7 bab ii tinjauan pustaka 2.1 audit internal 2.1.1 pengertian
TRANSCRIPT
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Audit Internal
2.1.1 Pengertian Audit Internal
Audit Internal mempunyai peranan yang sangat penting dalam mencapai
tujuan perusahaan yang telah ditentukan. Perlunya konsep Audit Internal
dikarenakan bertambah luasnya ruang lingkup perusahaan.
Aktitivitas Audit Internal menjadi pendukung utama untuk tercapainya
tujuan pengendalian internal. Ketika melaksanakan kegiatannya, Audit Internal
harus bersifat objektif dan kedudukannya dalam perusahaan adalah independen.
Kumaat (2011) mendefinisikan Audit Internal adalah sebagai berikut:
“Audit Internal adalah agen yang paling “pas” untuk mewujudkan Internal
Control, Risk Management dan Good Corporate Governace yang pastinya
akan memberi nilai tambah bagi sumber daya dan perusahaan.”
Sedangkan menurut Tunggal (2012) Audit Internal yaitu:
“Audit internal adalah, jaminan independen objektif dan aktivitaskonsultasi yang dirancang untuk menambah nilai dan meningkatkanoperasi organisasi. membantu organisasi mencapai tujuannya denganmembawa pendekatan yang sistematis dan disiplin untuk mengevaluasidan meningkatkan efektivitas manajemen risiko, pengendalian, dan prosestata kelola.”
Berdasarkan pengertian di atas diketahui bahwa audit internal merupakan
suatu fungsi penilaian yang bebas dalam suatu organisasi guna menelaah atau
8
mempelajari dan menilai kegiatan-kegiatan perusahaan untuk memberikan saran
kepada manajemen.
2.1.2 Tujuan, Fungsi, Wewenang dan Tanggung Jawab Auditor Internal
Audit internal secara umum memiliki fungsi dan tujuan untuk membantu
segenap anggota manajemen dalam menyelesaikan tanggung jawab mereka secara
efektif, dengan member mereka analisis, penilaian, saran dan komentar yang
objektif mengenai kegiatan atau hal-hal yang diperiksa.
Menurut Tompubolon (2005):
“Fungsi audit internal lebih berfungsi sebagai mata dan telingamanajemen, karena manajemen butuh kepastian bahwa semuakebijakan yang telah ditetapkan tidak akan dilaksanakan secaramenyimpang”.
Sedangkan tujuan pelaksanaan audit intern adalah membantu para
anggota organisasi agar mereka dapat melaksanakan tanggung jawabnya
secara efektif. Untuk hal tersebut, auditor intern akan memberikan berbagai
analisis, penilaian, rekomendasi, petunjuk dan informasi sehubungan dengan
kegiatan yang diperiksa. Tujuan pemeriksaan mencakup pula usaha
mengembangkan pengendalian yang efektif dengan biaya yang wajar.
Tujuan utama pengendalian intern menurut Tugiman (2006) adalah:
“Meyakinkan keandalan (reliabilitas dan integritas) informasi; kesesuaiandengan berbagai kebijaksanaan, rencana, prosedur, dan ketentuanperundang-undangan; perlindungan terhadap harta organisasi;penggunaan sumber daya yang ekonomis dan efisien, serta tercapainyaberbagai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.”
9
Menurut Hery (2010) tujuan dari Audit Internal adalah:
“Audit internal secara umum memiliki tujuan untuk membantu segenapanggota manajemen dalam menyelesaikan tanggung jawab mereka secaraefektif, dengan memberi mereka analisis, penilaian, saran dan komentaryang objektif mengenai kegiatan atau hal-hal yang diperiksa.”
Tujuan ini dapat tercapai apabila audit internal berfungsi dengan baik,
untuk itu audit internal harus mengetahui wewenang, tugas dan tanggung
jawabnya secara jelas. Fungsi audit internal memerlukan pemeriksaan yang
berkualitas tinggi. Fungsi audit internal tidak akan berhasil tanpa adanya orang-
orang yang mempunyai pengetahuan yang cukup, mempunyai daya imajinasi
yang kuat, serta berinisiatif dan mempunyai kemampuan berhubungan dengan
orang lain.
Fungsi auditor internal yang terdapat dalam Standar Profesional Akuntan
Publik (SPAP) adalah sebagai berikut:
“Fungsi auditor internal dapat terdiri dari satu atau lebih individu yangmelaksanakan aktivitas audit intern dalam suatu entitas. Mereka secarateratur memberikan informasi tentang berfungsinya pengendalian intern,memfokuskan sebagian besar perhatian mereka pada evaluasi terhadapdesain dan operasi pengendalian intern. Mereka mengkomunikasikaninformasi tentang kekuatan dan kelemah dan rekomendasi untukmemperbaiki pengendalian intern“(Ikatan Akuntan Indonesia, 2011).
Dapat disimpulkan bahwa fungsi audit internal meliputi hal-hal sebagai
berikut:
a. Penilaian terhadap prosedur dan masalah-masalah yang berhubungan
dengan prosedur, seperti penilaian efisiensi prosedur yang telah ditetapkan
dan pengembangan serta penyempurnaan prosedur tersebut;
10
b. Penilaian terhadap data yang dihasilkan oleh sistem akuntansi dan
membuat analisis lebih lanjut untuk mendukung kesimpulan tertentu;
c. Penilaian kegiatan yang menyangkut ketaatan terhadap kebijakan,
peraturan pemerintah, dan kewajiban-kewajiban dengan pihak luar.
