10. p10 area sampling.pptx

67
1 SURVEI CONTOH AREA SAMPLING

Upload: defa-saputra

Post on 10-Feb-2016

222 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 10. P10 Area Sampling.pptx

1

SURVEI CONTOH

AREA SAMPLING

Page 2: 10. P10 Area Sampling.pptx

AREA SAMPLINGArea sampling Kerangka sampel untuk area, persyaratan dan

pembentukannya Penentuan teknik sampling dalam area

sampling

PENGERTIAN AREA SAMPLING PEMETAAN WILAYAH SP2010 AREA SAMPLING CLOSED SEGMENT DAN OPENED SEGMENT 2

Page 3: 10. P10 Area Sampling.pptx

3

AREA SAMPLING

Area Sampling adalah metode sampling yg menggunakan area sebagai sampling unit,yaitu membagi habis wilayah menjadi suatu area yg bisa dijadikan sampling unit, contoh blok sensus.

Page 4: 10. P10 Area Sampling.pptx

4

PEMETAAN WILAYAH SP2010UMUM (1)

Sketsa peta wilayah administrasi dan blok sensus yang mutakhir sangat diperlukan untuk perencanaan dan pelaksanaan kegiatan sensus, survei dan pengumpulan data lainnya.

Dalam kegiatan sensus khususnya sensus yang dilaksanakan secara lengkap peta ini sangat diperlukan untuk pembagian tugas dari wilayah kerja pertugas lapangan.

Dalam kegiatan survei yang dilakukan secara sample peta wilayah administrasi dan blok sensus akan dijadikan kerangka induk yang akan digunakan sebagai kerangka sample untuk pengambilan sample survei-survei BPS.

Page 5: 10. P10 Area Sampling.pptx

5

UMUM (2) Pemetaan wilayah administrasi dan blok sensus

serta penyempurnaan dan pengembangannya dilakukan setiap SP. dan dimutakhirkan setiap dilakukannya ST.dan SE.

Pada setiap kegiatan Sensus misalnya untuk persiapan Sensus Penduduk 2010 telah dilakukan :

Pembuatan sketsa peta desa/ kelurahan/ (RW untuk DKI Jjakarta)

Pembentukan blok sensus dengan menggunakan tata cara pembentukan blok sensus yang lebih disempurnakan.

Pembentukan sketsa blok sensus, yang menjadi kunci untruk penetapan wilayah kerja.

Page 6: 10. P10 Area Sampling.pptx

6

PETA DASAR (1) Peta dasar adalah peta desa/kelurahan yang

dijadikan acuan dalam penggambaran sketsa peta desa/kelurahan dan pembentukan sketsa peta BS. Khusus di DKI Jakarta , peta dasar meliputi wilayah RW (bukan desa/kelurahan)

Peta dasar ini bersumber dari hasil olah citra satelit atau Google Earth (Gambar 1), Peta Rupabumi Bakosurtanal (Gambar 2) sketsa peta BPS (Gambar 3), peta Pajak Bumi dan Bangunan (Gambar 4)

Page 7: 10. P10 Area Sampling.pptx

7

Gb.1 Contoh Peta dasar Hasil Olah Citra Satelit

Page 8: 10. P10 Area Sampling.pptx

8

Gb.2 Contoh Peta Rupabumi Bakosurtanal

Page 9: 10. P10 Area Sampling.pptx

9

Gb.3 Peta Dasar dari Sketsa Peta BPS

Page 10: 10. P10 Area Sampling.pptx

10

Gb.4 Contoh Peta dasar dari Pajak Bumi dan Bangunan

Page 11: 10. P10 Area Sampling.pptx

11

PETA DASAR (2)

Peta dasar mengacu pada konsep data spasial menurut Peraturan Presiden RI No. 85 Tahun 2007 yang menyebutkan bahwa ”data spasial adalah data hasil pengukuran, pencatatan dan pencitraan terhadap suatu unsur keruangan yang berada di bawah, pada atau di atas permukaan bumi dengan posisi keberadaannya mengacu pada sistem koordinat nasional”.

