100231251-lp-colik-renal
TRANSCRIPT
-
7/27/2019 100231251-Lp-Colik-Renal
1/14
LAPORAN PENDAHULUAN COLIK KRENAL
A. Pengertian
Kolik renal adalah nyeri yang disebabkan oleh obstruksi akut di ginjal, pelvis renal
atau ureter oleh batu. Nyeri ini timbul akibat peregangan, hiperperitalsis, dan spasme otot polos
pada sistem pelviokalises ginjal dan ureter sebagai usaha untuk mengatasi obstruksi. Istilah
kolik sebetulnya mengacu kepada sifat nyeri yang hilang timbul (intermittent) dan
bergelombang seperti pada kolik bilier dan kolik intestinal namun pada kolik renal nyeri
biasanya konstan. Nyeri dirasakan di flank area yaitu daerah sudut kostovertebra kemudian
dapat menjalar ke dinding depan abdomen, ke regio inguinal, hingga ke daerah kemaluan. Nyeri
muncul tiba-tiba dan bisa sangat berat sehingga digambarkan sebagai nyeri terberat yang
dirasakan manusia seumur hidup. Kolik renal sering disertai mual dan muntah, hematuria, dandemam, bila disertai infeksi
Batu ginjal merupakan batu saluran kemih (urolithiasis), sudah dikenal sejak
zaman Babilonia dan Mesir kuno dengan diketemukannya batu pada kandung kemih mummi.
Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran kemih mulai dari sistem kaliks ginjal,
pielum, ureter, buli-buli dan uretra. Batu ini mungkin terbentuk di di ginjal kemudian turun ke
saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk di saluran kemih bagian bawah karena
adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli karena hiperplasia prostat atau batu uretra yang
terbentu di dalam divertikel uretra.
Batu ginjal adalah batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum,
pelvis ginjal dan bahkan bisa mengisi pelvis serta seluruh kaliks ginjal dan merupakan batu
slauran kemih yang paling sering terjadi (Purnomo, 2000, hal. 68-69).
B. Insidens dan Etiologi
Penyakit batu saluran kemih menyebar di seluruh dunia dengan perbedaan di negara
berkembang banyak ditemukan batu buli-buli sedangkan di negara maju lebih banyak dijumpai
batu saluran kemih bagian atas (gunjal dan ureter), perbedaan ini dipengaruhi status gizi dan
mobilitas aktivitas sehari-hari. Angka prevalensi rata-rata di seluruh dunia adalah 1-12 %
penduduk menderita batu saluran kemih.
Penyebab terbentuknya batu saluran kemih diduga berhubungan dengan gangguan aliran urine,
gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang masih
belum terungkap (idiopatik)
Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran
kemih yang dibedakan sebagai faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik.
Faktor intrinsik, meliputi:
1. Herediter; diduga dapat diturunkan dari generasi ke generasi.
2. Umur; paling sering didapatkan pada usia 30-50 tahun
-
7/27/2019 100231251-Lp-Colik-Renal
2/14
3. Jenis kelamin; jumlah pasien pria 3 kali lebih banyak dibanding pasien wanita.
Faktor ekstrinsik, meliputi:
1. Geografi; pada beberapa daerah menunjukkan angka kejadian yang lebih tinggi
daripada daerah lain sehingga dikenal sebagai daerah stone belt (sabuk batu)
2. Iklim dan temperatur
3. Asupan air; kurangnya asupan air dan tingginya kadar mineral kalsium dapat
meningkatkan insiden batu saluran kemih.
4. Diet; diet tinggi purin, oksalat dan kalsium mempermudah terjadinya batu saluran
kemih.
5. Pekerjaan; penyakit ini sering dijumpai pada orang yang pekerjaannya banyak dudukatau kurang aktivitas fisik (sedentary life).
Teori Terbentuknya Batu Saluran Kemih
Beberapa teori terbentuknya batu saluran kemih adalah:
1. Teori nukleasi: Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu atau sabuk batu
(nukleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan kelewat jenuh akan mengendap
di dalam nukleus itu sehingga akhirnya membentuk batu. Inti bantu dapat berupa
kristal atau benda asing saluran kemih.
2. Teori matriks: Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin, globulin
dan mukoprotein) sebagai kerangka tempat mengendapnya kristal-kristal batu.
