bab ii.pdf
DESCRIPTION
NoneTRANSCRIPT
5
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1 Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Gizi
Membahas mengenai status gizi, menurut Suhardjo (1990),
terdapat tiga konsep yang terkait di dalamnya, yaitu proses dari organisme
dalam menggunakan bahan makanan melalui proses pencernaan,
penyerapan, transportasi, penyimpanan metabolisme dan pembuangan
untuk pemeliharaan hidup, pertumbuhan, fungsi organ tubuh dan produksi
energi. Keseluruhan proses ini disebut gizi (Nutrition). Keadaan lain yang
dilakukan oleh keseimbangan antara pemasukan zat gizi disatu pihak dan
pengeluaran oleh organisme, dipihak lain disebut nutriture. Tanda-tanda
atau penampilan yang diakibatkan oleh nutriture dapat terlihat melalui
variabel tertentu yang disebut sebagai status gizi (nutritional status).
2. Pengertian Status Gizi
Menurut Suhardjo (1983), status gizi adalah keadaan tubuh sebagai
akibat dari pemakaian, penyerapan, dan penggunaan makanan. Makanan
yang memenuhi gizi tubuh, umumnya membawa ke status gizi
memuaskan. Sebaiknya jika kekurangan atau kelebihan zat gizi esensial
dalam makanan untuk jangka waktu yang lama disebut gizi salah.
Manifestasi gizi salah dapat berupa gizi kurang dan gizi lebih
(Supariasa, 2004). Zat gizi diartikan sebagai zat kimia yang terdapat dalam
makanan yang diperlukan manusia untuk memelihara dan meningkatkan
kesehatan. Sampai saat ini dikenal kurang lebih 45 jenis zat gizi dan sejak
akhir tahun 1980-an dikelompokan keadaan zat gizi makro yaitu zat gizi
sumber energi berupa karbohidrat, lemak dan protein dan zat gizi mikro
yaitu vitamin dan mineral (Supariasa, 2004).
Keadaan tubuh dikatakan berada pada tingkat status gizi optimal,
jika jaringan tubuh jenuh oleh semua zat gizi. Kondisi ini memungkinkan
6
tubuh terbebas dari penyakit dan mempunyai daya tahan yang tinggi.
Apabila konsumsi gizi makanan pada seseorang tidak seimbang dengan
kebutuhan tubuh maka akan terjadi kesalahan gizi yang mencakup
kelebihan dan kekurangan zat gizi (Supariasa, 2004).
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi menurut Suhardjo
(2003)
3.1 Faktor Langsung
3.1.1 Konsumsi Makanan
Konsumsi makanan oleh masyarakat atau oleh keluarga
bergantung pada jumlah dan jenis pangan yang dibeli, distribusi
dalam keluarga dan kebiasaan makan secara perorangan. Hal ini
tergantung pula pada pendapatan, agama, adat kebiasaan dan
pendidikan masyarakat bersangkutan.
3.1.2 Penyakit Infeksi
Antara status gizi kurang dan infeksi terdapat interaksi
bolak-balik. Infeksi dapat menimbulkan gizi kurang melalui
berbagai mekanismenya. Yang terpenting adalah efek langsung
dari infeksi sistemik pada katabolisme jaringan.
3.2 Faktor Tidak Langsung
3.2.1. Ketersediaan Pangan Tingkat Rumah Tangga
Hal ini terkait dengan produksi dan distribusi bahan
makanan dalam jumlah yang cukup mulai dari produsen
sampai ke tingkat rumah tangga.
3.2.2. Daya Beli Keluarga
Hal ini terkait dengan masalah pekerjaan atau mata
pencaharian atau penghasilan suatu keluarga. Apabila
pengasilan keluarga tidak cukup untuk membeli bahan
makanan yang cukup dalam jumlah dan kualitas, maka
7
konsumsi atau asupan gizi tiap anggota keluarga akan
berkurang yang pada gilirannya akan mempengaruhi
kesehatan dan perkembangan otak mereka.
3.2.3. Tingkat Pengetahuan, Sikap dan Perilaku tentang Gizi
dan Kesehatan
Walaupun bahan makanan dapat disediakan oleh
keluarga dan daya beli memadai, tetapi karena kekurangan
pengetahuan ini bisa menyebabkan keluarga tidak
menyediakan makanan beraneka ragam setiap hari bagi
keluarganya. Pada gilirannya asupan gizi tidak sesuai
kebutuhan.
4. Penilaian Status Gizi
Penilaian status gizi (PSG) adalah interpretasi dari data yang
didapatkan dengan menggunakan berbagai metode untuk mengidentifikasi
populasi atau individu yang beresiko atau dengan status gizi buruk
(Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat FKUI, 2007).
Metode dalam PSG dibagi ke dalam tiga kelompok:
4.1. Metode Langsung
4.1.1 Antropometri
Pengukuran antropometri adalah pengukuran terhadap dimensi
tubuh dan komposisi tubuh (KM). Pertumbuhan dipengaruhi oleh
determinan biologis yang meliputi jenis kelamin, lingkungan, di dalam
rahim, jumlah kelahiran, berat lahir, pada kehamilan tunggal atau
majemuk, ukuran orang tua dan konstitusi genetik, serta faktor
lingkungan (termasuk iklim, musim, dan keadaan sosial ekonomi.
Pengaruh lingkungan, terutama gizi, lebih penting ketimbang latar
belakang genetik atau faktor biologis lain, terutama pada masa
pertumbuhan.
Tujuan yang hendak dicapai dalam pemeriksaan antropometri
adalah:
8
- Penapisan status gizi;
- Survey status gizi;
- Pemantauan status gizi.
Tabel 1. Pengukuruan Survey Gizi Berdasarkan Umur (WHO)
USIA PENGAMATAN
0-1 tahun Berat dan panjang badan.
1-5 tahun Berat dan panjang badan (sampai 3 tahun), tinggi badan
( > 3 tahun), lipat kulit biseps dan triseps, lingkar lengan.
5-20 tahun Berat dan tinggi badan, lipat kulit triseps.
> 20 tahun Berat dan tinggi badan, lipat kulit triseps.
Sumber : Gizi dan Ilmu Kesehatan Masyarakat FKMUI 2007
Tabel 2. Kelebihan dan Keterbatasan Antropometri
KELEBIHAN KEKURANGAN
Relatif murah Membutuhkan data referensi yang relevan
Cepat, sehingga dapat
dilakukan pada polupasi
yang besar
Kesalahan yang mumcul seperti kesalahan
pada peralatan (yang belum dikalibrasi),
kesalahan pada observer ( kesalahan
pengukuran, pembacaan dan pencatatan).
Objektif Hanya mendapatkan data pertumbuhan,
obesitas, malnutrisi, karena kurang energi
dan protein, tidak dapat memperoleh
informasi karena defisiensi zat mikro.
Gradable, dapat dirangking
apakah ringan, sedang atau
berat
Tidak menimbulkan rasa
sakit pada responden
Sumber : Gizi dan Ilmu Kesehatan Masyarakat FKMUI 2007
9
4.1.2. Menurut WHO 2007, indeks antropometri ada 3 yaitu :
a) Berat badan menurut umur (BB/U)
Berat badan merupakan parameter yang menggambarkan massa
tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang
mendadak, misalnya terserang penyakit infeksi yang menyebabakan
turunnya nafsu makan dan jumlah makanan yang dikonsumsi.
Pada kondisi yang normal, saat kondisi kesehatan baik dan
keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, maka
berat badan akan berkembang seiring dengan pertambahan umur.
