1196929109_zoonosis

23

Click here to load reader

Upload: gafurcoy

Post on 04-Jul-2015

33 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: 1196929109_zoonosis

WASPADA PENYAKIT ZOONOSIS PADA MUSIM HUJAN

1 Penyakit yang secara alami dapat dipindahkan dari hewan vertebrata ke manusia atau sebaliknya.

2 Ada ± 150 penyakit zoonosa di dunia. Di Indonesia terdapat lebih dari 50 zoonosis antara lain: rabies, pes, anthrax, taeniasis/cysticercosis, JE, leptospirosis, toxoplasmosis, bovine tubercullosis, schistosomiasis, flu burng, sapi gila dsb

1. JAPANESE ENCEPHALITIS (Radang otak)

Tergolong penyakit Emerging infectious diseases & emerging zoonotic diseases

Japanese Encephalitis (JE) adalah : Penyakit infeksi virus pada susunan saraf pusat (SSP) disebarkan melalui gigitan nyamuk dengan perantaraan hewan lain, terutama babi

GEJALA KLINIS JE :

1. Keluhan awal: demam, nyeri kepala, kuduk kaku, kesadaran menurun , tremor, kejang2. Keluhan lanjutan : kaku otot, koma, napas abnormal, dehidrasi, berat badan menurun 3. Keluhan lain : rf. tendon meningkat, paresis, suara pelan & parau

MASA INKUBASI PENYAKIT JE :

Masa inkubasi 4 – 14 hariAda empat stadium klinis :1. Stadium prodromal: 2-3 hari2. Stadium Akut : 3-4 hari3. Stadium subakut : 7-10 hari4. Stadium konvalesen : 4-7 minggu

1

Page 2: 1196929109_zoonosis

TATA LAKSANA PENDERITA 1 Cairan : atasi dehidrasi, keseimbangan elektrolit2 Analgetik & antipiretik3 Pemberian makanan bergizi baik4 Pengawasan jalan napas5 Pengendalian kejang6 Antiviral (-)7 Simtomatis & suportif

1. Awasi tanda vital1 Rutin dan seksama2 Gagal napas resusitasi3 Oksigen4 Renjatan segera diatasi

2. Menurunkan panas:1 Penting untuk mengatasi kejang 2 Antipiretik : parasetamol atau asetaminofen, ibuprofen3 Suportif : - istirahat, - kompres

3. Menurunkan tekana intrakranialManitol : menarik cairan ekstravaskular ke pembuluh darah otak:1 Dosis awal 200 mg/kg IV 3-5’2 Dewasa : urin 30-50 ml/jam setelah 2-3 jam3 Anak : urin 1 ml/jam 4 setelah 2-3 jam

Fungsi ginjal adekuat :

Dewasa : 1,5-2 g/kg lar. 15-20-25% IV 1 jam

2

Page 3: 1196929109_zoonosis

Anak <12 th : 0,25-1 g/kg lar 20% IV 20-30’ diulang 4-6 jamAnak > 12 th = dewasa

Evaluasi kardiovaskular : Cegah pseudoaglutinasi : 20 mEq NaCl / liter lar. Manitol

Bila transfusi bersamaan

Posisi ½ duduk netral, kepala 20-30º

4. Mempertahankan fungsi metabolisme otak :

Cairan mengandung glukosa 10% kadar gula darah 100-150 mg/dl

Metabolisme otak meningkat terjadi hipertermia dan kejang

5. Pemberian antibiotik

1 Atasi infeksi sekunder: Pneumonia, ISK, dekubitus

2 Berdasarkan hasil biakan dan uji resistensi

Pasca rawat : rehabilitasi medis

UPAYA PENCEGAHAN

A. Penyuluhan masyarakatB. Pengendalian vektorC. Hindari gigitan nyamukD. Jauhkan kandang babiE. Vaksinasi

3

Page 4: 1196929109_zoonosis

PENGENDALIAN VEKTOR :

□ Konvensional : □ penyemprotan insektisida efek residu□ Semprot ruangan□ Larvasida dan pengaliran air

Vaksin JEa. Live attenuated vaccineb. Inactivated vaccine :

•Otak tikus•Ginjal hamster

Dalam penelitian : • Vaksin DNA• JE-yellow fever chimeric vaccine

Siklus penularan JE

2. LEPTOSPIROSIS

1 Bersifat zoonosis

2 Disebut juga Weil’S Disease, Haemorrhagic Jaundice

3 Merupakan penyakit yang berhubungan erat dengan pekerjaan.

4 Merupakan penyakit reemerging disease

5 Bersifat musiman :

4

Page 5: 1196929109_zoonosis

Iklim sedang : puncak insiden musim panas dan gugur.