3. Penghambat kristalisasi: Urine orang normal mengandung zat penghambat
pembentuk kristal yakni magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa
peptida. Jika kadar salah satu atau beberapa zat ini berkurang akan memudahkan
terbentuknya batu dalam saluran kemih.
Komposisi Batu
Batu saluran kemih pada umumnya mengandung unsur: kalsium oksalat, kalsium
fosfat, asam urat, magnesium-amonium-fosfat (MAP), xanthyn dan sistin. Pengetahuan
tentang komposisi batu yang ditemukan penting dalam usaha pencegahan kemungkinan
timbulnya batu residif.
Batu Kalsium
Batu kalsium (kalsium oksalat dan atau kalsium fosfat) paling banyak ditemukan
yaitu sekitar 75-80% dari seluh batu saluran kemih. Faktor tejadinya batu kalsium adalah:
1. Hiperkasiuria: Kadar kasium urine lebih dari 250-300 mg/24 jam, dapat terjadi
karena peningkatan absorbsi kalsium pada usus (hiperkalsiuria absorbtif), gangguan
kemampuan reabsorbsi kalsium pada tubulus ginjal (hiperkalsiuria renal) dan adanya
-
7/27/2019 100231251-Lp-Colik-Renal
3/14
peningkatan resorpsi tulang (hiperkalsiuria resoptif) seperti pada hiperparatiridisme
primer atau tumor paratiroid.
2. Hiperoksaluria: Ekskresi oksalat urien melebihi 45 gram/24 jam, banyak dijumpai
pada pasien pasca pembedahan usus dan kadar konsumsi makanan kaya oksalat seperti
the, kopi instan, soft drink, kakao, arbei, jeruk sitrun dan sayuran hijau terutama
bayam.
3. Hiperurikosuria: Kadar asam urat urine melebihi 850 mg/24 jam. Asam urat dalam
urine dapat bertindak sebagai inti batu yang mempermudah terbentuknya batu kalsium
oksalat. Asam urat dalam urine dapat bersumber dari konsumsi makanan kaya purin
atau berasal dari metabolisme endogen.
4. Hipositraturia: Dalam urine, sitrat bereaksi dengan kalsium membentuk kalsiumsitrat sehingga menghalangi ikatan kalsium dengan oksalat atau fosfat. Keadaan
hipositraturia dapat terjadi pada penyakit asidosis tubuli ginjal, sindrom malabsorbsi
atau pemakaian diuretik golongan thiazide dalam jangka waktu lama.
5. Hipomagnesiuria: Seperti halnya dengan sitrat, magnesium bertindak sebagai
penghambat timbulnya batu kalsium karena dalam urine magnesium akan bereaksi
dengan oksalat menjadi magnesium oksalat sehingga mencegah ikatan dengan kalsium
ddengan oksalat.
Batu Struvit
Batu struvit disebut juga batu sebagai batu infeksi karena terbentuknya batu ini
dipicu oleh adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah golongan
pemecah urea (uera splitter seperti: Proteus spp., Klebsiella, Serratia, Enterobakter,
Pseudomonas dan Stafilokokus) yang dapat menghasilkan enzim urease dan mengubah
urine menjadi basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Suasana basa ini
memudahkan garam-garam magnesium, amonium, fosfat dan karbonat membentuk batu
magnesium amonium fosfat (MAP) dan karbonat apatit.
Batu Urat
Batu asam urat meliputi 5-10% dari seluruh batu saluran kemih, banyak dialami
oleh penderita gout, penyakit mieloproliferatif, pasein dengan obat sitostatika dan
urikosurik (sulfinpirazone, thiazide dan salisilat). Kegemukan, alkoholik dan diet tinggi
protein mempunyai peluang besar untuk mengalami penyakit ini. Faktor yang
mempengaruhi terbentuknya batu asam urat adalah: urine terlalu asam (pH < 6, volume
urine < 2 liter/hari atau dehidrasi dan hiperurikosuria.
