1 resume hukum pajak

53
Tugas Resume Sejarah Pajak dan Sumber-sumber Penerimaan Negara Mata Kuliah : Hukum Pajak I Dosen Pengampu : Putut Gunawarman F, SH, MH Di susun oleh : Fiqi Dwipatria Muslimin NIM : 14.641.0279 Kelas : Menejemen IIIE (Pagi)

Upload: fiqi

Post on 22-Jan-2016

54 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 1 Resume Hukum Pajak

Tugas Resume

Sejarah Pajak dan Sumber-sumber Penerimaan

Negara

Mata Kuliah : Hukum Pajak I

Dosen Pengampu : Putut Gunawarman F, SH, MH

Di susun oleh :

Fiqi Dwipatria Muslimin

NIM : 14.641.0279

Kelas : Menejemen IIIE (Pagi)

UNIVERSITAS PANCA MARGA PROBOLINGGO

2014

Page 2: 1 Resume Hukum Pajak

Sejarah Pajak

SEJARAH PEMUNGUTAN PAJAK

Pada tahun 509-27 SM di Roma ada beberapa pungutan yang diwajibkan kepada

rakyatnya, dengan sebutan seperti censor, questor dan jenis pungutan lainnya. Pajak

langsung (tributum) dipungut pada zaman perang terhadap penduduk Roma sampai tahun

167 SM. Setelah abad kedua penguasa Roma mengandalkan pajak tidak langsung yang

disebut vegtigalia, seperti portoria yakni pungutan atas penggunaan pelabuhan.

Di zaman Julius Caesar dikenal centesima rerum venalium yakni sejenis pajak

penjualan dengan tarif 1% dari omzet penjualan. Di Italia dikenal decumae, yakni pungutan

sebesar 10% dari para petani atau penguasa tanah. Setiap penduduk di Italia, termasuk

penduduk Roma sendiri dikenakan pajak langsung (tributum) yang tetap. Di Mesir,

pembuatan piramida pada akhirnya dilakukan dalam bentuk kerja paksa, yang pada

mulanya adalah suatu bentuk pengabdian dan sifatnya sukarela dari rakyat Mesir. Pada

abad ke-14 di Spanyol dikenal dengan istilah alcabala, salah satu bentuk pajak penjualan.

Di benua Amerika, setelah benua tersebut menjadi koloni Inggris, penduduk koloni

mempunyai kewajiban membayar berbagai pungutan kepada pemerintah kolonial Inggris,

yang dikemudian waktu menjadi penyebab Revolusi Amerika, yaitu setelah diundang-

undangkannya The Stamp act (1765) dan The Townshend Act (1767). The Stamp Act

merupakan undang-undang yang mewajibkan setiap penduduk koloni tersebut untuk

membayar pajak atas pembelian koran, kartu judi, dadu, dan akte perkawinan. The

Townshend Act merupakan pemungutan terhadap teh, kertas, cat, dan kartu.

PERKEMBANGAN PEMUNGUTAN PAJAK

Pajak pada mulanya dibayar secara natura, yaitu hasil pertanian, hasil hutan dan hasil

perkebunan serta barang tambang mulia seperti emas dan perak. Selain itu juga pajak dapat

dibayar dengan tenaga, yaitu dengan melakukan pekerjaan tanpa diberi imbalan. Kemudian

sejalan dengan perkembangan waktu pajak dibayar dengan uang. Di seluruh dunia telah

mengakui bahwa pajak merupakan sumber utama penerimaan negara dan sebagai alat

Page 3: 1 Resume Hukum Pajak

mencapai tujuannya, walaupun tidak seluruh negara di dunia mengandalkan penerimaan

negara dari sektor pajak. Ada beberapa Negara yang memiliki potensi sumber daya alam

negaranya sebagai penerimaan Negara yang utama.

Sejak zaman sebelum masehi pajak telah dipungut oleh penguasa suatu daerah,

untuk kepentingan penguasa. Maka bentuk iuran kepada penguasa tersebut merupakan

suatu paksaan, yang tentunya ada yang pro ada yang kontra. Penentuan siapa yang harus

membayar pajak, bagaimana dasar pengenaan pajaknya, dan berapa besar tarif pajak yang

dikenakan, ditentukan oleh keinginan penguasa semata. Pada akhirnya beban pajak yang

harus dipikul jadi lebih berat, penguasa dengan kesewenangannya menentukan jumlah

pajak sesuai kebutuhan penguasa bahkan melebihi yang dibutuhkan.

SEJARAH PERPAJAKAN DI INDONESIA

Kerajaan Mataram, Kediri, Majapahit, dan Pajang mengenal bentuk pajak tanah dan pajak

tidak langsung terhadap barang dagangan. Pejabat kerajaan pemungut pajak tidak digaji

oleh kerajaan maka seringkali mereka menerapkan pajak secara berlebihan. Upeti

perorangan ataupun kelompok orang diberikan kepada raja atau penguasa sebagai bentuk

penghormatan dan tunduk patuh pada kekuasaan raja atau penguasa suatu wilayah di

Indonesia merupakan bentuk pajak pada zaman kerajaan-kerajaan di Indonesia tumbuh.

Upeti tersebut berupa hasil bumi, dan pemajakan barang perdagangan. Sebagai imbalannya

maka rakyat mendapat pelayanan keamanan dan jaminan ketertiban. Kerajaan Mataram

raja-raja sudah melaksanakan hidup swasembada dan otonom.

VOC sebagai badan perdagangan menguasai wilayah Indonesia, dan tidak

memungut pajak di daerah kekuasaannya, seperti Batavia, Maluku, dan lain-lain. Tetapi

mengenakan Pajak usaha, Pajak Rumah, dan Pajak Kepala kepada pedagang Cina dan

pedagang lainnya. Selain itu VOC memiliki monopoli penjualan candu, garam, pemetikan

sarang burung dan lain-lain yang dijualnya pada pacht-pacht yang biasanya dipegang oleh

kapiten. Gubernur Jenderal Daendels juga mengadakan pemungutan pajak, menarik pajak

dari pintu gerbang dan pajak penjualan barang di pasar (bazarregten) termasuk pula

pungutan pajak terhadap rumah jadi. Pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Raffles

Page 4: 1 Resume Hukum Pajak

(1811-1815) menyelenggarakan administrasi dan reorganisasi yang mengeluarkan banyak

uang. Raffles mengadakan pembaruan sistem pajak yang dikenal dengan landrente stelsel,

dimana sistem pajak tersebut mengambil contoh

dari Benggala India. Pada masa penjajahan kolonial pajak merupakan hal yang dieksploitasi

untuk kepentingan penjajah. Pajak dilaksanakan tidak memperhatikan keadilan,

kemampuan, dan hak asasi manusia Indonesia, tetapi menjadi beban penderitaan dan

pengorbanan luar biasa rakyat Indonesia.

Di Indonesia, sejak zaman kolonial Belanda hingga sebelum tahun 1983 telah diberlakukan

cukup banyak Undang-Undang yang mengatur mengenai pembayaran pajak, yaitu sebagai

berikut:

Ordonansi Pajak Rumah Tangga;

Aturan Bea Meterai;

Ordonansi Bea Balik Nama;

Ordonansi Pajak Kekayaan;

Ordonansi Pajak Kendaraan Bermotor;

Ordonansi Pajak Upah;

Ordonansi Pajak Potong;

Ordonansi Pajak Pendapatan;

Undang-Undang Pajak Radio;

Undang-Undang Pajak Pembangunan I;

Undang-Undang Pajak Peredaran;

kemudian dengan perkembangan ekonomi dan masyarakat maka di undangkan lagi

beberapa UU yaitu:

UU Pajak penjualan Tahun 1951 yang diubah dengan UU No.2 tahun 1968

UU no.21 Tahun 1959 tentangpajak deviden yang diubah dengan UU No.10 Tahun

1967 tentang pajak atas bunga, deviden, dan royalty

UU No.19 tahun 1959 tentang penagihan pajak Negara dengan surat Paksa

UU no.74 tahun 1958 tentang pajak bangsa asing dan

Page 5: 1 Resume Hukum Pajak

UU no.8 Tahun 1967 tentang tata cara pemungutan PPd, PKK dan PPs atau Tata

cara MPS-MPO.

