115-531-1-pb
TRANSCRIPT
-
8/13/2019 115-531-1-PB
1/7
Buletin Peternakan Vol. 33(3): 183-189, Oktober 2009 ISSN 0126-4400
SIFAT FISIK DAGING SAPI, KERBAU DAN DOMBA PADA LAMA POSTMORTEMYANG
BERBEDA
PHYSICAL CHARACTERISTICS OF BEEF, BUFFALO AND LAMB MEAT ON DI FF ERENT
POSTMORTEM PERIODS
Komariah*, Sri Rahayu, dan SarjitoDepartemen Ilmu Produksi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Jl. Rasamala, Kampus IPB,
Darmaga, Bogor, 16680
INTISARI
Sifat fisik daging memegang peranan penting dalam proses pengolahan, karena menentukan kualitas serta jenis
olahan yang akan dibuat. Karakteristik daging pada setiap jenis ternak kemungkinan berbeda, namun hal ini seringdianggap sama. Masyarakat pada umumnya menilai karakteristik daging kerbau dan daging domba mengacu pada
karakteristik daging sapi. Tujuan penelitian ini adalah membandingkan sifat fisik (nilai pH, daya mengikat air,keempukan dan susut masak) daging sapi, kerbau dan domba pada lama postmortemyang berbeda. Rancangan yangdigunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan pola faktorial 2x3. Perlakuan pada penelitian ini adalah
perbedaan lama postmortem(4 dan 6 jam postmortem) dan perbedaan jenis ternak (daging sapi, kerbau dan domba).Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis ragam (ANOVA). Uji lanjut Tukey dilakukan jikaperlakuan berpengaruh nyata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan jenis ternak berpengaruh nyata (P
-
8/13/2019 115-531-1-PB
2/7
-
8/13/2019 115-531-1-PB
3/7
-
8/13/2019 115-531-1-PB
4/7
Komariah et al. Sifat Fisik Daging Sapi, Kerbau dan Domba pada Lama Postmortem yang Berbeda
Gambar 1. Pola penurunan pHpostmortem daging (the pattern of postmortem pH decrease of meat)
Tabel 2. Nilai rataan persentase mgH2O daging sapi, kerbau dan domba pada lamapostmortemyang berbeda
(the mean of mgH2O percentage of beef, buffalo and lamb meat with different postmortem periods)
Lamapostmortem(jam) (postmortem periods(hour))Daging (meat)
4 6Rataan (average)
Sapi (beef) 30,91+1,49 32,42+0,80 31,66+1,06b
Kerbau (buffalo) 36,50+0,73 38,02+0,47 37,26+1,07a
Domba (lamb) 36,58+1,20 38,47+2,27 37,52+1,33
a
Rataan (average) 34,66+3,25B 36,30+3,36
A
a,bSuperskrip yang berbeda kolom yang sama menunjukan perbedaan yang nyata (P
-
8/13/2019 115-531-1-PB
5/7
Buletin Peternakan Vol. 33(3): 183-189, Oktober 2009 ISSN 0126-4400
Tabel 3. Rataanshear force daging sapi, kerbau dan domba pada lamapostmortemyang berbeda (kg/cm2)
(the mean shear forceof beef, buffalo and lamb meat with different postmortem periods (kg/cm2))
Lamapostmortem(jam)(postmortem periods (hour))Daging (meat)
4 6Rataan (average)
Sapi (beef) 6,62+0,45 6,85+0,39 6,73+0,16a
Kerbau (buffalo) 6,26+0,44 6,81+0,38 6,53+0,38
a
Domba (lamb) 5,63+0,34 5,24+0,93 5,44+0,28b
Rataan (average) 6,17+0,50 6,30+0,92a,b
Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan perbedaan yang nyata (P
-
8/13/2019 115-531-1-PB
6/7
Komariah et al. Sifat Fisik Daging Sapi, Kerbau dan Domba pada Lama Postmortem yang Berbeda
Tabel 4. Nilai rataan persentase susut masak daging sapi, kerbau dan domba pada lamapostmortemyang
berbeda (cooking loss percentage mean of beef, buffalo and lamb meat with different postmortem times)
Lamapostmortem(jam)(postmortem periods (hour))Daging (meat)
4 6Rataan (average)
Sapi (beef) 43,66+0,45a 41,40+0,39
ab 42,53+0,16
Kerbau (buffalo) 28,29+0,44
c
31,40+0,38
c
29,84+0,38Domba (lamb) 35,18+0,33bc
28,54+0,92c 31,86+0,28
Rataan (average) 35,71+0,50 33,78+0,92a,b,c
Superskrip yang berbeda pada kolom yang sama menunjukan perbedaan yang nyata (P
-
8/13/2019 115-531-1-PB
7/7
Buletin Peternakan Vol. 33(3): 183-189, Oktober 2009 ISSN 0126-4400
Fiems, L.O., S. de Campeneere, S. de Smet, G. van
de Voorde, J.M. Vanaker and Ch.V.
