10e00557

15
KARYA TULIS PENGERINGAN KAYU SECARA UMUM Disusun Oleh: Tito Sucipto, S.Hut., M.Si. NIP. 19790221 200312 1 001 DEPARTEMEN KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2009 Tito Sucipto : Pengeringan Kayu Secara Umum, 2009

Upload: samsul-adianto

Post on 27-Sep-2015

212 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

darma

TRANSCRIPT

  • KARYA TULIS

    PENGERINGAN KAYU SECARA UMUM

    Disusun Oleh:

    Tito Sucipto, S.Hut., M.Si.

    NIP. 19790221 200312 1 001

    DEPARTEMEN KEHUTANAN

    FAKULTAS PERTANIAN

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    2009

    Tito Sucipto : Pengeringan Kayu Secara Umum, 2009

  • KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis haturkan kepada Allah SWT atas segala nikmat dan

    keajaiban-Nya sehingga dapat menyelesaikan karya tulis mengenai Pengeringan

    Kayu Secara Umum.

    Karya tulis ini berisi tentang gambaran umum pengeringan kayu utnuk

    meningkatkan kualitas kayu. Penulis berharap semoga karya tulis ini dapat

    memperkaya khasanah wawasan dan pengetahuan di bidang ilmu dan teknologi

    kayu.

    Tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Penulis mengharapkan saran

    dan masukan yang konstruktif demi menyempurnakan karya tulis.

    Medan, Desember 2009

    Penulis

    Tito Sucipto : Pengeringan Kayu Secara Umum, 2009

  • DAFTAR ISI

    Halaman

    KATA PENGANTAR ................................................................................................. i

    DAFTAR ISI................................................................................................................ ii

    Manfaat Pengeringan Kayu.......................................................................................... 1

    Mekanisme Pengeringan Kayu .................................................................................... 1

    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengeringan Kayu................................................ 3

    Metode Pengeringan Kayu........................................................................................... 3

    Cacat Kayu Akibat Pengeringan .................................................................................. 8

    Jadwal Pengeringan...................................................................................................... 10

    Referensi ...................................................................................................................... 12

    Tito Sucipto : Pengeringan Kayu Secara Umum, 2009

  • PENGERINGAN KAYU SECARA UMUM

    Manfaat Pengeringan Kayu

    Pengeringan kayu adalah proses penurunan kadar air kayu sampai

    mencapai kadar air lingkungan tertentu atau kadar air yang sesuai dengan kondisi

    udara di mana kayu tersebut ditempatkan (Tsoumis, 1991). Pada umumnya dalam

    penggunaannya, kayu harus dikeringkan terlebih dahulu. Alasan dilakukannya

    pengeringan kayu antara lain :

    1. Penyusutan pada produk yang menggunakan kayu yang dikeringkan akan

    berkurang, pembengkokan dan belah ujung dapat dihindarkan.

    2. Kayu terlindung dari serangan jamur pembusuk dan jamur pewarna, sehingga

    kayu akan lebih awet. Tingginya temperatur pada pengeringan tanur

    membunuh jamur dan insekta yang bisa hidup dalam kayu.

    3. Pengeringan menghasilkan kekuatan kayu yang lebih tinggi, dengan asumsi

    tidak terjadi cacat khususnya belah ujung. Selain itu, kuat pegang paku

    terhadap kayu akan meningkat.

    4. Meningkatkan kualitas hasil pengecatan dan proses pengerjaan akhir.

    5. Berat kayu berkurang sehingga biaya transportasi bisa lebih rendah.

    Mekanisme Pengeringan Kayu

    Pengeringan kayu dapat dibagi menjadi dua tahap, yaitu pergerakan air

    dari bagian dalam ke permukaan kayu dan penguapan air dari permukaan kayu.

    Air dalam kayu umumnya bergerak dari bagian dengan kandungan air tinggi ke

    bagian dengan kandungan air rendah. Artinya permukaan kayu harus lebih kering

    dibandingkan dengan bagian dalamnya jika ingin mengeluarkan air dari dalam

    kayu.

    Air bergerak pada bagian dalam kayu ke bagian permukaan kayu sebagai

    cairan atau uap melalui saluran dalam struktur selular kayu, dinding sel kayu dan

    rongga sel atau saluran kecil yang menghubungkan rongga sel yang berdekatan.

