1206043002-3-bab ii.pdf
TRANSCRIPT
-
8/15/2019 1206043002-3-BAB II.pdf
1/19
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Efektifitas
Istilah efektivitas berasal dari kata efektif yang mengandung pengertian
dicapainya keberhasilan dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.Efektivitas
selalu terkait dengan hubungan antara hasil yang diharapkan dengan hasil yang
sesungguhnya dicapai. Menurut Effendy (1989:14), menjelaskan Efektivitas
adalah ”Komunikasi yang prosesnya mencapai tujuan yang direncanakan sesuai
dengan biaya yang dianggarkan, waktu yang ditetapkan dan jumlah personil yang
ditentukan.” Pengertian diatas mengartikan bahwa indikator efektivitas dalam arti
tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya merupakan
sebuah pengukuran dimana suatu target telah tercapai sesuai dengan apa yang
telah direncanakan. Pengertian sebagaimana dikemukakan oleh Susanto tersebut,
bisa diartikan sebagai suatu pengukuran akan tercapainya tujuan yang telah
direncanakan sebelumnya secara matang. Pendapat lain juga dikemukakan oleh
Agung Kurniawan (Kurniawan, 2005:109), dalam bukunya Transformasi
Pelayanan Publik bahwa Efektivitas adalah kemampuan melaksanakan tugas,
fungsi (operasi kegiatan program atau misi) dari pada suatu organisasi atau
sejenisnya yang tidak adanya tekanan atau ketegangan diantara pelaksanaannya.
Memperhatikan pendapat para ahli di atas, disimpulkan bahwa efektivitas
merupakan suatu konsep yang bersifat multi dimensional, artinya dalam
mendefinisikan efektivitas berbeda-beda sesuai dengan dasar ilmu yang dimiliki
-
8/15/2019 1206043002-3-BAB II.pdf
2/19
7
walaupun tujuan akhir dari efektivitas adalah pencapaian tujuan. Berkaitan dengan
pelaksanaan peraturan perundang-undangan, bahwa yang dimaksud dengan
efektivitas pelaksanaan peraturan daerah adalah ukuran pencapaian tujuan yang
ditentukan pangaturannya dalam peraturan daerah. Dengan demikian dapat
dijelaskan bahwa efektivitas peraturan daerah diukur dari suatu target yang diatur
dalam peraturan daerah, telah tercapai sesuai dengan apa yang ditentukan lebih
awal.
2.1.2 Pengertian Pajak
Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus menerus
dan bersinambungan yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan rakyat baik
secara material maupun spiritual.
Untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut perlu banyak memperhatikan
masalah pembiayaan. Salah satu usaha dalam pembiayaan pembangunan yaitu
dengan menggali sumber-sumber dana yang berasal dari dalam negeri yaitu pajak.
Pajak adalah pembayaran iuran oleh rakyat kepada pemerintah. Banyak
ahli memberikan batasan tentang pajak, definisi pajak menurut para pakar adalah:
1. Menurut Soemitro (Mardiasmo, 2011:1), pajak adalah iuran rakyat
kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat
dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa timbale (kontraprestasi) yang
langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar
pengeluaran umum.
-
8/15/2019 1206043002-3-BAB II.pdf
3/19
8
2. Menurut P.J. A Adriani yang telah diterjemahkan oleh R. Santoso
Brotodihajo, menyatakan bahwa pajak adalah iuran kepada Negara
(yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya
menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi-kembali,
yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas
Negara yang menyelenggarakan pemerintahan (Waluyo, 2010:2).
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang
melekat pada pengertian pajak adalah sebagai berikut:
a. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan
pelaksanaannya yang sifatnya dapat dipaksakan.
b. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya
kontraprestasi individual oleh pemerintah.
c. Pajak dipungut oleh Negara baik pemerintah pusat maupun
pemerintah daerah.
d. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang
bila dari pemasukannya masih terdapat surplus, dipergunakan untuk
membiayai public investment .
e. Pajak dapat pula mempunyai tujuan selain budgeter , yaitu mengatur.
Terdapat berbagai jenis pajak, yang dapat dikelompokkan menjadi tiga,
yaitu menurut golongan, menurut sifat serta pemungut dan pengelolanya, adalah
sebagai berikut (Waluyo, 2010:12).
