1. a_makalah pmbk

Upload: laila-maulid

Post on 15-Oct-2015

12 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan dalam makalah ini adalah pendekatan disini adalah dengan pendekatan direktif dimanpada masyarakat.a masyarakat didampingi secara penuh oleh stakeholder, untuk memberikan vasilitas fisik

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masyarakat merupakan elemen negara yang sangat penting keberadaannya guna memajukan kualitas negara. Masyarakat yang berdaya atau memiliki kompetensi tinggi untuk mengatur dirinya akan menjadikan suatu negara maju karena mereka sadar untuk bergerak maju. Sedangkan masyarakat yang kurang berdaya tentunya menjadi pekerjaan rumah tersendiri bagi negara untuk membuat masyarakat tersebut berkeinginan maju. Saat ini sering kita dengar istilah pengembangan masyarakat atau juga sering disebut community development. Pengembangan masyarakat sendiri pada dasarnya merupakan upaya untuk menjadikan masyarakat berdaya dan mampu untuk mengelola dirinya sendiri. Dunham (1958) mendefinisikan pengembangan masyarakat sebagai upaya terorganisir yang dilakukan guna meningkatkan kondisi kehidupan masyarakat, terutama melalui usaha yang kooperatif dan mengembangkan kemandirian dari masyarakat pedesaan, tetapi hal tersebut dilakukan dengan bantuan teknis dari pemerintah ataupun lembaga terkait (Community development organized efforts to improve the condition of community life, primarily throught the enlistment of self-help and cooperative effort from the villagers, but with technical assestance from goverment or voluntary organizations).Di Indonesia, istilah pembangunan masyarakat digunakan untuk menggambarkan pembangunan bangsa secara keseluruhan. Dalam arti yang sempit, istilah pembangunan masyarakat sering dipadankan dengan pembangunan masyarakat desa. Sedangkan dalam arti luas, pembangunan masyarakat dilakukan dengan mempertimbangkan masyarakat dengan sasaran tertentu guna mencapai pembangunan masyarakat secara keseluruhan.

Penerapan pengembangan masyarakat atau community development harus disesuaikan dengan kondisi masyarakat yang akan dibina. Ada dua model pendekatan dalam community development, yaitu pendekatan direktif dan pendekatan non-direktif. Masyarakat yang lebih siap dapat dibina dengan pendekatan non-direktif, sedangkan masyarakat yang belum siap dapat mulai dibina dengan pendekatan direktif.Kebanyakan masyarakat masih belum memiliki kesiapan dalam bersikap mandiri dan kooperatif, khususnya untuk masyarakat yang jauh dari jangkauan sarana dan prasarana yang memadai. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas secara mendalam mengenai pendekatan direktif dalam pengembangan masyarakat (community development). 1.2. Rumusan Masalah

1. Apakah yang dimaksud dengan pendekatan direktif dalam pengembangan masyarakat (community development)?

2. Bagaimana penerapan pendekatan direktif dalam pengembangan masyarakat?3. Bagaimana hubungan antara pendekatan direktif dan pendekatan non direktif dalam pengembangan masyarakat?1.3. Tujuan

1. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pengertian pendekatan direktif dalam pemberdayaan masyarakat dan seluk beluknya.2. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan penerapan pendekatan direktif dalam pemberdayaan masyarakat.

3. Mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan hubungan antara pendekatan direktif dan pendekatan non-direktif dalam pemberdayaan masyarakat.

