11-12-1-pb.pdf

8
JURNAL KEDOKTERAN INDONESIA, VOL. 2/NO. 1/JANUARI/2011 58 PENDAHULUAN Skizofrenia merupakan gangguan jiwa berat. Tanda dan gejala maupun derajat dan jenisnya beraneka ragam. Skizofrenia seringkali ditandai oleh suatu perjalanan kronik dan berulang. Prevalensi pasien skizofrenia pada populasi umum hampir sama di berbagai negara yaitu berkisar 1%. Skizofrenia dapat ditemukan pada semua lapisan sosial, pendidikan, ekonomi dan ras di seluruh dunia (Canavan, 2000; Kaplan dan Sadock, 2007). Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwa yang ditandai dengan adanya hendaya nyata pada taraf kemampuan fungsional sebelumnya, yang dapat terlihat dalam bidang pekerjaan, hubungan sosial, dan kemampuan merawat diri sendiri (Bentsen, 2001; Lefley, 2001; Kaplan dan Sadock, 2007). Sebuah penelitian yang dilakukan di enam negara di Eropa mendapatkan, lebih dari 80 % pasien skizofrenia dewasa mengalami masalah fungsi sosial yang menetap (Hunter dan Barry, 2010.) Gangguan fungsi sosial merupakan karakteristik penting dan mendasar yang menyebabkan pasien skizofrenia tidak mampu menyesuaikan diri dengan kehidupan sehari- hari. Banyak pasien skizofrenia yang sangat sedikit terlibat dalam perilaku sosial, cenderung terisolasi, dan lebih terlibat dengan fantasi dan impian-impian (Ambarini, 2007). Keefektifan Konseling Eklektik untuk Meningkatkan Kapasitas Fungsi Sosial dan Kualitas Hidup pada Pasien Skizofrenia The Effectiveness of Eclectic Counseling in Improving Social Function Capacity and Quality of Life in Patients with Schizophrenia Henny Rosita RSUD Kraton Pekalongan ABSTRACT Background. Current management of schizophrenia emphasizes on eclectic approach using bio- psychosocial theories. In conjunction with the standard anti-psychotic terapy, the eclectic counseling is thought to enhance clinical outcomes of patients with schizophrenia, by accelerating adaptive capacity recovery that allows normal function of the patients in the society. This study aimed to determine the effectiveness of eclectic counseling on the social function capacity and quality of life in patients with schizophrenia. Methods. A double-blinded randomized controlled trial was conducted at RSJD (Mental Hospital) Surakarta. A sample of 34 patients diagnosed as schizophrenia in remission was selected for the study. Seventeen patients received eclectic counseling while the other 17 patients did not receive counseling. The independent variable under study was eclectic counseling delivered by a psychiatrist to the patients once a week over 8 weeks . The dependent variables were scores in Social and Occupational Functioning Assessment Scale (SOFAS), and Clinical Global Impression for Quality of Life (CGI-QL). Multiple linear regression analysis was performed to estimate the effect of counseling on SOFAS and CGI-QL, while controlling for baseline SOFAS and CGI-QL Results. The face validity and concurrent validity of the Indonesian version of SOFAS had been validated against the gold standard GAF scale to measure social function capacity in patients with schizophrenia. Patients with eclectic counseling had higher SOFAS score than those without counseling (b=7.13; 95%CI 2.19 to 12.06; p=0.006). Patients with eclectic counseling had better wuality of life, i.e. lower CGI-QL score than those without counseling (b= -1.19; 95%CI -2.12 to -0.26; p=0.014 ). Conclusion. In conjunction with the standard anti-psychotic therapy, eclectic counseling is effective to further improve social function capacity and quality of life in patients with schizophrenia. Keywords: eclectic counseling, social function capacity, quality of life, schizophrenia

Upload: anggia-prathama

Post on 29-Oct-2015

42 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: 11-12-1-PB.pdf

JURNAL KEDOKTERAN INDONESIA, VOL. 2/NO. 1/JANUARI/2011

58

PENDAHULUAN

Skizofrenia merupakan gangguan jiwa berat. Tandadan gejala maupun derajat dan jenisnya beranekaragam. Skizofrenia seringkali ditandai oleh suatuperjalanan kronik dan berulang. Prevalensi pasienskizofrenia pada populasi umum hampir sama diberbagai negara yaitu berkisar 1%. Skizofrenia dapatditemukan pada semua lapisan sosial, pendidikan,ekonomi dan ras di seluruh dunia (Canavan, 2000;Kaplan dan Sadock, 2007).