Untuk itu, sketsa Peta Desa dan BS yang dikumpulkan BPS harus memenuhi sketsa peta yang tepat posisi dan tepat bentuk. Akhirnya, sketsa peta ini dapat dijadikan panduan dalam pelaksanaan pencacahan SP2010 sehingga tidak terjadi cacah ganda dan atau lewat cacah.

Page 12: 10. P10 Area Sampling.pptx

12

WILAYAH ADMINISTRASI YANG DIPETAKAN

Wilayah administrasi pemerintahan berjenjang mulai dari provinsi, kabupaten/kota, kecamatan dan desa/kelurahan (termasuk nagari di Sumatera Barat).

Wilayah administrasi yang dipetakan adalah wilayah desa/kelurahan/ nagari.

Page 13: 10. P10 Area Sampling.pptx

13

DESA / KELURAHAN Desa atau yang disebut dengan nama lain, adalah

kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada didaerah kabupaten (UU RI No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah).

Kelurahan adalah satuan wilayah yang dipimpin oleh seorang Lurah sebagai perangkat daerah kabupaten dan atau daerah kota dibawah kecamatan (UU RI No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah).

Page 14: 10. P10 Area Sampling.pptx

14

SATUAN LINGKUNGAN SETEMPAT (SLS)

SLS adalah unit wilayah komunitas pemukiman di bawah desa/kelurahan yang relatif permanen dan pengurusnya mengetahui jumlah kepala keluarga, seperti : RT, RW, dusun dan lingkungan. Hirarki SLS dapat berbeda antar wilayah. (Lihat bagan berikut).

Page 15: 10. P10 Area Sampling.pptx

15

SATUAN LINGKUNGAN SETEMPAT (SLS)

Prov. DKI Jakarta Kota Medan, Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Utara Sumatera Barat

KELURAHAN

RW

RT

KELURAHAN

LINGKUNGAN

NAGARI

JORONG

Page 16: 10. P10 Area Sampling.pptx

16

SATUAN LINGKUNGAN SETEMPAT (SLS)

Batas SLS dapat berupa batas alam ataupun buatan, baik yang mudah dikenali maupun yang tidak mudah dikenali, misalnya jalan, sungai, saluran air, dinding rumah, tanah kosong, dan lain-lain.

SLS yang digunakan dalam kegiatan ini adalah SLS terkecil, disebut juga SLS tingkat I (contohnya RT di Kota Jakarta, Lingkungan di Kota Medan) yang secara operasional mempunyai kewenangan administratif. Pemberian nomor/nama SLS mengikuti nomor/nama SLS di setiap daerah, contoh: RT 13/RW 09 di DKI Jakarta, Jorong Batu Tanyuah di Kabupaten Lima Puluh Koto, Lingkungan V Kampung Durian di Kota Medan.

Page 17: 10. P10 Area Sampling.pptx

17

Blok Sensus SP2010 (BS)

Blok sensus dibedakan menjadi: Blok sensus biasa (B), Blok sensus khusus (K), dan Blok sensus persiapan (P):

Page 18: 10. P10 Area Sampling.pptx

18

BLok Sensus Biasa BS Biasa memiliki muatan sekitar 100 rumahtangga

(minimum 80 dan maksimum 120 rumah tangga) dalam satu hamparan (tidak dipisahkan oleh blok sensus lain)

Untuk menentukan muatan blok sensus, jumlah rumahtangga didekati dengan konsep kepala keluarga (KK), Bangunan Sensus Bukan Tempat Tinggal (BSBTT)/Bangunan Sensus Tempat Tinggal kosong (BSTT kosong), dan diperkirakan tidak akan berubah dalam jangka waktu lebih kurang 10 tahun

Dalam pembentukan BS, jumlah muatan bisa didekati dengan gabungan dari jumlah KK, BSBTT, dan BSTT kosong.

Page 19: 10. P10 Area Sampling.pptx

19

BS Persiapan. BS Persiapan adalah wilayah kosong yang

terpisah dari pemukiman seperti sawah, perkebunan, hutan, rawa, termasuk wilayah kosong yang telah direncanakan akan digunakan untuk daerah pemukiman penduduk atau tempat usaha.