Wewenang yang dimiliki oleh audit internal yaitu mendapatkan
keleluasaan/kebebasan untuk melakukan pemeriksaan terhadap catatan-catatan,
harta milik perusahaan, aktivitas yang telah selesai ataupun aktivitas yang sedang
berjalan, dan pemeriksaan terhadap para pegawai perusahaan.
Adapun tanggung jawab audit internal dalam menurut Ikatan Akuntan
Indonesia (2011) adalah sebagai berikut:
“Auditor internal bertanggung jawab untuk menyediakan jasa analisis danevaluasi, memberikan keyakinan dan rekomendasi, dan informasi lainkepada manajemen entitas dan dewan komisaris, atau pihak lain yangsetara wewenang dan tanggung jawabnya tersebut, auditor internmempertahankan objektivitasnya yang berkaitan dengan aktivitas denganyang diauditnya. Tanggung jawab penting fungsi audit internal adalahmemantau kinerja pengendalian entitas”.
Penjelasan mengenai tujuan, fungsi, tugas, wewenang dan tanggung jawab
auditor internal, dapat diketahui bahwa audit internal merupakan fungsi staf yang
lepas dari fungsi administrasif atau pencatatan dan fungsi keuangan. Oleh karena
itu, auditor internal tidak mempunyai wewenang untuk memberi perintah
langsung (line authority) pada pegawai-pegawai bidang operasi. Dapat
disimpulkan secara jelas bahwa audit internal hanya bertanggung jawab sebatas
penilaian yang dilakukannya, sedangkan tindakan koreksinya merupakan tugas
dari manajemen.
11
2.1.3 Ruang Lingkup dan Kriteria audit internal
Ruang lingkup dari audit internal adalah menilai keefektifan sistem
pengendalian internal, pengevaluasian terhadap kelengkapan dan keefektifan
sistem pengendalian internal yang dimiliki organisasi, serta kualitas pelaksanaan
tanggung jawab yang diberikan.
Untuk dapat melaksanakan fungsi audit internal secara memadai,
diperlukan kriteria-kriteria yang harus dipenuhi, antara lain:
a) Adanya penetapan tugas, wewenang dan tanggung jawab dari bagian
pemeriksaan intern;
b) Adanya struktur organisasi dimana kedudukan pemeriksa intern
independen terhadap obyek yang diperiksa
c) Adanya program pemeriksaan intern yang disusun dengan baik;
d) Tersedianya personil atau pemeriksa intern yang mempunyai pengetahuan
dan keahlian serta pengalaman dalam bidangnya;
e) Adanya laporan pemeriksaan yang berisi hasil pemeriksaan, saran, dan
tindak lanjut.
2.1.4 Kegiatan Audit Internal
Menurut Tugiman (2006), kegiatan audit internal harus meliputi
perencanaan pemeriksaan, pelaksanaan pemeriksaan, pemberitahuan hasil dan
menindaklanjuti (follow up).
1) Perencanaan pemeriksaan
a. Penetapan tujuan pemeriksaan dan lingkup pekerjaan;
12
b. Memperoleh informasi dasar tentang kegiatan yang akan diperiksa;
c. Penentuan berbagai tenaga yang diperlukan;
d. Pemberitahuan kepada pihak yang dipandang perlu;
e. Melaksanakan survei secara tepat untuk lebih mengenali kegiatan yang
diperlukan, risiko-risiko, dan pengawasan-pengawasan, untuk
mengidentifikasi area yang ditekankan dalam pemeriksaan, serta untuk
memperoleh berbagai ulasan dan sasaran dari pihak yang akan diperiksa;
f. Penulisan program pemeriksaan;
g. Menentukan bagaimana, kapan, dan kepada siapa hasil-hasil pemeriksaan
akan disampaikan;
h. Memperoleh persetujuan bagi rencana pemeriksaan.
Dalam melakukan penulisan program pemeriksaan, harus dipenuhi
persyaratan sebagai berikut:
a. Merupakan dokumentasi dalam mengumpulkan, menganalisis,
menginterpretasi, dan mendokumentasikan informasi selama pelaksanaan
audit, termasuk catatan untuk audit yang akan datang;
b. Menyatakan tujuan audit;
c. Menetapkan luas, tingkat, dan metodologi pengujian yang diperlukan guna
mencapai tujuan audit untuk tiap tahapan audit;
d. Menetapkan jangka waktu audit;
e. Mengidentifikasi aspek-aspek, teknis, risiko, proses, dan transaksi yang
harus diuji, termasuk pengolahan data elektronik.
13
2) Pelaksanaan pemeriksaan
Tahap pelaksanaan pemeriksaan meliputi kegiatan mengumpulkan,
menganalisis, menginterpretasi, dan mendokumentasikan bukti-bukti audit
dan informasi lain yang dibutuhkan, sesuai dengan prosedur yang
digariskan dalam program audit untuk mendukung hasil audit.
3) Pelaporan hasil pemeriksaan
Laporan adalah suatu produk utama dari Satuan Pengawasan Intern.