-
7/27/2019 100231251-Lp-Colik-Renal
4/14
C. Patofisiologi
Batu saluran kemih dapat menimbulkan penyulit berupa obstruksi dan infeksi
saluran kemih. Manifestasi obstruksi pada saluran kemih bagian bawah adalah retensi
urine atau keluhan miksi yang lain sedangkan pada batu saluran kemih bagian atas dapat
menyebabkan hidroureter atau hidrinefrosis. Batu yang dibiarkan di dalam saluran kemih
dapat menimbulkan infeksi, abses ginjal, pionefrosis, urosepsis dan kerusakan ginjal
permanen (gagal ginjal)
D. FOKUS PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Riwayat Keperawatan dan Pengkajian Fisik:
Berdasarkan klasifikasi Doenges dkk. (2000) riwayat keperawatan yang perlu
dikaji adalah:
1. Aktivitas/istirahat:
Gejala:
- Riwayat pekerjaan monoton, aktivitas fisik rendah, lebih banyak duduk- Riwayat bekerja pada lingkungan bersuhu tinggi
- Keterbatasan mobilitas fisik akibat penyakit sistemik lainnya (cedera
serebrovaskuler, tirah baring lama)
2. Sirkulasi
Tanda:
- Peningkatan TD, HR (nyeri, ansietas, gagal ginjal)
- Kulit hangat dan kemerahan atau pucat
3. Eliminasi
Gejala:- Riwayat ISK kronis, obstruksi sebelumnya
Batu Saluran Kemih
Obstruksi Infeksi
Pielonefritis
Ureritis
Sistitis
Hidronefrosis
Hidroureter
Pionefrosis
Urosepsis
Gagal Ginjal
-
7/27/2019 100231251-Lp-Colik-Renal
5/14
- Penrunan volume urine
- Rasa terbakar, dorongan berkemih
- Diare
Tanda:
- Oliguria, hematuria, piouria
- Perubahan pola berkemih
4. Makanan dan cairan:
Gejala:
- Mual/muntah, nyeri tekan abdomen
- Riwayat diet tinggi purin, kalsium oksalat dan atau fosfat
- Hidrasi yang tidak adekuat, tidak minum air dengan cukup
Tanda:
- Distensi abdomen, penurunan/tidak ada bising usus
- Muntah
5. Nyeri dan kenyamanan:Gejala:
- Nyeri hebat pada fase akut (nyeri kolik), lokasi nyeri tergantung lokasi batu
(batu ginjal menimbulkan nyeri dangkal konstan)
Tanda:
- Perilaku berhati-hati, perilaku distraksi
- Nyeri tekan pada area ginjal yang sakit
6. Keamanan:
Gejala:
- Penggunaan alkohol
- Demam/menggigil
7. Penyuluhan/pembelajaran:
Gejala:
- Riwayat batu saluran kemih dalam keluarga, penyakit ginjal, hipertensi, gout,
ISK kronis
- Riwayat penyakit usus halus, bedah abdomen sebelumnya, hiperparatiroidisme
- Penggunaan antibiotika, antihipertensi, natrium bikarbonat, alopurinul, fosfat,
tiazid, pemasukan berlebihan kalsium atau vitamin.
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis
2. Resiko syok berhubungan dengan faktor resiko sepsis
3. Mual berhubungan dengan nyeri
4. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang
paparan sumber informasi
-
7/27/2019 100231251-Lp-Colik-Renal
6/14
RENCANA dan INTERVENSI KEPERAWATAN
a. Pada klien dengan penyakit Colik Renal pre-operasi
-
7/27/2019 100231251-Lp-Colik-Renal
7/14
NO Dx Keperawatan NOC NIC
1 Nyeri akut
berhubungan
dengan agens
cedera biologis
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam nyeri
terkontrol :
No Kriteria Score
1 Mengenal faktor
penyebab nyeri
5
2 Mengenali tanda
dan gejala nyeri
3 Mengetahui onset
nyeri
5
4 Menggunakan
langkah-langkah
pencegahan nyeri
5
5 Menggunakan
teknik relaksasi
5
6 Menggunakan
analgesic yang
tepat
5
7 Melaporkan nyeri
terkontrol
5
Manajemen nyeri
1. Kaji secara
komphrehensif tentang
nyeri, meliputi: skala
nyeri, lokasi,
karakteristik dan
onset, durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas/beratnya
nyeri, dan faktor-
faktor presipitasi.
