102224764 lp harga diri rendah

25
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU Kesehatan No. 23 tahun 1992). Selain itu, menurut UU RI Nomor 39 Tahun 2009 tentang kesehatan, adapun pengertian kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Keadaan sehat dicerminkan oleh kelengkapan organ dan sistem tubuh yang berfungsi normal serta adanya zat pengatur fungsi tubuh. Otak adalah organ yang bertugas mengatur fungsi tubuh. Agar otak berfungsi dengan baik diperlukan energi dari glukosa, protein, lemak, vitamin, dan oksigen yang berasal dari sistem tubuh. Manusia dikatakan memiliki jiwa jika dia hidup dan organ tubuhnya berfungsi baik. Oleh karena itu, kesehatan otak merupakan inti dari kesehatan jiwa manusia. Jadi bisa disimpulkan bahwa kesehatan jiwa adalah keadaan sehat seseorang dimana dapat menerima keadaan diri sendiri, orang lain, dan benda-benda yang berhubungan dengan kehidupan serta dapat mengatasi masalah yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan kehidupan secara sosial dan ekonomis. Menurut Skinner, ada 4 kriteria sehat jiwa, yaitu menerima diri sendiri, diterima oleh orang lain, efisien dalam bekerja atau studi, dan bebas dari konflik dalam diri sendiri (http://www.sambanglihum.info/umum/memahami-arti-kesehatan-jiwa.html,

Upload: satika-hadijaya

Post on 16-Feb-2015

144 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: 102224764 LP Harga Diri Rendah

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang

memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU

Kesehatan No. 23 tahun 1992). Selain itu, menurut UU RI Nomor 39 Tahun 2009

tentang kesehatan, adapun pengertian kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara

fisik, mental, spritual, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup

produktif secara sosial dan ekonomis.

Keadaan sehat dicerminkan oleh kelengkapan organ dan sistem tubuh yang

berfungsi normal serta adanya zat pengatur fungsi tubuh. Otak adalah organ yang

bertugas mengatur fungsi tubuh. Agar otak berfungsi dengan baik diperlukan energi

dari glukosa, protein, lemak, vitamin, dan oksigen yang berasal dari sistem tubuh.

Manusia dikatakan memiliki jiwa jika dia hidup dan organ tubuhnya berfungsi baik.

Oleh karena itu, kesehatan otak merupakan inti dari kesehatan jiwa manusia.

Jadi bisa disimpulkan bahwa kesehatan jiwa adalah keadaan sehat seseorang

dimana dapat menerima keadaan diri sendiri, orang lain, dan benda-benda yang

berhubungan dengan kehidupan serta dapat mengatasi masalah yang berhubungan

dengan pemenuhan kebutuhan kehidupan secara sosial dan ekonomis. Menurut

Skinner, ada 4 kriteria sehat jiwa, yaitu menerima diri sendiri, diterima oleh orang

lain, efisien dalam bekerja atau studi, dan bebas dari konflik dalam diri sendiri

(http://www.sambanglihum.info/umum/memahami-arti-kesehatan-jiwa.html,

Page 2: 102224764 LP Harga Diri Rendah

2

diakses 30 Maret 2012).

Kesehatan jiwa juga didefinisikan sebagai perasaan sehat dan bahagia serta

mampu menghadapi tantangan hidup, dapat menerima orang lain sebagaimana

adanya, dan mempunyai sikap positif terhadap diri sendiri serta orang lain (Yasira.

2011. Online, http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2102283-definisi-

kesehatan-jiwa/, diakses 30 Maret 2012).

Pengertian “konsep gangguan jiwa” dari PPGD II yang merujuk ke DSM-III

(PPGDJ III: 7) adalah sindrom atau pola perilaku, atau psikologik seseorang yang

secara klinik bermakna, dan secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan

(distress) atau hendaya (impairment/disability) di dalam satu atau lebih fungsi yang

penting dari manusia.

Rumah sakit jiwa adalah rumah sakit yang mengkhususkan diri dalam

perawatan gangguan mental serius (Wikipedia. Online,

http://id.wikipedia.org/wiki/Rumah sakit jiwa, diakses 30 Maret 2012). Adapun

salah satu rumah sakit yang mengusung pelayanan kesehatan jiwa adalah Rumah

Sakit Jiwa Daerah Sambang Lihum Gambut Kabupaten Banjar.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007 menyebutkan 14,1% penduduk

Indonesia mengalami gangguan jiwa dari yang ringan hingga berat. Data dari 33

rumah sakit jiwa (RSJ) di seluruh Indonesia menyebutkan hingga kini jumlah

penderita gangguan jiwa berat mencapai 2,5 juta orang. Di Indonesia, prevalensinya

sekitar 11% dari total penduduk dewasa. Hasil survei kesehatan mental rumah

tangga (SKMRT) menunjukkan sebanyak 185 orang dari 1.000 penduduk dewasa

menunjukkan adanya gejala gangguan jiwa. Gangguan mental emosional yang

Page 3: 102224764 LP Harga Diri Rendah

3

terjadi pada usia 15 tahun ke atas dialami 140 per 1.000 penduduk dan ditataran

usia 5-14 tahun 104 per 1.000 penduduk. Penelitian terakhir menunjukkan, 37%

warga Jawa Barat mengalami gangguan jiwa, mulai dari tingkat rendah sampai

tinggi (Aimanullah, 2009).

