12350773
TRANSCRIPT
-
7/23/2019 12350773
1/137
i
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK
DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE
PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 01 JATEN
KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN
2010/2011
SKRIPSI
Oleh :
ANIK PUJI LESTARI
K7107001
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
-
7/23/2019 12350773
2/137
ii
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERITA PENDEK
DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE
PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 01 JATEN
KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN
2010/2011
Oleh:
ANIK PUJI LESTARI
K7107001
SKRIPSI
Ditulis dan Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mendapat
Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Jurusan Ilmu Pendidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
-
7/23/2019 12350773
3/137
-
7/23/2019 12350773
4/137
-
7/23/2019 12350773
5/137
v
ABSTRAK
Anik Puji Lestari. PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS
CERITA PENDEK DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND
PICTURE PADA SISWA KELAS II SD NEGERI 01 JATEN
KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN 2010/2011. Skripsi. Surakarta :
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta. Mei 2011.
Tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah unruk meningkatkan
keterampilan menulis cerita pendek pada siswa kelas II SD Negeri 01 Jaten
Karanganyar dengan model pembelajaranpicture and picture.
Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas II SDN 01 Jaten
Karanganyar tahun pelajaran 2010 / 2011 terdiri dari 39 siswa. Variabel yang
menjadi sasaran perubahan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah untuk
meningkatkan keterampilan menulis cerita pendek. Sedangkan variabel tindakan
yang digunakan dalam penelitian tindakan ini adalah model pembelajaran picture
and picture. Bentuk penelitian ini adalah tindakan kelas dengan menggunakan dua
siklus. Tiap siklus terdiri dari 4 tahapan, yaitu perencanaan, pelaksanaan,
observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data variabel untuk meningkatkan
keterampilan menulis cerita pendek melalui observasi, wawancara, tes dan
dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan terdiri dari reduksi data, sajian
data, dan verifikasi data atau penarikan kesimpulan. Validitas data yang
digunakan adalah triangulasi sumber data dan triangulasi metode. Teknik analisisdata yang digunakan adalah analisis interaktif.
Hasil penelitian ini adalah peningkatan rata-rata nilai dan prosentase
ketuntasan klasikal dalam keterampilan menulis cerita pendek siswa kelas II SD
Negeri 01 Jaten Karanganyar. Peningkatan ini dapat dilihat dari hasil tes menulis
cerita pendek siswa yang menunjukkan adanya peningkatan yaitu pada pra
tindakan nilai rata-rata kelas 57,4 dengan ketuntasan klasikal 41%. Pada siklus I
menunjukkan nilai rata-rata kelas mencapai 59,7 dan ketuntasan klasikal
meningkat menjadi 59%. Pada siklus II nilai rata-rata kelas meningkat menjadi
66,1d an ketuntasan klasikal meningkat menjadi 79%.
Berdasarkan hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa penggunaanmodel pembelajaran picture and picture dapat meningkatkan keterampilan
menulis cerita pendek siswa kelas II SDN 01 Jaten Karanganyar.
-
7/23/2019 12350773
6/137
vi
ABSTRACT
Anik Puji Lestari. IMPROVING THE SHORT STORY WRITING SKILLBY PICTURE AND PICTURE LEARNING MODEL AT 2
ndGRADE
STUDENTS OF ELEMENTARY SCHOOL 01 JATEN
KARANGANYAR, ACADEMIC YEAR 2011. Script. Surakarta. Teacher
Training and Education Faculty. Sebelas Maret University, Surakarta,
Mei 2011.
Purpose of the classroom action research is to improve short story writing skill at
students of 2ndgrade in Elementary School 01 Jaten Karanganyar by picture and
picture learning model.
The subject of this classroom action research is 2ndgrade students of ElementarySchool 01 Jaten Karanganyar, academic year 2010/2011 which consists of 39
students. Variable that are targeted to change in the research is improvement of
students short story writing skills. Whereas variable to use in the research is
teaching model picture and picture. The research is a classroom action research
with 2 cycles. Every cycles consist of 4 phases, namely, planning, action,
observation, and reflection. Variable data is collected by using interview,
observation, tes and documentation. Data analisys consists of data reduction, data
presentation, and data verivication or conclusion drawing. The data validity used
is substance validityand data triangular. The technique of analysing data is
interactive analysis.
The result of this research shows the increase of average score and average of
classica completeness in short story skill at students of 2ndgrade in Elementary
School 01 Jaten Karanganyar. The increased descriptive writing skill of the
students could be seen from result of students test short story writing that
indicated and increase, namely, in pre-action is 57,4 with classical
completeness 41%, In the cycle 1, the average of classical score attains 59,7
and classical completeness increases to 59%. In the cycle II, , the average of
classical score increases to 66,1 and and classical completeness increases to
79%.
Based on research result above, it can be conclude that the use of picture andpicture learning model can increase short story skill at students of 2ndgrade in
Elementary School 01 Jaten Karanganyar.
-
7/23/2019 12350773
7/137
vii
MOTTO
Sesungguhnya aku mengingatkan kepadamu supaya kamu
tidak termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan
(QS. Hud: 46)
Ing ngarso sung tuladha
Ing madya mangunkarso
Tutwuri handayani(KI Hajar Dewantara)
Kesuksesan dan keberhasilan dapat dicapai dengan 99 %
kerjakeras dan 1 % kejeniusan atau kepintaran.
(All Albert Einstain)
-
7/23/2019 12350773
8/137
viii
PERSEMBAHAN
Kuhaturkan kepada Ayah dan Ibu tercinta yangsenantiasa
mendukung dengan segala doa.
Kakakku yang selalu memberikan semangat
serta doa untukku.
Keluarga Besar FKIP Universitas Sebelas Maret
dan almamaterku yang telah memberikan ilmu dan mengantarku
hingga dapat mencapai masa sekarang ini.
-
7/23/2019 12350773
9/137
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih peneliti ucapkan kepada Allah SWT, yang
telah melimpahkan segala rahmat, hidayah serta inayah-Nya, sehingga peneliti
dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul Peningkatan Keterampilan
Menulis Cerita Pendek Dengan Model Pembelajaran Picture and Picture Pada
Siswa Kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar Tahun Pelajaran 2011.
Peneliti tidak akan dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini tanpa
bantuan dari beberapa pihak. Pada kesempatan yang berbahagia ini peneliti ingin
menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M. Pd. Selaku Dekan FKIP UNS.
2. Drs. Kartono, M.Pd. selaku Ketua Program Studi PGSD FKIP UNS.
3.
Prof. Dr. Heribertus Soegiyanto, S. Uselaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan arahan dan bimbingan kepada peneliti.
4. Drs. A. Dakir, M.Pd. selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan
arahan dan bimbingan kepada peneliti.5. Sutarno, S.Pd. selaku Kepala SD Negeri 01 Jaten Karanganyar yang telah
memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di Elementary
School 01 Jaten.
6. Supinah, S.Pd. selaku guru kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar yang telah
merelakan waktunya untuk berkolaborasi dengan peneliti dalam penelitian.
7. Ayah dan ibu tercinta yang telah memberikan dukungan baik berupa moral
maupun materi.
8. Kakak-kakakku tersayang yang telah memberikan motivasi dalam penyusunan
skripsi ini.
9. Teman-teman S1 PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh masih banyak
kekurangan.Oleh karena itu, peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran yang
membangun untuk perbaikan penelitian berikutnya.
-
7/23/2019 12350773
10/137
x
Peneliti berharap bahwa penulisan skripsi ini dapat memberikan manfaat
membantu perkembangan ilmu pengetahuan dan pendidikan terutama di Sekolah
Dasar.
Surakarta, Mei 2011
Peneliti
-
7/23/2019 12350773
11/137
xi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................. i
PENGAJUAN SKRIPSI........................................................................... ii
PERSETUJUAN........................................................................................ iii
PENGESAHAN......................................................................................... iv
ABSTRAK................................................................................................. v
ABSTRACT............................................................................................... vi
MOTTO..................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN...................................................................................... viii
KATA PENGANTAR............................................................................... ix
DAFTAR ISI.............................................................................................. xi
DAFTAR TABEL..................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................. xvii
BAB I.PENDAHULUAN.......................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ...................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .............................................................. 8
C. Pembatasan Masalah ............................................................. 8
D. Rumusan Masalah ................................................................. 8
E. Tujuan Penelitian .................................................................. 9
F. Manfaat Penelitian ................................................................. 9
BAB II. LANDASAN TEORI.................................................................. 11
A. Tinjauan Pustaka ................................................................... 11
1. Tinjauan Tentang Model PembelajaranPicture
and Picture........................................................................ 11
2. Tinjauan Tentang Keterampilan Menulis Cerita Pendek .. 21
B. Penelitian Relevan ................................................................ 42
C.
Kerangka Berpikir ................................................................ 43
D.
Hipotesis Tindakan ............................................................... 45
-
7/23/2019 12350773
12/137
xii
BAB III. METODE PENELITIAN......................................................... 49
A. Tempat dan Waktu Penelitian .............................................. 49
B. Subyek Penelitian ................................................................. 50
C.
Bentuk dan Strategi Penelitian .............................................. 50
D. Sumber Data ......................................................................... 53
E. Teknik Pengumpulan Data .................................................... 54
F.
Validitas Data ....................................................................... 56
G. Metode Analis Data .............................................................. 58
H. Indikator Keberhasilan .......................................................... 60
I.
Prosedur Penelitian ................................................................ 61
BAB IV. HASIL PENELITIAN............................................................... 67
A. Deskripsi Lokasi Penelitian .................................................. 67
B.