2. Observasi isyarat-
isyarat non verbal dari
ketidaknyamanan
3. Berikan analgetik
sesuai dengan anjuransebelum memulai
aktivitas
4. Gunakan
komunkiasi terapeutik
agar klien dapat
mengekspresikan
nyeri
5. Kaji latar belakangbudaya klien
6. Evaluasi tentang
keefektifan dari
tindakan mengontrol
nyeri yang telah
digunakan
7. Berikan dukungan
terhadap klien dankeluarga
8. Berikan informasi
tentang nyeri, seperti:
penyebab, berapa lama
terjadi, dan tindakan
pencegahan
9. Motivasi klien
untuk memonitorsendiri nyeri
10. Ajarkan
penggunaan teknik
relaksasi nafas dalam
11. Evaluasi
-
7/27/2019 100231251-Lp-Colik-Renal
8/14
3 Defisiensi
pengetahuan
berhubungan
dengan kurang
paparan sumber
informasi
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam
Pengetahuan tentang proses
penyakitnya terpenuhi dengan
kriteria hasil :
No Kriteria Score
1 Pasien familier
dengan proses
penyakitnya
5
2 Pasien/keluarga
dapat
mendeskripsikan
proses
penyakitnya,
kondisi, prognosis
dan program
pengobatan
5
3 Pasien dan
keluarga mampu
melaksanakan
prosedur yang
dijelaskan secara
benar.
5
Mengajarkan tentang
proses penyakitnya
1. Kaji pengetahuan
klien tentang
penyakitnya
2. Jelaskan tentangproses penyakitnya
(tanda dan gejala)
3. Jelaskan tentang
kondisi klien
4. Jelaskan tentang
program pengobatan
dan alternatif
pengobatan
5. Diskusikan
perubahan gaya hidup
yang mungkindigunakan untuk
mencegah komplikasi
6. Eksplorasi
kemungkinan sumber
yang bisa digunakan/
mendukung
7. Instruksikan kapan
harus ke pelayanan
8. Tanyakan kembali
pengetahuan klien
tentang penyakitnya
9. Prosedur perawatan
dan pengobatan.
4 Mual berhubungan
dengan nyeri
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam
status nutrisi : intake makanan dan
cairan terpenuhi dengan kriteria
hasil sebagai berikut :
No Kriteria Score
1. Intake makananoral
5
2 Intake minuman
oral
5
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam
hidrasi terpenuhi dengan kriteria
hasil sebagai berikut :
No Kriteria Score
1. Hidrasi kulit 52 Kelembapan 5
Manajemen mual :
1. Anjurkan pasien untuk
mengkontrol mualnya
2. Kaji mual pasien
meliputi : frekuensi,
durasi keparahan dan
faktor penyebab
3. Kaji riwayat diet
pasien meliputi :
pilihan makanan
kesukaan dan yang
tidak disukai
4. Identifikasi riwayat
penggunaan medikasi
sebelumnya
5. Kolaborasi pemberian
-
7/27/2019 100231251-Lp-Colik-Renal
9/14
membran mukosa
3 Tekanan darah :
(100-140/60-
90mmhg)
5
4 Urin output :
(0,5-1cc/kgbb/jam)
5
obat antiemetik
6. Kaji efektivitas
pemberian obat
antiemetik
7. Ajarkan pasien untuk
menggunakan terapi
nonfarmakologi :
relaksasi dan distraksi.
8. Anjurkan pasien untuk
istirahat dan tidur
yang adekuat
9. Monitor kefektifitasan
manajemen mual yang
dilakukan
Monitor cairan :
1. Monitor intake dan
output cairan
2. Monitor tekanan darah
nadi dan rr
3. Monitor kondisi
membran mukosa
4. Monitor turgor kulit
5. Monitor warna,
jumlah, kualitas urin
Diet staging:
1. Kaji bising usus
2. Monitor toleransi
pasien terhadap
masukan makanan
3. Kolaborasikan dengan
ahli gizi perencanaan
diet pasien
4. Monitor kemajuan
toleransi terhadap
intake makanan
a. Pada Klien dengan Colik Renal Post Operasi dengan General AnastesiNo Dx. Keperawatan NOC Nursing Intervention
-
7/27/2019 100231251-Lp-Colik-Renal
10/14
Clasification
NIC
1 Ketidakefektifan
pola napas
berhubungan
dengan disfungsiNeuromuskular
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan sesuai dengan kondisi
pasien 1x24 jam, pola nafas efektif
dengan criteria hasil:
No Kriteria Score
1 Respiratori Rate :
(18-24 x/mnt)
5
2 Tidak didapatkan
penggunaan otot-
otot tambahan
5
3 Tidak ada suara
nafas tambahan
5
4 Tidak ada retraksi
dada
5
5 Tidak ada dispnea 5
6 Tidak ada
orthopnea
5
Manajemen jalan nafas:
1. Berikan
posisi semi fowler
2. Berikanterapi oksigenasi
sesuai kondisi pasien.
