113-215-1-sm

5
Jurnal Natur Indonesia 11(2), April 2009: 89-93 ISSN 1410-9379, Keputusan Akreditasi No 65a/DIKTI/Kep./2008 Keragaman Lumut pada Marga Pandanus di Taman Nasional Ujung Kulon, Banten Florentina Indah Windadri Herbarium Bogoriense, Bidang Botani, Pusat Penelitian Biologi, Cibinong Science Centre - LIPI Jl. Raya Jakarta – Bogor km 46, Cibinong, BOGOR Diterima 12-03-2008 Disetujui 04-01-2009 ABSTRACT Ujung Kulon National Park is one of conservation area in Banten Province. A research on bryophytes that grow on pandanus substrat in this area have been done at March to April 2008. The surrounding areas methode used on this research. In the collections found 9 species usually growth on bark of Pandanus dubius. Two species was reported as the important species, because one species (Fissidens teysmanianum Doz. & Molk) is endemic species in Java and the other (Calymperes cougiense Besch.) as abundant species in Malesia and it is only found in Polynesia region. Key words: bryophyte, conservation area, diversity, Pandanus, substrate PENDAHULUAN Taman Nasional Ujung Kulon merupakan salah satu kawasan konservasi di Indonesia yang memegang peranan penting dalam menjaga kelestarian sumber daya hayati dan keseimbangan ekosistem. Kawasan konservasi ini resmi ditetapkan sebagai Taman Nasional pada tahun 1992. Luas areanya 120.551 ha, terdiri dari 76.214 ha berupa daratan dan 44.337 ha lautan (Maulana et al, 2004). Tipe ekosistem di kawasan Taman Nasional ini terbagi menjadi tiga yaitu ekosistem perairan laut, pantai, dan daratan. Pada ekosistem daratan dapat ditemukan ekosistem hutan hujan tropis dataran rendah yang terluas di Jawa Barat. Keanekaragaman jenis flora phanerogamnya telah terdata dengan baik dan dilaporkan ada sekitar 700 jenis, 57 jenis diantaranya merupakan tumbuhan langka (Sriyanto et al , 2003). Pada ekosistem pantai umumnya didominasi oleh suku Pandanaceae, namun keragaman jenisnya belum pernah terdata secara lengkap. Lumut merupakan kelompok tumbuhan epifit yang banyak ditemukan tumbuh di batang pohon , kayu mati, kayu lapuk, tanah, atau batuan, dengan kondisi lingkungan lembab dan penyinaran yang cukup. Penelitian keanekaragaman lumut telah banyak dilakukan namun penelitian tentang keanekaragaman lumut yang tumbuh pada suku Pandanaceae Telp: 021-876-5066, Fax. 021-8765063 Email: [email protected] khususnya pada marga Pandanus hingga kini belum pernah dilaporkan. Oleh karena itu perlu dilakukan pendataan keanekaragaman jenis lumut khususnya yang hidup pada marga Pandanus. Dipilihnya marga Pandanus sebagai substrat lumut dalam penelitian ini karena marga ini mempunyai perawakan pohon yang bercabang. Dengan tipe perawakan demikian dimungkinkan ketiak percabangan merupakan tempat yang relatif lebih lembab dan akan ditemukan tumbuhan epifit seperti lumut. BAHAN DAN METODE Penelitian dilakukan dengan metode jelajah (Rugayah et al , 2003) yaitu pengamatan dilakukan pada setiap individu pandan yang ditemukan di lokasi penelitian. Apabila ditemukan lumut yang tumbuh menempel pada pohon pandan maka diamati dan dikoleksi. Koleksi lumut (pengambilan spesimen contoh) dilakukan dengan menyayat koloni lumut berikut substratnya, dan kemudian dimasukkan ke dalam amplop. Proses selanjutnya spesimen dikeringanginkan dengan cara membuka amplopnya. Spesimen yang sudah kering dibungkus kembali dan selanjutnya dibawa ke Herbarium Bogoriense untuk keperluan identifikasi. Sedangkan untuk tumbuhan inangnya ada beberapa catatan lapangan yang dicatat antara lain nama lokal jenis pandan sebagai substratnya, bagian tumbuhan yang ditempeli lumut

