113-215-1-sm
DESCRIPTION
botaniTRANSCRIPT
Keragaman lumut pada marga Pandanus 89
Jurnal Natur Indonesia 11(2), April 2009: 89-93ISSN 1410-9379, Keputusan Akreditasi No 65a/DIKTI/Kep./2008
Keragaman Lumut pada Marga Pandanusdi Taman Nasional Ujung Kulon, Banten
Florentina Indah Windadri
Herbarium Bogoriense, Bidang Botani,Pusat Penelitian Biologi, Cibinong Science Centre - LIPI
Jl. Raya Jakarta – Bogor km 46, Cibinong, BOGOR
Diterima 12-03-2008 Disetujui 04-01-2009
ABSTRACTUjung Kulon National Park is one of conservation area in Banten Province. A research on bryophytes that grow onpandanus substrat in this area have been done at March to April 2008. The surrounding areas methode used onthis research. In the collections found 9 species usually growth on bark of Pandanus dubius. Two species wasreported as the important species, because one species (Fissidens teysmanianum Doz. & Molk) is endemicspecies in Java and the other (Calymperes cougiense Besch.) as abundant species in Malesia and it is only foundin Polynesia region.
Key words: bryophyte, conservation area, diversity, Pandanus, substrate
PENDAHULUANTaman Nasional Ujung Kulon merupakan salah
satu kawasan konservasi di Indonesia yang memegang
peranan penting dalam menjaga kelestarian sumber
daya hayati dan keseimbangan ekosistem. Kawasan
konservasi ini resmi ditetapkan sebagai Taman Nasional
pada tahun 1992. Luas areanya 120.551 ha, terdiri
dari 76.214 ha berupa daratan dan 44.337 ha lautan
(Maulana et al, 2004). Tipe ekosistem di kawasan
Taman Nasional ini terbagi menjadi tiga yaitu ekosistem
perairan laut, pantai, dan daratan. Pada ekosistem
daratan dapat ditemukan ekosistem hutan hujan tropis
dataran rendah yang terluas di Jawa Barat.
Keanekaragaman jenis flora phanerogamnya telah
terdata dengan baik dan dilaporkan ada sekitar 700
jenis, 57 jenis diantaranya merupakan tumbuhan langka
(Sriyanto et al, 2003). Pada ekosistem pantai umumnya
didominasi oleh suku Pandanaceae, namun keragaman
jenisnya belum pernah terdata secara lengkap.
Lumut merupakan kelompok tumbuhan epifit yang
banyak ditemukan tumbuh di batang pohon , kayu mati,
kayu lapuk, tanah, atau batuan, dengan kondisi
lingkungan lembab dan penyinaran yang cukup.
Penelitian keanekaragaman lumut telah banyak
dilakukan namun penelitian tentang keanekaragaman
lumut yang tumbuh pada suku Pandanaceae
Telp: 021-876-5066, Fax. 021-8765063Email: [email protected]
khususnya pada marga Pandanus hingga kini belum
pernah dilaporkan. Oleh karena itu perlu dilakukan
pendataan keanekaragaman jenis lumut khususnya
yang hidup pada marga Pandanus. Dipilihnya marga
Pandanus sebagai substrat lumut dalam penelitian ini
karena marga ini mempunyai perawakan pohon yang
bercabang. Dengan tipe perawakan demikian
dimungkinkan ketiak percabangan merupakan tempat
yang relatif lebih lembab dan akan ditemukan tumbuhan
epifit seperti lumut.
BAHAN DAN METODEPenelitian dilakukan dengan metode jelajah
(Rugayah et al, 2003) yaitu pengamatan dilakukan pada
setiap individu pandan yang ditemukan di lokasi
penelitian. Apabila ditemukan lumut yang tumbuh
menempel pada pohon pandan maka diamati dan
dikoleksi. Koleksi lumut (pengambilan spesimen
contoh) dilakukan dengan menyayat koloni lumut
berikut substratnya, dan kemudian dimasukkan ke
dalam amplop. Proses selanjutnya spesimen
dikeringanginkan dengan cara membuka amplopnya.