Terlalu banyak undangan-undangan yang dikeluarkan mengakibatkan masyarakat

mengalami kesulitan dalam pelaksanaanya. Selain itu, beberapa undang-undang di atas

ternyata dalam perkembangan tidak memenuhi rasa keadilan, dan masih memuat unsur-

unsur kolonial. Maka pada tahun 1983, pemerintah bersama-sama dengan Dewan

Perwakilan Rakyat sepakat melakukan reformasi undang-undang perpajakan yang ada

dengan mencabut semua undang-undang yang ada dan mengundangkan 5 paket undang-

undang perpajakan yang sifatnya lebih mudah dipelajari dan dipraktikkan serta tidak

menimbulkan duplikasi dalam hal pemungutan pajak dan unsur keadilan menjadi lebih

diutamakan, bahkan sistem perpajakan yang semula official assessment diubah menjadi self

assessment.

Kelima undang-undang tersebut adalah

Undang-Undang No.6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara

Perpajakan (UU KUP);

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 6 TAHUN 1983

TENTANG

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang :

a. bahwa Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945 yang menjunjung tinggi hak dan kewajiban warga negara,

Page 6: 1 Resume Hukum Pajak

karena itu menempatkan perpajakan sebagai salah satu perwujudan kewajiban

kenegaraan bagi para warganya yang merupakan sarana peran serta dalam pembiayaan

negara dan pembangunan nasional;

b. bahwa sistem perpajakan yang merupakan landasan pelaksanaan pemungutan pajak

negara yang selama ini berlaku, tidak sesuai lagi dengan tingkat kehidupan sosial-

ekonomi masyarakat Indonesia baik dalam segi kegotongroyongan nasional maupun

dalam laju pembangunan nasional yang telah dicapai;

c. bahwa sistem perpajakan yang tertuang di dalam ketentuan-ketentuan perpajakan yang

berlaku selama ini belum dapat menggerakkan peran serta semua lapisan subyek pajak

yang besar peranannya dalam meningkatkan penerimaan dalam negeri dan sangat

diperlukan guna mewujudkan kelangsungan dan peningkatan pembangunan nasional;

d. bahwa oleh karena itu, sesuai pula dengan amanat yang terkandung dalam Garis-garis

Besar Haluan Negara (Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia

Nomor II/MPR/1983), perlu diadakan pembaharuan sistem perpajakan yang berlaku

dengan sistem yang memberikan kepercayaan kepada subyek pajak untuk

melaksanakan kewajiban serta memenuhi haknya di bidang perpajakan, sehingga dapat

mewujudkan perluasan dan peningkatan kesadaran kewajiban perpajakan serta

meratakan pendapatan masyarakat;

e. bahwa untuk dapat mencapai maksud tersebut di atas, perlu diadakan pembaharuan dan

penggantian peraturan perundang-undangan perpajakan yang selama ini berlaku;

Undang-Undang No. 7 Tahun 1983 Pajak Pajak Penghasilan (UU PPh);

Undang-Undang No.8 Tahun 1983 Pajak Pertambahan Nilai Atas Barang Dan Jasa

Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (UU PPN Dan PPnBM);

Undang-Undang No.12 Tahun 1985 Tentang Pajak Bumi Dan Bangunan (UU

PBB);

Undang-Undang N0. 13 Tahun 1985 Tentang Bea Meterai (UU BM).

Page 7: 1 Resume Hukum Pajak

Pada tahun 1994, empat dari kelima UU tersebut pada tahun 1994 mengalami perubahan

dengan mengubah beberapa pasal yang dipandang perlu dengan UU, yaitu sebagai berikut :

UU No.6 Tahun 1983 Diubah Dengan UU No.9 Tahun 1994

UU No.7 Tahun 1983 Diubah Dengan UU No.10 Tahun 1994

UU No.8 Tahun 1983 Diubah Dengan UU No.11 Tahun 1994

UU No.12 Tahun 1983 Diubah Dengan UU No.12 Tahun 1994.

Kemudian pada tahun 1997 pemerintah membuat beberapa undang-undang yang berkaitan

dengan masalah perpajakan untuk mendukung undang-undang yang sudah ada, yaitu :

UU No. 17 Tahun 1997 Tentang Badan Penyelesaian Sengketa Pajak

UU No. 18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah

UU No. 19 Tahun 1997 Tentang Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa

UU No. 20 Tahun 1997 Tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak

UU No. 21 Tahun 1997 Tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan.

Adanya perkembangan ekonomi dan masyarakat yang terus menerus dan untuk

memberikan rasa keadilan dan pelayanan kepada Wajib Pajak, maka pada tahun 2000

pemerintah kembali mengadakan perubahan terhadap UU Perpajakan yang dibuat pada

tahun 1983 yang selengkapnya seperti dibawah ini.

UU No.16 Tahun 2000 Mengenai Perubahan Atas UU No.6 Tahun 1983

Sebagaimana Telah Diubah Dengan UU No.9 Tahun 1994

UU No. 17 Tahun 2000 Mengenai Perubahan Atas UU No. 7 Tahun 1983

Sebagaimana Telah Diubah Dengan UU No. 10 Tahun 1994

UU No. 18 Tahun 2000 Mengenai Perubahan Atas UU No.8 Tahun 1983

Sebagaimana Telah Diubah Dengan UU No.11 Tahun 1994

UU No.19 Tahun 2000 Mengenai Perubahan Atas UU No.19 Tahun 1997

UU No.21 Tahun 2000 Mengenai Perubahan Atas UU No.21 Tahun 1997

UU No. 34 Tahun 2000 Mengenai Perubahan Atas UU No. 18 Tahun 1997

Page 8: 1 Resume Hukum Pajak

Selanjutnya pada tahun 2007 sampai 2009 pemerintah bersama DPR sepakat

melakukan perubahan atas UU Perpajakan :

UU Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan No.16 Tahun 2000 Diubah

Dengan UU No.28 Tahun 2007,Mulai Berlaku 1 Januari 2008. Lalu KUP Ini Pun

Mengalami Perubahan Lagi Dengan UU No.16 Tahun 2009 Tentang Penetapan

Peraturan Pemerintah Pengganti UU No. 5 Tahun 2008 Tentang Perubahan Ke4

Atas UU No.6 Tahun 1983 Tentang KUP.

UU Pph No.17 Tahun 2000 Diubah Dengan UU No.36 Tahun 2008 Berlaku Mulai

1 Januari 2009.

UU Pajak Pertambahan Nilai Barang Dan Jasa Dan Pajak Penjualan Atas Barang

Mewah No.18 Tahun 2000 Diubah Dengan UU No.42 Tahun 2009 Mulai Berlaku 1

April 2010.

Sejarah Pajak Bumi dan Bangunan

Dimulai dari pengenaan pajak tanah (Land Rent) oleh pemerintahan kolonial Inggris

yang dipimpin oleh Thomas Stanford Raffless pada abad 19 tepatnya tahun 1813 di pulau

Jawa. Raffles menentukan pajak ini pada individu bukan pada desa. Raffles membagi tanah

atas kelompok-kelompok terhadap tanah kering dan tanah basah, pengenaan pajaknya

adalah rata-rata produksi pertahun untuk sawah (tanah basah), dan tegalan (tanah kering).

Dalil yang dijadikan dasar adanya pungutan pajak tanah menurut sejarah, adalah anggapan

bahwa semua tanah adalah milik Raja (souvereign), dan kepala desa-kepala desa yang

berada di bawah kekuasaan raja semuanya dianggap sebagai penyewa (Pachters). Karena

itu maka mereka harus membayar sewa tanah (land rent) dengan natura secara tetap kepada

penguasa.

Tahun 1945 – 1951

Pajak Bumi semula pelaksanaan pemungutannya dengan cara lama digunakan secara

penuh. Kemudian Pajak Bumi di wilayah negara Republik Indonesia dengan pusat

Page 9: 1 Resume Hukum Pajak

pemerintahan di Yogyakarta dihapus, sedangkan di wilayah federal Pajak Bumi terus

berlaku. 1951 Pajak Bumi di negara Republik Indonesia dihapus, diganti dengan Undang-

Undang No.14 tahun 1951, yaitu

Pajak Penghasilan atas Tanah Pertanian (PPTP).