Artinya kualitas laporan yang dibuat dapat mencerminkan kualitas dari
pelaksanaan audit para auditor internal.
4) Tindak lanjut hasil pemeriksaan
Pemeriksa internal harus terus-menerus meninjau dan melakukan tindak
lanjut untuk memastikan bahwa temuan pemeriksaan yang dilaporkan
telah dilakukan tindakan yang tepat, tindak lanjut tersebut meliputi:
a. Pemantauan atas pelaksanaan tindak lanjut, merupakan penjelasan atau
jawaban atas pelaksanaan tindak lanjut.
b. Analisis kecukupan tindak lanjut, merupakan menganalisa perbaikan
yang dilakukan auditor.
c. Pelaporan tindak lanjut, merupakan melaporkan hasil tindak lanjut.
d. Dokumentasi dan administrasi, merupakan kegiatan yang telah di
rencanakan dan hasilnya di rekam dan di simpan.
14
2.1.5 Profesionalisme Auditor Internal
Profesionalitas merupakan sebagai bentuk peran profesi dalam
memberikan nilai tambah pada perusahaan, profesionalisme pada audit internal
merupakan suatu kredibilitas, yang merupakan suatu kunci sukses dalam
menjalankan suatu perusahaan.
Profesionalisme menurut The Institute Of Internal Auditors Research
Fondation (2009) adalah sebagai berikut:
“A vocation or accupation requiring advanced training and usuallyinvolving mental rather than manual work. Ektensive training must beundertaken to be able to practice in the profession. A significant amount ofthe training consists of intellectual component. The profession provides avaluable service to the community”.
Artinya, profesionalisme adalah suatu karakteristik individu dalam bidang
khusus atau pekerjaan yang mensyaratkan serangkaian pembinaan tingkat lanjut
terutama pembinaan yang berhubungan dengan mentalitas dan tidak hanya
mencangkup pembinaan mekanisme pekerjaan. Pembinaan mutu yang
ditingkatkan secara berkelanjutan tersebut harus diaplikasikan pada profesi.
Komponen paling signifikan dari pembinaan berkelanjutan tersebut adalah
komponen pembinaan intelektual. Auditor yang profesional dalam pekerjaannya
mampu menyediakan sejumlah jasa bernilai tinggi untuk lingkungan sekitarnya.
Sedangkan menurut Tugiman (2006), mengungkapkan bahwa:
“Profesionalisme menyangkut pada pengunaan teknik-teknik tertentu olehindividu, proses belajar, dan mempraktekan selama bertahun tahun gunammengembangkan teknik tersebut, loyalitas individu guna mencapaikesempurnaan, dan berdiri sebagai suatu individu diantara sesamanya”.
15
Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa profesionalitas audit internal
harus memiliki kecakapan dan keahlian, memahami orang lain dan memiliki
apresiasi dalam setiap tugasnya sebagai audit internal.
Dalam mencapai profesionalisme, auditor internal harus memenuhi
spesifikasi dan kualitas yang menjadi tolok-ukur dari profesi tersebut. Auditor
internal yang memenuhi spesifikasi dan kualifikasi yang telah ditetapkan akan
mendapatkan sertifikasi. Sertifikasi ini merupakan suatu pengakuan atas
kemampuan yang dimilikinya. Sertifikasi auditor internal dapat diperoleh setelah
auditor internal melalui rangkaian pendidikan yang bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan dan profesionalisme auditor internal.
Adapun norma praktik profesionalime audit internal yang dikemukakan
oleh Tugiman (2006) yaitu:
1. Independensi
2. Kemampuan Profesional
3. Lingkup Pekerjaan
4. Pelaksanaan Kegiatan Pemeriksaan
5. Manajemen Bagian Audit Internal
2.1.5.1 Independensi
Audit internal harus mandiri dan terpisah dari kegiatan yang
diperiksannya. The Institute of Internal Auditors Research Fondation (2009)
mendefinisikan independensi adalah :
“Independence is the freedom from conditions that threaten the ability ofthe internal audit responsibilities in an unbiased manner. To achieve the
16
degree of independence necessary to effectively carry out theresponsibility of the internal audit activity, the chief audit executive hasdirect and unrestricted access to senior management and the board. Thiscan be achieved through a dual-reporting relationship. Threats toindependence must be managed at the individual auditor, engagement,functional, and organizational levels.
Dari definisi tersebut dapat diketahui bahwa independensi adalah
kebebasan dari kondisi yang mengancam kemampuan aktivitas audit internal atau
eksekutif audit yang utama untuik melaksanakan tanggung jawab audit internal
secara objektif. Untuk mencapai tingkat kemandirian yang diperlukan secara
efektif, dapat dicapai melalui hubungan pelaporan ganda. Ancaman terhadap
independensi harus dikelola pada auditor individu, keterlibatan, fungsional, dan
tingkat organisasi.
a. Status Organisasi
Status organisasi dari unit audit internal (bagian pemeriksaan internal)
haruslah memberi keleluasaan untuk memenuhi dan menyelesaikan
tanggung jawab pemeriksaan yang diberikan kepadanya.
b. Objektivitas
Para pemeriksa internal (internal auditor) haruslah melaksanakan tugasnya
secara objektif.