Spesimen yang sudah kering dibungkus kembali dan
selanjutnya dibawa ke Herbarium Bogoriense untuk
keperluan identifikasi. Sedangkan untuk tumbuhan
inangnya ada beberapa catatan lapangan yang dicatat
antara lain nama lokal jenis pandan sebagai
substratnya, bagian tumbuhan yang ditempeli lumut
90 Jurnal Natur Indonesia 11(2): 89-93 Windadri.
(akar, batang, ranting atau daun). Identifikasi dilakukan
di Laboratorium Kriptogam Herbarium Bogoriense
dengan menggunakan mikroskop. Beberapa buku acuan
yang digunakan antara lain ‘A Handbook of Malesia
Mosses, Volume 1 dan 2’ (Eddy1988; Eddy 1990),
‘Mosses of The Philippines’ (Bartram 1939), ‘Mosses
and Liverworts of Hong Kong, Volume 1’ (So 1995),
dan mencocokkan dengan spesimen koleksi yang
tersimpan di Herbarium Bogoriense. Spesimen yang
sudah teridentifikasi kemudian diproses sebagai koleksi
herbarium untuk menambah jumlah koleksi yang
tersimpan di Herbarium Bogoriense.
Lokasi penelitian berada di bagian tenggara dari
kawasan Taman Nasional Ujung Kulon yang termasuk
dalam wilayah Resort Karang Ranjang. Pemilihan
lokasi penelitian ini didasarkan pada informasi dari
petugas Kantor Taman Nasional Ujung Kulon yang
menyatakan bahwa tumbuhan pandan paling banyak
ditemukan di tepi Pantai Selatan. Adapun kawasan
hutan yang dijelajahi antara lain hutan Karang Ranjang,
Cisimping, Ciseuseupan, Tereleng dan Binua. Kawasan
hutan ini mempunyai topografi datar hingga agak
berbukit dengan lantai hutan sebagian besar berawa.
Tipe hutannya berupa hutan dataran rendah dan hutan
pantai. Sedangkan waktu penelitian dilakukan pada
bulan Maret s/d April 2006.
HASIL DAN PEMBAHASANSecara umum tumbuhan yang mendominasi hutan
dataran rendah di area penelitian adalah kelompok suku
Arecaceae khususnya pohon langkap ( Arenga
obtusifolia) dan rotan (Daemonorops spp.& Calamus
spp). Disamping itu juga ditemukan dua jenis pandan
yaitu cangkuang (Pandanus furcatus) dan Pandanus
nitidus. Sedangkan hutan pantainya didominasi oleh
kelompok suku Pandanaceae yang banyak ditemukan
di sepanjang tepi pantai selatan dengan kondisi
lingkungan terbuka, panas dan kering. Di lokasi ini
ditemukan dua jenis pandan yaitu pandan (Pandanus
tectorius) merupakan jenis yang paling banyak dijumpai
dan bidur (Pandanus dubius) yang tumbuh di area
lembab tepi pantai dan ini hanya ditemukan pada satu
tempat saja. Hommel (1987) melaporkan bahwa
terdapat lima jenis anggota suku Pandanaceae di
kawasanan Taman Nasional ini yaitu Freycinetia cf.
imbricata, Pandanus bidur, Pandanus furcatus,
Pandanus nitidus, dan Pandanus tectorius. Namun
pada pengamatan di lokasi penelitian, dua jenis di
antaranya tidak ditemukan yaitu Freycinetia cf.
imbricata dan Pandanus nitidus.
Dalam kaitan asosiasi lumut dengan kelompok
suku Pandanaceae, tidak semua pandan yang dijumpai
di kawasan Taman Nasional ini ditumbuhi oleh lumut.
Lumut hanya dijumpai pada beberapa pohon terutama
pandan yang tumbuh ditempat lembab dan teduh.
Berdasarkan hasil koleksi, lumut yang tumbuh di
berbagai pohon marga Pandanus diidentifikasi sebagai
15 jenis lumut (Tabel 1.)