Skizofrenia merupakan suatu gangguan jiwayang ditandai dengan adanya hendaya nyata padataraf kemampuan fungsional sebelumnya, yang dapat

terlihat dalam bidang pekerjaan, hubungan sosial,dan kemampuan merawat diri sendiri (Bentsen, 2001;Lefley, 2001; Kaplan dan Sadock, 2007). Sebuahpenelitian yang dilakukan di enam negara di Eropamendapatkan, lebih dari 80 % pasien skizofreniadewasa mengalami masalah fungsi sosial yangmenetap (Hunter dan Barry, 2010.) Gangguanfungsi sosial merupakan karakteristik penting danmendasar yang menyebabkan pasien skizofrenia tidakmampu menyesuaikan diri dengan kehidupan sehari-hari. Banyak pasien skizofrenia yang sangat sedikitterlibat dalam perilaku sosial, cenderung terisolasi,dan lebih terlibat dengan fantasi dan impian-impian(Ambarini, 2007).

Keefektifan Konseling Eklektik untuk Meningkatkan KapasitasFungsi Sosial dan Kualitas Hidup pada Pasien Skizofrenia

The Effectiveness of Eclectic Counseling in Improving Social FunctionCapacity and Quality of Life in Patients with Schizophrenia

Henny RositaRSUD Kraton Pekalongan

ABSTRACT

Background. Current management of schizophrenia emphasizes on eclectic approach using bio-psychosocial theories. In conjunction with the standard anti-psychotic terapy, the eclectic counselingis thought to enhance clinical outcomes of patients with schizophrenia, by accelerating adaptivecapacity recovery that allows normal function of the patients in the society. This study aimed todetermine the effectiveness of eclectic counseling on the social function capacity and quality of life inpatients with schizophrenia.Methods. A double-blinded randomized controlled trial was conducted at RSJD (Mental Hospital)Surakarta. A sample of 34 patients diagnosed as schizophrenia in remission was selected for the study.Seventeen patients received eclectic counseling while the other 17 patients did not receive counseling.The independent variable under study was eclectic counseling delivered by a psychiatrist to thepatients once a week over 8 weeks . The dependent variables were scores in Social and OccupationalFunctioning Assessment Scale (SOFAS), and Clinical Global Impression for Quality of Life (CGI-QL). Multiplelinear regression analysis was performed to estimate the effect of counseling on SOFAS and CGI-QL,while controlling for baseline SOFAS and CGI-QLResults. The face validity and concurrent validity of the Indonesian version of SOFAS had been validatedagainst the gold standard GAF scale to measure social function capacity in patients with schizophrenia.Patients with eclectic counseling had higher SOFAS score than those without counseling (b=7.13;95%CI 2.19 to 12.06; p=0.006). Patients with eclectic counseling had better wuality of life, i.e. lowerCGI-QL score than those without counseling (b= -1.19; 95%CI -2.12 to -0.26; p=0.014 ).Conclusion. In conjunction with the standard anti-psychotic therapy, eclectic counseling is effective tofurther improve social function capacity and quality of life in patients with schizophrenia.

Keywords: eclectic counseling, social function capacity, quality of life, schizophrenia

Page 2: 11-12-1-PB.pdf

HENNY ROSITA/ KEEFEKTIFAN KONSELING EKLEKTIK UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS

59

Selain mengalami kegagalan dalam menjalankanfungsi sosial, pasien skizofrenia juga menghadapimasalah yang berhubungan dengan keterampilaninterpersonal dan sosial yang buruk dan mengalamidefisit fungsi kognitif, sehingga akhirnya merekamengalami isolasi sosial dan memiliki kualitas hidupyang buruk (Bustillo et al., 2000).

Berbagai penelitian yang dilakukan terhadapmasalah skizofrenia menunjukkan bahwa gangguandan hendaya pada fungsi sosial berdampak padapenurunan kualitas hidup, dan menyebabkan bebanbagi kehidupan sebagian besar anggota keluarga yangmerawat pasien skizofrenia (Harvey dan Fielding,2003; Reine, 2003). Bukti-bukti menunjukkanadanya penurunan tingkat kualitas hidup pasienskizofrenia dibandingkan dengan populasi umum(Bobes et al, 2006; Evans et al., 2007).

Manajemen terapi pasien skizofrenia memerlukanpendekatan yang komprehensif berdasarkan teoribiopsikososial. Selain terapi biologi dan farmakoterapidiperlukan juga intervensi psikososial (Kaplan danSadock, 2007). Meskipun antipsikotik merupakan intipengobatan pasien skizofrenia, beberapa penelitianmenunjukkan bahwa intervensi psikososial dapatmemperkuat perbaikan klinis pasien skizofrenia.Kombinasi obat antipsikotik dengan terapi psikososiallebih menguntungkan bagi pasien skizofrenia daripadaterapi tunggal (Andreasen, 2001; Kaplan dan Sadock,2007). Terapi psikososial bertujuan memulihkankembali kemampuan adaptasi sehingga yangbersangkutan dapat kembali berfungsi secara wajardalam kehidupan sehari-hari di lingkungan pergaulansosialnya. Terapi psikososial berbeda untuk masing-masing individu, tergantung dari jenis gangguan danjenis stresor sosialnya (Hawari, 2002).