Sebaliknya dalam keadaan yang abnormal, terdapat 2 kemungkinan
perkembangan berat badan, yaitu dapat berkembang cepat atau lebih
lambat dari keadaan normal.
Berdasarkan karakteristik berat badan ini, maka indeks berat badan
menurut umur digunakan sebagai salah satu cara pengukuran status gizi.
Mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka indeks BB/U lebih
menggambarkan status gizi seseorang saat ini.
Titik batas indeks BB/U usia 5-10 tahun menurut rujukan WHO
2007 adalah:
1. Gizi lebih bila Z Score terletak > +2 SD
2. Gizi baik bila Z Score terletak antara ≥ -2 SD sampai dengan +2 SD
3. Gizi kurang bila Z Score terletak antara ≥ -3 SD sampai dengan -2 SD
4. Gizi buruk bila Z Score terletak < -3 SD
b) Tinggi badan Menurut Umur (TB/U)
Tinggi badan menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada
keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur.
Pertumbuhan tingi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif
terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu pendek. Pengaruh
defisiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang
relatif lama. Berdasarkan karakteristik tersebut, maka indeks ini
menggambarkan status gizi masa lalu.
10
Batas indeks TB/U usia 5-19 tahun menurut rujukan WHO 2007
adalah:
1. Gizi lebih bila Z Score terletak > +2 SD
2. Gizi baik bila Z Score terletak antara ≥ -2 SD sampai dengan +2 SD
3. Gizi kurang bila Z Score terletak antara ≥ -3 SD sampai dengan -2 SD
4. Gizi buruk bila Z Score terletak < -3 SD
c) Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U)
Berat badan memiliki hubungan yang linier dengan tinggi
badan. Dalam keadaan normal, perkembangan berat badan akan searah
dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu.
Pengukuran antropometri menggunakan IMT/U merupakan
rekomendasi WHO 2007 sebagai dasar untuk mengukur status gizi usia
5-19 tahun. Indeks ini tidak menimbulkan kesan underestimase pada
anak yang overweight dan obese serta kesan berlebihan pada anak gizi
kurang.
Batas indeks IMT/U menurut rujukan WHO:
1. Sangat Kurus bila Z Score terletak < - 3 SD
2. Kurus bila Z Score terletak < - 2 SD
3. Normal bila Z Score terletak – 2 SD < x < 1 SD
4. Lebih bila Z Score terletak > 1 SD
5. Obesitas bila Z Score terletak > 2 SD
4.1.3. Tanda-Tanda Klinis
Penilaian tanda-tanda klinik berdasarkan pada perubahan yang
terjadi yang berhubungan dengan kekurangan atau kelebihan asupan
zat gizi yang dapat dilihat pada jaringan epitel di mata, kulit, rambut,
mukosa mulut, dan organ yang dekat dengan permukaan tubuh seperti
kelenjar tiroid.
Beberapa kelebihan penggunaan tanda klinik yaitu:
o Murah, karena tidak memerlukan peralatan;
o Cepat sehingga dapt dilakukan pada populasi yang besar;
11
o Tidak membutuhkan highly qualified staff, karena pemeriksaan
dapat dilakukan dengan kader yang telah dilatih;
o Tidak menimbulkan rasa sakit pada orang yang diperiksa.
Beberapa keterbatasan dalam penggunaan tanda-tanda klinis yaitu:
o Subjektif, sehingga perlu adanya standardisasi, pengalaman
bagi pemeriksa;
o Keterbatasan kepastian penyebab zat gizi, terkadang
penyebabnya bukan karena kurang gizi, tetapi penyebab yang
lain, seperti infeksi (Misalnya kasus angular stomatitis ternyata
dapat disebabkan oleh kurangya riboflavin, tetapi karena jamur
Monila. Anemia dapat disebabkan juga tidak hanya kurang
gizi, tetapi infeksi cacing tambang);
o Diperlukan staf yang terlatih dengan sangat baik;
o Banyak tanda klinik yang muncul pada tingkat defisiensi berat.
4.1.4. Biofisik
Penentuan status gizi berdasarkan kemampuan fungsi dari
jaringan dan perubahan struktur jaringan.
Contoh pemeriksaan biofisik yang sering dilakukan:
o Pada kasus rabun senja dilakukan tes adaptasi dalam gelap
(night blindness test);
o Pemeriksaan physical performance energy expenditure &
work capacity) yang dihubungkan dengan anemia;
o Pemeriksaan ocular impression cytology, menempelkan
kertas saring pada konjungtiva untuk melihat bentuk dari
sel goblet, jika gepeng dan tidak ada inti, maka dikatakan
kurang vitamin A.
4.1.5. Biokimia
Tes laboratorium meliputi pemeriksaan biokimia, hematologi,
dan parasitologi. Pada pemeriksaan biokimia dibutuhkan spesimen
12
yang akan diuji, seperti darah, urin, tinja, dan jaringan tubuh seperti
hati, otot, tulang, rambut, kuku, dan lemak bawah kulit.
Beberapa kelebihan dari oenggunaan tes biokimia yaitu:
o Objektif
o Gradable, dapat diranking apakah ringan, sedang, atau berat.
Beberapa keterbatasan dari penggunaan tes laboratorium:
o Mahal, pada umumnya pemeriksaan laboratorium memerlukan
biaya yang tidak sedikit karena berhubungan dengan peralatan
dan reagennya;
o Keberadaan dari laboratorium, terkadang lokasi survey jauh
dari laboratorium;
o Kesukaran yang berhubungan dengan spesimen pada saat
pengumpulan, pengawetan, dan transportasi;
o Diperlukan data referensi untuk menentukan hasil
laboratorium.
4.1 Metode Tidak Langsung
Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi tiga yaitu:
survey konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi. Pengertian dan
penggunaan metode ini akan diuraikan sebagai berikut:
4.2.1 Survey Konsumsi Makanan
Secara umum survey konsumsi makanan dimaksudkan
untuk mengetahui kebiasaan makan dan gambaran tingkat
kecukupan bahan makanan dan zat gizi pada tingkat kelompok,
rumah tangga dan perorangan serta faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap konsumsi makanan tersebut.
Berdasarkan jenis data yang diperoleh, maka pengukuran
konsumsi makanan menghasilkan dua jenis data konsumsi, yaitu
bersifat kualitatif dan kuantitatif.
a) Metode Kualitatif; biasanya untuk mengetahui frekuensi
makan, frekuensi konsumsi menurut jenis makanan dan
menggali informasi tentang kebiasaan makan serta cara-cara
13
memperoleh bahan makanan tersebut. Metode-metode
pengukuran konsumsi makanan bersifat kualitatif antara lain:
• Metode Frekuensi Makanan (food frequency)
• Metode dietary history
• Metode telepon
• Metode pendaftaran makanan (food list)
b) Metode Kuantitatif; metode secara kuantitatif
dimaksudkan untuk mengetahui jumlah makanan yang
dikonsumsi sehingga dapat dihitung konsumsi zat gizi
dengan menggunakan Daftar Konsumsi Bahan Makanan
(DKBM) atau daftar lain yang diperlukan seperti Daftar
Ukuran Rumah Tangga (URT), Daftar Konversi Mentah-
Masak (DKMM) dan Daftar Penyerapan Minyak. Metode-
metode untuk pengukuran konsumsi secara kuantitatif
antara lain:
• Metode recall 24 jam
• Perkiraan makanan (estimated food records)
• Penimbangan makanan (food weighing)
• Metode food account
• Metode inventaris (inventory method)
• Pencatatan (household food records)
c) Metode Kualitatif dan Kuantitatif; beberapa metode
pengukuran bahkan dapat menghasilkan data yang bersifat
kualitatif maupun kuantitatif. Metode tersebut antara lain:
• Metode recall 24 jam
• Metode riwayat makan (dietary history)
d) Metode Food Frequency Questionnaire
Metode frekuensi makanan adalah untuk
memperoleh data tentang frekuensi konsumsi sejumlah
14
bahan makanan atau makanan jadi selama periode tertentu
seperti hari, minggu, bulan atau tahun. Selain itu dengan
metode frekuensi makanan dapat memperoleh gambaran
pola konsumsi bahan makanan secara kualitatif.