BAB IIPEMBAHASAN

1.1. DefinsiPendekatan direktif adalah suatu kegiatan yang dilaksanakan secara teratur dan terencana pada setiap individu maupun kelompok, dan apabila tidak dilaksanakan akan mendapatkan sanksi. Pendekatan direktif merupakan suatu kegiatan yang dilakukan dengan keterpaksaan atau tidak sesuai dengan keinginannya sendiri (Anda diposisikan sebagai objek). Oleh karena itu, pendekatan ini sejak awal program (perencanaan) sampai akhir program (evaluasi) tidak banyak melibatkan masyarakat. Masyarakat lebih sering ditempatkan sebagai objek dalam suatu program kegiatan. Batten (1967) mengemukakan bahwa pendekatan direktif dilakukan berlandaskan pada asumsi bahwa pekerja sosial tahu apa yang dibutuhkan dan apa yang baik untuk masyarakat. Dalam pendekatan ini, peranan pekerja sosial bersifat lebih dominan, karena prakarsa kegiatan dan sumber daya yang dibutuhkan lebih banyak berasal dari pekerja sosial. Pekerja sosial menetapkan apa yang baik atau apa yang buruk bagi masyarakat, cara apa yang perlu dilakukan untuk memperbaikinya dan selanjutnya menyediakan sarana yang diperlukan untuk perbaikan tersebut. Dengan pendekatan ini, prakarsa dan pengambilan keputusan berada di tangan pekerja sosial. Dengan menerapkan pendekatan ini, memang banyak hasil yang akan diperoleh, tetapi hasil yang didapat lebih terkait dengan tujuan jangka pendek dan seringkali lebih bersifat pencapaian secara fisik belaka. Pendekatan direktif kurang menjadi efektif untuk mencapai hal-hal yang sifatnya jangka panjang ataupun perubahan yang mendasar yang berkaitan dengan perilaku seseorang. Hal ini antara lain disebabkan karena perlunya perubahan pengetahuan (knowledge), keyakinan (belief), sikap (attitude), dan niat (intention) individu sebelum terjadinya perubahan perilaku (overt behaviour) jika pelaku perubahan menginginkan perubahan yang terjadi bukanlah perubahan yang bersifat temporer belaka. Penggunaan pendekatan ini, sebenarnya akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan memperoleh pengalaman belajar dari masyarakat, sedangkan bagi masyarakat segi buruknya adalah dapat memunculkan ketergantungan terhadap kehadiran petugas sebagai agen perubahan.1.2. KarakteristikPendekatan direktif menurut Meliala (2010) memiliki beberapa karakteristik, yaitu sebagai berikut:

1. Pendekatan direktif dilakukan berlandaskan pada asumsi bahwa petugas (community worker) tahu apa yang dibutuhkan dan apa yang baik untuk masyarakat.2. Peranan petugas (community worker) lebih dominan. Prakarsa kegiatan dan sumber daya yang dibutuhkan lebih banyak berasal dari petugas. Petugas menetapkan apa yang baik atau apa yang buruk bagi masyarakat, cara apa yang perlu dilakukan untuk memperbaikinya dan selanjutnya menyediakan sarana yang diperlukan untuk perbaikan tersebut.

3. Prakarsa dan pengambilan keputusan berada di tangan petugas (community worker). Dalam praktiknya, pekerja sosial memang mungkin menanyakan apa yang menjadi kebutuhan masyarakat atau cara apa yang perlu dilakukan untuk menangani suatu masalah, tetapi baik dan buruk penanganan tersebut ditentukan menurut petugas.

4. Interaksi lebih bersifat instruktif. Interaksi antara petugas dan masyarakat lebih bersifat instruktif karena masyarakat seolah-olah dituntun atau diperintah oleh petuga (community worker) dan merekalah yang menentukan segala hal yang berkaitan dengan permasalahan di masyarakat tersebut.

5. Masyarakat sebagai obyek. Masyarakat kurang berpartisipasi dalam pengembangan masyarakat, sehingga masyarakat hanyan diposisikan sebagai objek.6. Baik digunakan untuk pencapaian hasil tujuan jangka pendek (pencapaian fisik). Dengan menerapkan pendekatan ini, memang banyak hasil yang akan diperoleh, tetapi hasil yang didapat lebih terkait dengan tujuan jangka pendek dan seringkali lebih bersifat pencapaian secara fisik belaka. Pendekatan direktif kurang menjadi efektif, untuk mencapai hal yang sifatnya jangka panjang ataupun perubahan yang mendasar berkaitan dengan perilaku seseorang.1.3. TujuanPendekatan direktif ini dilakukan atas asumsi bahwa penggerak atau pekerja sosial mengetahui secara baik apa yang dibutuhkan untuk masyarakat. Dalam pendekatan ini, penggerak sosial dominan dalam menetapkan baik buruknya apa yang harus dilakukan masyarakat, dan menyediakan sarana yang diperlukan untuk perbaikan tersebut. Jadi, tujuan pendekatan direktif dalam pengambangan masyarakat ialah:

1. Berusaha memecahkan masalah masyarakat dengan menggunakan secara sadar kemampuan intelektual masyarakat.2. Menolong masyarakat mengubah tingkah lakunya yang emosional dan impulsif dengan tingkah laku yang rasional.3. Berusaha melepaskan emosi dan mengurangi ketegangan dalam masyarakat, serta memperoleh insight tentang diri dan masalah dalam masyarakat.

