton.

Bilamana diperlukan perbaikan pada bidang atas beton yang miring, maka

Page 18: 126_Spesifikasi Teknis.pdf

PEMBANGUNAN GEDUNG ASRAMA TAHAP III BALAI DIKLAT KEUANGAN MEDAN

SPESIFIKASI TEKNIK CV. ARISPA UTAMA

VI - 18

perbaikan tadi harus sesegera mungkin, dan dilanjutkan dengan langkah-

langkah penjagaan pada proses pengerasan beton (curing).

b) Pembukaan bekisting tidak diperkenankan dilakukan sebelum beton mencapai

umur sesuai daftar dibawah ini setelah pengecorannya dan sebelum beton

mengeras untuk menahan gaya-gaya yang akan ditahannya. Pembongkaran

bekisting harus dilakukan dengan hati-hati untuk mencegah timbulnya

kerusakan pada beton. Bilamana timbul kerusakan pada beton pada saat

pembongkaran bekisting, maka langkah perbaikannya harus sesegera mungkin

dilakukan. Pembongkaran bekisting beton tidak boleh dilakukan sebelum

waktu pengerasan menurut PBI 1971 dipenuhi, dan juga harus mengikuti

daftar berikut mengenai ketentuan diperkenankannya pembukaan suatu

bekisting bila diihitung sejak selesai pengecoran :

Sisi-sisi balok yang tidak dibebani 3 hari

Plat beton (penyangga tidak dibuka) 7 hari

Tiang-tiang penyangga plat bila plat tidak mendapat beban 21 hari

Tiang-tiang penyangga balok yang tidak dibebani 28 hari

Tiang-tiang penyangga cantilever 28 hari

Dalam segala kemungkinan, beban yang akan bekerja serta umur beton yang

terbebani harus ditinjau dan penyangganya harus dengan persetujuan

Pengawas.

6.20. Volume Pembayaran

a) Volume untuk pembayaran dinyatakan dalam meter kubik yang diukur

berdasar gambar rencana atau yang disetujui Pengawas, untuk semua bagian

beton dalam Bill of Quantities.

b) Pembayaran didasarkan pada harga satuan yang tercantum pada Bill of

Quantities untuk beton yang tertera dalam gambar rencana, dan harga tadi

harus sudah mencakup semua biaya untuk mengadakan bahan-bahan,

pengecoran, pemadatan, curing, perbaikan dan memfinish permukaan beton.

c) Secara umum harga satuan tadi harus sudah mencakup supply dan

penyimpanan semen, pasir, koral, air untuk adukan, bahan campuran

(admixtures), pengadaan, pemasangan, dan pembongkaran bekisting, tenaga

kerja untuk pengadukan; persiapan permukaan bidang yang akan dicor,

pengangkutan adukan, pemadatan, finishing dan curing, construction joints;

perbaikan beton untuk kondisi yang tidak memenuhi spesifikasi, dewatering

areal kerja, pengerjaan pada construction joints sesuai yang tertera pada

gambar rencana atau sesuai yang diinstruksikan Pengawas.

d) Harga satuan beton juga harus sudah mencakup biaya-biaya test untuk

material dan kubus beton yang secara periodik harus dilakukan sesuai PBI 71

atau sebagaimana diinstruksikan Pengawas. Juga harus mencakup biaya yang

harus dikeluarkan kontraktor yang diakibatkan pekerjaan perbaikan atau

Page 19: 126_Spesifikasi Teknis.pdf

PEMBANGUNAN GEDUNG ASRAMA TAHAP III BALAI DIKLAT KEUANGAN MEDAN

SPESIFIKASI TEKNIK CV. ARISPA UTAMA

VI - 19

pembongkaran yang diakibatkan oleh pengecoran beton yang tidak memenuhi

spesifikasi.