-
8/15/2019 1206043002-3-BAB II.pdf
4/19
9
1) Menurut golongan, dibagi menjadi dua yaitu:
(1) Pajak langsung, adalah pajak yang pembebanannya tidak dapat
dilimpahkan pihak lain, tetapi harus menjadi beban langsung Wajib
Pajak yang bersangkutan.
Contoh: Pajak Penghasila.
(2) Pajak tidak langsung, adalah pajak yang pembebanannya dapat
dilimpahkan kepada pihak lain.
Contoh: Pajak Pertambahan Nilai.
2) Menurut sifat
Pembagian pajak menurut sifat dimaksudkan pembedaan dan
pembagiannya berdasarkan ciri-ciri prinsip adalah sebagai berikut:
(1) Pajak subjektif, adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada
subjeknya yang selanjutnya dicari syarat objektifnya, dalam arti
memperhatikan keadaan dari Wajib Pajak.
Contoh: Pajak Penghasilan.
(2) Pajak objektif, adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada
objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.
Contoh: Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah.
1) Menurut pemungut dan pengelolanya, adalah sebagai berikut:
(1) Pajak pusat, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.
-
8/15/2019 1206043002-3-BAB II.pdf
5/19
10
Contoh: Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea
Materai.
(2) Pajak daerah, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan
digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.
Contoh: pajak reklame, pajak hiburan.
2.1.3 Fungsi Pajak
Pembangunan yang ada selama ini tidak terlepas dari peran serta
masyarakat dalam membayar pajak. Maka dari itu ada dua fungsi pajak, yaitu
(Mardiasmo, 2011:1).
a. Fungsi Penerimaan (budgetair)
Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran
– pengeluarannya.
b. Fungsi Mengatur (regulerend )
Pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan
pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.
Contoh:
1. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap minuman keras untuk
mengurangi konsumsi minuman keras.
2. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah
untuk mengurangi gaya hidup konsumtif.
3. Tarif pajak untuk ekspor sebesar 0%, untuk mendorong ekspor
produk Indonesia di pasaran dunia.
-
8/15/2019 1206043002-3-BAB II.pdf
6/19
11
2.1.4 Sistem Pemungutan Pajak
Sistem pemungutan pajak dapat dibagi menjadi tiga ssistem
(Mardiasmo, 2011: 7), yaitu sebagai berikut :
1. Official Assessment system Adalah suatu sistem pemungutan yang
memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk
menentukan besarnya pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.
2. Self Assessment System Adalah suatu sistem pemungutan yang
memberi wewenang sepenuhnya kepada Wajib Pajak untuk
menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan
sendiri besarnya pajak yang terutang.
3. With Holding System Adalah suatu sistem pemungutan yang
memberi wewenang kepada pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan
Wajib Pajak yang bersangkutan) untuk menentukan besarnya
pajak yang terutang oleh Wajib Pajak.
2.1.5 Pajak Daerah
Dasar hukum pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah
Undang-Undang No. 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009.
Pajak Daerah yang selanjutnya disebut Pajak, adalah kontribusi wajib
kepada Daerah yang terutang oleh orang-orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat (Mardiasmo, 2011:12)
-
8/15/2019 1206043002-3-BAB II.pdf
7/19
12
2.1.6 Pajak – Pajak Daerah di Indonesia
Mengenai pajak daerah dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:
a. Pajak Propinsi
Berdasarkan UU No. 28 tahun 2009 disebutkan bahwa pajak daerah
yang dapat dipungut terdiri dari:
1. Pajak Kendaraan Bermotor
2. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor.
4. Pajak Air Permukaan.
b. Pajak Kabupaten/Kota
Sedangkan menurut UU No. 28 tahun 2009 disebutkan bahwa
Kabupaten/Kota diberikan kewenangan untuk memungut 11 pajak
daerah, antara lain:
1. Pajak Hotel
2. Pajak Restoran
3. Pajak Hiburan
4. Pajak Reklame
5. Pajak Penerangan Jalan
6. Pajak Parkir
7. Pajak Mineral bukan Logam dan Batuan
8. Pajak Air Tanah
9. Pajak Sarang Burung Walet
10. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan
11. Pajak Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
-
8/15/2019 1206043002-3-BAB II.pdf
8/19
13
2.1.7 Pengertian Pajak Hotel dan Restoran
a. Pajak Hotel
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tabanan Nomor 24
Tahun 2011 Tentang Pajak Hotel. Hotel adalah fasilitas penyedian
jasa penginapan/peristirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan di
pungut bayaran,yang mencakup juga hotel,losmen,gubuk
pariwisata,wisma pariwisata,pesanggrahan,rumah penginapan dan
sejenisnya,serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10
(sepuluh).