Hasil penelitian di Hunan, Cina, menunjukkanbahwa pasien skizofrenia yang mendapatpsikofarmaka dikombinasikan dengan terapipsikososial mengalami tilikan, fungsi sosial, dankualitas hidup, yang lebih baik daripada pasienskizofrenia yang hanya mendapat terapi psikofarmaka(Guo et al., 2010).

Konseling eklektik merupakan suatu bentukterapi psikososial yang tidak berorientasi pada sebuahteori secara eksklusif, melainkan menerapkan berbagaiteori sesuai dengan keadaan dan perkembanganmasalah pasien. Konseling eklektif menggunakan

pendekatan integratif yang menerapkan strategipenanganan secara cermat dan tepat terhadappermasalahan yang berbeda pada setiap pasien.Konseling eklektif bertujuan untuk mencapai danmemelihara kemungkinan level integrasi yangtertinggi, ditandai oleh adanya aktualisasi diri danintegritas yang memuaskan. Untuk mencapai tujuanyang ideal itu, pasien perlu dibantu untuk menyadarisepenuhnya situasi masalah yang dihadapi, mengajaripasien secara sadar dan intensif agar memilikipengendalian atas masalah tingkah laku (Latipun,2008; Mappiare, 2010; Hayat, 2010). Pendekatankonseling eklektik diharapkan dapat membantupasien skizofrenia memecahkan permasalahannya,memperbaiki perilaku, dan memulihkan kemampuanadaptasi, sehingga dapat meningkatkan kapasitasfungsi sosial dan kualitas hidup pasien skizofrenia.

Sengetahuan penulis belum ada publikasi diIndonesia tentang penelitian konseling eklektikuntuk meningkatkan kapasitas fungsi sosial dankualitas hidup pada pasien skizofrenia. Berdasarkanlatar belakang tersebut, maka penulis melakukanpenelitian tentang keefektifan konseling eklektikuntuk meningkatkan kapasitas fungsi sosial dankualitas hidup pasien skizofrenia.

SUBJEK DAN METODE

Penelitian ini menggunakan rancangan double blindedrandomized controlled trial (RCT). Penelitiandilakukan di poli rawat jalan Rumah Sakit JiwaDaerah (RSJD) Surakarta, mulai 3 Januari 2011hingga 31 Mei 2011. Populasi sumber (populasiterjangkau) adalah semua pasien yang berobat ke polirawat jalan RSJD Surakarta yang memenuhi kriteriainklusi dan eksklusi penelitian. Kriteria inklusimeliputi pasien skizofrenia dalam remisi yangmenderita skizofrenia <5 tahun yang ditegakkanberdasarkan kriteria PPDGJ III oleh psikiater dengannilai BPRS <20. Pasien berusia 20-45 tahun, mampumembaca, menulis dan berkomunikasi dengan baikserta kooperatif, tidak mengalami disfungsi kognitif(nilai SCoRSvI <2), bersedia mengikuti penelitian,dan mendapat persetujuan dari anggota keluargayang ditunjukkan dengan penandatanganan suratpersetujuan peserta penelitian (informed consent).Kriteria eksklusi meliputi pasien skizofrenia dengan

Page 3: 11-12-1-PB.pdf

JURNAL KEDOKTERAN INDONESIA, VOL. 2/NO. 1/JANUARI/2011

60

kelainan organik (epilepsi, retardasi mental), penyakitfisik yang berat, gangguan pendengaran, daneksaserbasi akut selama pengambilan data.

Dengan purposive sampling (Murti, 2007), yaknisesuai dengan kriteria tersebut, diperoleh 34 subjekpenelitian. Dengan prosedur randomisasi semuasubjek penelitian dialokasikan ke dalam kelompokperlakuan yang mendapatkan konseling eklektik(n1=17) dan kelompok kontrol yang tidakmendapatkan konseling eklektik (n2=17). Satusubjek dari kelompok kontrol drop out dari penelitiankarena mengalami kekambuhan selama sesi terapi.Satu subjek dari kelompok perlakuan drop out karenatidak melanjutkan sesi terapi hingga selesai.

Variabel independen adalah konseling eklektif.Konseling eklektik didefinisikan suatu bentuk terapipsikososial yang tidak terbatas berdasarkan teori danmetode tertentu, melainkan menerapkan berbagaiteori dan metode sesuai dengan kebutuhan keadaandan perkembangan masalah berbeda pada setiappasien. Konseling eklektif diberikan oleh psikiaterkepada pasien skizofrenia seminggu sekali selama 8minggu.