e) Pengukuran untuk pembayaran pekerjaan besi beton harus didasarkan pada

berat teoritis dari besi tulangan yang tercantum dalam gambar rencana atau

yang diinstruksikan Pengawas. Tidak ada penambahan pembayaran untuk

pekerjaan pembuatan dan pemasangan besi beton atau material lainnya yang

diperlukan untuk tujuan pemasangan besi beton dan untuk tambahan pada

construction joints.

f) Pembayaran pekerjaan besi beton akan didasarkan pada harga satuan pada Bill

of Quantities, yang mana harga satuan ini sudah harus mencakup supply,

pengangkutan, pemotongan, pembengkokan, dan pemasangan besi beton

sesuai spesifikasi.

PASAL 7

PEKERJAAN PASANGAN BATA.

7.1. Umum

A. Lingkup Pekerjaan

Pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan, tenaga kerja, peralatan serta material

bantu lainnya demi terlaksananya pekerjaan dengan hasil yang sempurna.

B. Pekerjaan Lain Yang Terkait

Mutu beton balok/kolom praktis, pada pekerjaan beton bertulang

Kualitas angkur besi, pada pekerjaan besi

Plesteran dan acian, pada pekerjaan plesteran

C. Referensi PUBBI SII

D. Submittal

1. Sebelum pekerjaan dilaksanakan, kontraktor harus menyerahkan contoh

bahan kepada Konsultan Pengawas untuk mendapatkan persetujuannya.

2. Kontraktor harus menyerahkan shop drawing, memperlihatkan layout

penempatan angkur dan kolom/balok praktis dan detail pengangkuran.

E. Penanganan Bahan

Perhatikan skedule pemasangan, sediakan bahan secukupnya agar tidak

terjadi keterlambatan pekerjaan atau terhentinya pekerjaan. Simpanan

bahan-bahan ditempat yang tidak bersinggungan dengan tanah langsung dan

pengaruh alam seperti hujan dan panas.

Page 20: 126_Spesifikasi Teknis.pdf

PEMBANGUNAN GEDUNG ASRAMA TAHAP III BALAI DIKLAT KEUANGAN MEDAN

SPESIFIKASI TEKNIK CV. ARISPA UTAMA

VI - 20

7.2. Persyaratan Bahan

A. Material

1. Digunakan Bata Mesin ukuran 6,0 x 12 x 24 cm kelas I, terbakar

matang, tidak keropos, tidak boleh pecah-pecah melebihi 5% dari total

penggunaan pasangan. Penggunaan batu bata ini harus mendapatkan

persetujuan dari Pengawas.

2. Bahan batu bata diambil dari satu sumber yang memiliki karakteristik

dan mutu bahan yang sejenis. Batu bata dengan daya serap air lebih dari

20% berat sendiri setelah pembenaman dalam air selama 24 jam tidak

dapat dipakai.

3. Adukan

Seperti yang dijelaskan pada spesifikasi pekerjaan adukan pasangan dan

plesteran adalah campuran 1 Ps : 4 Psr untuk pasangan batu dan untuk

Pasangan Batu Trasram mengunakan Campuran 1 Ps : 2 Psr .

B. Beton Kolom/Balok Praktis

Ukuran 12 x 12 cm dengan mutu dan kekuatan beton K-225 sesuai dengan

spesifikasi pekerjaan beton. Gunakan tulangan minimal 4 12 mm dengan

sengkang 6 mm jarak 20 cm. Pasangkan kolom dengan jarak kolom dan

balok praktis pada setiap bidang dinding 12 m ² dengan jarak kolom

maksimum 4 m.

C. Angkur

Gunakan angkur besi beton 10 mm jarak 60 cm, bata pengikat pasangan

dengan dinding beton / kolom beton/ sloof.

7.3. Persyaratan Pelaksanaan

A. Pemeriksaan Lapangan

Perhatikan keadaan struktur yang akan mendukung/dibebani pasangan bata.

