10 bab ii tinjauan pustaka 2.1 kajian teori 2.1.1 audit internal

45
10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Audit Internal 2.1.1.1 Pengertian Audit Internal Menurut Sawyers et al (2005:10) audit internal memiliki definisi sebagai berikut: Audit internal adalah sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yang dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda dalam organisasi untuk menentukan apakah (1) informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan; (2) risiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasi dan diminimalisasi; (3) peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa diterima dan diikuti; (4) kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi; (5) sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis, dan (6) tujuan organisasi telah dicapai secara efektif semua dilakukan dengan tujuan untuk dikonsultasikan dengan manajemen dan membantu anggota organisasi dalam menjalankan tanggung jawabnya secara efektif.Sementara itu, definisi audit internal yang diadopsi oleh The IIA’s Board of Directors pada tahun 1999 dalam Reding et al (2009:2) adalah: “Internal auditing is an independent, objective assurance and consulting activity designed to add value and improve an organization’s operations. It helps an organization accomplish its objectives by bringing a systematic, disciplined approach to evaluate and improve the effectiveness of risk management, control, and governance processes.Dari definisi tersebut, dapat diketahui bahwa fungsi audit internal masa kini tidak lagi hanya terbatas dalam audit keuangan dan operasi organisasi saja,

Upload: hoangcong

Post on 10-Feb-2017

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Audit Internal

10

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori

2.1.1 Audit Internal

2.1.1.1 Pengertian Audit Internal

Menurut Sawyers et al (2005:10) audit internal memiliki definisi sebagai

berikut:

“Audit internal adalah sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yangdilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-bedadalam organisasi untuk menentukan apakah (1) informasi keuangan danoperasi telah akurat dan dapat diandalkan; (2) risiko yang dihadapiperusahaan telah diidentifikasi dan diminimalisasi; (3) peraturan eksternalserta kebijakan dan prosedur internal yang bisa diterima dan diikuti; (4)kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi; (5) sumber daya telahdigunakan secara efisien dan ekonomis, dan (6) tujuan organisasi telahdicapai secara efektif – semua dilakukan dengan tujuan untukdikonsultasikan dengan manajemen dan membantu anggota organisasidalam menjalankan tanggung jawabnya secara efektif.”

Sementara itu, definisi audit internal yang diadopsi oleh The IIA’s Board

of Directors pada tahun 1999 dalam Reding et al (2009:2) adalah:

“Internal auditing is an independent, objective assurance and consultingactivity designed to add value and improve an organization’s operations.It helps an organization accomplish its objectives by bringing asystematic, disciplined approach to evaluate and improve the effectivenessof risk management, control, and governance processes.”

Dari definisi tersebut, dapat diketahui bahwa fungsi audit internal masa

kini tidak lagi hanya terbatas dalam audit keuangan dan operasi organisasi saja,

Page 2: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Audit Internal

11

tetapi juga memberikan jasa konsultasi yang dapat menambah nilai organisasi atau

perusahaan agar dapat mencapai tujuannya.

Teori-teori dasar dan konsep-konsep audit telah menjawab bahwa

keberadaan atau alasan diadakannya audit dalam organisasi adalah untuk

memberikan nilai tambah terhadap organisasi. Tabel berikut ini dapat

menjabarkan suatu perbandingan konsep kunci pengertian audit internal, dan

menjelaskan perbedaan definisi auditor internal yang lama dengan definisi auditor

internal yang baru. (Tugiman, 2007:13)

Perbandingan audit internal yang lama dengan yang baru dapat dilihat

dalam Tabel berikut ini:

Tabel 2.1Perbandingan Konsep Kunci Audit Internal

No Lama 1947 Baru 1999

1. Fungsi penilaian independen yangdibentuk dalam suatu organisasi.

Suatu aktivitas independenobjektif.

2. Fungsi penilaian. Aktivitas pemberian jaminankeyakinan dan konsultasi.

3. Mengkaji dan mengevaluasi aktivitasorganisasi sebagai bentuk jasa yangdiberikan bagi organisasi.

Dirancang untuk memberikan suatunilai tambah serta meningkatkankegiatan operasi organisasi.

4. Membantu agar para anggotaorganisasi dapat menjalankantanggungjawabnya secara efektif.

Membantu organisasi dalam usahamencapai tujuannya.

5. Memberi hasil analisis, penilaian,rekomendasi, konseling, daninformasi yang berkaitan denganaktivitas yang dikaji dan menciptakanpengendalian yang efektif denganbiaya yang wajar.

Memberikan suatu pendekatandisiplin yang sistematis untukmengevaluasi dan meningkatkankeefektifan manajemen risiko,pengendalian, dan proses peraturandan pengelolaan organisasi.

Sumber: Tugiman, (2004:13)

Page 3: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Audit Internal

12

Dari tabel tersebut dapat diartikan bahwa audit internal sekarang ini

mempunyai pandangan luas serta pemahaman terhadap proses manajerial dan

berkaitan dengan manusia yang mendasari fungsi audit internal. Selain itu audit

internal harus bertindak profesional dalam segala hal, sifat inilah yang dapat

memberikan nilai tambah dalam menghadapi berbagai risiko organisasi,

keterbukaan, dan globalisasi.

2.1.1.2 Fungsi dan Ruang Lingkup Audit Internal

Mulyadi (2010:211) menyatakan bahwa:

“Fungsi audit intern merupakan kegiatan penilaian yang bebas, yangterdapat dalam organisasi, yang dilakukan dengan cara memeriksaakuntansi, keuangan, dan kegiatan lain, untuk memberikan jasa bagimanajemen dalam melaksanakan tanggung jawab mereka. Dengan caramenyajikan analisis, penilaian, rekomendasi, dan komentar-komentarpenting terhadap kegiatan manajemen, auditor intern menyediakan jasatersebut. Audit intern berhubungan dengan semua tahap kegiatanperusahaan sehingga tidak hanya terbatas pada audit atas catatan-catatanakuntansi.”

Reding et al (2009:10) dalam bukunya menyatakan:

“The internal audit function helps the organization achieve its businessobjectives by evaluating and improving the effectiveness of governance,risk management, and control processes.”

Sedangkan The Institute of Internal Auditors (2011:27) memberikan

pernyataan bahwa:

“The internal audit activity must evaluate and contribute to theimprovement of governance, risk management, and control process usinga systematic and disciplinced approach.”

Berdasarkan kutipan diatas dapat diketahui bahwa ruang lingkup audit

internal harus mencakup pemeriksaan, dan evaluasi terhadap kecukupan dan

efektivitas sistem organisasi pengendalian internal dan kualitas kerja dalam

Page 4: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Audit Internal

13

melaksanakan tanggung jawab yang diberikan. Serta dapat diketahui bahwa audit

internal harus mengevaluasi dan memberikan kontribusi pada perbaikan tata

kelola, pengelolaan risiko, dan proses pengendalian dengan menggunakan

pendekatan sistematis dan disiplin.

2.1.1.3 Tujuan, Kewenangan, dan Tanggung Jawab Audit Internal

Dalam pelaksanaan pemeriksaan, audit internal memiliki tujuan yang

dijadikan acuan dalam kinerjanya. Tujuan audit internal adalah membantu

anggota organisasi melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif (Rajoe,

2003:410).

Tanggung jawab seorang audit internal menurut Komite SPAP Ikatan

Akuntansi Indonesia dalam Standar Profesional Akuntan Publik (2001:322) yaitu:

“Auditor internal bertanggungjawab untuk menyediakan jasa analisis danevaluasi, memberikan keyakinan dan rekomendasi dan informasi lainkepada kepada manajemen entitas dan bagian komisaris atau pihak lainyang setara wewenang dan tanggung jawabnya. Untuk memenuhitanggung jawabnya tersebut, auditor internal mempertahankanobjektivitasnya yang berkaitan dengan aktivitas yang diauditnya.”

Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal (2004:15) menyatakan

bahwa tujuan, wewenang, dan tanggung jawab audit internal sebagai berikut:

“Tujuan, wewenang, dan tanggung jawab fungsi audit internal harusdinyatakan secara formal dalam charter audit internal, konsisten denganStandar Profesi Audit Internal (SPAI), dan mendapat persetujuan daripimpinan dan wewenang pengawas organisasi.”

Sedangkan The Insitute of Internal Auditor (2009:15) menyatakan bahwa:

“The purpose, authority, and responsibilty of the internal audit activitymust be formally defined in an audit internal charter, consistent with thedefinition of internal auditing, the code of ethics, and the standards. Thechief audit executive must periodically review the internal audit charterand present it to senior management and the board to approval.”