2.1.5.2 Kemampuan Profesional
Keahlian professional merupakan tanggung jawab bagian audit internal
dan setiap auditor internal. Pimpinan audit internal dalam setiap pemeriksaan
harus menjamin bahwa auditor yang ditunjuk untuk setiap penugasan secara
kolektif memiliki pengetahuan, keahlian, dan kompetensi lainnya untuk
17
melaksanakan penugasan secara memadai. Audit internal harus mencerminkan
keahlian dan kemampuan profesional. Menurut Tugiman (2003) kemampuan
profesional yang harus dimiliki oleh bagian audit internal adalah:
a. Unit Audit Internal
a. Personalia
Unit audit internal harus memberikan jaminan keahlian teknis dan latar
belakang pendidikan para pemeriksa yang akan ditugaskan.
b. Pengetahuan dan Kecakapan
Unit audit internal harus memiliki pengetahuan, kecakapan, dan berbagai
disiplin ilmu yang dibutuhkan untuk menjalankan tanggung jawab
pemeriksaan yang diberikan.
c. Pengawasan
Unit audit internal harus memberikan kepastian bahwa pelaksanaan
pemeriksaan internal akan diawasi sebagaimana mestinya.
b. Audit Internal
a. Kesesuaian dengan standar profesi
Pemeriksaan internal auditor harus mematuhi standar profesional dalam
melakukan pemeriksaan
b. Pengetahuan dan Kecakapan
Para auditor internal harus memiliki atau mendapatkan pengetahuan,
kecakapan, dan disiplin ilmu yang penting dalam melaksanakan
pemeriksaan.
18
c. Hubungan Antar manusia dan Komunikasi
Para auditor internal harus memiliki kemampuan untuk menghadapi orang
lain dan berkomunikasi secara efektif.
d. Pendidikan Berkelanjutan
Para auditor internal harus mengembangkan kemampuan teknisnya
melalui pendidikan yang berkelanjutan.
e. Ketelitian Profesi
Dalam melakukan pemeriksaan, para auditor internal harus bertindak
dengan ketelitian profesional yang sepatutnya.
2.1.5.3 Lingkup Pekerjaan
Lingkup pekerjaan pemeriksaan internal harus meliputi pengujian dan
evaluasi terhadap kecukupan serta efektivitas sistem pengendalian internal yang
dimiliki organisasi dan kualitas pelaksanaan tanggung jawab yang diberikan.
Menurut Tugiman (2006) lingkup pekerjaan auditor internal meliputi:
a. Keandalan Informasi
Auditor internal harus memeriksa keandalan informasi keuangan dan
pelaksanaan pekerjaan dan cara-cara yang dipergunakan untuk
mengidentifikasi, mengukur, mengklasifikasi, dan melaporkan suatu
informasi tersebut.
b. Kesesuaian dengan Kebijaksanaan, rencana, prosedur, dan peraturan
perundang-undangan.
19
Auditor internal harus memeriksa sistem yang telah ditetapkan untuk
meyakinkan apakah sistem tersebut telah sesuai dengan kebijaksanaan,
rencana, prosedur, hukum, dan peraturan yang memiliki akibat penting
terhadap pekerjaan-pekerjaan atau operasi-operasi, laporan-laporan serta
harus menentukan apakah organisasi telah memenuhi hal-hal tersebut.
c. Perlindungan Terhadap Harta
Auditor internal harus memeriksa alat atau cara yang dipergunakan untuk
melindungi harta atau aktiva, dan bila dipandang perlu memverifikasi
keberadaan berbagai harta organisasi.
d. Penggunaan Sumber Daya Secara Ekonomis dan Efisien
Auditor internal harus menilai keekonomisan dan efisiensi penggunaan
sumber daya yang ada.
e. Pencapaian Tujuan
Auditor internal harus menilai pekerjaan, operasi, atau program untuk
menentukan apakah hasil-hasil yang dicapai sesuai dengan tujuan dan
sasaran yang telah ditetapkan, dan apakah suatu pekerjaan, operasi, atau
program telah dijalankan secara tepat dan sesuai dengan rencana.
2.1.5.4 Pelaksanaan Kegiatan Pemeriksaan
Kegiatan pemeriksaan harus meliputi perencanaan pemeriksaan,
pengujian, serta pengevaluasian informasi, pemberitahuan hasil dan menindak
lanjuti (follow up). Menurut Tugiman (2006), dikatakan bahwa pelaksanaan
kegiatan pemeriksaan meliputi:
20
a. Perencanaan Pemeriksaan
Auditor internal harus merencanakan setiap pemeriksaan.
b. Pengujian dan Pengevaluasian Informasi
Auditor internal harus mengumpulkan, menganalisis, menginterpretasi,
dan membuktikan kebenaran informasi untuk mendukung hasil
pemeriksaan.
c. Penyampaian Hasil Pemeriksaan
Auditor internal harus melaporkan hasil-hasil pemeriksaan yang diperoleh
dari kegiatan pemeriksaannya.
d. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan
Auditor internal harus terus meninjau atau melakukan follow up untuk
memastikan bahwa terhadap temuan-temuan pemeriksaan yang dilaporkan
telah dilakukan tindak lanjut yang tepat.
2.1.5.5 Manajemen Bagian Audit Internal
Pimpinan audit internal harus mengelola bagian audit internal secara tepat.