Bila ada struktur pendukung yang belum sempurna maka pemasangan bata

harus ditunda dahulu. Dalam hal penundaan dan rencana dimulainya

pekerjaan harus disampaikan/ diberitahukan secara tertulis.

B. Persiapan Pekerjaan

1. Permukaan bidang kerja harus dibersihkan dari segala kotoran dan

benda-benda lain yang akan mengurangi kualitas pekerjaan.

2. Berikan perlindungan terhadap batu bata pada saat persiapan pemasangan

maupun pada saat dilaksanakan pemasangan.

C. Pembuatan dan Penggunaan Adukan

Lakukan seperti yang dijelaskan pada spesifikasi adukan pasangan dan

plesteran.

Page 21: 126_Spesifikasi Teknis.pdf

PEMBANGUNAN GEDUNG ASRAMA TAHAP III BALAI DIKLAT KEUANGAN MEDAN

SPESIFIKASI TEKNIK CV. ARISPA UTAMA

VI - 21

D. Pemasangan

1. Batu Bata

Dipasang batu bata yang utuh, tidak retak atau cacat lainnya untuk

membuat dinding pasangan sesuai dengan yang direncanakan.

Tidak diperkenankan mempergunakan bahan yang patah, hanya keadaan

tertentu seperti pada sudut atau perpotongan dengan bahan/pekerjaan lain

batu diijinkan mempergunakan bata yang patas tetapi tidak melebihi 50%.

Sebelum dipasangkan batu bata harus direndam di air sampai jenuh,

demikian pula bidang yang akan menerima pekerjaan/pemasangan harus

terlebih dahulu dibasahi agar dapat dihindari penyerapan air semen dari

adukan secara berlebihan.

Sebelum menambahkan/melanjutkan pasangan baru di atas pasangan

lama, yang terhenti sekurang-kurangnya selama 12 jam, maka pasangan

lama harus dibersihkan dahulu, kedudukan bata yang longgar/lepas harus

diganti dan mortar yang lepas agar ditambal.

Spesi pasangan dibuat dengan tebal 2 cm untuk spesi datar dan 1,5 cm

untuk spesi tegak, kecuali jika ditentukan lain.

Mortar/spesi datar dan tegak harus penuh dan padat. Lakukan koordinasi

dan sediakan tempat atau lubang-lubang untuk pekerjaan koordinasi

lainnya yang belum dilaksanakan.

Tera/Leveling, bata harus ditera datar dan tegaknya agar didapat kekuatan

pasangan yang sama dan merata disetiap tempat.

Setiap tahap pemasangan bata tidak boleh lebih tinggi dari 1,50 m.

2. Plesteran

Lakukan seperti yang telah dijelaskan pada spesifikasi pekerjaan

plesteran.

3. Pemasangan Angkur

Pasangkan angkur pada permukaan perletakan pasangan, kolom atau

balok dengan cara ditanamkan atau dibautkan. Buatkan setiap jarak 60 cm

untuk arah vertikal dan 100 cm untuk arah horizontal dengan panjang

angkur efektif 20 cm.

Tentukan posisi atau tempat-tempat angkur ini terkoordinasi dengan tera

siar datar dan tegak.

4. Balok/Kolom Praktis

Laksanakan pekerjaan balok dan kolom praktis ini seperti yang

disyaratkan dalam spesifikasi pekerjaan beton cetak di tempat.

Pengecoran beton ini baru dapat dilaksanakan jika pekerjaan koordinasi

lainnya yang bersinggungan langsung sudah dipastikan kedudukannya.

Page 22: 126_Spesifikasi Teknis.pdf

PEMBANGUNAN GEDUNG ASRAMA TAHAP III BALAI DIKLAT KEUANGAN MEDAN

SPESIFIKASI TEKNIK CV. ARISPA UTAMA

VI - 22

E. Pembersihan dan Perlindungan

Bersihkan bagian-bagian yang terkena adukan dengan segera kemudian berikan

perlindungan atau hindari pasangan dari benturan-benturan keras selama

sekurang-kurangnya 3 hari setelah seluruh dari sebuah bidang kerja selesai

terpasang.