Untuk sawah, ladang, tanah kosong yang tidak terlalu luas dan mempunyai batas jelas serta berdampingan atau satu hamparan dengan pemukiman (BS biasa), harus dimasukkan ke dalam BS biasa.

Page 20: 10. P10 Area Sampling.pptx

20

BS Persiapan

Menjadi BS persiapan

008P

Dimasukkan ke BS 003B

Page 21: 10. P10 Area Sampling.pptx

21

Segmen

Segmen adalah wilayah yang merupakan bagian dari suatu BS, mempunyai batas jelas baik batas alam atau buatan seperti sungai/kali, jalan, gang/lorong. Luas segmen tidak dibatasi oleh jumlah muatan tetapi mengacu pada batas jelas yang ada

Page 22: 10. P10 Area Sampling.pptx

22

Batas Alam dan Buatan

Batas Alam Batas alam adalah batas wilayah yang

terbentuk oleh alam, misalnya sungai, pantai, dan danau.

Batas Buatan Batas buatan adalah batas wilayah yang

dibentuk oleh manusia, misalnya jalan raya, jalan kereta api, jalan desa/kelurahan, tembok dan saluran irigasi.

Page 23: 10. P10 Area Sampling.pptx

23

Batas Buatan

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor. 10 Tahun 2000, batas wilayah

administrasi yang digambarkan dalam sketsa peta adalah:

Batas provinsi :

Batas kabupaten/kota :

Batas kecamatan :

Batas desa/kelurahan :

Batas blok sensus :

Batas SLS tingkat II :

Batas SLS tingkat I :

Page 24: 10. P10 Area Sampling.pptx

24

Jalan Pada Sketsa Peta Jalan raya/besar ( )

Jalan raya/besar adalah jalan yang permukaannya aspal atau beton dan dapat

dilalui kendaraan bermotor roda empat atau lebih.

Jalan yang diperkeras ( )

Jalan yang diperkeras adalah jalan yang permukaannya belum diaspal atau

dibeton, tetapi sudah diperkeras dengan lapisan kerikil, pasir, dan sebagainya

serta dapat dilalui kendaraan bermotor beroda empat atau lebih.

Jalan tanah/lorong/gang ( )

Jalan tanah adalah jalan yang permukaannya masih tanah. Lorong/gang

biasanya sudah diperkeras dan hanya dapat dilalui oleh kendaraan bermotor

maksimum roda tiga.

Page 25: 10. P10 Area Sampling.pptx

25

Dasar-dasar Pemetaan Peta Peta adalah suatu bentuk/gambar sebagian

permukaan bumi pada suatu bidang datar yang memberikan informasi tentang keadaan suatu daerah.

Supaya tujuan penggambaran peta tercapai dengan baik, ada beberapa hal penting yang perlu dipenuhi, antara lain tersedianya peta dasar

Peta dasar adalah peta yang harus dijadikan acuan pada pembuatan peta.

Page 26: 10. P10 Area Sampling.pptx

26

Unsur-Unsur Peta Untuk memudahkan pembacaan peta,

maka peta harus mempunyai judul, arah mata angin, skala, legenda, dan keterangan penting lainnya (nama wilayah yang berbatasan, nama jalan, nama sungai, dan sebagainya).

Page 27: 10. P10 Area Sampling.pptx

27

Judul dan Arah Mata Angin1. Judul Judul peta harus singkat dan jelas sehingga

pembaca mengerti apa yang terkandung dalam peta tersebut. Judul diletakkan di tengah atas.

2. Arah Mata Angin Arah mata angin merupakan petunjuk arah Utara-Selatan peta. Pada blangko sketsa peta yang disediakan oleh BPS, arah mata angin sudah tercantum di sudut kanan atas, dilam- bangkan dengan huruf U di atas tanda panah.