Iklim tropis : puncak insiden musim hujan

SUMBER PENULARAN

1. Rodent ( Tikus )

2. Sapi, Kambing, Domba, Kuda, Babi

3. Anjing, Kucing

4. Burung

5. Insektivora ( Landak, Kelelawar, Tupai )

CARA PENULARAN :

Kontak dengan bahan yang tercemar air kemih hewan yang sakit leptopspirosis, melalui :1 Selaput lendir (mucosa) mata, hidung2 Kulit yang lecet atau kulit yang intak, tetapi terendam lama dalam air3 Saluran pencernakan

Penularan dari manusia ke manusia jarang terjadi

MASA INKUBASI :

1 Masa inkubasi 4 – 19 hari,( rata – rata 10 hari)

5

Page 6: 1196929109_zoonosis

DAERAH RAWAN

A. Kriteria1 Daerah rawan banjir 2 Daerah rawa/ lahan gambut3 Daerah persawahan/ peternakan4 Daerah pasang surut5 Daerah kumuh

B. Tindakan● Peningkatan kewaspadaan pada daerah rawan dengan pencarian/ penemuan tersangka / penderita. di unit pelayanan kesehatan (UPK)

melalui pemeriksaan klinis yang mengarah pada leptospirosis ● Pengobatan penderita/ tersangka.

Pengambilan sediaan bila ditemukan panderita/ tersangka leptospirosis

PENCEGAHAN A. Personal hygieneB. Pakaian pelindung (pembersih septick tank, dll)C. Sanitasi lingkungan, termasuk sanitasi kolam renangD. Pada hewan

● rodent control● vaksinasi hewan● cara memelihara hewan yang sehat

MANIFESTASI BERVARIASI ● Sub klinik ● Demam anikterik ringan : 90 % ● Demam ikterik berat : 10 %

1 Manifestasi tergantung ● Serovar leptospira● Usia

6

Page 7: 1196929109_zoonosis

● Kerentanan● Nutrisi

2. Onset leptospirosis mendadak, ditandai:1. Demam yang remittent, nyeri kepala, myalgia. conjungtiva suffusion, uveitis, iridosiklitis2. Limfadenopati, splenomegali, hepatomegali, rash makulo bisa ditemukan meski jarang3. Didapatkan pleiositosis di cls meningitis aseptik pada < 25 % kasus dan 60 % pd. Anak < 14 th4. Torniquet positip bisa terjadi5. Kematian jarang terjadi, di cina dilaporkan 2 – 4 %6. Self limited7. Gejala klinik menghilang dalam 2 – 3 minggu

3. Perjalanan penyakit berlangsung cepat, ditandai dengan:

o Demam dapat persistento Ikteruso Perdarahano Gagal ginjal akut : 16 % - 40 %o Kadar billirubin meningkat tinggio Azotemia, oliguria, urinuria terjadi pada minggu ke 2, tetapi dapat juga terjadi pada hari ke 3 setelah onset

Komplikasi dapat melibatkan multi sistem :

1 Paru : 20 % - 70 %, batuk, nyeri dada, hemophtysis, adrs, efusi pleura infiltrate alveola sesak 2 Jantung : myocarditis congestive heart failure. gangguan irama jantung, kelainan gambar EKG, hipotensi sering dijumpai3 komplikasi berat dapat menyebabkan kematian ( 54 % )

7

Page 8: 1196929109_zoonosis

3. PENYAKIT ANTRAKS :

1 Bersifat zoonosis2 Disebut juga radang limpa, radang kura, malignant pustula, malignant edema, woolsorters disease, charbon3 Merupakan penyakit yang berhubungan sangat erat dg pekerjaan .4 Dikenal sejak zaman mesir kuno, wabah pertama di indonesia tahun 1832 di Kab Kolaka – Sultra5 Endemis di DKI, JABAR, JATENG, NTB,NTT, JAMBI, SUMBAR, SULTRA, SULTENG, dan PAPUA