Objek pajak Hotel adalah pelayanan yang disediakan oleh
hotel dengan pembayaran,termaksud jasa penunjang sebagai
kelengkapan Hotel yang sifatnya memberikan kemudahan dan
kekayaan,termaksuk fasilitas olahraga dan hiburan.yang tidak
termaksuk Objek pajak Hotel adalah:
1. Jasa tempat tinggal asrama yang di selenggrakan oleh pemerintah
atau pemerintah daerah.
2. Jasa sewa apertemen,kondominum,dan sejenisnya,
3. Jasa tempat tinggal di pusat pendidikan atau kegiatan keagamaan.
4. Jasa tempat tinggal di rumah sakit,asrama perawat,panti
jompo,panti asuahan,dan panti sosial lainnya yang sejenis,dan
5. Jasa biro perjalanan atau perjalanan wisata yang di selenggarakan
oleh hotel yang dapat di maanfaatkan oleh umum.
Subjek pajak Hotel adalah orang pribadi atau badan yang
melakukan pembayaran kepada orang pribadi atau badan yang
-
8/15/2019 1206043002-3-BAB II.pdf
9/19
14
mengusahakan hotel.Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan
yang mengusahakan Hotel.
b. Pajak Restoran
Berdasarkan peraturan Daerah Kabupaten Tabanan Nomor 23
Tahun 2011 Tentang Pajak Restoran.Restoran adalah fasilitas
penyediaan makan dan/atau minuman dengan di pungut bayaran,yang
mencakup juga rumah makan,kafetaria,kantin,warung,bar,dan
sejenisnya termaksuk jasa boga/catering.Pajak Restoran yang
selanjutnya disebut pajak atas pelayanan yang di sediakan oleh
restoran.Objek pajak Restoran adalah pelayanan yang disediakan oleh
restoran.yang tidak termaksuk objek pajak restoran adalah pelayanan
yang disediakan oleh Restoran yang nilai penjualannya tidak melebihi
dari 5.000.000 perbulan.Subjek pajak Restoran adalah orang pribadi
atau badan yang membeli makanan dan/atau minuman dari
restoran,Wajib Pajak Restoran adalah orang pribadi atau badan yang
mengusahakan Restoran.
2.1.8 Dasar Hukum Pajak Hotel dan Restoran
Pajak Hotel dan Restoran merupakan sumber pendapatan daerah yang
mendapat perhatian khusus dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Hal
ini disebabkan karena Pajak Hotel dan Restoran mampu memberikan kontribusi
yang cukup besar terhadap Pendapatan Asli Daerah guna membiayai pelaksanaan
pemerintahan daerah dan meningkatkan pelayanan kepada masyarakat yang dalam
hal ini khususnya Pemerintah kabupaten Tabanan.
-
8/15/2019 1206043002-3-BAB II.pdf
10/19
15
a. Peraturan Kabupaten Tabanan Nomor 24 Tahun 2011 Tentang Pajak
Hotel.
Dalam peraraturan Daerah Kabupaten Tabanan Nomor 24 Tahun 2011
Tentang Pajak Hotel menyatakan bahwa:
1. Subjek Pajak
Subjek Pajak Hotel adalah Orang Pribadi atau badan yang melakukan
pembayaran kepada orang pribadi atau badan yang mengusahakan
hotel.
2. Wajib Pajak
Wajib pajak hotel adalah orang pribadi atau badan yang
mengusahakan hotel,setiap wajib pajak yang memenuhi kewajiban
perpajakan sendiri wajib mengisi SPTPD untuk menghitung,
memperhitungkan, dan menetapkan pajak sendiri yang terutang, diisi
dengan benar dan jelas dan disampaikan kepada bupati atau pejabat
yang di tunjukan paling lama 10 hari kerja setelah berakhirnya Masa
Pajak.