Deskripsi Kondisi Awal ........................................................ 67
C. Deskripsi Permasalahan Penelitian ....................................... 71
D. Temuan dan Pembahasan Hasil Penelitian ........................... 112
BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN............................... 117
A. Simpulan ............................................................................... 117
B. Implikasi ............................................................................... 117
C. Saran ..................................................................................... 119
DAFTAR PUSTAKA................................................................................ 121
LAMPIRAN
-
7/23/2019 12350773
13/137
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel: Halaman
Tabel 1. Jadwal Penelitian......................................................................... 49
Tabel 2. Daftar Personil Tenaga Kerja ...................................................... 67
Tabel 3. Daftar Nilai Keterampilan Menulis Cerita Pendek
Kelas II Pada Kondisi Awal. ...................................................... 68
Tabel 4. Data Frekuensi Nilai Keterampilan Menulis
Cerita Pendek Pada Kondisi Awal ............................................. 69
Tabel 5. Hasil Nilai Rekapitulasi Psikomotor Siswa Dalam
Menulis Cerita Pendek Siklus 1 Pertemuan .............................. 82
Tabel 6. Data Frekuensi Nilai Psikomotor Siswa Dalam
Menulis Cerita Pendek Siklus 1 Pertemuan 1 ............................ 82
Tabel 7. Hasil Rekapitulasi Nilai Kognitif Siswa Menulis
Cerita Pendek Siklus 1 Pertemuan 1 .......................................... 84
Tabel 8. Data Frekuensi Nilai Kognitif Siswa Menulis Cerita
Pendek Siklus 1 Pertemuan 1 ...................................................... 84
Tabel 9. Hasil Rekapitulasi Nilai Psikomotor Siswa Dalam
Menulis Cerita Pendek Siklus 1 Pertemuan 2 ........................... 86Tabel 10. Data Frekuensi Nilai Psikomotor Siswa Dalam
Menulis Pendek Siklus 1 Pertemuan 2 ....................................... 86
Tabel 11. Hasil Rekapitulasi Nilai Kognitif Siswa Menulis
Cerita Pendek Siklus 1 Pertemuan 2 .......................................... 88
Tabel 12. Data Frekuensi Nilai Kognitif Menulis Cerita
Pendek Siklus 1 Pertemuan 2 ...................................................... 88
Tabel 13. Ketuntasan Hasil Nilai Keterampilan Menulis Cerita Pendek .... 90
Tabel 14. Perbandingan Prosentase Ketuntasan Pra Siklus dan Siklus 1 ... 91
Tabel 15. Hasil Rekapitulasi Nilai Psikomotor Siswa Dalam
Menulis Cerita Pendek Siklus II Pertemuan 1 ........................... 102
Tabel 16. Data Frekuensi Nilai Psikomotor Siswa Dalam Menulis
Cerita Pendek Siklus II Pertemuan 1 ......................................... 102
Tabel 17. Hasil Rekapitulasi Nilai Kognitif Siswa Menulis
Cerita Pendek Siklus II Pertemuan 1 ......................................... 104
Tabel 18.Data Frekuensi Nilai Kognitif Siswa Menulis
Cerita Pendek Siklus II Pertemuan 1 .......................................... 104
Tabel 19. Hasil Rekapitulasi Nilai Psikomotor Siswa MenulisCerita Pendek Siklus II Pertemuan 2 ......................................... 106
-
7/23/2019 12350773
14/137
xiv
Tabel 20. Data Frekuensi Nilai Psikomotor Siswa Dalam Menulis
Cerita Pendek Siklus II Pertemuan 2 ......................................... 106
Tabel 21. Hasil Rekapitulasi Nilai Kognitif Siswa Menulis
Cerita Pendek Pada Siklus II Pertemuan 2 ................................. 108
Tabel 22. Data Frekuensi Nilai Kognitif Siswa Menulis Cerita
Pendek Siklus II Pertemuan 2 .................................................... 108
Tabel 23. Ketuntasan Nlai Keterampilan Menulis Cerita Pendek
Siswa Kelas II Siklus II .............................................................. 110
Tabel 24. Perbandingan Prosentase Ketuntasan Keterampilan
Menulis Pra Siklus, Siklus I Dan Siklus II ................................. 111
Tabel 25. Rata-Rata Nilai Keterampilan MenuisDan ProsentaseKetuntasan Klasikal Sebelum Tindakan, Siklus I
Dan Siklus II ............................................................................... 112
Tabel 26. Peningkatan Aktivitas Guru Dan Siswa Dalam Proses
Pembelajaran Pada Siklus I Dan II............................................. 113
-
7/23/2019 12350773
15/137
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar: Halaman
Gambar 1.Contoh Gambar Model PembelajaranPicture
and Picture................................................................................. 19
Gambar 2.Bagan Kerangka Berpikir ............................................................ 46
Gambar 3.Bagan Prosedur Penelitian Hopkins ............................................ 50
Gambar 4.Bagan Teknis Analisis Data ........................................................ 58
Gambar 5.Grafik Nilai Keterampilan Menulis Cerita Pendek
Siswa Kelas II Pada Kondisi Awal ........................................... 69
Gambar 6.Contoh Gambar Materi Ciri-Ciri Binatang ................................. 74
Gambar 7.Contoh Materi Ciri-Ciri Binatang Dalam model
pembelajaranpicture and picture.............................................. 74
Gambar 8.Contoh Materi Ciri-Ciri Binatang Dengan
Model PembelajaranPicture and Picture................................. 77
Gambar 9.Grafik Hasil Nilai Psikomotor Siswa Dalam Menulis
Cerita Pendek Siklus I Pertemuan1 ........................................... 83
Gambar 10.Grafik Hasil Nilai Kognitif Siswa Menulis CeritaPendek Siklus I Pertemuan 1 .................................................. 85
Gambar 11.Grafik Hasil Nilai Psikomotor Siswa Dalam Menulis
Cerita Pendek Siklus I Pertemuan 2 ........................................ 87
Gambar 12.Grafik Hasil Nilai Kognitif Siswa Pendek Siklus I
Pertemuan 2 .................................................................................................. 89
Gambar 13.Grafik Ketuntasan Hasil Nilai Keterampilan Menulis
Cerita Pendek Siswa Kelas II Siklus I..................................... 90
Gambar 14.Grafik Perbandingan Prosentase Ketuntasan Keterampilan
Menulis Cerita pendek Pada Pra Siklus dan Siklus 1 ............. 91
Gambar 15.Contoh Materi Ciri-Ciri Tumbuhan Dengan Model
PembelajaranPicture and Picture. ......................................... 95
Gambar 16.Contoh Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia Dengan
Model PembelajaranPicture and Picture............................... 97
Gambar 17.Grafik Nilai Psikomotor Siswa Menulis Cerita Pendek
Kelas II Siklus II Pertemuan1................................................. 103
Gambar 18.Grafik Nilai Kognitif Siswa Menulis Cerita Pendek
Kelas II Siklus II Pertemuan 1 ................................................ 105
-
7/23/2019 12350773
16/137
xvi
Gambar 19.Grafik Nilai PsikomotorSiswa MenulisCerita
Pendek Siklus II Pertemuan 2 ................................................. 107
Gambar 20.Grafik Nilai Kognitif Siswa Menulis Cerita Pendek
Kelas II Siklus II Pertemuan 1 ................................................ 109
Gambar 21.Grafik Ketuntasan Nilai Keterampilan Menulis Cerita
Pendek Siswa Kelas II Siklus II .............................................. 110
Gambar 22. Grafik Perbandingan Prosentase Ketuntasan Keterampilan
Menulis Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II ............................. 111
Gambar 23.Grafik Peningkatan Nilai Rata-rata Nilai Keterampilan
dan Ketuntasan Pembelajaran Menulis Cerita
Pendek Setiap Siklus .................................................................................... 113
-
7/23/2019 12350773
17/137
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran: Halaman
Lampiran 1. Silabus Bahasa Indonesia Kelas II........................................... 124
Lampiran 2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ............................. 125
Lampiran 3. Tes Evaluasi ............................................................................. 152
Lampiran 4. Format Penilaian Aspek Psikomotor Siswa Dalam
Menulis Cerita Pendek Siklus I Pertemuan 1 ........................ 161
Lampiran 5. Pedoman Pwnilai Aspek Psikomotor Siswa Dalam
Menulis Cerita Pendek ........................................................... 163
Lampiran 6. Lembar Hasil Penilaian Aspek Psikomotor Siswa
Dalam Menulis Cerita Pendek .............................................. 165
Lampiran 7. Format Penilaian Aspek Kognitif Siswa Menulis Cerita
Pendek .................................................................................... 173
Lampiran 8. Pedoman Penilaian Aspek Kognitif Siswa Menulis
Cerita Pendek ......................................................................... 175
Lampiran 9. Lembar Hasil Penilaian Kognitif Siswa Menulis
Cerita Pendek ......................................................................... 177
Lampiran 10. Nilai Rata-Rata Keterampilan Menulis Cerita Pendek
Siklus I dan Siklus II .............................................................. 185
Lampiran 11. Prosentase Ketuntasan Klasikal Keterampilan
Menulis Cerita Pendek Siklus I dan Siklus II ........................ 187
Lampiran 12. Perbandingan Nilai Rata-Rata dan Prosentase Ketuntasan
Keterampilan Menulis Cerita Pendek Pada Pra Siklus,
Siklus I dan Siklus II .............................................................. 189
Lampiran 13. Lembar Observasi Kinerja Guru............................................ 190
Lampiran 14. Pedoman Penilaian Observasi Kinerja Guru ......................... 192
Lampiran 15. Hasil Observasi Kinerja Guru................................................ 197
Lampiran 16. Lembar Observasi Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran .... 205
Lampiran 17. Hasil Observasi Keaktifan Siswa Dalam Pembelajaran ........ 206
Lampiran 18. Lembar Wawancara Guru Sebelum Menggunakan
Model PembelajaranPicture and Picture............................. 210
Lampiran 19. Lembar Wawancara Guru Sesudah Menggunakan
Model PembelajaranPicture and Picture............................. 212
Lampiran 20. Dokumentasi Penelitian ......................................................... 213
-
7/23/2019 12350773
18/137
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara ( Undang-Undang Sisdiknas, 2003: 2).
Pembelajaran bahasa yang utama sebagai alat komunikasi. Seorang anak
belajar bahasa karena didesak oleh kebutuhan untuk berkomunikasi dengan orang-
orang di lingkungan sekitar. Manusia adalah makhluk sosial, sehingga manusia
perlu berinteraksi dengan manusia lainnya. Pada saat manusia membutuhkan
eksistensinya, maka interaksi itu terasa semakin penting. Kegiatan berinteraksi ini
membutuhkan alat, sarana atau media, yaitu bahasa. Sejak itulah bahasa menjadi
alat, sarana atau media (Depdiknas, 2009: 1.3).
Komunikasi tidak akan sempurna bila ekspresi diri kita tidak diterima
atau dipahami orang lain. Dengan komunikasi kita dapat menyampaikan semua
yang dirasakannya kepada orang. Dengan komunikasi kita dapat menyampaikan
semua yang kita rasakan, pikirkan, dan kita ketahui kepada orang lain (Gorys
Keraf, 2004: 4).
Manusia menggunakan bahasa sebagai alat komunikasi dalam kehidupan.
Bahasa sebagai milik manusia menjadi salah satu ciri pembeda antara manusia
dengan makhluk lainnya, bahkan dengan bahasa dapat menunjukkan bangsa
seseorang. Pembelajaran bahasa Indonesia secara fungsional dan komunikatif
adalah pembelajaran yang menekankan siswa untuk belajar berbahasa, dalam
kaitannya dengan fungsi bahasa sebagai alat untuk komunikasi. Siswa bukan
sekedar belajar tentang pengetahuan bahasa, melainkan belajar menggunakan
bahasa untuk keperluan komunikasi. Untuk itu, pendekatan pembelajaran yang
sesuai adalah pendekatan komunikatif.