Tahun 1951 - 1959

UU No.14 tahun 1951, melahirkan Jawatan Pendaftaran dan Pajak Penghasilan Tanah

Milik Indonesia (P3TMI). Tugasnya adalah melakukan pendaftaran atas tanah-tanah milik

adat yang ada di Indonesia. Namun karena P3TMI ini ternyata dianggap hanya mengurus

pendaftaran tanah saja, maka namanya diubah lagi menjadi Jawatan Pendaftaran Tanah

Milik Indonesia (PTMI). Tugasnya yaitu menjadikan tugas yang sama seperti yang diatas

ditambah kewenangan untuk mengeluarkan Surat Pendaftaran Sementara terhadap tanah

milik yang sudah terdaftar.

Tahun 1959 - 1985

Peraturan Pemerintah Pengganti Undang Undang (PERPU) No.11 Tahun 1959 tentang

Pajak Hasil Bumi telah ditetapkan menjadi Undang-Undang yaitu Undang-Undang No.1

Tahun 1961. Jawatan yang mengelola Pajak Hasil Bumi dirubah menjadi Direktorat Pajak

Hasil Bumi. Sesuai dengan SK Menteri Iuran Negara PMPPU 1-1-3 29 November 1965,

Direktorat Pajak Hasil Bumi diubah namanya menjadi Direktorat Iuran Pembangunan

daerah (DIT-IPEDA). Pajak Hasil Bumi (PHB) menjadi Iuran Pembangunan Daerah

(IPEDA). Pengenaan Iuran pembangunan daerah dilakukan terhadap tanahtanah di

pedesaan, perkotaan, perhutanan, perkebunan dan pertambangan.

Tahun 1985 -1995

Berdasarkan Ketetapan MPR Nomor II/MPR/1983 telah diadakan Tax Reform yaitu

diadakan pembaruan dan penggantian atas peraturan perundang-undangan perpajakan yang

selama ini berlaku. Tax Reform tahun 1983 ini berlaku mulai tanggal 1 Januari 1984.

Dengan adanya Tax Reform maka sistem perpajakan Indonesia berubah dari Oficial

Assesment menjadi Self assesment. Tax Reform 1983, melahirkan Undang-Undang No.12

Page 10: 1 Resume Hukum Pajak

Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), yang ditetapkan pada tanggal 27

Desember 1985 dan mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 1986. Pada tanggal 9 November

1994, telah disahkan Undang-undang No.12 tahun 1994; tentang Perubahan atas Undang-

undang No.12 Tahun 1985 tentang PBB, yang mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 1995.

Sejarah Pajak Penghasilan

Sebelum 1920

Pajak pendapatan bagi orang eropa (tax patent duty), dan untuk orang Indonesia

adalah Pajak pendapatan yang disebut business tax. Business Tax tahun 1878 dikenakan

untuk pribumi sebesar 2% per tahun dari penghasilan, dan 4% pertahun dari penghasilan

orang Asing Asia. Seluruh orang Indonesia yang ikut serta dalam perdagangan kecil-

kecilan atau eceran baik merupakan subyek dari pajak ini. Yang dikecualikan adalah para

petani dan buruh yang bekerja pada tanah pertanian, kepala desa dan pegawai

pemerintahan.

Tax Patent Duty adalah pajak yang dikenakan terhadap penghasilan yang diperoleh

dari usaha pertanian, manufakturing, kerajinan tangan, atau kegiatan industri di Hindia

Belanda. Tarif proporsional, yakni 2% dari pendapatan. Pendapatan minimum tidak

disebutkan dan biaya pengeluaran dari rumah tangga atau pengeluaran pribadi tidak

termasuk dalam perhitungan yang dikenakan pajak. Pajak Pendapatan untuk pertama kali

dipungut di Indonesia berdasarkan Ordonansi Pajak Pendapatan 1908 (Ordonantie op de

Inkomstenbelasting 1908). Kemudian ordonansi ini diganti dengan Ordonansi pajak

Pendapatan 1920.

Tahun 1920

The Reseived ordinance on the Income Tax of 1920. Pendapatan menurut pengertian

ordonansi ini adalah jumlah keseluruhan yang diterima baik dalam bentuk uang atau yang

dapat dinilai dengan uang yang diperoleh dari barang-barang bergerak atau tidak gerak,

atau dari kegiatan perdagangan atau pekerjaan keilmuan atau pekerjaan lain, baik yang

dikerjakan sekali-sekali atau secara kontinyu; kegiatan kantor perusahan, pelayanan, dan

dari keruntungan lain yang diperoleh setelah dikurangi ongkos-ongkos pengeluaran.

Page 11: 1 Resume Hukum Pajak

Prinsip-prinsip dalam UU Pajak Pendapatan:

a) Pajak diterapkan pada perseorangan, badan, pemegang saham, kerjasama

perdagangan, dan badan hukum lainnya termasuk perusahaan asing yang

berkegiatan di Indonesia.

b) Penilaian pajak tahunan dihitung menurut sistem fiktif. Pendapatan secara total

yang diperoleh dari berbagai sumber sejak tanggal 1 Januari setiap tahun digunakan

sebagai jumlah pendapatan yang nyata apabila wajib pajak tidak mempunyai

sumber pendapatan reguler. Peningkatan atau penurunan pendapatan selama tahun

takwim tidak dijadikan sebagai patokan.

c) Penghasilan wanita menikah disatukan dengan penghasilan suaminya, kecuali di

mana pasangan tersebut tinggal secara terpisah atau mengatur kekayaan terpisah.

Tahun 1932-1983

Personal Income Tax Ordinance of 1932 (Ordonansi Pajak Pendapatan 1932 = Ordonantie

op de Inkomstenbelasting 1932) pada tahun 1932. Kemudian diganti menjadi Ordonansi

Pajak Pendapatan 1944 bernama “Pajak Perang” (Oorlogsbelasting). Sejak 1 Januari 1946

diubah menjadi Pajak Peralihan (Overgangsbelasting). kemudian dengan Undang-undang

No.21 tahun1957 (LN No.41 tahun195) nama Ordonansi tersebut dengan resmi menjadi

Ordonansi Pajak Pendapatan 1944. Ordonansi Pajak Pendapatan 1944 ini dalam bentuk

aslinya disiapkan di Australia oleh pemerintah Hindia Belanda dalam pelarian, sewaktu

Indonesia diduduki Jepang. Ditetapkan bahwa Subyek Pendapatan adalah Orang Pribadi,

dan badan. Sedangkan Obyek pajaknya adalah pendapatan bersih. Mulai berlaku sejak 1

Januari 1945. Pada saat yang bersamaan maka “Ordonantie op de Inkomstenbelasting

1932” dinyatakan tidak berlaku. Perubahan-perubahan maupun tambahan-tambahan yang

prinsipil berturut-turut dilakukan oleh pemerintah sejak 1960, terakhir UU no.9 tahun 1970.

Tahun 1984

Page 12: 1 Resume Hukum Pajak

Undang-Undang No.7 tahun 1983 tentang PPh yang disyahkan tanggal 31 Desember 1983,

dan berlaku pada tanggal 1 Januari 1984. Kemudian ada perubahan atas Undang-Undang

No.7 Tahun

1983, yaitu disyahkannya Undang-Undang No.7 Tahun 1991 tentang Pajak Penghasilan.

Tahun 1994 telah lahir pula Undang-Undang No.10 Tahun 1994 tentang perubahan atas

Undang-Undang No.7 Tahun 1983 tentang PPh sebagaimana telah diubah dengan Undang-

Undang No.7 tahun 1991. Terakhir dirubah lagi dengan UU No.17 tahun 2000 yang mulai

berlaku tanggal 1 Januari 2001.