4. Membantu masyarakat dalam mengambil keputusan secara rasional dengan menggunakan pengetahuan dan pengalaman konselor.5. Menolong masyarakat menemukan pemecahan masalahnya dengan membuat diagnosis dan interpretasi data yang ada di masyarakat.1.4. Self Directed ActionKondisi self directed action merupakan keinginan dari masyarakat untuk bertindak. Beberapa faktor yang mendorong kondisi ini terjadi adalah sebagai berikut: 1. Sejumlah orang yang tidak puas, dan sepakat akan kebutuhannya.2. Masyarakat menyadari kebutuhan akan terpenuhi dengan berusaha.3. Masyarakat memiliki atau dapat dihubungkan dengan sumber daya yang memadai antara lain:a. Cukup pengetahuan.b. Keterampilan dan peralatan.c. Insentif (intrisik dan ekstrinsik). 1.5. Peran PetugasPeran petugas dalam pendekatan direktif untuk pemberdayaan masyarakat adalah sebagai berikut:1. Menumbuhkan keinginan untuk bertindak

Memberdayakan masyarakat bermakna merangsang masyarakat untuk mendiskusikan masalahnya serta merumuskan pemecahannya dalam suasana kebersamaan. Dalam masyarakat yang terikat dengan adat kebiasaan, sadar atau tidak sadar mereka tidak merasakan bahwa mereka punya masalah yang perlu dipecahkan. Karena itu, masyarakat perlu pendekatan persuasif agar sadar bahwa mereka punya masalah yang perlu dipecahkan, dan kebutuhan yang perlu dipenuhi. Tujuan utama pemberdayaan masyarakat adalah membangun rasa percaya diri masyarakat. Rasa percaya diri merupakan modal utama masyarakat untuk berswadaya. Selain itu, tujuan pemberdayaan masyarakat adalah tumbuhnya kemandirian masyarakat. Masyarakat yang mandiri adalah masyarakat yang mampu menolong dirinya sendiri. Untuk itu, perlu selalu ditingkatkan kemampuan masyarakat untuk berswadaya. Oleh karena itu, salah satu peran dari petugas adalah menumbuhkan keinginan sasaran untuk bertindak. 2. Memberikan informasi tentang pengalaman kelompok lain

Pada peran ini, petugas harus memiliki pengalaman memberdayakan masyarakat sebelumnya. Pengalaman ini bisa didapat dari pengalaman sendiri maupun orang lain. Melalui pengalaman kelompok lain, diharapkan masyarakat sasaran termotivasi untuk melakukan hal yang sama sesuai dengan permasalahan yang ada di daerahnya masing-masing. Hal ini bertujuan untuk memberikan informasi bahwa pemberdayaan masyarakat sangat berguna untuk mengembangkan potensi dan kemampuan masyarakat sekitar.

3. Membantu meningkatkan kemampuan masyarakat dalam analisa situasiMemberdayakan masyarakat berarti membuat masyarakat tahu dan mengerti bahwa mereka memiliki kekuatan dan sumber daya yang dapat dimobilisasi untuk memecahkan permasalahan dan memenuhi kebutuhannya. Disini, petugas hanya memberikan stimulus untuk membantu masyarakat mengenali permasalahan dan mencari solusi yang berasal dari masyarakat sasaran. 4. Menghubungkan masyarakat dengan sumber daya yang dapat dimanfaatkan (tehnis dan material)

Petugas harus mengetahui kondisi sumber daya yang ada di masyarakat sasaran sebelumnya, sehingga bisa membantu sasaran dalam mengidentifikasi dan memecahkan permasalahan yang ada dengan sumber daya yang dimiliki.

Dalam pendekatan direktif, peran petugas (community worker) lebih dominan karena mereka yang menetapkan apa yang baik atau buruk bagi komunitas, cara yang perlu dilakukan untuk memperbaikinya, dan menyediakan sarana yang diperlukan untuk perbaikan tersebut, sehingga besar sekali kemungkinan muncul ketergantungan komunitas kepada para community worker (Dharma, 2013).

