0fd65d05d01
TRANSCRIPT
TUGAS AKHIR PROGRAM MAGISTER (TAPM)
PENGARUH KUALITAS PELAYANAN DAN HARGA
PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN MASYARAKAT
(STUDI PADA KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN SERPONG)
TAPM diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister
Administrasi Publik
Disusun oleh :
Giri Cahyono
NIM: 014599333
Program Pascasarjana
Universitas Terbuka
2008
1
UNIVERSITAS TERBUKA
PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER ADMINISTRASI PUBLIK
PERNYATAAN
TAPM yang berjudul PENGARUH KUALITAS PELAYANAN DAN
HARGA PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN
MASYARAKAT
(STUDI PADA KANTOR URUSAN AGAMA KECAMATAN SERPONG)
Adalah hasil karya saya sendiri, dan seluruh sumber yang saya kutip maupun
dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.
Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan adanya penjiplakan (plagiat), maka
saya bersedia menerima sanksi akademik.
Jakarta, 3 September 2008
Yang menyatakan,
Meterai Rp6000
GIRI CAHYONO
NIM.014599333
2
LEMBAR PERSETUJUAN TUGAS AKHIR PROGRAM MAGISTER
(TAPM)
JUDUL TAPM : PENGARUH KUALITAS PELAYANAN DAN HARGA
PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN
MASYARAKAT
(STUDI PADA KANTOR URUSAN AGAMA
KECAMATAN SERPONG )
PENYUSUN TAPM : GIRI CAHYONO
NIM : 014599333
PROGRAM STUDI : MAGISTER ADMINISTRASI PUBLIK
Hari/Tanggal : Rabu, 3 September 2008
Menyetujui:
Pembimbing II Pembimbing I
Dr SUGILAR Dr WILFREDUS B ELU
NIP. 131671932 NIP
Mengetahui,
Direktur Program Pascasarjana
Prof. Dr. UDIN S WINATAPUTRA,MA
NIP. 130367151
3
UNIVERSITAS TERBUKA
PROGRAM PASCASARJANA
MAGISTER ADMINISTRASI PUBLIK
PENGESAHAN
Nama : GIRI CAHYONO
NIM : 014599333
Program Studi : Magister Administrasi Publik
Judul TAPM : PENGARUH KUALITAS PELAYANAN DAN HARGA
PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN
MASYARAKAT
(STUDI PADA KANTOR URUSAN AGAMA
KECAMATAN SERPONG )
Telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Penguji TAPM Program
Pascasarjana Program Studi Administrasi Publik,.Universitas Terbuka pada :
Hari, Tanggal : Rabu, 3 September 2008
Waktu : 08:30 – 10:30
Dan telah dinyatakan LULUS
PANITIA PENGUJI TAPM
Ketua Komisi penguji : SUCIATI,Ph.D .............................
Penguji ahli : Dr. LIESTYODONO, B.I., M.Si..............................
Pembimbing I : Dr WILFREDUS B ELU ..............................
Pembimbing II : Dr. SUGILAR ..............................
4
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kepada Allah SWT bahwa akhirnya penulis dapat
menyelesaikan penulisan TAPM yang merupakan syarat untuk menyelesaikan
pendidikan Program Magister Administrasi Publik pada Universitas Terbuka
Jakarta.
Pemilihan tema pada TAPM ini adalah kelanjutan dari Proposal Tesis yang
berkaitan dengan kualitas dan harga pelayanan pada lembaga pemerintah, dalam
hal ini diwakili oleh Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Serpong. Tema ini
dipilih karena penelitian mengenai pelayanan publik masih menjadi salah satu isu
penting yang harus segera dibenahi di negeri ini. Selain itu, menurut pengetahuan
penulis, belum adanya penelitian yang mempelajari kualitas dan harga pelayanan
secara bersamaan pada KUA. Maka, penelitian mengenai penyelenggaraan
pelayanan di KUA akan menjadi tema tesis yang menarik untuk dibahas.
Penulis menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Dr
Wilfredus B Elo, Dr Sugilar, Dr. Zainul Ittihad Amin,M.Si selaku dosen
pembimbing TAPM dan Proposal Tesis, Ibu Dra.Susanti,M.Si selaku Ketua
Program, Bapak Drs Benri Sjah,MA,MSc, Ibu Yayah, Ibu Endang, selaku Staf
Akademik UPBJJ Jakarta, dan rekan – rekan mahasiswa, serta istri tercinta yang
setia menemani penulis mulai sejak pertama kuliah hingga ke tahap pembuatan
tesis ini.
Tak ada gading yang tak retak. Karena keterbatasan penulis, maka tentu saja
akan dijumpai kelalaian atau kesalahan pada penulisan TAPM ini. Karena itu
5
kritik dan saran dari pembaca akan sangat penting artinya bagi penulis, agar
kualitas TAPM yang dibuat akan semakin meningkat.
Mudah – mudahan TAPM ini dapat bermanfaat sebagai masukan bagi
keilmuan Administrasi Publik umumnya dan berguna sebagai sarana peningkatan
kualitas intelektual bagi penulis khususnya.. Demikianlah kata pengantar pada
tugas penulisan TAPM ini.
Penulis
6
DAFTAR ISI
Halaman
Pernyataan Orisinalitas i - i
Persetujuan ii - ii
Pengesahan iii - iii
Abstrak iv - v
Kata Pengantar vi - vii
Daftar Isi viii - ix
Daftar Gambar x - x
Daftar Tabel xi - xi
Daftar Lampiran xii - xii
BAB I PENDAHULUAN 1 - 9
A. Latar Belakang Masalah 1 - 7
B. Perumusan Masalah 7 - 8
C. Tujuan Penelitian 8 - 8
D. Kegunaan Penelitian 9 - 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 - 26
A. Kajian Teori 10 - 22
1. Kualitas Pelayanan 10 - 15
2. Harga Pelayanan 15 - 18
3. Kepuasan Masyarakat 18 - 22
B. Kerangka Berpikir 22 - 23
C. Definisi Operasional 24 - 26
BAB III METODE PENELITIAN 27 - 42
A. Desain Penelitian 27 - 33
1. Kualitas Pelayanan 28 - 29
2. Harga Pelayanan 29 - 29
3. Kepuasan Masyarakat 30 - 31
B. Populasi dan Sampel 33 - 42
1. Gambaran Umum Populasi Penelitian 34 - 50
2. Faktor Berkurangnya Populasi 36 - 51
3. Diskriminasi Populasi Untuk Langkah Penyebaran Kuisioner 38 - 52
4. Tingkat Keberhasilan Penyebaran Kuisioner 39 - 55
a. Tingkat Keberhasilan Populasi Dengan Nomor Telepon 40 - 54
b. Tingkat Keberhasilan Populasi Tanpa Nomor Telepon 41 - 55
C. Instrumen Penelitian 42 - 43
1. Telaahan Dokumen 42 - 43
2. Kuisioner 43 - 43
7
D. Prosedur Pengumpulan Data 43 - 45
E. Metode Analisis Data 45 - 47
a. Uji Validitas 47 - 48
b. Uji Reliabilitas 48 - 51
BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN 52 - 89
A. Deskripsi KUA Kecamatan Serpong 43 - 56
1. Deskripsi Umum Organisasi KUA Kecamatan Serpong 43 - 47
2. Profil Responden 55 - 56
B. Analisis Deskriptif
1. Variabel Kualitas Pelayanan, Dimensinya Serta Indikatornya 56 - 64
2. Variabel Harga Pelayanan, Dimensinya Serta Indikatornya 65 - 70
3. Variabel Kepuasan Masyarakat, Dimensinya Serta
Indikatornya 70 - 78
4. Analisis Hasil Jika Jawaban Ragu - Ragu Dihilangkan 78 - 79
5. Analisis Hasil Perbandingan Antara Pengguna Jasa Pelayanan 79 - 80
KUA
C. Uji Hipotesa 80 - 89
1. Uji Hipotesa Kualitas Pelayanan,X1 Terhadap Kepuasan 80 - 83
Masyarakat,Y
2. Uji Hipotesa Harga Pelayanan,X2 Terhadap Kepuasan 83 - 85
Masyarakat,Y
3. Uji Hipotesa Kualitas Pelayanan,X1 dan Harga Pelayanan,X2 85 - 89
Secara Bersama-sama Terhadap Kepuasan Masyarakat,Y
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 90 - 98
A. Simpulan 90 - 93
B. Saran 94 - 98
DAFTAR PUSTAKA 99 - 101
LAMPIRAN
102 -
116
BIODATA 117
8
DAFTAR GAMBAR
3.1 Model Penelitian 28
4.1 Struktur Organisasi KUA kecamatan Serpong 57
4.2 Analisis Deskriptif Dimensi - Dimensi dari Kualitas Pelayanan 59
4.3 Analisis Deskriptif Dimensi - Dimensi dari Harga pelayanan 67
4.4 Analisis Deskriptif Dimensi - Dimensi dari Kepuasan Masyarakat 73
9
DAFTAR TABEL
3.1 Kisi - Kisi Operasionalisasi Variabel 32
3.2 Jumlah Pernikahan Per Tahun Sejak Tahun 2002 35
Pada KUA Kecamatan Serpong
3.3 Populasi Pernikahan Pada KUA Kecamatan Serpong 36
3.4 Populasi Dengan Alamat Tidak Jelas Pada KUA Kecamatan Serpong 38
3.5 Populasi Pasangan Pernikahan Berdasarkan Kepemilikan Informasi 39
Nomor Telepon Pada KUA Kecamatan Serpong
3.6 Populasi Dengan Informasi Nomor Telepon 40
3.7 Populasi Dengan Informasi Tanpa Nomor Telepon 41
3.8 Nilai Validitas Pada 20 Populasi 47
3.9 Nilai Validitas Pada 88 Populasi 48
3.10 Nilai Reliabilitas Pada 20 Populasi 49
3.11 Nilai Validitas Pada 88 Populasi 49
3.12 Jadwal Waktu Pembuatan TAPM 51
4.1 Analisis Deskriptif Dimensi – dari Variabel Kualitas Pelayanan 59
4.2 Analisis Deskriptif Indikator – Indikator dari Dimensi Tangible 60
4.3 Analisis Deskriptif Indikator – Indikator dari Dimensi Reliabilitas 61
4.4 Analisis Deskriptif Indikator – Indikator dari Dimensi Responsif 62
4.5 Analisis Deskriptif Indikator – Indikator dari Dimensi Assurance 64
4.6 Analisis Deskriptif Indikator – Indikator dari Dimensi Emphaty 65
4.7 Analisis Deskriptif Dimensi dari Variabel Harga Pelayanan 67
4.8 Analisis Deskriptif Indikator – Indikator dari Dimensi Harga Moneter 68
4.9 Analisis Deskriptif Indikator – Indikator dari Dimensi Harga Waktu 69
4.10 Analisis Deskriptif Indikator – Indikator dari Dimensi Harga Tenaga 69
4.11 Analisis Deskriptif Indikator – Indikator dari Dimensi Harga Psikis 70
4.12 Analisis Deskriptif Dimensi dari Variabel Kepuasan Masyarakat 72
4.13 Analisis Deskriptif Indikator – Indikator dari Dimensi Sebelum Pelayanan 74
4.14 Analisis Deskriptif Indikator – Indikator dari Dimensi Saat pelayanan 75
4.15 Analisis Deskriptif Indikator – Indikator dari Dimensi Sudah pelayanan 76
4.16 Analisis Deskriptif Indikator – Indikator dari Dimensi Rekomendasi 77
4.17 Perbandingan Hasil dengan Eliminasi Jawaban Ragu-ragu 80
4.18 Perbandingan Hasil Antara Pengguna Jasa Mempelai dan kerabat 82
10
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 Kuisioner Penyelenggaraan Pelayanan pada KUA Serpong
LAMPIRAN 2 Data Hasil Variabel Kualitas Pelayanan
LAMPIRAN 3 Data Hasil Variabel Harga Pelayanan
LAMPIRAN 4 Data Hasil Variabel Kepuasan Masyarakat
LAMPIRAN 5 Profil Responden dan Saran Pribadi Responden
LAMPIRAN 6 Uji Statistik antar variabel Kualitas Pelayanan terhadap Kepuasan
Masyarakat
LAMPIRAN 7 Uji Statistik antar variabel Harga Pelayanan terhadap Kepuasan
Masyarakat
LAMPIRAN 8 Uji Statistik antar variabel Kualitas dan Harga Pelayanan terhadap
Kepuasan Masyarakat
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Tujuan nasional bangsa ini sebagaimana termaktub dalam alinea keempat
pembukaan UUD 45 adalah mencapai masyarakat adil makmur dan sejahtera
berdsarakan Pancasila dan UUD 45. Berbagai momentum telah dialami oleh
negeri ini. Momentum terakhir yang paling mempengaruhi ini adalah lahirnya era
reformasi pada tahun 1998 sebagai kelanjutan dari era orde baru yang mempunyai
implikasi luas dalam berbagai kehidupan bangsa Indonesia.
Era reformasi merupakan tumpuan harapan masyarakat bangsa ini yang sudah
jenuh dengan krisis ekonomi moneter, krisis politik yang melemahkan supremasi
hukum, kesenjangan ekonomi sosial, tidak meratanya pembangunan, mendarah
dagingnya praktek KKN dan buruknya fungsi pelayanan oleh aparat pemerintah.
Era reformasi menggusur era Orde Baru diiharapkan mampu menyelesaikan
berbagai permasalahan di atas dengan tuntas.
Salah satu permasalahan yang menarik untuk dibahas di atas adalah masalah
pelayanan publik. Sudah menjadi rahasia umum bahwa pelayanan di negeri ini
memiliki konotasi yang negatif, seperti lamban, mahal dan banyaknya ketidak
jelasan. Bagaimana perkembangan fungsi pelayanan aparat pemerintah selama
hampir sepuluh tahun bergulirnya era reformasi, adalah suatu hal yang menarik
untuk dibahas.