Pengertian Pajak, Retribusi, dan Sumbangan

Pengertian Pajak

Dalam memahami mengapa seseorang harus membayar pajak untuk membiayai

pembanguan yang terus dilaksanakan, maka perlu dipahami terlebih dahulu akan pngertian

dari pajak itu sendiri. Seperti diketahui bahwa negara dala menyelenggarakan pemerintahan

mempunyai kewajiban untuk menjaga kepentingan rakyatnya, baik dalam bidang

kesejahteraan, keamanan, pertahanan, maupun kecerdasan kehidupannya. Hal ini sesuai

dengan tujuan negara yang dicantumkan di dalam Pembukaan UUD 1945 pada alinea

keempat yang berbunyi “melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah

Indonesia serta untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa

dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan keadilan sosial”.

Dari uraian di atas tampak bahwa karena kepentingan rakyat, negara memerlukan dana

untuk kepentingan tersebut. Dana yang akan dikeluarkan ini tentunya didapat dari rakyat itu

sendiri melalui pemungutan yang disebut dengan pajak. Pemungutan pajak haruslah

terlebih dahulu disetujui oleh rakyatnya sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 23 ayat 2

Undang-Undang Dasar 2945 yang menegaskan agar setiap pajak yang akan dipungut

Page 13: 1 Resume Hukum Pajak

haruslah berdasarkan undang-undang. Pemungutan pajak yang harus berlandaskan undang-

undang ini berarti pemungutan pajak tersebut telah mendapat persetujuan dari rakyatnya

melalui perwakilannya di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) yang biasa disebut “berasaskan

yuridis”. Dengan asas ini berarti telah memberikan jaminan hukum yang tegas akan hak

negara dalam pemungutan pajak.

Untuk mengetahui apa arti pajak, Santoso Brotodiharjo, S.H., dalam bukunya “Pengantar

Ilmu Hukum Pajak” mengemukakan beberapa pendapat pakar tentang definisi pajak yang

beberapa di antaranya dalam kutipan sebagai berikut:

1. Mr. Dr. N. J. Feldmann

“Pajak adalah prestasi yang dipaksakan sepihak oleh dan terutang kepada Penguasa,

(menurut norrma-norma yang ditetapkannya secara umum), tanpa adanya kontra-

prestasi, dann semata-mata digunakan untuk menutup pengeluaran-pengeluaran

umum.

2. Prof. Dr. M.J.H. Smeets

“Pajak adalah prestasi kepada Pemerintah yang terutang melalui norma-norma

umum, dan yang dapat dipaksakannya, tanpa adanya kontra-prestasi yang dapat

ditunjukkan dalam hal yang individual; maksudnya adalah untuk membiayai

pengeluaran pemerintah”. “Smeets mengakui bahwa definisinya hanya menonjolkan

fungsi budgeter saja; baru kemudian ia menambahkan fungsi mengatur pada

definisinya”.

3. Dr. Soeparman Soemahamidjaja

“Pajak adalah iuran wajib, berupa uang atau barang, yang dipungut oleh Penguasa

berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang

dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum”.

Ia mencantumkan istilahh Iuran Wajib dengan harapan terpenuhinya ciri bahwa

pajak dipungut dengan bantuan dari dan kerja sama dengan Wajib Pajak, sehingga

perlu pula dihindari pengunaan istilah “paksaan”. Selanjutnya ia berpendapat terlalu

berlebihan kalau khusus mengenai pajak ditekankan pentingnya unsur paksaan

Page 14: 1 Resume Hukum Pajak

karena dengan mencantumkan unsur paksaann seakan-akan tidak ada kesadaran

masyarakat untuk melakukan kewajibannya.

4. Prof. Dr. Rochmat Soemitro, S.H.

“Pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara berdasarkan undang-undang (yang

dapat dipaksakan) dengan tiada mendapat jasa-timbal (kontra-prestasi), yang

langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran

umum.”

Rochmat Soemitro menjelaskan bahwa unsur ‘dapat dipaksakan’ artinya bahwa

apabila utang pajak tidak dibayar, maka utang pajak tersebut dapat ditagih dengan

menggunakan kekerasan seperti dengan mengeluarkan surat paksa dan melakukan

penyitaan bahkan bisa dengan melakukan penyaderaan. Sedangkan terhadap

pembayaran pajak tersebut tidak dapat ditunjukkan jasa-timbal-balik tertentu,

seperti halnya dengan retribusi.

Dari 4 (empat) pengertian pajak di atas, dapat disimpulkan bahwa ada lima unsur yang

melekat dalam pengertian pajak, yaitu:

1. Pembayaran pajak harus berdasarkan undang-undang;

2. Sifatnya dapat dipaksakan;

3. Tidak ada kontra-prestasi (imbalan) yang langsung dapat dirasakan oleh

pembayar pajak;

4. Pemungutan pajak dilakukan oleh negara baik oleh pemerintah pusat maupun

daerah (tidak boleh dipungut oleh swasta); dan

5. Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah (rutin

dan pembangunan) bagi kepentingan masyarakat umum.

Sifat pemungutan pajak yang dapat dipaksakan dapat dijelaskan bahwa uang yang

dikumpulkan dari pajak akan dikembalikan kepada rakyat dalam bentuk pembangunan serta

pelayanan yang diberikan oleh pemerintah. Supaya ada kepastian dalam proses

pengumpulannya dan berjalannya pembangunan secara berkesinambungan, maka sifat

Page 15: 1 Resume Hukum Pajak

pemaksaannya harus ada dan rakyat itu sendiri telah menyetujuinya dalam bentuk undang-

undang. Unsur pemaksaan di sini berarti apabila Wajib Pajak tidak mau membayar pajak,

pemerintah dapat melakukan upaya paksa dengan mengeluarkan suatu surat paksa agar

Wajib Pajak mau melunasi utang pajaknya.

Pertanyaan selanjutnya adalah mengapa swasta tidak diperbolehkan melakukan pungutan

pajak? Pertanyaan ini dapat dijawab bahwa yang menjalankan roda pembangunan dan

pelayanan kepada masyarakat adalah pemerintah (baik pusat maupun daerah). Pemerintah

dalam melaksanakan pembangunan tidak berorientasi untuk mencari keuntungan,

sedangkan swasta dalam melakukan kegiatan itu berorientasi untuk mencari profit. Selain

itu, apa yang telah dilakukan pemerintah selalu dipertanggungjawabkan kepada rakyat pada

kurun waktu tertentu. Uang dikumpulkan dari pajak dan pengeluarannya dilakukan melalui

mekanisme kontrol setiap tahun yang dikenal dengan nama APBN/APBD. Dari format

APBN/APBD dapat diketahui untuk keperluan apa saja uang pajak digunakan.

Peran dan Fungsi Pajak dalam Pembangunan

Peran Pajak dalam Pembangunan

Hampir dalam setiap proyek pembangunan yang dilaksankan oleh pemerintah selalu

didengungkan bahwa proyek yang dibangun dibiayai dari dana pajak yang telah

dikumpulkan dari masyarakat. Untuk itu, diharapkan masyarakat juga menjaga proyek yang

ada untuk dapat dipakai bagi kepentingan bersama. Berkaitan dengan itu sudah selayaknya

apabila setiap individu dalam masyarakat dapat memahami dan mengerti akan arti dan

pentingnya peran pajak dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagaimana diketahui bahwa dalam APBN yang dibuat oleh pemerintah terdapat tiga

sumber penerimaan yang menjadi pokok andalan, yaitu:

a. Penerimaan dari sektor pajak;

b. Penerimaan dari sektor migas (minyak dan gas bumi); dan

Page 16: 1 Resume Hukum Pajak

c. Penerimaan dari sektor bukan pajak

Dari ketiga sumber penerimaan di atas, penerimaan dari sektor pajak ternyata merupakan

salah satu sumber penerimaan terbesar negara. Dari tahun ke tahun dapat dilihat bahwa

penerimaan pajak terus meningkat dan memberi andil yang besar dalam penerimaan negara.

Penerimaan dari sektor pajak selalu dikatakan merupakan primadona dalam membiayai

pembangunan nasional. Sedangkan penerimaan dari migas, yang dahulu selalu menjadi

andalan penerimaan negara, sekarang ini sudah tidak bisa diharapkan sebagai sumber

penerimaan keuangan negara yang terus-menerus karena sifatnya yang tidak bisa diperbarui

(non-renewable resources). Penerimaan migas pada suatu waktu akan habis sedangkan dari

pajak selalu dapat diperbarui sesuai dengan perkembangan ekonomi dan masyarakat itu

sendiri.

