1 2 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 25 26 27 28...

2
~ibunJabar o Senin o Selasa o Rabu o Kamis o Jumat Sabtu o Minggu 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 e 25 26 27 28 29 30 31 OJan OPeb o Mar OApr OMei OJun OJul OAgs .Sep OOkt ONov ODes ~- Purwakarta dalam Perspekt· Dialog Agama-Bud ya K EBEBASANtanpa ketertiban bisa menyesatkan, namun ketertiban tanpa kebebasan adalah memalukan. Yang lebih parah jika di antara kebebasan dan ketertiban, ada pihak yang merasa "paling benar". Ini ber- bahaya. Soal pengrusakan beberapa patung wayang di Purwakarta, misalnya, merupakan fenomena yang mengindikasikan adanya .pemaksaan "kebenaran" oleh satu kelompok ter- hadap kelompok lain. Beberapa patung wayang yang dirusak sesungguhnya tidak bersalah, namanya juga patung, tetapi kenapa harus dirusak? Ini pertanya- an yang membuat banyak pihak bertanya-tanya. Sesungguhnya budaya dialog merupakan jalan atau cara yang paling mungkin dapat ditempuh jika muncul perbedaan persepsi atau bahkan perbedaan tafsir atas sebuah nilai kebenaran, tetapi yang jelas, kebenaran yang dipaksakan, sudah pasti itu kebenaran semu, atas llama dan atas dalih apa pun juga. Padahal, agama dan budaya, hanya bisa tumbuh subur di satu kawasan apabila semua anasir bangsa mau dengan lapang dada untuk duduk sama rendah berdiri sama tinggi. Kebe- naran mutlak itu berada di atas agama dan di atas budaya, kebenaran absolut itu hanya milik Tuhan . semesta alam, semua mahluk yang diciptaan Tuhan hanya sanggup merekonstruksi kebenaran atas ilmu dan persepsinya, sedangkan ilmu dan persepsi itu sifatnya sangat relatif. podium DEDE MARIANA Dosen/Guru Besar Ilmu Pemerintahan Universitas Padjadjaran, Bandung Dialog agama-budaya, seperti dalam kasus di Purwakarta, menjadi penting sebab semua ajaran agama dan ajaran budaya tidak pemah ada satupun yang mengajarkan kekerasan. Setiap kekerasan selalu terjadi karena ada faktor kepentingan yang bermain, terutama karena kepen- tingan kekuasaan, ditambah ada penumpang gelap yang bergerak atas dasar ke- pentingan kekuasaan yang dibalut atau mencatut atas nama sesuatu termasuk berlindung dibalik "label agama". Demikian juga dengan kekerasan yang berlatar budaya, yang kerapkali muncul sebagai label karena esensi bentrok- an budaya sekalipun pada hakikatnya merupakan representasi atas benturan kepentingan kekuasaan, Kliping Humas Unpad 2011 r

Upload: others

Post on 29-Dec-2020

5 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 1 2 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 25 26 27 28 ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/10/...2011/09/24  · ~ibunJabar o Senin o Selasa o Rabu o Kamis o Jumat •

~ibunJabaro Senin o Selasa o Rabu o Kamis o Jumat • Sabtu o Minggu

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 1617 18 19 20 21 22 23 e 25 26 27 28 29 30 31

OJan OPeb oMar OApr OMei OJun OJul OAgs .Sep OOkt ONov ODes~-Purwakarta

dalam Perspekt·Dialog Agama-Bud ya

KEBEBASANtanpaketertiban bisamenyesatkan, namun

ketertiban tanpa kebebasanadalah memalukan. Yanglebih parah jika di antarakebebasan dan ketertiban,ada pihak yang merasa"paling benar". Ini ber-bahaya. Soal pengrusakanbeberapa patung wayang diPurwakarta, misalnya,merupakan fenomena yangmengindikasikan adanya.pemaksaan "kebenaran"oleh satu kelompok ter-hadap kelompok lain.Beberapa patung wayang

yang dirusak sesungguhnyatidak bersalah, namanyajuga patung, tetapi kenapaharus dirusak? Ini pertanya-an yang membuat banyakpihak bertanya-tanya.Sesungguhnya budaya