2
Sebagian berita mengenai pelayanan publik setelah era reformasi adalah
sebagaimana dinyatakan oleh Leo Agustino, dalam harian Pikiran Rakyat 13
Januari 2004, menyampaikan hasil penelitian Center For Population and Policy
studies (CPPS) UGM mengenai buruknya pelayanan aparatur birokrasi yang
dirasakan masih kaku. Penelitian CPPS selanjutnya menyatakan bahwa organisasi
public cenderung kurang tanggap dalam menanggapi keluhan masyarakat.
Selanjutnya, pelayanan publik juga dinilai tidak efisien dan pungli. Berita lainnya
disampaikan Tajuk Suara Pembaruan tertanggal 15 Oktober 2005 yang
menyatakan betapa mahalnya biaya kesehatan dan pendidikan, sebagai salah satu
jenis pelayanan yang seharusnya diperhatikan oleh pemerintah.
Pemerintah tampaknya belum menganggap penting investasi di pendidikan
dan kesehatan. Kebanyakan Pemda sibuk mengurus peraturan untuk mengisi
pendapatan daerahnya.
Selanjutnya, Budiman dari UNY Yogyakarta, dalam tulisannya yang dimuat
dalam Jurnal efisiensi On Line Vol VI No.1 Februari 2006, mengemukakan
bahwa pelayanan publik ini masih buruk, lamban, penuh pungli dan inefisiensi.
Hal ini mudah bagi masyarakat untuk menilai karena rakyat langsung
merasakannya.
Ternyata, berita – berita di atas menunjukan bahwa setelah era reformasi
digulir di negeri ini, kualitas pelayanan publik masih jauh dari memuaskan dan
cenderung buruk. Benarkah semua instansi pemerintah memberikan pelayanan
yang buruk. Bagaimana dengan pelayanan Departemen Agama RI,yang
keberadaannya diwakili oleh Kantor Urusan Agama (KUA) pada setiap wilayah
3
kecamatan. ? Apakah masih mencerminkan kualitas pelayanan publik yang jauh
dari memuaskan?
Berdasarkan informasi dari penelitian terdahulu yang memiliki lokasi di
lingkungan KUA, diperoleh 30 hasil penelitian skripsi dan tesis. Kemudian
dilakukan pemilihan penelitian lanjutan berdasarkan konteks pelayanan publik,
maka ditemukan 4 judul penelitian yang mirip. Satu judul penelitian, yang diteliti
Nurmillah (2005) menyoroti upaya peningkatan pelayanan oleh KUA Kebon
Jeruk. Penelitian ini menjelaskan faktor – faktor pendukung dan penghambat
peningkatan pelayanan. Sayangnya tidak dijelaskan secara kuantitatif, seberapa
efektif keberhasilan upaya peningkatan pelayanan tersebut. Tiga judul lainnya
yang diteliti oleh Juera (2005), Syaadzaly (2006) dan Aisyah (2004) menyoroti
faktor mahalnya biaya menikah di setiap KUA yang mereka teliti. Sayangnya,
mereka sudah mengasumsikan lebih dahulu bahwa biaya menikah memang mahal,
tanpa melalui penelitian atau survey terdahulu yang menunjukan bahwa biaya
menikah memang dirasakan mahal oleh masyarakat. Oleh karena itu perlu
diadakan penelitian yang menyeluruh mengenai penyelenggaraan pelayanan
publik di KUA. Atas dasar inilah maka penelitian ini dilaksanakan oleh peneliti.
Lokus proposal tesis ini dilakukan di KUA Kecamatan Serpong. Dasar
pemilihan untuk melakukan penelitian pada KUA adalah berdasarkan kajian yang
dilakukan, bahwa masih belum ditemui penelitian yang menjadikan KUA sebagai
obyek kajian untuk masalah yang berkaitan dengan penyelenggaraan pelayanan.
Pertimbangan selanjutnya mengenai dipilihnya KUA kecamatan Serpong adalah
didasari pada aspek jumlah pegawai KUA Kecamatan Serpong yang relatif
sedikit. Sehingga hal ini sangat menarik untuk diteliti apakah dengan jumlah
4
pegawai yang relatif sedikit, cukup efektif untuk memberikan pelayanan yang
memuaskan terhadap masyarakat.
Fokus proposal tesis ini adalah penelitian pada dampak kepuasan masyarakat
Kecamatan Serpong melalui pelayanan urusan agama Islam oleh KUA Kecamatan
Serpong. Hal ini didasari keadaan nyata pada pelaksanaan pelayanan publik di
KUA Kecamatan Serpong secara umum yang diamati melalui observasi awal
pada tanggal 11 – 15 Juni 2007 dalam dua hal, yaitu :
1. Masih banyak ditemui di masyarakat Kecamatan Serpong yang tidak mau
berurusan langsung dengan pelayanan KUA Kecamatan Serpong. Mereka
masih mengandalkan pihak ketiga dalam berurusan dengan KUA
Kecamatan Serpong. Tentu saja hal ini menimbulkan pertanyaan, kenapa
masih banyak masyarakat kecamatan Serpong yang tidak mau berurusan
langsung dengan KUA Kecamatan Serpong. Faktor-faktor apa yang
menyebabkan masyarakat enggan melakukan hubungan langsung dengan
KUA Kecamatan Serpong.? Berdasarkan observasi awal ini diperoleh
informasi bahwa faktor keengganan masyarakat disebabkan oleh ketidak
jelasan prosedur pelayanan pernikahan. Ketidak jelasan pelayanan ini
ternyata dirasakan oleh masyarakat Serpong sebagai kekhawatiran.
Sehingga banyak masyarakat Serpong yang memilih untuk tidak berurusan
langsung dengan KUA Kecamatan Serpong. Kebanyakan masyarakat
Kecamatan Serpong tidak mengetahui langkah–langkah pelayanan seperti
bagaimana cara untuk memulai pendaftaran, bagaimana langkah setelah
pendaftaran, dokumen apa saja yang dibutuhkan untuk pendaftaran, dan
5
berapa besar biaya perkawinan yang harus dikeluarkan saat nikah bedol,
atau nikah di luar kantor KUA.
2. Faktor kedua adalah ketidak jelasan harga pelayanan yang harus
dikeluarkan oleh setiap masyarakat pengguna jasa pernikahan, terutama
saat melaksanakan prosesi pernikahan di luar kantor KUA dan di luar jam
kerja KUA. Kebanyakan masyarakat Kecamatan Serpong tidak
mengetahui berapa sesungguhnya biaya resmi yang harus dikeluarkan
dalam penggunaan jasa tersebut. Masyarakat merasa tidak atau belum
pernah diberitahu oleh pihak KUA Kecamatan Serpong, berapa biaya
sesungguhnya dari prosesi pernikahan. Ketidak jelasan ini juga
menimbulkan rasa tidak puas dari sebagian masyarakat yang menganggap
biaya yang harus dikeluarkan oleh mereka, terlalu mahal. Oleh karena itu
pihak KUA Kecamatan Serpong harus melakukan langkah – langkah
sosialisasi untuk menjernihkan permasalahan ini.
3. Pelaksanaan pelayanan publik masih berfokus kepada pelayanan
perkawinan pada masyarakat. Hal ini disebabkan oleh sedikitnya dua
faktor. Faktor pertama adalah ketidak tahuan masyarakat mengenai fungsi
sebenarnya dari KUA kecamatan Serpong yang sebetulnya tidak hanya
melayani urusan perkawinan saja, melainkan juga urusan keagamaan Islam
lainnya, seperti zakat wakaf, pangan halal, ibadah sosial, kemesjidan atau
lainnya. Faktor kedua adalah keterbatasan sumber daya, baik sumber daya
manusia ataupun finansial yang menyebabkan, bidang–bidang urusan lain
selain perkawinan kurang berkembang.
6
Untuk menjawab permasalahan di atas, perlu dilakukan penelitian secara lebih
komprehensif lebih dahulu mengenai bagaimana kualitas pelayanan publik dan
harga pelayanan publik di KUA Kecamatan Serpong. Hal ini penting untuk dapat
dijadikan sumber rujukan bagi instansi pemerintah terkait, yaitu Departemen
Agama. Secara ideal selanjutnya kedua hal tersebut dicari tahu apakah mampu
memberikan dampak terhadap tingkat kepuasan masyarakat.
Kualitas pelayanan bisa dilihat dari teori Zeithaml (2000:82), yaitu dengan
mempertimbangkan lima faktor. Faktor pertama adalah tangible atau sarana fisik,
kedua adalah Reliability atau keandalan untuk menyediakan pelayanan, ketiga
adalah responsiveness atau kesanggupan memberikan pelayanan cepat dan tepat,
yang keempat adalah assurance atau keramahan dan sopan santun yang
meyakinkan kepercayaan konsumen dan yang kelima adalah emphaty atau sikap
penuh perhatian terhadap konsumen. Berdasarkan kajian awal yang dikaitkan
dengan teori Zeithaml (2000:82), maka kualitas pelayanan di KUA kecamatan
Serpong memiliki permasalahan di tangibles atau sarana kerja yang masih belum
optimal, reliability atau perhatian pegawai terhadap masyarakat yang belum
optimal dan assurance atau kekurang - mudahan pegawai untuk dihubungi.
Sementara itu, berhubungan dengan harga suatu pelayanan, mengacu pada
konsep Kotler (1997: 34), yang melihat empat faktor penting dalam harga
pelayanan, yaitu moneter, waktu, tenaga dan psikis. Penetapan harga dalam
pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah, menurut Kotler (1997:110)
seharusnya juga didasari oleh pertimbangan sosial ekonomi masyarakat sebagai
konsumennya. Berdasarkan konsep inilah dicoba diukur harga pelayanan yang
diberikan oleh KUA Kecamatan Serpong.
7
Tingkat kepuasan masyarakat dalam penelitian ini mengutip dari Giese dan
Cote (2000) yang menjelaskan pendapat Oliver (1997) bahwa definisi kepuasan
konsumen mengacu pada literatur emosi.Dalam konsep ini dijelaskan bahwa
semua orang mengetahui arti kepuasan konsumen adalah sampai diminta untuk
memberikan definisi. Lebih lanjut Giese dan Cote (2000) juga menyampaikan
definisi lain dari Cadotte, Woodruff, Jenkins, Halstead, Hartman dan Schmidt,
bahwa kepuasan konsumen juga berarti melihat respon afektif dari konsumen.
Atas dasar inilah maka konsep kepuasan masyarakat dinilai. Walaupn sebetulnya
telah dikenal konsep kepuasan masyarakayt yang populer melalui Kotler
(1997:36), Aritonang (2005:138), Engel (1990) dan Pawitra (1993) (dalam
Gerson,2001:24), serta Gerson (2001:5), yaitu bahwa kepuasan pelanggan terjadi
bila produk atau jasa memenuhi atau melampaui harapan pelanggan, diperoleh
gambaran bahwa tingkat kepuasan tampaknya belum optimal.
Maka dapat disimpulkan bahwa penelitian berkaitan dengan pelayanan publik
pada KUA Kecamatan Serpong sangat perlu dilakukan karena hingga saat ini
belum ditemukan penelitian yang terkait dengan permasalahan ini pada KUA
kecamatan ini, terutama yang membahasan mengenai keterkaitan antara kualitas
pelayanan, harga pelayanan dan kepuasan masyarakat.
B. PERUMUSAN MASALAH
Dari penjelasan di atas nampak terlihat banyak persoalan yang terkait satu
dengan lainnya dan menjadi sangat kompoleks untuk dibahas dan tidak mudah
untuk diselesaikan. Atas dasar tersebut, maka penelitian ini dilakukan
8
pembatasan–pembatasan penelitian yang diuraikan dalam bentuk rumusan
masalah penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana pengaruh kualitas pelayanan terhadap tingkat kepuasan
masyarakat ?
2. Bagaimana pengaruh harga pelayanan terhadap tingkat kepuasan
masyarakat ?
3. Bagaimana pengaruh kualitas pelayanan dan harga pelayanan terhadap
tingkat kepuasan masyarakat ?
C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan dengan maksud untuk meneliti secara ilmiah
mengenai pengaruh kualitas penyelenggaraan pelayanan dan harga pelayanan
serta dampaknya terhadap tingkat kepuasan masyarakat. Secara khusus, penelitian
ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui seberapa besar pengaruh antara kualitas pelayanan terhadap
tingkat kepuasan masyarakat.
2. Mengetahui seberapa besar pengaruh antara harga pelayanan terhadap
tingkat kepuasan masyarakat.
3. Mengetahui pengaruh kualitas pelayanan dan harga pelayanan terhadap
tingkat kepuasan masyarakat.
9
D. KEGUNAAN PENELITIAN
1. Kegunaan Akademis
Untuk menambah khazanah ilmu bagi penelitian selanjutnya yang
berkaitan dengan tingkat kualitas pelayanan dan harga pelayanan serta
kepuasan masyarakat pada pelaksanaan pelayanan publik Kantor Urusan
Agama atau KUA, yang merupakan bagian integral dalam ilmu
Adninistrasi Publik.
2. Kegunaan praktis
Sebagai bahan pertimbangan teknis bagi departemen Agama RI dalam
penyusunan perencanaan dan evaluasi pengembangan pada KUA,
terutama dengan hal – hal yang berkaitan dengan kualitas pelayanan dan
harga pelayanan serta kepuasan masyarakat.
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KAJIAN TEORI
1. Kualitas Pelayanan
Kualitas menurut Tjiptono (1998:51) adalah ukuran kebaikan suatu produk
atau jasa yang terdiri atas kualitas disain dan kualitas kesesuaian. Namun menurut
Total Quality Management (TQM), kualitas dapat dipandang secara lebih luas, di
mana tidak hanya aspek hasil saja yang ditekankan, melainkan juga proses,
lingkungan dan manusia.