Mengacu pada data WHO, prevalensi (angka kesakitan) penderita

skizofrenia sekitar 0,2-2%, sedangkan insidensi atau kasus baru yang muncul tiap

tahun sekitar 0,01%. Lebih dari 80% penderita skizofrenia di Indonesia tidak

diobati dan dibiarkan berkeliaran di jalanan, atau bahkan dipasung. Sementara itu,

jumlah penderita gangguan jiwa ringan dan sedang juga terus meningkat.

Diperkirakan 20-30% dari populasi penduduk di perkotaan mengalami gangguan

jiwa ringan dan berat.

Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk

meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang mengkontribusikan pada fungsi

yang terintegrasi sistem klien dapat berupa individu, keluarga, kelompok,

organisasi, atau komunitas. Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat

meyakini bahwa klien adalah manusia yang utuh dan unik yang terdiri dari aspek

bio-psikosial-kultural-spiritual. Selanjutnya, perawat dapat mengidentifikasi status

kesehatan klien yang berfluktuasi sepanjang rentang sehat-sakit. Status kesehatan

klien akan mempengaruhi respon klien yang dapat dikaji dari aspek bio-psikososial-

kultural-spiritual. Pada pengkajian, seringkali perawat hanya memusatkan perhatian

pada aspek biologis atau fisik saja sehingga asuhan keperawatan yang komprehensif

tidak tercapai (Kelliat,1999).

Umumnya, pasien gangguan jiwa dibawa keluarganya ke Rumah Sakit Jiwa

Page 4: 102224764 LP Harga Diri Rendah

4

atau unit pelayanan kesehatan jiwa lainnya karena keluarga tidak mampu merawat

dan terganggu karena perilaku pasien. Beberapa gejala yang lazim dirasakan oleh

keluarga sehingga menjadi alasan mengapa pasien dibawa ke Rumah Sakit Jiwa

yaitu adanya harga diri rendah, menarik diri, halusinasi, waham, dan perilaku

kekerasan (Stuart dan Sudeen, 1995).

Adapun di Ruang Eboni Rumah Sakit Kepolisian Pusat Raden Said

Soekanto, Jakarta, sejak Januari sampai dengan Juni 2009 berjumlah 850 orang

pasien gangguan jiwa dengan hasil persentase urutan pertama: yang mengalami

isolasi sosial berjumlah 316 orang (37,17%), kedua: gangguan sensori persepsi

halusinasi berjumlah 300 orang (35, 29%), ketiga: gangguan harga diri rendah

berjumlah 216 orang (25,4%), dan keempat: perilaku kekerasan 18 orang (2,11%).

Berdasarkan laporan data periode Januari-Maret 2012 di Ruang Perawatan

Kelas III Pria (Akasia) RSJD Sambang Lihum Gambut, jumlah pasien yang

mengalami gangguan kesehatan mental adalah sebagai berikut:

Tabel 1.1 Distribusi Frekuensi Pasien yang Mengalami Gangguan Kesehatan Mental di Ruang Perawatan Kelas III (Akasia)

RSJD Sambang Lihum GambutPeriode Januari - Maret 2012

No.Gangguan Kesehatan

JiwaBulan Jumlah

pasienJanuari Februari Maret1 Resiko perilaku kekerasan 2 2 2 62 Resiko bunuh diri 0 1 0 13 Halusinasi 2 1 1 44 Isolasi sosial 2 2 2 65 Harga diri rendah 3 4 4 116 Defisit perawatan diri 9 8 9 26

TOTAL 18 18 18 -Sumber data: Ruang Akasia tahun 2012

Page 5: 102224764 LP Harga Diri Rendah

5

Dari hasil data yang didapatkan penyusun di Ruang Perawatan Kelas III Pria

(Akasia) RSJD Sambang Lihum Gambut lumayan banyak ditemukan pasien dengan

gangguan konsep diri: harga diri rendah. Berhubung gangguan konsep diri: harga

diri rendah dapat menimbulkan dampak, maka apabila tidak diatasi dengan baik

kemungkinan akan menimbulkan masalah lanjut seperti menarik diri bahkan

munculnya halusinasi serta perilaku kekerasan, sehingga diperlukan suatu

penanganan dalam upaya-upaya untuk penyembuhan penyakit melalui

pemeliharaan kesehatan dengan perawatan dan pengobatan.