Variabel dependen yang diteliti adalah kapasitasfungsi sosial dan kualitas hidup, yang diukur padapasien skizofrenia. The Social and Occupational Func-tioning Assessment Scale (SOFAS) digunakan untukmenilai kapasitas fungsi sosial pasien skizofreniapasien skofrenia sebelum dan sesudah intervensi.SOFAS dikembangkan dikembangkan oleh Ameri-can Psychiatric Association (APA) yang berfokus secarakhusus pada kapasitas fungsi sosial dan pekerjaanpasien. Dibandingkan dengan Global Assessment ofFunctioning Scale (GAF), kelebihan SOFAS adalahmenilai tingkat fungsi sosial dan pekerjaan tidakterpisah dari gejala psikologis yang diakibatkan olehgangguan medis umum. Jadi untuk menilai SOFAS,penurunan nilai harus merupakan konsekuensilangsung dari masalah kesehatan fisik dan mental(Lindenmeyer, 2008). Menurut pengetahuan penulisSOFAS versi Indonesia sampai saat ini belum pernahdipublikasikan sehingga penulis perlu melakukan ujivaliditas dan reliabilitas instrumen tersebut ketikadigunakan pada populasi di Indonesia.

Kualitas hidup pasien skizofrenia yang ditelitidiukur dengan menggunakan instrumen ClinicalGlobal Impression for Quality of Life (CGI-QL).

HASIL-HASIL

Uji Validitas dan Reliabilitas SOFAS

Pertama dilakukan penilaian validitas muka (face va-lidity) terhadap instrumen SOFAS versi Indonesia.Pakar membandingkan kesesuaian butir-butir dankategori pernyataan SOFAS versi Indonesia dengandengan naskah SOFAS asli. Lalu salah satu aspekvaliditas kriteria (criterion validity), yakni validitassewaktu (concurrent validity) dari instrumen SOFASversi Indonesia dinilai dengan cara mengkorelasikanhasil pengukurannya dengan pengukuran GAF yangdianggap sebagai standar emas. Sampel untuk validasisebesar 30 subjek skizofrenia. Hasilnya menunjukkankorelasi yang kuat dan secara statistik signifikan antarakedua instrumen (Tabel 1). Dapat disimpulkaninstrumen SOFAS versi Indonesia valid untukmengukur kapasitas fungsi sosial pasien skizofrenia.

Tabel 1. Korelasi hasil pengukuran instrumen SOFAS danstandar emas GAF untuk menilai validitas kriteria SOFAS

Instrumen Koefisien korelasi Pearson

N r pSOFAS dan GAF 30 0.90 <0.001

Selanjutnya dilakukan penilaian stabilitas(reliabilitas) instrumen SOFAS versi Indonesia, ketikadiukur oleh pengamat yang sama (intra-rater reliabil-ity) dan pengamat yang berbeda (inter-rater reliabil-ity). Tabel 2 menunjukkan intra-rater reliability sebesar0.89 dan inter-rater reliability sebesar 0.82. Dengankoefisien korelasi yang kuat tersebut (0.80< r <1.0).maka dapat disimpulkan instrumen SOFAS versi In-donesia memiliki tingkat reliabilitas yang baik.

Tabel 2. Hasil penilaian stabilitas instrumen SOFAS

InstrumenSOFAS

Intra-RaterReliability

Inter-RaterReliability

N 30 30Koefisien korelasi 0.89 0.82

p <0.001 <0.001

Karakteristik Sampel

Tabel 3 menunjukkan karakteristik sosio-demografisampel pada kelompok konseling dan kelompok tanpakonseling, meliputi jenis kelamin, umur, statuspekerjaan, status pernikahan, pendidikan, dukungankeluarga, dan jenis obat. Hasil uji Chi Kuadrat

Page 4: 11-12-1-PB.pdf

HENNY ROSITA/ KEEFEKTIFAN KONSELING EKLEKTIK UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS

61

menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang secarastatistik signifikan kedua kelompok tersebut dalamsejumlah karakteristik sosio-demografi (p>0.05). Halini menunjukkan bahwa prosedur randomisasi dalamRCT berhasil mendistribusikan semua variabel sosio-demografi tersebut secara sebanding pada keduakelompok penelitian. Dengan demikian efektivitaskonseling eklektif dapat dianalisis denganmembandingkan perubahan kapasitas fungsi sosialmaupun kualitas hidup pada subjek penelitian dalamkelompok konseling dan kelompok tanpa konseling.

Tabel 3. Karakteristik sosio-demografi sampel padakelompok konseling dan kelompok tanpa konseling (n=34)

Karakteristik Konseling Tanpa

Konseling

p n (%) n (%)

Jenis Kelamin Perempuan 6 (18.8) 4 (12.5) 0.58 0.45 Laki-laki 10 (31.3) 12 (37.5)

Umur 25 3 (9.4) 2 (6.3)

0.70 0.70 26-36 11 (34.4) 13 (40.6) 37 2 (6.3) 1 (3.1)

Jenis Obat Tipikal 11 (34.4) 10 (31.3)

0.14 0.71 Atipikal 5 (15.6) 6 (18.8)

Dukungan Keluarga Rendah 3 (9.4) 4 (12,5)

0.18 0.67 Tinggi 13 (40.6) 12 (37.5)