Goetsh dan Davis (Tjiptono, 1998:51) menyatakan kualitas adalah suatu
kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, prosesdan
lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Selanjutnya perspektif kualitas
menurut Garvin dalam Tjiptono (1998:53) terbagi dalam lima pendekatan, yaitu :
a. Transcendental approach, yang berarti dapat dirasakan atau diketahui,
tetapi sulit didefinisikan atau dioperasionalkan.
b. Product-based approach, atau berarti karakteristik atau atribut yang
dapat dikuantitatifkan dan dapat diukur.
c. User based-approach, adalah bergantung pada cara orang
memandangnya dan bernilai subyektifitas yang tinggi.
d. Manufacturing-based approach, atau memperhatikan kesesuaian atau
sama dengan persyaratan melalui standar – standar tertentu.
11
e. Value-based approach, yaitu melihat dari segi nilai dan harga.
Mempertimbangkan trade off antara kinerja dan harga. Barang
berkualitas belum tentu bernilai, namun definisi bernilai adalah yang
paling tepat dibeli.
Pelayanan menurut kamus besar bahasa Indonesia (1988) adalah cara
melayani, jasa, atau kemudahan yang diberikan sehubungan dengan jual beli
barang atau jasa. Pelayanan menurut Pass et all (1994) dalam kamus bisnis
lengkap Collins adalah aktivitas ekonomi yang dilakukan untuk memenuhi
kebutuhan bisnis atau pribadi. Definisi pelayanan menurut Kotler dalam Nasution
(2005:98) adalah aktifitas atau manfaat yang ditawarkan oleh satu pihak kepada
pihak lain yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak menghasilkan
kepemilikan apapun. Produknya mungkin terikat atau tidak terikat pada produk
fisik.
Moenir (1992:16) menyatakan bahwa pelayanan adalah suatu proses
penggunaan akal pikiran, panca indera dan anggota badan dengan atau tanpa alat
bantu yang dilakukan oleh seseorang untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan
baik dalam bentuk barang maupun jasa.
Pelayanan, atau seperti yang diungkapkan Kotler dalam Tjiptono (1998:6)
adalah setiap tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak
kepada pihak lainyang pada dasarnya bersifat intangible (tidak berwujud fisik)
dan tidak menhasilkan kepemilikan sesuatu. Produksi jasa bisa berhubungan
dengan produk fisik maupun tidak.
12
Lebih lanjut Moenir (1992:18) menjelaskan bahwa makna pelayanan memiliki
arti luas, yang menyangkut segala usaha yang dilakukan oleh seseorang dalam
rangka mencapai tujuan. Kemudian Moenir (1992:18) memberikan sebuah contoh
untuk menjelaskan definisi pelayanan sebagai berikut :
“Seseorang yang sebutlah bernama A memerlukan surat keterangan tentang
jati diri sebagai pegawai di suatu perusahaan bernama X. Kemudian seseorang,
sebutlah bernama B adalah salah seorang petugas yang berwenang di perusahaan
X dimaksud dalam memproses atau membuat surat keterangan yang diperlukan A
tersebut. Dalam hal ini, apa yang dilakukan B terhadap A inilah disebutkan
sebagai pelayanan.”
Moenir (1992:21) membagi pelayanan secara umum menjadi dua jenis utama,
yaitu :
a. Layanan fisik yang sifatnya pribadi sebagai manusia.
b. Layanan administratif yang diberikan oleh orang lain selaku anggota
organisasi (organisasi massa atau organisasi negara)
Karakteristik pelayanan seperti dinyatakan Tjiptono (1998:15-18) memiliki
empat aspek yaitu :
a. Intangibility atau tidak memiliki wujud.
b. Inseparibility atau bersifat dijual lebih dahulu, baru dipakai dan diproduksi
secara bersamaan.
c. Variability atau memiliki banyak variasi bentuk, kualitas dan jenis.
Bergantung pada siapa, kapan dan di mana jasa tersebut dihasilkan.
d. Perishability atau merupakan komoditas yang tidak tahan lama dan tidak
dapat disimpan.
Pelayanan, atau oleh Batinggi (2005:1.3) disebut sebagai Pelayanan Umum,
lahir karena adanya kepentingan Umum. Pelayanan umum bukanlah tujuan,
melainkan suatu proses untuk mencapai sasaran tertentu yang ditetapkan.
13
Pelayanan, menurut Batinggi (2005:1.3) adalah katalisator yang mempercepat apa
yang ingin atau seharusnya dicapai. Pelayanan, menurut Batinggi (2005:1.17)
terdiri atas empat faktor, yaitu :
a. Sistem, prosedur, metode
b. Personel, terutama ditekankan pada perilaku aparatur
c. Sarana dan prasarana
d. Masyarakat sebagai pelanggan
Kualitas pelayanan atau jasa menurut Gummeson dalam Ratminto (2006:98)
memiliki empat sumber, yaitu :
a. Design quality; atau bergantung waktu pertama jasa didesain untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan.
b. Production quality, atau bergantung pada kerjasama antara departemen
produksi dan departemen pemasaran.
c. Delivery quality, atau berkaitan dengan janji perusahaan kepada
pelanggan.
d. Relationship quality, atau berhubungan dengan professional dan sosial
antara perusahaan dengan stakeholder (pelanggan, pemasok, agen,
pemerintah dan karyawan perusahaan )
Johnston dan Silvestro dalam Tjiptono (1998:99) membagi kualitas pelayanan
dalam tiga kelompok faktor besar, yaitu :
a. Hygene factors; yaitu faktor – faktor yang diharapkan pelanggan dan
harus ada kesesuaian.
b. Enhancing factors, yaitu faktor – faktor yang menyebabkan pelanggan
menjadi puas.
14
c. Dual threshold factors, yaitu faktor – faktor yang bila tidak ada atau tidak
tepat penyampaiannya akan membuat pelanggan tidak puas.
Prinsip – prinsip kualitas pelayanan, menurut Ratminto (2006:19-20) meliputi
kesederhanaan, kejelasan, kepastian waktu, akurasi, keamanan, tanggung jawab,
kelngkapan sarana dan prasarana, kemudahan akses, kedisiplinan, kesopanan dan
keramahan serta kenyamanan.
Pelayanan yang berdaya guna, menurut Batinggi (2005) diperlukan penerapan
prinsip – prinsip pelayanan sebagai berikut :
a. Proses dan prosedur ditetapkan lebih awal
b. Semua pihak harus mengetahui dan memahami prosedur tersebut.
c. Disiplin bagi pelaksana untuk menaati prosedur tersebut.
d. Perlunya peninjauan prosedur oleh pimpinan dan sewaktu – waktu dapat
dirubah apabila perlu
e. Perlu penciptaan iklim yang kondusif bagi pengembangan budaya
organisasi untuk penciptaan kualitas layanan.
f. Kualitas berarti pemenuhan keinginan, kebutuhan dan selera konsumen.
g. Setiap orang dalam organisasi merupakan partner dengan orang lainnya.
Hakikat kualitas pelayanan publik menurut Keputusan Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63 tahun 2004, dalam Ratminto
(2006:19-20) adalah pemberian pelayanan prima kepada masyarakat yang
merupakan perwujudan kewajiban aparatur pemerintah sebagai abdi masyarakat,
yang berasaskan kepada:
a. Transparansi atau memiliki sifat keterbukaan.
b. Akuntabilitas, atau dapat dipertanggung jawabkan.
15
c. Kondisional, atau sesuai dengan kondisi untuk memenuhi prinsip efisiensi
dan efektifitas.
d. Partisipatif, yang berarti mendorong peran serta masyarakat.
e. Kesamaan hak atau tidak diskriminatif.
f. Keseimbangan hak dan tanggung jawab, antara pihak pemberi pelayanan
dan pihak penerima pelayanan.
Selanjutnya, Ratminto (2006:28) menyatakan bahwa hendaknya setiap
penyelenggara pelayanan melakukan survey indeks kepuasan masyarakat secara
berkala. Hal ini penting untuk meningkatkan dan menjaga kualitas pelayanan agar
tetap pada tingkat yang baik, bahkan memuaskan.
Pengukuran kualitas pelayanan, menurut Amin (2007:89) yang mengutip
Zeithaml et al (1990) dan Horwitz and Neville (1996) memiliki beberapa kriteria,
yaitu :
a. Tangibles, penampilan fisik dari organisasi
b. Reliability, kemampuan memberikan pelayanan yang akurat
c. Responsiveness, kemampuan segera melakukan pelayanan
d. Assurance, menanamkan keyakinan dan kepercayaan pada konsumennya
e. Emphaty, memberikan perhatian secara pribadi
2. Harga Pelayanan
Setiap organisasi menetapkan harga atas produk atau pelayanan (jasa) yang
mereka hasilkan. Harga dalam kenyataan keseharian bisa berarti uang sewa suatu
rumah kontrakan atau indekos, uang kuliah pada suatu perguruan tinggi, ongkos
16
naik kendaraan umum tertentu, tarif tol, premi suatu produk asuransi atau gaji
pegawai suatu perusahaan.
Harga, menurut Tjiptono (2002:151) merupakan komponen yang sangat
penting bagi kelangsungan suatu organisasi karena harga berpengaruh langsung
terhadap laba perusahaan. Penentuan harga dipengaruhi oleh pendapatan total dan
biaya total. Harga juga merupakan indikator nilai, karena berhubungan dengan
manfaat langsung yang dirasakan oleh konsumen.
Peranan penting harga, dijelaskan Tjiptono (2002:152) sebagai alokasi harga
yang membantu pembeli untuk memutuskan manfaat sebelum membeli. Kedua,
peran informasi yang mendidik konsumen dalam mengenali faktor-faktor produk.
Harga suatu pelayanan ditentukan oleh banyak faktor. Menurut Boarden
(2001: 252-255), terdapat lima faktor penting dalam keputusan penentapan harga,
yaitu :
a. Ongkos.
Ongkos meliputi biaya produksi untuk pembuatan produk mulai dari bahan
mentah hingga bahan jadi dan pengemasannya, termasuk juga biaya
promosi
b. Konsumen.
Dalam aspek ini melibatkan bagaimana harapan dan keinginan dari
konsumen mengenai produk atau pelayanan yang akan diberikan kepada
mereka.
c. Jalur ditribusi.
17
Proses perjalanan produk dari penjual hingga diterima oleh konsumen
merupakan faktor penting untuk menentukan harga karena pada proses ini
membutuhkan biaya.
d. Kompetisi
Faktor dari harga yang ditetapkan oleh kompetitor akan sangat
mempengaruhi keadaan pasar. Oleh karena itu harga dari kompetitor harus
menjadi bahan pertimbangan untuk menentukan harga. Karena jika harga
kita terlalu tinggi, maka akan mempengaruhi angka penjualan.
e. Kesesuaian dengan tujuan organisasi.
Penentuaan harga juga dipengaruhi oleh bagaimana tujuan organisasi. Jika
organisasi menetapkan citra dirinya sebagai perusahaan yang elegan dan
mewah, maka kebijakan harga yang rendah sebaiknya harus dihindari,
karena akan merusak citra perusahaan.
Selanjutnya, Kotler (1997:109) menjelaskan bahwa untuk menetapkan harga
membutuhkan enam langkah, yaitu
a. Memilih tujuan penetapan harga.
b. Menentukan permintaan.
c. Memperkirakan biaya.
d. Menganalisisi biaya, harga dan penawaran bersaing.
e. Memilih metode penetapan harga
f. Memilih harga akhir.
Strategi penetapan harga menurut Mc Carthy dan Perreault (1995) dalam
Tjiptono (2002:171-173) dilakukan dengan dua cara, yaitu cara Skimming price
18
dan penetration price. Skimming price berarti penetapan harga yang tinggi di awal
produk itu dipasarkan. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi jika sewaktu-waktu
harga akan diturunkan karena pengaruh pasar. Kedua, penetration price, yaitu
menetapkan harga murah di awal produk itu dipasarkan dengan maksud untuk
mendapatkan sebanyak mungkin konsumen yang membeli. Selanjutnya oleh
Tjiptono (2002:174) dijelaskan bahwa perubahan harga akan dipengaruhi oleh
lingkungan pemasaran dan pergeseran permintaan oleh konsumen.
Penetapan harga dalam pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah,
menurut Kotler (1997:110) didasari oleh pertimbangan sosial yang disesuaikan
berdasarkan keadaan ekonomi masyarakat sebagai konsumennya.
Harga, menurut Kotler (19997:34), bukan hanya melibatkan besaran moneter,
melainkan juga harga waktu, tenaga dan psikis. Berdasarkan konsep harga inilah
dicoba diukur harga pelayanan yang diberikan oleh KUA Kecamatan Serpong.
3. Kepuasan Masyarakat
Kepuasan pelanggan, menurut Day dalam Tse dan Wilton ( dalam Tjiptono
1998:146) adalah respon pelanggan terhadap evaluasi ketidak sesuaian atau
diskonfirmasi yang dirasakan antara harapan sebelumnya (atau norma kinerja
lainnya) dan kinerja aktual setelah pemakaiannya.
Selanjutnya, Engel et al ( dalam Tjiptono 1998 : 147) menyatakan bahwa
kepuasan pelanggan adalah evaluasi purnabeli, di mana alternatif yang dipilih
sekurang –kurangnya memberikan hasil (outcome) sama atau melampaui harapan
pelanggan, sedangkan ketidak puasan timbul apabila hasil yang diperoleh tidak
memenuhi harapan pelanggan.
19
Aritonang (2005:2) menjelaskan bahwa kepuasan pelanggan adalah penilaian
pelanggan terhadap apa yang diharapkannya dengan membeli dibandingkan
dengan persepsinya terhadap kinerja yang diterima. Jika harapan lebih besar
dibandingkan dengan kinerja, maka yang diperoleh adalah ketidak puasan. Jika
kinerja lebih besar dibandingkan dengan harapan, maka pelanggan akan
mendapatkan kepuasan.
Boarden dkk (2001: 95) menjelaskan bahwa kepuasan pelanggan
berhubungan dengan diskonfirmasi antara harapan dan kenyataan kinerja
pelayanan
Kemudian Kotler (1994) dalam Tjiptono (1998:147) mengungkapkan bahwa
kepuasan pelanggan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan
kinerja (atau hasil ) yang ia rasakan dibandingkan dengan harapannya.