Boucque. 2000. Relationship between fat
depots in carcasses of beef bulls and effect on
meat colour and tenderness. Meat Sci. 56:41-
47.
Hamm, R. 1960. In physical, chemical and
biological changes in food caused by
Thermal processing. T. Hoyem, and O.
Kvale. (Eds.). p.101. Applied Science
Publishers, London.
Lawrie, R.A. 2003. Meat Science. The 6th ed.
Terjemahan. A. Paraksi dan A. Yudha.
Penerbit Universitas Indonesia, Jakarta.
Lonergan, E.H., T. Mitsuhashi., D.D. Beekman.,
F.C. Parish., D.G. Olson and R.M. Robson.
1996. Proteolysis of specific muscle
structurul proteins by -calpain at low pH
and temperature is similar to degradation inpostmortem bovine muscle. J. Anim. Sci.
74:993-1008.
Lonergan, E.H., S.M. Lonergan., L. Vasce. 2005.
pH relationships to quality attributes,
tenderness. Am. Meat Sci. Assoc. J. 1-4.
Miller, M.F., M.A. Carr., C.B. Ramsey, K.L.
Crocckett and L.C. Hoover. 2001. Consumed
thresholds for establishing the value of beef
tenderness. J. Anim. Sci. 79:3062-3068.
Neath, K.E., A.N. Del Barrio., R.M. Lapitan.,
J.R.V. Herrera., L.C. Cruz., T. Fujihara., S.
Muroya., K. Chikuni., M. Hirabayashi and Y.Kanai. 2007. Diffference in tenderness and
pH decline between water buffalo meat and
beef during postmortem aging. Meat Sci.
75:499-505.
Obuz, E., M.E. Dikeman., J.P. Grobbel., W.
Stephens., T.M. Loughin. 2004. Beef
longissimus lumborum, biceps femoris and
deep pectoralis Warner-Bratzler shear force is
affected differently by endpoint temperature,
cooking method and USDA quality grade.
Meat Sci. 68:243-248.
Permatasari, E. 1992. Studi banding keempukan
daging kambing, domba, sapi dan kerbau
pada otot Longissimus dorsi dan Bicep
femoris. Karya Ilmiah. Fakultas Peternakan.
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Purnomo, H. dan Adiono. 1985. Ilmu Pangan.
Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
Router, B.J., D.M. Wulf and R.J. Maddack. 2002.
Mamping intramuscular tenderness variation
in major muscle of the beef round. J. Anim.
Sci. 80:2594-2599.
Steel, R.G., D. J.H. Torrie. 1997. Principles andProcedures of Statistic. A Biomedical
Approach, 3rd
ed. McGraw-Hill, Inc.
Singapore.
Shanks, B.C., D.M. Wolf., dan R.J. Maddock. 2002.
Technical note: The effect of freezing on
Warner Bratzler shear force values of beef
longissimus steak across several postmortem
aging periods. J. Anim. Sci. 80:2122-2125.
Suryati, T dan I.I. Arif. 2005. Pengujian daya putus
Warner Bratzler, susut masak dan
organoleptik sebagai penduga tingkat
keempukan daging sapi yang disukaikonsumen. Laporan Penelitian. Fakultas
Peternakan. Institut Pertanian Bogor. Bogor.