Monitor Pernafasan:
1. Monitor
hemodinamik pasien
2. Monitor frekuensi,
ritme, kedalaman
pernafasan
3. Catat pergerakan
dada kesimetrisan4. Penggunaan otot
tambahan
5. Monitor pola
nafas : bradipneu,
takipneu,
hiperventilasi
6. Palpasi ekspansi
paru
7. Auskultasi suara
pernafasan
8. Monitor sekresi
pernafasan pasien
9. Berikan O2 sesuai
prosedur
10. Berikan
posisi semi flower
2 Nyeri akut
berhubungan
dengan agen cedera
(biologis)
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam
nyeri terkontrol :
No Kriteria Score
1 Mengenal faktor
penyebab nyeri
5
2 Mengenali tanda
dan gejala nyeri
3 Mengetahui
lamanya (onset)
nyeri
5
4 Pasien dapat
menggunakan
metode nonanalgetik untuk
5
Manajemen Nyeri
1. Kaji secara
komphrehensif tentang
nyeri, meliputi: skalanyeri, lokasi,
karakteristik dan
onset, durasi,
frekuensi, kualitas,
intensitas/beratnya
nyeri, dan faktor-
faktor presipitasi.
2. Observasi isyarat-
isyarat non verbal dari
ketidaknyamanan
-
7/27/2019 100231251-Lp-Colik-Renal
11/14
mengurangi nyeri
5 Menggunakan
teknik relaksasi
5
6 Menggunakan
analgesic yang
tepat
5
7 Pasien dapat
melaporkan gejala
nyeri pada
perawat/dokter
8 Melaporkan nyeri
terkontrol
5
9 Melaporkan
tingkat / skala
nyeri, frekuensi
nyeri berkurang,
lama episode nyeri
berkurang
5
10 Ekspresi oral
tentang nyeri
berkurang
5
11 Ekspresi wajah
tentang nyeri
berkurang
5
12 Perilaku
perlindungan diri
dari rasa nyeriberkurang
5
13 Tidak ada
ketengangan otot
5
14 Nadi :
(N : 60-100
x/mnt)
5
15 Tekanan darah :
(100-140/60-
90mmhg)
5
16 Respirasi :
(18-24x/menit)
5
3. Berikan analgetik
sesuai dengan anjuran
sebelum memulai
aktivitas
4. Gunakankomunkiasi terapeutik
agar klien dapat
mengekspresikan
nyeri
5. Kaji latar belakang
budaya klien
6. Evaluasi tentang
keefektifan dari
tindakan mengontrol
nyeri yang telah
digunakan
7. Berikan dukungan
terhadap klien dan
keluarga
8. Berikan informasi
tentang nyeri, seperti:
penyebab, berapa lama
terjadi, dan tindakan
pencegahan
9. Motivasi klien
untuk memonitor
sendiri nyeri
10. Ajarkan
penggunaan teknik
relaksasi nafas dalam
11. Evaluasi
keefektifan dari
tindakan mengontrol
nyeri
12. Tingkatkan
tidur/istirahat yang
cukup
13. Beritahu
dokter jika tindakan
tidak berhasil atau
terjadi keluhan.
3 Resiko Infeksi Setelah dilakukan tindakan Kontrol infeksi
-
7/27/2019 100231251-Lp-Colik-Renal
12/14
berhubungan
dengan faktor
resiko prosedur
invasif
keperawatan selama 1x24 jam
risiko terkontrol dengan kriteria
hasil : klien bebas dari tanda dan
gejala infeksi :
No Kriteria Score1 Tidak terdapat
rubor
5
2 Tidak terdapat
kalor
5
3 Tidak terdapat
dolor
5
4 Tidak terdapat
tumor
5
5 Tidak terdapat
fungsiolesa
5
1. Bersihkan ruangan
sebelum digunakan
tindakan pada pasien
2. Ganti peralatan untuk
tindakan pada pasien
3. Batasi jumlahpengunjung
4. Ajarkan pada pasien
untuk melakuakn cuci
tangan dengan benar
5. Instruksikan pada
pengunjung untuk
melakukan cuci tangan
sebelum ke pasien
6. Gunakan sabun
antimikroba untuk
cuci tangan7. Bersihkan tangan
sebelum dan setelah
melakukan tindakan
pada pasien
8. Gunakan universal
precaution
9. Gunakan sarung
tangan sesuai standar
universal precaution
10. Kolaborasi pemberian
antibiotik sesuai
dengan kondisi pasien
11. Ajarkan pada pasien
dan keluarga untuk
mengenali tanda dan
gejala infeksi serta
melaporkan pada
tenaga kesehatan
ketika terdapat tanda
dan gejala infeksi.