Page 28: 10. P10 Area Sampling.pptx

28

Arah Mata Angin

Arah utara peta yang digambar harus sesuai dengan arah utara pada

arah mata angin yang tertera pada blangko sketsa peta. Bila tidak

sesuai, arah mata angin yang tertera pada blangko sketsa peta

dicoret, kemudian buatkan arah mata angin yang sesuai untuk sketsa

peta yang digambar.

Untuk menentukan arah mata angin, dapat didasarkan pada arah

gerak matahari. Bila pada pagi hari seseorang menghadap ke arah

matahari terbit, maka disebelah kiri adalah arah Utara, sedang sebelah

kanan adalah arah Selatan.

Page 29: 10. P10 Area Sampling.pptx

29

Skala (1) Skala adalah prbandingan jarak antara dua titik

pada peta dengan jarak antara dua titik sebenarnya di lapangan. Jenis skala ada dua, yaitu :

a. Skala numerik adalah skala yang dinyata-kan dalam bilangan perbandingan, umumnya tertulis dengan 1 : X

Contoh : 1 : 50.000 artinya 1 cm di peta sama dengan

50.000 cm atau 500 m di lapangan. Jika jarak antara dua titik berskala 1 : 10.000

adalah 2 cm, berarti jarak sebenarnya di lapngan adalah (2 x 10.000) = 20.000 cm atau 200 m.

Page 30: 10. P10 Area Sampling.pptx

30

Skala (2) b. Skala grafis adalah yang dinyatakan dalam bentuk garis yang

diberi ukuran, biasanya dalam kilometer. Pada peta berskala

grafis selalu dicantumkan jarak antara dua titik dengan

panjang tertentu. Pada gambar di bawah ini jarak dari 0 ke 1

dipeta menunjukkan jarak 1 km dilapangan.

Untuk mengkonversikan skala grafis ke skala angka,

pertama-tama ukur panjang ruas garis dari 0 ke 1,

misalkan jaraknya 2 cm, maka penghitungannya:

2 cm : 1 km = 2 cm : 100.000 cm = 1 : 50.000

Page 31: 10. P10 Area Sampling.pptx

31

Memperkirakan Skala Seandainya pada peta dasar yang tersedia tidak

tercantum skalanya, maka skala dapat diperkirakan dengan cara sebagai berikut:

Tentukan detail (obyek) yang jelas, baik pada peta maupun di lapangan, misalnya sebagian panjang jalan.

Ukur panjang jalan di lapangan, kemudian ukur panjang jalan tersebut yang digambar pada peta.

Bandingkan panjang jalan di peta dengan di lapangan. Misalnya panjang jalan di peta 5 cm, sedangkan panjang jalan sebenarnya di lapangan 125 m, maka perkiraan skala adalah 5 cm : 125 m = 5 cm : 12.500 cm = 1 : 2.500.

Page 32: 10. P10 Area Sampling.pptx

32

Legenda Legenda adalah daftar simbol yang

harus ada dalam penyajian peta. Tanpa legenda pembaca akan sulit

mendapatkan gambaran tentang informasi yang disajikan

Legenda terdapat pada kolom sebelah kanan blangko SP2010-WA dan SP2010-WB.

Page 33: 10. P10 Area Sampling.pptx

33

LegendaHal-hal yang perlu diperhatikan pada penyajian batas

wilayah: Batas wilayah administrasi dan SLS digambar dengan

pensil berwarna merah, sedangkan batas BS dengan warna hijau. Sungai, danau, rawa, dan pantai digambar dengan warna biru.

Bila suatu wilayah berbatasan dengan wilayah administrasi yang lebih tinggi, maka yang digambarkan adalah batas wilayah administrasi yang lebih tinggi.

Batas alam atau batas buatan seperti jalan raya, jalan kereta api, sungai, dan sebagainya yang menjadi batas luar suatu wilayah harus digambarkan.

Page 34: 10. P10 Area Sampling.pptx

34

Penggambaran Peta

Pada waktu penggambaran peta, yang harus diperhatikan:

Unsur harus digambarkan secara proporsional. Misalnya bila suatu sungai lebih lebar dari pada

jalan, maka penggambarannya harus pula demikian.