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa bidur (Pandanus
dubius) merupakan habitat yang cukup baik untuk
Suku Nama Jenis Habitat Lokasi
Calymperaceae Calymperes cougiense Besch. Akar Pandanus dubius Karang ranjang Calymperaceae Calymperes crassinerve (Mitt.) Jaeg.. Akar Pandanus dubius Tereleng Calymperaceae Calymperes cougiense Besch. Batang Pandanus nitidus
Pengorok
Fissidentaceae Fissidens teysmanianus Doz. & Molk. Batang Pandanus furcatus Cisimping Hypnaceae Vesicularia montagnei (Bel.) M.Fleisch. Batang Pandanus furcatus Cisimping Thuidiaceae Thuidium cf kiasense Akar Pandanus nitidus Pengorok Bazzaniceae Bazzania sp. Akar Pandanus dubius Karang ranjang- Frullaniaceae Frullania sp. Akar Pandanus dubius Karang ranjang Frullaniaceae Frullania sp. Batang Pandanus tectorius Tereleng Frullaniaceae Frullania cf muscicola Batang Pandanus tectorius Karang ranjang Frullaniaceae Frullania sp. Batang Pandanus nitidus
Pengorok
Lejeuneaceae Lopholejeunea eulopha (Tayl.) Schiffn. Akar Pandanus dubius Karang ranjang Lejeuneaceae Leucolejeunea xanthocarpa (Lehm.
Linderb.) Evans Akar Pandanus dubius Karang ranjang
Radulaceae Radula sp. Batang Pandanus furcatus Cisimping Radulaceae Radula sp. Akar Pandanus nitidus Pengorok
Tabel 1. Daftar jenis lumut yang tumbuh pada marga Pandanus di Taman Nasional Ujung Kulon, Banten
Keragaman lumut pada marga Pandanus 91
E F G
A B
C D
Vesicularia montagnei Leucolejeunea xanthocarpha
Thuidium kiesense Fissidens teysmanianum
Lopholejeunea eulopha ter-campur apothecia Dimerella sp.
Frullania sp. Calymperes cougiense
pertumbuhan lumut dibandingkan jenis pandan lainnya.
Di lokasi penelitian, bidur tumbuh di lingkungan yang
relatif lembab di pinggir pantai. Keadaan lembab dan
teduh di sekitar tempat tumbuhnya bidur diakibatkan
oleh banyaknya pepohonan yang cukup tinggi dan
bertajuk melebar. Kelembaban dan cahaya merupakan
faktor lingkungan yang penting dan besar pengaruhnya
terhadap pertumbuhan lumut khususnya di daerah tropis
(Richards 1984). Dengan demikian lingkungan di sekitar
bidur merupakan lingkungan yang cocok dan
memungkinkan ditemukannya pertumbuhan lumut
yang lebih banyak dibandingkan dengan lingkungan
pandan dari jenis lainnya. Lumut yang menempel pada
bidur ditemukan pada bagian perakaran, sedang bagian
batang dan daun tidak ditemukan. Permukaan akar
bidur pada umumnya kasar dan kadang–kadang retak.
Dengan kondisi seperti ini memungkinkan untuk
singgahnya spora atau kuncup (gemma) lumut dan air
Gambar 1. Beberapa jenis lumut bersubstrat marga Pandanus, di Taman Nasional Ujung Kulon, Banten.
92 Jurnal Natur Indonesia 11(2): 89-93 Windadri.
di celah-celah retakan. Adanya permukaan perakaran
yang retak-retak dan didukung oleh lingkungan yang
lembab serta sinar matahari cukup maka kuncup dan
spora lumut dapat berkecambah dan meneruskan
kehidupannya. Sedangkan di bagian batang dan daun
bidur tidak ditemukan lumut karena permukaannya
halus dan licin sehingga tidak memungkinkan
singgahnya spora atau kuncup lumut dan air, meskipun
kelembaban sekitarnya mendukung untuk
perkecambahannya. Perawakan bidur di lokasi
penelitian menunjukkan adanya percabangan dan
diduga pada ketiak percabangan pohon akan ditemukan
lumut. Namun ternyata pada percabangan pohon bidur
tidak ditemukan. Keadaan seperti ini dapat terjadi
karena pada ketiak percabangan mempunyai
permukaan yang halus dan tidak ada serasah yang
tersangkut pada ketiak percabangan tersebut. Dengan
demikian spora-spora lumut yang terbawa angin dan
jatuh pada permukaan ketiak percabangan bidur tidak
dapat tumbuh atau hilang tertiup oleh angin laut. Jenis-
jenis lumut yang ditemukan pada bidur sebanyak enam
jenis, jumlah ini merupakan paling banyak dibandingkan
dengan jenis-jenis pandan lainnya. Enam jenis lumut
tersebut adalah Lopholejeunea eulopha, Leucolejeunea
xanthocarpa, Frullania sp, Bazzania sp (kelompok lumut
hati /hepatic), Calymperes crassinerve, Calymperes
cougiense (kelompok lumut daun/ musci). C. cougiense
dan C. crassinerve (Gambar 1) umumnya banyak
tumbuh di hutan dataran rendah dekat pantai dengan
kondisi lingkungan agak terbuka. C. cougiense
(lampiran gambar g) dilaporkan sebagai satu jenis lumut
yang ditemukan tumbuh di kawasan Polinesia dan
umumnya melimpah di kawasan Malesia ( Eddy 1990).