Sebagai gambaran, di bawah ini disajikan perbandingan besarnya sumber penerimaan

negara dari sektor pajak, dibandingkan dengan penerimaan dari sektor migas dalam kurun

waktu satu dasawarsa terakhir dari tahun 1989/1990 sampai dengan 1999/2000.

(dalam miliar rupiah)

Tahun

(1)

Volume

APBN

(2)

Pajak

(3)

Migas

(4)

Persentase

(3:2)=(5)

Persentase

(4:2)=(6)

1989/1990

1990/1991

1991/1992

1992/1993

1993/1994

1994/1995

1995/1996

1996/1997

1997/1998

1998/1999

39.834,5

50.574,5

52.557,1

59.960,5

66.865,6

76.225,8

82.022,7

99.530,4

126.661,1

207.711,6

16.084,1

22.010,9

24.919,3

30.091,5

36.665,1

44.442,1

48.686,3

57.339,9

70.934,2

102.299,0

13.381,3

17.740,0

15.069,6

15.330,8

12.503,4

13.537,4

16.054,7

20.137,1

30.559,0

41.368,3

40,37

43,52

47,41

50,18

54,38

58,28

59,35

57,61

56,00

49,25

33,59

35,07

28,67

25,56

18,69

17,75

19,5

20,23

24,12

19,91

Page 17: 1 Resume Hukum Pajak

1999/2000 219.603,8 94.739,7 20.965,6 43,14 9,54

Sumber: Nota Keuangan APBN 1989/1990 sampai dengan 1999/2000 Dep. Keuangan.

Dengan melihat data di atas, terlihat bahwa sumber penerimaan pajak menunjukkan

penerimaan yang sangat besar atau dapat dkatakan hampir mencapai separuh dari volume

penerimaan APBN. Sekalipun demikian, bukan berarti sumber lainnya tidak terlalu penting,

tetapi posisi pajak teramat penting sebagai salah satu sumber penerimaan negara.

Data di atas menunjukkan bahwa peran penerimaan pajak dalam mengisi kas APBN dalam

rangka pembangunan nasional amat penting dan sangat strategis. Besarnya peranan pajak

yang demikian kiranya perlu ditanamkan dalam diri setiap orang agar dalam pelaksanaan

pembayaran pajak yang telah dilakukan dapat menjadi satu kebangaan tersendiri karena

telah memberikan konstribusinya dalam pembangunan nasional. Melihat pada ciri kelima

dari pengertian pajak sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya dapat dikatakan bahwa

peranan pajak sangat diperlukan dalam rangka pembangunan.

Fungsi Pajak

Dalam literatur pajak sering disebutkan bahwa fungsi pajak ada dua yaitu fungsi budgeter

dan fungsi regulerend. Namun dalam perkembangannya fungsi pajak tersebut dapat

dikembangkan dan ditambah dua fungsi lagi yaitu fungsi demokrasi dan fungsi redistribusi.

Fungsi budgeter adalah fungsi yang letaknya di sektor publik yaitu fungsi untuk

mengumpulkan uang pajak sebanyak-banyaknya sesuai dengan undang-undang berlaku

yang pada waktunya akan digunakan untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara,

yaitu pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan dan bila ada sisa (surplus) akan

digunakan sebagai tabungan pemerintah untuk investasi pemerintah.

Sedangkan fungsi regulerend adalah suatu fungsi bahwa pajak-pajak tersebut akan

digunakan sebagai suatu alat untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang letaknya di luar

bidang keuangan. Fungsi Regulerend ini umumnya dapat dilihat di dalam sektor swasta.

Page 18: 1 Resume Hukum Pajak

Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Dr. Soemitro Djojohadikusumo dengan

Fiscal Policy sebagai suatu alat pembangunan yang haru smempunyai satu tujuan yang

bersamaan secara langsung menemukan dana-dana yang akan digunakan untuk public

investment dan secara tidak langsung digunakan untuk menyalurkan private saving ke arah

sektor-sektor yang produktif, maupun digunakan untuk mencegah pengeluaran-pengeluaran

yang menghambat pembangunan.

Fungsi demokrasi dari pajak adalah suatu fungsi yang merupakan salah satu penjelmaan

atau wujud sistem gotong-royong termasuk kegiatan pemerintahaan dan pembangunan

demi kemaslahatan manusia. Fungsi demokrasi pada masa sekarang ini sering dikaitkan

dengan hak seseorang apabila akan memperoleh pelayanan dari pemerintah. Apabila

seseorang telah melakukan kewajibannya membayar pajak kepada negara sesuai ketentuan

yang berlaku, maka ia mempunyai hak pula untuk mendapatkan pelayanan yang baik,

pembayar pajak bisa melakukan protes (complaint) terhadap pemerintah dengan

mengatakan bahwa ia telah membayar pajak, mengapa tidak mendapatkan pelayanan yang

semestinya. Fungsi pajak yang terakhir adalah fungsi redistribusi yaitu fungsi yang lebih

menekankan pada unsur pemerataan dan keadilan pada masyarakat. Hal ini dapat terlihat

misalnya dengan adanya tarif progresif yang mengenakan pajak lebih besar kepada

masyarakat yang mempunyai penghasilan besar dan pajak yang lebih kecil kepada

masyarakat yang mempunyai penghasilan yang lebih kecil.

Fungsi pajak ketiga dan keempat di atas sering kali disebut sebagai fungsi tambahan karena

fungsi ketiga dan keempat bukan merupakan tujuan utama dalam pemungutan pajak. Akan

tetapi dengan perkembangan masyarakat modern fungsi ketiga dan keempat menjadi fungsi

yang juga sangat penting, tidak bisa dipisahkan, dalam rangka kemaslahatan manusia serta

keseimbangan dalam mewujudkan hak dan kewajiban masyarakat.

Berkaitan dengan fungsi pajak di atas, khususnya untuk fungsi budgeter,tampak jelas jika

dilihat data sebagaimana dimaksud pada pendahuluan, di mana peran pajak yang sangat

strategis dalam kurun waktu 10 tahun terakhir tampak didominasi oleh penerimaan pajak.

Bahkan dalam kurun waktu enam tahun terakhir secara berturut-turut sejak tahun

Page 19: 1 Resume Hukum Pajak

1992/1993 sampai dengan tahun 1997/1998 persentase peran pajak telah mencapai di atas

50% dari volume penerimaan APBN. Sedangkan peran migas hanya mencapai di bawah

30% dari volume APBN.

CIRI-CIRI YANG MELEKAT PADA PENGERTIAN PAJAK

Ciri-ciri pajak yang tersimpul dalam berbagai definisi (selain definisi Dr. Soeparman yang

memang membuka ide baru) itu sebagai berikut:

a) Pajak peralihan kekayaan dari orang/badan ke pemerintah

b) Pajak dipungut berdasarkan/dengan kekuatan undang-undang serta aturan

pelaksanaannya, sehingga dapat dipaksakan

c) Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan adanya kontraprestasi langsung

secara individual yang diberikan oleh pemerintah

d) Pajak dipungut oleh negra baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah

e) Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari

pemasukannya masih terdapat surplus, digunakan untuk membiayai public

investment

f) Pajak dapat digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu dari pemerintah

g) Pajak dapat dipungut secara langsung atau tidak langsung

Apabila suatu peraturan menimbulkan berbagai penafsiran menurut pendapat mereka

yang membacanya, maka yang berwenang memutuskan penafsiran adalah hakim karena

hakim yang berwenang memutuskan keadilan atas suatu kasus bila terjadi sengketa

yang diajukan ke pengadilan. Penafsiran (interpretasi) hukumyang juga digunakan

dalam lapangan hukum pajak sebagai alat untuk mencoba memahami undang-undang

yang berlaku, penafsiran-penafsiran tersebur adalah sebagai berikut:

a) Penafsiran Historis

Penafsiran historis adalah penafsiran atas suatu undang-undang dengan melihat

pada sejarah dibuatnya suatu undang-undang. Misalnya dokumen rapat

pembahasan antara pemerintah dengan DPR yang dibuat secara resmi baik oleh

Page 20: 1 Resume Hukum Pajak

pemerintah maupun pemerintah dengan DPR. Dengan penafsiran historis dapat

diketahui maksud dari pembuatan undang-undang

b) Penafsiran Sosiologis

Penafsiran sosiologis adalah penafsiran atas suatu tentuan dalam undang-undang

yang disesuaikan dengan perkembangan kehidupan masyarakat. Penafsiran

sosiologis akan menyebabkan penyesuaian antara undang-undang tertulis

dengan perkembangan (perubahan) kehidupan suatu masyarakat.

c) Penafsiran Sistematik

Penafsiran sistematik penafsiran atas suatu ketentuan dalam undang-undang dan

mengaitkannya dengan ketentuan (pasal-pasal) lain dari undang-undang

dimaksud (dalam satu undang-undang) atau dengan mengaitkannya dengan

ketentuan (pasal-pasal) lain dari undang-undang lain.

d) Penafsiran Otentik

Penafsiran otentik adalah penafsiran atas suatu ketentuan dalam undang-undang

dengan melihat pada apa yang telah dijelaskan dalm undang-undang tersebut.