Penggambaran sungai atau jalan jangan berhenti pada batas wilayah, tetapi lanjutkan sedikit melintasi batas wilayah agar tidak kehilangan informasi arah jalan atau sungai tersebut.

Page 35: 10. P10 Area Sampling.pptx

35

Gb.5 Sketsa Peta Desa SP2010 WA

Page 36: 10. P10 Area Sampling.pptx

36

Syarat pembentukan BS(1)

1. Wilayah desa/kelurahan (termasuk pemukiman yang wilayahnya tidak diakui oleh SLS resmi) terbagi habis menjadi BS;

2. BS Biasa memiliki muatan berkisar antara 80-120 KK/BSBTT/BSTT kosong dan diperkirakan tidak akan berubah dalam jangka waktu lebih kurang 10 tahun.

Page 37: 10. P10 Area Sampling.pptx

37

3. Satu BS bisa terdiri dari satu SLS utuh (gambar kiri), bagian dari suatu SLS (gambar tengah)

atau gabungan dari beberapa SLS utuh (gambar kanan) dengan mempertimbangkan

batas jelas dan muatan

Page 38: 10. P10 Area Sampling.pptx

38

Syarat pembentukan BS (2)

4. Jika di suatu wilayah tidak terdapat SLS, maka batas BS harus merupakan batas yang jelas, baik batas alam atau buatan;

5. SLS yang memiliki muatan 150 atau lebih dapat dibagi menjadi dua BS atau lebih sesuai dengan kondisi di lapangan; Batas BS harus merupakan batas yang jelas dan mudah dikenali, baik batas alam maupun buatan;

6. Satu BS harus terletak pada satu hamparan, tidak boleh terpisah oleh BS lain;

7. Pembentukan BS harus dilakukan dalam satu SLS tingkat 2 yang pertama, dilanjutkan dengan SLS tingkat 2 berikutnya secara berurutan sampai habis dalam satu desa.

Page 39: 10. P10 Area Sampling.pptx

39

Page 40: 10. P10 Area Sampling.pptx

40

Metode Pemberian Kode Blok Sensus

Kode BS terdiri dari 3 angka dan 1 huruf. Tiga

angka menunjukkan nomor urut BS pada suatu desa/kelurahan, dan satu huruf menunjukkan jenis BS.

Penomoran BS berurutan dari arah barat daya secara zig-zag dalam satu desa. Huruf B menunjukkan BS Biasa, K menunjukkan BS Khusus dan P menunjukkan BS Persiapan.

Contoh penomoran BS: 001B, 002B, 003B, 004K, 005B,…….dst

Page 41: 10. P10 Area Sampling.pptx

41

Gambar 6. Contoh penomoran blok sensus

Page 42: 10. P10 Area Sampling.pptx

42

Metode Pemberian Nomor Segmen

Nomor segmen terdiri dari 1 huruf dan 3 angka. Satu huruf adalah huruf S, tiga angka menunjukkan nomor urut segmen pada suatu BS.

Angka 0 pada digit terakhir merupakan space/ tempat cadangan jika pada pelaksanaan pencaca-han SP2010 terdapat segmen yang pecah.

Penomoran segmen berurutan dari arah barat daya secara zig-zag dalam satu BS. Contoh penomoran segmen: S010, S020, dst. Jika segmen S010 pecah menjadi 2 maka penomorannya S010, S011, dst.

Page 43: 10. P10 Area Sampling.pptx

43

Gambar 7. Contoh Penomoran Segmen dalam suatu BS

Page 44: 10. P10 Area Sampling.pptx

44

Metode Penggambaran Peta Blok Sensus

Setelah BS dibentuk pada blangko SP2010-WA, masing-masing BS digambarkan pada blangko SP2010-WB beserta seluruh informasi dalam BS tersebut. Informasi dalam SP2010-WB harus lebih detail daripada informasi pada SP2010-WA. Khusus untuk BS persiapan tidak perlu digambarkan pada blangko SP2010-WB.