3. Objek Pajak
Objek Pajak Hotel adalah pelayanan yang disediakan oleh hotel
dengan pembayaran, termaksud jasa penunjang sebagai kelengkapan
hotel yang sifatnya memberi kemudahan dan kenyamanan, termaksud
fasilitas olah raga dan hiburan.
Jasa penunjang sebagai fasilitas meliputi :
a) Telepon
b) Faximile
-
8/15/2019 1206043002-3-BAB II.pdf
11/19
16
c) Teleks
d) Internet
e) Fotokopi
f) Pelayanan cuci
g) Seterika
h) Trasportasi dan Fasilitas sejenisnya lainnya yang di sediakan atau
di kelola hotel.
4. Pengecualian Objek Pajak
Tidak termasuk Objek Pajak Hotel meliputi:
a) Jasa tempat tinggal asrama yang diselenggarakan oleh Pemerintah
atau Pemerintah Daerah;
b) Jasa sewa apartemen, kondominium, dan sejenisnya;
c) Jasa tempat tinggal di pusat pendidikan atau kegiatan keagamaan;
d) Jasa tempat tinggal di rumah sakit, asrama perawat, panti jompo,
panti asuhan, dan panti sosial lainnya yang sejenis;dan
e) Jasa biro perjalanan atau perjalanan wisata yang diselenggarakan
oleh Hotel yang dapat dimanfaatkan oleh umum.
5. Dasar Pengenaan Pajak
Dasar Pengenaan Pajak Hotel adalah jumlah pembayaran atau yang
seharusnya dibayar kepada Hotel.
6. Tarif Pajak
Tarif Pajak hotel ditetepkan sebesar 10% (sepuluh persen)
7. Masa Pajak
-
8/15/2019 1206043002-3-BAB II.pdf
12/19
17
Masa Pajak Hotel adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu) bulan
klender.
8. Ketentuan Pidanan
Setiap orang pribadi atau badan yang melanggar tidak menyampaikan
SPTPD secara benar dan lengkap diancam dengan pidana kurungan
paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp.
50.000.000,- (lima puluh juta rupiah).
b. Peraturan Daerah Kabupaten Tabanan Nomor 23 Tahun 2011
Tentang Pajak Restoran.
1. Subjek Pajak
Subjek Pajak Restoran adalah orang pribadi atau badan yang membeli
makanan/atau dan minuman dari restoran.
2. Wajib Pajak
Wajib Pajak Restoran adalah orang pribadi atau badan yang
mengusahakan restoran, setiap wajib pajak yang memenuhi kewajiban
perpajakan sendiri wajib mengisi SPTPD untuk menghitung,
memperhitungkan, dan menetapkan pajak sendiri yang terutang, diisi
dengan benar dan jelas dan disampaikan kepada bupati atau pejabat
yang di tunjukan paling lama 10 hari kerja setelah berakhirnya Masa
Pajak.
3. Objek Pajak
Objek Pajak Hotel adalah pelayanan yang disediakan oleh
restoran,pelayanan yang disediakan oleh restoran meliputi pelayanan
penjualan makanan dan/atau minuman yang di konsumsi oleh
-
8/15/2019 1206043002-3-BAB II.pdf
13/19
18
pembeli,baik konsumsi di tempat pelayanan maupun di tempat lain
termaksud ketering dan jasa boga.
4. Pengecualian Pajak
Pengecualian Pajak Restoran adalah pelayanan yang disediakan oleh
restoran yang nilai penjualannya tidak melebihi dari 5.000.000,-
perbulan.
5. Dasar Pengenaan Pajak
Dasar Pengenaan Pajak Restoran adalah jumlah pembayaran yang
diterima atau yang seharusnya diterima Restoran.
6. Tarif Pajak
Tarif Pajak Restoran adalah ditetapkan sebesar 10% (sepuluh persen)
7. Masa Pajak
Masa Pajak Restoran adalah jangka waktu yang lamanya 1 (satu)
bulan kalender.
8. Ketentuan Pidanan
Setiap orang pribadi atau badan yang melanggar tidak menyampaikan
SPTPD secara benar dan lengkap diancam dengan pidana kurungan
paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyak Rp.
50.000.000,-(lima puluh juta rupiah).