4 Hambatan mobilitasfisik berhubungan
dengan nyeri dan
kelemahan otot
Selama dilakukan tindakankeperawatan x24 jam mobilisasi
pasien meningkat dengan kriteria :
No Kriteria Score
1 Balance
performance
5
2 Posisi tubuh sesuai 5
3 Tidak
sempoyongan
5
4 Pergerakan otot
baik
5
5 Pergerakan sendibaik
5
Exercise Therapy :Ambulasi
1. Latih klien dalam
pemenuhan kebutuhan
perawatan dirinya
2. Dekatkan tempat
tidur yang dekat
dengan fasilitas (meja,
dll)
3. Bantu klien untuk
duduk dan fasilitasi
-
7/27/2019 100231251-Lp-Colik-Renal
13/14
6 Mampu berpindah 5
7 Ambulasi bertahap
(miring kanan-kiri,
duduk, berdiri,
kemudian
berjalan).
5
posisi yang sesuai
4. Konsultasi dengan
dokter/ fisioterapist
tentang perencanaan
tahap ambulasi yangdibutuhkan pasien
5. Instruksikan pasien
bagaimana tehnik
pengaturan posisi dan
proses berpindah yang
aman
6. Berikan alat bantu
jika diperlukan
7. Dorong pasienuntuk melakukan
ambulasi secara
mandiri
5 Kerusakan
integritas Kulit
berhubungan
dengan medikasi
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan sesuai dengan kondisi
pasien 1x24jam integritas kulit dan
membran mukosa baik dengan
kriteria hasil :
No Kriteria Score
1 Temperature :
(36,5 37,5 c)
5
2 sensasi dalam batas
normal
5
3 elastisitas dalam
batas normal
5
4 pigmentasi dalam
batas normal
5
5 perspiration dalam
batas normal
5
6 warna kulit dalam
batas normal
5
7 teksture dalam batas
normal
5
8 perfusi jaringan
baik
5
9 pertumbuhan
rambut di kulit baik.
5
Nursing Intervention
Clasification (NIC)
:pengobatan pada kulit
1. Lakukan prosedur 5
benar dalam
pemberian obat
2. catat adanya alergi
pasien
3. kaji pengetahuan
pasien tentang cara
pengobatan
4. kaji kondisi sekitar
kulit sebelum
dilakukan pengobatan
5. berikan pengobatan
dengan jumlah yang
benar sesuai dengan
standar6. monitor efek dari
pengobatan.
6 Defisiensi
pengetahuan
berhubungan
dengan kurang
paparan sumber
informasi
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1x24 jam
Pengetahuan tentang proses
penyakitnya terpenuhi dengan
kriteria hasil :
Mengajarkan tentang
proses penyakitnya
10. Kaji
pengetahuan klien
tentang penyakitnya
11. Jelaskan
-
7/27/2019 100231251-Lp-Colik-Renal
14/14
No Kriteria Score
1 Pasien familier
dengan proses
penyakitnya
5
2 Pasien/keluarga
dapatmendeskripsikan
proses
penyakitnya,
kondisi, prognosis
dan program
pengobatan
5
3 Pasien dan
keluarga mampu
melaksanakan
prosedur yang
dijelaskan secara
benar.
5
tentang proses
penyakitnya (tanda
dan gejala)
12. Jelaskan
tentang kondisi klien
13. Jelaskantentang program
pengobatan dan
alternatif pengobatan
14. Diskusikan
perubahan gaya hidup
yang mungkin
digunakan untuk
mencegah komplikasi
15. Eksplorasi
kemungkinan sumber
yang bisa digunakan/mendukung
16. Instruksikan
kapan harus ke
pelayanan
17. Tanyakan
kembali pengetahuan
klien tentang
penyakitnya
18. Prosedur
perawatan dan
pengobatan.