Kuesioner frekuensi makanan memuat semua
tentang daftar bahan makanan atau makanan dan frekuensi
penggunaan makanan tersebut pada periode tertentu. Bahan
makanan yang terdapat dalam daftar tersebut adalah yang
dikonsumsi cukup sering oleh responden.
Kelebihan metode FFQ:
a. Relative murah dan sederhana
b. Dapat dilakukan sendiri oleh responden
c. Tidak membutuhkan latihan khusus
d. Dapat membantu untuk menjelaskan hubungan antara
penyakit dan kebiasaan makan
Kekurangan metode FFQ:
a. Tidak dapat menghitung intake zat gizi sehari
b. Sulit mengembangkan kuesioner pengumpulan data
c. Cukup menjemukan bagi pewawancara
d. Perlu membuat percobaan pendahuluan untuk
menentukan jenis bahan makanan yang akan masuk
dalam daftar kuesioner
e. Responden harus jujur dan mempunyai motivasi tinggi
4.2.2 Statistik Vital
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan
menganalisis data beberapa penyebab tertentu dan data lainnya yang
berhubungan dengan gizi. Penggunaannya dipertimbangkan sebagai
bagian dari indikator tidak langsung pengukuran status gizi masyarakat.
15
5. Pola Konsumsi Pangan
5.1 Pola Konsumsi Pangan dan Gizi
Konsumsi makanan merupakan determinan gaya hidup yang paling
penting dan dapat diubah yang menentukan kesehatan manusia. Baik gizi
kurang maupun gizi lebih memegang peranan yang penting pada morbiditas
serta mortalitas (Soetjiningsih, 1995).
Kehidupan masyarakat sangat dipengaruhi oleh konsumsi pangan
dan gizi. Pola konsumsi pangan masyarakat dilandasi oleh kebiasaan
makan yang tumbuh dan berkembang melalui proses sosialisasi. Hal ini
menandakan bahwa pola konsumsi makanan dapat berubah-ubah karena
faktor tertentu (Soekirman, 2002).
Pola konsumsi makan adalah kebiasaan makan yang meliputi
jumlah, frekuensi dan jenis atau macam makanan. Penentuan pola
konsumsi makan harus memperhatikan nilai gizi makanan dan kecukupan
zat gizi yang dianjurkan. Hal tersebut dapat di tempuh dengan penyajian
hidangan yang bervariasi dan dikombinasi, ketersediaan pangan, macam
serta jenis bahan makanan mutlak diperlukan untuk mendukung usaha
tersebut. Disamping itu jumlah bahan makanan yang dikonsumsi juga
menjamin tercukupinya kebutuhan zat gizi yang diperlukan oleh tubuh
(Supariasa, dkk, 2002).
Manusia hidup bermasyarakat memiliki pandangan, kebiasaan dan
kebersamaan termasuk pola makannya. Pola makan individu dalam
keluarga mempunyai peranan penting dalam pembentukan pola makan
masyarakat. Pola yang dianut oleh remaja dimiliki melalui proses belajar
yang menghasilkan kebiasaan makan yang terjadi sejak dini sampai
dewasa dan akan berlangsung selama hidupnya, hingga kebiasaan makan
dan susunan hidangan masih bertahan sampai ada pengaruh yang dapat
mengubahnya.
Usia remaja memiliki tiga tahap yaitu usia 10-12 tahun, 13-15
tahun dan remaja akhir usia 16-19 tahun. Usia remaja merupakan peralihan
pola masa anak, namun pada usia remaja telah mendapatkan berbagai
pengarahan dan bimbingan orang tua tentang makanan yang harus
16
dikonsumsi guna pemenuhan kebutuhan yang mulai banyak aktivitasnya
baik di sekolah maupun di rumah. Delapan jam aktivitas fisik remaja
meliputi kegiatan belajar, bemain dan istirahat sebagian besar banyak
dilakukan di sekolah. Sedangkan aktivitas di rumah kurang lebih 5-6 jam
meliputi mengerjakan pekerjaan rumah, membantu orang tua dan bermain.
Aktivitas fisik remaja yang tergolong tinggi ini membutuhkan asupan
pangan mengandung gizi yang cukup, sehingga kondisi tubuh remaja akan
tetap baik. Asupan gizi dapat diketahui dengan mencermati pola kosnumsi
makan, termasuk frekuensi makan dan jenis serta jumlah makanan.
5.2. Frekuensi Makan
Frekuensi makan merupakan seringnya seseorang melakukan
kegiatan makan dalam sehari baik makanan utama maupun selingan.
Menurut Suhardjo (1990 : 30) frekuensi makan dikatakan baik bila
frekuensi makan setiap harinya tiga kali makanan utama atau dua kali
makanan utama dengan satu kali makanan selingan. Sedangkan bila
frekuensi makan setiap harinya dua kali makan utama atau kurang dinilai
kurang baik. Diantara dua waktu makan dapat dihidangkan makan
selingan yaitu makan selingan pagi antara pukul 10.00-11.00 dan makan
selingan sore antara 16.00-17.00 (Rizqi Auliana, 2001 : 63). Pengaturan
waktu makan yang teratur dapat mendisiplinkan remaja dalam hal apapun.
Pada umumnya setiap orang melakukan makanan utama tiga kali yaitu
makan pagi, makan siang dan makan malam atau sore.
Di samping makanan utama yang dilakukan tiga kali biasanya
dalam sehari makanan selingan dilakukan sekali atau dua kali diantara
waktu makan guna menanggulangi rasa lapar, sebab jarak waktu makan
yang lama.
5.3. Jenis Makanan
Jenis makanan yang dikonsumsi anak sekolah dasar dapat
dikelompokkan menjadi dua yaitu makanan utama dan makanan selingan.
17
5.3.1. Makanan Utama
Makanan utama adalah makanan yang dikonsumsi seseorang
berupa makan pagi, makan siang dan makan malam yang terdiri dari
makanan pokok, lauk-pauk, sayur, buah dan minuman.
a. Makanan Pokok
Makanan pokok adalah makanan yang dianggap memegang
peranan penting dalam susunan hidangan. Pada umumnya makanan pokok
berfungsi sebagai sumber energi (kalori) dalam tubuh dan memberi rasa
kenyang (Achmad Djaeni Sediaotama, 2004 : 78). Makanan pokok yang
biasa dikonsumsi yaitu nasi, roti dan mie atau bihun.
1) Nasi
Nasi merupakan bahan makanan pokok bagi sebagian besar
rakyat Indonesia. Kalori yang dihasilkan adalah 1089-1452 kalori
atau 2000 kalori seseorang perhari (Achmad Djaeni Sediaoetama,
2004 : 80).
2) Roti
Roti adalah makanan yang dibuat dari tepung terigu
ditambah ragi (yeast), lemak, garam dan air proses pembuatannya
dengan fermentasi selama 1-8 jam. Roti kualitas baik berwarna
putih dan mempuyai tekstur seperti spons yang empuk merata
diseluruh bagian roti tersebut. Sedangkan roti biasanya dikonsumsi
pagi hari berupa roti tawar yang diolesi dengan margarin, diisi
selai, mesis dan dadar telur, sedangkan sore hari sebagai makanan
selingan atau kecil. Bahan dari roti adalah tepung terigu yang
mempunyai protein tinggi dari gluten yang dihasilkan tepung
tersebut. Adonan roti dapat menghasilkan berbagai bentuk roti,
seperti roti tawar, roti manis, roti pisang, roti isi daging dan
sebagainya.