Dengan demikian, peran perawat sangatlah penting dalam memberikan

asuhan keperawatan diantaranya preventif, promotif, kuratif, dan rehabilitatif.

Upaya preventif yaitu mencegah kegawatan agar tidak terjadi gangguan perilaku.

Upaya promotif yaitu dengan pendidikan kesehatan bagi keluarga tentang merawat

klien. Upaya kuratif yaitu kolaborasi dengan tim kesehatan untuk pemberian

pengobatan. Upaya rehabilitatif yaitu membantu klien dalam kegiatan sehari-hari

seperti TAK agar klien dapat mandiri dalam kehidupan sehari-hari menjalani

kehidupan yang normal.

Asuhan keperawatan ini membahas tentang konsep kesehatan dan

keperawatan kesehatan jiwa dengan penekanannya pada upaya pencegahan primer,

sekunder, dan tertier kesehatan jiwa, yang ditujukan pada pasien dengan masalah

gangguan konsep diri: harga diri rendah menggunakan pendekatan proses

keperawatan melalui komunikasi terapeutik serta menggunakan beberapa terapi

modalitas keperawatan kesehatan jiwa.

Adapun hal yang melatarbelakangi penyusun memilih Tn.A menjadi klien

Page 6: 102224764 LP Harga Diri Rendah

6

kelolaan pada asuhan keperawatan ini adalah sebagai berikut:

1. Klien mempunyai masalah gangguan konsep diri: harga diri rendah.

2. Klien berdomisili di wilayah yang mampu dijangkau (wilayah Martapura)

sehingga memudahkan dalam hal pengakajian pada keluarga atau kunjunagn

rumah (home visite).

Oleh karena itu, penyusun tertarik untuk mengungkap masalah ini ke

dalam seminar keperawatan dengan pendekatan proses keperawatan yang berjudul

“Asuhan Keperawatan Jiwa Pada klien Tn.A Dengan Diagnosa Harga Diri Rendah

Di Ruang Perawatan Kelas III Pria Akasia RSJD Sambang Lihum Gambut”.

B. Laporan Pendahuluan Harga Diri Rendah

1. Pengertian

Konsep diri adalah semua ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang

diketahui tentang diri dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan

orang lain (Stuart, et al. 1998: 319).

Termasuk persepsi individu akan sifat dan kemampuannya, interaksi

dengan orang lain dan lingkungan, nilai-nilai yang berkaitan dengan pengalaman

dan objek, tujuan, serta keinginannya.

Konsep diri belum ada saat lahir, dan berkembang secara bertahap melalui

kontak sosial dan pengalaman berhubungan dengan orang lain. Individu dengan

konsep diri yang positif dapat berfungsi lebih efektif yang terlihat dari kemampuan

interpersonal, intelektual, dan penguasaan lingkungan. Konsep diri negatif dapat

dilihat dari hubungan individu dan sosial yang maladaptif.

Page 7: 102224764 LP Harga Diri Rendah

7

Rentang respon konsep diri (Stuart, et al. 1998:320)

Adaptif Maladaptif

Aktualisasi Konsep diri Harga diri Keracunan Depersonalisasidiri positif rendah identitas

Gambar 1.1 Skema Rentang Respon Konsep Diri (sumber: Stuart, et al, 1988: 320)

Menurut Stuart dan Sundeen (1998) dalam buku Nur Fajariyah (2012: 7)

respon individu terhadap konsep dirinya sepanjang rentang respon konsep diri yaitu

adaptif dan maladaptif:

a. Aktualisasi adalah pernyataan diri positif tentang latar belakang

pengalaman nyata yang sukses diterima.

b. Konsep diri positif adalah mempunyai pengalaman yang positif

dalam beraktualisasi diri.

c. Harga diri rendah adalah transisi antara respon diri adaptif dengan

konsep diri maladaptif.

d. Kerancuan identitas adalah kegagalan individu dalam kemalangan

aspek psikososial dan kepribadian dewasa yang harmonis.

e. Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistis terhadap diri

sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan, serta tidak dapat

membedakan dirinya dengan orang lain.