1.6. Kelebihan dan Kekurangan1. Kelebihan (Usman, 2004) a. Perubahan perilaku dalam masyarakat sangat cepat.b. Efisien dan efektif.c. Mudah dilakukan karena sumber pergerakan adalah provider.d. Provider mampu mengakomodasi masyarakat yang kurang berpendidikan dan kurang terbuka (kesulitan untuk mengemukakan pendapatnya), dan anak kecil atau individu dengan masalah yang tidak terlalu bersifat emosional.e. Hasil yang diperoleh banyak (Sriyanti, 2012).f. Tepat digunakan di masyarakat yang kurang memiliki inisiatif, pasif dan kurang responsif.g. Tepat digunakan pada masyarakat yang merasa tidak memiliki masalah.h. Tepat diterapkan pada budaya tertentu, dimana orang cenderung memerlukan nasehat atau jalan keluar yang jelas dan nyata.i. Fokus terhadap masalah yang ada

2. Kekurangan (Usman, 2004)a. Perubahan perilaku bersifat semu.b. Perubahan perilaku karena keterpaksaan.c. Keberlangsungan program bersifat temporer dan tidak permanen.d. Hasil yang didapat lebih terkait dengan tujuan jangka pendek dan seringkali lebih bersifat pencapaian secara fisik belaka.e. Individu, kelompok, dan masyarakat hanya sebagai objek program.f. Pengaruh provider lebih dominan, sehingga masyarakat tidak dapat bergerak sendiri.g. Dilaksanakan secara teratur dan terencana oleh atau hanya pemegang program.h. Keinginan atau tanggapan individu diabaikan.i. Dari awal program (perencanaan) sampai akhir program (evaluasi) sedikit melibatkan masyarakat secara aktif dan partisipatif.j. Masyarakat akan memperoleh kesempatan yang minim dalam pengalaman belajar. k. Berkurangnya kesempatan petugas untuk memperoleh pengalaman belajar dari masyarakat (Adi, 2003).l. Memunculkan ketergantungan terhadap kehadiran tugas sebagai agen perubahan.m. Tidak adanya pengakuan terhadap potensi dan kemampuan peserta untuk. mengatasi masalah dan mengambil keputusan.n. Peserta bersifat pasif, kurang inisiatif, dan lebih banyak menjadi pendengar.o. Tidak membuat peserta memiliki kemampuan dalam mengambil keputusan.p. Solusi yang diambil kurang tepat dengan keinginan dan harapan peserta.q. Kurang efektif untuk mencapai tujuan jangka panjang dan perubahan mendasar pada perilaku seseorang.1.7. Faktor yang MempengaruhiFaktor yang mempengaruhi penerapan pendekatan direktif dalam community development yakni:

1. Pendidikan atau pengetahuan

Tingkat pendidikan atau pengetahuan seseorang maupun sekelompok orang sangat mempengaruhi perkembangan masyarakat tersebut. Pengetahuan sangat dibutuhkan dalam menangani berbagai masalah yang terjadi dalam masyarakat. Masyarakat terbelakang dibandingkan dengan masyarakat yang berkembang atau sudah maju sangat membutuhkan bantuan dalam menangani masalah yang terjadi, dan mereka juga membutuhkan seorang pengarah ataupun instruktur dalam membimbing dan mengarahkan masyarakat tersebut dalam bertindak. Dalam hal ini, pendekatan direktif lebih ditekankan penggunaannya karena masyarakat memiliki ketergantungan terhadap agent of change ataupun seorang instruktur yang diharapkan dapat memecahkan permasalahan yang ada dan instruktur tahu apa yang dibutuhkan dan penting bagi masyarakat tersebut.

2. Tingkat pendapatan atau ekonomi

Tingkat pendapatan atau ekonomi seseorang maupun sekelompok masyarakat sangat menentukan pemenuhan kebutuhan, sarana dan prasarana yang dibutuhkan oleh masyarakat. Dalam hal ini, pendekatan direktif sangat tepat dilakukan terhadap sekelompok masyarakat yang tingkat pendapatannya masih di bawah rata-rata. Disini, diharapkan pekerja sosial atau instruktur atau pemerintah dapat menyediakan sarana dan prasarana yang dibutuhkan masyarakat, serta dapat memberikan alternatif lain yang dapat mengembangkan potensi dalam masyarakat tersebut.