Page 5: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Audit Internal

14

Berdasarkan kutipan diatas dapat diketahui bahwa tujuan, wewenang, dan

tanggung jawab dari kegiatan audit internal harus secara formal didefinisikan

dalam audit internal charter, konsisten dengan definisi audit internal, kode etik

dan norma-norma. Kepala eksekutif audit harus meninjau audit internal charter

secara berkala dan menyampaikannya kepada manajemen senior dan dewan untuk

disetujui.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan wewenang dan tanggung

jawab audit internal yaitu:

1. Memberikan saran-saran kepada manajemen dalam melaksanakan

tanggung jawab dengan cara-cara yang tidak bertentangan dengan

kode etik serta prosedur yang berlaku agar tujuan organisasi dapat

tercapai.

2. Audit internal bertanggung jawab untuk mendapatkan persetujuan dari

manajemen senior dan dewan terhadap dokumen tertulis formal untuk

bagian audit internal, menegaskan lingkup pekerjaan yang tidak

dibatasi, dan menyatakan bahwa bagian audit internal tidak memiliki

kewenangan atau tanggung jawab pada kegiatan yang mereka periksa.

2.1.1.4 Independensi dan Objektifitas

Auditor internal harus independen dan objektif dalam pelaksanakan

kegiatannya. Yang berarti bahwa auditor internal dalam penilaiannya tidak

memihak kepada siapapun. The Insitute of Internal Auditors (2009:16)

mendefinisikan independensi sebagai berikut:

Page 6: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Audit Internal

15

“Independence is the freedom from conditions that threaten the ability ofthe internal audit activity or the chief audit executive to carry out internalaudit responsibilities in an unbiased manner. To achieve the degree ofindependence necessary to effectivelly carry out the board, this can beachieved through a dual reporting relationship. Threats to independencemust be manage at the individual auditor, engagement, functional, andorganizational level.”

Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa independensi adalah

kebebasan dari kondisi yang mengancam kemampuan aktivitas audit internal atau

eksekutif audit yang utama untuk melaksanakan tanggung jawab audit internal

secara objektif. Untuk mencapai tingkat kemandirian yang diperlukan secara

efektif, dapat dicapai melalui hubungan pelaporan ganda. Ancaman terhadap

independensi harus dikelola pada auditor individu, keterlibatan, fungsional, dan

tingkat organisasi.

Para auditor internal haruslah memerlukan pemeriksaan secara objektif.

The Institute of Internal Auditors (2009:16) mendefinisikan objektivitas sebagai

berikut:

“Objectivity is an unbiased mental attitudes that allows internal auditorsto perform engagements in such a manner that they believe in their workproduct and that no compromises are made objectivity requires thatinternal auditors do not subordinate their judgement on audit matters orothers, threats to objectivity must be managed at the individual auditor,engagement, functional, and organizational level.”

Dari kutipan di atas dapat diketahui bahwa objektivitas adalah sikap

mental yang objektif dan memungkinkan auditor internal melaksanakan

penugasan dalam suatu cara yang mereka yakini di dalam produk kerjanya dan

tidak ada kompromi terhadap kualitas, sehingga membuat objektivitas diperlukan

oleh auditor internal dan tidak dipengaruhi oleh pertimbangan yng menyimpang

dari masalah—masalah lainnya, ancaman terhadap kebebasan harus dikelola pada

Page 7: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Audit Internal

16

auditor individu, penugasan, fungsional dan juga organisasi pada tingkat masing-

masing. Auditor internal harus memiliki sikap mental yang objektif, tidak

memihak, dan menghindari kemungkinan timbulnya pertentangan (conflict of

interest) (Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal, 2004:15).

Dari uraian di atas bahwa independen di sini berarti auditor harus mandiri

atau terpisah dari kegiatan operasional perusahaan. Namun para auditor akan

dianggap mandiri apabila melaksanakan pekerjaannya secara bebas dan objektif

sehingga dapat membuat pertimbangan secara netral dan tidak menyimpang.

2.1.1.5 Kemampuan Profesional

Kemampuan profesional menurut Tugiman (1997:27) yaitu:

“Kemampuan profesional merupakan tanggung jawab bagian auditinternal dan setiap auditor internal. Pimpinan audit internal dalam setiappemeriksaan haruslah menugaskan orang-orang yang secara bersama ataukeseluruhan memiliki kemampuan, pengetahuan, dan berbagai disiplinilmu yang diperlukan untuk melaksanakan pemeriksaan secara tepat danpantas.”

Kemampuan profesional mencakup:

1. Personalia

Auditor internal haruslah memberikan jaminan keahlian teknis dan

latar berlakang pendidikan para pemeriksa yang akan ditugaskan.

Pimpinan audit internal harus menetapkan kriteria pendidikan dan

pengalaman yang sesuai dalam mengisi jabatan-jabatan di bagian audit

internal dan harus memperoleh kepastian yang pantas tentang

kualifikasi dan kemampuan setiap calon pemeriksa.

Page 8: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Audit Internal

17

2. Pengetahuan dan kecakapan

Unit audit internal haruslah memiliki atau mendapatkan pengetahuan,

kecakapan, dan berbagai disiplin ilmu yang dibutuhkan untuk

menjalankan tanggung jawab pemeriksaan yang diberikan.

3. Pengawasan

Unit audit internal haruslah memberikan kepastian bahwa bahwa

pelaksanaan pemeriksaan internal akan diawasi sebagaimana mestinya

auditor internal.

4. Kesesuaian dengan standar profesi

Auditor internal haruslah mematuhi standar profesi dalam melakukan

pemeriksaan.

5. Hubungan antar manusia dan kecakapan

Auditor internal haruslah memiliki kemampuan untuk menghadapi

orang lain dan berkomunikasi secara efektif.

6. Pendidikan berkelanjutan

Auditor internal harus mengembangkan kemampuan teknisnya melalui

pendidikan yang berkelanjutan.

7. Ketelitian profesional

Dalam melakukan pemeriksaan, para pemeriksa internal haruslah

bertindak dengan ketelitian profesional yang seharusnya.

2.1.1.6 Standar Profesi Audit Internal

Saat ini peran auditor internal semakin diandalkan dalam menjaga dan

mengembangkan efektivitas sistem pengendalian internal, pengelolaan risiko, dan

Page 9: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Audit Internal

18

corporate governance. Agar dapat mengembangkan kepercayaan semakin besar

dan menjalankan peran dengan yang baik, auditor internal memerlukan Standar

Profesi Audit Internal.

Standar Profesi Audit Internal menurut Konsorsium Organisasi Profesi

Audit Internal (2004) terdiri dari:

1. Lingkup Penugasan

Fungsi audit internal melakukan evaluasi dan memberikan kontribusi

terhadap peningkatan proses pengelolaan risiko, pengendalian, dan

governance dengan menggunakan pendekatan yang sistematis, teratur,

dan menyeluruh.

1) Pengelolaan risiko

Fungsi audit internal harus membantu organisasi dengan cara

mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko signifikan dan

memberikan kontribusi terhadap peningkatan pengelolaan risiko

dan sistem pengendalian internal.

2) Pengendalian

Fungsi audit internal harus membantu organisasi dalam

memelihara pengendalian internal yang efektif dengan cara

mengevaluasi kecukupan, efisiensi, dan efektivitas pengendalian

tersebut, serta mendorong peningkatan pengendalian internal

secara berkesinambungan.

A. Berdasarkan hasil penelitian risiko, fungsi audit internal harus

mengevaluasi kecukupan dan efektivitas pengendalian internal,

Page 10: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Audit Internal

19

yang mencakup governance, kegiatan operasi, dan sistem

informasi organisasi. Hal ini harus mencakup:

a) Efektivitas dan efisiensi operasi.

b) Keandalan dan integritas informasi.

c) Kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang

berlaku.

d) Pengamanan aset organisasi.

B. Fungsi audit internal harus memastikan sampai sejauh mana

sasaran dan tujuan program serta kegiatan operasi telah

ditetapkan dan sejalan dengan sasaran organisasi.

C. Auditor internal harus mereview kegiatan operasi dan program

untuk memastikan sampai sejauh mana hasil-hasil yang

diperoleh konsisten dengan tujuan dan sasaran yang tekah

ditetapkan.

D. Untuk mengevaluasi sistem pengendalian internal diperlukan

kriteria yang memadai.

3) Proses governance

Fungsi audit internal harus menilai dan memberikan rekomendasi

yang sesuai untuk meningkatkan proses governance dalam

mencapai tujuan-tujuan berikut:

a) Mengembangkan etika dan nilai-nilai yang memadai di dalam

organisasi.