PASAL 8

PEKERJAAN PLESTERAN.

9.1. Lingkup pekerjaan.

Pekerjaan plesteran untuk pasangan biasa dan pasangan trasram.

9.2. Bahan

PC, pasir daan air harus memenuhi persyaratan sesuai dengan pasal 8 ayat 1,2,3,

dan 4 PBI 1971.

9.3. Perbandingan.

Adukan 1 pc : 4 ps untuk pelesteran biasa, 1pc : 2 ps untuk pleseteran trasram,.

Semua pasangan harus ditambah bahan anti penyusutan (anti shrinkage).

9.4. Persiapan permukaan.

Permukaan yang akan diplester harus bersih. Untuk mencegah mengeringnya

plesteran sebelum waktunya permukaan yang telah disiapkan harus dibasahi.

9.5. Pelaksanaan.

Tebal plesteran rata-rata 1,5 cm, minimal 1 cm dan harus menghasilkan

permukaan yang rata atau sesuai dengan persetujuan Direksi. Harus dipasang

adukan-adukan patokan untuk mendapatkan permukaan yang rata. Plesteran harus

diratakan dengan menggunakan alat kayu yang lurus, minimal sepanjang 1 m

(satu meter). Plesteran harus dibasahi untuk mencegah cacat-cacat. Pada keadaan

cuaca kering dan panas plesteran harus dilindunginterhadap pengeringan yang

tidak merata atau berlebihan.

9.6. Memperbaiki dan membersihkan.

Kontraktor wajib memperbaiki plesteran dinding yang kurang sempurna

dengan cara membuang bagian-bagian tersebut dengan bentuk memanjang,

memakai alat serta diplester kembali. Pekerjaan plesteran yang telah selesai harus

bebas dari retak, noda dan cacat lainnya. Pada waktu-waktu tertentu selama

pelaksanaan, dan bila pekerjaan telah selesai, semua plesteran yang tampak harus

dibersihkan dari kotoran-kotoran.

Page 23: 126_Spesifikasi Teknis.pdf

PEMBANGUNAN GEDUNG ASRAMA TAHAP III BALAI DIKLAT KEUANGAN MEDAN

SPESIFIKASI TEKNIK CV. ARISPA UTAMA

VI - 23

PASAL 9

PEKERJAAN KERAMIK

9.1. Lingkup pekerjaan.

Pekerjaan ini meliputi pengadaan bahan, tenaga kerja, peralatan serta material

bantu lainnya demi terlaksananya pekerjaan dengan hasil yang sempurna.

9.2. Bahan

1. Keramik

Harus mempunyai kwalitas baik, produksi dalam negeri dan memenuhi

standard SII. Warna akan disesuaikan berdasarkan petunjuk dari Direksi.

Ketebalan minimal 4 mm, dengan ukuran seperti yang tertera dalam gambar,

antara lain :

Untuk lantai ruangan : 40 x 40 cm dan 60 x 60 cm

Untuk lantai KM/WC : 20 x 20 cm

Untuk dinding KM/WC : 20 x 25 cm

2. Sebelum bahan – bahan di datangkan di lokasi, Kontraktor wajib memberikan

contoh secukupnya dan mendapatkan persetujuan dari Konsultan Pengawas.

9.3. Item Pekerjaan

1. Lantai dipasang dari pasangan keramik uk. 40 x 40 cm dan 60 x 60 cm.

2. Pekerjaan pelapisan dinding meliputi pekerjaan plesteran dan pemasangan

keramik pada dinding keramik uk. 20 x 25 cm pada KM/WC.

3. Lantai KM/WC, bak air dan bak lainnya dipasang keramik uk. 20 x 20 cm

serta tempat lain yang telah ditentukan dalam gambar.