    Uap air bergerak dalam saluran ini ke semua arah, melewati atau melalui serat.

    Difusi dari air terikat menggerakkan uap air dari daerah konsentrasi tinggi ke

    Tito Sucipto : Pengeringan Kayu Secara Umum, 2009

  • daerah konsentrasi rendah. Difusi pada arah longitudial lebih cepat 1015 kali

    dibandingkan dengan difusi pada arah radial maupun tangensial. Difusi arah

    radial lebih cepat dibandingkan dengan difusi arah tangensial. Hal inilah yang

    menjelaskan mengapa kayu gergajian flatsawn (papan tangensial) umumnya

    mengering lebih cepat dibandingkan dengan kayu gergajian quartersawn (papan

    radial).

    Kecepatan gerakan uap air dalam kayu tergantung pada kelembaban relatif

    dari udara sekitar, kecuraman moisture gradient dan suhu kayu. Semakin rendah

    kelembaban relatif udara sekitar, aliran uap air dalam kapiler menjadi lebih cepat.

    Kelembaban yang rendah juga mempercepat difusi dengan menurunkan kadar air

    pada permukaan, sehingga mempercuram moisture gradient. Semakin tinggi suhu

    kayu, uap air akan lebih cepat bergerak dari bagian dalam yang basah ke bagian

    luar yang kering. Jika kelembaban relatif terlalu rendah pada tahap awal

    pengeringan, dapat terjadi penyusutan yang berlebihan, yang menyebabkan retak

    permukaan dan retak ujung. Jika suhu terlalu tinggi, dapat terjadi lengkung,

    honeycomb dan penurunan kekuatan.

    Selama proses pengeringan, sirkulasi udara perlu diatur. Sirkulasi udara

    yang terlalu lambat menyebabkan waktu yang dibutuhkan permukaan kayu untuk

    mencapai titik keseimbangan kadar air menjadi lebih lama, selain itu memberikan

    kesempatan untuk tumbuhnya jamur.

    Karena ekstraktif kimia dalam kayu teras menghalangi saluran, umumnya

    moisture bergerak lebih bebas dalam kayu gubal dibandingkan dalam kayu teras,

    yang berarti kayu gubal lebih cepat mengering. Namun kayu teras pada

    kebanyakan jenis kayu, mengandung kadar air yang lebih rendah dibandingkan

    dengan kayu gubal sehingga pada akhirnya akan mencapai keseimbangan kadar

    air dengan kecepatan yang sama.

    Tahap pengeringan kayu meliputi tahap proses evaporasi konstan, tahap

    transisi dan tahap eksponental. Tahap proses evaporasi konstan adalah proses

    evaporasi air bebas sel kayu yang tidak berpengaruh pada dimensi kayu. Tahap

    transisi adalah proses pengeluaran air terikat dari dinding sel, yang berakibat pada

    perubahan dimensi kayu. Tahap eksponental adalah tahap penyesuaian akhir kayu

    terhadap lingkungannya.

    Tito Sucipto : Pengeringan Kayu Secara Umum, 2009

  • Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengeringan Kayu

    Faktor yang mempengaruhi pengeringan adalah panas, RH (kelembaban

    relatif), dan sirkulasi udara.

    1. Panas, merupakan energi yang diperlukan oleh molekul air untuk melepaskan

    diri dari ikatan antara molekul pada air bebas dalam rongga sel atau

    melepaskan diri dari ikatan dengan tangan hidroksil pada air terikat. Pada

    suhu tinggi, udara cenderung menghisap kelembaban atau uap air

    dibandingkan dengan udara bersuhu rendah. Panas termal udara sangat

    berpengaruh terhadap nilai kelembaban udara. Tetapi nilai kelembaban udara

    tidak akan berubah walaupun dipanaskan atau didinginkan.

    2. Kelembaban relatif (air humidity), menentukan kapasitas pengeringan udara.

    Udara yang lebih kering (kelembaban relatif lebih rendah) memiliki kapasitas

    pengeringan yang lebih tinggi dan dapat menahan uap air lebih banyak.

    Kapasitas pengeringan dipengaruhi oleh temperatur karena udara yang panas

    memiliki kapasitas pengeringan yang lebih tinggi, karena peningkatan

    temperatur menyebabkan turunnya kelembaban relatif.

