106152616 identifikasi formalin pada makanan
DESCRIPTION
anfarTRANSCRIPT
Identifikasi Formalin pada Makanan
A. Tujuan Praktikum
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk mengetahui kandungan
formalin pada produk yang diuji dan juga mengetahu konsentrasi dan
absorbansinya.
B. Landasan Teori
Produk pangan dewasa ini semakin baragam bentuknya, baik itu dari segi
jenisnya maupun dari segi rasa dan cara pengolahannya. Namun seiring dengan
semakin pesatnya teknik pengolahan pangan, penambahan bahan-bahan aditif
pada produk pangan sulit untuk dihindari. akibatnya keamanan pangan telah
menjadi dasar pemilihan suatu produk pangan yang akan dikonsumsi.
Keamanan pangan merupakan hal yang sedang banyak dipelajari, karena
manusia semakin sadar akan pentingnya sumber makanan dan kandungan yang
ada di dalam makanannya. Hal ini terjadi karena adanya kemajuan ilmu
pengetahuan serta kemajuan teknologi, sehingga diperlukan suatu cara untuk
mengawasi keamanan pangan. Dalam proses keamanan pangan, dikenal pula
usaha untuk menjaga daya tahan suatu bahan sehingga banyak muncul bahan-
bahan pengawet yang bertujuan untuk memperpanjang masa simpan suatu
bahan pangan. Namun dalam praktiknya di masyarakat, masih banyak yang
belum memahami perbedaan penggunaan bahan pengawet untuh bahan-bahan
pangan dan yang non pangan. Formalin merupakan salah satu pengawet non
pangan yang sekarang banyak digunakan untuk mengawetkan makanan.
Formalin adalah nama dagang dari campuran formaldehid, metanol dan
air. Formalin yang beredar di pasaran mempunyai kadar formaldehid yang
bervariasi, antara 20% - 40%. Formalin memiliki kemampuan yang sangat baik
ketika mengawetkan makanan, namun walau daya awetnya sangat luar biasa,
formalin dilarang digunakan pada makanan. Di Indonesia, beberapa undang-
undang yang melarang penggunaan formalin sebagai pengawet makanan adalah
Peraturan Menteri Kesehatan No 722/1988, Peraturan Menteri Kesehatan No.
1168/Menkes/PER/X/1999, UU No 7/1996 tentang Pangan dan UU No 8/1999
tentang Perlindungan Konsumen. Hal ini disebabkan oleh bahaya residu yang
ditinggalkannya bersifat karsinogenik bagi tubuh manusia.
Mengingat pentingnya masalah keamanan pangan, maka perlu dilakukan
suatu uji terhadap kandungan racun ataupun zat-zat berbahaya yang terkandung
dalam suatu produk makanan. Pada praktikum ini dilakukan uji terhadap
kandungan formalin pada sampel produk makanan, sehingga dapat diketahui
apakah produk tersebut layak dikonsumsi atau tidak.
Formalin atau Senyawa kimia formaldehida (juga disebut metanal),
merupakan aldehida berbentuknya gas dengan rumus kimia H2CO. Formaldehida
awalnya disintesis oleh kimiawan Rusia Aleksandr Butlerov tahun 1859, tapi
diidentifikasi oleh Hoffman tahun 1867. Formaldehida bisa dihasilkan dari
pembakaran bahan yang mengandung karbon. Terkandung dalam asap pada
kebakaran hutan, knalpot mobil, dan asap tembakau. Dalam atmosfer bumi,
formaldehida dihasilkan dari aksi cahaya matahari dan oksigen terhadap metana
dan hidrokarbon lain yang ada di atmosfer. Formaldehida dalam kadar kecil sekali
juga dihasilkan sebagai metabolit kebanyakan organisme, termasuk manusia
(Reuss 2005).
Meskipun dalam udara bebas formaldehida berada dalam wujud gas, tetapi
bisa larut dalam air (biasanya dijual dalam kadar larutan 37% menggunakan merk
dagang 'formalin' atau 'formol' ). Dalam air, formaldehida mengalami polimerisasi
dan sedikit sekali yang ada dalam bentuk monomer H2CO. Umumnya, larutan ini
mengandung beberapa persen metanol untuk membatasi polimerisasinya.
Formalin adalah larutan formaldehida dalam air, dengan kadar antara 10%-40%.
Meskipun formaldehida menampilkan sifat kimiawi seperti pada umumnya
aldehida, senyawa ini lebih reaktif daripada aldehida lainnya. Formaldehida
merupakan elektrofil, bisa dipakai dalam reaksi substitusi aromatik elektrofilik
dan sanyawa aromatik serta bisa mengalami reaksi adisi elektrofilik dan alkena.