ETIOLOGI

1 Agent bacillus anthracis, berbentuk batang, berkapsul2 Virulensi : tergantung toksin dan resistensi host3 Ukuran 1-2 m x 5 – 10 m, non motil4 Membentuk spora, aktif bila masuk tubuh host.5 Spora mati :

a) Bila dioven pada suhu 140 c selama 3 – 4 jamb) Dididihkan pada suhu 100 c selama 10 menitc) Dengan Otoklaf suhu 120 c tekanan 2 atm selama 30 menit.

KAPSUL KUMAN BACILLUS ANTHRACIS :

□ Menghalangi fagositosis□ Membentuk toksin□ Toksin mempengaruhi : endotel vaskuler, edema, agregasi platelet, trombosis, gangren□ Kematian

PENULARAN MENURUT DAERAH:

1 Antraks daerah pertanian (agriculture anthrax): terjadi di daerah pertanian karena pencemaran lingkungan tanah, air, sayuran2 Antraks kawasan industri (industrial anthrax ) : terjadi di daerah industri, misal pabrik wool, industri yang menggunakan

bahan dari hewan 3 Antraks laboratorium : terjadi di laboratorium melalui hewan percobaan kelinci, marmut dan alat – alat laboratorium

8

Page 9: 1196929109_zoonosis

JENIS ANTRAKS:

2 Antraks kulit ( bila tidak mendapat pengobatan ) : 5 – 20 % akan meninggal, tergantung luas jaringan kulit yang terinfeksi3 Antraks gastro intestinal : 25 – 75 % dalam waktu kurang 2 hari4 Antraks paru – paru :75 – 90 % 5 Antraks meningitis : sangat tinggi mendekati 100%

Kematian biasanya pada hari ke 2 – 3 setelah gejala timbul

JENIS ANTRAKS MENURUT GEJALA :

1 Antraks kulit ( cutaneous anthrax ) : melalui kulit yang lecet2 Antraks pencernakan (intestinal antrhax) : melalui saluran pencernakan3 Antraks peranafasan (pulmonary anthrax ) : melalui pernafasan4 Antraks peradangan otak (meningitis anthrax) : akibat komplikasi yang lain

Penularan juga dapat melalui gigitan serangga dan penggunaan alat secara bersama ( sikat gigi, handuk dll)

ANTRAKS KULITPapula → ulcus →vesikula →nekrosis (hitam) disebut malignant pustula sebagai tanda patogonomis antraks.pada penderita yang rentan kuman menyebar melalui sirkulasi darah menimbulkan antraks saluran pencernakan, antraks paru , meningitis antraks

ANTRAKS SALURAN PENCERNAKAN

Kuman/spora→ limfadenitis hemorragik Edema pada dinding usus → gangren

ANTRAKS PARU

9

Page 10: 1196929109_zoonosis

Spora → hidung/tenggorokan→ gejala sub klinis. Spora → dinding alveoli → pneumonia/ peradangan pleura → trombosis pembuluh darah kapiler paru → gagal paru.

Produk toksin dari kuman juga mempengaruhi susunan syaraf pusat yang berakibat pada sentrum pernafasan

KEWASPADAAN DINI

Dalam antisipasi terjadinya kasus antraks di daerah endemis perlu diperhatikan1 Menjelang idul fitri dan idul adha kebutuhan daging meningkat, sehingga sering terjadi pemotongan hewan tidak lewat rumah potong

hewan (RPH)2 Perubahan musim dari kemarau ke musim hujan. permukaan tanah yang tererosi air hujan, maka spora muncul kepermukaan bersama

tunas rumput yang kemudian termakan hewan ternak.

PELAPORAN

Sesuai Undang Undang wabah nomor : 04 tahun 1984 dan permenkes no : 560 tahun 1989, kasus antraks harus dilaporkan dalam 24 jam.