3) Mie atau Bihun
Mie atau bihun adalah makanan yang terbuat dari tepung
terigu yang dijadikan adonan tanpa fermentasi, dilebarkan menjadi
lembaran tipis, diiris panjang-panjang dan dikeringkan. Mie yang
18
sering dimasak dan dikeringkan serta dikemas dalam bungkus
praktis untuk langsung dikonsumsi setelah direkonstitusi dengan
air panas sebentar adalah jenis supermie, indomie dan sebagainya
(Achmad Djaeni Sediaoetama, 2004 : 100).
b. Lauk-pauk
Lauk pauk terdiri dari dua golongan menurut jenisnya di
antaranya lauk pauk hewani dan lauk pauk nabati. Kedua jenis
lauk-pauk tersebut mempunyai protein hewani dan nabati
mempunyai fungsi, antara lain membangun sel-sel yang rusak dan
membentuk zat pengatur seperti enzim dan hormon (Achmad
Djaeni Sediaoetama, 2004 : 111).
1) Lauk pauk hewani
Lauk pauk hewani mencakup semua bahan makanan yang
berasal dari hewan terutama dari hewan piaraan, ternak, unggas,
ikan, susu dan telur. Hewan ternak yang dimakan adalah sapi,
kerbau dan kambing. Daging unggas yang biasa dipelihara dan
dijual daging serta telur di Indonesia adalah ayam. Telur unggas
juga banyak diperdagangkan dan dikonsumsi di Indonesia baik
telur ayam, bebek dan telur burung (telur puyuh). Fungsi telur
sebagai sumber protein tinggi dari jenis bahan makanan lain.
Daging ikan mempunyai komposisi zat gizi dari berbagai jenis
daging ikan lainnya sama. Kualitas protein ikan tergolong
sempurna (protein lengkap) yang mengandung semua asam amino
esensial dalam jumlah yang mencukupi kebutuhan tubuh. Ikan
biasanya dikonsumsi sebagai ikan segar, ikan kering yang
diasinkan dan ikan yang dikalengkan hasil teknologi pangan
modern. (Achmad Djaeni Sediaoetama, 2004 : 112).
2) Lauk pauk nabati
Lauk pauk nabati merupakan bahan makanan yang
bersumber dari protein nabati. Bahan makanan ini terdiri atas
golongan kacang-kacangan dan hasil olahannya, seperti tempe dan
tahu. Sumber protein nabati juga lebih murah harganya
19
dibandingkan dengan sumber protein hewani. (Achmad Djaeni
Sediaoetama, 2004 : 119)
c. Jenis Sayur
Sayur adalah jenis masakan yang menggunkan dari sayuran
berwarna contohnya kacang-kacangan, kangkung, bayam, sawi
hijau, wortel dan sebagainya dan tidak berwarna contohnya kubis,
sawi putih dan taoge.
d. Buah
Buah-buahan berfungsi sebagai sumber vitamin dan
mineral tetapi pada buah-buah tertentu yang menghasilkan banyak
energi (Achmad Djaeni Sediaoetama, 2004 : 129).
e. Minuman
Minuman merupakan cairan yang dikonsumsi yang tidak
terbatas waktunya, atau yang mengiringi makanan selingan berupa
minuman yang dikonsumsi adalah air putih mengiringi makan nasi,
sedangkan minuman selingan berupa es kelapa muda, juice, es
cendol, es teh, es jeruk dan sebagainya.
5.3.2. Makanan Selingan
Makanan selingan adalah makanan makanan kecil yang dibuat
sendiri maupun yang dijual didepan rumah maupun di sekolah. Makanan
selingan menurut bentuknya terdiri dari :
a. Makanan selingan berbentuk kering
Makanan selingan bentuk kering pada umumnya ceriping
pisang, ceriping singkong, kacang telur, popcorn dan sebagainya.
b. Makanan selingan berbentuk basah
Makanan selingan berbentuk basah pada umumnya lemper,
semar mendem, tahu isi, pastel, pisang goreng dan sebagainya.
c. Makanan selingan berbentuk kuah
Makanan berbentuk kuah pada umumnya bakso, mie ayam,
empek-empek, mie ketupat dan sebagainya.
20
d. Makanan selingan yang dijual di sekolah
Makanan sering dijual antara lain siomay, batagor, tempura,
humburger, hotdog dan sebagainya.
5.3.3. Perbedaan Pola Konsumsi Makan Anak Pra-Sekolah, Sekolah dan
Remaja
5.3.3.1.Anak Pra-Sekolah
Walaupun kebutuhan nutrisi relatif kurang, kelompok umur ini
masih rawan terhadap infeksi dan masalah gizi. Karena itu nutrisinya
diutamakan terhadap kalori dan protein, ditambah dengan perlunya
perhatian terhadap masukan vitamin A dan mineral besi. Anak pra-sekolah
lebih suka makan yang manis-manis dan sangat terpengaruh oleh iklan-
iklan di TV. Sarapan serta menu gizi seimbang sangat penting untuk
menjaga kondisi anak.
5.3.3.2.Anak Sekolah
Anak usia sekolah memiliki masa pertumbuhan yang cepat,
memiliki aktivitas yang tinggi serta memiliki fungsi kerja otak yang tinggi
karena berada dalam masa belajar. Anak usia sekolah rentan mengalami
masalah gizi yang akan mengganggu pertumbuhan, perkembangan,
gangguan perilaku serta gangguan belajar yang dapat mengganggu
pencapaian prestasi di sekolah. Penyakit infeksi seperti diare, ISPA, TBC,
demam berdarah, campak, cacar merupakan penyakit yang sering
menginfeksi anak usia sekolah. Anemia pada anak perempuan yang
memasuki usia menstruasi dapat dihindari dengan mengkonsumsi
makanan yang mengandung zat besi seperti; daging merah, daging unggas,
hati, telur, ikan tuna, sarden, salmon, kerang-kerangan, bayam, brokoli,
kedelai, sereal, kentang.
5.3.3.3.Anak Remaja
Pola yang dianut oleh remaja dimiliki melalui proses belajar yang
menghasilkan kebiasaan makan yang terjadi sejak dini sampai dewasa dan
21
akan berlangsung selama hidupnya, hingga kebiasaan makan dan susunan
hidangan masih bertahan sampai ada pengaruh yang dapat mengubahnya.
Usia remaja merupakan peralihan pola masa anak, namun pada usia remaja
telah mendapatkan berbagai pengarahan dan bimbingan orang tua tentang
makanan yang harus dikonsumsi guna pemenuhan kebutuhan yang mulai
banyak aktivitasnya baik di sekolah maupun di rumah. Aktivitas fisik remaja
sebagian besar banyak dilakukan di sekolah selama 8 jam meliputi kegiatan
belajar dan bermain saat istirahat. Aktivitas berada di rumah kurang lebih
selama 5-6 jam meliputi mengerjakan pekerjaan rumah, membantu orang tua
dan bermain di lingkungan sebayanya. Aktivitas fisik remaja membutuhkan
asupan pangan mengandung gizi yang cukup, sehingga kondisi tubuh remaja
akan tetap baik dalam arti tidak mudah jatuh sakit. Pola makan remaja yang
perlu dicermati adalah tentang frekuensi makan, jenis makanan dan jumlah
makanan. Khusus untuk remaja perempuan banyak yang melakukan diet, hal
ini perlu diperhatikan karena akan mempengaruhi masukan zat-zat gizi. Besi
penting untuk anak perempuan untuk menghindari anemia. Kalsium penting
untuk pertumbuhan tinggi badan anak.