Page 11: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Audit Internal

20

b) Memastikan pengelolaan kinerja organisasi yang efektif dan

akuntabilitas.

c) Secara efektif mengkomunikasikan risiko dan pengendalian

kepada unit-unit yang tepat di dalam organisasi.

d) Secara efektif mengkoordinasikan informasi dan

mengkomunikasikan informasi diantara pimpinan, dewan

pengawas, auditor internal dan eksternal, serta manajemen.

2. Perencanaan Penugasan

Auditor internal harus mengembangkan dan mendokumentasikan

rencana untuk setiap penugasan yang mencakup ruang lingkup,

sasaran, waktu, dan alokasi sumber daya.

A. Pertimbangan perencanaan

Dalam merencanakan penugasan, auditor internal harus

mempertimbangkan:

a) Sasaran dari kegiatan yang sedang direvisi dan mekanisme

yang digunakan kegiatan tersebut dalam mengendalikan

kinerjanya.

b) Risiko signifikan atas kegiatan, sasaran, sumber daya, dan

operasi yang direview serta pengendalian internal yang

diperlukan untuk menekan dampak risiko ke tingkat yang dapat

diterima.

c) Kecukupan dan efektivitas pengelolaan risiko dan pengendalian

internal.

Page 12: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Audit Internal

21

d) Peluang yang signifikan untuk meningkatkan pengelolaan

risiko dan pengendalian internal.

B. Sasaran penugasan

Sasaran untuk setiap penugasan harus ditetapkan.

C. Ruang lingkup penugasan

Agar sasaran penugasan tercapai maka fungsi audit internal harus

mempunyai ruang lingkup penugasan yang memadai.

D. Alokasi sumber daya penugasan

Auditor internal harus menentukan sumber daya yang sesuai untuk

mencapai sasaran penugasan. Penugasan staf harus didasarkan

pada evaluasi atas sifat dan kompleksitas penugasan, keterbatasan

waktu, dan ketersediaan sumber daya.

E. Program kerja penugasan

Auditor internal harus menyusun dan mendokumentasikan program

kerja dalam rangka mencapai sasaran penugasan.

3. Pelaksanaan Penugasan

Dalam melaksanakan audit, auditor internal harus mengidentifikasi,

menganalisis, mengevaluasi, dan mendokumentasikan informasi yang

memadai untuk mencapai penugasan.

A. Mengidentifikasi informasi

Auditor internal harus mengidentifikasi informasi yang memadai,

handal, relevan, dan berguna untuk mencapai sasaran penugasan.

Page 13: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Audit Internal

22

B. Analisis dan evaluasi

Auditor internal harus mendasarkan kesimpulan dan hasil

penugasan pada analisis dan evaluasi yang tepat.

C. Dokumentasi informasi

Auditor internal harus mendokumentasikan informasi yang relevan

untuk mendukung kesimpulan dan hasil penugasan.

D. Supervisi penugasan

Setiap penugasan harus disupervisi dengan tepat untuk memastikan

tercapainya sasaran, terjaminnya kualitas, dan meningkatkan

kemampuan staf.

4. Komunikasi Hasil Penugasan

Auditor internal harus mengkomunikasikan hasil penugasan secara

tepat waktu.

A. Kriteria komunikasi

Komunikasi harus mencakup sasaran dan lingkup penugasan,

simpulan, rekomendasi, dan rencana tindaknya.

a) Komunikasi akhir hasil penugasan, bila memungkinkan

membuat opini keseluruhan dan kesimpulan auditor internal.

b) Auditor internal dianjurkan memberikan apresiasi, dalam

komunikasi hasil penugasan, terhadap kinerja yang memuaskan

dari kegiatan yang direview.

Page 14: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Audit Internal

23

c) Bila mana hasil penugasan disampaikan kepada pihak di laur

organisasi, maka pihak yang berwenang harus menetapkan

pembatasan dalam distribusi dan penggunaannya.

B. Kualitas komunikasi

Komunikasi yang disampaikan baik tertulis maupun lisan harus

akurat, obyektif, jelas, ringkas, konstruktif, lengkap, dan tepat

waktu.

Jika komunikasi final mengandung kesalahan dan kealpaan,

penanggungjawab fungsi audit internal harus mengkomunikasikan

informasi yang telah dikoreksi kepada semua pihak yang telah

menerima komunikasi sebelumnya.

C. Pengungkapan atas ketidakpatuhan terhadap standar

Dalam hal terdapat ketidakpatuhan terhadap standar yang

mempengaruhi penugasan tertentu, komunikasi hal-hal penugasan

harus mengungkapkan:

a) Standar yang tidak dipatuhi

b) Alasan ketidakpatuhan

c) Dampak dari ketidakpatuhan terhadap penugasan

D. Dimensi hasil penugasan

Penanggungjawab fungsi audit internal harus mengkomunikasikan

hasil penugasan kepada pihak yang berhak.

Page 15: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Audit Internal

24

5. Pemantauan Tindak Lanjut

Penanggungjawab fungsi audit internal harus menyusun dan menjaga

sistem untuk memantau tindak lanjut hasil penugasan yang telah

dikomunikasikan kepada manajemen.

2.1.2 Pengendalian Internal

2.1.2.1 Pengertian Pengendalian Internal

Pengendalian internal didefinisikan oleh IIA dalam Sawyer (2005:59)

sebagai:

“setiap tindakan yang diambil manajemen untuk meningkatkankemungkinan tercapainya tujuan dan sasaran yang ditetapkan.Pengendalian bisa bersifat preventif (untuk mencegah terjadinya hal-halyang tidak diinginkan), detektif (untuk mendeteksi dan memperbaiki hal-hal yang tidak diinginkan yang telah terjadi), atau direktif (untukmenyebabkan atau mengarahkan terjadinya hal yang diinginkan). Konsepsistem pengendalian merupakan gabungan komponen pengendalian yangterintegrasi dan aktivitas-aktivitas yang digunakan organisasi untukmencapai tujuan-tujuan dan sasaran- sasarannya.”

Definisi pengendalian internal menurut Committee of Sponsoring

Organization of The Treadway Commission (COSO) dalam Messier (2014:184)

adalah sebagai berikut:

“a system of internal control is designed and carried out by an entity’sboard of directors, management, and other personnel to provide resonableassurance about the achievement of the entity’s objectives in the followingcategories: (1) reliability, timeliness, and transparency of internal andexternal, nonfinancial, and financial reporting; (2) effectiveness andefficiency of operations, including safeguarding of assets; and (3)compliance with applicable laws and regulations.”

Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa pengendalian internal adalah

sebuah proses dipengaruhi oleh dewan direksi, manajemen, dan personil lainnya

Page 16: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Audit Internal

25

dalam entitas, yang dirancang untuk memberikan keyakinan memadai mengenai

pencapaian tujuan dalam kategori berikut:

1. Efektivitas dan efisiensi operasi

2. Keandalan pelaporan keuangan

3. Kepatuhan terhadap hukum yang berlaku dan peraturan

Lima tujuan utama pengendalian internal adalah untuk meyakinkan:

1. Keandalan dan integritas informasi

2. Ketaatan dan kebijakan, rencana, prosedur, hukum, dan peraturan

3. Mengamankan aktiva

4. Penaksiran sumber daya yang ekonomis dan efisien

5. Pencapaian tujuan dan sasaran operasi atau program yang telah ditetapkan

Konsep dasar yang terkandung dalam definsi tersebut adalah:

1. Pengendalian internal adalah suatu proses. Ini adalah alat untuk mencapai

tujuan, bukan tujuan itu sendiri.

2. Pengendalian internal dipengaruhi oleh orang-orang. Hal ini tidak hanya

kebijakan dan bentuk yang manual, tetapi orang-orang di setiap tingkat

sebuah organisasi.

3. Pengendalian internal dapat diharapkan untuk menyediakan tidak hanya

keyakinan memadai, jaminan yang tidak mutlak, kepada manajemen dan

dewan entitas.

4. Pengendalian internal diarahkan untuk pencapaian tujuan dalam satu atau

lebih kategori terpisah tetapi tumpang tindih.