Upload: may-may

Post on 18-Jan-2016

15 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

botani

TRANSCRIPT

Page 1: 113-215-1-SM

Keragaman lumut pada marga Pandanus 89

Jurnal Natur Indonesia 11(2), April 2009: 89-93ISSN 1410-9379, Keputusan Akreditasi No 65a/DIKTI/Kep./2008

Keragaman Lumut pada Marga Pandanusdi Taman Nasional Ujung Kulon, Banten

Florentina Indah Windadri

Herbarium Bogoriense, Bidang Botani,Pusat Penelitian Biologi, Cibinong Science Centre - LIPI

Jl. Raya Jakarta – Bogor km 46, Cibinong, BOGOR

Diterima 12-03-2008 Disetujui 04-01-2009

ABSTRACTUjung Kulon National Park is one of conservation area in Banten Province. A research on bryophytes that grow onpandanus substrat in this area have been done at March to April 2008. The surrounding areas methode used onthis research. In the collections found 9 species usually growth on bark of Pandanus dubius. Two species wasreported as the important species, because one species (Fissidens teysmanianum Doz. & Molk) is endemicspecies in Java and the other (Calymperes cougiense Besch.) as abundant species in Malesia and it is only foundin Polynesia region.

Key words: bryophyte, conservation area, diversity, Pandanus, substrate

PENDAHULUANTaman Nasional Ujung Kulon merupakan salah

satu kawasan konservasi di Indonesia yang memegang

peranan penting dalam menjaga kelestarian sumber

daya hayati dan keseimbangan ekosistem. Kawasan

konservasi ini resmi ditetapkan sebagai Taman Nasional

pada tahun 1992. Luas areanya 120.551 ha, terdiri

dari 76.214 ha berupa daratan dan 44.337 ha lautan

(Maulana et al, 2004). Tipe ekosistem di kawasan

Taman Nasional ini terbagi menjadi tiga yaitu ekosistem

perairan laut, pantai, dan daratan. Pada ekosistem

daratan dapat ditemukan ekosistem hutan hujan tropis

dataran rendah yang terluas di Jawa Barat.

Keanekaragaman jenis flora phanerogamnya telah

terdata dengan baik dan dilaporkan ada sekitar 700

jenis, 57 jenis diantaranya merupakan tumbuhan langka

(Sriyanto et al, 2003). Pada ekosistem pantai umumnya

didominasi oleh suku Pandanaceae, namun keragaman

jenisnya belum pernah terdata secara lengkap.

Lumut merupakan kelompok tumbuhan epifit yang

banyak ditemukan tumbuh di batang pohon , kayu mati,

kayu lapuk, tanah, atau batuan, dengan kondisi

lingkungan lembab dan penyinaran yang cukup.

Penelitian keanekaragaman lumut telah banyak

dilakukan namun penelitian tentang keanekaragaman

lumut yang tumbuh pada suku Pandanaceae

Telp: 021-876-5066, Fax. 021-8765063Email: [email protected]

khususnya pada marga Pandanus hingga kini belum

pernah dilaporkan. Oleh karena itu perlu dilakukan

pendataan keanekaragaman jenis lumut khususnya

yang hidup pada marga Pandanus. Dipilihnya marga

Pandanus sebagai substrat lumut dalam penelitian ini

karena marga ini mempunyai perawakan pohon yang

bercabang. Dengan tipe perawakan demikian

dimungkinkan ketiak percabangan merupakan tempat

yang relatif lebih lembab dan akan ditemukan tumbuhan

epifit seperti lumut.

BAHAN DAN METODEPenelitian dilakukan dengan metode jelajah

(Rugayah et al, 2003) yaitu pengamatan dilakukan pada

setiap individu pandan yang ditemukan di lokasi

penelitian. Apabila ditemukan lumut yang tumbuh

menempel pada pohon pandan maka diamati dan

dikoleksi. Koleksi lumut (pengambilan spesimen

contoh) dilakukan dengan menyayat koloni lumut

berikut substratnya, dan kemudian dimasukkan ke

dalam amplop. Proses selanjutnya spesimen

dikeringanginkan dengan cara membuka amplopnya.