    3. Sirkulasi udara (air velocity), berfungsi sebagai pengantar panas ke kayu yang

    digunakan untuk menguapkan air dari dalam kayu dan memindahkan uap air

    dari permukaan kayu ke udara sekitar. Sirkulasi udara yang baik akan

    mempercepat perambatan gelombang panas pada udara sehingga

    mempercepat pengeringan.

    Metode Pengeringan Kayu

    Metode pengeringan kayu yang biasa digunakan antara lain:

    Pengeringan udara (alami)

    a. Pemilihan tempat, kriteria dalam memilih tempat untuk pengeringan udara

    adalah ukuran luas, permukaan datar, terbuka (aerasi baik), kering, bersih dari

    sampah/limbah kayu, tidak ditumbuhi rumput-rumputan atau vegetasi yang

    lain.

    b. Penumpukan, yang harus diperhatikan dalam penumpukan pada pengeringan

    adalah pola penumpukan, dimensi penumpukan, fondasi, stiker, atap,

    perlindungan akhir dan tingkat pengeringan. Pola penumpukan dimaksudkan

    Tito Sucipto : Pengeringan Kayu Secara Umum, 2009

  • untuk membentuk lorong-lorong yang mempermudah penanganan

    pengeringan. Dimensi penumpukan berpengaruh terhadap kecepatan

    pengeringan. Fondasi dimaksudkan untuk menghindari terjadinya aliran air

    hujan atau salju yang mengalir dibawah penumpukan kayu. Sticker digunakan

    untuk membatasi antar kayu yang ditumpuk yang bertujuan untuk sirkulasi

    udara pada setiap kayu yang dikeringkan. Atap dimaksudkan untuk

    menghindari hujan, sinar matahari, dan salju. Atap bisa dibuat dari kayu,

    asbes, metal. Perlindungan terakhir dimaksudkan untuk mencegah terjadinya

    pecah pada kayu yang dikeringkan, dilakukan dengan cara melaburkan parafin

    dipermukaan aksial dari kayu.

    c. Kecepatan pengeringan, Kecepatan pengeringan dipengaruhi oleh beberapa

    faktor antara lain jenis kayu, ketebalan kayu, pola lingkaran tahun, kayu

    teras/kayu gubal, cara penumpukan, kondisi tempat, dan faktor iklim.

    d. Pengendalian kadar air, Perubahan kadar air kayu selama pengeringan udara

    dapat diketahui. Pengukuran dimaksudkan untuk mempercepat atau

    memperlambat keluarnya air dari kayu sampai dengan tingkat tertentu

    (dibawah 20%), pengeringan dengan penumpukan bisa dihentikan, dan

    kemudian disimpan di gudang tanpa harus menggunakan stiker.

    Pengeringan dengan kiln pengering (konvensional)

    Kiln drying biasanya menggunakan uap panas, peralatan dilengkapi

    dengan pengendali suhu dan kelembaban, sirkulasi udara, dan buangan uap air.

    a. Tipe kiln, ada dua tipe kiln-kompartement dan progressive. Pada kiln

    kompartemen pengeringan dilaksanakan secara tetap (kayu tidak bergerak).

    Kondisi pengeringan (suhu, RH) ditetapkan pada interval tertentu, sampai

    dengan kondisi konstan tetap masih berada dalam kiln tersebut. Pada kiln

    progressive (kayu bergerak), kayu berjalan secara bertahap sampai dengan

    kering dan langsung keluar. Kondisi pengeringannya tidak konstan didalam

    kiln, pada saat masuk kondisinya rendah (suhu rendah dan RH tinggi) secara

    bertahap suhu dinaikkan dan RH dikurangi.

    b. Konstruksi dan peralatan, kiln pengering biasanya dibuat dari tembok batu

    bata dan lantainya terbuat dari beton. Dinding dalam kiln biasanya terbuat

    dari metal aluminium, anti korosif.. RH dikendalikan oleh uap bebas yang ada

    Tito Sucipto : Pengeringan Kayu Secara Umum, 2009

  • di dalam kiln, dan sirkulasi udara dikendalikan oleh kipas angin yang

    diletakkan diatas atau dibawah tumpukan kayu, bahkan kadang-kadang di

    samping (dinding samping). Kiln juga dilengkapi miostermeter untuk

    mengukur kadar air kayu.