Nasution (2005:48) juga mendefinisikan kepuasan pelanggan sebagai suatu
keadaan di mana kebutuhan, keinginan dan harapan pelanggan dapat terpenuhi
melalui produk yang dikonsumsi. Nasution (2005:49) juga mengutip pernyataan
Band (1971) yang menyatakan bahwa kepuasan pelanggan adalah perbandingan
antara kualitas dari barang atau jasa yang dirasakan, dengan keinginan, kebutuhan
dan harapan pelanggan. Hal ini selanjutnya ditandai dengan timbulnya pembelian
ualng dan kesetiaan.
Pendapat Oliver (1997) dalam Nasution (2005:50), yaitu ” Satisfaction is the
customer’s fulfillment response. It is a judgement that a product or service
feature, or the product or sevice itself. Provided (or is providing) a pleasurable
level of consumption related fulfillment including level of under or over
fulfillments”
20
Pendapat yang diungkapkan para ahli di atas menunjukan kemiripan, bahwa
kepuasan pelanggan berkaitan erat dengan dua faktor, yaitu harapan pelanggan
dan kinerja yang diterima. Secara matematis, Nasution (2005:48) menjelaskan
bahwa: X
Z = -----------
Y
Dengan, Z sebagai kepuasan pelanggan, X sebagai kualitas kinerja yang dirasakan
pelanggan dan Y sebagai harapan dari pelanggan.
Apabila harga Z lebih besar dari 1, maka pelanggan akan mendapatkan
kepuasan. Apabila harga Z lebih kecil dari 1, maka pelanggan akan mendapatkan
ketidak puasan.
Namun menurut Giese dan Cote (2000) definisi mengenai kepuasan
konsumen sangat banyak, selain definisi di atas. Bukan hanya berkaitan dengan
teori hubungan antara harapan dan kenyataan atau respon evaluatif, melainkan
juga banyak hal. Giese dan Cote (2000) di antaranya menjelaskan definisi lain
seperti dijelaskan oleh Halstead, Hartman dan Schmitd tentang respon afektif,
atau Howard dan Sheth tentang pernyataan psikologis, atau konsep Bolton dan
Drew tentang respon kognitif.
Abdelayem dkk (2007) juga menambahkan bahwa kepuasan pelanggan
ditandai dengan keinginan kembali untuk membeli atau menggunakan jasa itu
kembali. Hal ini juga berarti ada keinginan dari pelanggan tersebut untuk
memberitahukan kepada orang lain atau merekomendasikan untuk menggunakan
produk atau jasa dari perusahaan atau instansi tertentu.
21
Cara meningkatkan kepuasan menurut Foster (2001:1) secara garis besar
meliputi tujuh hal, yaitu :
a. Meningkatkan pelayanan kepada pelanggan.
b. Meningkatkan kualitas diri anda
c. Mempertahankan hubungan dengan pelanggan anda
d. Memelihara proses bisnis anda.
e. Merealisasikan komunikasi anda.
f. Menggalang hubungan yang baik antar karyawan.
g. Memperbaiki citra anda.
Berdasarkan uraian Foster di atas maka dapat disimpulkan bahwa kualitas
pelayanan yang mumpuni tidak serta merta dapat meningkatkan kepuasan
pelanggan.
Kemudian Gerson (2001:3) menyatakan teori mengenai pengukuran kepuasan
pelanggan, yaitu sebagai persepsi pelanggan bahwa harapannya telah terpenuhi
atau terlampaui. Gerson (2001:5) juga menyatakan bahwa bila suatu produk atau
jasa memenuhi atau melampaui harapan pelanggan, biasanya pelanggan merasa
puas.
Gerson juga menyatakan (dalam Amin 2007:113) terdapat lima dimensi yang
mempengaruhi kepuasan pelanggan, yaitu :
a. Kecepatan pelayanan; dilihat dari kecepatan memberikan tanggapan,
penyelesaian masalah dan pengambilan keputusan.
b. Keramahan karyawan; dilihat dari perilaku sopan santun, tutur kata,
penampilan yang menarik.
22
c. Pengetahuan karyawan; mampu menjelaskan dengan memuaskan,
memberikan advokasi dan alternatif solusi
d. Jumlah pelayanan yang tersedia; yaitu rasio rasio tempat layanan
dengan yang dilayani atau rasio junlah aparat dengan yang dilayani
e. Tampilan formalitas; dilihat dari ketersediaan sarana pendukung,
kerapihan dan kenyamanan tempat kerja
Metode penilaian kepuasan pelanggan secara sederhana dilakukan dengan
metode survey melalui pengisian jawaban kuisioner dari sangat tidak puas hingga
sangat puas.
Metode pengukuran kepuasan pelanggan, menurut Kotler seperti dijelaskan
oleh Tjiptono (2000:148) adalah :
a. Sistem saran
b. Survey kepuasan pelanggan; yang dilaksanakan secara langsung melalui
tingkat puas/tidak puas, atau melalui pencarian ketidak puasan, analisis
masalah atau analisis kepentingan.
c. Belanja siluman; yang berarti perusahaan mengutus karyawannya untuk
menjadi pembeli produknya dan mencatat berbagai informasi sebagai
masukan untuk menilai kepuasan pelanggan.
d. Analisis kehilangan pelanggan.
B. KERANGKA BERPIKIR
Penggunaan konsep bisnis dalam ranah birokrasi telah lama dilakukan dalam
pelaksanaan administrasi Publik. Nugraha (2007:1.28) menyatakan bahwa
organisasi publik memang telah sukses pada awalnya. Namun setelah era tahun
23
1950 dan 1960 mulai terlihat kegagalan organisasi birokrasi yang ditunjukan
dengan timbulnya ketidak efisienan, kaku, lamban dan bertele – tele. Hal ini
disebabkan karena konsepsi dirinya yang sentralistis, formal, sistem komando dan
aturan. Selanjutnya terjadi proses adopsi praktek manajemen bisnis ke dalam
sektor publik, yang dikenal sebagai New Public Management (NPM), dengan
tujuan agar kegagalan organisasi birokrasi di atas dapat diatasi. Maka sejumlah
teori manajemen bisnis selanjutnya digunakan oleh pakar administrasi untuk
melakukan penilaian terhadap organisasi publik, termasuk dalam konsep
pelayanan dan kepuasan pelanggan yang menjadi kepuasan masyarakat.
Pengukuran kualitas dan harga pelayanan serta kepuasan masyarakat sangat
penting, sebab dapat digunakan untuk menilai seberapa jauh pelayanan yang
diberikan oleh organisasi dalam memenuhi harapan dan memuaskan pengguna
jasa.
Penelitian ini dilakukan, yaitu pertama dilihat dari aspek penilaian kualitas
pelayanan berdasarkan kriteria yang dinyatakan oleh Zeithaml et al (2000).
Kedua, dari aspek Harga, yang bukan hanya melibatkan faktor moneter,
melainkan juga faktor waktu, tenaga dan psikis, berdasarkan Kotler (1997:34).
Kemudian kedua hasil pengukuran di atas dibandingkan dengan kepuasan
masyarakat pengguna jasa, berdasakan penilaian tingkat kepuasan berdasarkan
konsep Cadotte, Woodruff, Jenkins, Halstead, Hartman, Schmitdt, Westbrook dan
Reilly (dalam Giese dan Cote :2000) mengenai respon afektif..
24
C. DEFINISI OPERASIONAL
Pada penelitian ini digunakan 3 (tiga) variabel, terdiri dari 2 variabel bebas
dan 1 variabel terikat. Variabel bebas adalah kualitas pelayanan dan harga
pelayanan. Sedangkan variabel terikat adalah kepuasan masyarakat (Y).
Lebih lanjut, variabel operasional ketiganya didefinisikan sebagai berikut :
1. Kualitas Pelayanan
Variabel Kualitas pelayanan dalam penelitian ini adalah variabel bebas kedua
yang didefinisikan berdasarkan pernyataan Zeithaml et.al (2000:82) yang
menggunakan dimensi dengan indikatornya adalah sebagai berikut :
a. Tangibles, Memiliki indikator berupa sarana fisik perkantoran,
administrasi, ruang tunggu, tempat informasi dan sebagainya.
b. Reliability, dengan indikator adalah Kemampuan dan keandalan untuk
menyediakan pelayanan yang terpercaya.
c. Reponsiveness, mempunyai indikator adalah Kesanggupan untuk
membantu dan menyediakan pelayanan secara cepat dan tepat serta
tanggap terhadap keinginan konsumen.
d. Assurance, dengan indikatornya adalah Kemampuan dan keramahan serta
sopan santun pegawai dalam meyakinkan kepercayaan konsumen.
e. Emphaty, memiliki indikator adalah Sikap tegas tetapi penuh perhatian
dari pegawai terhadap konsumen.
25
2. Harga Pelayanan
Variabel harga pelayanan dalam penelitian ini adalah variabel bebas kedua
yang didefinisikan berdasarkan pernyataan Kotler (1997:34) yang menggunakan
dimensi dengan indikatornya adalah sebagai berikut :
a. Harga Moneter, Memiliki indikator berupa harga pelayanan, ongkos
menuju ke pelayanan.
b. Harga waktu, dengan indikator adalah lama waktu yang dibutuhkan
(antrian) untuk mendapatkan pelayanan dan lama waktu pelayanan.
c. Harga Tenaga, dengan indikator Tingkat kelelahan untuk mendapatkan
pelayanan, Tingkat kelelahan saat mendapat pelayanan.
d. Harga Psikis, dengan indikatornya adalah tingkat kesulitan dalam
memenuhi persyaratan pelayanan dan tingkat kesulitan dalam menjalankan
prosedur pelayanan.
3. Kepuasan Masyarakat
Pengukuran variabel kepuasan pelanggan, Tingkat kepuasan masyarakat
dalam penelitian ini didasari pada konsep yang dikutip dari Giese dan Cote
(2000) yaitu, penilaian tingkat kepuasan berdasarkan konsep Cadotte,
Woodruff, Jenkins, Halstead, Hartman, Schmitdt, Westbrook dan Reilly
dilakukan melalui respon afektif dari konsumen atau masyarakat yang
mendapatkan pelayanan. (dalam Giese dan Cote :2000) mengenai respon
afektif. Kepuasan masyarakat juga dinilai sebagai proses, oleh karena itu
maka penilaian berdasarkan tahapan –tahapan dilakukan, mulai dari sebelum,
saat dan setelah pelayanan serta keinginan untuk merekomendasikan
26
berdasarkan pendapat Abdelayem (2007). Untuk lebih jelasnya, maka
diungkapkan faktor – faktor atau dimensi – dimensinya dan indikator –
indikatornya itu adalah sebagai berikut:
a. Sebelum pelayanan
Dengan indikator : citra, kepercayaan, keinginan untuk dilayani
b. Saat mendapat pelayanan
Dengan indikator: sikap saat mulai mendapatkan pelayanan, kesan saat
pelayanan dan tindakan yang sering dilakukan saat pelayanan
c. Setelah mendapat pelayanan
Dengan indikator : kesan setelah pelayanan, sikap terhadap kesalahan,
pandangan terhadap instansi
d. Rekomendasi
Dengan indikator: Perbandingan dengan KUA lain, sikap terhadap
orang lain yang berfikir negatif terharap KUA, yang ragu terhadap
KUA dan meminta bantuan untuk berurusan dengan KUA
Penulisan kuisionernya dibuat sedemikian rupa sehingga bisa memancing
respon afektif dari para pengisi kuisioner. Oleh karena itu jawaabn yang
berbeda – beda untuk setiap item pertanyaan diterapkan. Namun tetap
memperhatikan faktor penilaian, yaitu nilai terendah (1) menunjukan sangat
tidak puas dan nilai tertinggi (5) menunjukan sangat puas
27
BAB III
METODE PENELITIAN
A. DESAIN PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan berdasarkan metode deskriptif. Menurut Nazir (1988:
63) definisi metode deskriptif adalah metode dalam meneliti status sekelompok
manusia, suatu obyek, suatu set, kondisi, suatu sistem pemikiran atau kelas
peristiwa pada masa sekarang yang bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran
atau lukisan sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta –fakta, sifat – sifat,
serta hubungan fenomena yang diselidiki.
Metode deskriptif pada penelitian ini termasuk penelitian desktiptif survey.
Metode survey, menurut Nazir (1988: 65) berarti penyelidikan yang dilakukan
terhadap keadaan dan praktek – praktek yang sedang berlangsung, pada waktu
yang bersamaan terhadap sejumlah individu atau unit. Dilakukan secara sensus
atau menggunakan sampel.
Selanjutnya, berdasarkan permasalahannya, maka konstelasi masalah
penelitian yang diungkapkan dalam bahasa statistik adalah :
a. Terdapat pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan masyarakat.(YX1)
dan bagaimana cara menentukan kualitas pelayanan tersebut.
b. Terdapat pengaruh harga pelayanan terhadap kepuasan masyarakat. (YX2)
dan bagaimana cara menentukan harga pelayanan tersebut.
28
Gambar 3.1 Model Penelitian
Kualitas Pelayanan (X1)
YX1
YX1YX2 Kepuasan masyarakat (Y)
YX2
Harga pelayanan (X2)
Pada penelitian ini digunakan 3 (tiga) variabel, terdiri dari 2 variabel bebas
dan 1 variabel terikat. Variabel bebas adalah kualitas pelayanan dan harga
pelayanan. Sedangkan variabel terikat adalah kepuasan masyarakat (Y).
Lebih lanjut, variabel operasional ketiganya didefinisikan sebagai berikut :
1. Kualitas Pelayanan
Variabel Kualitas pelayanan dalam penelitian ini adalah variabel bebas kedua
yang didefinisikan berdasarkan pernyataan Zeithaml et.al (2000:82) yang
menggunakan dimensi dengan indikatornya adalah sebagai berikut :
a. Tangibles, Memiliki indikator berupa sarana fisik perkantoran,
administrasi, ruang tunggu, tempat informasi dan sebagainya.
b. Reliability, dengan indikator adalah Kemampuan dan keandalan
untuk menyediakan pelayanan yang terpercaya.