DIAGNOSA

1 Gejala klinik

2 Laboratorium - mikroskopis sediaan hapus dari tempat infeksi :

Antraks kulit : spesimen dari eksudat lesAntraks paru : sputum atau

cairan pleura

Antraks meningitis : pungsi

10

Page 11: 1196929109_zoonosis

lumbalAntraks intestinal : faeses atau cairan ascites

- serologis : ascoli test, fat, elisa- Biakan

TATA CARA PENGAMANANBARANG DIDUGA MENGANDUNG ANTRAKS

1. Jangan membuka lebih lanjut amplop/bungkusan/paket yang mengandung bahan diduga antraks.

2. Jangan menggoyang atau mengosongkan amplop/ bungkusan/ paket yang diduga mengandung bubuk antraks.

3. Hindari semaksimal mungkin bahan yang diduga mengandung kuman antraks tersebar atau tertiup angin atau terhirup.

4. Gunakan sarung tangan atau masker hidung dan mulut, bila tangan atau badan tercemar bubuk yang diduga mengandung spora antraks , cuci tangan atau mandi dengan sabun dan air yang mengalir.

5. Masukkan amplop atau bungkusan seluruhnya kedalam kantong plastik yang kedap udara atau dapat diikat dengan keras, lebih baik bila menggunakan kantong plastik 2 lapis atau lebih.

6. Masukkan kantong plastik kedalam wadah kaleng / stoples kaca berikut sarung tangan, masker dan barang – barang lain yang mungkin telah tercemar bakteri antraks dan beri label “ berbahaya jangan dibuka “

7. Bila bubuk yang diduga mengandung antraks tercecer diruangan, dilakukan penutupan dengan handuk yang dibasahi bahan pemutih cucian/ hypocloride.

8. Letakkan dos dan stoples dalam ruangan yang tidak banyak digunakan oleh orang lain atau ruangan khusus yang terkunci.

4. PENYAKIT SAPI GILA (BSE )

11

Page 12: 1196929109_zoonosis

□ Penyakit sapi gila (Bovine Spongiform Encephalopathy/BSE) adalah penyakit yang disebabkan oleh bahan infeksius yang baru dikenal dan disebut PRION.

□ Agent penyebab BSE adalah PRION□ BSE termasuk salah satu penyakit yg tergolong dalam Transmissible Spongiform Encephalopathy (TSE) yaitu penyakit yg menyerang

susunan syaraf pusat dengan gejala histopatologik utama adanya degenerasi spongiosus atau terbentuknya lubang-lubang kosong di dalam sel-sel otak, dapat menular kepada manusia dan menyebabkan penyakit yang dalam istilah kedokteran disebut Subacute Spongiform Encephalopathy (SSE).

□ BSE lebih banyak menyerang sapi perah dari pada sapi potong □ Saat ini penyakit BSE lebih dikenal dengan penyakit PRION

1. Dunia kesehatan selalu dihadapkan pada fenomena baru setiap kali ilmu pengetahuan dan teknologi berhasil mengungkapkan sesuatu yang baru seperti PRION.

2. PRION PROTEIN (PRP) atau biasa disebut PRION adalah sejenis protein yang diperoleh dari jaringan otak binatang yang terkena penyakit radang otak yang tidak diketahui sebabnya yang disebut bovine spongiform encephalopathy

3. Prion bukan benda hidup yang lengkap layaknya bakteri, virus ataupun protozoa.

4. Prion dapat dibedakan dari virus atau viroid karena tidak memiliki asam nukleat dan oleh karenanya dia tahan terhadap semua prosedur yang bertujuan mengubah atau menghidrolisa asam nukleat termasuk ensim protease, sinar ultraviolet, radiasi dan berbagai zat kimia seperti deterjen, zat yang menimbulkan denaturasi protein seperti obat disinfektan atau pemanasan/perebusan

5. Namun yang mengherankan prion memiliki kemampuan memperbanyak diri melalui mekanisme yang hingga saat ini belum diketahui.