Menurut Tugiman (2006), manajemen bagian audit internal meliputi:
a. Tujuan, Kewenangan, dan Tanggung Jawab
Pimpinan audit internal harus memiliki pernyataan tujuan, kewenangan,
dan tanggung jawab bagi bagian audit internal.
b. Perencanaan
Pimpinan audit internal harus menetapkan rencana bagi pelaksanaan
tanggung jawab bagian audit internal.
21
c. Kebijakan dan Prosedur
Pimpinan audit internal harus membuat berbagai kebijaksanaan dan
prosedur secara tertulis yang akan dipergunakan sebagai pedoman oleh
staf pemeriksaan.
d. Manajemen Personel
Pimpinan audit internal harus menetapkan program untuk menyeleksi dan
mengembangkan sumber daya manusia pada bagian audit internal.
e. Auditor Eksternal
Pimpinan audit internal harus mengkoordinasikan usaha-usaha atau
kegiatan audit internal dengan auditor eksternal.
f. Pengendalian Mutu
Pimpinan audit internal harus menetapkan dan mengembangkan
pengendalian mutu atau jaminan kualitas untuk mengevaluasi berbagai
kegiatan bagian audit internal.
2.2 Laporan Hasil Pemeriksaan
2.2.1 Pengertian Laporan Hasil Pemeriksaan
Laporan Hasil Pemeriksaan merupakan satu-satunya produk dari unit audit
internal yang secara teratur didistribusikan pada manajemen senior, dewan
direksi, dewan komisaris dan komite audit. Karena merupakan satu-satunya
produk audit yang sampai kepada mereka, pembaca cenderung menegosiasikan
22
kualitas laporan dengan kinerja, kompetensi, dan profesionalisme unit audit
internal.
2.2.2 Isi Laporan Hasil Pemeriksaan
Sesuai dengan standar audit, laporan hasil pemeriksaan harus disampaikan
dalam bentuk tertulis kepada berbagai pihak yang berkepentingan sebagai sarana
komunikasi atas pelaksanaan periksaan. Konsorsium Organisasi Profesi Audit
Internal (2004), menyatakan bahwa laporan hasil pemeriksaan memuat informasi
sebagai berikut:
Bagian I: Tujuan dan lingkup audit internal
Bagian ini harus mencakup deskripisi bidang-bidang fungsional
dan aktivitas-aktivitas yang tercakup dalam bidang audit. Bidang-
bidang aktivitas manajemen yang tidak tercakup dalam audit
internal dianggap bukan tanggung jawabnya, digambarkan dan
atau dinyatakan serta harus juga diuraikan. Dalam bagian ini juga
harus mencakup elemen-elemen, misalnya peramalan manajemen
dan proyeksi hasil rencana dan strategis dalam tahun yang akan
datang.
Bagian II: Prosedur audit internal yang digunakan
Bagian ini berisi pernyataan yang menjelaskan prosedur audit
internal yang ada dan digunakan dalam pelaksanaan peungasan
audit. Bagian ini menjelaskan secukupnya, serta memusatkan
pada penggunaan kuesioner audit internal maupun pembatasan-
23
pembatasan yang dibuat atau dihadapi selama melaksanakan
penugasan audit.
Bagian III: Diskusi fakta-fakta dan masalah penting
Bagian ini mendiskusikan dengan sesama fakta-fakta yang
berhubungan dengan masalah nyata. Diskusi tersebut harus
faktual dan seobyektif mungkin sehingga tidak ada
kesalahpahaman mengenai apa yang dimaksud oleh auditor
internal. Secara menyeluruh diskusi dalam bagian ketiga ini harus
(1) dilaksanakan dengan cara-cara yang memungkinkan
keseimbangan antara kejelasan dan keringkasan, (2) disajikan
berbagai fakta-fakta dan masalah sesuai dengan tingkat
pentingnya.
Bagian IV: Rekomendasi-rekomendasi yang tepat untuk mengatasi masalah-
masalah.
Bagian ini memusatkan pada pembuatan rekomendasi yang
didukung analisis biaya dan manfaat yang menguntungkan.
Didalamnya ditawarkan alternatif rekomendasi tertentu mungkin
bersifat kontroversi. Jadwal waktu mengimplementasikan
rekomendasi disajikan pula dalam laporan.
Bagian V: Evaluasi auditor internal terhadap kinerja manajerial
Bagian ini berisi pembuktian (attestation). Bagian ini menjelaskan
pernyataan mengenai evaluasi auditor internal terhadap kinerja
manajemen selama periode yang diaudit. Pernyataan tersebut
24
harus ditulis dengan kalimat yang sangat jelas bahwa evaluasi
yang dilakukan oleh auditor internal berdasar pertimbangan serta
berdasar bukti yang diperoleh dalam audit. Bagian ini juga harus
mencakup penolakan tanggung jawab terhadap aktivitas-aktivitas
manajemen perusahaan atau hasil-hasil masa lalu, masa kini, dan
masa depan kegiatan perusahaan.
2.2.3 Aspek Struktur Laporan Hasil Pemeriksaan
Menurut Courtmanche (1997), bahwa setiap laporan hasil pemeriksaan
memiliki dua aspek struktur yaitu makrostruktur dan mikrostruktur.