9.4. Pelaksanaan Pekerjaan.

1. Sebelum pemasangan keramik dilakukan, terlebih dahulu ditimbun dengan

tanah, dipadatkan kemudian dilapis beton tumbuk dengan campuran 1:3:6.

2. Pekerjaan lantai keramik dipasang dengan adukan 1 Pc : 4 Ps, tebal adukan

minimal 5 cm.

3. Celah (nut) antara lain lebarnya lebih kurang 2 mm, setelah pemasangan telah

cukup kering disiram pasta semen (warna disesuaikan), kemudian dibersihkan.

4. Keramik yang cacat atau pecah tidak boleh dipasang.

5. Pada prinsipnya pemotongan harus dihindari, bila terpaksa harus dipotong,

maka potongan tersebut tidak boleh dari ½ ukurannya. Pemotongan harus

dilaksanakan dengan hati – hati dan rapi.

6. Sebelum pekerjaan lantai dikerjakan, Kontraktor harus mengadakan persiapan

yang baik, terutama ketika pemadatan tanah dan pelapisan beton tumbuk.

Semua saluran pipa dan saluran dibawah lantai harus diatur dan ditempatkan

dengan baik agar pada saat pekerjaan lantai dilaksanakan tidak mengganggu

kepada saluran pipa yang ada.

Page 24: 126_Spesifikasi Teknis.pdf

PEMBANGUNAN GEDUNG ASRAMA TAHAP III BALAI DIKLAT KEUANGAN MEDAN

SPESIFIKASI TEKNIK CV. ARISPA UTAMA

VI - 24

PASAL 10

PEKERJAAN PINTU DAN JENDELA

Lingkup pekerjaan tersebut adalah sebagai berikut :

1.1. Penyediaan alat bantu untuk pengangkutan, penyimpanan dan pelaksanaan.

1.2. Pemesanan dan penyimpanan bahan-bahan.

Contoh :

Kecuali ditentukan lain, maka semua contoh harus disertakan dan contoh extrusion

tidak kurang dari 30 x 30 cm², dengan ketebalan seperti yang ditentukan untuk proyek

tersebut.

Contoh (Mock Up) harus dengan ukuran 1:1.

Persyaratan Bahan

1. Kozen pintu berbahan kayu, dipakai kayu damar laut yang cukup kering dan baik,

sedangkan Daun pintu dari calsiboard yang bermutu baik.

2. Ukuran kozen dan daun pintu disesuaikan dengan gambar rencana dan merupakan

ukuran yang sudah diserut / jadi.

3. Semua kozen yang berbahan kayu dan besi akan dicat dengan cat minyak dimana

terlebih dahulu dicat dasar / di dempul dan disetujui oleh Direksi.

4. Bidang – bidang kozen kayu yang menyentuh adukan plesteran harus dipulas

dengan bahan cat menie sebanyak 2 x cat.

5. Lubang – lubang bekas paku atau lubang – lubang yang terdapat dipermukaan

kayu, harus terlebih dahulu di dempul sebelum dicat.

6. Pintu dan dinding teralis yang dibuat/dipasang dari bahan baja harus mengikuti

ketentuan-ketentuan dalam peraturan ataupun standar yang berlaku di Indonesia,

dalam hal ini mengikuti peraturan-peraturan tersebut dibawah ini sesuai edisi yang

terakhir :

a. PPBBI Peraturan Perencanaan Baja Bangunan Indonesia

b. PUBI-1982 Persyaratan Umum Bahan Bangunan di Indonesia

c. AISC Specification for Design, Fabrication and Erection of Structural

Steel for Buildings

d. AWS Structural Welding Code, dll

7. Sebelum pekerjaan tersebut dimulai terlebih dahulu mendapat persetujuan

Direksi.

PASAL 11

PEKERJAAN ALAT – ALAT SANITASI.