6. Prion sampai sekarang dianggap sebagai benda yang bertanggung jawab terhadap kejadian ensefalopati pada penyakit sapi gila (BSE), Creutzfeldt-Jakob Disease (CJD) , Gerstmann-Straussler Syndrome dan penyakit Kuru sejenis penyakit kelumpuhan yang timbul pada keluarga tertentu . Semuanya memiliki gejala yang sama yaitu jaringan otaknya mengalami degenerasi menjadi benda yang berlubang? lubang kecil seperti layaknya karet busa atau spons dan oleh karena itu disebut sebagai spongiform encephalopathy

TANDA KLINIS PENYAKIT

12

Page 13: 1196929109_zoonosis

SAPI GILA :1 Gangguan Motorik (pergerakan anggota tubuh/kelumpuhan yang terjadi semakin lama semakin berat menimbulkan kematian)2 Ataksia, tremor, kelemahan, haus dan mengalami kegatalan dengan derajat yang hebat. 3 Sensitif terhadap suara dan sinar4 Perubahan perilaku

Penyebaran penyakit BSE/PRION

1 Dari hewan ke hewan, melalui pemberian pakan hewan yang berasal dari hewan sakit (serbuk tulang dll)

2 Hewan ke Manusia, melalui makanan yang berasal dari hewan (sapi) sakit BSE, material medis & produk hewan seperti: enzim, kapsul, vaksin yang menggunakan biakan sel otak yang berasal dari hewan sakit.

3 Manusia ke Manusia, melalui jalur Iatrogenik seperti transplantasi kornea, penggunaan electrode pada EEG, alat-alat nekropsi terkontaminasi, hormon pituitary dan transfusi

RESIKO MASYARAKAT TERKENA PENYAKIT BSE/PRION

1 Karena pola konsumsi makan manusia yang hampir memakan seluruh bagian tubuh sapi/ruminansia termasuk otak dan sop buntut.2 Importasi daging sapi/atau bahan pakan ternak yang berasal dari negara yang belum bebas penyakit BSE3 Importasi bahan-bahan medis yang berasal dari materi sapi/ruminansia terkontaminasi BSE

PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN BSE/PRION

Pencegahan adalah cara terbaik bagi penyakit BSE/PRION, karena hingga kini belum ada obatnya. Maka langkah-langkah yang perlu dipertimbangkan:

1 Meminimalisasi resiko pada manusia akibat penggunaan produk & alat medis yang berasal dari sapi seperti: Seleksi sumber material dari sapi, penggunaan material dari sapi, kondisi pengumpulan material asal sapi dan besarnya material asal sapi yang digunakan, cara pemberian/penggunaan material asal sapi

2 Meminimalisasi resiko pada manusia akibat penggunaan produk & alat medis yang berasal dari manusia seperti: 1). Resiko transmisi dari CJD akibat penggunaan peralatan/ instrumen, hormn pituitary dan durameter2). Resiko transmisi dari CJD akibat penggunaan darah dan produk darah

13

Page 14: 1196929109_zoonosis

1 Resiko transmisi dari CJD akibat konsumsi produk makanan yang berasal dari hewan sapi/ruminansia seperti: 1). Keamanan susu2). Resiko kejadian BSE/Prion pada Domba3). Penggunaan gelatin pada rantai makanan

PENGOBATAN:

Karena sifat dari agent penyakit ini (PRION) sangat unik di dalam tubuh penderita tidak ada respon imunologik maka penggunaan obatpun hanya bersifat SIMPTOMATIS, tidak kausalis.

ANTISIPASI TERHADAP PENYAKIT BSE DI INDONESIA

1. Mengadakan survei dan monitoring ternak sapi pada daerah kantong ternak

2. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan petugas lapangan yang bersentuhan langsung dengan ternak yang rentan penyakit prion.

3. Sosialisasi pada masyarakat luas terutama konsumen produk asal ternak tentang bahaya, cara penanganan dan pengendalian penyakit BSE/PRION

4. Melarang importasi ternak, bahan (pakan, medis dan lainnya) yang dapat menularkan BSE dari negara yang tidak bebas penyakit tersebut.

5. Penegakan Hukum dan aturan yang berlaku setiap kegiatan yang berkaitan dengan peternakan, khususnya masuknya bahan yang dapat menularkan BSE

6. Melarang penggunaan bahan baku pakan ternak yang terbuat dari tepung daging dan tulang sapi/ruminansia (meat and bone meal/MBM) yang tercemar Prion

Informasi Lebih Lanjut HubungiDinkes Propinsi Jawa TimurSubdin P2P-PL, Seksi P2.Telpon. 031 8280650.