Komponen konsep diri terdiri dari 5 bagian, yaitu:

Page 8: 102224764 LP Harga Diri Rendah

8

a. Gambaran diri (body image)

Sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar yang

mencakup persepsi, perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi, penampilan,

serta potensi tubuh saat ini dan masa lalu.

b. Ideal diri (self ideal)

Persepsi individu tentang bagaimana ia harus berperilaku sesuai standar

pribadi (aspirasi, cita-cita, nilai atau seseorang yang diinginkan).

c. Identitas (identity)

Kesadaran akan diri sendiri yang bersumber dari observasi dan

penilaian yang merupakan sintesa dari semua aspek konsep diri sebagai satu-

kesatuan yang utuh.

d. Peran (role performance)

Pola sikap, prilaku, nilai, dan tujuan yang diharapkan dari seseorang

berdasarkan posisinya di masyarakat.

e. Harga diri (self esteem)

Penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa

seberapa jauh perilaku memenuhi ideal diri.

Jadi pengertian harga diri rendah adalah sebagai perasaan negatif terhadap

diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa gagal mencapai keinginan, tidak

berguna, tidak berdaya, tidak ada harapan dan putus asa (Direktorat Kesehatan Jiwa

DepKes RI, 1992).

2. Etiologi

Page 9: 102224764 LP Harga Diri Rendah

9

Biasanya yang menyebabkan harga diri rendah adalah kurangnya umpan

balik positif, perasaan ditolak oleh orang terdekat, sejumlah kegagalan dan

ketidakberdayaan, ego yang belum berkembang dan menghakimi super ego, faktor-

faktor pribadi atau situasi seperti disfungsi sistem keluarga atau tidak adanya

dukungan sosial.

a. Faktor predisposisi

Adapun faktor predisposisi yang mungkin mengakibatkan harga diri rendah

adalah (Stuart, et al. 1995, dikutip oleh Keliat):

1) Biologis

Gangguan perkembangan dan fungsi otak/susunan saraf pusat yang

dapat menimbulkan gangguan seperti:

a) Hambatan perkembangan otak khususnya korteks frontal,

temporal, dan limbik (sistem kesadaran dan emosi).

b) Pertumbuhan dan perkembangan individu.

2) Psikologis

Keluarga, pengasuh, dan lingkungan sangat berpengaruh terhadap

respon psikologis dari klien. Sikap atau keadaan yang dapat

mempengaruhi adalah penolakan dan kekerasan dalam kehidupan klien.

3) Sosial budaya

Kehidupan sosial budaya dapat pula mempengaruhi seperti

kemiskinan, konflik sosial budaya (peperangan, kerusuhan, dan

kerawanan), kehidupan terisolasi disertai stres yang menumpuk.

Page 10: 102224764 LP Harga Diri Rendah

10

Jadi faktor predisposisi dari gangguan konsep diri: harga diri rendah,

yaitu:

1) Pengalaman masa kanak-kanak dapat merupakan faktor kontribusi

pada gangguan konsep diri.

2) Anak yang tidak menerima kasih sayang.

3) Individu yang kurang mengerti akan arti dan tujuan kehidupan akan

gagal menerima tanggung jawab untuk diri sendiri.

4) Penolakan orang tua, harapan yang tidak realistis, tergantung pada

orang lain, dan ideal diri yang tidak realistis.

b. Faktor presipitasi

Faktor presipitasi dari gangguan konsep diri: harga diri rendah,

diantaranya adalah situasi atau stressor yang dapat mempengaruhi konsep diri

dan komponennya. Stressor yang mempengaruhi harga diri contohnya adalah

penolakan dan kurang penghargaan diri dari orang tua dan orang yang berarti,

seperti:

1) Pola asuhan anak yang tidak tepat (dituruti, dilarang, dituntut).

2) Kesalahan dan kegagalan berulang kali.

3) Cita-cita yang tidak dapat dicapai.

4) Gagal bertanggung jawab terhadap diri sendiri.

3. Patofisiologi

Seseorang dengan harga diri rendah berhubungan dengan hubungan

interpersonal yang buruk yang mulanya merasa dirinya tidak berharga sehingga

Page 11: 102224764 LP Harga Diri Rendah

11

merasa tidak aman berhubungan dengan orang lain, individu yang mempunyai

ketergantungan berlebihan pada orang lain, dan kemudian dimunculkan dalam

bentuk perilaku (Stuart, et al, 1998).

Perilaku biasanya ditunjukkan pada klien dengan harga diri rendah adalah

kritik terhadap diri sendiri/orang lain, produktivitas menurun, destruksi pada orang

lain, gangguan berhubungan perasaan irritable, sikap negatif terhadap diri sendiri,

ketegangan peran, pesimis terhadap kehidupan, keluhan fisik, pandangan hidup

terpolarisasi, menolak kemampuan diri sendiri, mengejek diri dari realitas, cemas

dan takut.

Harga diri rendah berhubungan dengan hubungan interpersonal yang buruk

mengarah pada kasus skizofrenia dan depresi.