5.4.Pedoman Umum Gizi Seimbang
Pengembangan pedoman gizi seimbang baik untuk petugas ataupun
masyarakat adalah salah satu strategi dalam mencapai perubahan pola
konsumsi makanan yang ada si masyarakat dengan tujuan akhir yaitu
tercapainya status gizi masyarakat yang lebih baik.
Bahan makanan dikelompokkan berdasarkan fungsi utama zat gizi
dalam ilmu gizi yang dipopulerkan dengan istilah ”Tri Guna Makanan”.
1. Zat tenaga; yaitu padi-padian dan umbi-umbian serta tepung-tepungan.
2. Zat pengatur; yaitu sayuran dan buah-buahan.
3. Zat pembangun; yaitu kacang-kacangan, makanan hewani dan hasil
olahan.
Upaya untuk menanggulangi masalah gizi ganda, yakni gizi kurang
dan gizi lebih, adalah membiasakan mengonsumsi hidangan sehari-hari
dengan susunan zat gizi yang seimbang. Maka dari itu ada 13 Pesan Dasar
Gizi Seimbang yang perlu diikuti:
22
a). Makanlah Aneka Ragam Makanan
Makanan yang beranekaragam merupakan makanan yang
mengandung unsur-unsur zat gizi yang diperlukan tubuh baik kualitas
maupun kuantitasnya, yang dalam pelajaran ilmu gizi disebut triguna
makanan, yaitu makanan yang mengandung zat tenaga, pembangun dan
zat pengatur. Kekurangan salah satu zat gizi tertentu pada satu jenis
makanan, akan dilengkapi oleh zat gizi serupa dari makan yang lain.
Makanan sumber zat tenaga antara lain : Beras, jagung, gandum, ubi
kayu, ubi jalar, kentang, sagu, roti dan mi. Minyak, margarin dan santan
yang mangandung lemak juga dapat menghasilkan tenaga. Makanan
sumber zat tenaga menunjang aktivitas sehari-hari.
Makanan sumber zat pembangun yang berasal dari bahan makanan
nabati adalah kacang-kacangan, tempe tahu. Sedangkan yang berasal dari
hewan adalah telur, ikan, ayam, daging, susu serta hasil olahan seperti
keju. Zat pembangunan berperan sangat penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan kecerdasan seseorang.
Makanan sumber zat pengatur adalah semua sayur-sayuran dan buah-
buahan. Makanan ini mengandung berbagai vitamin dan mineral, yang
berperan untuk melancarkan bekerjanya fungsi organ tubuh.
Keanekaragaman makanan dalam hidangan sehari-hari yang
dikonsumsi, minimal harus berasal dari satu jenis makanan sumber zat
tenaga, satu jenis makanan zat pembangaun dan satu jenis makan sumber
zat pengatur. Ini adalah penerapan prinsip penganekaragaman yang
minimal. Idealnya jika setiap kali makan, hidangan tersebut terdiri dari 4
kelompok makanan (makanan pokok, lauk pauk, sayur dan buah).
Memakan makanan dengan seimbang dan serat yang cukup (25-35
gram/hari) dapat mencegah atau memperkecil kemungkinan terjadinya
penyakit degeneratif seperti misalnya, jantung koroner, darah tinggi,
diabetes melitus, dan sebagainya.
23
b). Makanlah Makanan Untuk Memenuhi Kecukupan Energi
Setiap orang dianjurkan makan makanan yang cukup mengandung
energi agar dapat hidup dan melaksanakan kegiatan sehari-hari, seperti
bekerja, belajar, berolah raga, berekreasi, kegiatan sosial dan kegiatan
yang lain. Kebutuhan energi dapat dipenuhi dengan mengonsumsi
makanan sumber karbohidrat, protein dan lemak. Kecukupan masukan
energi bagi seseorang ditandai oleh berat badan yang normal.
Konsumsi energi yang melebihi kecukupan akan disimpan sebagai
cadangan di dalam tubuh berbentuk lemak atau jaringan lain. Apabila
keadaan ini berlanjut akan menyebabkan kegemukan disertai berbagai
gangguan kesehatan. Antara lain tekanan darah tinggi, penyakit jantung,
diabets melitus. Tetapi apabila konsumsi energi kurang, maka cadangan
energi dalam tubuh yang berada dalam jaringan otak atau lemak akan
digunakan untuk menutupi kekurangan tersebut. Apabila hal ini berlanjut,
maka dapat menurunkan daya kerja, prestasi belajar dan kreativitas.
Kemudian diikuti oleh menurunnya produktivitas kerja, merosotnya
prestasi belajar dan prestasi olah raga.
c). Makanlah Makanan Sumber Karbohidrat Setengah Dari Kebutuhan
Energi
Terdapat dua kelompok karbohidrat, yaitu karbohidrat kompleks
dan karbohidrat sederhana. Makanan sumber karbohidrat kompleks adalah
padi-padian (beras, jagung, gandum); umbi-umbian (singkong, ubi jalar,
kentang); dan makanan lainnya seperti tepung, sagu, dan pisang.
Sedangkan gula sebagai karbohidrat sederhana, tidak mengandung zat gizi
lain. Konsumsi gula yang berlebih dapat mengurangi peluang terpenuhinya
zat gizi lain.
Proses pencernaan dan penyerapan karbohidrat kompleks di dalam
tubuh berlangsung lebih lama dari pada karbohidrat sederhana. Sehingga
dengan mengkonsumsi karbohidrat kompleks, orang tidak segara merasa
lapar. Sedangkan gula atau karbohidrat sederhana langsung dapat diserap
24
dan dipergunakan tubuh sebagai energi, sehingga cepat menimbulkan rasa
lapar.
Konsumsi gula sebaiknya dibatasi sampai 5% dari jumlah
kecukupan energi atau sekitar 3-4 sendok makan setiap hari. Konsumsi
gula yang berlebihan akan menyebabkan konsumsi energi yang berlebih
dan disimpan dalam jaringan tubuh/lemak. Apabila hal ini berlangsung
lama dapat mengakibatkan kegemukan.
Berbagai penelitian menyatakan bahwa gula merupakan media
yang baik bagi pertumbuhan bakteri yang dapat merusak gigi. Rusaknya
gigi oleh bakteri disebut keries. Makanan sumber karbohidrat kompleks
merupakan sumber energi utama dalam hidangan di Indonesia, seperti
nasi, jagung, ubi atau sagu. Tetapi makanan sumber karbohidrat kompleks
ini kurang memberikan zat gizi lain yang diperlukan tubuh. Oleh karena
itu, makanan sumber karbohidrat ini harus dibatasi konsumsinya sekitar
50-60% dari kebutuhan energi. Dengan demikian, kekurangan zat gizi
yang lain dapat dipenuhi dari sumber zat pembangun dan pengatur.
d). Batasi Konsumsi Lemak dan Minyak sampai Seperempat dari
Kecukupan Energi
Lemak dan minyak yang terdapat di dalam makanan berguna untuk
meningkatkan jumlah energi, membantu penyerapan vitamin-vitamin A,
D, E, dan K, serta menambah lezatnya hidangan.