-
7/23/2019 12350773
19/137
2
Pendekatan komunikatif merupakan pendekatan yang dilandasi oleh
pemikiran bahwa kemampuan menggunakan bahasa dalam komunikasi
merupakan tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran bahasa (Darmiyati
Zuchdi dan Budiasih, 2001: 38 ). Tampak bahwa bahasa tidak hanya dipandang
sebagai seperangkat kaidah, tetapi lebih luas lagi yakni sebagai sarana untuk
berkomunikasi. Ini berarti, bahasa ditempatkan sesuai dengan fungsinya, yaitu
fungsi komunikatif.
Sesuai dengan pendapat Fulistyo dalam (http://www.google.com) yang
mengatakan bahwa keterampilan berbahasa yang dipelajari di sekolah berdasarkan
kurikulum meliputi empat aspek, yaitu (1) keterampilan menyimak, (2)
keterampilan berbicara, (3) keterampilan membaca, dan (4) keterampilan
menulis. Hal ini menunjukkan bahwa empat aspek tersebut sangat berperan
penting dalam pengajaran suatu bahasa di sekolah. Dari keempat aspek ini
disebutkan salah satunya adalah keterampilan menulis.
Keterampilan menulis merupakan salah satu bentuk keterampilan
berbahasa yang sangat penting bagi siswa, di samping keterampilan menyimak,
berbicara, dan membaca, baik selama mengikuti pendidikan di berbagai jenjang
dan jenis sekolah maupun dalam kehidupannya nanti di masyarakat. Keberhasilan
siswa dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar banyak ditentukan
kemampuannya dalam menulis (St. Y. Slamet, 2008: 95).
Keterampilan menulis sebagai keterampilan berbahasa yang bersifat
produktif-aktif merupakan salah satu kompetensi dasar berbahasa yang harus
dimiliki siswa agar terampil berkomunikasi secara tertulis. Siswa akan terampil
mengorganisasikan dengan runtut, menggunakan kosakata yang tepat dan sesuai,
memperhatikan ejaan dan tanda baca yang benar, serta menggunakan ragam
kalimat yang variatif dalam menulis (Darmiyati Zuchdi dan Budiasih, 2002: 72).
Pengenalan huruf, baik huruf besar maupun huruf kecil diberikan dari
kelas I sampai kelas II. Kemudian di kelas III, khusus mengenai ejaan, walaupun
belum tuntas semuanya. Di kelas IV sudah mulai dengan pengembangan ide atau
gagasan dengan menggunakan ejaan yang benar, misalnya menulis karangan pola
deskripsi, dan membuat surat pribadi. Di kelas V sudah diajarkan bagaimana
http://www.google.com/http://www.google.com/ -
7/23/2019 12350773
20/137
3
memilih judul untuk sebuah karangan, memecah judul tersebut menjadi topik-
topik yang lebih kecil atau menyusun kerangka karangan, dilanjutkan dengan
pengembangan paragraf. Di samping itu , juga ada pokok-pokok bahasan yang
berkaitan dengan apresiasi sastra, misalnya membuat puisi atau mengubah bentuk
puisi menjadi prosa. Di kelas VI, perluasan pokok bahasan sebelumnya yang
penekanannya pada pengembangan bermacam-macam karangan, seperti: narasi,
deskripsi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas II SD Negeri 01 Jaten
Karanganyar, pembelajaran menulis khususnya cerita pendek sering kali menjadi
suatu hal yang kurang diminati dan kurang mendapat respon yang baik dari
siswa. Mereka tampak mengalami kesulitan ketika harus menulis. Mereka tidak
tahu apa yang harus dilakukan ketika pembelajaran menulis dimulai. Mereka
terkadang sulit sekali menemukan kalimat pertama untuk memulai tulisan.
Mereka kerap menghadapi sindrom kertas kosong (blank page syndrome) tidak
tahu apa yang akan ditulisnya. Mereka takut salah, takut berbeda dengan apa yang
diperintahkan oleh guru.
Saat ini masih banyak guru yang belum melakukan fungsinya sebagai
guru yang profesional. Masih banyak yang melalaikan tugas sebagai guru. Guru
hanya bertugas menyelesaikan target materi dalam kurikulum setiap akhir
semester atau setiap tahun. Namun, tidak memperhatikan masih terdapat
ketidakseimbangan antara target kurikulum dengan daya serap yang dicapai siswa.
Guru kurang mengenal siswa secara menyeluruh sehingga tidak bisa
membedakan siswa yang lemah dengan siswa yang pandai dalam menerima
pelajaran. Menulis merupakan suatu keterampilan dan keterampilan itu hanya
akan berkembang jika dilatihkan secara terus menerus atau lebih sering.
Memberikan kesempatan lebih banyak bagi siswa untuk berlatih menulis dalam
berbagai tujuan merupakan sebuah cara yang dapat diterapkan agar keterampilan
menulis meningkat dan berkembang secara tepat.
Selain itu juga banyak guru Sekolah Dasar mengalami kesulitan untuk
membiasakan siswa belajar menulis. Penyebabnya adalah kesalahan guru dalam
pemilihan model pembelajaran yang diterapkan. Guru di dalam pembelajaran
-
7/23/2019 12350773
21/137
4
masih menggunakan model pembelajaran yang konvensional atau metode
ceramah. Pembelajaran masih bersifat teacher centered,guru masih berperan aktif
secara penuh dalam proses pembelajaran sedangkan siswa pasif, hanya menerima
materi dari guru. Hal tersebut mengakibatkan pengajaran membosankan, karena
siswa hanya disuguhkan materi yang banyak dengan metode ceramah dari guru
tanpa diberi kesempatan untuk mengembangkan dirinya.. Selain itu dengan
metode ceramah mengakibatkan konsentrasi siswa kurang dan cepat marasa jenuh
menjadikan mereka malas menulis. Maka dari itu wajar siswa tidak mampu atau
tidak menyukai pelajaran menulis, khususnya menulis cerita pendek.
Permasalahan lain yang terkait dengan pembelajaran keterampilan
menulis di sekolah adalah sistem penilaian dan pencapaian target kurikulum
pembelajaran yang hanya diukur berdasarkan tes-tes tertulis di akhir semester atau
akhir tahun ajaran. Padahal tidak semua keterampilan berbahasa dapat dievaluasi
dengan menggunakan hasil tes-tes tertulis. Untuk mengetahui kemampuan dan
perkembangan keterampilan berbahasa termasuk menulis tidak cukup hanya
dilihat melalui jawaban soal-soal yang diberikan satu atau dua kali di tengah dan
di akhir semester. Tes-tes tertulis hanya salah satu bagian saja dari proses
penilaian.
Permasalahan-permasalahan tersebut juga terjadi pada siswa kelas II SD
Negeri 01 Jaten Karanganyar. Rendahnya keterampilan menulis dalam
pembelajaran bahasa Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor penghambat dari
siswa yaitu tingkat inteligensi peserta didik yang beraneka ragam, sehingga
kemampuan menerima pelajaran dari guru juga beragam. Ada yang cepat, sedang,
dan lambat dalam menerima. Minat atau usaha siswa dalam mengikuti pelajaran
juga beragam. Ada yang giat belajar, seenaknya belajar, bahkan ada yang malas
belajar. Tidak ada dukungan belajar dari orang tua, Siswa berasal dari rumah
tangga yang belum mengenal sekolah, sehingga dasar keterampilan menulis
belum ada. siswa sulit beradaptasi dengan lingkungan sekolah, selain itu adalah
model pembelajaran yang digunakan kurang menarik atau kurang tepat bagi siswa
selama pembelajaran menulis.
-
7/23/2019 12350773
22/137
5
Hal ini diketahui setelah dilakukan observasi di SD Negeri 01 Jaten
Karanganyar. Standar Ketuntasan Belajar Mengajar KKM yang dipakai guru
dalam keterampilan menulis adalah 60. Sedangkan dari daftar nilai yang
dipelihatkan guru kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar, sebanyak 50 % lebih
siswa mendapatkan nilai kurang dari KKM pada pembelajaran menulis cerita
pendek. Kelemahan siswa yang paling utama terletak pada kurang mampu
mengembangkan isi cerita, kebanyakan dari mereka mengulang-ngulang kata atau
kalimat yang sama.
Berdasarkan hasil observasi tersebut, penulis bermaksud mengadakan
penelitian di kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar. Karena pembelajaran
keterampilan menulis khususnya cerita pendek masih kurang maksimal. Selain itu
berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas dan pengamatan pada siswa di
SD Negeri 01 Jaten Karanganyar, diketahui bahwa upaya khusus untuk
meningkatkan keterampilan menulis siswa khususnya cerita pendek masih belum
banyak dilakukan.
Uraian di atas mengisyaratkan, bahwa dewasa ini dibutuhkan
pembenahan serius dalam pengajaran menulis, meskipun dipahami bahwa banyak
faktor yang mempengaruhi ketidakmampuan siswa dalam menulis. Namun, diakui
bahwa peranan guru sangat menentukan. Oleh karena itu, guru dituntut untuk
kreatif dan inovatif serta memiliki kemampuan yang memadai dalam merancang
pembelajaran menulis, terutama menyangkut teknik dan strategi yang digunakan.
Saat ini, pembelajaran inovatif yang mampu membawa perubahan belajar
bagi siswa telah menjadi barang wajib bagi guru. Pembelajaran konvensional telah
usang karena dipandang hanya berkutat pada metode mulut. Siswa sangat tidak
nyaman dengan metode mulut. Sebaliknya siswa nyaman dengan pembelajaran
yang sesuai dengan pribadi siswa itu sendiri yang masih dalam usia yang senang
dengan permainan (bermain sambil belajar). Untuk membelajarkan siswa sesuai
dengan cara gaya belajar mereka sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai
secara optimal.
Oleh karena itu, pengajaran keterampilan menulis siswa harus segera
diperbaiki sehingga tidak terlarut-larut dan menghadirkan masalah baru yang lebih
-
7/23/2019 12350773
23/137
6
rumit. Penggunaan model pembelajaran yang tepat sangat penting kehadirannya
dalam pelajaran. Joyce dalam Agus Suprijono (2009: 46) mengatakan bahwa
each model guides us as we design instruction to help students achieve various
objectives. Melalui model pembelajaran guru dapat membantu peserta didik
mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berfikir, dan mengekspresikan
ide. Selain itu model pembelajaran juga dijadikan pedoman bagi para perancang
pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.