3. Ancaman

Ancaman yang dimaksud adalah suatu keadaan yang menimbulkan ancaman terhadap orang banyak, contohnya wabah. Disini, situasi belajar yang diharapkan menjadi sebuah kewajiban. Instruktur mengharuskan masyarakat untuk berperilaku tertentu dan berwenang memberikan sanksi terhadap pelanggaran terhadap instruksinya. Hal ini menimbulkan adanya pemaksaan kepatuhan terhadap instruksi yang telah ditetapkan dalam pencapaian yang dibutuhkan.1.8. PenerapanDalam aplikasinya di masyarakat, upaya untuk melibatkan kelompok sasaran dihadapkan pada kenyataan bahwa situasi dan kondisi masyarakat yang berbeda-beda. Hal ini dapat dilihat sebagai suatu kendala dalam melibatkan sasaran secara aktif atau sebagai suatu kondisi yang memang harus diubah. Secara realistis pragmatis, situasi dan kondisi masyarakat yang berbeda-beda dalam upaya melibatkan masyarakat secara aktif, memang memerlukan pendekatan yang berbeda-beda pula. Masyarakat yang lebih siap dapat dibina dengan pendekatan yang non-direktif, sedangkan masyarakat yang belum siap dapat mulai dibina dengan pendekatan direktif.

Pada masyarakat yang masih belum siap, maka pendekatan direktif dapat dipertimbangkan untuk diterapkan sebagai awal, tetapi kemudian secara bertahap dikurangi dan diikuti dengan peningkatan pendekatan yang sifatnya non-direktif. Pendekatan direktif dilakukan berlandaskan pada asumsi bahwa pekerja sosial tahu apa yang dibutuhkan dan apa yang baik untuk masyarakat, sehingga pekerja sosial bersifat lebih dominan, karena prakarsa kegiatan dan sumber daya yang dibutuhkan lebih banyak berasal dari pekerja sosial. Pekerja sosial menetapkan apa yang baik atau apa yang buruk bagi masyarakat, cara apa yang perlu dilakukan untuk memperbaikinya dan selanjutnya menyediakan sarana yang diperlukan untuk perbaikan tersebut. Dengan pendekatan ini, prakarsa dan pengambilan keputusan berada di tangan pekerja sosial. Dalam praktiknya, pekerja sosial dapat menanyakan apa yang menjadi kebutuhan masyarakat atau cara apa yang perlu dilakukan untuk menangani suatu masalah, tetapi baik dan buruk menurut pekerja sosial. Melalui pendekatan direktif, pelaku perubahan dapat saja membuatkan fasilitas seperti MCK, tetapi melalui pendekatan ini sulit untuk melihat hasil yang bermakna bila masyarakat telah ditinggalkan dan tidak lagi dibina. Masyarakat mungkin akan kembali buang air besar di sungai bila fasilitas WC umum yang dibuat tidak dikembangkan sesuai dengan keinginan mereka sendiri dan mereka juga sudah terbiasa dengan perilaku tersebut. Begitu pula dengan upaya menyediakan tempat pembuangan sampah, fasilitas fisik yang sudah dibuat ini akan menjadi mubazir bila tidak diikuti dengan upaya meresosialisasikan kebiasan membuang sampah kepada komunitas sasaran (target community).

Oleh karena itu, aplikasi pendekatan ini harus dengan disertai suatu kesadaran bahwa tujuan akhir adalah diperolehnya kemandirian, sehingga pendekatan yang diterapkan perlu secara bertahap ditingkatkan menjadi pendekatan non-direktif sesuai dengan kesiapan masyarakat. 1.9. Hubungan antara Pendekatan Direktif dengan Pendekatan Non-DirektifHubungan atau asosiasi dari kedua pendekatan ini dapat dicermati dalam tabel di bawah ini:Tabel 1: Persamaan dan Perbedaan antara Pendekatan Direktif dan Non-DirektifPERSAMAANPERBEDAAN

LETAK PERBEDAANDIREKTIFNON-DIREKTIF

Bertujuan untuk proses pengembangan perilaku masyarakat Fokus pencapaianSarana/ fisikPerilaku masyarakat

Melibatkan pekerja sosial di dalmnyaPemrakarsa kegiatanLebih dominan pekerja sosialLebih dominan masyarakat

Melibatkan masyarakat di dalamnya

Fungsi pekerja sosialPerancang dan pelaksana bersama masyarakat

Mengembangkan dan menggali potensi masyarakat

Output /pencapaianJangka pendek dan seringkali hanya fisik saja

Jangka panjang

Jumlah sumberdaya pekerja sosialbanyakSedikit

Pengambilan keputusanPekerja sosialMasyarakat sendiri

Pembelajaran dari masyarakatKurangSangat banyak

Kemandirian masyarakatKurangSangat mandiri

Kesempatan masyarakatSempitLuas

Dalam penerapan di masyarakat, pendekatan direktif dan non-direktif, perlu disesuaikan dengan tingkat perkembangan masyarakat. Masyarakat yang sudah mampu mendayagunakan potensi yang dimiliki perlu didekati dengan pendekatan non-direktif, tetapi bagi masyarakat yang relatif belum berkembang, maka pilih pendekatan direktif seperti gambar dibawah ini.