Spesimen yang sudah kering dibungkus kembali dan

selanjutnya dibawa ke Herbarium Bogoriense untuk

keperluan identifikasi. Sedangkan untuk tumbuhan

inangnya ada beberapa catatan lapangan yang dicatat

antara lain nama lokal jenis pandan sebagai

substratnya, bagian tumbuhan yang ditempeli lumut

Page 2: 113-215-1-SM

90 Jurnal Natur Indonesia 11(2): 89-93 Windadri.

(akar, batang, ranting atau daun). Identifikasi dilakukan

di Laboratorium Kriptogam Herbarium Bogoriense

dengan menggunakan mikroskop. Beberapa buku acuan

yang digunakan antara lain ‘A Handbook of Malesia

Mosses, Volume 1 dan 2’ (Eddy1988; Eddy 1990),

‘Mosses of The Philippines’ (Bartram 1939), ‘Mosses

and Liverworts of Hong Kong, Volume 1’ (So 1995),

dan mencocokkan dengan spesimen koleksi yang

tersimpan di Herbarium Bogoriense. Spesimen yang

sudah teridentifikasi kemudian diproses sebagai koleksi

herbarium untuk menambah jumlah koleksi yang

tersimpan di Herbarium Bogoriense.

Lokasi penelitian berada di bagian tenggara dari

kawasan Taman Nasional Ujung Kulon yang termasuk

dalam wilayah Resort Karang Ranjang. Pemilihan

lokasi penelitian ini didasarkan pada informasi dari

petugas Kantor Taman Nasional Ujung Kulon yang

menyatakan bahwa tumbuhan pandan paling banyak

ditemukan di tepi Pantai Selatan. Adapun kawasan

hutan yang dijelajahi antara lain hutan Karang Ranjang,

Cisimping, Ciseuseupan, Tereleng dan Binua. Kawasan

hutan ini mempunyai topografi datar hingga agak

berbukit dengan lantai hutan sebagian besar berawa.

Tipe hutannya berupa hutan dataran rendah dan hutan

pantai. Sedangkan waktu penelitian dilakukan pada

bulan Maret s/d April 2006.

HASIL DAN PEMBAHASANSecara umum tumbuhan yang mendominasi hutan

dataran rendah di area penelitian adalah kelompok suku

Arecaceae khususnya pohon langkap ( Arenga

obtusifolia) dan rotan (Daemonorops spp.& Calamus

spp). Disamping itu juga ditemukan dua jenis pandan

yaitu cangkuang (Pandanus furcatus) dan Pandanus

nitidus. Sedangkan hutan pantainya didominasi oleh

kelompok suku Pandanaceae yang banyak ditemukan

di sepanjang tepi pantai selatan dengan kondisi

lingkungan terbuka, panas dan kering. Di lokasi ini

ditemukan dua jenis pandan yaitu pandan (Pandanus

tectorius) merupakan jenis yang paling banyak dijumpai

dan bidur (Pandanus dubius) yang tumbuh di area

lembab tepi pantai dan ini hanya ditemukan pada satu

tempat saja. Hommel (1987) melaporkan bahwa

terdapat lima jenis anggota suku Pandanaceae di

kawasanan Taman Nasional ini yaitu Freycinetia cf.

imbricata, Pandanus bidur, Pandanus furcatus,

Pandanus nitidus, dan Pandanus tectorius. Namun

pada pengamatan di lokasi penelitian, dua jenis di

antaranya tidak ditemukan yaitu Freycinetia cf.

imbricata dan Pandanus nitidus.

Dalam kaitan asosiasi lumut dengan kelompok

suku Pandanaceae, tidak semua pandan yang dijumpai

di kawasan Taman Nasional ini ditumbuhi oleh lumut.

Lumut hanya dijumpai pada beberapa pohon terutama

pandan yang tumbuh ditempat lembab dan teduh.

Berdasarkan hasil koleksi, lumut yang tumbuh di

berbagai pohon marga Pandanus diidentifikasi sebagai

15 jenis lumut (Tabel 1.)

Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa bidur (Pandanus

dubius) merupakan habitat yang cukup baik untuk

Suku Nama Jenis Habitat Lokasi

Calymperaceae Calymperes cougiense Besch. Akar Pandanus dubius Karang ranjang Calymperaceae Calymperes crassinerve (Mitt.) Jaeg.. Akar Pandanus dubius Tereleng Calymperaceae Calymperes cougiense Besch. Batang Pandanus nitidus

Pengorok

Fissidentaceae Fissidens teysmanianus Doz. & Molk. Batang Pandanus furcatus Cisimping Hypnaceae Vesicularia montagnei (Bel.) M.Fleisch. Batang Pandanus furcatus Cisimping Thuidiaceae Thuidium cf kiasense Akar Pandanus nitidus Pengorok Bazzaniceae Bazzania sp. Akar Pandanus dubius Karang ranjang- Frullaniaceae Frullania sp. Akar Pandanus dubius Karang ranjang Frullaniaceae Frullania sp. Batang Pandanus tectorius Tereleng Frullaniaceae Frullania cf muscicola Batang Pandanus tectorius Karang ranjang Frullaniaceae Frullania sp. Batang Pandanus nitidus

Pengorok

Lejeuneaceae Lopholejeunea eulopha (Tayl.) Schiffn. Akar Pandanus dubius Karang ranjang Lejeuneaceae Leucolejeunea xanthocarpa (Lehm.

Linderb.) Evans Akar Pandanus dubius Karang ranjang

Radulaceae Radula sp. Batang Pandanus furcatus Cisimping Radulaceae Radula sp. Akar Pandanus nitidus Pengorok

Tabel 1. Daftar jenis lumut yang tumbuh pada marga Pandanus di Taman Nasional Ujung Kulon, Banten

Page 3: 113-215-1-SM

Keragaman lumut pada marga Pandanus 91

E F G

A B

C D

Vesicularia montagnei Leucolejeunea xanthocarpha

Thuidium kiesense Fissidens teysmanianum

Lopholejeunea eulopha ter-campur apothecia Dimerella sp.

Frullania sp. Calymperes cougiense

pertumbuhan lumut dibandingkan jenis pandan lainnya.

Di lokasi penelitian, bidur tumbuh di lingkungan yang

relatif lembab di pinggir pantai. Keadaan lembab dan

teduh di sekitar tempat tumbuhnya bidur diakibatkan

oleh banyaknya pepohonan yang cukup tinggi dan

bertajuk melebar. Kelembaban dan cahaya merupakan

faktor lingkungan yang penting dan besar pengaruhnya

terhadap pertumbuhan lumut khususnya di daerah tropis

(Richards 1984). Dengan demikian lingkungan di sekitar

bidur merupakan lingkungan yang cocok dan

memungkinkan ditemukannya pertumbuhan lumut

yang lebih banyak dibandingkan dengan lingkungan

pandan dari jenis lainnya. Lumut yang menempel pada

bidur ditemukan pada bagian perakaran, sedang bagian

batang dan daun tidak ditemukan. Permukaan akar

bidur pada umumnya kasar dan kadang–kadang retak.

Dengan kondisi seperti ini memungkinkan untuk

singgahnya spora atau kuncup (gemma) lumut dan air

Gambar 1. Beberapa jenis lumut bersubstrat marga Pandanus, di Taman Nasional Ujung Kulon, Banten.