Biasanya dalam suatu diatundang-undang terdapat sustu pasal mengenai

ketentuan umum yang isinya menjelaskan arti atau maksud dari ketentuan yang

telah diatur. Ketentuan umum demikian sering disebut terminologi yang

maksudnya untuk menjelaskan pengertian yang akan menjadi acuan jika

terdapat pengertian dalam sustu pasal yang tidak dimengerti. Terminologi inilah

yang dimaksud dengan penafsiran otentik.

e) Penafsiran Tata Bahasa

Penafsiran tata bahasa adalah penafsiran atas suatu ketentuan dalam undang-

undang yang mendasarkan pada bunyi kata-kata secara keseluruhan dalam

Page 21: 1 Resume Hukum Pajak

kalimat-kalimat yang disusun oleh pembuat undang-undang. Penafsiran tata

bahasa ini cukup penting, sebab apabila kata-kata dalam kalimat suatu pasal

dalam undang-undang telah jelas maksudnya, maka tidak boleh lagi

dipergunakan cara-cara penafsiran lain.

f) Penafsiran Analogis

Penafsiran analogis adalah penafsiran atas suatu ketentuan dalam undang-

undang dengan cara member kiasan (analog) pada kata-kata yang tercantum

dalam undang-undang, sehingga suatu peristiwa yang sebenarnya tidak

termasuk dalam suatu ketentuan menjadi termasuk berdasarkan analog yang

dibuat. Penafsiran analogis ini tidak boleh dipakai dalam undang-undang pajak

karena dapat merugikan wajib pajak dan tidak adanya kepastian hukum

terhadap suatu peristiwa yang terjadi.

g) Penafsiran A. Contrario

Penafsiran A. Contrario adalah penafsiran atas suatu ketentuan dalm undang-

undang yang didasarkan pada perlawanan pengertian antara suatu peristiwa

yang terjadi dengan peristiwa yang sudah diatur dalam suatu ketentuan undang-

undang. Seperti halnya penafsiran analogis, penafsiran A. Contrario dalam

lapangan hukum pajak juga tidak diperbolehkan karena akan merugikan wajib

pajak dan menimbulkan ketidakpastian dalam hukum yang sudah jelas

pengaturannya.

Penerimaan negara merupakan pemasukan yang diperoleh negara untuk

membiayai dan menjalankan setiap program-program pemerintahan, sedangkan sumber-

sumber penerimaan negara berasal dari berbagai sektor, dimana semua hasil penerimaan

tersebut akan digunakan untuk membiayai pembangunan dan meningkatkan

kesejahtraan seluruh rakyat Indonesia.

Page 22: 1 Resume Hukum Pajak

Berdasarkan Undang-Undang No.17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan

Undang-Undang No.1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara bahwa pendapatan

negara adalah semua penerimaan negara yang berasal dari penerimaan perpajakan,

penerimaan negara bukan pajak, serta penerimaan hibah dari dalam negeri dan luar

negeri.

Dalam melaksanakan pembangunan, negara memerlukan dana yang tidak sedikit

sebagai syarat mutlak agar pembangunan dapat berhasil. Oleh karena itu, negara

membutuhkan sumber-sumber penerimaan yang terdiri dari bumi, air, kekayaan alam,

pajak-pajak, bea, cukai, hasil perusahaan negara, penerimaan negara bukan pajak, dan

sumber-sumber lain.

Penerimaan negara yang paling potensial adalah dari peneriman pajak. Dapat

dikatakan setiap tahunnya penerimaan negara dari sektor pajak mengalami kenaikan.

Pada dasarnya penerimaan negara didapat dari masyarakat dan semestinya digunakan

lagi bagi kepentingan masyarakat pada umumnya.Pada awalnya masyarakat awam

hanya mengetahui penerimaan negara hanya pada sektor pajak saja, dan dalam hal ini

kita akan menjelaskan mengenai sumber-sumber ataupun jenis-jenis penerimaan negara

dari beberapa sektor.

Penerimaan negara merupakan pemasukan yang diperoleh negara untuk

membiayai dan menjalankan setiap program-program pemerintahan, sedangkan sumber-

sumber penerimaan negara berasal dari berbagai sektor, dimana semua hasil penerimaan

tersebut akan digunakan untuk membiayai pembangunan dan meningkatkan kesejahtraan

seluruh rakyat Indonesia. Pengelompokan sumber-sumber penerimaan negara sebagai

berikut.

Page 23: 1 Resume Hukum Pajak

Sumber-sumber Penerimaan Negara

Pajak

- Pajak merupakan pungutan yang dilakukan oleh pemerintah (pusat/daerah)

terhadap wajib pajak tertentu berdasarkan undang-undang (pemungutannya

dapat dipaksakan) tanpa ada imbalan langsung bagi pembayarnya.

- Jenis pajak di Indonesia:

• Pajak Pusat:

• Pajak Daerah:

Pajak Pusat:

- Pajak Penghasilan (PPh)

- Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa (PPN)

- Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPn-BM)

- Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

- Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)

- Bea Meterai

Page 24: 1 Resume Hukum Pajak

- Bea Masuk

- Cukai

- Pajak Ekspor

Jenis pajak di Indonesia:

Pajak Daerah:

- Pajak Kendaraan Bermotor (PKB)

- Pajak Hotel dan Restoran (PHR)

- Pajak Reklame

- Pajak Hiburan

- Pajak Bahan Bakar

Retribusi

• Retribusi merupakan pungutan yang dilakukan oleh pemerintah

(pusat/daerah) berdasarkan undang-undang (pemungutannya dapat

dipaksakan) di mana pemerintah memberikan imbalan langsung bagi

pembayarnya.

• Contoh, pelayanan medis di rumah sakit milik pemerintah, pelayanaan

perpakiran oleh pemerintah, pembayaran uang sekolah, dll

Keuntungan BUMN/BUMD

Page 25: 1 Resume Hukum Pajak

– Sebagai pemilik BUMN, pemerintah pusat berhak memperoleh bagian

laba yang diperoleh BUMN.

– Demikian pula dengan BUMD, pemerintah daerah sebagai pemilik

BUMD berhak memperoleh bagian laba BUMD.

Denda dan Sita

– Pemerintah berhak memungut denda atau menyita asset milik

masyarakat, apabila masyarakat (individu/kelompok/organisasi)

diketahui telah melanggar peraturan pemerintah

– Misalnya: denda pelanggaran lalulintas, denda ketentuan peraturan

perpajakan, penyitaan barang-barang illegal, penyitaan jaminan atas

hutang yang tidak tertagih, dll

Pencetakan Uang

– Pencetakan uang umumnya dilakukan pemerintah dalam rangka

menutup defisit anggaran, apabila tidak ada alternatif lain yang dapat

ditempuh pemerintah.

– Penentuan besarnya jumlah uang yang dicetak harus dilakukan dengan

cermat, agar pencetakan uang tidak menimbulkan inflasi

Pinjaman

– Pinjaman pemerintah merupakan sumber penerimaan negara, yang

dilakukan apabila terjadi defisit anggaran.