Hal ini dapat terjadi karena faktor sosiokultural akibat menurunnya

stabilitas keluarga dan kesibukan keluarga dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari

dan faktor psikologis meliputi koping individu yang tidak efektif terhadap keadaan

dirinya, tanggung jawabnya, serta koping keluarga dalam menghadapi situasi yang

dialami klien.

4. Jenis Harga Diri Rendah

Gangguan harga diri yang disebut dengan harga diri rendah menurut Keliat

(1998:24) dapat terjadi secara:

a. Situasional

Yaitu trauma yang terjadi tiba-tiba, misalnya harus dioperasi,

kecelakaan, dicederai, dicerai suami, putus sekolah, putus hubungan kerja, dan

Page 12: 102224764 LP Harga Diri Rendah

12

perasaan malu karena sesuatu terjadi (korban perkosaan, dituduh KKN,

dipenjara tiba-tiba). Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga diri rendah

karena:

1) Privacy kurang diperhatikan, misalnya pemeriksaan fisik yang

sembarangan, pemasangan alat yang tidak sopan (pencukuran pubis,

pemasangan kateter, pemeriksaan perineal).

2) Harapan akan struktur, bentuk, dan fungsi tubuh tidak tercapai

karena dirawat/sakit/penyakit.

3) Perlakuan petugas kesehatan yang tidak dihargai, misalnya berbagai

pemeriksaan dilakukan tanpa penjelasan, berbagai tindakan tanpa

persetujuan.

b. Kronis

Yaitu perasaan negatif terhadap diri yang telah berlangsung lama, yaitu

sebelum sakit atau dirawat klien mempunyai cara berpikir negatif. Kejadian

sakit dan dirawat akan menambah persepsi negatif terhadap dirinya.

5. Mekanisme Koping

Mekanisme koping gangguan konsep diri: harga diri rendah dibagi

menjadi 2, yaitu koping jangka pendek dan koping jangka panjang.

a. Jangka pendek

1) Aktivitas yang memberi kesempatan lari sementara dari krisis.

2) Aktivitas yang memberi kesempatan mengganti identitas.

Page 13: 102224764 LP Harga Diri Rendah

13

3) Aktivitas yang memberi kekuatan atau dukungan sementara terhadap

konsep diri.

4) Aktivitas yang memberi arti terhadap kehidupan.

b. Jangka panjang

Mekanisme pertahanan diri (ego oriental reaction) yang bervariasi

untuk melindungi diri yang sering digunakan untuk fantasi, disosiasi, proyeksi,

dan mengisar.

6. Tanda dan Gejala

Tanda dan gejala yang dapat dikaji atau karakteristik perilaku yang terjadi

pada klien dan masalah utama harga diri rendah menurut Direktorat Kesehatan Jiwa

DepKes RI (1998:35) adalah sebagai berikut:

a. Perasaan negatif terhadap diri sendiri.

b. Menyatakan diri tidak berharga, tidak berguna, dan tidak mampu.

c. Mengatakan hal-hal negatif terhadap keadaan tubuhnya.

d. Mengeluh tidak dapat melakukan peran dan fungsi sebagaimana

mestinya.

e. Menarik diri dari kehidupan sosial atau realitas.

f. Kritis terhadap diri sendiri dan atau orang lain.

g. Destruktif terhadap orang lain dan diri sendiri.

h. Pembicaraan kacau.

i. Mengungkapkan adanya ketegangan peran.

j. Mudah tersinggung dan mudah marah.

Page 14: 102224764 LP Harga Diri Rendah

14

k. Produktivitas menurun.

l. Pandangan hidup yang ekstrim.

m. Penolakan terhadap diri sendiri.

n. Mengatakan pesimis dalam menghadapi kehidupan.

o. Merasa tidak adekuat.

p. Keluhan fisik dan penyalahgunaan zat.

7. Penatalaksanaan

Usaha pertama yang dilakukan adalah membina hubungan rasa percaya.

Apabila sudah didapatkan kontak mata, maka lakukan bimbingan tentang hal-hal

yang praktis. Bimbingan yang diberikan haruslah bimbingan yang baik seperti

bekerja secara sederhana di rumah atau di luar rumah. Bantu klien memperluas

kesadaran dirinya, kemudian bantu klien mengenal kekuatan dan kelemahannya.

Bantu untuk mengevaluasi diri, membuat rencana tujuan yang realistik, kemudian

bantu klien membuat keputusan dan mencapai tujuan. Meski klien sudah sembuh

atau boleh pulang ke rumah, metode farmakologi atau pengobatan tidak boleh

putus. Penatalaksanaan klien dengan harga diri rendah meliputi:

a. Farmakologi.

b. Terapi lain seperti terapi psikomotor, terapi rekreasi, terapi tingkah laku,

terapi keluarga, terapi spiritual, terapi lingkungan, terapi aktivitas kelompok

yang tujuannya adalah memperbaiki perilaku klien dengan harga diri rendah.