Model pembelajaran merupakan strategi yang digunakan guru untuk
meningkatkan motivasi belajar, sikap belajar di kalangan siswa, mampu berfikir
kritis, memiliki keterampilan sosial. Dan pencapaian hasil belajar yang optimal
(Isjoni, 2008: 146). Hal ini dimaksudkan agar siswa berpartisipasi serta aktif
untuk mengikuti proses pembelajaran, serta peserta didik mudah memahami
materi pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Menurut Arends dalam Agus
Suprijono (2009: 46) berpendapat bahwa:
Model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan,
termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap dalam
kegiatan pembelajaran, ligkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas.
Model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual
yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Pembelajaran modern memiliki ciri Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan. Aktif, pembelajaran harus menumbuhkan suasana sedemikian
rupa sehingg peserta didik aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan
gagasan. Inovatif, pembelajaran dapat memfasilitasi kegiatan belajar yang
memberi kesempatan kepada peserta didik menemukan sesuatu melalui aktivitas
belajar yang dilakoninya. Kreatif, pembelajaran harus menumbuhkan pemikiran
kritis, kemampuan berfikir tentang sesuatu dengan cara baru dan tak biasa serta
menghasilkan solusi unik atau suatu problem. Dan menyenangkan, pembelajaran
dengan suasana sosio emotional climate positif. Peserta didik merasakan bahwa
proses belajar yang dialaminya bukan sebuah derita yang mendera dirinya,
melainkan berkah yang harus disyukurinya.
-
7/23/2019 12350773
24/137
7
Salah satu model pembelajaran yang menarik bagi anak adalah model
pembelajaran picture and picture. Model pembelajaran ini sangat cocok untuk
pembelajaran Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia dan Matematika. Tetapi model ini
tetap dapat digunakan dalam mata pelajaran yang lain dengan kemasan dan
kreatifitas guru. Model pembelajaran ini dipopulerkan sekitar tahun 2002, serta
mulai menyebar di kalangan guru di Indonesia.
Model pembelajaranpicture and picture mengandalkan gambar sebagai
media dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi faktor utama
adalam proses pembelajaran. Sehingga sebelum proses pembelajaran guru sudah
menyiapkan gambar yang akan ditampilkan dan yang menarik bagi siswa agar
siswa aktif mengikuti proses pembelajaran.
Langkah-langkah model pembelajaran picture and picture
(http://kiranawati.wordpress.com/2009/09/11/model-model-pembelajaran.) adalah
sebagai berikut:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Guru menyajikan materi sebagai pengantar.
3.
Guru memperlihatkan gambar-gambar kegiatan yang berkaitan dengan materi.
4. Guru menunjuk/ memanggil siswa secara bergantian memasangkan atau
mengurutkan gambar.
5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
6.
Dari alasan atau urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep
atau materi.
7. Kesimpulan/rangkuman.
Model pembelajaran picture and picture sangat cocok untuk diterapkan
pada anak SD, karena selain menarik model ini juga memiliki banyak
keunggulan, yaitu:
1. Memudahkan siswa untuk memahami yang dimaksudkan oleh guru ketika
menyampaikan materi pelajaran.
2. Siswa cepat tanggap atas materi yang diberikan oleh guru.
3.
Siswa akan lebih tertarik dan antusias dalam mengikuti proses pembelajaran
melalui gambargambar yang diberikan.
http://kiranawati.wordpress.com/2009/09/11/model-model-pembelajaranhttp://kiranawati.wordpress.com/2009/09/11/model-model-pembelajaran -
7/23/2019 12350773
25/137
8
4.
Siswa dapat berfikir aktif dalam menyusun gambar yang telah dipersiapkan
oleh guru.
5. Siswa lebih konsentrasi serta mengasyikkan atas tugas yang diberikan guru.
Dengan berbagai keunggulan yang dimilki oleh model pembelajaran
picture and picture tersebut maka proses pembelajaran akan menjadi lebih
menyenangkan bagi siswa. Berdasarkan kenyataan dan permasalahan yang
diuraikan di atas penulis tertarik melaksanakan penelitian dengan judul
Peningkatan Keterampilan Menulis Cerita Pendek Dengan Model Pembelajaran
Picture and Picture Pada Siswa Kelas II SD Negeri 01 Jaten Karanganyar Tahun
Pelajaran 2010/2011.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dapat diidentifikasikan beberapa
masalah sebagai berikut:
1. Guru masih menggunakan model pembelajaran konvensional (metode
ceramah) dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya menulis cerita
pendek..
2. Keterampilan menulis siswa masih rendah.
3. Siswa tidak terbiasa menulis dengan baik di sekolah maupun di rumah.
4. Guru hanya mengejar target materi yang sesuai kurikulum tanpa
memperhatikan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.
C. Pembatasan masalah
Sehubungan dengan luasnya permasalahan yang akan diidentifikasi, agar
permasalahan yang akan diteliti lebih jelas perlu dilakukan pembetasan masalah
sebagai berikut:
1. Masalah yang diteliti adalah tentang keterampilan menulis cerita pendek.
2. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran picture and
picture.
-
7/23/2019 12350773
26/137
9
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas, maka permasalahan dalam
penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Apakah penggunaan model
pembelajaranpicture and picturedapat meningkatkan keterampilan menulis cerita
pendek pada siswa kelas II SD Negeri 01 Jaten karanganyar pada pembelajaran
Bahasa Indonesia?
E. Tujuan Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk: Meningkatkan
keterampilan menulis cerita pendek pada siswa kelas II SD Negeri 01 Jaten
Karanganyar dengan model pembelajaranpicture and picture.
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:
1.
Manfaat Teoretis
a.
Untuk mengetahui secara nyata tentang peningkatan keterampilan menuliscerita pendek dengan menggunakan model pembelajaranpicture and
picture.
b. Sebagai acuan pembelajaran yang inovatif.
c. Sebagai fakta pembelajaran menulis yang menerapkan model pembelaja-
ran picture and picture.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru
1).
Dengan adanya penelitian ini, bertambahnya wawasan dan pengala-
man guru mengenai model pembelajaran dalam meningkatkan
keterampilan menulis cerita pendek yaitu dengan menggunakan model
pembelajaranpicture and picture.
2). Meningkatnya profesionalime guru dalam membelajarkan siswa.
Khususnya dalam membelajarkan keterampilan menulis cerita pendek.
-
7/23/2019 12350773
27/137
10
3).
Sebagai masukan bagi guru untuk melibatkan siswa secara aktif
sehingga berdampak pada meningkatnya kualitas pembelajaran.
b. Bagi Siswa
Meningkatnya keterampilan menulis cerita pendek siswa. Serta siswa
mendapatkan pengalaman baru mengenai belajar bahasa Indonesia dalam
keterampilan menulis yaitu dengan menggunakan model pembelajaran
picture and picture.
c. Bagi Sekolah
Model pembelajaran picture and picture dapat memberikan
kontribusi dalam meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya dalam
keterampilan menulis cerita pendek pada siswa kelas II SD Negeri 01
Jaten Karanganyar.
-
7/23/2019 12350773
28/137
11
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Tinjauan Tentang Model Pembelajaran Picture and Picture
a. Pengertian Model Pembelajaran
Menurut Isjoni (2008: 146) model pembelajaran merupakan strategi
yang digunakan guru untuk meningkatkan motivasi belajar, sikap belajar di
kalangan siswa, mampu berfikir kritis, memiliki keterampilan sosial, danpencapaian hasil pembelajaran yang lebih optimal.
Winataputra dalam Anton Sukarno (2006: 144) mendefinisikan
model pembelajaran yaitu kerangka konseptual yang melukiskan prosedur
yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk
mencapai tujuan pembelajaran tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi
para perancang, pembelajar dan para pengajar dalam merencanakan dan
melaksanakan belajar-mengajar.
Kemudian Joyce dalam Triyanto (2007: 5) mendefinisikan model
pembelajaran yaitu suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan
sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau
pembelajaran dalam tutorial dan untuk menentukan perangkat-perangkat
pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, dan lain-
lain.Melalui model pembelajaran guru dapat membantu siswa mendapatkan
informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide. Model
pembelajaran berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang dan para
guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan model
pembelajaran adalah strategi pembelajaran yang digunakan sebagai pedoman
guru dalam merencanakan pembelajaran di kelas dan digunakan oleh guru
untuk meningkatkan motivasi siswa, minat belajar serta keterampilan siswa,
sehingga hasil belajar siswa juga akan lebih optimal.
-
7/23/2019 12350773
29/137
12
b. Manfaat Model Pembelajaran
Setiap model harus dipersiapkan dengan baik agar proses
pembelajaran dapat berlangsung efektif, tanpa persiapan yang matang
pembelajaran apapun akan menjadikan siswa menjadi jenuh. Model pun harus
berganti-ganti dalam beberapa pertemuan agar proses belajar mengajar tidak
monoton. Ada banyak model atau strategi pembelajaran yang dikembangkan
oleh para ahli dalam usaha mengoptimalkan hasil belajar siswa. Banyaknya
model atau strategi pembelajaran yang dikembangkan oleh para pakar
tersebut tidaklah berarti semua pengajar menerapkan semuanya untuk setiap
mata pelajaran. Hal ini disebabkan tidak semua model pembelajaran cocok
untuk setiap topik atau mata pelajaran.
Nieveen dalam Triyanto (2009: 8) mengemukakan bahwa suatu
model pembelajaran dikatakan baik jika memenuhi beberapa kriteria, antara
lain:
Pertama, sahih (valid). Aspek validitas dikaitkan dengan dua hal
yaitu: 1) apakah model yang dikembangkan didasarkan pada rasional
teoritik yang kuat; dan 2) apakah terdapat konsistensi internal.
Kedua, praktis. Aspek kepraktisan hanya dapat dipenuhi jika: 1) para
ahli dan praktisi menyatakan bahwa apa yang dikembangkan dapat
diterapkan; 2) kenyataan menunjukkan bahwa apa yang
dikembangkan dapat diterapkan. Ketiga, efektif. Berkaitan dengan
aspek efektivitas ini, Nieveen memberikan parameter sebagai
berikut: 1) ahli dan praktisi berdasarkan pengalamannya menyatakan
bahwa model tersebut efektif; dan 2) secara operasional model
tersebut memberikan hasil sesuai dengan yang diharapkan.
Dalam membelajarkan suatu pokok bahasan (materi) tertentu harus
dipilih model pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan yang akandicapai. Menurut Winataputra (2006: 17) ada beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan dalam memilih model atau strategi pembelajaran, yaitu: 1)
tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, 2) sifat bahan/materi yang diajarkan,
3) kondisi siswa , 4) ketersediaan sarana-prasarana belajar.