Makrostruktur berkaitan dengan pengelompokkan dan pembagian segenap temuan
dalam laporan. Sedangkan mikrostruktur berkaitan dengan pengaturan dan
penyajian setiap temuan dalam laporan.
2.2.3.1 Makrostruktur
Makrostruktur dalam penulisan laporan hasil pemeriksaan diatur oleh lima
prinsip dasar, yaitu:
a. Pengelompokkan;
Sebelum menulis laporan, auditor internal terlebih dahulu mengidentifikasi
setiap temuan, kemudian mengelompokkannya dalam cara yang
mempermudah pembaca untuk memahaminya.
b. Perangkaian;
25
Menentukan urutan penyelesaian sejumlah kelompok temuan dan juga
urutan pembahasan masing-masing temuan yang terdapat di setiap
kelompok. Sebuah laporan yang baik menutun pembacanya melalui
rangkaian logika yang disusun secara cermat.
c. Kemudahan;
Laporan yang baik harus memiliki struktur yang dapat memberikan
berbagai kemudahan pembacanya dalam bentuk: judul dan sub judul yang
jelas dan akurat, jumlah tingkatan subpokok bahasan yang seminim
mungkin, daftar isi bila dipandang perlu, penomoran halaman secara
lengkap.
d. Kemenarikan;
Kemenarikan ditentukan secara kultural. Hal yang diperhitungkan dalam
menentukan menarik tidaknya suatu laporan adalah selera dan keinginan
pembaca, bukan selera dan keinginan penulis.
e. Fleksibilitas
Menghendaki auditor internal tidak menerapkan berbagai konsep
struktural secara kaku. Apabila ada perbedaan antara struktur atau format
standar dan struktur atau format yang diinginkan pembaca, auditor internal
harus memperhatikan dan mendahulukan kepentingan pembaca.
2.2.3.2 Mikrostruktur
Mikrostruktur dalam penulisan laporan hasil pemeriksaan bahwa setiap
temuan pemeriksaan memiliki empat elemen struktural, yaitu:
26
1) Tujuan;
Maksud dilakukannya suatu audit yang membantu membatasi perencanaan
pekerjaannya.
2) Temuan;
Dalam arti sempit hanya meliputi fakta-fakta yang berhasil diobservasi,
kriteria pengevaluasian, dan perbandingan dasar antara keduanya
3) Kesimpulan;
Hasil penilaian menyeluruh yang didasarkan pada perbandingan antar
fakta-fakta dan kriteria yang dikemukakan dalam temuan-temuan audit,
serta sebab-sebab yang menimbulkannya.
4) Rekomendasi;
Saran yang diberikan oleh auditor internal sehubungan dengan kesimpulan
yang diperolehnya. Rekomendasi praktis serta memiliki pebanding antara
biaya dan efektivitas (cost-effective) merupakan bentuk penting bernilai
yang diberikan oleh auditor internal kepada pihak manajemen.
Kejelasan dan kelengkapan penyajian sebuah temuan audit tidak hanya
bermanfaat bagi pembaca tapi juga bagi auditor internal. Mikrostruktral yang baik
akan melindungi audit iternal dari kemungkinan adanya kesalahan. Selain itu,
mikrostrukural yang baik akan memudahkan pengawasan kualitas laporan oleh
auditor internal, penyelia, dan manajemen audit internal. Untuk itu, mikrostruktur
yang baik akan mendukung terciptanya kewibawaan laporan hasil pemeriksaan.
2.2.4 Standar Kualitas Laporan Hasil Pemeriksaan
27
Standar yang merupakan kondifikasi dari the best practice diterbitkan oleh
The institute of Internal Auditor Research Fondation (2009), sebagai organisasi
profesi auditor internal internasional. Di dalam standar tersebut dikatakan bahwa
laporan hasil pemeriksaan yang berkualitas harus memenuhi kriteria-kriteria yaitu
objektif, jelas, akurat, singkat, konstruktif, lengkap, dan tepat waktu.
2.2.4.1 Objektif
Suatu laporan audit objektif membicarakan pokok persoalan dalam
auditing, bukan perincian prosedural atau hal-hal lain yang di perlukan dalam
proses audit. Laporan yang objektif adalah laporan yang faktual, tidak berpihak
dan terbebas dari distorsi. Berbagai temuan kesimpulan dan rekomendasi haruslah
dilakukan tanpa ada suatu prasangka.
Bila telah ditentukan bahwa dalam suatu laporan hasil pemeriksaan
terdapat kesalahan atau error, pimpinan audit internal harus mempertimbangkan
perlunya pembuatan laporan tambahan yang menyebutkan tentang berbagai
informasi yang diperbaiki. Laporan tambahan harus dibagikan kepada seluruh
pihak yang telah menerima laporan hasil pemeriksaan sebelumnya.
2.2.4.2 Jelas
Sebuah laporan pemeriksaan akan dianggap mempunyai kejelasan apabila
dapat dipahami secara mudah dan logis. Kejelasan suatu laporan dapat
ditingkatkan dengan cara menghindari penggunaan bahasa teknis yang tidak
diperlukan dan pemberian berbagai informasi yang cukup mendukung, kalimat
28
pasif yang berputar-putar merupakan faktor yang dapat menghilangkan kejelasan.