Page 15: 102224764 LP Harga Diri Rendah

15

c. Rehabilitasi sebagai suatu refungsionalisasi (kembali memfungsikan)

dan perkembangan klien supaya dapat melaksanakan sosialisasi secara wajar

dalam kehidupan bermasyarakat.

C. Tinjauan Teoritis Asuhan Keperawatan Harga Diri Rendah

1. Pengkajian

Setiap melakukan pengkajian, tulis tempat klien dirawat dan tanggal

dirawat. Isi pengkajian meliputi:

a. Identitas klien

1) Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontak

dengan klien tentang: nama klien, panggilan klien, nama perawat,

panggilan perawat, tujuan, waktu, tempat pertemuan, topik pembicaraan.

2) Usia dan nomor rekam medik.

3) Perawat menuliskan sumber data yang didapat.

b. Keluhan utama/alasan masuk

Tanyakan pada keluarga/klien hal yang menyebabkan klien dan

keluarga datang ke Rumah Sakit, yang telah dilakukan oleh keluarga untuk

mengatasi masalah, dan perkembangan yang dicapai.

c. Faktor predisposisi

Faktor yang mempengaruhi harga diri bisa disebabkan oleh pengalaman

masa kanak-kanak yang merupakan faktor kontribusi pada gangguan atau

masalah konsep diri, orang tua yang kasar, membenci dan tidak menerima akan

mempunyai keraguan atau ketidakpastian seperti gagal mencintai dirinya dan

menggapai cinta orang lain.

Page 16: 102224764 LP Harga Diri Rendah

16

d. Faktor presipitasi

Disebabkan oleh setiap situasi yang dihadapi individu dan tidak mampu

menyelesaikannya, seperti:

1) Stressor yang mempengaruhi gambaran diri

a) hilangnya bagian tubuh,

b) tindakan operasi,

c) proses patologi penyakit,

d) perubahan struktur dan fungsi tubuh,

e) proses tumbuh kembang, dan

f) prosedur tindakan dan terapi.

2) Stressor yang mempengaruhi harga diri dan ideal diri

a) penolakan dan kurangnya penghargaan dari orang tua, dan orang

yang berarti.

b) pola asuh yang tidak tepat.

c) kegagalan dan kesalahan berulang.

e. Mekanisme koping

Mekanisme koping yang digunakan dalam jangka pendek yaitu:

1) Aktivitas yang memberi kesempatan lari sementara dari krisis.

2) Aktivitas yang memberi kesempatan mengganti.

3) Aktivitas yang memberi atau dukungan sementara terhadap konsep

diri.

4) Aktivitas yang memberi arti dari kehidupan.

Page 17: 102224764 LP Harga Diri Rendah

17

Mekanisme yang digunakan dalam jangka panjang yaitu penyesuaian

atau penyelesaian positif akan menghasilkan integritas ego, identitas, dan

keunikan individu. Selanjutnya dapat menggunakan “Ego Oriented Reaction”

yang bervariasi untuk melindungi diri. Ragam Ego Oriented Reaction atau

mekanisme pertahanan diri yang sering dipakai adalah fantasi, isolasi,

proyeksi. Dalam keadaan semakin berat dapat terjadi deviasi perilaku dan

kegagalan penyesuaian seperti: penyalahgunaan zat, psikologis/neurosis, dan

bunuh diri.

2. Pohon Masalah

Perubahan persepsi sensorik: halusinasi pendengaran

Gangguan interaksi sosial: menarik diri

Gangguan konsep diri: harga diri rendah

( cp )

Koping individu tidak efektif

Resiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan

Koping keluarga tidak efektif:

ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga

yang sakit

Berduka disfungsional

Perilaku kekerasan

Tidak efektifnya penatalaksanaan

regiment terapeutik

Gangguan proses pikir: waham

Menurunnya motivasi

perawatan diri

Defisit perawatan diri

Komunikasi verbal

Page 18: 102224764 LP Harga Diri Rendah

18

Gambar 1.2 Pohon Masalah Harga Diri Rendah (sumber: Aris R., dkk, 2008)

3. Diagnosa Keperawatan

Masalah keperawatan yang mungkin dapat disimpulkan dari hasil

pengkajian (Keliat, 1998: 89) adalah:

a. Gangguan konsep diri: harga diri rendah situasional atau kronik.

b. Keputusasaan.

c. Isolasi sosial: menarik diri.

d. Resiko perilaku kekerasan.

e. Ketidakberdayaan.

f. Gangguan citra tubuh.

g. Perubahan penampilan peran.

h. Ideal diri tidak realistis.

i. Gangguan identitas personal.