29
c. Reponsiveness, mempunyai indikator adalah Kesanggupan untuk
membantu dan menyediakan pelayanan secara cepat dan tepat serta
tanggap terhadap keinginan konsumen.
d. Assurance, dengan indikatornya adalah Kemampuan dan
keramahan serta sopan santun pegawai dalam meyakinkan
kepercayaan konsumen.
e. Emphaty, memiliki indikator adalah Sikap tegas tetapi penuh
perhatian dari pegawai terhadap konsumen.
2. Harga Pelayanan
Variabel harga pelayanan dalam penelitian ini adalah variabel bebas kedua
yang didefinisikan berdasarkan pernyataan Kotler (1997:34) yang menggunakan
dimensi dengan indikatornya adalah sebagai berikut :
a. Harga Moneter, Memiliki indikator berupa harga pelayanan, ongkos
menuju ke pelayanan.
b. Harga waktu, dengan indikator adalah lama waktu yang dibutuhkan
(antrian) untuk mendapatkan pelayanan dan lama waktu pelayanan.
c. Harga Tenaga, dengan indikator Tingkat kelelahan untuk mendapatkan
pelayanan, Tingkat kelelahan saat mendapat pelayanan.
d. Harga Psikis, dengan indikatornya adalah tingkat kesulitan dalam
memenuhi persyaratan pelayanan dan tingkat kesulitan dalam menjalankan
prosedur pelayanan.
30
3. Kepuasan Masyarakat
Pengukuran variabel kepuasan pelanggan, Tingkat kepuasan masyarakat
dalam penelitian ini didasari pada konsep yang dikutip dari Giese dan Cote
(2000) yaitu, penilaian tingkat kepuasan berdasarkan konsep Cadotte,
Woodruff, Jenkins, Halstead, Hartman, Schmitdt, Westbrook dan Reilly
dilakukan melalui respon afektif dari konsumen atau masyarakat yang
mendapatkan pelayanan. (dalam Giese dan Cote :2000) mengenai respon
afektif. Kepuasan masyarakat juga dinilai sebagai proses, oleh karena itu
maka penilaian berdasarkan tahapan –tahapan dilakukan, mulai dari sebelum,
saat dan setelah pelayanan serta keinginan untuk merekomendasikan
berdasarkan pendapat Abdelayem (2007). Untuk lebih jelasnya, maka
diungkapkan faktor – faktor atau dimensi – dimensinya dan indikator –
indikatornya itu adalah sebagai berikut:
a. Sebelum pelayanan
Dengan indikator : citra, kepercayaan, keinginan untuk dilayani
b. Saat mendapat pelayanan
Dengan indikator: sikap saat mulai mendapatkan pelayanan, kesan saat
pelayanan dan tindakan yang sering dilakukan saat pelayanan
c. Setelah mendapat pelayanan
Dengan indikator : kesan setelah pelayanan, sikap terhadap kesalahan,
pandangan terhadap instansi
d. Rekomendasi
31
Dengan indikator: Perbandingan dengan KUA lain, sikap terhadap
orang lain yang berfikir negatif terharap KUA, yang ragu terhadap
KUA dan meminta bantuan untuk berurusan dengan KUA
Penulisan kuisionernya dibuat sedemikian rupa sehingga bisa memancing
respon afektif dari para pengisi kuisioner. Oleh karena itu jawaabn yang
berbda – beda untuk setiap item pertanyaan diterapkan. Namun tetap
memperhatikan faktor penilaian, yaitu nilai terendah (1) menunjukan sangat
tidak puas dan nilai tertinggi (5) menunjukan sangat puas
32
Tabel 3.1 Kisi – Kisi Operasionalisasi Variabel
NO VARIABEL DIMENSI INDIKATOR INSTRUMEN
1 Kualitas
Pelayanan
a. Tangble
b.Reliabilitas
c. Responsif
d. Assurance
e. Empathy
1. Kelengkapan fasilitas fisik
2. Ketersediaan peralatan pelayanan
3. Jumlah pegawai proposional.
4. Jumlah alat komunikasi memadai
1. Penampilan pegawai proposional
2. Mutu jasa pelayanan tetap.
3. Jasa pelayanan tetap akurat
4. Jasa pelayanan bebas kesalahan.
1. Kesiapan para pegawai.
2. Kecepatan pekerjaan pegawai
3. Perhatian pegawai ke masyarakat.
4. Kemudahan dalam pelayanan
1. Pegawai memiliki ketrampilan
2. Pegawai memiliki keramahan
3. Pelayanan tidak menimbulkan
kerugian.
1. Pegawai mudah dihubungi
2. Pegawai mengantisipasi
kebutuhan masyarakat.
3. Pegawai tanggap terhadap
keluhan masyarakat
QUE
QUE
QUE
QUE
QUE
QUE
QUE
QUE
QUE
QUE
QUE
QUE
QUE
QUE
QUE
QUE
QUE
QUE
2 Harga
Pelayanan
a. Harga Moneter
b.Harga Waktu
c. Harga tenaga
d. Harga psikis
1. Ongkos menuju ke tempat
pelayanan adalah kecil
2. Harga Pelayanan adalah murah
1. Lama antrian sebentar
2. Proses pelayanan cepat
1. Tingkat ketidak lelahan sebelum
mendapat pelayanan
2. Tingkat ketidak lelahan saat
mendapatkan pelayanan
1. Tingkat kemudahan untuk
memenuhi persyaratan pelayanan.
2. Tingkat kemudahan untuk
menjalankan prosedur pelayanan.
QUE
QUE
QUE
QUE
QUE
QUE
QUE
QUE
3 Kepuasan
Masyarakat
a. Sebelum
pelayanan.
b. Saat pelayanan.
1. Citra pelayanan.
2. Kondisi Pelayanan
3. Kepercayaan terhadap pelayanan
4. Keinginan untuk berurusan
5. Keinginan berurusan jika ada
pengganti
1.Sikap saat pertama kali
2. Kesan saat pelayanan
3. Tindakan yang sering dilakukan
QUE
QUE
QUE
QUE
QUE
QUE
QUE
QUE
33
c. Setelah
pelayanan
d. Rekomendasi
1.Kesan sacara keseluruhan.
2. Tingkat pemakluman terhadap
kesalahan.
3. Tingkat kepedulian terhadap
KUA
1. Tingkat kebanggaan terhadap
KUA Kecamatan Serpong
2. Sikap terhadap orang yang
menganggap KUA buruk
3. Sikap terhadap orang yang ragu
terhadap pelayanan KUA
4. Sikap terhadap orang yang ingin
dibantu Anda.
QUE
QUE
QUE
QUE
QUE
QUE
QUE
Keterangan : QUE = Kuisioner
B. POPULASI DAN SAMPEL
Populasi, menurut Nazir (1988:327), adalah kumpulan dari ukuran – ukuran
tentang sesuatu yang kita ingin buat inferensi. Populasi berkenaan dengan data,
bukan dengan urusan atau benda. Sebagai contoh, luas sawah, umur mahasiswa,
berat kerbau. Bukan disebut nama – namanya, seperti sawah, mahasiswa, kerbau.
Populasi dalam penelitian yang berkaitan dengan pelayanan publik pada
Kantor Urusan Agama Kecamatan Serpong adalah penduduk kecamatan Serpong
yang menikah dengan menggunakan jasa pelayanan langsung dari KUA
kecamatan Serpong. Sedangkan untuk penduduk yang tidak menggunakan
pelayanan dari KUA Kecamatan Serpong dan menggunakan jasa pihak ketiga atau
agen atau calo adalah bukan populasi.
Populasi juga mempertimbangkan kejelasan dari populasi tersebut, seperti
kejelasan mengenai informasi personal dari anggota populasi tersebut, sehingga
mudah dilakukan komunikasi dan survey. Atas dasar inilah maka terdapat
kemungkinan pengurangan populasi yang disebabkan kurang jelasnya informasi
dari anggota populasi tersebut dan menjadi tidak bisa dihubungi.
34
Unit analisis dalam penelitian ini adalah perorangan atau individu yang
berasal dari populasi sesuai definisi di atas. Hal ini berarti setiap individu yang
berhubungan langsung dengan pelayanan KUA Kecamatan Serpong. Terdapat dua
kemungkinan yang terjadi, yaitu kerabat atau bapak atau ibu dari calon mempelai
dan pasangan mempelai pengantin. Jika yang berurusan langsung adalah
pasangan mempelai, maka diperhitungkan sebagai dua individu, karena keduanya
memang mendapatkan pelayanan langsung dari KUA. Maka kuisioner yang
disebar adalah dua set. Jika diwakilkan oleh kerabat, maka respondennya
diperhitungkan hanya satu, yaitu sesuai posisi kerabat yang bersangkutan dalam
keluarga pengantin, yaitu bapak, ibu, paman, atau kemungkinan lainnya.
Sampel dari penelitian ini adalah sebagian populasi yang jelas informasinya,
yang dipilih secara acak. Atau random sampling. Jika hanya terdapat sedikir
populasi, maka yang dilakukan adalah 100 % sampling atau sampling jenuh.
Selanjutnya proses penentuan populasi dan sampel adalah seperti yang
dijelaskan di bawah ini;
1. Deskripsi Data Pasangan Menikah KUA Kecamatan Serpong
Langkah pertama dalam menentukan responden untuk penelitian ini adalah
melalui informasi pencatatan pernikahan melalui buku pendaftaran pernikahan
yang diperoleh di KUA Kecamatan Serpong. Buku pendaftaran ini secara periodik
dicatat secara manual oleh KUA Kecamatan Serpong, dengan setiap buku
pendaftaran diwakili oleh sebuah buku. Adapun jumlah pernikahan sejak tahun
2002 adalah :
35
Tabel 3.2 Jumlah Pernikahan Per Tahun Sejak Tahun 2002 Pada KUA
Kecamatan Serpong
NO TAHUN JUMLAH PERNIKAHAN
1 2002 941
2 2003 1023
3 2004 1025
4 2005 1009
5 2006 866
6 2007 872
JUMLAH 5736 Sumber : Buku Pendaftaran pernikahan KUA Kec. Serpong.
Berdasarkan tabel di atas diperoleh bahwa telah terjadi pernikahan
sejumlah 5736 pasang di KUA Kecamatan Serpong. Secara rata – rata maka
diperoleh data pernikahan sebanyak 956 pasang menikah.
Dasar pertimbangan ditampilkannya data pernikahan enam tahun terakhir
adalah karena hanya data itulah yang bisa ditemui oleh peneliti. Sementara untuk
tahun sebelum tahun 2002 tidak ditemui buku pendaftaran pernikahannya.
1. Gambaran Umum Populasi Penelitian.
Berdasarkan metode penelitian, disebutkan bahwa populasi diambil dari
menikah tahun 2007. namun karena populasi di tahun tersebut sangat sediti yang
memenuhi definisi populasi, maka dilakukan pelebaran sumber populasi hingga
tahun 2002.
Populasi penelitian ini ditentukan berdasarkan definisi bahwa hanya
pasangan menikah atau kerabat/keluarga menikah yang berhubungan langsung
dengan KUA Kecamatan Serpong. Sementara untuk pasangan menikah yang tidak
berhubungan atau berurusan langsung dengan KUA Kecamatan Serpong,
dianggap bukan populasi, karena tidak pernah mengalami “manis pahitnya”
36
pelayanan dari KUA Kecamatan Serpong, padahal konteks penelitian ini pada
pelayanan.
Mereka yang tidak mengurus langsung pernikahannya biasanya diwakili
oleh perwakilan yang disebut sebagai amil. Amil yang akan mengurus prosesi
pendaftaran pernikahan dari mulai perndaftaran awal di kantor desa / kelurahan
hingga ke KUA. Amil biasanya berdomisi di desa atau kelurahan yang sama
dengan pihak pasangan yang mau dibantu kepengurusannya. Amil memiliki
hubungan yang dekat dengan aparat desa atau kelurahan.
Berdasarkan penelusuran dari buku – buku pendaftaran di atas maka
diperoleh populasi sebagai berikut.
Tabel 3.3 Populasi Pernikahan Pada KUA Kecamatan Serpong
NO TAHUN JUMLAH PERNIKAHAN
POPULASI
1 2002 941 25
2 2003 1023 24
3 2004 1025 22
4 2005 1009 23
5 2006 866 29
6 2007 872 35
5736 158
100% 2.75% Sumber : Buku Pendaftaran pernikahan KUA Kec. Serpong.
Dari tabel di atas diperoleh bahwa jumlah populasi ternyata sangat kecil
dibandingkan dengan semesta. Hanya 2,75 % dari keseluruhan pasangan yang
menikah. Hal ini menunjukan bahwa kecenderungan penduduk kecamatan
Serpong masih didominasi oleh pasangan yang tidak berurusan langsung dengan
KUA Kecamatan Serpong. Hal ini tentu amat disayangkan karena kecenderungan
ini menyebabkan biaya yang harus dibayar oleh pihak calon pengantin akan lebih
37
besar dibandingkan dengan jika mereka mau berurusan sendiri dan langsung
dengan KUA Kecamatan Serpong.
Kecenderungan penggunaan jasa amil adalah :
- Disebabkan oleh kurang jelasnya prosesi pernikahan.
- Kurang tersosialisasinya proses pendaftaran pernikahan kepada
masyarakat umumnya.
- Keinginan pasangan yang akan menikah untuk tidak mau repot atau
bersusah payah. Bagi mereka membayar lebih lebih baik dibandingkan
harus direpotkan dengan berurusan dengan KUA Kecamatan Serpong.
- Penyebab keempat adalah adanya sebagian masyarakat yang masih
menghormati posisi amil. Bagi mereka, diwakilkannya kepengurusan
pernikahan melalui amil adalah sebagai amal ibadah dan memberikan
lapangan pekerjaan bagi amil.