Page 26: 1 Resume Hukum Pajak

– Pinjaman pemerintah dikemudian hari akan menjadi beban

pemerintah, karena pinjaman tersebut harus dibayar kembali, berikut

dengan bunganya.

– Pinjaman dapat diperoleh dari dalam maupun luar negeri

– Sumber pinjaman bisa berasal pemerintah, institusi perbankan,

institusi non bank, maupun individu

Sumbangan, Hadiah, Dan Hibah

– Sumbangan, hadiah, dan hibah dapat diperoleh pemerintah dari

individu, institusi, atau pemerintah

– Sumbangan, hadiah, dan hibah dapat diperoleh dari dalam maupun

luar negeri

– Tidak ada kewajiban pemerintah untuk mengembalikan sumbangan,

hadiah, atau hibah.

– Sumbangan, hadiah, dan hibah bukan penerimaan pemerintah yang

dapat dipastikan perolehannya. Tergantung kerelaan dari pihak yang

memberi sumbangan, hadiah, atau hibah

Penyelenggaraan Undian Berhadiah

– Pemerintah dapat menyelenggarakan undian berhadiah dengan

menunjuk suatu institusi tertentu sebagai penyelenggara

Page 27: 1 Resume Hukum Pajak

– Jumlah yang diterima pemerintah adalah selisih dari penerimaan uang

undian dikurangi dengan biaya operasi dan besarnya hadiah yang

dibagikan.

– Banyak negara menyelenggarakan undian berhadiah, seperti Amerika

Serikat, Kanada, Australia, Jepang, Jerman, Indonesia (pernah).

Berdasarkan institusi yang menanganinya, penerimaan negara dibedakan menjadi:

– Penerimaan Pemerintah Pusat

– Penerimaan Pemerintah Daerah Propinsi

– Penerimaan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

Penerimaan Pemerintah Pusat

– Penerimaan Pembiayaan

• Pinjaman sektor Perbankan

• Pinjaman luar negeri

• Penjualan Obligasi Pemerintah

• Privatisasi BUMN

• Penjualan aset pemerintah

– Penerimaan Negara dan Hibah

• Penerimaan Dalam Negeri

Page 28: 1 Resume Hukum Pajak

• Penerimaan perpajakan

• Penerimaan bukan pajak (PNBP)

• Bagian laba BUMN

• Lain-lain penerimaan yang sah

Penerimaan Pemerintah Daerah Propinsi

– Penerimaan Pembiayaan, terdiri dari:

• Pinjaman dari Pemerintah Pusat

• Pinjaman dari Pemerintah Daerah Otonom Lainnya

• Pinjaman dari BUMN/BUMD

• Pinjaman dari Bank/Lembaga non Bank

• Pinjaman dari Luar Negeri

• Penjualan Aset Daerah

Penerbitan Obligasi Daerah

Penerimaan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

– Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang terdiri dari:

Pajak Daerah

Retribusi Daerah

Page 29: 1 Resume Hukum Pajak

Bagian laba BUMD

PAD lainnya yang sah, yang terdiri dari pendapatan hibah,

pendapatan dana darurat, dan lain-lain pendapatan.

– Pendapatan dari Dana Perimbangan, terdiri dari:

Bagian daerah dari PBB dan BPHTB

Bagian daerah dari Pajak Penghasilan Wajib Pajak

Perseorangan/Pribadi

Bagian daerah dari Sumber daya alam

Bagian daerah dari Dana Alokasi Umum

Bagian daerah dari Dana Alokasi Khusus

Penerimaan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota

– Penerimaan Pembiayaan, terdiri dari:

Pinjaman dari Pemerintah Pusat

Pinjaman dari Pemerintah Daerah Otonom Lainnya

Pinjaman dari BUMN/BUMD

Pinjaman dari Bank/Lembaga non Bank

Pinjaman dari Luar Negeri

Penjualan Aset Daerah

Page 30: 1 Resume Hukum Pajak

Penerbitan Obligasi Daerah

A. Bumi, Air, dan Kekayaan Alam

Pasal 33 UUD 1945 mengatur bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang

terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk kemakmuran

rakyat yang sebesar-besarnya. Selanjutnya Pasal 1 Ayat (2) Undang-Undang Pokok

Agraria menegaskan bahwa bumi, air, dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang

terkandung di dalamnya dalam wilayah Republik Indonesia sebagai karunia Tuhan Yang

Maha Esa. Bumi, air, dan ruang angkasa milik bangsa Indonesia merupakan kekayaan

nasional.

Yang termasuk pengertian menguasai adalah mengatur dan menyelenggarakan

peruntukan, penggunaan, persediaan, dan pemeliharaannya, menentukan dan mengatur

yang dapat dimiliki atas bagian dari bumi, air, dan ruang angkasa, serta mengatur

hubungan hukum antara subjek hukum dan pembuatan-pembuatan hukum mengenai

bumi, air, dan ruang angkasa. Negara hanya menguasai bumi, air, dan ruang angkasa.

Sehingga, dapat dipahami bahwa negara tidak dapat menjual tanah kepada pihak swasta.

Contoh penerimaan negara dari kekayaan alam adalah minyak dan gas bumi.

B. Pajak-Pajak, Bea, dan Cukai

1. Pajak

Pajak adalah sumber terpenting dari penerimaan negara. APBN tahun 2010, 64 %

anggaran penerimaan dari pajak. Dari tahun ke tahun penerimaan pajak terus

meningkat dan memberi andil yang besar dalam penerimaan pajak.

Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang ketentuan umum dan

tata cara perpajakan Indonesia yang telah disempurnakan dengan Undang-Undang

Page 31: 1 Resume Hukum Pajak

Nomor 28 Tahun 2007, pajak adalah iuran wajib yang dibayar oleh wajib pajak

berdasarkan norma-norma hukum untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran

kolektif guna meningkatkan kesejahteraan umum yang balas jasanya tidak diterima

secara langsung.

Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Negara yang digunakan untuk

melaksanakan pembangunan bagi seluruh rakyat Indonesia. Pajak dipungut dari

warga Negara Indonesia dan menjadi salah satu kewajiban yang dapat dipaksakan

penagihannya. Pembangunan nasional Indonesia pada dasarnya dilakukan oleh

masyarakat bersama-sama pemerintah. Oleh karena itu peran masyarakat dalam

pembiayaan pembangunan harus terus ditumbuhkan dengan meningkatkan kesadaran

masyarakat tentang kewajibannya membayar pajak. Berdasarkan APBD tahun 2011

sektor pajak daerah memiliki peran yang semakin besar karena akan digunakan untuk

membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah. Peran

pajak sangatlah penting bagi penerimaan kas Negara. Hal ini dapat dilihat dari tabel

APBD 2011.

Pajak merupakan alternatif yang sangat potensial. Sebagai salah satu sumber

penerimaan Negara yang sangat potensial, sektor pajak merupakan pilihan yang

sangat tepat, selain karena jumlahnya yang relatif stabil juga merupakan cerminan

partisipasi aktif masyarakat dalam membiayai pembangunan. Jenis pungutan di

Indonesia terdiri dari pajak Negara (pajak pusat), pajak daerah, retribusi daerah, bea

dan cukai dan penerimaan Negara bukan pajak. Salah satu 2 pos Penerimaan Asli

Daerah (PAD) dalam anggaran pendapatan belanja daerah (APBD) adalah pajak

daerah.

Pajak yang paling penting terdiri dari Pajak Penghasilan dan Pajak

Pertambahan Nilai.

2. Bea

Bea Masuk : Bea yang dipungut dari jumlah harga barang yang dimasukkan ke

daerah pabean dengan maksud untuk dipakai dan dikenakan bea menurut tarif

tertentu.

Page 32: 1 Resume Hukum Pajak

Bea Keluar : Bea yang dipungut dari jumlah harga barang-barang tertentu yang

dikirim keluar daerah Indonesia, dan dihitung berdasarkan tarif tertentu

3. Cukai

Cukai adalah pungutan yang dikenakan atas barang barang tertentu berdasarkan

tarif yang sudah ditetapkan untuk masing-masing jenis barang tertentu. Cukai tidak

dikenakan atas semua barang. Barang barang yang dikenakan cukai antara lain adalah

Tembakaudan minuman keras.