2.1.9 Pendapatan Asli Daerah
Pelaksanaan pembangunan di daerah membutuhkan dana yang cukup
banyak dan dalam hal ini daerah tidak bisa hanya menggantungkan dana
-
8/15/2019 1206043002-3-BAB II.pdf
14/19
19
perimbangan dari pusat, sehingga daerah harus dapat menggali potensi dirinya
demi meningkatkan pendapatannya.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah,
disebutkan bahwa yang dimaksud dengan Pendapatan Asli Daerah yang
selanjutnya disebut PAD adalah pendapatan yang diperoleh Pemerintah Daerah
yang dipungut berdasarkan Peraturan Daerah (PERDA) sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. PAD mempunyai peranan penting dan strategis dalam
hubungannya dengan pelaksanaan otonomi daerah. Adapun sumber PAD terdiri
dari komponen sebagai berikut:
a. Pajak Daerah
b. Retribusi Daerah
c. Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan
d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah
Komponen-komponen PAD tersebut merupakan penerimaan yang murni
berasal dari daerah. Sehingga wajar dan selayaknya apabila peranan PAD dalam
keuangan daerah merupakan salah satu tolak ukur dalam pelaksanaan otonomi
daerah yang nyata dan bertanggung jawab di lingkungan masing-masing daerah.
Mengingat pentingnya sektor pendapatan yang menunjang pendapatan dari
Pemerintah Daerah, karena itu perlu diusahakan langkah-langkah peningkatannya
baik dari segi struktural maupun pengelolaannya. Pemerintah Daerah harus dapat
mengupayakan peningkatan pendapatan yang berasal dari PAD, sehingga dapat
memperbesar tersedianya sumber pendapatan daerah. Tujuan yang ingin dicapai
-
8/15/2019 1206043002-3-BAB II.pdf
15/19
20
tentunya digunakan untuk berbagai kegiatan pembangunan yang bersifat mandiri.
Hal ini berarti akan semakin memperbesar keleluasannya daerah untuk
mengarahkan penggunaan keuangan daerah sesuai dengan rencana, skala prioritas,
dan kebutuhan daerah yang bersangkutan. Dengan pendapatan daerah tersebut
diharapkan mampu menjadi penyangga utama dalam membiayai kegiatan-
kegiatannya.
2.1.10 Hubungan Pajak Hotel dan Restoran dengan Pendapatan Asli Daerah
1) Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pendapatan asli daerah dikategorikan dalam pendapatan rutin
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Pendapatan Asli
Daerah merupakan suatu pendapatan yang menunjukkan suatu
kemampuan daerah menghimpun sumber-sumber dana untuk
membiayai kegiatan rutin maupun pembangunan. Jadi pengertian dari
pendapatan asli daerah dapat dikatakan sebagai pendapatan rutin dari
usaha-usaha pemerintah daerah dalam memanfaatkan potensi-potensi
sumber keuangan daerahnya untuk membiayai tugas dan tanggung
jawabnya.
UU No.33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pusat dan Daerah menjelaskan bahwa:
“Pembangunan daerah sebagai sebagian intergal dari pembangunan
nasional dilaksanakan berdasarkan prinsip ekonomi daerah dan
pengaturan sumber daya nasional yang memberikan kesempatan bagi
-
8/15/2019 1206043002-3-BAB II.pdf
16/19
21
peningkatan demokrasi dan kinerja daerah untuk meningkatan
kesejahteraan daerah menuju masyarakat madani yang bebas korupsi,
kolusi dan nepotisme. Penyelenggaraan pemerintah daerah sebagai
sub sistem pemerintahan negara yang dimaksudkan untuk
meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan pemerintah
dan pelayanan masyarakat. Sebagai daerah otonom, daerah
mempunyai kewenangan dan tanggung jawab penyelenggaraan
pemerintahan berdasarkan prinsip-prinsip keterbukaan partipasi
masyarakat dan bertanggung jawab kepada masyarakat”.
Dalam rangka menyelenggarakan pemerintahan, pelayanan
masyarakat dan pembangunan, maka pemerintah suatu negara pada
hakekatnya mengemban tugas dan fungsi utama yaitu fungsi alokasi
yang meliputi antara lain pendapatan dan kekayaan masyarakat,
pemerataan pembangunan, dan fungsi stabilitas yang meliputi antara
lain, pertahanan dan keamanan, ekonomi dan moneter. Fungsi
distribusi dan fungsi stabilitas pada umumnya lebih efektif
dilaksanakan oleh pemerintah daerah, karena daerah pada umumnya
lebih mengetahui kebutuhan serta standar pelayanan masyarakat.