Berdasarkan kenyataan bahwa jumlah populasi yang dianggap tidak terlalu
besar, maka diputuskan untuk tidak melakukan metode sampling, tetapi dilakukan
dengan 100 % sampling atau sampling jenuh, sejumlah 158 pasangan menikah.
2. Faktor Berkurangnya Populasi
Faktor pertama berkurangnya jumlah populasi adalah tidak jelasnya alamat
yang tertulis pada buku pendaftaran pernikahan. Alamat yang dibuat sangat umum
sehingga sulit untuk dilacak, seperti Ahmad, dengan alamat Kampung Sengkol
atau Budi, dengan alamat Komplek Perumahan The Green. Kenyataan ini
38
menunjukan bahwa petugas KUA Kecamatan Serpong tidak menulis dengan rinci
data pasangan pernikahan tersebut.Data populasi tersebut adalah:
Tabel 3.4 Populasi Dengan Alamat Tidak Jelas Pada KUA
KUA Kecamatan Serpong
NO TAHUN JUMLAH PERNIKAHAN
POPULASI AWAL
1)*
POPULASI TIDAK JELAS
2)*
POPULASI3)*
1 2002 941 25 6 19
2 2003 1023 24 5 19
3 2004 1025 22 0 22
4 2005 1009 23 4 19
5 2006 866 29 4 25
6 2007 872 35 5 30
5736 158 24 134
100% 2.75% 2.34% Sumber : Buku Pendaftaran pernikahan KUA Kec. Serpong.
Dari data di atas terlihat bahwa terdapat pengurangan populasi sejumlah
24 pasang disebabkan ketidak jelasan alamat di atas. Hal ini menyebabkan
prosentase populasi berkurang dari 2,75 % menjadi 2,34 % atau berkurang 0,41%,
Sehingga jumlah populasi menurun menjadi 134 pasangan menikah.
3. Diskriminasi Populasi Untuk Langkah Penyebaran Kuisioner
Asumsi awal dari langkah untuk mengumpulkan data penelitian ini adalah
melalui hubungan telepon. Hasilnya ternyata di luar dugaan. Bahwa jumlah
populasi yang memiliki informasi nomor telepon ternyata tidak banyak, atau
hanya 21,64 %. Sisanya 78,36 % tidak memiliki informasi nomor telepon. Hal
inilah yang menyebabkan bahwa petugas pencatat pendaftaran pernikahan tidak
menuliskan nomor telepon atau mungkin memang pasangan yang menikah tidak
mempunyai nomor telepon.
Secara lengkap data populasi yang memiliki informasi nomor telepon dan yang
tidak memiliki informasi nomor telepon adalah sebagai berikut :
39
Tabel 3.5 Populasi Pernikahan Berdasarkan Kepemilikan
Informasi Nomor Telepon Pada KUA Kecamatan Serpong
NO TAHUN POPULASI ADA NO TELP TDK ADA NO TELP
1 2002 19 0 19
2 2003 19 4 15
3 2004 22 16 6
4 2005 19 9 10
5 2006 25 0 25
6 2007 30 0 30
134 29 105
21.64% 78.36% Sumber : Buku Pendaftaran pernikahan KUA Kec. Serpong.
Adanya dua jenis populasi berdasarkan data informasi telepon inilah maka
dilakukan diskriminasi langkah pengumpulan kuisioner, yaitu melalui hubungan
telepon untuk yang memiliki informasi nomor telepon dan didatangi langsung
bagi yang tidak memiliki informasi nomor telepon.
4. Tingkat Keberhasilan Penyebaran Kuisioner
Metode penyebaran kuisioner, seperti yang tertulis pada sub bab 4.1.1,
yaitu 100 % sampling atau sampling jenuh, maka diharapkan diperoleh data
sejumlah 134 sebagai jumlah maksimum.
Namun berdasarkan penyebaran kuisioner yang dilakukan terhadap
populasi yang berjumlah 134 orang (atau pasang) maka diperoleh 55 orang
(pasang). Penulisan orang digabungkan dengan pasangan, karena pada awalnya
kita tidak mengetahui apakah yang berurusan dengan KUA Kecamatan Serpong
itu adalah perorangan atau pasangan (kedua calon mempelai ). Sehingga diperoleh
tingkat keberhasilan penyebaran kuisioner adalah ( 55 / 134 ) x 100 % = 41,04
%
40
Karena sebagian dari angka 55 (yaitu 30 ) di atas merupakan angka
pasangan kedua calon mempelai, maka jumlah responden meningkat menjadi =
(30 x 2) + (55-30) = 88 responden. Maka diperoleh tingkat keberhasilan
penyebaran kuisioner pada akhirnya adalah = ( 88/ 134 ) x 100% = 65,67 %.
a) Tingkat Keberhasilan Populasi Dengan Nomor Telepon
Berdasarkan penyebaran kuisioner pada populasi yang memiliki informasi
nomor telepon, maka diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 3.6 Populasi Dengan Informasi Nomor Telepon
NO TAHUN ADA NO TELP
GAGAL SUKSES SUKSES (pasang)
SUKSES (orang)
1 2002 0
2 2003 4 0 4 4 0
3 2004 16 4 12 7 5
4 2005 9 2 7 5 2
5 2006 0
6 2007 0
29 6 32 7
20.69% 79,31% Sumber : Buku Pendaftaran pernikahan KUA Kec. Serpong
Dari tabel di atas diperoleh gambaran bahwa terdapat keberhasilan 79,31
% dalam penyebaran kuisioner pada populasi dengan informasi telepon. Hal ini
dinilai cukup tinggi. Sementara tingkat kegagalan hanya 20.69 %.
Terjadinya kegagalan di atas disebabkan oleh :
- Salah sambung
- Pindah rumah atau tidak tinggal di tempat tersebut
- Kecurigaan, sehingga tidak mau diwawancarai.
41
b. Tingkat Keberhasilan Populasi Tanpa Nomor Telepon
Berdasarkan penyebaran kuisioner pada populasi yang tidak memiliki
informasi nomor telepon, maka diperoleh data sebagai berikut :
Tabel 3.7 Populasi Dengan Informasi Tanpa Nomor Telepon
NO TAHUN TDK ADA NO TELP
GAGAL SUKSES SUKSES (pasang)
SUKSES (orang)
1 2002 19 10 9 3 3
2 2003 15 10 5 0 5
3 2004 6 2 4 1 2
4 2005 10 5 5 2 1
5 2006 25 11 14 5 4
6 2007 30 18 12 3 6
105 56 28 21
41.79% 58,21 % Sumber : Buku Pendaftaran pernikahan KUA Kec. Serpong
Pada tabel di atas terlihat bahwa angka kegagalan dan angka
keberhasilan dalam pengembalian penyebaran kuisioner hampir seimbang.
Tingkat keberhasilan hanya lebih tinggi 16,42% dibanding tingkat kegagalan.
Maka tingkat keberhasilan pada populasi yang tidak memiliki nomor telepon
relatif lebih rendah dibandingkan dengan populasi yang memiliki infromasi
telepon. Hal ini masuk akal, karena untuk mendapatkan data kuisioner dari
populasi yang tidak memiliki informasi telepon dibutuhkan usaha yang lebih keras
dibandingkan pada populasi yang memiliki informasi telepon, yaitu pada populasi
tanpa informasi nomor telepon harus ditemui dan dihadapi langsung. Berbeda
dengan populasi dengan informasi telepon yang tidak perlu berhadapan langsung
dan cukup lewat hubungan telepon.
Penyebab kesulitan dalam penyebaran kuisioner pada populasi tanpa
informasi telepon disebabkan oleh beberapa hal, yaitu :
- Tingkat kecurigaan dan kewaspadaan.
42
- Kesulitan waktu karena kesibukan responden.
- Pindah rumah.
Keberhasilan mendapatkan kuisioner dari responden disebabkan oleh faktor
bantuan rekan – rekan yang kebetulan banyak tersebar di daerah Serpong dan
sekitarnya. Dengan cara terakhir inilah kepercayaan responden untuk dapat
diwawancarai bisa diperoleh.
Hasil akhir dapat diketahui bahwa diperoleh populasi sebanyak 88
responden. Semua responden ini dijadikan sampel atau 100 % sampling untuk
selanjutnya dilakukan analisis data.
C. INSTRUMEN PENELITIAN
Instrumen yang dipakai dalam penelitian ini mengunakan dua cara, yaitu
dengan kuisioner dan telaahan dokumen. Instrumen utama dalam penelitian ini
adalah kuisioner, yang digunakan sebagai pengumpul data utama dalam penelitian
kuantitatif. Sedangkan telaahan dokumen digunakan untuk mencari dan
menemukan data populasi awal dan data – data pendukung penelitian kuantitatif.
1. Telaahan Dokumen
Telahaan dokumen dilakukan untuk memperoleh gambaran awal mengenai
KUA Kecamatan Serpong, terutama berkaitan dengan deskripsi organisasi KUA
Kecamatan Serpong dan melakukan pengamatan awal untuk melihat karakter dan
menemukan populasi dan sampel, yang pada akhirnya bermanfaat untuk
menentukan cara sampling.
43
2. Kuisioner
Instrumen penelitian yang disusun oleh penulis berupa kuisioner atau angket
yaitu suatu alat pengumpul data berupa daftar pertanyaan (kuisioner) tertulis yang
diajukan kepada responder. Kuisioner ini disusun dalam bentuk daftar pertanyaan
yang menggunakan sistem likert. Untuk kuisioner Kualitas pelayanan dan harga
pelayanan, menggunakan nilai jawaban sebagai berikut.
a. Nilai jawaban SS (Sangat Setuju) diberi skor 5
b. Nilai jawaban S (Setuju) diberi skor 4
c. Nilai jawaban R (Ragu – Ragu)diberi skor 3
d. Nilai jawaban TS (Tidak Setuju)diberi skor 2
e. Nilai jawaban STS (Sangat Tidak Setuju) diberi skor 1
Sementara untuk kuisioner Kepuasan masyarakat dibuat jawaban yang
khas untuk setiap pertanyaan, namun tetap dibuat berdasarkan skala Likert di atas.
D. PROSEDUR PENGUMPULAN DATA
Langkah pertama dari pengumpulan data dimulai dari mencari populasi. Yang
sesuai dengan definisi dari populasi yang telah disebutkan . terutama untuk
mencari populasi yang memiliki kejelasan informasi untuk dihubungi.
Selanjutnya, populasi yang telah diperoleh diambil sampel. Teknik penarikan
sampel yang dipergunakan pada penelitian ini adalah random sampling. Nazir
(1988:365).
Adapun unit sampel dalam penelitian ini ditetapkan melalui rumus yang
dikembangkan oleh Slovin dalam Nazir (1988:374) sebagai berikut :
N
44
n = -------------
N (d2) + 1
Keterangan :
n = besar sampel
N = besar populasi
d = besarnya kesalahan yang bisa diterima adalah 0,1 %
Dari perhitungan di atas, maka jumlah sampel yang representatif kemudian
diambil secara menyebar dan acak dari anggota populasi di atas dengan
menggunakan sistem random dari tahun terakhir pernikahan yang tercatat pada
KUA Kecamatan Serpong
Cara pertama penarikan sampel adalah sebagai berikut. Populasi diperoleh
dari buku Pendaftaran Pernikahan yang ada di KUA Kecamatan Serpong tahun
2007. Kemudian dilakukan perhitungan sampel berdasarkan jumlah populasi dan
perhitungan berdasarkan persamaan Slovin di atas.
Cara kedua penarikan sampel adalah dengan memperluas definisi populasi
dari hanya tahun 2007 tetapi juga tahun – tahun sebelumnya, hingga dirasakan
jumlah populasi mencukupi untuk ditarik jumlah sampelnya berdasarkan rumus di
atas.
Cara Ketiga penarikan sampel adalah dengan menjadikan populasi menjadi
sampel atau dikenal sebagai 100% sampling atau sampling jenuh.
Alternatif penarikan sampel dibuat sebanyak tiga cara di atas adalah untuk
mengantisipasi kondisi kenyataan di lapangan yang mungkin tidak sesuai dengan
perkiraan awal penelitian, yaitu kemungkinan hanya ditemui sedikit populasi
dalam masyarakat Kecamatan Serpong..
45
Seperti yang telah tertulis di atas bahwa pada akhirnya diperoleh 88 responden
yang merupakan populasi yang pada akhirnya menjadi sampel, atau menggunakan
100% sampling atau sampling jenuh.
E. METODE ANALISIS DATA
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terbagi menjadi dua jenis, yaitu
data kuantitatif dan data kualitatif. Data kuantitatif bersumber dari responden
penelitian. Data tersebut berupa angket yang berisi lima pernyataan tertutup
bernilai 1 hingga 5 dengan menggunakan skala Likert (Sugiyono, 1993:69)
Penggunaan skala Likert ini memungkinkan untuk mengubah pernyataan menjadi
bersifat kontinum antara positif dan negatif.
SS S R TS STS
Alternatif Jawaban Bobot Nilai
(+) (-)
SS : Sangat setuju 5 1
S : Setuju 4 2
R : Ragu – ragu 3 3
TS : Tidak Setuju 2 4
STS : Sangat Tidak Setuju 1 5
Demikian juga berlaku untuk pengukuran tingkat kepuasan, disesuaikan
dengan skala di atas. Apabila tingkat kepuasannya semakin tinggi, maka bobot
nilainya semakin tinggi..
46
Angket yang diberikan dilakukan uji terlebih dahulu untuk mengetahui
validitas dan reliabilitas. Uji validitas, menurut Priyatno (2008:16) digunakan
untuk memastikan apakah instrumen yang digunakan apakah sudah tepat atau
cermat. Salah satu cara menguji validitas adalah dengan menggunakan rumus
korelasi Pearson. Korelasi yang dicari adalah dengan melakuka korelasi antara
setiap skor item pertanyaan yang ada dengan skor total keseluruhan item dengan
rumus :
Σxy
. r = ------------------------
((Σx2) (Σy
2))
1/2
dengan
x adalah selisih nilai X dengan X rata – rata, dan
y adalah selisih nilai Y dengan Y rata – rata.