    c. Penumpukan, prinsip umum penumpukan kayu pada kiln pengering sama

    dengan penumpukan pada pengeringan alami (udara), dibutuhkan stiker

    (ganjal) diantara kayu yang berfungsi sebagai sirkulasi udara.

    d. Prosedur pengeringan, Penyususnan jadwal pengeringan sangat penting untuk

    mengkondisikan suhu dan kelembaban relatif dalam kiln. Jadwal pengeringan

    ini disusun dengan maksud untuk mengefisiensikan waktu pengeringan dan

    meminimalkan kerusakan akibat pengeringan. Jadwal pengeringan

    dikembangkan oleh FPL (Forest Product Laboratory) secara trial and error.

    Jadwal ini disesuaikan dengan jenis kayu dan kadar air kayu yang diinginkan.

    Tahap-tahap pengeringan meliputi preparatory (persiapan), actual drying

    (pengeringan), equaluzation of moisture content (perhitungan kadar air).

    Tahap preparatory kayu dipanaskan pada suhu 40-65 OC. Tahap actual drying

    yaitu mengeringkan kayu sesuai dengan keinginan. Tahap terakhir mengambil

    sample dari kayu yang dikeringkan untuk mengetahui kadar airnya.

    Kerusakan pada saat pengeringan dapat diminimalkan dengan cara

    mengeringkan secara bertahap.

    e. Durasi pengeringan, waktu pengeringan kiln-drying lebih cepat dibanding

    dengan pengeringan udara. Faktor yang mempengaruhi waktu pengeringan

    adalah sifat anatomi kayu (kayu gubal/teras, hardwood/softwood), ketebalan

    kayu, jenis kayu, kecepatan sirkulasi udara dalam kiln, kualitas pengeringan

    kayu, perbahan kadar air dari awal-akhir, dan cacat kayu setelah pengeringan.

    f. Kadar air akhir, penentuan kadar air kayu yang dikeringkan tergantung pada

    tujuan pengeringan dan tujuan penggunaan kayu tersebut.

    g. Penyimpanan kayu gergajian, sifat higroskopis kayu tidak tergantung pada

    metode pengeringan udara maupun pengeringan dengan kiln. Kayu kering

    bisa menyerap air lagi. Untuk itu kayu yang sudah dikeringkan perlu

    disimpan pada kondisi dimana tempat penyimpanan tersebut dapat menahan

    kayu untuk menyerap air. Kayu kering disimpan tanpa menggunakan stiker

    Tito Sucipto : Pengeringan Kayu Secara Umum, 2009

  • (ganjal), dimana suhu dan kelembaban relatif terus dijaga dimana kayu tidak

    akan lagi menyerap air dan diusahakan seimbang kadar air kayu dengan

    kondisi di ruangan.

    Metode pengeringan yang lain

    a. Pengeringan dengan energi matahari, metode ini lebih cepat dibanding

    pengeringan udara. Ada 2 tipe : greenhouse dan solar collector. Solar

    collector dengan cara mengumpulkan panas dari matahari yang ditransfer

    kedalam kiln pengering. Sedangkan pada greenhouse pelaksanaannya lebih

    sederhana dibanding dengan kiln-drying, dan kadar air kayu dapat direduksi

    sampai dengan KA 7% dibanding dengan pengeringan udara.

    b. Pengeringan dengan dehumidifikasi, Air yang dikeluarkan dari kayu tidak

    dipindahkan dari kiln dalam bentuk uap air, seperti pada pengeringan kiln-

    konvensional, tetapi dikondensasikan dan dipindahkan sebagai cairan.

    c. Pengeringan temperatur tinggi, pengeringan ini mempunyai keuntungan dapat

    mengeringkan secara cepat, tetapi masih punya kelmahan antara lain

    membutuhkan kiln khusus (metal atau berlapis aluminium), juga tidak efektif

    pada kayu yang mempunyai kadar air tinggi. Pengeringan metode ini juga

    menyebabkan warna kayu menjadi gelap, keluarnya resin ke permukaan kayu,

    dan lepasnya mata kayu. Kerugian yang lain dapat menyebabkan menurunnya

    sifat kekuatan kayu (MOR,MOE, keuletan).