Page 17: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Audit Internal

26

2.1.2.2 Tujuan Pengendalian Internal

Pengendalian internal dirancang dengan memperhatikan kepentingan

manajemen perusahaan dalam menyelenggarakan operasi usahanya, dan juga

harus memperhatikan aspek biaya yang harus dikeluarkan serta manfaat yang

diharapkan dalam rangka merancang suatu pengendalian internal yang baik, perlu

melihat tujuan pengendalian seperti yang dinyatakan Sunarto (2003:138) yang

dikutip dari Committee of Sponsoring Organization of The Treadway Commission

(COSO) adalah sebagai berikut:

1. Reliability of financial reporting

2. Compliance with applicable laws and regulations

3. Effectiveness and efficiency of operations

Berdasarkan penjelasan di atas, pengendalian internal dapat dikatakan

memadai apabila dapat mencapai tujuan pengendalian internal yang dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1. Keandalan laporan keuangan

Pengendalian yang berkaitan dengan masalah kewajaran laporan keuangan

yang disajikan untuk pihak-pihak luar. Penyajian laporan keuangan

tersebut harus sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum,

dimana manajemen bertanggung jawab atas laporan keuangan yang

disajikan wajar.

Page 18: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Audit Internal

27

2. Ketaatan pada hukum dan peraturan yang berlaku

Pengendalian internal dimaksudkan untuk memastikan bahwa segala

peraturan dan kebijakan telah ditetapkan manajemen untuk mencapai

tujuan perusahaan dan ditaati oleh para karyawan perusahaan tersebut.

3. Efektivitas dan efisiensi operasi

Pengendalian internal dimaksudkan untuk menghindari tanggung jawab

rangkap sehingga perlu adanya pemisahan tugas antara berbagai fungsi

operasi, penyimpanan, dan pencatatan. Pemisahan tugas ini tidak berarti

bahwa koordinasi ditiadakan. Jadi, pengendalian dalam suatu perusahaan

adalah alat untuk mencegah pemborosan kegiatan yang tidak diperlukan

dalam seluruh aspek, serta mencegah penggunaan sumber daya secara

tidak efisien. Bagian terpenting dari efektivitas dan efisiensi adalah

pengamanan aktiva dan catatan.

2.1.2.3 Komponen Pengendalian Internal

Committee of Sponsoring Organization of The Treadway Commission

(COSO) menyatakan bahwa sistem pengendalian internal terdiri dari lima

komponen. Kelima komponen tersebut berasal dari para manajemen dalam

menjalankan bisnisnya, dan terintegrasi dengan proses manajemen. Kelima

komponen tersebut adalah:

1. Lingkungan Pengendalian

Lingkungan pengendalian suatu organisasi menembus semua bidang

organisasi dan mempengaruhi cara individu dalam pendekatan pengendalian

internal. Komponen dasar pengendalian internal menciptakan konteks jika

Page 19: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Audit Internal

28

pengendalian internal ada. COSO mengidentifikasi integritas, nilai etika, dan

kompetensi dari orang entitas, manajemen filosofi dan gaya operasi; cara

manajemen memberikan wewenang dan tanggung jawab, mengatur dan

mengembangkan orang-orang itu, serta perhatian dan arah yang diberikan oleh

dewan direksi-direksi sebagai faktor-faktor yang termasuk dalam lingkungan

pengendalian organisasi.

2. Penilaian Risiko

Semua organisasi menghadapi risiko, yaitu ancaman terhadap

pencapaian tujuan. Semua risiko, baik internal maupun eksternal, perlu

dievaluasi. Menurut COSO, "Prasyarat untuk penilaian risiko adalah

penetapan tujuan, terkait pada tingkat yang berbeda dan konsisten secara

internal. Penilaian risiko adalah identifikasi dan analisis risiko yang relevan

dengan pencapaian tujuan, membentuk dasar untuk menentukan bagaimana

resiko harus dikelola. Karena ekonomi, industri, peraturan, dan kondisi

operasi akan terus berubah, mekanisme yang diperlukan untuk

mengidentifikasi dan menangani risiko khusus yang terkait dengan

perubahan". Identifikasi risiko dan analisis, keduanya penting untuk penilaian

risiko yang efektif.

Tujuannya dapat dibagi menjadi kategori berikut yang ditetapkan oleh COSO:

a. Tujuan operasi

b. Tujuan pelaporan keuangan

c. Tujuan kepatuhan

Page 20: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Audit Internal

29

3. Kegiatan Pengendalian

Kegiatan pengendalian adalah tindakan yang diambil oleh manajemen,

dewan, dan pihak lain untuk mengurangi risiko dan meningkatkan

kemungkinan bahwa tujuan didirikan dan saran akan tercapai. Rencana

manajemen, mengatur, dan mengarahkan kinerja tindakan yang cukup untuk

memberikan keyakinan memadai bahwa tujuan dan sasaran akan dicapai.

Seperti faktor penentu keberhasilan yang dijelaskan di atas, kegiatan

pengendalian yang hadir di semua tingkat organisasi. Dan, kegiatan

pengendalian yang mereka rancang untuk membantu mencapai tujuan,

aktivitas pengendalian dapat dipisahkan ke dalam tiga kategori operasi,

pelaporan keuangan, dan kepatuhan. Tetapi, kegiatan pengendalian sering

dirancang untuk mengurangi beberapa risiko yang dapat mengancam tujuan

dalam lebih dari satu kategori.

Selain pembagian tugas, ada banyak kegiatan pengendalian yang

dikenal umum yang ada dalam sistem yang dirancang dengan baik, termasuk:

a. Performance reviews and follow-up activities.

b. Kuasa (persetujuan)

c. Kegiatan akses pengendalian IT

d. Dokumentasi

e. Kegiatan pengendalian akses fisik

f. Kegiatan pengendalian aplikasi IT

g. Verifikasi independen dan rekonsiliasi

Page 21: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Audit Internal

30

4. Informasi dan Komunikasi

Interdependensi adalah alasan mengapa COSO menggabungkan

informasi dan komunikasi dalam komponen ini. Relevan, informasi yang

akurat, dan tepat waktu harus tersedia bagi individu pada semua tingkat

organisasi yang membutuhkan informasi tersebut untuk menjalankan bisnis

secara efektif. Tidak hanya harus diberikan informasi untuk personil yang

tepat sehingga mereka dapat melaksanakan operasi, pelaporan keuangan,

kepatuhan dan tanggung jawab mereka, tetapi komunikasi juga harus

dilakukan dalam arti yang lebih luas, berhubungan dengan harapan, tanggung

jawab individu dan kelompok, dan hal-hal penting lain. Komunikasi dengan

pihak eksternal juga penting dan dapat memberikan informasi penting pada

fungsi pengendalian. Partai-partai ini termasuk, namun tidak terbatas pada

pelanggan, pemasok, penyedia layanan regulator, auditor eksternal, dan

pemegang saham.

5. Pemantauan

Pemantauan paling efektif bila pendekatan berlapis diimplementasikan.

Lapisan pertama meliputi kegiatan sehari-hari yang dilakukan oleh

manajemen dari suatu daerah tertentu. Lapisan kedua adalah evaluasi yang

terpisah dari pengendalian internal di daerah itu dilakukan oleh manajemen

secara berkala untuk memastikan bahwa setiap kekurangan yang ada

diidentifikasi dan diselesaikan tepat waktu. Lapisan ketiga adalah penilaian

independen oleh daerah di luar atau fungsi, sering fungsi audit internal,

dilakukan untuk memvalidasi hasil self-assessment manajemen organisasi

Page 22: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Audit Internal

31

dengan tingkat yang lebih tinggi dari keyakinan bahwa sistem pengendalian

internal tetap efektif dan membantu memastikan kekurangan pengendalian

internal diidentifikasi dan tepat waktu.

2.1.2.4 Keterbatasan Pengendalian Internal

Pengendalian internal diimplementasikan untuk mengurangi risiko yang

mengancam pencapaian tujuan organisasi atau untuk memungkinkan organisasi

untuk berhasil mengejar peluang. Hal ini disebabkan keterbatasan inheren

pengendalian internal. Secara khusus, COSO menunjuk keterbatasan berikut

sebagai melekat pada pengendalian internal:

1. Penilaian manusia dalam pengambilan keputusan dapat rusak.

2. Kerusakan dapat terjadi karena kegagalan manusia seperti kesalahan

sederhana atau kesalahan yang disengaja.

3. Pengendalian dapat dielakkan oleh kolusi dari dua orang atau lebih.

4. Manajemen memiliki kemampuan untuk mengesampingkan sistem

pengendalian internal.

5. Pengendalian harus dipertimbangkan dari segi biaya mereka dibandingkan

dengan manfaatnya.

Adapun yang keterbatasan pengendalian internal yang dikemukakan oleh

Sunarto (2003:139)

1. Kesalahan dalam pertimbangan

Seringkali manajemen dan personel lain dapat salah mempertimbangkan

keputusan bisnis yang diambil atau dalam melaksanakan tugas rutin

karena tidak memadainya informasi, keterbatasan waktu, atau tekanan lain.