Page 4: 113-215-1-SM

92 Jurnal Natur Indonesia 11(2): 89-93 Windadri.

di celah-celah retakan. Adanya permukaan perakaran

yang retak-retak dan didukung oleh lingkungan yang

lembab serta sinar matahari cukup maka kuncup dan

spora lumut dapat berkecambah dan meneruskan

kehidupannya. Sedangkan di bagian batang dan daun

bidur tidak ditemukan lumut karena permukaannya

halus dan licin sehingga tidak memungkinkan

singgahnya spora atau kuncup lumut dan air, meskipun

kelembaban sekitarnya mendukung untuk

perkecambahannya. Perawakan bidur di lokasi

penelitian menunjukkan adanya percabangan dan

diduga pada ketiak percabangan pohon akan ditemukan

lumut. Namun ternyata pada percabangan pohon bidur

tidak ditemukan. Keadaan seperti ini dapat terjadi

karena pada ketiak percabangan mempunyai

permukaan yang halus dan tidak ada serasah yang

tersangkut pada ketiak percabangan tersebut. Dengan

demikian spora-spora lumut yang terbawa angin dan

jatuh pada permukaan ketiak percabangan bidur tidak

dapat tumbuh atau hilang tertiup oleh angin laut. Jenis-

jenis lumut yang ditemukan pada bidur sebanyak enam

jenis, jumlah ini merupakan paling banyak dibandingkan

dengan jenis-jenis pandan lainnya. Enam jenis lumut

tersebut adalah Lopholejeunea eulopha, Leucolejeunea

xanthocarpa, Frullania sp, Bazzania sp (kelompok lumut

hati /hepatic), Calymperes crassinerve, Calymperes

cougiense (kelompok lumut daun/ musci). C. cougiense

dan C. crassinerve (Gambar 1) umumnya banyak

tumbuh di hutan dataran rendah dekat pantai dengan

kondisi lingkungan agak terbuka. C. cougiense

(lampiran gambar g) dilaporkan sebagai satu jenis lumut

yang ditemukan tumbuh di kawasan Polinesia dan

umumnya melimpah di kawasan Malesia ( Eddy 1990).

Berbeda dengan cangkuang (Pandanus furcatus)

dan pandan (Pandanus tectorius). Cangkuang (P.

furcatus) ditemukan tumbuh di hutan dataran rendah

dan agak jauh dari pantai. Lingkungan sekitarnya berupa

pepohonan yang cukup tinggi dan beberapa jenis

palem-paleman (Arecaceae). Lantai hutan berupa tanah

becek dan selalu berair jika laut pasang. Kondisi seperti

ini tidak memungkinkan ditemukan lumut pada lantai

hutan maupun bagian perakarannya oleh karena spora-

spora lumut yang jatuh akan mudah terbawa oleh

pasang surutnya air laut yang tingginya dapat mencapai

pangkal perakaran cangkuang. Adapun lumut yang

ditemukan tumbuh menempel pada bagian batangnya.

Jenis-jenis lumut yang ditemukan tumbuh pada

cangkuang adalah Fissidens teysmanianus dan

Vesicularia montagnei. F. teysmanianus (lampiran

gambar d) merupakan lumut akrokarpus (tumbuh tegak)

yang tumbuh soliter pada batuan lembab di tempat

terbuka, jenis ini dilaporkan endemik di Jawa (Eddy

1988).

Pandan (P. tectorius) ditemukan di sepanjang

pantai selatan dengan lingkungan terbuka, kering dan

panas. Lumut yang tumbuh sangat sedikit, hanya

ditemukan pada beberapa pohon pandan yang tumbuh

agak ke arah dalam dan bukan pada individu yang

berdekatan langsung dengan pantai. Hanya satu marga

lumut yang ditemukan yaitu marga Frullania,. Marga

ini termasuk dalam kelompok lumut hati berdaun dan

tumbuh pipih melekat pada kulit batang pohon dengan

kondisi lingkungan yang kering dan terbuka. Meskipun

demikian faktor kelembaban masih sangat besar juga

pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan populasinya.

Hal ini dapat dibuktikan dengan tidak ditemukannya

anggota dari marga ini dan jenis-jenis lumut lainnya

pada individu pandan yang tumbuh berdekatan dengan

pantai.

Pandanus nitidus merupakan satu jenis pandan

yang ditemukan tumbuh di hutan dataran rendah agak

ke arah pantai dengan kondisi lingkungan yang lembab

dan terbuka, disekitaranya banyak ditumbuhi oleh

semak belukar dan pepohonan yang relatif tinggi. Lantai

hutan di sekitar pandan ini becek. Lumut pada pandan

ini hanya ditemukan di bagian batang bagian bawah

dan akar, sedangkan di batang bagian atas yang

lingkungan sekitarnya benar-benar terbuka tidak

ditemukan. Adapun jenis lumut yang ditemukan adalah

Calymperes cougiense, Thuidium kiasense dan Radula

sp.

Apabila ditinjau dari populasinya maka lumut yang

dominan tumbuh di marga Pandanus adalah anggota

suku Frullaniaceae dan Calymperaceae. Suku

Frullaniaceae merupakan lumut hati yang ditemukan

menempel kuat pada habitatnya dan bentuk

pertumbuhannya pipih, anggota dari suku ini umumnya

tahan terhadap kekeringan. Pada kondisi kering

tumbuhan ini tampak melekat kuat sehingga sangat

sulit dipisahkan dengan substratnya. Sedangkan suku

Calymperaceae merupakan kelompok lumut daun yang

mempunyai kisaran habitat cukup luas dan cara

perbanyakan yang bervariasi. Selain menggunakan

spora yang dihasilkan oleh generasi sporofit juga dapat

Page 5: 113-215-1-SM

Keragaman lumut pada marga Pandanus 93

memperbanyak diri secara vegetatif dengan

menggunakan kuncup (gemma) yang terdapat pada

ujung-ujung pertulangan daunnya (Yamaguchi et al,

2005).