SURAT EDARAN MENTERI PERTANIAN

14

Page 15: 1196929109_zoonosis

NOMOR TN.510/94/A/IV/2001 TANGGAL 20 APRIL 2001TENTANG

TINDAKAN PENOLAKAN DAN PENCEGAHAN MASUKNYAPENYAKIT MULUT DAN KUKU (PMK)

I. LANDASAN

1. Berdasarkan laporan dari Badan Kesehatan Hewan Dunia (Office Internationale des Epizooties/OIE),bahwa sejak awal tahun 2000 sampai saat ini telah terjadi wabah penyakit hewan menular PenyakitMulut dan Kuku (PMK) di beberapa negara Asia, Afrika, Amerika Selatan dan Uni Eropa.

2. Dengan berpedoman pada ketentuan dari OIE (OIE Animal Health ode) dan peraturan perundanganyang berlaku di Indonesia, yaitu :

a. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1967 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan;b. Undang-undang Nomor 16 Tahun 1992 tentang Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan;c. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen;d. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 1977 tentang Penolakan dan Pencegahan Penyakit Hewan;e. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1983 tentang Kesehatan Masyarakat Veteriner;f. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2000 tentang Karantina Hewan;g. Keputusan Presiden Nomor 46 Tahun 1997 tentang Karantina Bahan Baku Kulit;h. Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 487/Kpts/Um/6/1981 tentang Pencegahan Pemberantasandan Pengobatan Penyakit Hewan;i. Surat Keputusan Menteri Pertanian Nomor 422/Kpts/LB.720/-6/1988 tentang Peraturan KarantinaHewan.3. Maka dalam rangka penolakan dan pencegahan masuknya PMK ke wilayah Indonesia telah ditetapkantindakan pengamanannya.II. TINDAKAN PENGAMANANA. PELARANGAN MENYELURUHMengingat saat ini di beberapa negara Uni Eropa (Inggris, Irlandia, Perancis dan Belanda) serta dinegara-negara Amerika Selatan (Uruguay, Peru, Brasil dan Argentina) telah terjadi wabah PMK, telahditetapkan bahwa jenis-jenis komoditi hewan, bahan dan hasil hewan serta bahan-bahan ikutannya yangberasal dari seluruh Negara Uni Eropa dan negara-negara Uruguay, Peru, Brasil dan Argentina dilarangdimasukkan ke Indonesia.Komoditas hewan, bahan dan hasil hewan serta bahan ikutannya tersebut, sebagai berikut :

15

Page 16: 1196929109_zoonosis

1. Hewan, bahan asal dan hasil hewan serta bahan ikutannyaa. Hewan jenis ruminansia, babi dan sebangsanyab. Hewan kesayangan seperti anjing, kucing, kuda dan sebangsanya juga hewan percobaan seperticavia, kelinci, hamster dan mencit.c. Hewan jenis unggas termasuk burungd. Bahan asal hewan yaitu daging, susu, semen, embrio dan telure. Bahan hasil hewan yaitu kulit, tulang, bulu, wol, tanduk dan kuku yang mentah atau sudahdiolah.f. Organ tubuh, kelenjar, protein dan ekstraks dari ruminansia dan babig. Bahan ikutan hewan seperti kotoran hewan dan pupuk asal hewan.2. Bahan baku pakan dan pakan hewana. Bahan baku pakan berasal dari hewan yaitu tepung tulang, daging, darah, dan tepung bulu.b. Bahan baku pakan berasal dari biji-bijian, jagung, kacang,kacangan, kedelai dan biji-bijiansebagai bahan baku pakan ternak lainnyac. Pakan hijauan segar ataupun yang sudah diolahd. Pakan jadi dan konsentrat untuk ruminansia dan babie. Pakan jadi yang mengandung bahan asal hewan untuk hewan kesayangan dan unggas3. Peralatan dan mesin serta obat-obatana. Peralatan dan mesin peternakan dan pertanian bekas pakaib. Obat dan obat hewan yang bahan bakunya berasal dari hewan serta hasil olahannya dari hewanruminansia dan babic. Vaksin, antigen, sera dan antisera yang berkaitan dengan virus Penyakit Mulut dan Kuku4. Pelarangan ini berlaku untuk semua komoditi hewan tersebut diatas baik yang diperdagangkanmaupun sebagai tentengan.B. PELARANGAN SEMENTARA1. Tindakan pelarangan menyeluruh terhadap pemasukan komoditas hewan, bahan asal dan hasil hewan,serta bahan ikutannya tersebut di atas, dalam waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal ditetapkannyapelarangan tertanggal 27 Maret 2001 akan dilakukan evaluasi terhadap perkembangan situasi wabahpenyakit dan upaya-upaya pengendaliannya dari masing-masing negara bersangkutan.2. Apabila wabah penyakit dapat dikendalikan dan tidak menjalar ke negara lain, maka bagi negara-negarayang masih dalam kondisi bebas atau telah dinyatakan bebas PMK oleh OIE maka ketentuan pelaranganmenyeluruh akan segera dipertimbangkan untuk dibebaskan kembali selama tidak ada ketentuan yang