Keberhasilan pembelajaran ditentukan oleh banyak faktor
diantaranya adalah guru. Menurut UUSPN dalam Sutan Zanti Arbi (1992:
130) Guru ialah tenaga pengajar yang merupakan tenaga pendidik yang
-
7/23/2019 12350773
30/137
13
khusus diangkat dengan tujuan utama mengajar pada jenjang pendidikan
dasar dan jenjang pendidikan tengah. Tugas guru tidak hanya mengajar,
menyampaikan bemacam-macam ilmu pengetahuan, dan keterampilan kepada
murid, tetapi juga melaksanakan tugas mendidik. Selain itu di dalam
melaksanakan tugas mengajar, guru dituntut untuk merencanakan pengajaran
tersebut.
Guru memiliki kemampuan dalam proses pembelajaran yang
berkaitan erat dengan kemampuannya dalam memilih model pembelajaran
yang dapat memberikan keefektivitasan kepada siswa. Menurut Degeng
dalam Sugiyanto (2009:1) mengemukakan bahwa:
Daya tarik suatu pelajaran (pembelajaran) ditentukan oleh dua hal,
pertama oleh mata pelajaran itu sendiri, dan kedua oleh cara
mengajar guru. Oleh karena itu, tugas professional seorang guru
adalah menjadikan pelajaran yang sebelumnya tidak menarik
menjadikannya menarik, yang dirasakan sulit menjadi mudah, yang
tadinya berarti menjadi bermakna. Jika kondisi tersebut dapat
dilaksanakan guru yaitu siswa secara sukarela untuk mempelajari
lebih lanjut karena adanya kebutuhan dan belajar bukan sekedar
kesajiban, maka guru sebagai pengajar dapat dikatakan berhasil.
Setiap model pembelajaran berakar dari pihak pendidik yaitu guru,
dan kegiatan belajar secara pedagodis berakar dari pihak siswa. Pembelajaran
yang akan direncanakan memerlukan berbagai teori untuk merancangnya agar
rencana pembelajaran yang disusun benar-benar dapat memenuhi harapan dan
tujuan pembelajaran (Sugiyanto, 2009: 4). Oleh karena itu, dalam memilih
model pembelajaran harus memiliki pertimbangan-pertimbangan. Misalnya
materi pelajaran, tingkat perkembangan kognitif siswa, dan sarana atau
fasilitas yang tersedia, sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan
dapat tercapai.
Menurut Abdul Aziz Wahab (1995: 15) penggunaan model
pembelajaran memberikan beberapa manfaat di dalam kegiatan belajar yaitu
antara lain:
a). Mendorong siswa belajar cara-cara belajar dengan baik. Ketika guru
memanfaatkan sebuah model untuk mempertajam memori, guru melatih
-
7/23/2019 12350773
31/137
14
siswa berfikir dalam rangka meningkatkan pemahaman tentang sesuatu
yang dipelajarinya.
b). Melatih siswa cara-cara berfikir dan belajar dengan teknik-teknik
tertentu, guru seyogyanya memapankan program pembelajaran tertentu
dengan seksama yang dikaitkan dengan teknik-teknik pembelajaran yang
telah dikenal siswa sebelumnya.
c).
Melatih siswa bernalar secara mandiri. Guru meningkatkan kemampuan
siswa untuk belajar secara mandiri tanpa bergantung sepenuhnya pada
pembimbingan guru secara total. Setelah siswa terbiasa berfikir
kreatif,logis dan sistematis, siswa akan mampu mengembangkan proses
pemecahan masalah yang belum pernah dilatihkan guru.
d). Guru melatihkan strategi berfikir memadukan berbagai keterampilan
seperti cara-cara mengamati, sedangkan obervasi tersebut digunakan
dalam hubungan dengan keterampilan-keterampilan yang lainnya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas II SD Negeri 01
Jaten Karanganyar, pembelajaran menulis khususnya menulis cerita kurang
disukai siswa. Ketika pembelajaran menulis dimulai mereka tidak tahu apa
yang harus dilakukan. Mereka terkadang sulit sekali menemukan kalimat
pertama untuk memulai tulisan. Mereka kerap menghadapi sindrom kertas
kosong (blank page syndrome) tidak tahu apa yang akan ditulisnya. Mereka
takut salah, takut berbeda dengan apa yang diperintahkan oleh guru.
Untuk itu, dalam pembelajaran keterampilan menulis cerita pendek
model pembelajaran yang sesuai untuk diterapkan adalah model pembelajaran
picture and picture, karena model pembelajaran ini sangat menyenangkan,
memberikan pengalaman dalam proses belajar dengan memfasilitasi siswa
berinteraksi dengan subjek, ide dan kejadian yang dapat dimanipulasi.
Keterlibatan berupa aktivitas belajar yang tidak hanya mendengarkan, tetapi
melibatkan potensi yang ada pada siswa, seperti berfikir kreatif, logis dan
sistematis. Selain itu, model pembelajaran picture and picturemengunakan
media gambar untuk menarik perhatian dan minat siswa, sehingga motivasi
-
7/23/2019 12350773
32/137
15
serta keaktivan siswa muncul dan keterampilan menulis khususnya cerita
pendek akan dikuasai dengan baik oleh siswa.
c. Pengertian Model Pembelajaran Picture and Picture
Pengertian model pembelajaran picture and picture menurut Elin
Rosalin (2008: 125) yaitu sajian informasi kompetensi, sajian materi,
perlihatkan gambar berkaitan dengan materi, siswa (wakil) mengurutkan
gambar sehingga sistematik, guru mengkonfirmasi urutan gambar tersebut,
guru menanamkan konsep sesuai materi bahan ajar, penyimpulan, evaluasi,
dan refleksi.
Sedangkan menurut Yatim Riyanto (2010: 278) mendefinisikan
model pembelajaran picture and picture adalah strategi pembelajaran yang
dibuat guru dengan menyajikan gambar yang disusun secara acak kemudian
menyuruh siswa untuk mengurutkan gambar tersebut menjadi susunan yang
logis dan sistematis. Model Pembelajaran picture and picturemengandalkan
gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar ini
menjadi faktor utama dalam proses pembelajaran. Sehingga sebelum proses
pembelajaran guru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan.
Gambar dibuat se-menarik mungkin agar keaktivan siswa muncul dalam
mengikuti proses pembelajaran.
Model pembelajaranpicture and picture di populerkan sekitar tahun
2002 dan mulai menyebar di kalangan guru di Indonesia. Picture and picture
adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan atau
dirutkan menjadi urutan yang logis. Model ini sangat cocok untuk
pembelajaran Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia dan Matematika. Tetapi
model ini tetap dapat digunakan dalam mata pelajaran yang lain dengan
kemasan dan kreatifitas yang diciptakan oleh guru
(http://wyw1d.wordpress.com/2009/11/03/model-pembelajaran-picture-and-
picture/html).
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan
bahwa model pembelajaran picture and picture adalah suatu rencana atau
http://wyw1d.wordpress.com/2009/11/03/model-pembelajaran-picture-and-picture/htmlhttp://wyw1d.wordpress.com/2009/11/03/model-pembelajaran-picture-and-picture/htmlhttp://wyw1d.wordpress.com/2009/11/03/model-pembelajaran-picture-and-picture/htmlhttp://wyw1d.wordpress.com/2009/11/03/model-pembelajaran-picture-and-picture/html -
7/23/2019 12350773
33/137
16
strategi pebelajaran yang dijadikan acuan atau pedoman guru yang di dalam
proses pelaksanaannya meliputi sajian informasi kompetensi, sajian materi,
perlihatkan gambar berkaitan dengan materi, siswa (wakil) mengurutkan
gambar sehingga sistematik, guru mengkonfirmasi urutan gambar tersebut,
guru menanamkan konsep sesuai materi bahan ajar, penyimpulan, evaluasi,
dan refleksi.
d. Penerapan Model Pictur e and PictureDalam Pembelajaran
Keaktifan siswa dalam pembelajaran dapat diwujudkan dalam
bentuk pertanyaan atau memberikan jawaban dalam pembahasan materi
pembelajaran. Dalam menerima jawaban dari siswa, guru tidak boleh
langsung menyalahkan jika jawaban tersebut memang salah, akan tetapi guru
mengganti pertanyaan yang sifatnya mengarahkan agar siswa dapat memberi
jawaban yang benar. Adapun sikap guru kepada siswa yang menjawab
dengan benar yaitu guru berusaha mengetahui alur pemikiran siswa tersebut
untuk mengembangkan kemampuan berpikirnya lebih lanjut.
Hanafiah dan Cucu Suhana (2009: 42) langkah-langkah yang dapat
dilakukan dalam model pembelajaran ini adalah sebagai berikut:
1). Guru menyampaikan kompetensi yang akan dicapai.
Di langkah ini guru diharapkan untuk menyampaikan apa yang menjadi
Kompetensi Dasar mata pelajaran yang bersangkutan. Dengan demikian
maka siswa dapat mengukur sampai sejauh mana yang harus
dikuasainya. Disamping itu guru juga harus menyampaikan indikator-
indikator ketercapaian Kompetensi Dasar, sehingga sampai dimana KKM
yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh siswa.
2). Menyajikan materi sebagai pengantar.
Penyajian materi sebagai pengantar merupakan sesuatu yang sangat
penting. Dari sini guru memberikan momentum permulaan pembelajaran.
Kesuksesan dalam proses pembelajaran dapat dimulai dari sini. Karena
guru dapat memberikan motivasi yang menarik perhatian siswa yang
selama ini belum siap. Dengan motivasi dan teknik yang baik dalam
-
7/23/2019 12350773
34/137
17
pemberian materi akan menarik minat siswa untuk belajar lebih jauh
tentang materi yang dipelajari.
3). Guru menunjukkan atau memperlihatkan gambar-gambar kegiatan
berkaitan dengan materi.
Dalam proses penyajian materi, guru mengajar siswa ikut terlibat aktif
dalam proses pembelajaran dengan mengamati setiap gambar yang
ditunjukkan oleh guru atau oleh temannya. Dalam pelajaran bahasa
Indonesia siswa dapat menceritakan kronologi atau urutan cerita atau
maksud dari gambar yang ditunjukkan. DenganPictureatau gambar guru
akan menghemat energi dan siswa akan lebih mudah memahami materi
yang diajarkan.
4). Guru menunjukkan atau memanggil siswa secara bergantian memasang
atau mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.
Pada langkah ini guru harus dapat melakukan inovasi, karena penunjukan
secara langsung kadang kurang efektif dan siswa merasa terhukum. Salah
satu cara adalah dengan undian, sehingga siswa merasa memang harus
menjalankan tugas yang harus diberikan. Gambar-gambar yang sudah
ada diminta oleh siswa untuk diurutkan, dibuat, atau dimodifikasi.
5).
Guru menanyakan alasan atau dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
Setelah itu mengajak siswa menemukan jalan cerita, atau tuntutan
Kompetensi Dasar dengan indikator yang akan dicapai.