Page 23: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Audit Internal

32

2. Gangguan

Gangguan dalam pengendalian yang telah ditetapkan dapat terjadi karena

personil secara keliru memahami perintah atau membuat kesalahan karena

kelalaian, tidak adanya perhatian, atau kelelahan. Perubahan yang bersifat

sementara atau permanen dalam personil atau dalam sistem dan prosedur

dapat pula mengakibatkan gangguan.

3. Kolusi

Tindakan bersama beberapa individu untuk tujuan kejahatan disebut

dengan kolusi (collusion). Kolusi dapat mengakibatkan bobolnya

pengendalian internal yang dibangun untuk melindungi kekayaan entitas

dan tidak terungkapnya ketidakberesan atau tidak terdeteksinya

kecurangan oleh pengendalian internal yang dirancang.

4. Pengabaian oleh manajemen

Manajemen dapat mengabaikan kebijakan dan prosedur yang telah

ditetapkan untuk tujuan yang tidak sah seperti keuntungan pribadi

manajer, penyajian kondisi keuangan yang berlebihan atau kepatuhan

semu.

5. Biaya lawan manfaat

Biaya yang diperlukan untuk mengoperasikan pengendalian internal tidak

boleh melebihi manfaat yang diharapkan dari pengendalian internal

tersebut, karena pengukuran secara tepat baik biaya maupun manfaat

biasanya tidak mungkin dilakukan, manajemen harus memperkirakan dan

mengevaluasi biaya dan manfaat suatu pengendalian internal.

Page 24: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Audit Internal

33

2.1.3 Kecurangan (Fraud)

2.1.3.1 Pengertian Kecurangan

Menurut Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal (2004:63)

kecurangan adalah:

“Kecurangan mencakup perbuatan melanggar hukum dan perundanganlainnya yang dilakukan dengan niat untuk berbuat curang. Perbuatantersebut dilakukan dengan sengaja demi keuntungan atau kerugian suatuorganisasi oleh orang dalam atau juga oleh orang di luar organisasitersebut.”

Menurut The Insitute of Internal Auditors (2009) adalah:

“Any illegal act characterized by deceit, concealment, or violation oftrust. These acts are not dependent upon the threat of violence or physicalforce. Frauds are perpetrated by parties and organizations to obtainmoney, property, or services; to avoid payment or loss of services; or tosecure personal or business advantage.”

Dari definisi di atas dapat diketahui bahwa setiap tindakan ilegal ditandai

dengan penipuan, penyembunyian, atau pelanggaran kepercayaan. Tindakan ini

tidak tergantung pada ancaman kekerasan atau kekuatan fisik. Penipuan yang

dilakukan oleh pihak luar dan organisasi untuk memperoleh uang, properti, atau

jasa, untuk menghindari pembayaran atau kehilangan jasa atau untuk keuntungan

pribadi atau bisnis.

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kecurangan merupakan

suatu perbuatan yang bertentangan dengan kebenaran dan dilakukan dengan

sengaja untuk memperoleh sesuatu yang bukan merupakan hak pelakunya

sehingga dapat mengakibatkan kerugian bagi perusahaan.

Page 25: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Audit Internal

34

2.1.3.2 Faktor-Faktor Pendorong Terjadinya Kecurangan

Karni (2000:38) menyatakan pendapatnya tentang faktor pendorong

terjadinya kecurangan adalah sebagai berikut:

1. Lemahnya pengendalian internal

a. Manajemen tidak menekan perlunya peranan pengendalian internal

b. Manajemen tidak menindak pelaku kecurangan

c. Manajemen tidak mengambil sikap dalam hal terjadi conflict of

interest

d. Auditor internal tidak diberi wewenang untuk menyelidiki para

eksekutif terutama menyangkut pengeluaran yang besar

2. Tekanan keuangan terhadap seseorang

a. Banyaknya hutang

b. Pendapatan rendah

c. Gaya hidup mewah

3. Tekanan non finansial

a. Tuntutan pimpinan di luar kemampuan bawahan

b. Direktur menetapkan suatu tujuan yang harus dicapai tanpa

dikonsultasikan dengan karyawan

c. Penurunan penjualan

4. Indikasi lain

a. Lemahnya kebijakan penerimaan pegawai

b. Meremehkan integritas pribadi

c. Kemungkinan koneksi dengan organisasi kriminal

Page 26: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Audit Internal

35

Menurut Tunggal (2012:12) menjelaskan terdapat tiga kondisi yang

menyebabkan terjadinya kecurangan, yang dinamakan segitiga kecurangan (fraud

triangle), yaitu:

1. Insentif/tekanan

Manajemen atau pegawai lainnya memiliki insentif atau tekanan untuk

melakukan kecurangan

2. Kesempatan

Situasi yang memberikan kesempatan manajemen atau pegawai

melakukan kecurangan

3. Sikap/rasionalisasi

Adanya suatu sikap, karakteristik atau seperangkat nilai etika yang

memungkinkan manajemen atau pegawai melakukan tindakan yang tidak

jujur, atau mereka berada dalam suatu lingkungan yang memberikan

mereka tekanan cukup besar sehingga menyebabkan mereka membenarkan

melakukan perilaku yang tidak jujur tersebut.

2.1.3.3 Tanda-Tanda Adanya Kecurangan

Kecurangan dapat ditangani sedini mungkin oleh manajemen atau audit

internal apabila jeli dalam melihat tanda-tanda kecurangan tersebut. Tanda-tanda

kecurangan seperti yang disebutkan oleh Tunggal (2011:61) antara lain:

1. Terdapat perbedaan angka laporan keuangan yang mencolok dengan

tahun-tahun sebelumnya

2. Tidak ada pembagian tugas dan tanggung jawab yang jelas

3. Tidak ada rotasi pekerjaan karyawan

Page 27: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Audit Internal

36

4. Pengendalian operasi yang tidak baik

5. Situasi karyawan yang sedang dalam tekanan.

Biasanya kecurangan muncul dibarengi dengan red flag. Karena hampir

semua kecurangan terjadi selalu dibarengi dengan red flag atau gejala kecurangan.

Dengan memahami gejala kecurangan manajemen dapat mengidentifikasikan

kondisi kecurangan yang kemungkinan besar akan terjadi atau telah terjadi.

Red flag atau fraud indicators (gejala atau indikator kecurangan) dapat

didefinisikan sebagai petunjuk awal kecurangan yang ditunjukkan oleh

munculnya gejala-gejala (symptoms) seperti adanya perubahan gaya hidup atau

perilaku seseorang dokumentasi yang mencurigakan, keluhan dari pelanggan,

ataupun kecurigaan dari rekan kerja. Pada awalnya, kecurangan ini akan tercermin

melalui timbulnya karakteristik tertentu, baik yang merupakan kondisi/keadaan

lingkungan, maupun perilaku seseorang. Karakteristik yang bersifat

kondisi/situasi tertentu, perilaku/kondisi seseorang (Amrizal, 2004).

Setianto et al (2008:28) mengemukakan ada tanda-tanda awal (red flags)

terjadinya kecurangan sebagai berikut:

1. Situasi pribadi yang mengakibatkan timbulnya tekanan yang tidak

diharapkan, seperti dililit hutang, dan menderita sakit berat.

2. Keadaan perusahan yang mengakibatkan timbulnya tekanan yang tidak

semestinya, seperti kesulitan ekonomi, banyaknya hutang, meningkatnya

persaingan, dan kredit pinjaman yang terbatas.

Page 28: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Audit Internal

37

3. Risiko pengendalian yang spesifik, seperti satu orang menangani semua

bagian dari suatu transaksi yang penting, supervisi yang buruk, penugasan

dan tanggung jawab yang tidak jelas.

2.1.3.4 Unsur-Unsur Kecurangan

Suatu kecurangan terdiri dari unsur-unsur penting yang digunakan untuk

menguji tanda-tanda adanya kecurangan atau tidak. Simon (2003:1) menyatakan

bahwa:

“Fraud occurs when all of the following element exist:1. An individual or an organization intentionally makes an untrue

representation about an important fact or event;2. The untrue representationis belived by the victim (the person or

organization to whom the representation has been made);3. The victim relies and acts upon the untrue representation;4. The victim suffers loss of money and or property as a result of relying

upon and acting upon the untrue representation.”

Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa:

1. Adanya unsur kesengajaan dari seseorang atau sebuah organisasi dengan

sengaja membuat perjanjian yang tidak benar tentang fakta atau peristiwa

penting;

2. Adanya kepercayaan yang diyakini oleh korban fraud terhadap penyajian

yang keliru;

3. Adanya kepercayaan dari korban fraud untuk melaksanakan penyajian

yang keliru tersebut;

4. Korban fraud menderita kerugian hak milik atau uang karena telah

mempercayai dan bertindak sesuai dengan penyajian yang keliru tersebut.

Page 29: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Audit Internal

38

2.1.3.5 Jenis dan Bentuk Kecurangan

Jenis-jenis kecurangan yang dikemukakan oleh Setianto (2008:11) adalah

sebagai berikut:

1. Employee embezzlement atau occupational fraud, yaitu kecurangan yang

dilakukan pegawai karena jabatan atau kedudukannya dalam organisasi.

Yang menjadi korban atau yang dirugikan adalah organisasi atau

perusahaan.

2. Management fraud, yaitu kecurangan yang dilakukan oleh manajemen,

biasanya dengan melakukan penyajian laporan keuangan yang tidak benar

untuk keuntungan organisasi atau perusahaan. Untuk menarik investor,

manajemen merekayasa laporan keuangannya yang tidak baik menjadi

seolah-olah menguntungkan (hal ini dikenal juga sebagai fraudulent

financial reporting). Yang menjadi korban disini adalah publik investor.

Bila dampaknya sangat material dan kasusnya terungkap, dapat

mengakibatkan kebangkrutan dan merugikan semua stakeholder

perusahaan. Management fraud ini termasuk dalam kategori kejahatan

kerah putih (white collar crime).

3. Investment scam, yaitu kecurangan yang dilakukan dengan membujuk

investor untuk menanamkan uangnya pada suatu bentuk investasi dengan

janji akan memperoleh hasil investasi yang berlipat dalam waktu cepat.

Untuk meyakinkan investor, pada awal mulai investasi investor diberikan

hasil seperti yang dijanjikan, tetapi pada waktu kemudian, macet.

Page 30: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Audit Internal

39

4. Vendor fraud, yaitu kecurangan yang dilakukan oleh pemasok atau

organisasi yang menjual barang/jasa dengan harga yang terlalu tinggi

dibandingkan dengan kualitasnya, atau barang/jasanya tidak direalisasikan

walaupun pembeli telah membayar. Korbannya adalah pembeli. Jika

pembelinya suatu organisasi atau perusahaan, penjual sering memberikan

pengembalian (kickback) kepada petugas pembelian, karena vendor fraud

sering dilakukan dengan cara berkolaborasi dengan pejabat terkait.

5. Costumer fraud, yaitu kecurangan yang dilakukan pembeli/pelanggan.

Pembeli tidak/kurang membayar harga barang/jasa yang diterima,

korbannya adalah penjual.

6. Computer fraud, adalah kecurangan yang dilakukan dengan cara merusak

program komputer, file data, sistem operasi, alat atau media yang

digunakan yang mengakibatkan kerugian bagi organisasi yang sistem

komputerisasinya dimanipulasi.

2.1.4 Pencegahan Kecurangan (Fraud)

Pencegahan kecurangan merupakan tanggung jawab dari manajemen

perusahaan. Auditor internal bertanggung jawab untuk memeriksa dan

mengevaluasi kecukupan dan efektivitas langkah-langkah tindakannya yang telah

diambil oleh manajemen untuk memenuhi kewajiban tersebut (Tunggal,

2012:144). Tetapi tindakan mencegah dan mengawasi sistem pengendalian

internal yang dibuat oleh manajemen dapat menjadi layanan audit internal tersebut

dan bertujuan untuk membantu kinerja organisasi agar berjalan dengan baik.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka auditor internal harus melakukan

Page 31: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Audit Internal

40

penelusuran untuk mencegah kecurangan dan mengidentifikasi semua kecurangan

yang mungkin terjadi.

Kecurangan merupakan masalah yang serius dan membutuhkan

pengawasan yang ketat sehingga adanya kecurangan dapat dicegah sedini

mungkin. Berikut teknik-teknik yang harus dilakukan dalam pencegahan

kecurangan yang dikemukakan oleh K.H Spencer Picket (2011:614-618):

1. Good recruitment procedures

2. Independent checks over work

3. Reguler staff meeting

4. An employee code of conduct

5. Good communication

Dari kutipan tersebut, dapat diketahui bahwa teknik pencegahan

kecurangan yang dapat dilakukan diantaranya dengan membuat prosedur

perekrutan yang tepat bagi perusahaan karena hal ini merupaan langkah awal

pencegahan kecurangan. Namun prosedur yang tepat pun tidak berarti apabila

tanpa dukungan karyawan perusahaan. Oleh karena itu, dibutuhkan auditor yang

independen tehadap pemeriksaan atas pekerjaannya. Dan untuk menciptakan

hubungan yang baik antara manajemen dan karyawan maka manajemen sebaiknya

selalu mengadakan pertemuan atau rapat yang dapat memberikan keleluasaan

untuk menyiapkan aspirasi atau keluhan-keluhan yang dihadapi sehingga dari

pertemuan yang terjadi dapat memperlihatkan tingkah laku dari masing-masing

karyawan dapat diketahui sehingga terjadi komunikasi yang baik.

Page 32: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Audit Internal

41

2.1.4.1 Syarat Penemuan Fraud

Standar audit pada dasarnya mampu mengetahui adanya kesalahan yang

disengaja atau tidak disengaja. Menurut Tunggal (2000:71-73) bahwa syarat

penemuan fraud terdiri dari:

1. Penemuan fraud

Audit internal diharapkan dapat menemukan kelemahan atau kecurangan

yang terjadi dalam perusahaan, sehingga semua aktivitas yang

bertentangan dengan prosedur atau kebijakan perusahaan dapat dicegah

dan diatasi. Temuan-temuan hasil audit harus berdasarkan pada:

1) Kriteria yang artinya berbagai standar, ukuran atau harapan dalam

melakukan evaluasi

2) Kondisi yaitu berbagai bukti nyata yang ditemukan oleh auditor

internal

3) Sebab yaitu alasan yang dikemukakan atas terjadinya perbedaan

antara kondisi yang diharapkan dan kondisi sesungguhnya

4) Akibat yaitu berbagai resiko atau kerugian yang dihadapi oleh

organisasi dari pihak yang diaudit atau unit organisasi lain karena

terdapatnya kondisi yang tidak sesuai dengan kriteria (dampak dari

perbedaan)

5) Dalam laporan tentang berbagai temuan, dapat pula dicantumkan

berbagai rekomendasi, hasil yang telah dicapai oleh pihak yang

diaudit, dan informasi lain bersifat membantu yang tidak dicantumkan

di tempat lain.

Page 33: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Audit Internal

42

2. Bukti yang cukup kompeten

Bukti yang kompeten dan faktual dan meyakinkan diperoleh dengan

menngunakan teknik audit yang tepat.

3. Pendekatan audit

Dalam hal pendekatan audit dilakukan agar auditor internal dengan mudah

melakukan evaluasi atau penilaian terhadap informasi yang diperoleh.

Menurut Tunggal (2000:81-84) bahwa pendekatan audit terdiri dari:

a. Analisis ancaman

b. Survei pendahuluan

c. Audit program

d. Pemilihan tim audit

2.1.4.2 Ruang Lingkup Fraud Auditing

Ruang lingkup fraud auditing merupakan pembatasan-pembatasan tertentu

dalam melakukan audit. Menurut Tunggal (2000:77-80) ruang lingkup fraud

auditing meliputi:

1. Tingkat materialitas

2. Biaya

3. Informasi yang sensitif

4. Pengembangan integritas

Berikut ini akan dijelaskan hal-hal yang terdapat dalam ruang lingkup

fraud auditing:

Page 34: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Audit Internal

43

1. Tingkat materialitas

Dimana suatu kecurangan tetap dianggap material secara kualitatif dan

tidak menjadi masalah terhadap beberapa jumlah uang yang tersangkut,

yang artinya adalah:

a. Kecurangan, menurut sifatnya dapat berkembang apabila tidak

dicegah.

b. Eksistensi kecurangan itu sendiri menunjukkan adanya suatu

kelemahan dalam pengetahuan.

c. Kecurangan secara tidak langsung menyatakan masalah integritas

mempunyai konsekuensi yang jauh dari jangkauan. Manajemen

melakukan korupsi, maka perusahaan dan manajemen eksekutif akan

menghadapi konsekuensi hukum dan akan mencoreng serta merugikan

publisitas perusahaan.