16

Page 17: 1196929109_zoonosis

menyangkut penyakit lainnya.Sedangkan bagi negara-negara yang wabahnya terkendali tetapi belum dinyatakan bebas penyakit olehOIE, maka khusus untuk jenis-jenis produk hewan yang telah melalui pengolahan tertentu dan tidakberesiko untuk penularan penyakit serta sesuai dengan ketentuan dan prosedur yang berlaku akandipertimbangkan untuk dikeluarkan dari pelarangan, yaitu :a. Hewan, bahan asal dan hasil hewan(1) Unggas dan hasil produk unggas(2) Anjing, kucing dan sebangsanya(3) Kulit hewan yang sudah diolah (Kulit Wet Blue, Crust dan Kulit Jadi)(4) Bulu, wol dan bulu leher yang sudah diolahb. Bahan baku dan pakan hewan(1) Biji-bijian untuk bahan baku pakan yang telah diolah(2) Pakan hewan untuk hewan kesayangan yang tidak mengandung bahan asal ternak ruminanisadan babi(3) Tepung bulu unggas yang sudah diolahc. Susu olahanSusu olahan berupa susu bubuk, skim, krim, mentega, keju, yoghurt dan susu UHT serta susu yangtelah diolah dengan bahan makanan seperti coklat dan biskuit yang tidak mengandung bahan asalhewan lainnyad. Peralatan dan mesin serta obat-obatan(1) Alat-alat dan mesin peternakan dan pertanian(2) Obat dan vaksin yang tidak berkaitan dengan Penyakit Mulut dan Kuku yang dalam produksinyatidak berhubungan dengan hewan ruminansia dan babi(3) Obat-obatan untuk keperluan kedokteran umum dan kepentingan penelitian yang disesuaikandengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.3. Pertimbangan terhadap produk-produk tertentu sebagaimana tercantum dalam butir B1 dan B2 tersebutdi atas yang dikeluarkan dari pelarangan, berlaku pula terhadap bahan-bahan yang berasal dari negaranegarayang tidak sedang terjangkit wabah.C. PEMBEBASAN MENYELURUHHewan, bahan asal dan hasil hewan serta bahan ikutannya seperti dimaksud pada butir A, dapatdipertimbangkan pembebasannya secara menyeluruh dari pelarangan yaitu apabila negara-negarabersangkutan telah mendapat pernyataan resmi bebas Penyakit Mulut dan Kuku serta penyakit hewan

17

Page 18: 1196929109_zoonosis

menular lain (daftar A) dari Badan Kesehatan Hewan Dunia (Office International des Epizooties).III. HIMBAUANKepada Lembaga-lembaga Pemerintah maupun Swasta dan pihak-pihak yang berkaitan dengan surat edaranini dihimbau untuk dapat mentaatinya dan dapat membantu dalam upaya penolakan dan pencegahanmasuknya Penyakit Mulut dan Kuku ke wilayah Indonesia.Demikian surat edaran ini dikeluarkan untuk dapat diketahui dan dimaklumi oleh semua yang berkepentingan.

Jakarta, 20 April 2001

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIAttd.BUNGARAN SARAGIH

18