C. Penerimaan Negara Bukan Pajak (Non-Tax)

Dalam pasal 2 UU No. 20 Tahun 1997 terdapat tujuh jenis Penerimaan Negara

Bukan Pajak (PNBP), yaitu:

a. Penerimaan yang bersumber dari pengelolaan dana pemerintah yang terdiri:

- Penerimaan jasa giro,

- Penerimaan sisa anggaran pembangunan (SIAP) dan sisa anggaran rutin (SIAR)

b. Penerimaan dari pemanfaatan SDA terdiri:

- Royalti bidang perikanan,

- Royalti bidang kehutanan,

- Royalti bidang pertambangan, kecuali Migas.

Royalti adalah pembayaran yang diterima oleh negara sehubungan dengan

pemberian izin atau fasilitas kepada pihak lain untuk pemanfaatan atau mengolah

kekayaan negara.

c. Penerimaan dari hasil pengelolaan kekayaan negara yang dipisahkan dari:

- Bagian laba pemerintah,

- Hasil penjualan saham pemerintah,

- Deviden: Pembayaran berupa keuntungan yang diterima oleh negara sehubungan

dengan keikutsertaan mereka selaku pemegang saham dalam suatu perusahaan.

d. Penerimaan dari kegiatan pelayanan yang dilakukan pemerintah, terdiri:

- Pelayanan pendidikan,

- Pelayanan kesehatan,

- Pemberian hak paten, hak cipta, dan merk.

Page 33: 1 Resume Hukum Pajak

e. Penerimaan berdasarkan putusan pengadilan, yang terdiri:

- Lelang barang,

- Denda,

- Hasil rampasan yang diperoleh dari kejahatan.

f. Penerimaan berupa hibah.

g. Penerimaan lain yang diatur dengan UU.

D. Hasil Perusahaan Negara

Yang tergolong dalam perusahaan negara adalah semua perusahaan yang

modalnya merupakan kekayaan negara dengan tidak melihat bentuknya. Selain itu, ada

perusahaan negara yang berada dalam lapangan hukum perdata yang berbentuk PT yang

sahamnya seluruhnya berada di tangan pemerintah atau kementerian yang bersangkutan.

E. Sumber-Sumber Lain

Yang termasuk sumber-sumber lain ialah pencetakan uang (deficit spending).

Pemerintah Indonesia pernah melaksanakannya dalam rangka memenuhi kebutuhan

akan investasi negara untuk membiayai pembangunan yang tercermin dalam Anggaran

Belanja dan Pembangunan.

Sumber lainnya dari penerimaan negara adalah Pinjamam Negara, baik dari dalam

negeri maupun luar negeri. Pinjaman dalam negeri ada dua, yakni pinjaman jangka

pendek dan pinjaman jangka panjang. Pinjaman jangka pendek dengan cara pemberian

pembukaan uang muka oleh Bank Indonesia kepada pemerintah sebelum penerimaan

negara masuk ke kas negara. Pemberian uang muka ini untuk mencegah kevakuman

dalam rangka pemerintah melakukan pengeluaran-pengeluaran. Pinjaman jangka

panjang dilaksanakan dengan cara menerbitkan obligasi berjangka waktu. Penjualan

obligasi untuk membiayai pembangunan.

Pinjaman luar negeri terdiri dari dua macam:

1. Bantuan Program, yaitu bantuan keuangan yang diterima dari luar negeri berupa

devisa kredit. Devisa kredit ini kemudian dirupiahkan dan akan digunakan untuk

pembiayaan pembangunan.

Page 34: 1 Resume Hukum Pajak

2. Bantuan Proyek, yaitu bantuan kredit yang diterima pemerintah dari negara donor

berupa peralatan dan mesin-mesin untuk membangun proyek tertentu, misal proyek

tenaga listrik, jembatan, jalanan, pelabuhan, telekomunikasi, dan irigasi.

DAFTAR PERTANYAAN DAN JAWABAN PRESENTASI KELOMPOK 1

MANAJEMEN E TENTANG SEJARAH PAJAK DAN SUMBER PENERIMAAN

NEGARA

Nama Kelompok :

Ervan Islami (14.641.0324)

Fiqi Dwi P (14.641.0279)

Hanifatul Nikmah (14.641.0305)

Rendy Riyan Dika (14.641.0325)

Yusuf Hasyim (14.641.0347)

Pertanyaan Audien :

1. Novi Suci Rahmadani 14.641.0354

Soal :

Indonesia membeli barang keluar negeri itu peraturannya ikut indonesia atau luar

negeri ?

Jawaban :

Ikut peraturan Indonesia yang diatur dalam undang – undang perpajakan

2. Prayogo Permadi 14.641.0276

Page 35: 1 Resume Hukum Pajak

Soal :

Berapa persen pajak yang diterima pemerintah BUMD dan BUMN. Jelaskan ?

Jawaban :

Undang- undang nomer 12 tahun 1985 dan 1994 sebesar 0,5 %

3. Erik Dwi Purnomo 14.641.0348

Soal :

Ada berapa jenis pajak pada masa kerajaan dan berapa jumlah pajak yang harus

diberikan ?

Jawaban :

Padamulanyapajakmerupakansuatuupeti (pemberiansecaracuma-cuma)

namunsifatnyamerupakansuatukewajiban yang dapatdipaksakan yang

harusdilaksanakanolehrakyat (masyarakat) kepadaseorang raja ataupenguasa. Saatitu,

rakyatmemberikanupetinyakepada raja ataupenguasaberbentuknaturaberupapadi,

ternak, atauhasiltanamanlainnyasepertipisang, kelapa, dan lain-lain. Pemberian yang

dilakukanrakyatsaatitudigunakanuntukkeperluanataukepentingan raja

ataupenguasasetempatdantidakadaimbalanatauprestasi yang

dikembalikankepadarakyatkarenamemangsifatnyahanyauntukkepentingansepihakdanse

olah-olahadatekanansecarapsikologiskarenakedudukan raja yang lebihtinggi status

sosialnyadibandingkanrakyat.

Page 36: 1 Resume Hukum Pajak

4. Ikka Suhardiningsih 14.641.0319

Soal :

Tolong jelaskan undang-undang tahun 1983 tentang ketentuan umum !

Jawaban :

bahwa Negara Republik Indonesia

adalahnegarahukumberdasarkanPancasiladanUndang-UndangDasar 1945 yang

menjunjungtinggihakdankewajibanwarganegara,

karenaitumenempatkanperpajakansebagaisalahsatuperwujudankewajibankenegaraan

bagi para warganya yang

merupakansaranaperansertadalampembiayaannegaradanpembangunannasional.

bahwasistemperpajakan yang

merupakanlandasanpelaksanaanpemungutanpajaknegara yang selamainiberlaku,

tidaksesuailagidengantingkatkehidupansosial-ekonomimasyarakat Indonesia

baikdalamsegikegotongroyongannasionalmaupundalamlajupembangunannasional

yang telahdicapai.

bahwasistemperpajakan yang tertuang di dalamketentuan-ketentuanperpajakan yang

berlakuselamainibelumdapatmenggerakkanperansertasemualapisansubyekpajak

yang

besarperanannyadalammeningkatkanpenerimaandalamnegeridansangatdiperlukangu

namewujudkankelangsungandanpeningkatanpembangunannasional.

bahwaolehkarenaitu, sesuai pula denganamanat yang terkandungdalamGaris-

garisBesarHaluan Negara (KetetapanMajelisPermusyawaratan Rakyat Republik

Indonesia Nomor II/MPR/1983), perludiadakanpembaharuansistemperpajakan yang

berlakudengansistem yang

memberikankepercayaankepadasubyekpajakuntukmelaksanakankewajibansertamem

Page 37: 1 Resume Hukum Pajak

enuhihaknya di bidangperpajakan,

sehinggadapatmewujudkanperluasandanpeningkatankesadarankewajibanperpajakan

sertameratakanpendapatanmasyarakat.

bahwauntukdapatmencapaimaksudtersebut di atas,

perludiadakanpembaharuandanpenggantianperaturanperundang-

undanganperpajakan yang selamainiberlaku.