Agar pemeta desa mendapatkan gambar BS yang sama dengan BS di sketsa peta desa, maka terlebih dahulu BS di sketsa peta desa dijiplak dengan menggunakan kertas doorslag.

Page 45: 10. P10 Area Sampling.pptx

45

Gambar 8. Contoh menjiplak sketsa

Page 46: 10. P10 Area Sampling.pptx

46

Page 47: 10. P10 Area Sampling.pptx

47

Setelah gambar BS diperbesar pada blangko SP2010WB, harus dilengkapi dengan informasi lain termasuk segmen. Gambar 6.25.

Contoh gambar BS di blangko SP2010WB

Page 48: 10. P10 Area Sampling.pptx

48

AREA SAMPLING (1)

Konsekuensinya: Tersedianya peta yg mempunyai batas yg jelas, permanen, mudah dikenali, dan tidak terlampau luas. Elemen yg ada dalam area sesuai dg jenis surveinya dapat dijadikan sampling unit, seperti tempat tinggal dan rt.usaha

Page 49: 10. P10 Area Sampling.pptx

49

AREA SAMPLING (2) Merupakan salah satu kerangka sample 1. Didasarkan pada peta tersedia, seperti citra

landsat, foto udara dsb. - Citra landsat: peta yang dibuat dari satelit;

misalnya skala 1:150.000 bisa menimbulkan kesalahan karena skala terlalu besar

-Grade system : foto udara dibagi sesuai skala, fotonya lebih jelas sehingga terlihat populasi yang ada di daerah tsb.

Page 50: 10. P10 Area Sampling.pptx

50

AREA SAMPLING (3)

2. Dalam SP2010 membentuk kerangka sample. Dibentuk seperti sketsa wilayah administrasi,

blok sensus dsb. Pada persiapan SP, diadakan pemetaan dengan

updating peta yang mendasarkan peta yang lalu.

Membagi habis desa menjadi blok sensus dengan batas yang jelas dan terdiri dari

sekitar 100 rumah tangga.

Page 51: 10. P10 Area Sampling.pptx

51

AREA SAMPLING(4)Penggunaan untuk penarikan sampel: a. Bangunan, rumahtangga

b. Area tanah untuk berbagai survei

Page 52: 10. P10 Area Sampling.pptx

52

EFEKTIF KERANGKA SAMPEL (1)

1. Office mapping procedure seperti pemilihan wilcah, blok sensus

Jika area sampling menggunakan blok sensus maka otomatis dapat melakukan penarikan sample.

a. bisa sebagai klaster b. langsung dapat digunakan sebagai sampling

unit, bisa listing untuk penarikan sampling unit yang ada di blok sensus.

Page 53: 10. P10 Area Sampling.pptx

53

EFEKTIF KERANGKA SAMPEL (2)

2. Permanen kerangka sample Kerangka sample disebut efektif jika ada batas

yang jelas

3. Mudah dikenali kembali dan dapat disiapkan untuk pengenalannya

Mudah dikenali berarti harus ada identitas yang jelas peta bisa dicek efektif atau tidak, jika sudah jelas bisa digunakan untuk listing

Page 54: 10. P10 Area Sampling.pptx

54

KELEMAHAN PENGGGUNAAN AREA SAMPLING

1.Bias karena penarikan sample Bias terjadi terutama karena perubahan wilayah/ batas/ isi (muatan)

2. Penyiapan kerangka sample cukup mahal biayanya Karena mahal sehingga pembentukan blok sensus

diikutkan dalam SP2000, kemudian di update pada ST03 dan SE06 masing-masing dilengkapi dengan informasi yang relevan

Page 55: 10. P10 Area Sampling.pptx

55

PENYIAPAN PETA (1)

1. Peta dasar (peta kecamatan/desa) harus tersedia lengkap

2. Diyakini batas-batas area yang akan dijadikan sampling unit sehingga tidak terjadi duplikasi/ missing

3. Diketahui muatan dari area sampling unit (measure of size)

Page 56: 10. P10 Area Sampling.pptx

56

PENYIAPAN PETA (2)