    d. Pengeringan dengan peningkatan temperatur secara kontinu, pengeringan

    dimulai pada suhu 60 oC dan perbedaan bola basah dan bola kering tetap

    konstan, samapi dengan bola kering suhunya menjadi 100 oC. Metode ini lebih

    cepat dibanding dengan metode temperatur tinggi, lebih efektif, menghemat

    energi, dan meminimalkan cacat akibat pengeringan.

    e. Pengeringan kimia, metode ini didasarkan pada penggunaan bahan kimia yang

    dapat mengikat air dan mengurangi penyusustan. NaCl dan urea efektif

    digunakan untuk pengeringan, tetapi sangat korosif terhadap metal. Metode ini

    memakan biaya besar, kayu yang sudah kering dapat berkeringat pada RH

    tinggi (diatas 80 %), dan metode ini jarang digunakan. Metode menaburkan

    garam (salt seasoning) untuk meningkatkan permeabilitas kayu. Bahan kimia

    yang lain yang digunakan polyethylene glycol.

    Tito Sucipto : Pengeringan Kayu Secara Umum, 2009

  • f. Pengeringan dengan penguapan,. Kayu ditempatkan pada silinder tertutup

    (seperti pada pengawetan) pada suhu tinggi 100-200 oC dengan dicampur uap

    organik dan terjadi kondensasi. Dua cairan ini tidak akan bisa bercampur

    karena kerapatannya berbeda. Air dapat diukur dan dibuang, bahan kimianya

    bisa dipakai kembali, terakhir dilakukan vakum untuk menghilangkan bahan

    kimia yang diserap kayu. Keuntungan metode ini pengeringan cepat, tetapi

    biaya tinggi dan membutuhkan energi besar.

    g. Pengeringan dengan minyak mendidih, metode ini biasanya dikombinasikan

    dengan perlakuan pengawetan pada kayu yang mempunyai kadar air tinggi.

    Metode ini juga menggunakan suhu tinggi dengan perlakuan vakum.

    Keuntungan dari metode ini adalah perlakuan pengawetan dan pengeringan

    dapat bersamaan, sedangkan kerugiannya adalah kayu bisa menjadi gelap, dan

    kadang-kadang pecah dan retak.

    h. Pengeringan dengan pelarut, kayu ditempatkan pada suatu ruangan kedap

    udara dan disemprotkan aseton panas (90 oC), setelah itu cairan (campuran

    aseton, air yang keluar dari kayu, dan zat ekstraktif) dibuang, sementara udara

    bersirkulasi sampai dengan pengeringan selesai. Setelah pengeringan selesai

    pelarut dapat didistilasi dan digunakan kembali. Keuntungannya dapat

    mengeringkan kayu dengan cepat tetapi biaya tinggi.

    i. Pengeringan dengan elektrik frekuensi tinggi, Kayu dipanaskan secara cepat

    dan merata. kayu diangkut dengan conveyor dan melewati bidang listrik, kayu

    kering secara bertahap. Keuntungan metode ini cepat, namun peralatannya

    sangan mahal.

    j. Metode lain, antara lain menggunakan ruang hampa, tempat yang berputar

    (centrifuging), dan radiasi ultraviolet. Vacuum-drying mengeluarkan kadar air

    pada suhu dibawah mendekati 100 oC dan berlahan dinaikkan sampai dengan

    suhu tinggi mancapai diatas 100 oC.metode ini dikombinasikan dengan

    frekwensi tinggi tetapi tidak ekonomis. Pada centrifuging, kayu diletakkkan

    pada tempat yang berputas dimana suhu dan RH dikontrol. Metode ini cepat,

    ekonomis, tanpa cacat, tetapi hanya sebatas teori, tanpa ada aplikasinya.

    Radiasi ultraviolet sangat jarang diaplikasikan dan tidak ekonomis,

    pengeringan dengan microwave juga sudah di applikasikan.

    Tito Sucipto : Pengeringan Kayu Secara Umum, 2009

  • Steaming

    Steam (uap) digunakan dalam kiln pengeringan untuk mengendalikan

    kelembaban relatif dalam ruang pengering yang bertujuan untuk mencegah cacat

    kayu. Steaming juga dimanfaatkan untuk hal yang lain, seperti merubah warna

    alami kayu, atau persiapan untuk produksi veneer dan steaming untuk

    membengkokkan kayu.