dialog merupakan jalan ataucara yang paling mungkindapat ditempuh jika munculperbedaan persepsi ataubahkan perbedaan tafsir atassebuah nilai kebenaran,tetapi yang jelas, kebenaranyang dipaksakan, sudahpasti itu kebenaran semu,atas llama dan atas dalih apapun juga.Padahal, agama dan

budaya, hanya bisa tumbuhsubur di satu kawasanapabila semua anasir bangsamau dengan lapang dadauntuk duduk sama rendahberdiri sama tinggi. Kebe-naran mutlak itu berada diatas agama dan di atasbudaya, kebenaran absolutitu hanya milik Tuhan .semesta alam, semuamahluk yang diciptaanTuhan hanya sanggupmerekonstruksi kebenaranatas ilmu dan persepsinya,sedangkan ilmu dan persepsiitu sifatnya sangat relatif.

podium

DEDE MARIANADosen/Guru Besar Ilmu

Pemerintahan UniversitasPadjadjaran, Bandung

Dialog agama-budaya,seperti dalam kasus diPurwakarta, menjadi pentingsebab semua ajaran agamadan ajaran budaya tidakpemah ada satupun yangmengajarkan kekerasan.Setiap kekerasan selalu

terjadi karena ada faktorkepentingan yang bermain,terutama karena kepen-tingan kekuasaan, ditambahada penumpang gelap yangbergerak atas dasar ke-pentingan kekuasaan yangdibalut atau mencatut atasnama sesuatu termasukberlindung dibalik "labelagama". Demikian jugadengan kekerasan yangberlatar budaya, yangkerapkali muncul sebagailabel karena esensi bentrok-an budaya sekalipun padahakikatnya merupakanrepresentasi atasbenturankepentingankekuasaan,

Kliping Humas Unpad 2011

r

Page 2: 1 2 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 25 26 27 28 ...pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2011/10/...2011/09/24  · ~ibunJabar o Senin o Selasa o Rabu o Kamis o Jumat •

Menemukan titik dari duaatau lebih persepsi memangmembutuhkan proses dankelapangdadaan, apalagimenemukan titik temuantara agama denganbudaya, bukan saja mem-butuhkan hati yang dingintetapi juga membutuhkanorak atau nalar yang jernih.Mengapa? Sebab kebenaranitu tidak bisa diklaim olehsatu pihak, kebenaran yangtidak bisa diperdebatkanhanyalah kebenaran versi

Allah, bukan versi manusiayang serba relatif. i

Apabila tokoh agama,tokoh budaya, tokohintelektual, tokoh masya-rakat, bahkan pejabat publik,seyogianya tidak mem-posisikan diri sebagai pihakyang paling "merasa"dominatif dan yang laindianggap subordinatif.

Sesungguhnya problemsemacam di Purwakartaadalah problem komunikasi,psikologi persepsi, dan

dialog. Oleh karena itu,ruang publik menjadikemungkinan yang sangatdiperlukan untuk memper-temukan semua persepsisehingga potensi gesekandapatdllTWnUnalisrr.

Oleh karena itu, stakehold-ers pemerintahan di Purwa-karta seharusnya tidakmengkedepankan egosektoral antarpihak, tetapibagaimana dinamikakeberbedaan yang ada,termasuk variatifnya soaltafsir "keyakinan" tidakmengangkangi persoalanlain yang lebih penting,misalnya tidak mengang-kangi proses pelayananpublik, proses pembangun-an serta keamanan danketertiban,

ltulah sebabnya, konsepgood governance sebagaibentuk penyelenggaraanpemerintahan yang bertang-gung jawab (akuntabilitas)dengan mengikutsertakanpartisipasi masyarakat,terbuka, dan setara di mukahukum, dengan orientasikepada kualitas pelayartanpublik, patut dijadikanrujukan bersama. [ikaterminologi ini dapatdipahami oleh stakeholders diPurwakarta, maka sesung-guhnya setiap persoalandapat diatasi, tinggal apakahsemua pihak memilikigoodwilling melalui politicalwill dan kemudian diimple-mentasikan melalui politicalaction. ***

-