Namun dalam pelaksanaannya perlu diperhatikan kondisi dan situasi
yang berbeda-beda dari masing-masing wilayah. Dengan demikian
pembagian ketiga fungsi dimaksudkan sangat penting sebagai
landasan dalam menentukan dasar-dasar perimbangan keuangan
antara pusat dan daerah.
-
8/15/2019 1206043002-3-BAB II.pdf
17/19
22
Demi mendorong penyelenggaraan otonomi daerah diperlukan
kewenagan yang luas, nyata dan bertanggung jawab di daerah secara
proporsional yang diwujudkan dengan pengaturan, pembagian dan
pemanfaatan sumber daya nasional yang berkeadilan, serta
perimbangan keuangan pemerintah pusat dan daerah. Sumber
pembiayaan pemerintah daerah dalam rangka perimbangan keuangan
pemerintah pusat dan daerah dilaksanakan atas dasar desentralisasi,
dekonsentrasi dan pembantuan.
2) Sumber Pendapatan Asli Daerah
Sumber-sumber pembiayaan pelaksanaan desentralisasi terdiri
dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, Pinjaman
Daerah dan lain-lain Penerimaan yang sah. Sumber Pendapatan Asli
Daerah merupakan sumber keuangan daerah yang digali dalam
wilayah daerah yang bersangkutan, yang terdiri :
a. Pajak Daerah
Pajak daerah merupakan pungutan daerah menurut peraturan
daerah yang dipergunakan untuk membiayai urusan rumah tangga
daerah sebagai badan hukum publik.
b. Retribusi Daerah
Retribusi daerah merupakan pungutan daerah sebagai pembayaran
pemakaian atau karena memperoleh jasa atau pekerjaan atau
pelayanan pemerintah daerah dan jasa usaha milik daerah bagi
yang berkepentingan atas jasa yang diberikan oleh daerah baik
langsung maupun tidak langsung.
-
8/15/2019 1206043002-3-BAB II.pdf
18/19
23
c. Bagian Laba Badan Usaha Milik Daerah
d. Bagian Badan Usaha Milik Daerah ialah bagian keuntungan atau
laba bersih dari perusahaan daerah atas badan lain yang
merupakan badan usaha milik daerah. Sedangkan perusahaan
daerah adalah perusahaan yang modalnya sebagian atau
seluruhnya merupakan kekayaan daerah yang dipisahkan.
e. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
Merupakan penerimaan selain yang disebutkan di atas tapi sah.
Penerimaan ini mencakup sewa rumah dinas daerah, sewa gedung
dan tanah milik daerah, jasa giro, hasil penjualan barang-barang
bekas milik daerah dan penerimaan-penerimaan lain yang sah
menurut Undang-Undang.
Pajak hotel dan restoran merupakan bagian dari pajak daerah,
yang mana kesemuanya terdapat dalam Pendapatan Asli Daerah.
Pendapatan Asli Daerah merupakan salah satu sumber pembiayaan
pemerintah dan pembangunan daerah yang akan digunakan untuk
membiyai kegiatan pemerintah dan pembangunan daerah yang
bersangkutan.
Pajak hotel dan restoran sebagai salah satu penyumbang
pendapatan daerah sangat potensi untuk ditingkatkan mengingat peran
pajak hotel dan restoran ini dalam peningkatan PAD. Pajak hotel dan
restoran bisa terus diupayakan dan dimaksimalkan pemungutannya
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
-
8/15/2019 1206043002-3-BAB II.pdf
19/19
24
Meningkatkan Pendapatan Asli Daerah ini diharapkan akan
memperlancar jalannya pembangunan dan pemerintahan. Bila
pembangunan bisa berjalan dengan lancar maka kesejahteraan
masyarakat juga diharapkan akan meningkat. Dengan diketahuinya
pengaruh pajak hotel dan restoran terhadap Pendapatan Asli Daerah
maka upaya peningkatan pajak hotel dan restoran untuk menambah
keuangan daerah harus dilanjutkan dan lebih ditingkatkan.