Secara umum, kalimat aktif biasanya lebih jelas dibandingkan kalimat pasif.
2.2.4.3 Akurat
Akurat berarti tepat. Laporan yang akurat adalah laporan yang secara tepat
menyampaikan kondisi yang sebenarnya terjadi di lapangan. Selain itu laporan
juga menyajikan dengan benar hasil temuan dan rekomendasi dari pemeriksaan
internal.
2.2.4.4 Singkat
Laporan yang singkat membicarakan pokok permasalahan dan
menghindari berbagai perincian yang tidak diperlukan. Singkat bukan berarti
menghilangkan apa-apa yang tidak relevan dan tidak material. Laporan tersebut
disusun dengan menggunakan kata-kata secara efektif.
2.2.4.5 Konstruktif
Laporan yang komstruktif adalah laporan yang berdasarkan isi dan
sifatnya akan membantu pihak yang akan diperiksa dan organisasi serta
menghasilkan berbagai perbaikan yang dibutuhkan oleh manajemen sehingga
dapat tercapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan.
2.2.4.6 Lengkap
29
Laporan yang lengkap adalah laporan yang berisikan otorisasi atau
persetujuan dari pihak yang berwenang, sasaran dilakukannya pemeriksaan,
aktivitas-aktivitas yang diperiksa, hasil temuan-temuan pemeriksaan,
rekomendasi-rekomendasi berdasarkan hasil temuan pemeriksaan, dan tindakan
lanjut yang disarankan auditor internal untuk pihak yang diperiksa dengan tujuan
memperbaiki aktivitas yang telah diperiksa.
2.2.4.7 Tepat waktu
Laporan yang tepat waktu adalah laporan yang penerbitnya tidak
memerlukan penundaan dan mempercepat kemungkinan pelaksanaan berbagai
tindakan efektif. Agar memiliki nilai manfaat, laporan audit harus disampaikan
secara tepat waktu.
2.3 Pengaruh Profesionalisme Auditor Internal terhadap Kualitas Laporan
Hasil Pemeriksaan
Audit internal merupakan fungsi penilaian independen (bebas) yang
dibentuk dalam suatu organisasi/perusahaan yang memberikan jasanya bagi
organisasi/perusahaan dengan cara menguji dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan
perusahaan tersebut. Tujuan dari audit internal adalah untuk membantu para
anggota organisasi di semua tingkatan manajemen agar dapat melaksanakan
tanggung jawabnya secara efektif.
30
Seorang audit internal sebagai karyawan perusahaan, dalam menjalankan
fungsi penilaian yang independen di perusahaan, harus memiliki keahlian
profesional untuk dapat memberikan laporan audit yang berkualitas.
Menurut Tugiman (2006):
“Seorang audit internal yang semakin professional akan semakin
menghasilkan laporan yang berkualitas baik”.
Seperti yang diungkapkan oleh Wahyudi dan Mardiyah (2006):
“Profesionalisme yang tinggi akan memberikan kontribusi yang dapat
dipercaya oleh para pengambil keputusan sehingga laporan yang
disajikannya akan berkualitas.”
Dari kedua kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa seorang auditor yang
profesional dapat menghasilkan laporan audit yang berkualitas dimana audit
tersebut dapat dipercaya oleh para pengambil keputusan untuk melakukan audit.
Profesionalisme seorang auditor internal telah diatur dalam Standar Profesi
Audit Internal, dimana unsur-unsur seperti independensi dan objektivitas, keahlian
dan kecermatan profesional, ruang lingkup pekerjaan, pelaksanaan kegiatan
pemeriksaan, dan manajemen bagian audit internal, dijadikan sebagai kriteria
profesional untuk auditor internal. Seorang auditor internal yang telah
melaksanakan tugasnya secara profesional, akan menghasilkan laporan hasil
pemeriksaan yang berkualitas sesuai dengan standar profesi audit internal.
31
2.4 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
2.4.1 Kerangka Pemikiran
Perusahaan yang semakin berkembang akan memiliki aktivitas bisnis yang
semakin rumit. Meningkatnya tingkat kerumitan dari proses bisnis modern dan
organisasi ini menyebabkan perusahaan membutuhkan sistem pengendalian intern
yang lebih kuat. Audit internal adalah ,jaminan independen objektif dan aktivitas
konsultasi yang dirancang untuk menambah nilai dan meningkatkan operasi
organisasi, membantu organisasi mencapai tujuannya dengan membawa
pendekatan yang sistematis dan disiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan
efektivitas manajemen risiko, pengendalian, dan proses tata kelola (Tunggal,
2012).
Tugiman (2007) menyatakan bahwa internal audit telah memenuhi
beberapa kriteria profesi, apa yang dilakukan internal auditor seharusnya bersifat
profesional. Selanjutnya profesionalisme dapat diartikan sebagai berikut:
“Profesionalisme sebagai sikap dari perilaku seseorang dalam melakukanprofesi tertentu. Seorang yang profesional, disamping mempunyaikeahlian, kecakupan teknis, harus mempunyai kesungguhan dan ketelitianbekerja, mengejar kepuasan orang lain, keberanian menanggung risiko,ketekunan dan ketabahan hati, integritas tinggi, konsistensi dan kesatuanpikiran, kata dan perbuatan”.