    Cacat Kayu Akibat Pengeringan

    1. Kerusakan karena Penyusutan

    Kayu yang menyusut jika dikeringkan akan menyebabkan terjadinya

    beberapa kerusakan. Selama tahap awal pengeringan, lapisan luar (outer

    shell) kayu kehilangan air dan ketika mencapai titik jenuh serat (TJS), lapisan

    permukaan mulai menyusut. Jika lapisan dalam (inner core) lebih padat,

    dengan catatan masih di atas titik jenuh serat, maka core akan menahan

    penyusutan lapisan luar. Laju penyusutan relatif terhadap ketebalan,

    menghasilkan gaya tarik (tensile stress) pada bagian luar dan berakibat pada

    gaya tekan (compression stress) pada bagian dalam. Gaya tarik lapisan luar,

    bisa sangat besar sehingga melebihi batas elastis pada arah tegak lurus serat

    dan menjadi bentuk yang permanen. Pada beberapa kasus, gaya bisa lebih

    besar dari kekuatan maksimum dan menyebabkan retak.

    Selama proses pengeringan, lapisan dalam mulai mencapai keadaan di

    bawah titik jenuh serat dan menyusut, mengakhiri tahap pengeringan yang

    kedua. Gaya tarik yang terbentuk selama tahap pengeringan yang pertama,

    memberikan pengaruh besar karena menahan penyusutan lapisan dalam. Hal

    ini menyebabkan kembalinya stress (stress reversal), yaitu lapisan luar

    mengalami gaya tekan dan lapisan dalam mengalami gaya tarik.

    Gaya tekan pada permukaan biasanya terjadi dekat pada retak

    permukaan sehingga mudah terlihat selama tahap awal pengeringan,

    menimbulkan kesan bahwa kayu tersebut sudah tidak dapat dipergunakan.

    Jika gaya tarik pada lapisan dalam lebih besar dari gaya tarik pada arah tegak

    lurus serat maka akan terjadi internal rupture, namun tidak dapat terlihat pada

    permukaan.

    Tito Sucipto : Pengeringan Kayu Secara Umum, 2009

  • Ketika proses pengeringan selesai, papan masih dalam keadaan

    tegangan yang belum konstan, lapisan luar mengalami gaya tekan dan lapisan

    dalam mengalami gaya tarik. Kondisi ini biasanya berakhir dengan terjadinya

    kekerasan. Pada beberapa kasus tidak menimbulkan masalah, kecuali jika

    pada papan terjadi ketidakseimbangan tegangan antara tebal dan lebar, yang

    dapat menyebabkan penyimpangan. Dengan kondisi pengeringan kilang

    yang terkendali, kondisi stress ini dapat dihilangkan.

    Pada tahap akhir pengeringan, panas diberikan pada waktu singkat dengan

    kondisi kelembaban relatif yang tinggi akan mendorong terbentuknya gaya

    tekan pada lapisan luar. Jika gaya tekan akhir ini sama dengan gaya tarik

    awal, semua tegangan dapat dihilangkan dan akhirnya kayu gergajian bebas

    dari tegangan. Perlakuan ini disebut dengan conditioning. Namun jika waktu

    conditioning terlalu lama, stress dapat kembali dan kayu gergajian secara

    permanen akan berada pada kondisi reverse-case-hardened yang tidak

    diinginkan.

    Jenis cacat karena penyusutan, adalah sebagai berikut :

    a. Retak ujung dan permukaan (end and surface checks)

    Hal ini terjadi karena pada saat permukaan kayu mengering, bagian

    luar kayu mulai menyusut, tetapi bagian dalam kayu masih basah.

    Akibatnya terjadi tegangan dan retak pada permukaan dan ujung kayu.

    Cara pencegahannya adalah dengan mengoleskan oli, resin, urea atau

    polyetilen glikol (PEG) pada ujung kayu. Pada tahap awal pengeringan

    digunakan temperatur rendah, kemudian dinaikkan secara perlahan.

    b. Case hardening

    Case hardening disebabkan oleh tingginya kadar air dalam kayu

    sebelum mulai dikeringkan dan sangat cepatnya proses pengeringan.