KESIMPULANTercatat 4 jenis Pandanus ditemukan di lokasi

penelitian yaitu Pandanus dubius, Pandanus furcatus,

Pandanus tectorius dan Pandaus sp. Populasi yang

melimpah adalah jenis Pandanus tectorius yang banyak

tumbuh di sepanjang tepi pantai selatan wilayah resort

Karang Ranjang. Umumnya lumut ditemukan di pandan

yang tumbuh dengan kondisi lingkungan lembab dan

cukup cahaya matahari dan permukaan tumbuhan

kasar. Dengan demikian faktor kelembaban dan cahaya

matahari serta kasar halusnya permukaan pohon

pandan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan

lumut. Pandanus dubius merupakan habitat terbaik

untuk lumut karena mempunyai permukaan perakaran

yang kasar. Lumut yang ditemukan diperkirakan ada

15 jenis, 9 jenis diantaranya telah teridentifikasi hingga

nama jenisnya. Fissidens teysmanianum merupakan

jenis endemik di Jawa serta Calymperes cougiense

merupakan jenis yang melimpah di kawasan Malesia

dan juga ditemukan di kawasan Polinesia.

UCAPAN TERIMAKASIHDengan selesainya penelitian ini, penulis

mengucapkan terimakasih kepada Kepala Pusat

Penelitian Biologi melalui proyek DIPA 2006 dengan

sub kegiatan “Revisi suku-suku terpilih” yang telah

memberikan dana dan kesempatan kepada penulis

untuk melakukan penelitian. Ucapan terimakasih juga

disampaikan kepada Kepala Taman Nasional Ujung

Kulon yang telah memberikan ijin dan fasilitas kepada

penulis selama melakukan penelitian. Di samping itu

Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Kepala

Resort Karang Ranjang beserta stafnya dan semua

teman anggota tim peneliti yang telah bekerjasama

selama melakukan kegiatan penelitian, serta semua

pihak yang telah membantu hingga selesainya

penelitian dan penulisan naskah ini sampai dapat

dipublikasikan.

DAFTAR PUSTAKABartram, E.B. 1939. Mosses of Philippine. The Philippine Journal

of Science 68: 1-435.Eddy, A. 1988. A Handbook of Malesian Mosses Volume 1.

London: Natural History Museum Publications.Eddy, A. 1990. A Handbook of Malesian Mosses Volume 2. Natural

History Museum Publications London.Hommel, P.W. F.M., 1987. “Landscape-Ecology of Ujung Kulon

(West Java, Indonesia) Privately published by Patrick W. F.M. Hommel, Wageningen.

Maulana, H., Lana Sari, A. N. Susdihanto. 2004. MenjelajahSitus Alam Warisan Dunia Taman Nasional Ujung Kulon.Banten: Balai Taman Nasional Ujung Kulon.

Richards,P.W. 1984. The ecology of tropical forest Bryophyte.Di dalam: Schuster R.M. (ed.). Manual of Bryology Vol. 2.Nichinan.

Rugayah, A. Retnowati, F.I. Windadri, A. Hidayat. 2004.Pengumpulan data Taksonomi. Di dalam: Rugayah, E.A.Widjaja, Praptiwi (Eds.). Pedoman Pengumpulan DataKeanekaragaman Flora. Pusat Penelitian Biologi-LembagaIlmu Pengetahuan Indonesia.

So.,M.L. 1995. Mosses and Liverworts of Hongkong Volume 1.Heavenly. Hongkong: People Depot.

Sriyanto, A., D. Suganda, E. Widjanarti, D. Sutaryono, A.Hermawan, G. Suharyanto (Eds.). 2003. Buku Panduan41 Taman Nasional di Indonesia. Indonesia: DepartemenKehutanan Republik Indonesia, UNESCO dan CIFOR.

Yamaguchi, T., F.I. Windadri, I. Haerida, H. Simbolon, A.Kunimura, H. Miyawaki, H. Shimizu. 2005. Effect offorest fires on Bryophyte flora in East Kalimantan, Indonesia.

Phyton Annales Rei Botanica 45: 561-567.