Yang dimaksud dengan pekerjaan sanitary adalah :

1. Pengadaan dan pemasangan kran – kran, closet duduk, urinoir, wastafel dan floor

drain sesuai dengan gambar rencana.

2. Mutu pipa, kran dan semua bahan yang dipakai harus bermutu baik dan

mempunyai standard SNI serta mendapat persetujuan dari direksi/pengawas.

Jumlah kebutuhan dari pemasangan instalasi air bersih dan air kotor disesuaikan

dengan gambar rencana dan daftar quantity.

Page 25: 126_Spesifikasi Teknis.pdf

PEMBANGUNAN GEDUNG ASRAMA TAHAP III BALAI DIKLAT KEUANGAN MEDAN

SPESIFIKASI TEKNIK CV. ARISPA UTAMA

VI - 25

PASAL 12

PEKERJAAN PLAFOND

1. Bahan penutup langit-langit dipergunakan bahan gypsum board, ukuran

sesuai dengan gambar rencana. Untuk rangka langit-langit dipakai Rangka

Boral.

2. Pada langit-langit bagian tengah dibuat list dan pada pertemuan dengan

tembok bata dipasang list propil seperti gambar rencana.

3. Hasil bidang-bidang yang tidak rata, melendut, retak-retak atau

menunjukkan cacat lainnya harus segera diperbaiki dan hal tersebut

sepenuhnya menjadi tanggung jawab dan resiko Kontraktor.

4. Rencana pasangan langit-langit dapat dilihat pada gambar rencana.

Kontraktor berkewajiban untuk membuat gambar detail kerja (Shop Drawing) dari

rangka penggantung untuk disetujui Konsultan Pengawas/ Direksi.

PASAL 13

PEKERJAAN INSTALASI LISTRIK.

Yang dimaksud dengan pekerjaan instalasi listrik / elektrikal adalah pemasangan

seluruh instalasi penerangan dan stop kontak, system operasi perangkat lunak,

panel, saklar dan kabel pada bangunan sehingga dapat diuji dengan seksama, tidak

termasuk penyediaan aliran listrik dari PLN.

Pekerjaan instalasi listrik / elektrikal meliputi :

1 Pengadaan dan pemasangan lampu penerangan

2 Pengadaan dan pemasangan saklar, stop kontak, panel listrik dan assesories

lainnya yang di perlukan.

Stop kontak, saklar , panel listrik dipakai yang berkualitas baik dan sebelum

dipasang harus mendapat persetujuan dari Direksi.

Jumlah kebutuhan dari pemasangan instalasi listrik disesuaikan dengan gambar

rencana dan daftar quantity.

PASAL 14

PEKERJAAN CAT

1. Bahan-bahan/persyaratan khusus cat tembok, cat kayu dan cat besi

a. Cat besi : Besi harus dicat sebanyak 2 (dua) lapis dengan menie besi,

kemudian baru dilanjutkan dengan 2 (dua) lapis finishing cat dengan cat

minyak.

Page 26: 126_Spesifikasi Teknis.pdf

PEMBANGUNAN GEDUNG ASRAMA TAHAP III BALAI DIKLAT KEUANGAN MEDAN

SPESIFIKASI TEKNIK CV. ARISPA UTAMA

VI - 26

b. Cat tembok bagian luar (Exterior Wall) ,dengan 1 (satu) lapis Wall Siller

dilanjutkan dengan 2 (dua) lapis finishing cat tembok.

Cat tembok bagian dalam (Interior Wall) adalah setara Vinilex, dengan 1

(satu) lapis Wall Siller dilanjutkan dengan 2 (dua) lapis finishing cat

tembok.