6). Dari alasan atau urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan
konsep atau materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
Dalam proses pembacaan gambar ini guru harus memberikan penekanan-
penekanan pada hal ini dicapai dengan meminta siswa lain untuk
mengulangi, menuliskan atau bentuk lain dengan tujuan siswa
mengetahui bahwa hal tersebut penting dalam pencapaian KD dan
indikator yang telah ditetapkan.
7). Kesimpulan atau rangkuman.
Model pembelajaran picture and picture sangat menyenangkan
diterapkan di SD, karena menggunakan media gambar dan warna yang
-
7/23/2019 12350773
35/137
18
menarik serta ukuran besar yang menimbulkan motivasi siswa. Selain itu
model pembelajaran ini juga melatih siswa berpikir secara logis dan
sistematis dalam pengurutan gambar. Dengan demikian siswa akan lebih
aktif dan tertarik mengikuti kegiatan pembelajaran.
e. Manfaat Model Pembelajaran Picture and Picture
Untuk meningkatkan pemahaman siswa dalam menangkap materi
yang disampaikan, maka guru harus menerapkan model pembelajaran yang
sesuai dengan siswa. Untuk tingkat Sekolah Dasar khususnya kelas rendah,
model pembelajaran yang sesuai adalah model pembelajaran yang bersifat
menyenangkan. Jadi di dalam proses belajar siswa dapat belajar sambil
bermain.
Model pembelajaranpicture and picturememberi beberapa manfaat
di dalam proses belajar mengajar, antara lain:
1). Memudahkan siswa untuk memahami yang dimaksudkan guru ketika
menyampaikan materi pembelajaran. Melalui media gambar siswa akan
mudah menyerap materi yang diajarkan oleh guru. Karena dengan model
pembelajaran ini siswa belajar secara bersama-sama dengan mengamati
gambar.
2).
Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa
Dengan menerapkan model pembelajaranpicture and picture, maka guru
akan lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa. Hal ini
dikarenakan siswa secara bergilir ditunjuk oleh guru untuk maju
mengurutkan gambar menjadi urutan yang logis. Jika siswa mengalami
kesulitan dalam pengurutan gambar, berarti menandakan bahwa siswa di
dalam berfikir kritis dan kreatif masih kurang. Sehingga siswa tersebut
perlu diberikan bimbingan agar dapat menyelesaikan perintah yang
diberikan oleh guru.
3). Kegiatan belajar mengajar menjadi lebih menyenangkan. Artinya, dengan
penerapan model pembelajaran picture and picture maka siswa akan
menjadi lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran. Karena di dalam
-
7/23/2019 12350773
36/137
19
pembelajaran siswa dapat belajar sambil bermain, yaitu memasangkan
gambar acak menjadi gambar urut. Siswa akan berlomba-lomba untuk
menunjukkan jari maju ke depan, dengan begitu keaktivan siswa akan
meningkat.
4). Siswa dapat berfikir logis dan sistematis dalam menyusun gambar yang
telah dipersiapkan oleh guru. Siswa dapat berfikir logis dan sistematis
maksudnya siswa mampu berfikir dengan benar (masuk akal) dan beralur
(berurutan). Model pembelajaran picture and picture ini mengandalkan
gambar untuk menarik minat siswa mengikuti kegiatan belajar mengajar.
Siswa diminta guru untuk mengurutkan gambar acak menjadi gambar
urut berdasarkan pemikirannya. Kemudian guru menanyakan dasar dari
pengurutan gambar tersebut. Sehingga siswa akan terlatih untuk berfikir
logis dan sistematis melalui pertanyaan-pertanyaan yang diberikan oleh
guru.
5). Siswa lebih konsentrasi serta mengasyikkan atas tugas yang diberikan
oleh guru. Di dalam proses pembelajaran siswa akan lebih konsentrasi
pada gambar dan kemungkinan kecil siswa ramai karena asik mengamati
gambar yang ada di depan. Sehingga siswa mudah dalam memahami
materi pembelajaran.
f. Contoh Model Pembelajaran Pictur e and Picture
Model pembelajaran picture and picture merupakan suatu model
pembelajaran yang menggunakan gambar dan tulisan yang dipasangkan dan
diurutkan secara logis oleh siswa dan akan memberikan pengalaman dalam
proses belajar, dengan memfasilitasi siawa berinteraksi dengan objek, ide dan
kejadian yang dapat dimanipulasi. Keterlibatan merupakan aktivitas belajar
yang tidak hanya mendengarkan, tetapi melibatkan potensi yang ada diri
siswa, seperti berpikir kreatif, berintepretasi, dan pemecahan masalah dapat
berkembang lebih efektif.
Berikut ini adalah contoh gambar yang digunakan dalam
pembelajaran dengan modelpicture and picture.
-
7/23/2019 12350773
37/137
20
Memancing
1). 2).
3). 4).
Gambar 1. Contoh Gambar Model PembelajaranPicture and Picture
Gambar 1 merupakan contoh media dalam model pembelajaran
picture and picture yang ditunjukkan dengan penyusunannya yang acak,
kemudian siswa diminta untuk mengurutkan gambar menjadi urutan yang
logis dan sistematis. Logis yang berarti hasil pertimbangan akal pikiran yang
diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Sistematis berarti
menguraikan dan merumuskan sesuatu dalam hubungan yang teratur.Setelah
itu, siswa menyusun kalimat pada setiap gambar. Selanjutnya siswa diminta
untuk membuat cerita dengan mengembangkan kalimat yang telah dibuat
menjadi paragraf dalam bentuk cerita.
Dengan begitu siswa akan terlatih untuk menulis dan sebaiknya
kegiatan pembelajaran menulis dengan model pebelajaranpicture and picture
dilakukan secara berulang-ulang. Dengan demikian keterampilan menulis
cerita khususnya cerita pendek akan meningkat.
-
7/23/2019 12350773
38/137
21
2. Tinjauan Tentang Keterampilan Menulis Cerita Pendek
a.
Pengertian Keterampilan
Dalam kehidupan masyarakat keterampilan kerap dikaitkan dengan
kecepatan dalam melakukan pekerjaan. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2002: 180), dikemukakan bahwa keterampilan adalah kecakapan
untuk menyelesaikan tugas. Seseorang dapat dikatakan terampil bila sudah
cekatan dalam melakukan sesuatu dengan baik dan cermat. Setiap orang
memiliki keterampilan yang berbeda-beda. Hal ini akan mempengaruhi hasil
tugas yang dikerjakan.
Tri Budiarto (2008: 1-2) juga mengungkapkan pengertian
keterampilan berasal dari kata terampil yang artinya adalah mampu
bertindak dengan cepat dan tepat. Istilah lain dari terampil adalah cekatan,
cakap mengerjakan sesuatu. Dengan kata lain keterampilan dapat disebut juga
kecekatan, kecakapan, atau kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan
baik dan cermat.
Menurut pendapat Aksay secara morfologis istilah keterampilan
diambil dariskill maka memuat arti kemampuan mengerjakan sesuatu dengan
baik dan dilakukan dengan cara memanfaatkan pengalaman dan pelatihan
(http://aksay.multiply.com/journal/item/20).
Setiap orang tentunya mempunyai kemampuan dan keterampilan
dalam melakukan sesuatu. Seseorang akan dikatakan terampil bila selalu
melatih keterampilan yang dimiliki. Melatih keterampilan dapat dilakukan
sejak dini. Banyak sekali keterampilan yang dihasilkan, misalnyaketerampilan menulis. Keterampilan adalah usaha untuk memperoleh
kompetensi cekat, cepat dan tepat dalam menghadapi permasalahan belajar
(http://saifulmmuttaqin. blogspot. com/2010/03/pembelajaran-ketrampilan.
html).
Menurut berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan keterampilan
merupakan keahlian atau kemampuan yang dimiliki oleh seseorang di mana
-
7/23/2019 12350773
39/137
22
keahlian atau kemampuan itu timbul dikarenakan kebiasaan seseorang belajar
dan berlatih secara berkesinambungan.
b. Pengertian Menulis
Imron Rosidi (2009: 2) mengemukakan bahwa menulis merupakan
kegiatan menuangkan pikiran, gagasan, dan perasaan seseorang yang yang
diungkapkan dalam bentuk bahasa tulis. Menulis merupakan kegiatan untuk
menyatakan pikiran dan perasaan dalam bentuk tulisan yang diharapkan dapat
dipahami oleh pembaca dan berfungsi sebagai alat komunikasi secara tidak
langsung.
Menurut H. G . Tarigan (2008:22) menulis adalah menurunkan atau
melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa
yang dipahami seseorang, sehingga orang-orang dapa membaca lambang-
lambang grafik tersebut jika mereka memahami bahasa dan gambaran dan
grafik tersebut.
Selain itu pengertian menulis menurut (http://42explore.com/
writing.html). Writing is the expression of language in the form of letters,
symbols, or words. The primary purpose of writing is communication Artinya
menulis adalah ekspresi bahasa dalam bentuk huruf, simbol, atau kata-kata.
Tujuan utama penulisan adalah komunikasi
Menulis merupakan sebuah proses kreatif menuangkan gagasan
dalam bentuk bahasa tulis (http://definisi-
pengertian.blogspot.com/2010/04/pengertian-menulis.html). Menulis
merupakan suatu proses. Sebagai suatu proses menulis mencakup serangkaian
kegiatan mulai dari penemuan gagasan atau topic yang akan di bahas sampai
penulisan akhir (Sabarti Akhadiah dkk, 1997: 2). perasaan melalui tulisan
untuk disampaikan kepada pembaca.
Menurut Suparno dan Mohamad Yunus (2008: 2.1) untuk mencapai
suatu tulisan yang baik sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia, tentu saja
akan berhubungan pula dengan keefektifan dalam menggunakan kalimat. Kalimat
efektif adalah kalimat yang dapat menyampaikan pesan, gagasan, ide, dan
http://42explore.com/%20writing.htmhttp://42explore.com/%20writing.htmhttp://42explore.com/%20writing.htmhttp://definisi-pengertian.blogspot.com/2010/04/pengertian-menulis.htmlhttp://definisi-pengertian.blogspot.com/2010/04/pengertian-menulis.htmlhttp://definisi-pengertian.blogspot.com/2010/04/pengertian-menulis.htmlhttp://definisi-pengertian.blogspot.com/2010/04/pengertian-menulis.htmlhttp://42explore.com/%20writing.htmhttp://42explore.com/%20writing.htmhttp://42explore.com/%20writing.htm -
7/23/2019 12350773
40/137
23
pemberitahuan kepada penerima (pembaca) sesuai dengan yang ada dalam
benak si penyampai (penulis). Dengan kalimat efektif, penulis akan
mengungkapkan gagasannya dengan jelas dan pembaca akan memahami
gagasan penulis dengan jelas pula.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka yang dimaksud dengan
menulis adalah serangkaian kegiatan yang kompleks yang memerlukan
tahapan-tahapan, dan menuangkan ke dalam bentuk tulisan sehingga pembaca
dapat memahami isi dari gagasan yang disampaikan.
c.