4. Perencanaan

Rencana tindakan keperawatan terdiri dari 3 aspek utama, yaitu:

a. Tujuan umum

Berfokus pada penyelesaian permasalahan dari diagnosa, tujuan umum

dapat dicapai jika serangkaian tujuan khusus dapat dicapai.

b. Tujuan khusus

Page 19: 102224764 LP Harga Diri Rendah

19

Berfokus pada penyelesaian etiologi dari diagnosa. Tujuan khusus

merupakan rumusan kemampuan klien yang perlu dicapai atau dimiliki klien.

Kemampuan ini dapat bervariasi sesuai dengan masalah dan kebutuhan klien.

Umumnya kemampuan pada tujuan khusus dapat dibagi menjadi tiga aspek

yaitu kemampuan kognitif yang diperlukan untuk menyelesaikan etiologi dari

diagnosa keperawatan, kemampuan psikomotor yang diperlukan agar etiologi

dapat selesai, dan kemampuan efektif yang perlu dimiliki agar klien percaya

akan kemampuan menyelesaikan masalah.

c. Rencana tindakan keperawatan

Merupakan serangkaian tindakan yang dapat mencapai tujuan khusus.

Tindakan keperawatan menggambarkan tindakan perawat mandiri, kerjasama

dengan klien, keluarga, kelompok, dan kolaborasi dengan tim kesehatan jiwa

lainnya. Adapun rencana tindakan keperawatan menurut Gail W.S. (1998:313)

yaitu:

1) Psikoterapeutik

a) Bina hubungan saling percaya

(1) Kenalkan nama dan waktu kerja perawat pada klien.

(2) Jelaskan pada klien bahwa perawat telah siap mendengarkan

apa yang dikatakannya.

(3) Nyatakan kesediaan perawat membantu klien.

(4) Dengarkan dengan penuh perhatian dan minat setiap

pernyataan klien.

b) Bantu klien memperluas kesadaran dirinya

Page 20: 102224764 LP Harga Diri Rendah

20

(1) Anjurkan klien untuk mengungkapkan segala sesuatu yang

dirasakan seperti hubungannya dengan orang lain, pekerjaan,

urusan rumah tangga, sekolah, dan sebagainya.

(2) Tanyakan kepada klien tentang kejadian yang berkaitan

dengan pikiran, perasaan, dan keyakinannya.

(3) Luruskan kesalahan persepsi klien tanpa mendebatnya.

c) Membantu klien mengenal kekuatan dan kelemahannya

(1) Anjurkan klien menyebutkan dan menuliskan minimal lima

kelebihan kekuatan yang dimilikinya.

(2) Dukung pernyataan klien tentang kelebihan kekuatan yang

telah disebut oleh klien.

(3) Bicarakan dengan klien kekurangan/kelemahan yang

dimilikinya, serta jelaskan bahwa setiap orang mempunyai

kelebihan dan kekurangan.

d) Bantu klien mengevaluasi diri

(1) Tanyakan pada klien keberhasilan yang pernah diraih.

(2) Bicarakan kegagalan yang pernah dialami, sebab-sebab

kegagalan, cara mengatasinya, serta respon klien terhadap

kegagalan tersebut.

(3) Jelaskan pada klien bahwa yang dialami dapat menjadi

pelajaran untuk mengatasi kesulitan yang mungkin terjadi dimasa

mendatang.

e) Bantu klien membuat rencana yang realistik

Page 21: 102224764 LP Harga Diri Rendah

21

(1) Tanyakan kepada klien tujuan keberhasilan yang ingin

dicapai.

(2) Bantu klien memilih tujuan serta keberhasilan yang ingin

dicapai.

(3) Bicarakan dengan klien konsekuensi dari tujuan yang telah

dipilih dengan memberi contoh bermain peran dan

mendemonstrasikan kembali.

f) Bantu klien membuat keputusan dan mencapai tujuan

(1) Beri klien kesempatan untuk melakukan kegiatan yang telah

dipilih.

(2) Tunjukkan keberhasilan yang telah dicapai dengan memberi

penghargaan yang sesuai.

(3) Ikut sertakan klien dalam aktivitas kelompok.

(4) Beri dukungan positif untuk mempertahankan dan

meningkatkan kemampuan klien.

2) Pendidikan kesehatan

a) Anjurkan klien untuk mengikuti latihan keterampilan untuk

mengembangkan bakat yang dimiliki.

b) Bimbing setiap anggota keluarga untuk mengenal dan

menghargai kemampuan dari masing-masing anggota keluarganya.

c) Bimbing klien untuk menguraikan pola hubungan dengan tiap

anggota keluarga.