Status Pekerjaan Tidak Bekerja 5 (15.6) 6 (18.8)

0.14 0.71 Bekerja 11 (34.4) 10 (31.3)

Status Pernikahan Tidak Menikah 12 (37.5) 8 (25.0)

2.13 0.14 Menikah 4 (12.5) 8 (25.0)

Pendidikan SLTP 5 (15.6) 7 (21.9)

0.56 0.76 SLTA 10 (31.3) 8 (25.0) PT 1 (3.1) 1 (3.1)

Keefektifan Konseling Eklektik: Analisis Bivariat

Gambar 1A menunjukkan rata-rata skor Social andOccupational Functioning Assessment Scale (SOFAS)pasca intervensi lebih tinggi pada kelompok konselingdaripada kelompok tanpa konseling. Gambar 1Bmenunjukkan, rata-rata skor Clinical Global Impres-sion for Quality of Life (CGI-QL) lebih rendah daripadakelompok konseling daripada kelompok tanpakonseling. Perlu diketahui, skor CGI-QL yang lebihrendah menunjukkan kualitas hidup yang lebih baik.

Gambar 1. Perbedaan rata-rata skor Social andOccupational Functioning Assessment/ SOFAS (A), dan

Clinical Global Impression for Quality of Life/ CGI-QL (B)antara kelompok konseling dan kelompok tanpa konseling

Keektifan Konseling Eklektik: Analisis Multivariat

Analisis regresi linier ganda dilakukan untukmengestimasi keefektifan konseling eklektik dalammeningkatkan skor Social and Occupational Function-ing Assessment (SOFAS) pasien skizofrenia dalamremisi, dengan pengontrol pengaruh skor SOFASawal. Tabel 4 menunjukkan terdapat efek konselingekelektik yang secara statistik signifikan terhadappeningkatan skor SOFAS. Kelompok subjek yangmendapatkan konseling eklektik rata-rata mengalamipeningkatan skor SOFAS sebesar 7.13 poin lebihtinggi daripada kelompok subjek tanpa konselingeklektik (b=7.13; CI 95 % 2.19 hingga 12.06;p=0.006). Analisis ini telah mengontrol pengaruhskor SOFAS awal.

Page 5: 11-12-1-PB.pdf

JURNAL KEDOKTERAN INDONESIA, VOL. 2/NO. 1/JANUARI/2011

62

Adjusted R2= 84.2% mengandung arti, denganmodel regresi linier, konseling dan skor SOFAS awalsecara bersama mampu menjelaskan 84.2% variasiyang terjadi pada SOFAS pasca intervensi.

Tabel 4 Hasil analisis regresi linier ganda tentang keefektifankonseling eklektik terhadap skor Social and OccupationalFunctioning Assessment (SOFAS), dengan mengontrolpengaruh skor SOFAS awal

Variabel Independen

Koefisien regresi (b)

t p CI 95%

Batas bawah

Batas atas

Konstanta 71.25 41.71 <0.001 67.76 74.74 Konseling eklektik 7.13 2.95 0.006 2.19 12.06 Skor SOFAS awal 1.05 11.11 <0.001 0.85 1.24 N observasi = 32 Adjusted R2 = 84.2% p < 0.001

Selanjutnya analisis regresi linier ganda dilakukanuntuk mengestimasi keefektifan konseling eklektikdalam meningkatkan kualitas hidup, yaitu dalammenurunkan skor Clinical Global Impression for Qual-ity of Life (CGI-QL) pasien skizofrenia dalam remisi.Tabel 5 menunjukkan efek konseling eklektik yangsecara statistik signifikan terhadap penurunan skorClinical Global Impression for Quality of Life (CGI-QL). Kelompok subjek yang mendapatkan konselingrata-rata mengalami penurunan skor CGI-QL sebesar-1.19 poin lebih rendah dibandingkan dengankelompok subjek tanpa konseling (b =-1.19; CI 95%-2.12 hingga -0.26; p= 0.014). Analisis ini telahmengontrol skor CGI-QL awal.

Adjusted R2= 15.7% mengandung arti, denganmodel regresi linier, konseling dan skor CGI-QL awalsecara bersama “hanya” mampu menjelaskan 15.7%variasi yang terjadi pada CGI-QL pasca intervensi.

Tabel 5 Hasil analisis regresi linier ganda tentang keefektifankonseling eklektik terhadap skor Clinical Global Impressionfor Quality of Life (CGI-QL), dengan mengontrolpengaruh skor CGI-QL awal.