Berbeda dengan cangkuang (Pandanus furcatus)
dan pandan (Pandanus tectorius). Cangkuang (P.
furcatus) ditemukan tumbuh di hutan dataran rendah
dan agak jauh dari pantai. Lingkungan sekitarnya berupa
pepohonan yang cukup tinggi dan beberapa jenis
palem-paleman (Arecaceae). Lantai hutan berupa tanah
becek dan selalu berair jika laut pasang. Kondisi seperti
ini tidak memungkinkan ditemukan lumut pada lantai
hutan maupun bagian perakarannya oleh karena spora-
spora lumut yang jatuh akan mudah terbawa oleh
pasang surutnya air laut yang tingginya dapat mencapai
pangkal perakaran cangkuang. Adapun lumut yang
ditemukan tumbuh menempel pada bagian batangnya.
Jenis-jenis lumut yang ditemukan tumbuh pada
cangkuang adalah Fissidens teysmanianus dan
Vesicularia montagnei. F. teysmanianus (lampiran
gambar d) merupakan lumut akrokarpus (tumbuh tegak)
yang tumbuh soliter pada batuan lembab di tempat
terbuka, jenis ini dilaporkan endemik di Jawa (Eddy
1988).
Pandan (P. tectorius) ditemukan di sepanjang
pantai selatan dengan lingkungan terbuka, kering dan
panas. Lumut yang tumbuh sangat sedikit, hanya
ditemukan pada beberapa pohon pandan yang tumbuh
agak ke arah dalam dan bukan pada individu yang
berdekatan langsung dengan pantai. Hanya satu marga
lumut yang ditemukan yaitu marga Frullania,. Marga
ini termasuk dalam kelompok lumut hati berdaun dan
tumbuh pipih melekat pada kulit batang pohon dengan
kondisi lingkungan yang kering dan terbuka. Meskipun
demikian faktor kelembaban masih sangat besar juga
pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan populasinya.
Hal ini dapat dibuktikan dengan tidak ditemukannya
anggota dari marga ini dan jenis-jenis lumut lainnya
pada individu pandan yang tumbuh berdekatan dengan
pantai.
Pandanus nitidus merupakan satu jenis pandan
yang ditemukan tumbuh di hutan dataran rendah agak
ke arah pantai dengan kondisi lingkungan yang lembab
dan terbuka, disekitaranya banyak ditumbuhi oleh
semak belukar dan pepohonan yang relatif tinggi. Lantai
hutan di sekitar pandan ini becek. Lumut pada pandan
ini hanya ditemukan di bagian batang bagian bawah
dan akar, sedangkan di batang bagian atas yang
lingkungan sekitarnya benar-benar terbuka tidak
ditemukan. Adapun jenis lumut yang ditemukan adalah
Calymperes cougiense, Thuidium kiasense dan Radula
sp.
Apabila ditinjau dari populasinya maka lumut yang
dominan tumbuh di marga Pandanus adalah anggota
suku Frullaniaceae dan Calymperaceae. Suku
Frullaniaceae merupakan lumut hati yang ditemukan
menempel kuat pada habitatnya dan bentuk
pertumbuhannya pipih, anggota dari suku ini umumnya
tahan terhadap kekeringan. Pada kondisi kering
tumbuhan ini tampak melekat kuat sehingga sangat
sulit dipisahkan dengan substratnya. Sedangkan suku
Calymperaceae merupakan kelompok lumut daun yang
mempunyai kisaran habitat cukup luas dan cara
perbanyakan yang bervariasi. Selain menggunakan
spora yang dihasilkan oleh generasi sporofit juga dapat
Keragaman lumut pada marga Pandanus 93
memperbanyak diri secara vegetatif dengan
menggunakan kuncup (gemma) yang terdapat pada
ujung-ujung pertulangan daunnya (Yamaguchi et al,
2005).