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2007:6) No. 1 tentang Penyajian

Laporan Keuangan paragraf 30, materialitas adalah:

“Informasi dipandang material kalau kelalaian untuk mencantumkan satukesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhikeputusan ekonomi pemakai yang diambil atas dasar laporan keuangan.Materialitas tergantung pada besarnya pos atau kesalahan yang dinilaisesuai dengan situasi khusus dari kelalaian dalam mencantumkan(omission) atau kesalahan dalam mencatat (misstatement). Karenanyamaterialitas lebih merupakan suatu ambang batas atau titik pemisah daripada suatu karakteristik kualitatif pokok yang harus dimiliki agarinformasi dipandang berguna.”

Oleh karena itu, tingkat materialitas merupakan salah satu faktor yang

mmempengaruhi pertimbangan audit internal dalam menentukan jumlah

bukti yang cukup diperoleh. Informasi yang diperoleh dipandang material

Page 35: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Audit Internal

44

apabila kelalaian untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat

informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai yang

diambil dari dasar laporan keuangan.

2. Biaya

Untuk biaya manajemen harus menganalisis keadaan biaya serta

keseluruhan atau manfaat dari perluasan audit dan tindakan-tindakan yang

akan diambil untuk mencegah kecurangan pada masa yang akan datang.

Misalnya jika kecurangan terjadi yang melibatkan persengkongkolan

beberapa karyawan yang menyangkut pemalsuan dokumen. Penipuan

semacam itu cenderung tidak terungkap dalam audit yang normal.

3. Informasi yang sensitif

Perusahaan yang mengetahui ruang lingkup fraud segera membuat

kebijakan untuk menghalangi dan mendeteksi aktivitas fraud. Sifat sensitif

dari aktifitas fraud atau dicurigai adanya aktivitas demikian membutuhkan

suatu petunjuk formal dalam pelaporan dan praktek penyelidikannya.

4. Pengembangan integritas

Auditor internal sering kali diminta untuk program peningkatan integritas.

Dimana prioritas manajemen ditinjau bersama seluruh karyawan.

Sehubungan dengan itu hal yang berjalan seiring dengan pengungkapan

kecurangan adalah peningkatan integritas dalam organisasi (Tugiman,

1999:26)

Dengan melihat pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa dengan

peningkatan integritas dalam organisasi fraud dengan mudah dapat

Page 36: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Audit Internal

45

diungkapkan karena adanya kejujuran dan sikap yang tegas dari karyawan.

Disamping itu keinginan untuk menghindari perbedaan pendapat,

keinginan untuk menghindari pengambilalihan manajemen adalah topik

yang mungkin perlu pada program peningkatan integritas.

2.1.5 Pendeteksian Fraud

Sebagaimana diuraikan sebelumnya, risiko yang dihadapi perusahaan

diantaranya adalah integrity risk, yaitu risiko adanya kecurangan oleh manajemen

atau pegawai perusahaan, tindakan ilegal, atau tindak penyimpangan lainnya yang

dapat mengurangi kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan

hidupnya. Adanya risiko tersebut mengharuskan auditor internal untuk menyusun

tindakan pencegahan/prevention untuk menangkal terjadinya kecurangan

sebagaimana diuraikan dalam bagian sebelumnya.

Tetapi, pencegahan saja tidaklah memadai, auditor internal harus

memahami pula bagaimana cara mendeteksi secara dini terjadinya kecurangan-

kecurangan yang timbul. Masing-masing jenis kecurangan memiliki karakteristik

tersendiri, sehingga untuk dapat mendeteksi kecurangan perlu kiranya

pemahaman yang baik terhadap jenis-jenis kecurangan yang mungkin timbul

dalam perusahaan.

Sebagian besar bukti-bukti kecurangan merupakan bukti-bukti sifatnya

tidak langsung. Petunjuk adanya kecurangan biasanya ditunjukkan oleh

munculnya gejala-gejala (symptoms) seperti adanya perubahan gaya hidup atau

perilaku seseorang, dokumentasi yang mencurigakan, keluhan dari pelanggan

ataupun kecurangan dari rekan kerja. Pada awalnya, kecurangan ini akan

Page 37: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Audit Internal

46

tercermin melalui timbulnya karakteristik tertentu, baik yang merupakan

kondisi/keadaan lingkungan, maupun perilaku seseorang. Karakteristik yang

bersifta kondisi situasi tertentu, perilaku/kondisi seseorang personal tersebut

dinamakan red flag (fraud indicators). Meskipun timbulnya red flag tersebut tidak

selalu merupakan indikasi adanya kecurangan, namun red flag ini biasanya selalu

muncul disetiap kasus kecurangan yang terjadi.

Pemahaman dan analisis lebih lanjut terhadap red flag tersebut dapat

membantu langkah selanjutnya untuk memperoleh bukti awal atau mendeteksi

adanya kecurangan. Berikut adalah gambaran secara garis besar pendeteksian

kecurangan berdasar penggolongan kecurangan oleh Association of Certified

Fraud Examination (2000) sebagai berikut:

1. Kecurangan Laporan Keuangan (Financial Statement Fraud)

Kecurangan dalam penyajian laporan keuangan umumnya dapat dideteksi

melalui analisis laporan keuangan sebagai berikut:

a. Analisis vertikal, yaitu teknik yang digunakan untuk menganalisis

hubungan antara item-item dalam laporan laba rugi, neraca, atau

laporan arus kas dnegan menggambarkannya salam presentase.

Sebagai contoh, adanya kenaikan presentase hutang niaga dengan total

hutang dari rata-rata 28% menjadi 52% dilain pihak adanya penurunan

presentase biaya penjualan dengan total penjualan dari 20% menjadi

17% mungkin dapat menjadi satu dasar adanya pemeriksaan

kecurangan.

Page 38: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Audit Internal

47

b. Analisis horizontal, yaitu teknik untuk menganalisis persentase-

persentase perubahan item laporan keuangan selama beberapa periode

laporan. Sebagai contoh, adanya kenaikan penjualan sebesar 80%

sedangkan harga pokok mengalami kenaikan 140%. Dengan asumsi

tidak ada perubahan lainnya dalam unsur-unsur penjualan dan

pembelian, maka hal ini dapat menimbulkan sangkaan adanya

pembelian fiktif, penggelapan, atau transaksi ilegal lainnya.

c. Analisis rasio, yaitu alat untuk mengukur hubungan antara nilai-nilai

item dalam laporan keuangan. Sebagai contoh adalah current ratio,

adanya penggelapan uang atau pencurian kas dapat menyebabkan

turunnya perhitungan rasio tersebut.

2. Penyalahgunaan Aset (Misappropriation Asset)

Teknik untuk mendeteksi kecurangan-kecurangan kategori ini sangat

banyak variasinya. Namun pemahaman yang tepat atas pengendalian

internal yang baik dalam pos-pos tersebut akan sangat membantu dalam

melaksanakan pendeteksian kecurangan. Dengan demikian, terdapat

banyak sekali teknik yang dapat dipergunakan untuk mendeteksi setiap

kasus penyalahgunaan aset. Masing-masing jenis kecurangan dapat

dideteksi melalui beberapa teknik yang berbeda. Misalnya, untuk

mendeteksi kecurangan dalam pembelian ada beberapa metode deteksi

yang dapat digunakan. Metode-metode tersebut akan sangat efektif bila

digunakan secara kombinasi gabungan, setiap metode deteksi akan

menunjukkan gejala penyimpangan yang dapat diinvestigasi lebih lanjut

Page 39: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Audit Internal

48

untuk menentukan ada tidaknya kecurangan. Selain itu, metode-metode

tersebut akan menunjukkan kelemahan-kelemahan dalam pengendalian

internal dan memberi peringatan pada auditor akan adanya potensi

terjadinya kecurangan di masa mendatang.

Teknik-teknik yang digunakan untuk mendeteksi kecurangan (fraud) yaitu

sebagai berikut:

1) Analytical review

Suatu review atas berbagai akun yang mungkin menunjukkan

ketidakbiasaan atau kegiatan-kegiatan yang tidak diharapkan. Sebagai

contoh adalah perbandingan antara pembelian barang persediaan

dengan penjualannya bersihnya yang dapat mengindikasikan adanya

pembelian yang terlalu tinggi atau terlalu rendah bila dibandingkan

dengan tingkat penjualannya. Metode analitis lainnya adalah

perbandingan pembelian persediaan bahan baku dengan tahun

sekarang yang mungkin mengindikasikan adanya kecurangan

overbilling scheme atau kecurangan pembelian ganda.