Cat kozen/ pintu : Cat kayu dipakai dengan jenis cat minyak , dengan 2

(dua) lapis cat minyak.

c. Daftar bahan

Secepatnya setelah penandatangan Kontrak, tetapi paling lambat 2

minggu sebelum pekerjaan cat, Kontraktor wajib menyerahkan kepada

Direksi daftar bahan yang akan dipergunakan untuk pengecatan. Semua

bahan yang dipakai harus disetujui terlebih dahulu oleh Direksi.

d. Pilihan warna

Semua jenis warna yang akan dipakai harus terlebih dahulu dipilih dan

disetujui oleh Direksi/ Pemberi Tugas.

e. Persiapan

Bidang yang sudah pernah dicat harus dikupas kembali dan diampelas

sehingga bebas dari kemungkinan lepasnya laburan cat yang baru. Sebelum

pengecatan dimulai, lantai-lantai harus dicuci serta debu-debu sedapat

mungkin dicegah menempel pada bidang yang akan dan telah di cat.

Semua permukaan yang akan dicat harus dipersiapkan sesuai dengan

persyaratan tertulis dari pabrik. Harus disediakan kain pembersih debu

dengan secukupnya untuk mencapai tujuan tersebut di atas.

f. Pekerjaan permulaan/ cat dasar besi

Segera setelah besi dibersihkan, permukaan besi diberi cat dasar menie

sebanyak 2 lapis dengan tebal 30-35 micron. Besi yang telah diberi cat

dasar sebelum pengiriman harus diperiksa terhadap cacat. Cat dasar yang

tidak memenuhi syarat harus dibersihkan dengan sikat baja dan segera

diberi cat dasar baru. Apabila dipergunakan besi yang telah dicat maka

harus dicuci bersih.

g. Persiapan/ dasar plesteran

Plesteran harus diberi kesempatan yang maksimum untuk mengering

sebelum pengecatan dimulai. Semua plesteran atau dasar semen yang

cacat harus dibuang dan diperbaiki lebih dahulu dengan plesteran yang

sejenis. Sebelum permukaan diberi satu lapisan cat dasar (tahan alkali),

semua lumut/ kerak pada permukaan tersebut harus dibersihkan dengan

kain kasar yang dibasahi dengan air bersih, permukaan dibiarkan

mengering.

h. Untuk kayu demikian maka permukaannya harus diampelas sampai licin

dan bebas dari cacat semua debu dihilangkan sebelum pengecatan dimulai.

Page 27: 126_Spesifikasi Teknis.pdf

PEMBANGUNAN GEDUNG ASRAMA TAHAP III BALAI DIKLAT KEUANGAN MEDAN

SPESIFIKASI TEKNIK CV. ARISPA UTAMA

VI - 27

PASAL 15

PENUTUP

1. Semua item pekerjaan harus diselesaikan secara baik dan disesuaikan dengan

Rencana Kerja dan Syarat-syarat (RKS). Pekerjaan yang tidak rapi, harus

diperbaiki sampai diperoleh hasil yang memenuhi syarat (maksimal).

2. Segala jenis pekerjaan yang belum tercantum secara jelas dalam Rencana Kerja

dan Syarat-syarat (RKS), pelaksanaannya harus mendapat persetujuan/petunjuk

dari Direksi Lapangan.

3. Setelah semua pekerjaan selesai dilaksanakan sesuai dengan Rencana Kerja dan

Syarat-syarat (RKS) maka halaman (lokasi) pekerjaan harus dibersihkan dari sisa-

sisa bahan dan diratakan sebaik mungkin.

4. Kontraktor diwajibkan melunasi “ASTEK” sesuai peraturan yang berlaku.

Diperiksa oleh :

Panita Pengadaan Barang dan Jasa

Balai diklat Keuangan Medan

Benny Nainggolan

NIP. 197612121997031001

Medan, Mei 2011

Dibuat oleh :

CV. ARISPA UTAMA

Ir. Hasoloan Pasaribu

Direktur

Disetujui :

Pejabat Pembuat Komitmen Balai

Diklat Keuangan Medan

Frisda Agriani Ambarita NIP : 197306271998032001