Variabel Independen

Koefisien regresi

(b) t p

CI 95% Batas bawah

Batas atas

Konstanta 6.25 19.38 <0.001 5.59 6.91 Konseling eklektik -1.19 -2.60 0.014 -2.12 -0.26 Total Skor CGI-QL awal 0.75 6.40 <0.001 0.51 0.99 N observasi = 32 Adjusted R2= 15.7% p < 0.001

PEMBAHASAN

Pada penelitian ini instrumen SOFAS versi Indone-sia sebelum digunakan untuk mengukur kapasitasfungsi sosial pada pasien skizofrenia terlebih dahuludilakukan uji validitas dan reliabilitas. Untuk ujivaliditas yang dinilai adalah validitas muka (face va-lidity) dan salah satu aspek validitas kriteria (criterionvalidity), yaitu validitas sewaktu (concurrent validity).Berdasarkan expert judgment oleh pakar, instrumen,SOFAS dinyatakan memiliki validitas muka yangbaik. Untuk validitas sewaktu dicari nilai korelasiantara SOFAS versi Indonesia dengan GAF, diperolehr=0.90 dengan p<0.001. Ini berarti tingkat validitasSOFAS versi Indonesia setara dengan validitas GAFyang menjadi standar emas untuk mengukurkapasitas fungsi sosial pasien skizorenia.

Selanjutnya tingkat stabilitas (reliabilitas) SO-FAS yang dinilai adalah reliabilitas intra pengamat(intra-rater reliability) dan reliabilitas antar-pengamat(inter-rater reliability). Didapatkan nilai reliabilitasintra-pengamat sebesar 0.89 (p<0.001) dan nilaireliabilitas antar-pengamat sebesar 0.82 (p<0.001),sehingga dapat dikategorikan memiliki tingkatreliabilitas yang baik (0.80< r <1.0). Dapatdisimpulkan bahwa instrumen Social and Occupa-tional Functioning Assessment Scale (SOFAS) versi In-donesia valid dan reliabel untuk mengukur kapasitasfungsi sosial pasien skizofrenia.

Hasil penelitian Hay et al. (2003) melaporkan,SOFAS memiliki kedua aspek validitas kriteria, yaknivaliditas sewaktu (concurrent validity) dan validitasprediktif (predictive validity). Implikasinya, instrumenSOFAS versi Indonesia memenuhi syarat untukdigunakan sebagai alat ukur yang baik untukkapasitas fungsi sosial pasien skizofrenia

Pada saat pengambilan sampel, pasien skizofreniaresidual dan skizofrenia hebefrenik tidak ada yangbisa mencapai nilai BPRS < 20 atau tidak mencapairemisi dan tidak bisa mencapai nilai ScoRSvI <2(tidak mengalami disfungsi kognitif ). Akibatnyakedua tipe skizofrenia tersebut tidak dapat ikut sertadalam penelitian. Disamping itu skizofrenia residualdan hebefrenik membutuhkan tehnik konseling yanglebih intensif dan lama, sehingga akan menyulitkanpenyetaraan dalam proses konseling yang padaakhirnya dapat menimbulkan kerancuan pada hasilakhir penelitian ini.

Page 6: 11-12-1-PB.pdf

HENNY ROSITA/ KEEFEKTIFAN KONSELING EKLEKTIK UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS

63

Pada awal penelitian, hasil uji Chi Kuadratmenunjukkan kelompok dengan konseling dankelompok tanpa konseling telah setara dalamkarakteristik sosio-demografi (p>0.05), meliputi jeniskelamin, umur, status pekerjaan, status pernikahan,pendidikan, dukungan keluarga, dan jenis obat.Prosedur randomisasi dalam RCT telah membuatdistribusi karakteristik sosio-demografi setara(sebanding) antara kelompok dengan konseling dankelompok tanpa konseling, sehingga perbandinganefek konseling bisa dilakukan dengan valid.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwakonseling eklektik mempunyai efek yang secarastatistik signifikan terhadap peningkatan skor Socialand Occupational Functioning Assessment Scale (SO-FAS). Kelompok subjek yang mendapatkan konselingeklektik rata-rata mengalami peningkatan skor SO-FAS sebesar 7.13 poin lebih tinggi daripada subjekyang tidak mendapatkan konseling eklektik (b =7.13; CI 95% 2.19 hingga 12.06; p=0.006). Hasilpenelitian ini memperkuat hasil penelitiansebelumnya yang menyatakan bahwa pada pasienskizofrenia yang mendapat psikofarmakadikombinasikan dengan terapi psikososial terjadiperbaikan pada tilikan, fungsi sosial dan peningkatankualitas hidup yang lebih baik daripada pasienskizofrenia yang hanya mendapat terapi psikofarmakasaja (Guo et al., 2010). Hasil penelitian ini jugasesuai dengan hasil penelitian Zimmer et al. (2007)dan Ucok et al. (2002) yang menyimpulkan bahwakonseling eklektik dapat meningkatkan kapasitasfungsi sosial pasien skizofrenia yang meliputi aspekhubungan interpersonal, perbaikan emosi, danaktivitas personal.