2) Statistical sampling

Sebagaimana persediaan, dokumen dasar pembelian dapat diuji secara

samping untuk menentukan ketidakbiasaan (irregularities), metode

deteksi ini akan efektif jika ada kecurigaan terhadap satu atributnya,

misalnya pemasok fiktif. Suatu daftar alamat PO BOX akan

menugkapkan adanya pemasok fiktif vendor or outsider complaints

atau keluhan dari konsumen, pemasok, atau pihak lain merupakan alat

Page 40: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Audit Internal

49

deteksi yang baik yang dapat mengarahkan auditor untuk melakukan

pemeriksaan lebih lanjut.

3) Site visit – observation

Observasi ke lokasi biasanya dapat mengungkapkan ada tidaknya

pengendalian internal di lokasi-lokasi tersebut. Observasi terhadap

bagaimana transaksi akuntansi dilaksanakan kadangkala akan memberi

peringatan pada CFE akan adanya daerah-daerah yang mempunyai

potensi bermasalah.

3. Korupsi (Corruption)

Sebagian besar kecurangan ini dapat dideteksi melalui keluhan dari rekan

kerja yang jujur, laporan dari rekan, atau pemasok yang tidak puas dan

menyampaikan komplain ke perusahaan. Atas snagkaan terjadinya

kecurangan ini kemudian dilakukan analisis terhadap tersangka atau

transaksinya. Pendeteksian atas kecurangan ini dapat dilihat dari

karakteristik (red flag) si penerima maupun di pemberi.

2.2 Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu yang berkaitan dengan permasalahan dalam

penelitian ini dipaparkan dalam Tabel 2.2 sebagai berikut:

Tabel 2.2Ringkasan Penelitian Terdahulu

No. Peneliti Judul Peneliti Hasil Penelitian1. Paul Coram

dkk

(2006)

“The Value ofInternal Audit inFraud Detection”

Terdapat hubungan positif yangsiginifikan antara sebuahorganisasi yang memiliki fungsiaudit internal dan jumlah nilaipenipuan yang dilaporkan sendiri.

Page 41: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Audit Internal

50

2. Oguda NdgeJoseph dkk

(2015)

“Effect of InternalControl on FraudDetection andPrevention in DistrictTreasuries ofKakamega County”

Terdapat hubungan positif yangsignifikasn antara sistempengendalian internal danpendeteksian fraud danpencegahan dan kas sub-countydi Kakamega County.

3. OlowojaluMonisula

(2013)

“Effect of InternalAudit On Preventionof Frauds, Errors, andIrregularities inCorporateOrganization”

Hasil penelitian menunjukkanbahwa keberadaan departemenaudit internal memiliki dampakpositif dalam mengendalikanfraud dan penyimpangan dalamkebanyakan organisasi.

4. Gea AultaGama

(2011)

“Manfaat AuditInternal TerhadapPencegahanKecurangan”

Dapat disimpulkan bahwa denganmemadainya audit internal di PTINTI maka tingkat pencegahankecurangan pun tinggi. Sehinggaaudit internal memilki manfaatterhadap pencegahan kecurangan.

Sumber: data diolah

2.3 Kerangka Pemikiran

Audit internal adalah sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yang

dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol yang berbeda-beda dalam

organisasi untuk menentukan apakah informasi keuangan dan operasi telah akurat

dan dapat diandalkan, risiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasi dan

diminimalisasi, peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang

bisa diterima dan diikuti, kriteria operasi yang memuaskan telah dipenuhi, sumber

daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis, dan tujuan organisasi telah

dicapai secara efektif–semua dilakukan dengan tujuan untuk dikonsultasikan

dengan manajemen dan membantu anggota organisasi dalam menjalankan

tanggung jawabnya secara efektif (Sawyers et al, 2005:10).

Page 42: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Audit Internal

51

Secara lebih spesifik, organisasi mengandalkan fungsi audit intern untuk

membantu memastikan bahwa proses manajemen risiko, lingkup pengendalian

secara keseluruhan dan efektivitas kinerja dari proses usaha telah konsisten

dengan ekspektasi manajemen. Fungsi audit internal saat ini tidak sekedar dituntut

menemukan permasalahan namun sekaligus menjadi bagian dari solusi dan

memberikan usulan perbaikan. Audit internal terlibat dan berperan aktif

memantau aktivitas unit bisnis dan memberikan peran konsultatif dalam

pelaksanaan proses operasi perusahaan. Dengan demikian, peran audit internal

tidak hanya sebatas sebagai “detector” namun bisa lebih yaitu sebagai pencegah

yang diharapkan mampu mendukung dan mendorong proses terwujudnya good

governance (Saptapradipta, 2013). Pelaksanaan audit internal juga dapat berfungsi

meminimalisir risiko yang mungkin terjadi di perusahaan seperti mendeteksi

kemungkinan terjadinya kecurangan (fraud). Jadi semakin tinggi pelaksanaan

audit internal, maka akan semakin tinggi pula pendeteksian kecurangan (fraud).

Pengendalian internal adalah sebuah proses dipengaruhi oleh dewan

direksi, manajemen, dan personil lainnya dalam entitas, yang dirancang untuk

memberikan keyakinan memadai mengenai pencapaian tujuan dalam

meningkatkan efektivitas dan efisiensi operasi, keandalan pelaporan keuangan,

dan kepatuhan terhadap hukum yang berlaku dan peraturan (Messier, 2014:184).

Pengendalian internal yang efektif dapat membantu memaksimalkan

kegiatan operasional perusahaan. Dalam hal ini pengendalian internal juga dapat

berfungsi meminimalisir risiko yang mungkin terjadi di perusahaan seperti

mendeteksi kemungkinan terjadinya kecurangan (fraud). Jadi semakin tinggi

Page 43: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Audit Internal

52

efektivitas pengendalian internal, maka akan semakin tinggi pula pendeteksian

kecurangan (fraud).

Kecurangan mencakup perbuatan melanggar hukum dan perundangan

lainnya yang dilakukan dengan niat untuk berbuat curang. Perbuatan tersebut

dilakukan dengan sengaja demi keuntungan atau kerugian suatu organisasi oleh

orang dalam atau juga oleh orang di luar organisasi tersebut (Konsorsium

Organisasi Profesi Audit Internal, 2004:63).

Teknik pencegahan kecurangan yang dapat dilakukan diantaranya dengan

membuat prosedur perekrutan yang tepat bagi perusahaan karena hal ini merupaan

langkah awal pencegahan kecurangan. Namun prosedur yang tepat pun tidak

berarti apabila tanpa dukungan karyawan perusahaan. Oleh karena itu, dibutuhkan

auditor yang independen terhadap pemeriksaan atas pekerjaannya. Dan untuk

menciptakan hubungan yang baik antara manajemen dan karyawan maka

manajemen sebaiknya selalu mengadakan pertemuan atau rapat yang dapat

memberikan keleluasaan untuk menyiapkan aspirasi atau keluhan-keluhan yang

dihadapi sehingga dari pertemuan yang terjadi dapat memperlihatkan tingkah laku

dari masing-masing karyawan dapat diketahui sehingga terjadi komunikasi yang

baik.

Tetapi, pencegahan saja tidaklah memadai, auditor internal harus

memahami pula bagaimana cara mendeteksi secara dini terjadinya kecurangan-

kecurangan yang timbul. Masing-masing jenis kecurangan memiliki karakteristik

tersendiri, sehingga untuk dapat mendeteksi kecurangan perlu kiranya

pemahaman yang baik terhadap jenis-jenis kecurangan yang mungkin timbul

Page 44: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Audit Internal

53

dalam perusahaan. Dengan adanya pelaksanaan audit internal yang baik dan

sesuai prosedur serta efektivitas pengendalian internal yang tinggi kemungkinan

untuk mendeteksi secara dini adanya kecurangan (fraud) dalam perusahaan akan

semakin tinggi.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti bermaksud untuk

menggambarkannnya dalam bentuk bagain kerangka pemikiran sebagai bentuk

alur pemikiran peneliti yaitu sebagai berikut :

Gambar 2.1Paradigma Kerangka Konseptual Penelitian

2.4 Hipotesis Penelitian

H1 : Pelaksanaan audit internal secara parsial berpengaruh terhadap

pendeteksian kecurangan pada Bank Woori Saudara

H2 : Efektivitas pengendalian internal secara parsial berpengaruh terhadap

Pendeteksian kecurangan pada Bank Woori Saudara

Pelaksanaan Audit Internal(X1)

Efektivitas Pengendalian Internal(X2)

PendeteksianKecurangan (Fraud)

(Y)

Page 45: 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Audit Internal

54

H3 : Pelaksanaan audit internal, efektivitas pengendalian internal secara

simultan berpengaruh terhadap pendeteksian kecurangan pada Bank Woori

Saudara