KESIMPULANTercatat 4 jenis Pandanus ditemukan di lokasi
penelitian yaitu Pandanus dubius, Pandanus furcatus,
Pandanus tectorius dan Pandaus sp. Populasi yang
melimpah adalah jenis Pandanus tectorius yang banyak
tumbuh di sepanjang tepi pantai selatan wilayah resort
Karang Ranjang. Umumnya lumut ditemukan di pandan
yang tumbuh dengan kondisi lingkungan lembab dan
cukup cahaya matahari dan permukaan tumbuhan
kasar. Dengan demikian faktor kelembaban dan cahaya
matahari serta kasar halusnya permukaan pohon
pandan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan
lumut. Pandanus dubius merupakan habitat terbaik
untuk lumut karena mempunyai permukaan perakaran
yang kasar. Lumut yang ditemukan diperkirakan ada
15 jenis, 9 jenis diantaranya telah teridentifikasi hingga
nama jenisnya. Fissidens teysmanianum merupakan
jenis endemik di Jawa serta Calymperes cougiense
merupakan jenis yang melimpah di kawasan Malesia
dan juga ditemukan di kawasan Polinesia.
UCAPAN TERIMAKASIHDengan selesainya penelitian ini, penulis
mengucapkan terimakasih kepada Kepala Pusat
Penelitian Biologi melalui proyek DIPA 2006 dengan
sub kegiatan “Revisi suku-suku terpilih” yang telah
memberikan dana dan kesempatan kepada penulis
untuk melakukan penelitian. Ucapan terimakasih juga
disampaikan kepada Kepala Taman Nasional Ujung
Kulon yang telah memberikan ijin dan fasilitas kepada
penulis selama melakukan penelitian. Di samping itu
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Kepala
Resort Karang Ranjang beserta stafnya dan semua
teman anggota tim peneliti yang telah bekerjasama
selama melakukan kegiatan penelitian, serta semua
pihak yang telah membantu hingga selesainya
penelitian dan penulisan naskah ini sampai dapat
dipublikasikan.
DAFTAR PUSTAKABartram, E.B. 1939. Mosses of Philippine. The Philippine Journal
of Science 68: 1-435.Eddy, A. 1988. A Handbook of Malesian Mosses Volume 1.
London: Natural History Museum Publications.Eddy, A. 1990. A Handbook of Malesian Mosses Volume 2. Natural
History Museum Publications London.Hommel, P.W. F.M., 1987. “Landscape-Ecology of Ujung Kulon
(West Java, Indonesia) Privately published by Patrick W. F.M. Hommel, Wageningen.
Maulana, H., Lana Sari, A. N. Susdihanto. 2004. MenjelajahSitus Alam Warisan Dunia Taman Nasional Ujung Kulon.Banten: Balai Taman Nasional Ujung Kulon.
Richards,P.W. 1984. The ecology of tropical forest Bryophyte.Di dalam: Schuster R.M. (ed.). Manual of Bryology Vol. 2.Nichinan.
Rugayah, A. Retnowati, F.I. Windadri, A. Hidayat. 2004.Pengumpulan data Taksonomi. Di dalam: Rugayah, E.A.Widjaja, Praptiwi (Eds.). Pedoman Pengumpulan DataKeanekaragaman Flora. Pusat Penelitian Biologi-LembagaIlmu Pengetahuan Indonesia.
So.,M.L. 1995. Mosses and Liverworts of Hongkong Volume 1.Heavenly. Hongkong: People Depot.
Sriyanto, A., D. Suganda, E. Widjanarti, D. Sutaryono, A.Hermawan, G. Suharyanto (Eds.). 2003. Buku Panduan41 Taman Nasional di Indonesia. Indonesia: DepartemenKehutanan Republik Indonesia, UNESCO dan CIFOR.
Yamaguchi, T., F.I. Windadri, I. Haerida, H. Simbolon, A.Kunimura, H. Miyawaki, H. Shimizu. 2005. Effect offorest fires on Bryophyte flora in East Kalimantan, Indonesia.
Phyton Annales Rei Botanica 45: 561-567.