Page 22: 102224764 LP Harga Diri Rendah

22

d) Bimbing klien untuk mencoba cara-cara baru dalam

berhubungan dengan anggota keluarga lain.

e) Beri informasi kepada keluarga cara merawat klien dengan harga

diri rendah, mengenai:

(1) karakteritik harga diri rendah,

(2) cara merawat klien, dan

(3) sistem rujukan dan fasilitas.

3) Kehidupan sehari-hari

a) Pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan

(1) Jelaskan pada klien bahwa makan dan minum yang cukup

penting untuk kesehatannya.

(2) Jelaskan bahwa kondisi fisik yang sehat akan meningkatkan

kemampuan untuk menyelesaikan masalah.

(3) Sajikan makanan secara menarik.

(4) Pantau berat badan klien secara teratur.

b) Bantu klien melakukan kegiatan sesuai dengan kemampuannya

(1) Arahkan kegiatan klien sesuai dengan kemampuan minimal.

(2) Beri penghargaan atas keberhasilan yang dicapai.

(3) Beri kegiatan kepada klien secara bertahap.

(4) Bimbing klien melakukan asuhan mandiri.

4) Lingkungan terapeutik

a) Lingkungan fisik

Page 23: 102224764 LP Harga Diri Rendah

23

(1) Siapkan ruangan yang aman dan nyaman, hindarkan alat-alat

yang bisa digunakan klien untuk mencederai diri sendiri dan

orang lain.

(2) Tata ruangan secara mekanik seperti: tempelkan poster-

poster yang cerah untuk meningkatkan gairah hidup, hadirkan

musik ceria, dan acara televisi berupa film komedi yang lucu.

(3) Beri kesempatan kepada klien untuk merawat dan

menyimpan barang-barang milik pribadinya pada lemari-lemari

atau kamar khusus.

b) Lingkungan sosial

(1) Beri penjelasan pada klien setiap akan melakukan tindakan

keperawatan, terutama yang berkaitan dengan privacy (hak klien).

(2) Terima klien apa adanya dengan tidak mengeluarkan kata-

kata yang mengejek atau merendahkan.

(3) Anjurkan keluarga agar menerima klien sebagaimana

mestinya.

(4) Jelaskan pada keluarga bahwa setiap keluarga unik,

mempunyai kelebihan dan kekurangan.

5. Evaluasi

Evaluasi menurut Stuart (1998:237) yaitu:

a. Apakah ancaman terhadap integritas fisik atau sistem diri pasien telah

menurun dalam sifat, jumlah, dan asal atau waktu?

Page 24: 102224764 LP Harga Diri Rendah

24

b. Apakah perilaku pasien mencerminkan penerimaan diri, nilai diri, dan

persetujuan diri yang lebih besar?

c. Apakah sumber koping pasien sudah dikaji dan dikerahkan secara

adekuat?

d. Apakah pasien sudah meluaskan kesadaran diri dan melakukan

eksplorasi serta evaluasi diri?

e. Apakah pasien menggunakan respon koping yang adaptif ?

DAFTAR PUSTAKA

Aris R, dkk. 2008. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa. Semarang: RSUD Dr. Amino Gondotomo.

Carpenito, Lynda Juall, 1997, Nursing Diagnosis Application to Clinical Practice, 7 th edition, New York: Lippincott.

-------, 2001, Buku Saku Diagnosa Keperawatan, edisi 8, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Fajariyah, Nur. 2012. Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan Harga Diri Rendah. Jakarta: TIM.

Fitria, Nita. 2010. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan (LP dan SP) untuk 7 Diagnosis Keperawatan Jiwa Berat bagi Program S-1 Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Keliat, dkk, 1998, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Rasmun, 2001, Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan Keluarga, Jakarta: PT. Fajar Interpratama.

Stuart, et. al, 1997, Principles Practice of Psychiatric Nursing, 6 th edition, St Louis Mosby Year.

Stuart, Gail W. 2006, Buku Saku Keperawatan Jiwa, edisi 5. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Page 25: 102224764 LP Harga Diri Rendah

25

Townsend, Mary C, 1998, Buku Saku Diagnosa Keperawatan Pada Keperawatan Psikiatri, edisi 3. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Tanpa nama. Tanpa tahun. Memahami Arti Kesehatan Jiwa, (Online), (http://www.sambanglihum.info/umum/memahami-arti-kesehatan-jiwa. html , diakses 30 Maret 2012).

Wikipedia. Tanpa tahun. Rumah Sakit Jiwa, (Online), (http://id.wikipedia.org/wiki/Rumah sakit jiwa, diakses 30 Maret 2012).

Yasira. 2011. Definisi Kesehatan Jiwa, (Online), (http://id.shvoong.com/writing-and-speaking/2102283-definisi-kesehatan-jiwa/, diakses 30 Maret 2012).f.