Ditinjau dari kemudahan proses pencernaan, lemak terbagi 3
golongan, yaitu:
a. Lemak yang mengandung asam lemak tak jenuh ganda. Merupakan
lemak yang paling mudah dicerna.
b. Lemak yang mengandung asam lemak tak jenuh tunggal. Merupakan
lemak yang mudah dicerna.
c. Lemak yang mengandung asam lemak jenuh. Merupakan lemak yang
sulit dicerna.
Makanan yang mengandung asam lemak tak jenuh ganda dan tak
jenuh tunggal umumnya berasal dari makanan nabati, kecuali minyak
25
kelapa. Makanan sumber asam lemak jenuh umumnya berasal dari hewani.
Konsumsi lemak dan minyak yang paling sedikit 10% dari kebutuhan
energi.
Potensi lemak dan minyak sebagai sumber energi terhitung lebih
tinggi dari pada karbohidrat dan protein. Tiap gram lemak menghasilkan 9
kg kalori, sedangkan karbohidrat dan protein hanya 4 kg kalori. Selain
berpotensi tinggi kalori, lemak juga relatif lama berada dalam sistem
pencernaan dibandingkan dengan protein dan karbohidrat, sehingga lemak
menimbulkan rasa kenyang yang lebih lama. Jika seseorang
mengkonsumsi lemak dan minyak secara berlebihan akan mengurangi
konsumsi makanan lain. Akibatnya, kebutuhan zat gizi yang lain tidak
terpenuhi. Dianjurkan mengkonsumsi lemak dan minyak dalam makanan
sehari-hari tidak lebih dari 25% dari kebutuhan energi.
Bagi kebanyakan penduduk Indonesia, khususnya yang tinggal di
pedesaan, konsumsi lemak/minyak masih sangat rendah sehingga masih
perlu ditingkatkan. Sedangkan konsumsi lemak pada penduduk
diperkotaan sudah harus diwaspadai, karena cenderung berlebihan. Mereka
yang sudah berlebihan mengkonsumsi lemak harus segera menurunkan
secara bertahap, dengan cara mengurangi konsumsi makanan berlemak
tinggi, termasuk mengurangi konsumsi makanan bersantan dan yang
digoreng. Komposisi konsumsi lemak yang dianjurkan adalah:
a) 2 bagian makanan yang mengandung sumber lemak nabati
b) 1 bagian mengandung sumber lemak hewani.
e). Gunakan Garam Beryodium
Garam beryodium adalah garam yang telah diperkaya dengan KIO3
(Kalium Iodat) sebanyak 30-80 ppm. Sesuai Keppres No. 69 tahun 1994,
semua garam yang beredar di Indonesia harus mengandung yodium.
Kebijaksanaan ini berkaitan erat dengan masih tingginya kejadian
Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) di Indonesia.
GAKY merupakan masalah gizi yang serius, karena dapat
menyebabkan penyakit gondok dan kretin. Kekurangan unsur yodium
26
dalam makanan sehari-hari, dapat pula menurunkan tingkat kecerdasan
seseorang. Indonesia saat ini diperkirakan kehilangan 140 juta I.Q point
akibat GAKY. Perhitungan ini didasarkan pada klasifikasi pengurangan
I.Q point sebagai berikut :
1. Kretin (GAKY berat) = 50 point
2. Gondok = 5 point
3. Bayi di daerah GAKY = 10 point
4. GAKY bentuk lain = 10 point
Catatan:
1. Rata-rata IQ manusia normal = 110
2. IQ dibawah 80 point tergolong bodoh
3. IQ point merupakan ukuran kemampuan seseorang dalam hal
berpikir, memecahkan masalah dan menyesuaikan diri dengan
keadaan yang baru.
Seperti halnya anemia gizi besi, anak sekolah yang menderita
GAKY biasanya memerlukan waktu yang relatif lebih lama untuk
menyelesaikan tingkat pendidikan formal tertentu. Bahkan mereka yang
menderita GAKY tingkat berat (kretin, kretinoid) tidak mampu menyerap
pelajaran pendidikan dasar.
Untuk menghindari pengaruh sampingan dari konsumsi garam
beryodium yang berlebihan, maka dianjurkan untuk mengkonsumsi garam
tidak lebih dari 6 gram per orang per hari (2 gram tiap 1000 kilo kalori),
atau satu sendok teh setiap hari. Garam beryodium sebaiknya disimpan
ditempat kering dan terhindar dari panas dan sinar matahari.
f). Makanlah Makanan Sumber Zat Besi
Zat besi (Fe) adalah salah satu unsur penting dalam proses
pembentukan sel darah merah. Zat besi secara alamiah diperoleh dari
makanan. Kekurangan zat besi dalam makanan sehari-hari secara
berkelanjutan dapat menimbulkan penyakit anemia gizi atau yang dikenal
sebagai penyakit kurang darah.
27
Anemia Gizi Besi (AGB) terutama banyak diderita oleh wanita
hamil, wanita menyusui, dan wanita usia subur. Kelompok lain yang
rawan AGB adalah anak balita, anak usia sekolah, dan buruh serta tenaga
kerja berpenghasilan rendah.
Sumber utama zat besi adalah bahan pangan hewani dan kacang-
kacangan serta sayuran berwarna hijau tua. Kesulitan utama untuk
memenuhi kebutuhan zat besi adalah rendahnya tingkat penyerapan zat
besi di dalam tubuh, terutama sumber zat besi nabati hanya diserap 1-2%.
Sedangkan tingkat penyerapan zat besi makanan asal hewani dapat
mencapai 10-20%. Ini berarti bahwa zat besi pangan asal hewani (heme)
lebih mudah diserap daripada zat besi pangan asal nabati (non heme).
Keanekaragaman konsumsi makanan berperan penting dalam
membantu meningkatkan penyerapan Fe di dalam tubuh. Kehadiran
protein hewani seperti daging, ikan dan telur, vitamin C, vitamin A, Zink
(Zn), asam folat, zat gizi mikro lain dapat meningkatkan penyerapan zat
besi dalam tubuh.
Tanda-tanda anemia gizi besi (AGB) antara lain : pucat, lemah lesu,
pusing dan penglihatan sering berkunang-kunang. Apabila dilakukan
pemeriksaan kadar Hb dalam darah, maka angka Hb dari kurang normal.
Bila terjadi pada anak sekolah, anemia gizi akan mengurangi kemampuan
belajar. Adapun ambang batas normal kadar Hb untuk berbagai kelompok
adalah sebagai berikut:
1. Anak Balita : 11 gram %
2. Anak Sekolah : 12 gram %
3. Wanita dewasa : 12 gram % dan Laki-laki dewasa : 13 gram %
4. Ibu hamil dan menyusui eksklusif : 11 gram %
g). Berikan ASI saja pada Bayi sampai 6 bulan dan Tambahkan MP-ASI
Sesudahnya
Air Susu Ibu (ASI) adalah makanan terbaik untuk bayi. Tidak ada
satupun makanan lain yang dapat menggantikan ASI, karena gizi, aspek
28
kekebalan asapek kejiwaan, berupa jalinan kasih sayang yang penting
untuk perkembangan mental dan kecerdasan anak.
Untuk mendapatkan manfaat yang maksimal dari ASI, maka ASI
harus diberikan kepada bayi sesegera mungkin setelah dilahirkan (dalam
waktu 30 menit setelah lahir), karena daya isap bayi pada saat itu paling
kuat untuk merangsang produksi ASI selanjutnya. ASI yang keluar
pertama kali sampai beberapa hari setelah persalinan disebut kolostrom.
Kolostrom mengandung zat kekebalan, vitamin A yang tinggi, lebih kental
dan berwarna kekuning-kuningan. Oleh karena itu, kolostrom harus
diberikan kepada bayi. Sekalipun produksi ASI pada hari-hari pertama
baru sedikit, namun mencukupi kebutuhan bayi. Hindari pemberian air
gula, air tajin dan makanan pralaktal lain (selain ASI lancar diproduksi).