Hasil penelitian ini juga menunjukkan, konselingeklektik efektif untuk meningkatkan kualitas hidup,yakni menurunkan skor Clinical Global Impressionfor Quality of Life (CGI-QL) secara statistik signfikan.Kelompok subjek yang mendapatkan konselingeklektik rata-rata mengalami penurunan skor CGI-QL sebesar -1.19 poin lebih rendah dibandingkandengan subjek yang tidak mendapatkan konselingeklektik (b = -1.19; CI 95 % -2.12 hingga -0.26;p=0.014). Kesimpulan penelitian ini sejalan denganhasil penelitian Briand et al. (2006) dan Rocca et al.(2010) yang melaporkan bahwa peningkatankapasitas fungsi sosial dapat meningkatkan kualitashidup pasien skizofrenia.

Penelitian ini menunjukkan bahwa pasienskizofrenia yang telah mengalami perbaikan gejalaskizofrenia (dalam remisi) membutuhkan rehabilitasiuntuk dapat berfungsi secara sosial di masyarakat.Konseling eklektik sebagai salah satu bentuk terapipsikososial merupakan pendekatan konselingintegratif yang menerapkan strategi penanganansecara cermat dan tepat terhadap permasalahan yangbebeda pada setiap pasien menjembatani prosesadaptasi pasien skizofrenia sehingga dapat berfungsisecara sosial di masyarakat sehingga dapatmeningkatkan kualitas hidupnya.

Kelebihan penelitian ini adalah penggunaanRCT sebagai desain penelitian standar emas untukmenentukan efek suatu intervensi. Randomisasidalam RCT berguna untuk mengontrol semua faktorperancu (confounding factor) baik yang diketahuimaupun tidak diketahui oleh peneliti, dengan caramenditribusikan faktor perancu itu secara setara(seimbang) antara kelompok eksperimental dankelompok kontrol. Keterbatasan penelitian ini adalahpenggunaan kriteria inklusi dan eksklusi yang tidakperlu, yang menyebabkan karakteristik sampelmenjadi spesifik, sehingga kemampuan generalisasihasil penelitian menjadi terbatas. Implikasinya, hasilpenelitian hanya bisa diterapkan untuk populasipasien yang serupa dengan sampel penelitian ini.Keterbatasan lainnya, peneliti tidak memantaukelompok perlakuan setelah konseling eklektik selesaidiberikan, sehingga tidak terpantau lamanyasustainabilitas pengaruh konseling eklektik terhadapperbaikan kapasitas fungsi sosial pasien skizofrenia.

Kesimpulan dan Implikasi Klinis. Berdasarkan hasilanalisis data penelitian dapat ditarik tiga kesimpulansebagai berikut:

1. The Social and Occupational FunctioningAssessment Scale (SOFAS) versi Indonesia yangdigunakan dalam penelitian ini valid dan reliabeluntuk mengukur kapasitas fungsi sosial pasienskizofrenia

2. Konseling eklektik efektif meningkatkankapasitas fungsi sosial pasien skizofrenia, yaknimeningkatkan skor Social and OccupationalFunctioning Assessment Scale (b= 7.13; CI95%2.19 hingga 12.06; p=0.006)

Page 7: 11-12-1-PB.pdf

JURNAL KEDOKTERAN INDONESIA, VOL. 2/NO. 1/JANUARI/2011

64

3. Konseling eklektik efektif meningkatkan kualitashidup pasien skizofrenia, yakni menurunkanskor Clinical Global Impression for Quality of Life(b= -1.19; CI 95 % -2.12 hingga -0.26;p=0.014).

Implikasi klinis dari penelitian ini, Social andOccupational Functioning Assessment Scale (SOFAS)dapat digunakan sebagai alternatif Global Assessmentof Functioning (GAF) Scale untuk menilai kapasitasfungsi sosial pada pasien skizofrenia. Hasil penelitianini bisa dimanfaatkan dalam penyusunan StandardOperating Procedure (SOP) untuk penatalaksanaanpasien skizofrenia dalam remisi khususnya di RumahSakit Jiwa Daerah Surakarta.

Disarankan untuk dilakukan penelitian lebihlanjut dengan tujuan mengetahui lamanya efekkonseling eklektik dalam meningkatkan kapasitasfungsi sosial dan kualitas hidup pasien skizofrenia.Sampel sebaiknya tidak dilakukan kriteria inklusi daneksklusi yang tidak perlu, karena pengaruh faktorperancu (confounding factor) telah dikendalikanmelalui randomisasi dalam RCT. Sampel sebaiknyadiambil tidak hanya di Rumah Sakit Jiwa DaerahSurakarta tetapi juga di rumah sakit jiwa lainnyadengan kultur dan budaya yang berbeda sehinggadapat digeneralisasikan. Konseling eklektik dapatdijadikan landasan dalam penelitian lanjutan yangmenyangkut aspek lain pada pasien skizofrenia,misalnya untuk menurunkan tingkat kekambuhandan kepatuhan minum obat serta memperpanjangmasa remisi. Selain itu perlu dilakukan penelitiantentang konseling yang sesuai untuk pasienskizofrenia residual dan hebefrenik.