Tahap-Tahap Dalam Menulis
Sebagai proses, menulis merupakan serangkaian aktivitas yang
terjadi dan melibatkan beberapa fase. Menurut Suparno dan Mohamad Yunus
(2008: 14) ada beberapa fase dalam menulis yaitu meliputi:
1). Tahap prapenulisan.
Tahap ini merupakan fase persiapan menulis, yaitu tahap
mencari,menemukan dan mengingat kembali pengetahuan atau
pengalaman yang dperoleh dan diperlukan penulis. Tujuannya adalah
untuk mengembangkan isi serta mencari kemungkinan-kemungkinan lain
dalam menulis sehingga apa yang ingin ditulis dapat disajikan dengan
baik. Fase ini sangat menentukan aktivitas dan hasil menulis berikutnya.
Persiapan yang baik sangat memungkinkan untuk menumpulkan bahan
secara terarah, mengaitpadukan antargagasan secara runtut, serta
membahasnya secara kaya, luas, dan dalam.
Sebaliknya, tanpa persiapan yang memadai, banyak kesulitan yang
akan ditemui serta penulis kecewa atau bahkan tertawa melihat hasil
tulisan yang dibuatnya. Pada fase prapenulisan ini terdapat aktivitas
memilih topik, menetapkan tujuan dan sasaran, mengumpulkan bahan
atau informasi yang diperlukan, serta mengorganisasikan idea tau
gagasan dalam bentuk karangan.
2).
Tahap penulisan.
Pada tahap pramenulis, penulis telah menentukan topik dan tujuan,
-
7/23/2019 12350773
41/137
24
mengumpulkan informasi yang relevan, serta membuat kerangka
karangan. Dengan selesainya itu semua, berarti penulis telah siap untuk
menulis. Penulis mengembangkan butir demi butir ide yang terdapat
dalam kerangka karangan, dengan memanfaatkan bahan atau informasi
yang telah dipilih dan dikumpulkan.
Dalam pengembangan setiap ide, penulis dituntut untuk mengambil
keputusan, yaitu keputusan tentang kedalaman serta keluasan isi, jenis
informasi yang akan disajikan, pola organisasi karangan termasuk di
dalamnya teknik pengembangan alinea, serta gaya dan cara
pembahasannya (pemilihan kata, pengalimatan, pengalineaan) dan tentu
saja keputusan itu harus disesuaikan dengan topik, tujuan, corak
karangan, dan pembaca karangan.
3). Tahap pascapenulisan.
Fase ini merupakan tahap penghalusan dan penyempurnaan buram
yang penulis hasilkan. Kegiatannya terdiri atas penyuntingan dan
perbaikan (revisi). Penyuntingan merupakan kegiatan membaca ulang
suatu buram karangan dengan maksud untuk merasakan, menilai, dan
memeriksa baik untuk mekanik atau pun isi karangan. Tujuannya adalah
untuk memperoleh informasi tentang unsure-unsur karangan yang perlu
disempurnakan. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh orang lain atau
penulisnya sendiri. Berdasarkan hasil penyuntingan itulah maka kegiatan
revisi atau perbaikan karangan dilakukan.
Kegiatan revisi itu dapat berupa penambahan, penggantian,
penghilangan, pengubahan, atau penyusunan kembali unsur-unsur
karangan. Kadar revisi itu sendiri tergantung pada tingkat keperluannya.
Bila revisi berat, bisa juga sedang atau ringan. Pada revisi ringan, seperti
yang disebabkan oleh kesalahan unsur-unsur mekanik, kegiatan
perbaikan itu biasanya dilakukan bersamaan dengan penyuntingan.
Tetapi untuk revisi berat misalnya karena kesalahan urutan gagasan,
contoh atau ilustrasi, cara pengembangan, penyampaian penjelasan atau
bukti, kegiatan perbaikan itu biasanya dilakukan setelah penyuntingan
-
7/23/2019 12350773
42/137
25
selesai. Bila perbaikan itu mendasar, maka kegiatan revisi berat biasanya
diikuti kembali dengan penulisan kembali karangan (rewrite).
Kegiatan penyuntingan dan perbaikan karangan dapat dilakukan
dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a). Membaca keseluruhan karangan;
b). Menandai hal-hal yang perlu diperbaiki, atau memberikan catatan
apabila ada hal-hal yang harus diganti, ditambahkan, dan
disempurnakan; serta
c). Melakukan perbaikan sesuai temuan saat penyuntingan.
Berdasarkan penjabaran di atas, maka ketiga fase tersebut harus
dipahami sebagai komponen yang memang ada dan dilalui oleh seorang
penulis dalam proses tulis menulis.
Menurut Amir dan Rukayah (1996: 77) sebelum melaksanakan
pembelajaran menulis guru harus membuat suatu perencanaan terlebih dahulu
dengan memperhatikan:
a). Kegiatan belajar menulis harus dimulai dengan kegiatan mendengarkan,
berbicara, dan membaca, sebab siswa SD belum memiliki kemampuan
yang mendalam untuk menalar ide atau gagasan secara sendiri-sendiri.
b).
Kegiatan pembelajaran menulis harus dimulai dengan latihan-latihan pola
kalimat, mengisi titik-titik, menyelesaikan kalimat atau paragraf, atau
menulis bebas.
c). Pembelajaran menulis dapat pula dilatihkan mulai dari mengarang
ataupun paragraf atau menulis bebas.
d).
Karangan hendaknya ditulis dengan alasan:
(1).Fungsional, maksudnya pembelajaran menulis tidak hanya untuk
meningkatkan keterampilan mengemukakan ide atau gagasan secara
tertulis dengan ejaan yang benar, tetap juga tulisannya itu harus
berguna bagi kehidupan siswa, baik untuk mempelajari bidang studi
lain, maupun bagi kehidupannya di masyarakat kelak. Misalnya
menulis surat, menulis undangan, menjelaskan suatu objek dan lain-
lain.
-
7/23/2019 12350773
43/137
26
(2).
Ekspresif, yaitu untuk mengungkapkan perasaa atau emosi yang
sesuai dengan lingkungan budayanya. Misalnya menulis puisi,
prosan dan drama.
(3).
Pengembangan teknik, yaitu pengembangan keterampilan mulai dar
penulisan judul, cara pengembangan paragraph sampai dengan
menulis karangan yang baik seperti menulis cerita dengan ejaan yang
benardan sebagainya.
(4).Pengembangan keterampilan menulis antara lain.
(a). Pengembangan tulisan tangan dan cetak.
(b).
Keterampilan menggunakan tanda baca, huruf capital, ejaan dan
kosa kata.
(c). Penggunaan pola kalimat dan tata bahasa.
(d).
Pemilihan cara penulisan sesuai dengan tujuuannya.
(e). Keterampilan menyunting, seperti memeriksa tulisan sendiri,
memperbaiki dan memeiksa hasil karangan sendiri.
(f). Menyusun karangan dan keterampilan mengorganisasikan idea
tau gagasan secara efektif, misalnya menulis majalah dinding.
(g).Akhirnya siswa harus mempelajari keterampilan menulis untuk
kepentingan sendiri atau bekerja. Dalam hal ini guru harus dapat
memberikan dorongan agar siswa gemar mengarang misalnya
menuliskan hal-hal atau kegiatan yang disaksikan, dirasakan
maupun dialami sendiri ke buku hariannya.
d. Tujuan Menulis
Menurut Hugo Hartig (dalam Depdikbud: 235) ada beberapa tujuan
menulis, antara lain:
1). Assigment Purpose (tujuan penugasan).
Penulis menulis karena mendapat tugas, bukan atas kemauan sendiri.
Misalnya siswa ditugaskan merangkum sebuah buku bacaan, membuat
cerita pendek, membuat laporan observasi dan sebagainya.
2). Altruistic Purpose(tujuan altruistik).
-
7/23/2019 12350773
44/137
27
Penulis menyenangkan para pembaca, menghindarkan kedukaan
para pembaca, menolong para pembaca untuk memahami, menghargai
perasaan dan penalarannya, ingin menjadikan hidup pembaca
menyenangkan. Penulis berkeyakinan bahwa pembaca adalah teman
hidupnya. Sehingga penulis benar-benar dapat mengkomunikasikan suatu
idea tau gagasan bagi kepentingan pembaca. Hanya dengan cara itulah
tujuan altruistik dapat tercapai.
3). Persuasive Purpose(tujuan persuasi).
Penulis bertujuan mempengaruhi pembaca, agar pembaca yakin akan
kebenaran gagasan atau ide yang dituangkan oleh penulis. Tulisan
semacam ini banyak dipergunakan oleh para penulis untuk menawarkan
sebuah produksi barang dagangan.
4). Informatical Purpose(tujuan informasional).
Penulis menuangkan ide atau gagasan dengan tujuan memberi
informasi atau keterangan kepada pembaca. Di sini penulis berusaha
menyampaikan informasi agar pembaca menjadi tahu mengenai apa yang
diinformasikan oleh penulis.
5). Self Expressive(tujuan pernyataan diri).
Penulis berusaha untuk memperkenalkan atau menyatakan dirinya
kepada para pembaca.
6).
Creative Purpose (tujuan kreatif).
Penulis bertujuan agar para pembaca dapat memiliki nilai-nilai
artistik atau nilai-nilai kesenian dengan membaca tulisan si penulis. Di
sini penulis bukan hanya memberikan informasi, melainkan lebih dari itu.
Dalam informasi yang disajikan oleh penulis, para pembaca bukan hanya
sekedar tahu apa yang disajikan penulis, tetapi juga merasa terharu
membaca tulisan tersebut.
7). Problem Solving Purpose(tujuan pemecahan masalah).
Dikenal tulisannya, penulis berusaha member kejelasan kepada para
pembaca tentang bagaimana cara pemecahan suatu masalah.
-
7/23/2019 12350773
45/137
28
e. Manfaat Menulis
Menulis merupakan kegiatan yang mempunyai banyak manfaat yang
dapat diterapkan oleh penulis itu sendiri. Menurut Sabartiah, dkk (1994: 1)
ada beberapa manfaat menulis antara lain:
1).
Dengan menulis dapat lebih mengenali kemampuan dan potensi pribadi
yang berkaitan dengan permasalahan yang sedang ditulis.
2).
Melalui kegiatan menulis dapat mengembangkan berbagai gagasan atau
pemikiran yang akan dikemukakan.