Pada usia 0-6 bulan, bayi hanya diberi ASI saja (pemberian ASI
Eksklusif), karena produksi ASI pada periode tersebut sudah mencukupi
kebutuhan bayi untuk tumbuh kembang yang sehat. ASI Eksklusif yaitu
pemberian hanya air susu ibu saja tanpa tambahan cairan atau makanan
lain. Agar pemberian ASI Eksklusif dapat berhasil, selain tidak
memberikan susu formula, perlu pula diperhatikan cara menyesui yang
baik dan benar, yaitu tidak dijadwal, ASI diberikan sesering mungkin,
termasuk menyusui pada malam hari. Apabila pada periode ini, bayi
dipaksa menerima makanan selain ASI, maka akan timbul gangguan
kesehatan pada bayi, seperti diare, alergi dan bahaya yang fatal. Tanda
bahwa ASI Eksklusif memenuhi kebutuhan bayi antara lain : bayi tidak
rewel, dan tumbuh sesuai grafik pada Kartu Menuju Sehat (KMS).
Keadaan gizi ibu yang baik selama hamil dan menyusui, serta
persiapan psikologis selama kehamilan, akan menunjang keberhasilan
menyusui. Kegagalan pemberian ASI eksklusif akan menyebabkan
berkurangnya jumlah sel-sel otak bayi sebanyak 15-20%, sehingga
menghambat perkembangan kecerdasan bayi pada tahap selanjutnya.
MP – ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung gizi
yang diberikan kepada bayi/anak untuk memenuhi kebutuhan gizinya
selain ASI setelah umur 6 bulan. Pada umur 6 bulan (masa transisi), bayi
29
terus minum ASI dan mulai diperkenalkan dengan Makanan Pendamping
ASI (MP – ASI). MP-ASI berbentuk lumat atau setengah cair. Ingat
berikan ASI dahulu baru MP – ASI.
Pada umur 6-9 bulan, kuantitas dan kualitas MP-ASI perlu
diperhatikan, MP-ASI diberikan sesuai umur bayi, minimal diberikan 3x
sehari. Porsi MP-ASI setiap kali makan sebagai berikut:
1. Pada umur 6 bulan, berikan minimal 6 sendok makan;
2. Pada umur 7 bulan, berikan minimal 7 sendok makan;
3. Pada umur 8 dan 9 bulan, berturut-turut berikan 8 dan 9 sendok makan.
Sejak umur 10 bulan, makanan keluarga perlu diperkenalkan
kepada bayi, agar pada saat berumur 12 bulan, bayi sudah dapat makan
bersama keluarga. Porsi makanan anak 12 bulan kira-kira separuh dari
porsi orang dewasa. Pemberian ASI tetap diteruskan sampai bayi berumur
2 tahun. Makanan selingan yang bergizi (bubur kacang hijau, biskuit,
pepaya/jeruk) perlu ditambahkan. Pada umur 23 bulan, secara bertahap
anak perlu disapih. Antara lain dengan menjarangkan waktu menyusui.
h). Biasakan Makan Pagi
Makan pagi atau sarapan sangat bermanfaat bagi setiap orang. Bagi
anak sekolah, makan pagi dapat meningkatkan konsentrasi belajar dan
memudahkan menyerap pelajaran, sehingga prestasi belajar menjadi lebih
baik. Membiasakan makan pagi pada anak memang terasa sulit. Adanya
citra makan pagi sebagai suatu kegiatan yang dirasakan menjengkelkan
perlu diubah menjadi salah satu kebiasaan yang disukainya.
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengubah citra tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Anak-anak perlu dibiasakan bangun lebih pagi, agar tersedia waktu
yang cukup
2. Para orang tua hendaknya memberi contoh yang baik, yaitu
membiasakan makan pagi
3. Pada saat makan pagi, sebaiknya anak ditemani oleh salah seorang
anggota keluarga
30
4. Orang tua dan guru hendaknya tidak bosan mengingatkan anak untuk
selalu makan pagi, dan memberi penjelasan mengenai manfaat makan
pagi
5. Bagi anak yang tidak sempat makan pagi, sebaiknya makanan dibawa
ke sekolah
6. Untuk membiasakan anak-anak yang belum biasa makan pagi, perlu
memakai cara bertahap. Mula-mula diberikan makan pagi dengan
takaran (porsi) sedikit, kemudian secara bertahap, porsi makanan
ditambah sesuai dengan anjuran.
Kebiasaan makan pagi juga membantu seseorang untuk memenuhi
kecukupan gizinya sehari-hari. Jenis hidangan untuk makan pagi dapat
dipilih dan disusun sesuai dengan keadaan. Namun akan lebih baik bila
terdiri dari makanan sumber zat tenaga, sumber zat pembangun dan
sumber zat pengatur.
Seseorang yang tidak makan pagi memiliki risiko menderita
gangguan kesehatan berupa menurunya kadar gula darah dengan tanda-
tanda antara lain : lemah, keluar keringat dingin, kesadaran menurun
bahkan pingsan. Bagi anak sekolah, kondisi ini menyebabkan merosotnya
konsentrasi belajar yang mengakibatkan menurunya prestasi belajar.
Kebiasaan menghindari makanan pagi dengan tujuan untuk menurunkan
berat badan, jelas merupakan kekeliruan yang dapat mengganggu kondisi
kesehatan. Bagi seseorang yang tidak sempat makan pagi di rumah, agar
tetap mengupayakan makan pagi di tempat lain yang memungkinkan.
i). Minumlah Air Bersih yang Aman dan Cukup Jumlahnya
Air minum harus bersih dan aman. Aman berarti bersih dan bebas
kuman. Air minum harus dididihkan terlebih dahulu. Fungsi air dalam
tubuh adalah:
1. Melancarkan transportasi zat gizi dalam tubuh
2. Mengatur keseimbangan cairan dan garam mineral dalam tubuh
3. Mengatur suhu tubuh
4. Melancarkan dalam proses buang air besar dan kecil
31
Untuk memenuhi fungsi tersebut di atas, cairan yang dikonsumsi
orang dewasa, terutama air minum, sekurang-kurangnya 2 liter atau setara
dengan 8 gelas setiap hari. Untuk anak disarankan sebanyak 6 gelas per
hari. Selain itu, mengonsumsi cukup cairan dapat mencegah dehidrasi atau
kekurangan cairan tubuh, dan dapat menurunkan risiko penyakit batu
ginjal.
j). Lakukan Aktivitas Fisik Secara Teratur
Aktivitas fisik sangat bermanfaat bagi setiap orang. Karena dapat
meningkatkan kebukaran, mencegah kelebihan berat badan, meningkatkan
fungsi jantung, paru dan otot serta memperlambat proses penuan. Seseorang
yang sehat dapat melakukan aktvitas fisik setiap hari tanpa kelelahan yang
berarti.