    Proses evaporasi dalam inti kayu terhambat karena sel permukaan kayu

    yang kering menghalangi keluarnya air dari sel bagian dalam kayu ke

    permukaan. Permukaan kayu akan mengeras dan kedap.

    Tito Sucipto : Pengeringan Kayu Secara Umum, 2009

  • c. Retak dalam (honey combing)

    Cacat retak dalam adalah cacat yang diakibatkan oleh kesalahan

    pengendalian mesin pengering dan merupakan kelanjutan dari cacat case

    hardening kayu.

    d. Perubahan bentuk (distorsi)

    Perubahan bentuk yang mungkin terjadi adalah melengkung

    (bowing), mencawan (cupping), dan memuntir (twisting). Perubahan

    bentuk ini disebabkan oleh tidak meratanya persentase penyusutan bagian-

    bagian kayu.

    2. Kerusakan karena kandungan ekstraktif

    Ekstraktif kayu dapat menyebabkan warna yang tidak diharapkan

    (discolouration) pada permukaan kayu karena perubahan konsentrasi

    ekstraktif ataupun perubahan kimiawi ekstraktif (polimerisasi ekstraktif)

    selama pengeringan. S ebagai contoh warna gelap pada bagian kayu yang

    disanggah selama pengeringan.

    3. Kerusakan karena Jamur

    Blue stain, decay dan mold dapat berkembang pada kayu gergajian,

    selama menunggu proses pengeringan atau pada kondisi pengeringan

    tertentu. Kayu gubal pada kebanyakan jenis kayu, lebih mudah diserang

    jamur daripada kayu terasnya karena kandungan ekstraktifnya lebih sedikit.

    Kerusakan karena jamur terjadi sebelum pengeringan, ketika kayu dalam

    kondisi di atas titik jenuh serat dan jamur mendapat makanan, air, oksigen

    dan suhu yang sesuai. Kerusakan ini dapat dicegah dengan pengeringan

    kilang atau pengeringan udara yang dipercepat, khususnya pengeringan pada

    permukaan, ataupun menggunakan cairan kimia antifungal.

    Jadwal Pengeringan

    Jadwal pengeringan merupakan kompromi antara kebutuhan kecepatan

    pengeringan kayu dengan efisiensi ekonomi dan kebutuhan untuk menghindari

    kondisi pengeringan yang dapat menyebabkan kerusakan. Jadwal pengeringan

    adalah sejumlah kombinasi antara suhu dan kelembaban relatif yang digunakan

    Tito Sucipto : Pengeringan Kayu Secara Umum, 2009

  • pada berbagai tahap pengeringan, umumnya dengan peningkatan suhu dan

    penurunan kelembaban relatif.

    Stress yang terjadi selama pengeringan merupakan faktor pembatas dalam

    menentukan jadwal pengeringan. Jadwal pengeringan dibuat sedemikian rupa

    sehingga stress akibat pengeringan tidak melebihi kekuatan kayu pada suhu dan

    kadar air tertentu pada kondisi pengeringan tersebut.

    Jadwal pengeringan tiap kayu akan berbeda, tergantung jenis, ketebalan,

    kualitas dan penggunaan akhir kayu gergajian. Terdapat dua macam jadwal

    pengeringan, yaitu penjadwalan berdasarkan kadar air dan penjadwalan

    berdasarkan waktu pengeringan. Kebanyakan kayu daun lebar menggunakan

    jadwal pengeringan berdasarkan pengaturan kadar air. Sedangkan jadwal

    pengeringan kayu daun jarum, umumnya berdasarkan waktu pengeringan.

    Tito Sucipto : Pengeringan Kayu Secara Umum, 2009

  • Tito Sucipto : Pengeringan Kayu Secara Umum, 2009

    Referensi Arganbright, D.G. 1989. Drying Process. In:Arno P. Schniewind, Robert W. Cahn

    dan Michael B. Bever (Eds.), Concise Encyclopedia of Wood & Wood-

    Based Materials,. Pergamon Press, Oxford, England.

    Budianto, A. Dodong. 1996. Sistem Pengeringan Kayu. Penerbit Kanisius,

    Semarang.

    Tsoumis, G. 1991. Science and Technology of Wood; Structure, Properties,

    Utilization. Van Nostrand Reinhold, New York.

    Wood Handbook. Wood as an Engineering. 1999. Forest Product Laboratory.

    Halaman