4. Kemungkinan penerapan stratifikasi5. Identifikasi biaya Misal penerapan multistage sampling perlu listing atau tidak6. Pengenalan area terpilih dan lokasi survei/ responden

Page 57: 10. P10 Area Sampling.pptx

57

KAITAN DENGAN PERSYARATAN SAMPLING UNIT (1)

1. Coverage (cakupan) perlu diperhatikan agar tidak tumpang tindih/ missing2. Stability (kestabilan) syaratnya batas jelas dan permanent3. Simplicity (simple) membagi habis desa dengan batas yang

jelas tidak terlalu rumit

Page 58: 10. P10 Area Sampling.pptx

58

KAITAN DENGAN PERSYARATAN SAMPLING UNIT (2)

4. Homogenity (homogenitas) korelasi positif dan cukup besar5. Variation in Size (variasi ukuran) unit antar blok sensus jangan terlalu

bervariasi (80 – 120 rt)6. Dwelling ratings (penentuan penggunaan bangunan) pemberian penjelasan bangunan, mis:

mesjid, gereja, rumah tinggal

Page 59: 10. P10 Area Sampling.pptx

59

KAITAN DENGAN PERSYARATAN SAMPLING UNIT (3)

7. Cost per elemen agar biaya listing tidak terlalu mahal cost per blok sensus – under coverage Rt cost per Rt. – over coverage Rt. 8. Social interaction berdasarkan wilayah-wilayah yang sudah

ada seperti : RT, RW, kampung, dusun

Page 60: 10. P10 Area Sampling.pptx

60

PROBLEM YANG DAPAT DIPECAHKAN

1. Problem besarnya size Mis.Sakernas, bila ada BS >150 Rt dibuat sub blok sensus 2. Identifikasi unit baru,missed dan lainnya Mis.SP, bila ada unit baru dalam pemetaan harus membagi habis BS, jika ada BS baru dimasukkan dalam BS persiapan. 3. Stratifikasi di lapangan sesuai keperluan Stratifikasi di kantor : perkotaan/ perdesaan Stratifikasi dilapangan: Mis.Susenas dalam listing stratifikasi menurut pendidikan

Page 61: 10. P10 Area Sampling.pptx

61

PENGENALAN LOKASI

1. Pengenalan batas blok / segmen

2. Identifikasi sampling unit

3. Prosedur penarikan sample

4. Sebelum pencacahan, perhatikan perubahan

Page 62: 10. P10 Area Sampling.pptx

62

Closed segment & Opened segment (1)

Closed Segment berarti semua informasi berasal dari segment bersangkutan

Opened Segment berarti informasi bisa berada di luar segment (sampling unit ada dalam segment ). Biasanya pada sektor “pertanian” tetapi tidak menutup kemungkinan pada sektor yang lain.

Page 63: 10. P10 Area Sampling.pptx

63

Closed segment & Opened segment (2)

B

D E.

F

E.

AA

G C D

Page 64: 10. P10 Area Sampling.pptx

64

Closed segment & Opened segment (3)

Bidang :A merupakan lahan pertanian dalam segment, petani tinggal di dalam segmentB merupakan lahan pertanian, petani di luar segmentC bukan lahan pertanian tetapi ada petani tinggal di dalam segment ini, lahan pertanian diluar segment

Page 65: 10. P10 Area Sampling.pptx

65

Closed segment & Opened segment (4)

D adalah lahan pertanian yang diusahakan oleh petani DE lahan pertanian diusahakan oleh petani diluar segmentF lahan pertanian, petani tinggal jauh diluar segmentG bidang lahan pertanian, petani tinggal didalam segmentTitik A,C,D,dan G adalah PETANI

Page 66: 10. P10 Area Sampling.pptx

66

Closed segment & Opened segment (4)

Kita ingin mendapatkan data tentang lahan pertanian dengan sampling unit segmentBiasanya pendekatan rumah tangga

dengan opened segment Rt pertanian : A,C,D,G Closed segment sebenarnya lebih bagus

Page 67: 10. P10 Area Sampling.pptx

MATERI BERIKUTNYARANCANGAN SURVEI EKONOMIS

67