Olah raga harus dilakukan secara teratur. Macam dan takaran olah
raga berbeda menurut usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan dan kondisi
kesehatan. Ketidakseimbangan antara makanan yang dikonsumsi dan aktivitas
fisik, banyak dijumpai di kalangan tertentu.
k). Hindari Minum Minuman Berakohol
Seseorang yang minum-minuman beralkohol akan sering buang air
kecil sehingga menimbulkan rasa haus. Orang ini akan mengatasi rasa hausnya
dengan minum minuman beralkohol lagi. Alkohol hanya mengandung energi,
tetapi tidak mengandung zat gizi lain. Kebiasan minum minuman beralkohol
dapat mengakibatkan:
1. Terhambatnya proses penyerapan gizi
2. Hilangnya zat-zat gizi yang penting, meskipun orang tersebut
mengkonsumsi makanan bergizi dalam jumlah yang cukup,
3. Kurang gizi,
4. Penyakit gangguan hati,
5. Kerusakan saraf otak dan jaringan.
Disamping itu minum minuman beralkohol dapat menyebabkan
ketagihan dan kehilangan kendali diri. Hal ini dapat menjadi faktor
pencetus ke arah tindak kriminal.
32
l). Makanlah Makanan yang aman Bagi Kesehatan
Selain harus bergizi lengkap dan seimbang makanan harus juga
layak konsumsi, sehingga aman bagi kesehatan. Makanan yang aman
adalah makanan yang bebas dari kuman dan bahan kimia berbahaya, serta
tidak bertentangan dengan keyakinan masyarakat. Makanan yang tidak
bertentangan dengan keyakinan atau norma agama dikenaldengan istilah
“halal”.
Selama ini, konsep “halal” yang lazim dipergunakan dalam kaidah
agama Islam, sering diartikan secara sempit. Konsep makanan halal dalam
arti luas, selain tidak beralkohol dan bukan daging babi, adalah makanan
yang harus diolah atau dipersiapkan secara hygienis, sehingga tidak
mengandung cemaran yang dapat membahayakan kesehatan manusia.
Agar makanan atau masakan dapat memenuhi syarat-syarat halal
dan aman untuk dikonsumsi, maka sejak bahan makanan tersebut
ditanam/diternakan sampai siap disantap, maka maka makanan harus
diperlukan secara baik dan benar.
Sejak pengolahan dan pengemasan di pabrik sampai makanan
diangkut dan dipasarkan ke tingkat pengecer/pedagang atau langsung ke
konsumen, harus dilakukan dengan cara baik dan benar. Sedangkan cara
penanganan makananyang baik di rumah tangga meliputi cara-cara :
mempersiapkan, menyimpan, mencuci, mengolah/memasak, menyimpan
makanan matang, yang baik dan benar.
Tanda-tanda umum bagi makanan yang tidak aman bagi kesehatan
antara lain : berlendir, berjamur, aroma dan rasa atau warana makanan
berubah. Khusus untuk makanan olahan pabrik, bila melewati tanggal
kadaluwarsa, atau terjadi karat/kerusakan pada kemasan, makanan kaleng
tersebut harus segera dimusnahkan. Sebaiknya, makanan dengan tanda-
tanda tersebut tidak dibeli dan tidak dikonsumsi, meskipun harganya
sangat murah. Tanda lain dari makanan yang tidak memenuhi syarat aman,
adalah bila dalam pengolahanya ditambahkan bahan tambahan berbahaya,
seperti asam borax/bleng, formalin, zat pewarna rhodamin B dan methanil
33
yellow, seperti banyak dijumpai pada makanan jajanan pasar. Oleh karena
itu, produsen jajanan pasar perlu diberi penyuluhan.
m). Bacalah Label Pada Makanan yang Dikemas
Label pada makanan yang dikemas adalah keterangan tentang isi,
jenis dan ukuran bahan-bahanyang digunakan, susunan zat gizi, tanggal
kadaluwarsa dan keterangan penting lain. Air minum dalam kemasan, yang
banyak beredar di pasaran, telah diproses seuai dengan ketentuan
pemerintah dan memenuhi syarat-syarat kesehatan. Peraturan perundang-
undangan menetapkan bahwa setiap produk makanan yang dikemas harus
mencantumkan keterangan pada label.
Semua keterangan yang rinci pada label makanan yang dikemas
sangat membantu konsumen pada saat memilih dan mengggunakan
makanan tersebut, sesuai kebutuhan gizi dan keadaan kesehatan konsumen.
Beberpa singkatan yang lazim digunakan dalam label antara lain:
1. MD = makanan yang dibuat di dalam negeri
2. ML = makanan luar negeri (import)
3. Exp = tanggal kadaluarsa, artinya batas waktu makanan tersebut masih
layak dikonsumsi. Sesudah tanggal tersebut, makanan tidak layak
dikonsumsi
4. SNI = Standard Nasional Indonesia, yakni keterangan bahwa mutu
makanan telah sesuai dengan persyaratan
5. SP = Sertifikat Penyuluhan
6. Angka Kecukupan Gizi
Angka Kecukupan Gizi yang dianjurkan (AKG) adalah taraf
konsumsi zat-zat gizi esensial yang berdasarkan pengetahuan ilmiah
dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan hampir semua orang sehat.
34
Tabel 3. Angka Kecukupan Gizi Energi dan Protein Anak Usia 10-12
Tahun
No Jenis
Kelamin
Energi
(kkal)
Karbohidrat
(g)
Protein
(g)
Lemak
(g)
1 Perempuan 2050 1025 50 512.5
2 Laki-laki 2050 1025 50 512.5
Sumber : DepKes RI 2004
Angka tersebut sudah memperhitungkan variasi kebutuhan
individu, sehingga kecukupan ini setara dengan kebutuhan rata-rata
ditambah jumlah tertentu untuk mencapai tingkat aman (safe level).
Kecukupan gizi tersebut sudah mencakup kurang lebih 97,5 persen
populasi untuk dapat hidup sehat. Kecukupan gizi antar individu
sebetulnya sangat bervariasi yang dipengaruhi oleh jenis kelamin, berat
badan, umur, tinggi badan, keadaan fisiologis, aktivitas, metabolisme
tubuh, dan sebagainya.
Kegunaan angka kecukupan gizi;
a. Menetukan kecukupan makanan
b. Merencanakan bantuan makanan dalam rangka program
kesejahteraan rakyat
c. Mengevaluasi tingkat kecukupan penyediaan pangan untuk
kelompok tertentu
d. Menilai tingkat konsumsi individu maupun masyarakat.
e. Menilai status gizi masyarakat
f. Merencanakan fortifikasi makanan
g. Merencanakan KIE di bidang gizi termasuk penyusunan PUGS
h. Merancanakan kecukupan gizi institusi
i. Membuat label gizi pada kemasan produk makanan industri
35
II.2 Kerangka Teori
Status Gizi Anak
Status Infeksi
Pola Konsumsi Makan
Outcome
Sebab Langsung
Sebab Tidak
Langsung
Jenis Frekuensi Jumlah
Daya Beli, Akses Pangan, Akses Informasi dan Akses Kesehatan
Politik, Ekonomi, Sosial, Budaya, Pendidikan
Pola Asuh, Pemberian Makan,
Pola Asuh Psikososial,
Penyediaan Makan, Kebersihan dan
Sanitasi
Ketersediaan dan Pola
Konsumsi Rumah Tangga
Pelayanan Kesehatan
dan Kesehatan
Lingkungan
Variabel yang diteliti
Variabel yang tidak diteliti
Keterangan Gambar :
36
II.3 Kerangka Konsep
II.4 Hipotesis
Ho : Tidak ada hubungan antara pola konsumsi makan dengan status gizi anak
kelas 6 di SDN PB Kelapa Dua Tangerang Tahun Ajaran 2010-2011.
Ha : Ada hubungan antara pola konsumsi makan dengan status gizi anak kelas
6 di SDN PB Kelapa Dua Tangerang Tahun Ajaran 2010-2011.
Status Gizi
Frekuensi Makan
- Makan Pagi - Makan Siang - Makan Malam - Selingan
VARIABEL INDEPENDEN VARIABEL DEPENDEN
Jenis Makanan