3).
Dari kegiatan menulis dapat memperluas wawasan kemampuan berfikir,baik dalam bentuk teoritis maupun dalam bentuk berfikir terapan.
4). Permasalahan yang kabur dapat dijelaskan dan dipertegas melalui
kegiatan menulis.
5). Melalui kegiatan tulisan dapat menilai gagasan sendiri secara objektif.
6). Dalam konteks yang lebih konkret, masalah dapt dipecahkan dengan
lebih melalui tulisan.
7). Dengan menulis dapat memotivasi diri untuk belajar membaca lebih giat.
Penulis menjadi penemu atu pemecah masalah bukan sekedar menjadi
penyadap informasi dari orang lain.
8). Melalui kegiatan menulis dapat membiasakan diri untuk berfikir dan
berbahasa secara tertib.
f. Pengertian Keterampilan Menulis
Keterampilan dalam pembelajaran mencakup beberapa aspek. Salah
satu aspek keterampilan yang harus dikuasai adalah keterampilan menulis.
Menulis bukan hanya menyalin tetapi juga mengekspresikan pikiran dan
perasaan ke dalam lambang-lambang tulisan. Kegunaan menulis bagi siswa
adalah untuk menyalin, mencatat, dan mengerjakan sebagian besar tugas
sekolah. Oleh karena itu, menulis harus diajarkan pada saat anak mulai masuk
SD (Mulyono Abdurrahman, 2003: 223).
Di dalam masyarakat modern seperti sekarang ini dikenal dua macam
cara berkomunikasi, yaitu komunikasi langsung dan komunikasi tidak
-
7/23/2019 12350773
46/137
29
langsung. Kegiatan berbicara dan mendengar (menyimak) merupakan
komunikasi secara langsung, sedangkan kegiatan menulis dan membaca
merupakan komunikasi tidak langsung. Keterampilan menulis sebagai salah
satu cara dari empat keterampilan berbahasa mempunyai peranan yang
penting di dalam kehidupan manusia. Dengan menulis, seseorang dapat
mengungkapkan pikiran dan gagasannya untuk mencapai tujuan dan
maksudnya.
St. Y. Slamet (2008: 96) berpendapat bahwa keterampilan menulis
merupakan salah satu dari keterampilan berbahasa yang dikuasai seseorang
sesudah menguasai keterampilan menyimak, berbicara, dan membaca. Dalam
dunia kepenulisan, pengertian keterampilan menulis seringkali menjadi
sesuatu yang bias sehingga banyak yang tidak memahami pengertian yang
sesungguhnya. Hal ini dapat dibuktikan dari kenyataan banyak yang
menganggap bahwa menulis itu ditentukan karena bakat. Padahal sebenarnya
seseorang mempunyai kemampuan menulis karena dia terampil. Sementara
untuk dapat terampil dalam menulis, maka dia harus melakukannya secara
langsung atau melatih dirinya sehingga terampil.
Sedangkan menurut Agus Suriamiharja (2003: 25) keterampilan
menulis adalah kemampuan seseorang dalam melukiskan lambang grafis
yang mudah dimengerti oleh penulis bahasa itu sendiri maupun orang lain
yang mempunyai kesamaan pengertian terhadap simbol-simbol bahasa
tersebut.
Keterampilan menulis adalah kemampuan yang dimiliki seseorang
dalam bidang tulis menulis (http://www.anneahira.com/pengertian-
keterampilan-menulis.html). Keterampilan menulis bukan pekerjaan profesi
juga bukan pekerjaan sembarangan. Dikatakan demikian karena menulis
selain membutuhkan penalaran juga membutuhkan acuan agar tulisan yang
disajikan dapat dipahami secara sempurna. Keterampilan menulis diawali
dengan rajin membaca. Salah satu kendala lemahnya minat menulis
disebabkan karena kurangnya kegiatan membaca. Sebenarnya keterampilan
menulis bila diminati dan dibutuhkan, maka pekerjaan itu tidak terasa sulit.
-
7/23/2019 12350773
47/137
30
Sulit dan mudah itu tergantung penilaian dan kebiasaan seseorang. Bisa
karena biasa.
Dengan demikian, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian
keterampilan menulis adalah kemampuan yang didapat dan dimiliki oleh
seseorang setelah melalui proses pelatihan secara intens, khusus dalam bidang
menulis. Dengan mengikuti pelatihan atau berlatih secara intensif, maka
seseorang dapat terampil menulis.
Linda Campbell (1996: 21) berpendapat tentang hubungan
keterampilan menulis dengan aspek keterampilan yang lain yaitu:
Writing cannot be segregated from other language acts. It is
reinforced by speaking, listening and reading. Fully incorporating
language arts activities into all content areas helps students
communicate more effectivelly as well as learn more thoroughly. As
in speech writing carries ideas from one person to another, with
distinct purposes and meanings. Students, through a variety of
writing activities, can develop a sense of audience and perceive
writing as a relevant act occuring between themselves, other any
society.
Yang berarti, menulis tidak dapat dipisahkan dari tindakan bahasa lainnya.
Hal ini diperkuat dengan berbicara, mendengarkan dan membaca. Penuh
menggabungkan kegiatan seni bahasa ke dalam semua area konten membantu
siswa berkomunikasi dengan lebih secara efektif serta belajar lebih teliti.
Seperti dalam pidato tertulis membawa ide dari satu orang ke orang lain,
dengan tujuan yang berbeda dan makna. Siswa, melalui berbagai kegiatan
menulis, dapat mengembangkan rasa penonton dan menganggap menulis
sebagai tindakan yang relevan yang terjadi antara mereka sendiri, lainnya
masyarakat mana pun.
g. Keterampilan Menulis Cerita Pendek
Perkembangan pragmatik anak atau penggunaan bahasa merupakan
hal yang paling penting dalam bidang pertumbuhan bahasa pada usia sekolah.
Anak-anak berumur lima dan enam tahun menghasilkan berbagai macam
cerita. Cerita-cerita anekdot yang paling banyak mereka hasilkan. Isinya
tentang hal-hal yang terjadi di rumah mereka masing-masing dan di
http://www.anneahira.com/instruktur-yoga.htmhttp://www.anneahira.com/instruktur-yoga.htm -
7/23/2019 12350773
48/137
31
masyarakat sekitarnya. Kemampuan membuat cerita tersebut seharusnya
sudah diperkenalkan pada usia prasekolah, meskipun masih sangat sederhana,
yakni selama kegiatan mengasuh anak. Dengan demikian ketika anak
memasuki sekolah dasar, anak-anak tidak merasa asing lagi dengan
pembelajaran membuat cerita (http//www.
artikel+peningkatan+keterampilan+menulis+cerita.html).
Menurut Darmiyati Zucdi dan Budiasih (2001: 10) mengatakan
bahwa anak-anak berumur enam tahun sudah mulai dapat membuat cerita
sederhana atau pendek tentang acara televisi atau film yang mereka lihat.
Kemampuan ini selanjutnya berkembang secara teratur, sedikit demi sedikit.
Pada usia tujuh tahun anak-anak sudah mulai bisa membuat cerita yang agak
padu. Cerita di tulis dengan menggunakan bahasa yang sudah lumayan bagus
dan sedikit dapat dipahami oleh orang lain. Pada umur delapan tahun anak
sudah mulai memiliki daya imajinasi yang tinggi yang ditandai dengan
penggunaan kalimat misalnya akhirnya mereka hidup bahagia. Selain itu
pengguaan struktur cerita semakin jelas untuk dipahami.
Menurut Ismail (2001: 37)) keterampilan menulis cerita pendek
adalah kemampuan seseorang untuk menuangkan ide atau gagasan dalam
bentuk cerita pendek dengan bahasa tulis, serta kalimat yang digunakan di
dalam cerita ini masih bersifat sederhana.
Di dalam (http//:www.cerita-cerita.html) menjelaskan bahwa di
dalam pembuatan cerita pendek tidak memerlukan waktu yang lama untuk
membuatnya karena bentuknya yang lebih pendek daripada cerita-cerita yang
lain, begitu pun untuk membacanya, sehingga cerita pen sering disebut
bacaan yang dapat dibaca sekali duduk. Bahasa yang digunakan dalam cerita
pendek pun menggunakan bahasa yang sederhana, lebih sederhana jika
dibandingkan dengan bahasa dalam puisi yang mempunyai arti lebih
kompleks.
Jadi dapat disimpulkan bahwa keterampilan menulis cerita pendek
adalah keahlian atau kecekatan yang dimiliki seseorang dalam menulis cerita
http://www.jevuska.com/topic/artikel+peningkatan+keterampilan+menulis+cerita.htmlhttp://www.jevuska.com/topic/artikel+peningkatan+keterampilan+menulis+cerita.htmlhttp://www.cerita-cerita/http://www.cerita-cerita/http://www.jevuska.com/topic/artikel+peningkatan+keterampilan+menulis+cerita.htmlhttp://www.jevuska.com/topic/artikel+peningkatan+keterampilan+menulis+cerita.htmlhttp://www.jevuska.com/topic/artikel+peningkatan+keterampilan+menulis+cerita.html -
7/23/2019 12350773
49/137
-
7/23/2019 12350773
50/137
33
3).
Sifat suka meniru sebenarnya dapat dimanfaatkan untuk mendidik anak-
anak melalui cerita. Oleh karena itu, penonjolan sifat yang baik pada
pelaku cerita perlu diperhitungkan, agar bacaan tersebut besar
manfaatnya bagi anak-anak.
4). Pilihan tema cerita yang sesuai dengan dunia anak-anak. Jangan memilih
tema yang pelik, sukar dan dianggap belum pantas disajikan untuk
bacaan mereka.
i. Pentingnya Pembelajaran Keterampilan Menulis Di Sekolah Dasar
Keterampilan menulis adalah salah satu kemampuan bahasa yang
semakin penting untuk dikuasai. Hal ini erat kaitannya dengan pengabdian
budaya industrial yang merupakan salah satu tuntunan pembangunan
nasional pada masa yang akan datang. Budaya industrial menuntut anggota
masyarakat memiliki wawasan, sikap dan berbagai kemampuan yang cocok
untuk budaya tersebut. Salah satu kemampuan yang terpenting adalah
membaca dan menulis.
Keterampilan menulis merupakan keterampilan berbahasa tulis yang
bersifat produktif, artinya keterampilan menulis ini merupakan keterampilan
yang menghasilkan, yaitu menghasilkan tulisan. Menulis merupakan kegiatan
yang memerlukan keterampilan yang bersifat kompleks. Keterampilan yang
diperlukan antara lain keterampilan berfikir secara logis, keterampilan
mengungkapkan pikiran atau gagasan secara jelas, dan keterampilan
menerapkan kaidah-kaida