Kemudian, untuk mengambil kesimpulan dilakukan uji keberartian koefisien
korelasi Pearson yang telah dihitung dengan menggunakan uji t yang dijelaskan
berdasarkan Voelker dkk (2004:100), yaitu :
. n - 2
. t2 = rρ
2 --------. Kemudian t
2 diturunkan menjadi t
1 – rρ2
Kriteria uji adalah: tolak Ho jika t uji atau t hitung lebih besar dari t standar
atau t tabel dan dapat disimpulkan karena Ho ditolak maka item tersebut valid.
Sebaliknya jika t uji lebih kecil dari t standar, maka hipotesis nol diterima dan
item pernyataan menjadi tidak valid. Pengukuran juga dilakukan dengan
menghitung nilai probabilitas. Jika nilai probabilitas lebih kecil dari nilai alfa 2
47
ekor, atau 0,025, maka Ho ditolak. Sebaliknya, jika nilai probabilitas lebih besar
dari nilai alfa 2 ekor, atau 0,025, maka Ho ditolak.
Pengujian reabilitas variabel penelitian menurut Priyatno (2008:25) dlakukan
untuk menguji apakah instrumen konsisten untuk pengujian berulang atau tidak.
menggunakan metode Spearman Brown, yaitu pengujian yang menggunakan
teknik belah dua (split half) Irawan (2005:9.36) selanjutnya menjelaskan bahwa
untuk setiap variabel, skor total item pernyataan genap dan skor total pernyataan
ganjil dikorelasikan menggunakan rumus koefisien korelasi Pearson dan
selanjutnya ditransfer ke dalam rumus Spearman Brown.
a. Uji Validitas
Uji validitas yang dilakukan pada 20 populasi pertama diperoleh hasil
dengan nilai sebagai berikut :
Tabel 3.8 Nilai Validitas Pada 20 Populasi
Variabel Jumlah
Pertanyaan
Valid % Valid Keterangan
X1 18 16 89% Terdapat nilai tidak valid pada 2
pertanyaan, yaitu pertanyaan ke 8
(r=0,402 ) dan pertanyaan ke 9
(r=0,013)
X2 8 8 100% Semua valid
Y 15 14 93% Terdapat 1 nilai tidak valid pada
pertanyaan ke 11 (r = 0,303) Sumber : Hasil analisis peneliti
Secara keseluruhan diperoleh nilai valid pada 38 pertanyaan ( atau 93%
valid) dan tiga pertanyaan tidak valid. Nilai rata – rata validitas adalah 0,538.
Nilai ini jauh lebih tinggi dibandingkan r tabel untuk 20 populasi, yaitu 0,444.
48
Satu hal menarik adalah, peneliti tetap melanjutkan untuk mempertimbangkan
semua pertanyaan di atas, walaupun tiga pertanyaan di atas ada yang tidak valid.
Hal ini dimaksudkan untuk melihat apakah ketiga pertanyaan yang tidak valid
pada 20 populasi bisa menunjukan konsistensinya pada seluruh populasi.
Uji validitas yang dilakukan pada keseluruhan populasi, yaitu 88 populasi,
diperoleh hasil dengan nilai sebagai berikut :
Tabel 3.9 Nilai Validitas Pada 88 Populasi
Variabel Jumlah
Pertanyaan
Valid % Valid Keterangan
X1 18 18 100% Semua valid
X2 8 8 100% Semua valid
Y 15 15 100% Semua valid
Sumber : Hasil analisis peneliti
Secara keseluruhan diperoleh nilai valid pada semua pertanyaan ( atau 100
% valid). Nilai rata – rata validitas adalah 0,541. Nilai ini sedikit lebih tinggi
dibandingkan nilai rata – rata pada 20 populasi di atas. Nilai ini juga jauh lebih
tinggi dibandingkan r tabel untuk 88 populasi, yaitu 0,210.
Tiga pertanyaan yang tidak valid pada 20 populasi pertama ternyata
menunjukan hasil validitas yang baik dan memenuhi pada 88 populasi dan
melebihi batas minimal r pada 88 populasi, yaitu 0,210.
Atas dasar hal di atas, maka diputuskan untuk menggunakan semua data
dari semua pertanyaan yang ada pada kuisioner tersebut sebagai data peneliti.
b. Uji Reliabilitas
Hasil uji reliabilitas pada ketiga variabel yang diteliti, diperoleh hasil :
49
Tabel 3.10 Nilai Reliabilitas Pada 20 Populasi
Variabel Nilai
Reliabilitas
Keterangan
X1 0,891 Baik
X2 0,687 Dapat diterima
Y 0,879 Baik
Sumber : Hasil analisis peneliti
Maka dapat disimpulkan bahwa reliabilitas dari ketiga variabel di atas
cukup baik dan dapat diterima.
Sementara uji reliabilitas yang dilakukan pada 88 populasi diperoleh hasil
sebagai berikut :
Tabel 3.11 Nilai Reliabilitas Pada 88 Populasi
Variabel Nilai
Reliabilitas
Keterangan
X1 0,891 Baik
X2 0,668 Dapat diterima
Y 0,886 Baik
Sumber : Hasil analisis peneliti
Hasil di atas menunjukan kemiripan dengan hasil yang diperoleh pada 20
populasi. Maka bisa diambil kesimpulan bahwa reliabilitas pada kedua jumlah
populasi tersebut memiliki hasil yang sama.
Berdasarkan pengujian dari validitas dan reliabilitas di atas maka dapat
disimpulkan bahwa instrumen kuisioner memiliki validitas dan reliabilitas yang
bisa diandalkan untuk penelitian.
Analisis data yang digunakan dalam pengujian hipotesis penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif yang akan
50
mengungkapkan besarnya pengaruh suatu variabel terhadap variabel lainnya, baik
pengaruh yang bersifat langsung maupun tidak langsung.
Uji statistik yang digunakan adalah uji korelasi untuk melihat hubungan antara
variabel terikat dengan variabel bebas. Besarnya pengaruh dari suatu variabel
bebas terhadap variabel terikat dinyatakan oleh besarnya koefisien determinasi,
yang merupakan nilai r2. .
Hipotesis yang diuji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Ho : Tidak terdapat pengaruh positif kualitas pelayanan terhadap
kepuasan pelayanan publik.
H1 : Terdapat pengaruh positif efektifitas kualitas pelayanan
terhadap kepuasan pelayanan publik.
b. Ho : Tidak terdapat pengaruh positif harga pelayanan
Publik terhadap kepuasan pelayanan publik.
H1 : Terdapat pengaruh positif harga pelayanan publik
Terhadap kepuasan pelayanan publik.
c. Ho : Tidak terdapat pengaruh positif kualitas pelayanan dan
harga Pelayanan publik secara bersama – sama
Terhadap kepuasan pelayanan publik
H1 : Terdapat pengaruh positif kualitas pelayanan dan
Harga Pelayanan publik secara bersama – sama
Terhadap kepuasan pelayanan publik
Selain itu dilakukan pula telaah dokumen, sebagai pelengkap apa yang telah
dilakukan pada analisis kuantitatif. Hal ini dilakukan untuk memperkuat dan
mempertajam hasil yang telah diperoleh dari penelitian kuantitatif dan
51
menjelaskan secara mendalam berbagai kelemahan dan kelebihan yang terungkap
pada penelitian kuantitatif tersebut.
Penelitian ini berlangsung selama 4 bulan, dengan rincian sebagai berikut :
Tabel 3.12 Jadwal Waktu Pembuatan TAPM
WAKTU PELAKSANAAN KEGIATAN
BULAN 1 BULAN 2 BULAN 3 BULAN 4
KET.
1. Seminar proposal X X=minggu
2.Penyempurnaan proposal X
3.Pengembangan Instrumen X
4. Uji Coba Instrumen X X
5.Penyempurnaan Instrumen XX
6. Pengumpulan data XX
7. Pengolahan data X XX
8. Penulisan laporan XXX
9. Revisi / Finalisasi X
10. Ujian X
52
BAB IV
TEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. DESKRIPSI KUA KECAMATAN SERPONG
1. Deskripsi Umum Organisasi KUA Kecamatan Serpong
Departemen Agama (Depag ) Republik Indonesia dalam melakukan tugasnya
memiliki dua peran penting, yaitu peran sebagai penyelenggara pendidikan
bercirikan agama dan peran kepengurusan agama. Sebagai contoh,
Penyelenggaran pendidikan bercirikan agama Islam dimulai dalam bentuk
madrasah ibtidaiyah, tsanawiyah, aliyah hingga perguruan tinggi Islam seperti
IAIN. Sementara dalam penyelenggaraan urusan agama Islam diselenggarakan
hingga tingkat kecamatan melalui perwakilannya, yaitu Kantor Urusan Agama
(KUA)
Sejarah pendirian KUA diawali pada tanggal 21 Nopember 1946 dengan
dikeluarkannya Undang – Undang RI nomor 72 tahun 1946 tentang pencatatan
nikah, talak dan rujuk di seluruh Indonesia. Kemudian fungsi KUA terus
berkembang, tidak hanya mengurusi perkawinan saja. Hal ini didasari pada
Keputusan Menteri Agama (KMA) nomor 18 tahun 1975 perihal susunan dan tata
kerja Depag tentang tugas KUA, yaitu melaksanakan tugas dan sebagian tugas
urusan agama Islam dalam wilayah kecamatan. Dasar hukum ini kemudian
diperkuat lagi dengan KMA nomor 57 tahun 2001, yang berbunyi KUA adalah
lembaga pemerintah yang berkedudukan di wilayah kecamatan dengan tugas
pokok melaksanakan sebagian tugas departemen Agama, yang meliputi
pencatatan nikah, rujuk, talak, pembinaan masjid, zakat, wakaf, baitul maal,
53
ibadah sosial, pangan halal dan pembinaan keluarga sakinah. Tugas ini sebetulnya
penggabungan tiga direktorat Jenderal (Ditjen) Depag, yaitu Ditjen Urusan
Agama Islam (meliputi nikah dan pangan halal), Ditjen Pengembangan zakat dan
wakaf dan Ditjen Pendidikan Islam pada masyarakat pemberdayaan masjid.
KUA kecamatan Serpong adalah KUA yang berlokasi di jalan raya Serpong
Puspitek Serpong, yang didirikan berdasarkan SK Menag nomor 323 tahun 2002.
KUA ini memiliki 9 orang pegawai yang semuanya berstatus PNS.
Gambar 4.1 Struktur Organisasi KUA Kecamatan Serpong
Kepala KUA
TATA USAHA PENGHULU
Nikah rujuk
Keluarga sakinah
Haji dan Umroh
Zakat dan wakaf
Pangan halal, ibadah sosial & kemitraan
Keuangan
Persuratan
KUA ini melayani 16 kelurahan dengan jumlah penduduk 97.077 jiwa umat
Islam dari keseluruhan 112.602 jiwa penduduk kecamatan Serpong. Pada tahun
2007 ini hingga bulan juli, KUA ini telah menikahkan sejumlah 736 pasangan.
54
Lokus TAPM ini adalah KUA kecamatan Serpong. Dasar pemilihan untuk
melakukan penelitian pada KUA adalah berdasarkan pengkajian yang dilakukan,
masih belum ditemui penelitian yang menjadikan KUA sebagai obyek kajian
untuk masalah yang berkaitan dengan penyelenggaraan pelayanan seperti
termaktub dalam KMA nomor 57 tahun 2001. Pertimbangan selanjutnya
mengenai dipilihnya KUA kecamatan Serpong adalah didasari pada aspek jumlah
pegawai KUA Kecamatan Serpong paling kecil dari 26 KUA yang berada di
kabupaten Tangerang. Sehingga hal ini sangat menarik untuk diteliti apakah
dengan jumlah pegawai yang paling sedikit, cukup efektif untuk memberikan
pelayanan yang memuaskan terhadap masyarakat.
Fokus TAPM ini adalah pada penelitian terhadap dampak kepuasan
masyarakat kecamatan Serpong terhadap pelayanan urusan agama Islam oleh
KUA Kecamatan Serpong.
Dampak kepuasan masyarakat kecamatan Serpong ini akan diteliti dalam dua
aspek. Pertama bagaimana bagaimana kualitas pelayanan oleh organisasi tersebut
dijalankan dan memberikan dampak kepada kepuasan masyarakat. Kedua,
bagaimana harga suatu pelayanan memberikan dampak terhadap kepuasan
masyarakat.
Penyelenggaraan pelayanan yang baik bisa dilihat dari teori Zeithaml
(2000:82), yaitu dengan mempertimbangkan lima faktor. Faktor pertama adalah
tangible atau sarana fisik, kedua adalah Reliability atau keandalan untuk
menyediakan pelayanan, ketiga adalah responsiveness atau kesanggupan
memberikan pelayanan cepat dan tepat, yang keempat adalah assurance atau
keramahan dan sopan santun yang meyakinkan kepercayaan konsumen dan yang
55
kelima adalah emphaty atau sikap penuh perhatian terhadap konsumen. Jika
kelima faktor tersebut memiliki kualitas yang baik, maka kualitas
penyelenggaraan pelayanan akan semakin baik. KUA kecamatan Serpong dalam
menjalankan fungsinya sebagai pelayan urusan agama Islam di lingkungan
kecamatan Serpong, dituntut agar dapat memberikan pelayanan yang baik pula.
Berdasarkan kajian awal yang dilakukan, diperoleh informasi berkaitan dengan
teori Zeithaml (2000:82), bahwa kualitas pelayanan di KUA kecamatan Serpong
memiliki permasalahan di tangibles, reliability dan assurance.