DAFTAR PUSTAKA

Ambarini TK (2007). Peningkatan ketrampilan sosialmelalui teknik modeling untuk meminimalkanstresor lingkungan bagi penderita schizophrenia.Disampaikan pada Konferensi Nasional StresManajemen dalam Berbagai Seting Kehidupan,Bandung

Andreasen NC dan Black DW (2001). Introductorytextbook of psychiatry. Edisi ke 3. AmericanPsychiatric Publishing. USA.

Bentsen H (2001). Relatives distress and patientssymptomps and behaviors: a prospective studyof patients with schizophrenia and their relatives.Acta Psychiatrica Scandinavia : 104 (1): 42–50

Bobes J, Carcía-Portilla MP, Bascaran MT, Saiz PA,Bousoño M (2006). Quality of life inschizophrenia. Dalam Katschnig H, Freeman H,dan Sartorius N (Ed.) Quality of life in mentaldisorders. Edisi ke 2. Chichester, England:Wiley. hal. 153-167.

Briand C, Vasiliadis HM, Lesage A, Lalonde P, StipE, Nicole L, Reinharz D, Prouteau A, Hamel V,Villeneuve K, (2006). Including integratedpsychological treatment as part of standardmedical therapy for patients with schizophrenia.Clinical Outcomes.194(7): 463-70.

Bustillo JR, Keith SJ, Lauriello J (2000).Schizophrenia: psychosocial treatment. DalamKaplan dan Sadock: Comprehensive text bookof psychiatry. Jilid 1A. Edisi ke 7. hal. 1210-14.

Canavan J (2000). The role of family ofschizophrenia. TSMJ, 1.

Evans S, Banerjee S, Leese M, Huxley P (2007). Theimpact of mental illness on quality of life: Acomparison of severe mental illness, commonmental disorder and healthy population samples.Quality of Life Research 16: 17-29.

Guo X, Zhai J, Liu Z, Fang M, Wang B, Wang C,Hu B, Sun X, Lu L, Lu Z, Ma C, He X, Guo T,Xie S, Wu R, Xue Z, Chen J, Twamley EW, JinH, Zhao J, (2010). Effect of antipsychoticmedication alone vs combined with psychosocialintervention on outcomes of early-stageschizophrenia: A randomized, 1-year study. ArchGen Psychiatry. 67(9): 895-904.

Harvey CA, Fielding JM (2003). The configurationof mental health services to facilitate care forpeople with schizophrenia. eMJA, 178(Supplement): 49-52.

Hay P, Katsikitis M, Begg J, Da Costa J, BlumenfeldN (2003). A two year follow up study andprospective evaluation of the DSM IV Axis V.

Hayat A (2010). Teori dan pendekatan konseling.Banjarmasin: Lanting Media Aksara PublishingHouse.

Page 8: 11-12-1-PB.pdf

HENNY ROSITA/ KEEFEKTIFAN KONSELING EKLEKTIK UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS

65

Hawari D (2002). Pendekatan holistik padagangguan jiwa skizofrenia. Jakarta: Balai PenerbitFakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Hunter R, Barry S (2010). Impact of negativesymtomps on psychosocial functioning inschizophrenia. EGOFORS Research Grouphttp://www.psyring.co.uk/media/media_142692_en.pdf. Diakses 15 April 2011

Kaplan BJ dan Sadock VA (2007). Schizophrenia.Dalam Kaplan dan Sadock: Synopsis ofpsychiatry. Edisi ke 10 USA: Williams &Wilkins.

Latipun (2008). Psikologi konseling. Malang:Universitas Muhammadiyah Malang Press.

Lefley HP (2000). The impact of mental disorder onfamily and carers. Dalam Thornicroft, Szmukler(Ed.): Textbook of community psychiatry. USA:Oxford University Press.

Lindenmeyer JP (2008). Increasing awarness ofpatient functional impairment in schizophreniaand its measurment. Primary Psychiatry: 15(1):89–93.

Mappiare AAT (2010). Pengantar konseling danpsikoterapi. Jakarta: Rajawali Pers.

Murti B (2007). Desain dan ukuran sampel untukpenelitian kuantitatif dan kualitatif di bidangkesehatan. Edisi ke-2. Yogyakarta: Gadjah MadaUniversity Press.

Ucok A, Atl1 H, Çetinkaya Z, Kandemir PE (2002).Effects of group psychotherapy on quality of lifeof the patients with schizophrenia: results of oneyear treatment. Turkish NeuropsychiatricSociety. 39(2-4):113-118

Zimmer M, Duncan AV, Laitano D, Ferreira EE,Belmonte-de-Abreu P (2007). A twelve-weekrandomized controlled study of the cognitive-behavioral Integrated Psychological Therapyprogram: positive effect on the social functioningof schizophrenic patients. Rev Bras Psiquiatr.29(2):140-7