Gambar 1. Hubungan antara Pendekatan Direktif dan Non-DirektifPemilihan pendekatan yang akan digunakan dapat saja dimulai dari pendekatan yang bersifat direktif, apabila masyarakat masih dalam keadaan belum mengetahui kebutuhan (terbelakang), tetapi sejalan dengan perkembangannya, masyarakat akan mengetahui kebutuhan secara bertahap, sehingga pekerja sosial dapat menggunakan pendekatan non-direktif atau partisipasif.

BAB IIIKESIMPULAN

Pendekatan direktif adalah salah satu pendekatan yang dapat diterapkan dalam community development. Pendekatan ini dilakukan berlandaskan pada asumsi bahwa petugas tahu apa yang dibutuhkan dan apa yang baik untuk masyarakat. Dalam pendekatan ini, peranan petugas bersifat lebih dominan, karena prakarsa kegiatan dan sumber daya yang dibutuhkan lebih banyak berasal dari petugas. Petugas menetapkan apa yang baik atau apa yang buruk bagi masyarakat, cara apa yang perlu dilakukan untuk memperbaikinya dan selanjutnya menyediakan sarana yang diperlukan untuk perbaikan tersebut. Dengan menerapkan pendekatan ini, banyak hasil yang akan diperoleh, tetapi hasil yang didapat lebih terkait dengan tujuan jangka pendek dan seringkali lebih bersifat pencapaian secara fisik belaka. Pendekatan direktif kurang menjadi efektif untuk mencapai hal-hal yang sifatnya jangka panjang ataupun perubahan yang mendasar yang berkaitan dengan perilaku seseorang. Penggunaan pendekatan ini juga akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan memperoleh pengalaman belajar dari masyarakat, sedangkan segi buruknya bagi masyarakat adalah dapat memunculkan ketergantungan terhadap kehadiran petugas sebagai agen perubahan.Aplikasi pendekatan ini harus disertai suatu kesadaran bahwa tujuan akhir adalah diperolehnya kemandirian, sehingga pendekatan yang diterapkan perlu secara bertahap ditingkatkan sesuai dengan kesiapan masyarakat. Pemilihan pendekatan yang akan digunakan dapat dimulai dari pendekatan direktif, apabila masyarakat masih dalam keadaan belum mampu mendayagunakan potensi yang dimiliki (terbelakang). Namun, sejalan dengan perkembangannya, masyarakat akan mampu mendayagunakan potensinya, sehingga petugas dapat menggunakan pendekatan non-direktif secara bertahap.

DAFTAR PUSTAKA

Adi, I.R. 2003. Pemberdayaan, Pengembangan Masyarakat dan Intervensi Komunitas. Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI.

Batten, T.R. 1967. The-Non Directive Approach in Group and Community Work. London: Oxford

Dharma, Agus. 2013. Community Development, lecture PowerPoint slides, viewed 28 Maret 2014, http://staffsite.gunadarma.ac.is/agus_dh/

Dunham, A. (Ed.). 1958. The Outlook for Community Development: An International Symposium. School of Social Work, University of Michigan.Meliala, AT. 2010, Respon Warga Binaan terhadap Program Panti Sosial Karya Wanita (PSKW) Parawasa Berastagi, Skripsi S1 - Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial, Universitas Sumatera Utara, Sumatera Utara.Sriyanti, L., 2012. Mengoptimalkan Penggunaan Konseling Direktif di Sekolah dengan Neurolinguistic Programming (NLP). [Online] Available at: http://himcyoo.files.wordpress com/2012/04/mengoptimalkan-penggunaan-konseling-directive-disekolah-dengan-neuro-inguistic-programming.pdf [Accessed 28 March 2014].

Sunyoto Usman. 2004. Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.8