Dalam keberadaan katalis basa, formaldehida bisa mengalami reaksi Cannizzaro,
menghasilkan asam format dan metanol. Formaldehida bisa membentuk trimer
siklik, 1,3,5-trioksana atau polimer linier polioksimetilena. Formasi zat ini
menjadikan sifat-sifat gas formaldehida berbeda dari sifat gas ideal, terutama
pada tekanan tinggi atau udara dingin. Formaldehida bisa dioksidasi oleh oksigen
atmosfer menjadi asam format, karena itu larutan formaldehida harus ditutup
serta diisolasi supaya tidak kemasukan udara (Reuss 2005).
Secara industri, formaldehida dibuat dari oksidasi katalitik metanol. Katalis
yang paling sering dipakai adalah logam perak atau campuran oksida besi dan
molibdenum serta vanadium. Dalam sistem oksida besi yang lebih sering dipakai
(proses Formox), reaksi metanol dan oksigen terjadi pada 250 °C dan
menghasilkan formaldehida, berdasarkan persamaan kimia
2 CH3OH + O2 2 H→ 2CO + 2 H2O.
Katalis yang menggunakan perak biasanya dijalankan dalam temperatur
yang lebih tinggi, kira-kira 650 °C. dalam keadaan ini, akan ada dua reaksi kimia
sekaligus yang menghasilkan formaldehida: satu seperti yang di atas, sedangkan
satu lagi adalah reaksi dehidrogenasi
CH3OH H→ 2CO + H2.
Bila formaldehida ini dioksidasi kembali, akan menghasilkan asam format
yang sering ada dalam larutan formaldehida dalam kadar ppm. Di dalam skala
yang lebih kecil, formalin bisa juga dihasilkan dari konversi etanol, yang secara
komersial tidak menguntungkan.
Formaldehida dapat digunakan untuk membasmi sebagian besar bakteri,
sehingga sering digunakan sebagai disinfektan dan juga sebagai bahan
pengawet. Sebagai disinfektan, Formaldehida dikenal juga dengan nama formalin
dan dimanfaatkan sebagai pembersih; lantai, kapal, gudang dan pakaian.
Formaldehida juga dipakai sebagai pengawet dalam vaksinasi. Dalam bidang
medis, larutan formaldehida dipakai untuk mengeringkan kulit, misalnya
mengangkat kutil. Larutan dari formaldehida sering dipakai dalam membalsem
untuk mematikan bakteri serta untuk sementara mengawetkan bangkai.
Dalam industri, formaldehida kebanyakan dipakai dalam produksi polimer
dan rupa-rupa bahan kimia. Jika digabungkan dengan fenol, urea, atau melamina,
formaldehida menghasilkan resin termoset yang keras. Resin ini dipakai untuk
lem permanen, misalnya yang dipakai untuk kayulapis/tripleks atau karpet. Juga
dalam bentuk busa-nya sebagai insulasi. Lebih dari 50% produksi formaldehida
dihabiskan untuk produksi resin formaldehida.
Untuk mensintesis bahan-bahan kimia, formaldehida dipakai untuk
produksi alkohol polifungsional seperti pentaeritritol, yang dipakai untuk
membuat cat bahan peledak. Turunan formaldehida yang lain adalah metilena
difenil diisosianat, komponen penting dalam cat dan busa poliuretana, serta
heksametilena tetramina, yang dipakai dalam resin fenol-formaldehida untuk
membuat RDX (bahan peledak). Sebagai formalin, larutan senyawa kimia ini
sering digunakan sebagai insektisida serta bahan baku pabrik-pabrik resin plastik
dan bahan peledak (Reuss 2005).
C. Alat dan Bahan
D. Cara Kerja
E. Data Pengamatan
F. Pembahasan
G. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Formalin merupakan salah satu bahan pengawet yang berbahay jika
digunakan untuk bahan pangan. Setelah melakukan praktikum identifikasi
formalin pada produk perikanan praktikan telah dapat mengetahui kandungan
nilai absorbansi dan konsentrasi (ppm) yang terkandung dalam bahan pangan
tersebut serta adpat mengetahui cara pengujiannya. Nilai absroban selalu
berbansing lurus dengan nilai konsentrasi, sedangkan pada hasil yang diperoleh
konsentrasi formalin terbesar ditemukan pada kerang darah dan konsentrasi
terndah ditemukan pada cumi-cumi.
2. Saran
Pada proses penentuan awal dan pemilihan bahan yang akan diujikan
sebaiknya diberitakan informasinya secara jelas, sehingga asal bahan dan
kemungkinan informasi yang berguna bagi pembaca, dan tidak menimbulkan
salah persepsi mengenai jenis sampel yang diujikan, tidak semua sampel sejenis
mengandung formalin.
H. Daftar Pustaka
Day R.A and A.L. Underwood. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga.
Fahrudin. 2007. Formalin dan Bahayanya bagi Kesehatan. http://www.tribun-
timur.com/view.php?id=47300&jenis=Opini. [27 Oktober 2008].
Instrument. 2000. University of Oslo. http:// www.kjemi .uio.no / Polymerkjemi/
Instruments.htm. [29 Oktober 2008].