Kode etik profesionalisme auditor internal berisi standar seragam yang
konsisten dalam menggambarkan praktik-praktik terbaik audit internal serta
merupakan ukuran kualitas pelaksanaan tugas untuk memenuhi tanggung jawab
profesinya. Sedangkan standar praktik profesi auditor internal merupakan
ketentuan yang harus dipenuhi untuk menjaga kualitas kinerja auditor internal
dan kualitas hasil pemeriksaannya (Tunggal, 2008).
32
Menurut Tugiman (1997) pemeriksaan intern merupakan suatu fungsi
penilaian yang independen dalam suatu organisasi untuk menguji dan
mengevaluasi organisasi yang dilaksanakan. Fungsi pemeriksaan intern dapat
dilakukan oleh auditor internal mengingat auditor internal lebih mengenal dan
menguasai situasi dan kondisi dari perusahaan tersebut. Manajemen puncak
mengandalkan pemeriksaan intern sebagai alat penyaji hasil analisis yang objektif,
penilaian-penilaian, rekomendasi-rekomendasi, saran dan informasi dalam
pengendalian serta pelaksanaan kegiatan organisasi (Arens,dkk 2008).
Bagi pemeriksa intern, untuk melakukan pengawasan yang baik harus
memiliki sikap profesionalisme. Menurut Tugiman (2006) kriteri-kriteria sikap
profesionalisme pemeriksa intern adalah sebagai berikut:
1. Independensi
Pemeriksa intern harus mandiri dan terpisah dari kegiatan yang diperiksanya
dan memeriksa apa adanya.
2. Kemampuan profesional
Pemeriksa intern harus mencerminkan keahlian dan ketelitian profesional.
3. Lingkup pekerjaan
Lingkup pekerjaan pemeriksa intern harus meliputi pengujian dan evaluasi
terhadap kecukupan serta efektivitas system pengendalian internal yang dimiliki
organisasi dan kualitas pelaksanaan tanggung jawab yang diberikan.
4. Pelaksanaan Kegiatan Pemeriksaan
Kegiatan pemeriksaan harus meliputi perencanaan pemeriksaan, serta
pengevaluasian informasi, pemberitahuan hasil dan menindak lanjuti.
33
5. Manajemen Bagian Audit Internal
Pimpinan unit internal harus mengelola bagian audit internal secara tepat.
Tujuan pelaksanaan audit intern adalah membantu para anggota
organisasi agar mereka dapat melaksanakan tanggung jawabnya secara efektif.
Untuk hal tersebut, auditor intern akan memberikan berbagai analisis, penilaian,
rekomendasi, petunjuk dan informasi sehubungan dengan kegiatan yang
diperiksa. Tujuan pemeriksaan mencakup pula usaha mengembangkan
pengendalian yang efektif dengan biaya yang wajar.
Tujuan utama pengendalian intern menurut Tugiman (2006) adalah
meyakinkan keandalan (reliabilitas dan integritas) informasi kesesuaian dengan
berbagai kebijaksanaan, rencana, prosedur, dan ketentuan perundang-undangan
perlindungan terhadap harta organisasi; penggunaan sumber daya efisien, serta
tercapainya berbaga itujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Hasil dari
pekerjaan auditor internal adalah laporan hasil pemeriksaan. Laporan ini
merupakan hal yang penting karena dalam laporan ini auditor internal
menuangkan seluruh hasil pekerjaannya dan merupakan realisasi tanggung jawab.
Kualitas hasil pemeriksaan berhubungan dengan jumlah respon yang benar yang
diberikan seseorang dalam menyelesaikan sebuah pekerjaan yang dibandingkan
dengan standar hasil atau kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya.
Maka untuk menghasilkan hasil pemeriksaan yang berkualitas, diperlukan
kompetensi dan independensi auditor intern dalam melaksanakan pemeriksaan
intern. Sikap kompeten dan independen akan memungkinkan para auditor internal
melaksanakan pemeriksaan dengan suatu cara, sehingga mereka akan sungguh-
34
sungguh yakin atas hasil pemeriksaannya dan tidak akan membuat penilaian yang
kualitasnya merupakan hasil kesepakatan atau diragukan (Tugiman, 1997).
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah diuraikan, dapat digambarkan
bagan dari kerangka pemikiran Gambar 2.1 di bawah ini
Gambar 2.1Skema Kerangka Pemikiran
35
Dari gambar diatas dapat diambil suatu kesimpulan dalam penelitian ini
dalam bentuk paradigma penelitian yang dirumuskan sebagai berikut:
Gambar 2.2Paradigma Penelitian
2.4.2 Hipotesis
Menurut Sugiyono (2011) hipotesis merupakan jawaban sementara
terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah penelitian
biasanya disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena
jawaban yang diberikan masih berdasarkan teori-teori yang relevan belum
berdasarkan fakta-fakta yang empiris yang berasal dari pengumpulan data.
Berdasarkan telaah pustaka dan kerangka pemikiran di atas, penulis
merumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut :
Ha1 : profesionalisme auditor internal berpengaruh terhadap kualitas laporan hasil
pemeriksaan auditor internal.
ProfesionalismeAuditor Internal
Kualitas Laporan HasilPemeriksaan