Harga suatu pelayanan ditentukan oleh banyak faktor. Menurut Boarden
(2001: 252-255), terdapat lima faktor penting dalam keputusan penentapan harga,
yaitu Ongkos, konsumen, jalur ditribusi, kompetisi dan kesesuaian dengan tujuan
organisasi.
Harga merupakan faktor penting dalam penjualan suatu produk atau
pelayanan, karena harga, menurut Tjiptono (2002:151) merupakan komponen
yang berpengaruh langsung terhadap laba organisasi. Harga, oleh Tjiptono
(2002:152), selanjutnya memiliki peran penting, yaitu sebagai alokasi harga yang
membantu pembeli dalam mengambil keputusan pembelian dan peranan informasi
yang mendidik konsumen mengenai faktor-faktor produk.
Selanjutnya, Kotler (1997:109) menjelaskan bahwa untuk menetapkan harga
membutuhkan enam langkah, yaitu memilih tujuan penetapan harga, menentukan
permintaan, memperkirakan biaya, menganalisisi biaya, harga dan penawaran
bersaing, memilih metode penetapan harga dan memilih harga akhir.
56
Penetapan harga dalam pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah,
menurut Kotler (1997:110) didasari oleh pertimbangan sosial yang disesuaikan
berdasarkan keadaan ekonomi masyarakat sebagai konsumennya.
Harga, menurut Kotler (19997:34), bukan hanya melibatkan besaran moneter,
melainkan juga harga waktu, tenaga dan psikis. Berdasarkan konsep inilah dicoba
diukur harga pelayanan yang diberikan oleh KUA Kecamatan Serpong.
Tingkat kepuasan masyarakat dalam penelitian ini didasari pada konsep yang
dikutip dari Giese dan Cote (2000) yaitu, penilaian tingkat kepuasan berdasarkan
konsep Oliver, Cadotte, Woodruff, Jenkins, Halstead, Hartman, Schmitdt,
Westbrook dan Reilly dilakukan melalui respon afektif dari konsumen atau
masyarakat yang mendapatkan pelayanan. (dalam Giese dan Cote :2000)
mengenai respon afektif. Kepuasan masyarakat juga dinilai sebagai proses, oleh
karena itu maka penilaian berdasarkan tahapan –tahapan dilakukan, mulai dari
sebelum, saat dan setelah pelayanan serta keinginan untuk merekomendasikan
berdasarkan pendapat Abdelayem (2007).
Tingkat kepuasan masyarakat, berdasarkan teori – teori di atas dan
pengamatan awal ke lapangan, diperoleh gambaran bahwa tingkat kepuasan
tampaknya belum optimal.
Berdasarkan pengamatan ketiga aspek di atas, yaitu kualitas pelayanan,
harga pelayanan dan kepuasan masyarakat, masih belum ditemuinya kajian
mengenai fungsi pelayanan yang berkaitan dengan harga pelayanan pada KUA,
dan anjuran Ratminto (2006:28) mengenai perlunya survey indeks kepuasan
masyarakat untuk peningkatan kualitas, menjadikan kajian penyelenggaraan
57
pelayanan pada KUA Kecamatan Serpong menjadi sangat penting untuk
dilaksanakan.
3.Profil Responden
Jumlah akhir responden yang berhasil disurvey adalah 88 orang, yang
terdiri 88 orang laki – laki (62,5%) dan 33 orang perempuan (37,5%). Hasil
tersebut memperlihatkan bahwa responden pria lebih mendominasi dibandingkan
perempuan.
Responden termuda berusia 22 tahun dan responden tertua berurusan 63
tahun. Rata – rata umur responden adalah 36 tahun. Hal ini menunjukan bahwa
responden didominasi oleh orang yang berumur setengah baya.
Responden terdiri dari 30 orang mempelai laik-laki (34,1%), 30 orang
mempelai perempuan (34,1), 25 orang Bapak (28,4%) dan 3 orang ibu (3,4%). Hal
ini memperlihatkan bahwa masih banyak pasangan calon mempelai yang berani
mengurus sendiri urusan pernikahannya secara bersama-sama. Kemudian diikuti
oleh orang tua laki – laki (Bapak) sebagai urutan berikutnya, dan hanya sedikit
dari orang tua perempuan (ibu).
Responden terdiri dari 57 orang berpendidikan S1 (64,7%), 21 orang
berpendidikan SLTA (23,8%) dan 10 orang berpendidikan D3 (11,4%). Hal ini
memperlihatkan kecenderungan semakin tinggi pendidikan semakin tinggi
keinginan untuk mengurus sendiri urusan pernikahan mereka.
Terdapat 13 orang yang memeiliki pekerjaan sebagai PNS (14,7%), 47
orang bekerja di sektor swasta (53,4%), 11 orang bekerja sebagai wiraswastawan
(12,5%) , 14 orang sebagai ibu rumah tangga (15,9%) dan 3 orang pensiunan
58
(3,4%). Data ini menunjukan bahwa dominasi responden adalah yang bekerja di
sektor swasta, kemudian diikuti oleh ibu rumah tangga dan PNS.
Rekapitulasi saran dan komentar yang diberikan oleh 88 responden terhadap
kinerja pelayanan publik KUA Kecamatan Serpong secara umum terbagi menjadi
7 (tujuh ) jenis jawaban, yaitu baik (28%), biaya mahal (24%), biaya tak jelas
(24%), prasarana kurang (11%), prosedur tak jelas (6%) dan SDM kurang (2%).
Hal ini memperlihatkan bahwa dominasi responden menilai bahwa .KUA
Kecamatan Serpong sudah baik, namun selanjutnya diikuti oleh responden yang
menilai KUA Kecamatan Serpong memiliki biaya yang mahal dan tidak jelas.
Ketiga aspek inilah yang menonjol dari saran dan komentar mereka.
B. ANALISIS DESKRIPTIF
1. Variabel Kualitas Pelayanan, Dimensinya Serta Indikatornya
Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat dijelaskan bahwa tingkat kualitas
pelayanan pada KUA Kecamatan Serpong memiliki nilai rata – rata 2,97, atau
mendekati sedang atau biasa. Hal ini berarti kualitas pelayanan pada KUA tidak
baik ataupun tidak buruk dan berada pada tingkat menengah atau sedang..
Nilai tertinggi adalah 3,34 dan nilai terendah adalah 2,60. Hal ini juga
menunjukan bahwa ranah penilaian masih di dekat nilai sedang atau biasa. Tidak
ada penilaian yang mendekati buruk ataupun mendekati baik.
Selanjutnya Deskripsi dari dimensi – dimensi dari variabel Kualitas
Pelayanan didasari pada pengolahan hasil diperoleh data sebagai berikut
59
Tabel 4.1 Analisis Deskriptif Dimensi – dari Variabel Kualitas Pelayanan
No Dimensi Min Max Med Mean
1 Tangible 2 4 3 2.81
2 Reliabilitas 2 5 3 3.13
3 Responsif 1 4 3 2.86
4 Assurance 2 5 4 3.05
5 Empathy 2 5 3 3.00 Sumber : Hasil analisis peneliti
Gambar 4.2 Analisis Desktiptif Dimensi-Dimensi dari Kualitas Pelayanan
0
1
2
3
4
5Tangible
Reliabilitas
ResponsifAssurance
Empathy Min
Max
Med
Mean
Dimensi tertinggi terdapat pada Reliabilitas atau kemampuan memberikan
pelayanan yang akurat. Hal ini memperlihatkan bahwa masyarakat kecamatan
Serpong menilai hasil kerja yang dilakukan oleh KUA Kecamatan Serpong masih
cukup akurat. Tingkat kesalahan saat pelayanan masih dianggap tidak buruk dan
minimal tidak sampai mengecewakan masyarakat. Sementara dimensi dengan
nilai terendah ada pada dimensi reponsif atau Kesanggupan segera melakukan
pelayanan terhadap masyarakat. Dalam hal ini masyarakat menilai bahwa ada
sedikit kelambatan dalam merespon masyarakat yang dilakukan oleh KUA
Kecamatan Serpong.
60
Namun data penilaian terhadap kelima dimensi di atas menunjukan bahwa
hasil yang mirip pada hampir semua dimensi. Tiga dimensi berada sedikit di atas
sedang dan dua dimensi berada sedikit di bawah nilai sedang. Maka dapat
disimpulkan bahwa penilaian pada semua dimensi mengarah pada nilai sedang
atau biasa atau tidak buruk dan tidak juga baik. Maka bisa disimpulkan bahwa
masyarakat secara umum menilai kualitas pelayanan dari KUA Kecamatan
Serpong berada pada tingkat yang sedang.
Berikut adalah penjabaran dari indikator – indikator yang berada pada
setiap dimensi.
Pertama dibahas mengenai indikator yang terdapat pada dimensi tangible
atau penampilan fisik dari organisasi.
Tabel 4.2 Analisis Deskriptif Indikator – Indikator dari Dimensi Tangible
No Indikator Min Max Med Mean
1 Kelengkapan fasilitas fisik 2 3 3 2.89
2 Ketersediaan peralatan pelayanan 2 3 3 2.90
3 Jumlah pegawai proporsional 2 3 3 2.60
4 Jumlah alat komunikasi memadai 2 4 3 2.80 Sumber : Hasil analisis peneliti
Hasil dari indikator – indikator dalam dimensi tangible mendekati nilai
sedang. Indikator pertama, yaitu kelengkapan fasilitas fisik dinilai responden pada
tingkat sedang atau hampir sedang. Hampir semua responden menilai pada tingkat
sedang dan tidak ada yang menilai di atas sedang. Indikator kedua, yaitu
ketersediaan peralatan pelayanan dinilai oleh responden pada tingkatan hampir
sedang. Seperti halnya pada indikator pertama, maka responden juga tidak ada
yang menilai di atas sedang dan hampir semua menilai pada tingkat sedang. Pada
61
indikator ketiga atau jumlah pegawai yang proporsional juga dinilai responden
pada tingkat hampir sedang, walaupun nilainya sedikit di bawah kedua indikator
sebelumnya. Indikator keempat atau jumlah alat komunikasi yang memadai dinilai
oleh responen juga pada tingkatan yang hampir sedang. Pada indikator terakhir
dari dimensi tangible ini terdapat responden yang menilai di atas sedang. Namun
secara rata – rata nilainya masih di bawah dua indikator pertama. Secara umum
dapat disimpulkan bahwa penilaian responden terhadap keempat indikator di
dalam dimensi tangible adalah mendekati nilai sedang.
Selanjutnya dibahas mengenai indikator – indikator yang terdapat pada
dimensi kedua yaitu reliabilitas atau kemampuan memberikan pelayanan yang
akurat.
Tabel 4.3 Analisis Deskriptif Indikator – Indikator dari Dimensi Reliabilitas
No Indikator Min Max Med Mean
1 Penampilan pegawai proporsional 2 5 3 3.09
2 Mutu jasa pelayanan tetap 2 4 3 3.20
3 Jasa pelayanan tetap akurat 2 4 3 3.13
4 Jasa pelayanan bebas dari kesalahan 2 4 3 3.10 Sumber : Hasil analisis peneliti
Hasil dari indikator – indikator dalam dimensi reliabilitas mendekati nilai
sedikit sedang. Indikator pertama, yaitu penampilan pegawai proporsional dinilai
responden pada tingkat sedikit di atas sedang. Pada indikator ini mulai ada
responden yang memberi nilai maksimal. Maka penampilan pegawai proporsional
dinilai responden di atas sedang. Indikator kedua, yaitu mutu jasa pelayanan tetap
dinilai oleh responden pada tingkatan di atas sedang. Walaupun tidak ada
responden yang memberi nilai maksimal, namun secara rata – rata indikator ini
62
memberi nilai yang terbesar pada dimensi reliabilitas. Maka disimpulkan bahwa
mutu jasa pelayanan tetap dinilai responden pada tingkat di atas. Indikatro ketiga
atau jasa pelayanan tetap akurat atau berkaitan dengan sedikitnya penyimpangan
yang terjadi setelah berkali-kali dilakukan pelayanan menunjukan hasil pada
tingkat sedikit di atas sedang. Hal ini agak mirip dengan indikator kedua. Maka
disimpulkan bahwa jasa pelayanan tetap akurat dinilai responden pada tingkat
sedang. Indikator terakhir pada dimensi ini adalah jasa pelayanan bebas dari
kesalahan. Hal ini berarti tidak ada kesalahan fatal yang terjadi selama pemberian
pelayanan. Pada indikator ini responden menilai pada tingkat yang hampir sama
dengan dua indikator yang disebut sebelumnya dengan nilai pada tingkat sedikit di
atas sedang. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa penilaian responden
terhadap keempat indikator di dalam dimensi reliabilitas berada pada nilai di atas
sedang. Hal ini lebih baik dari dimensi tangible yang baru mendekati nilai sedang.
Selanjutnya dibahas mengenai indikator yang terdapat pada dimensi
ketiga, yaitu Responsif atau kemampuan segera melakukan pelayanan.
Tabel 4.4 Analisis Deskriptif Indikator – Indikator dari Dimensi Responsif
No Indikator Min Max Med Mean
1 Kesiapan para pegawai 2 4 3 2.99
2 Kecepatan pekerjaan pegawai 2 3 3 2.72
3 Perhatian pegawai pada masyarakat 1 4 3 2.94
4 Kemudahan pada pelayanan 1 4 3 2.81 Sumber : Hasil analisis peneliti
Penilaian responden terhadap indikator – indikator dalam dimensi
responsif memiliki nilai rata – rata yang hampir sama dengan dimensi pertama,
63
tangible. Namun indikator pada dimensi ini memiliki sejumlah responden yang
berani memberi penilaian pada titik terendah, walaupun secara rata-rata memiliki
nilai yang hampir sama dengan indikator pada dimensi tangible.
Indikator pertama, ataiu kesiapan para pegawai menunjukan nilai rata –
rata yang mendekati sedang. Hal ini berarti kesiapan para pegawai dinilai
responden pada tingkat hampir sedang. Sedangkan indikator kedua atau kecepatan
pekerjaan pegawai ternyata memiliki nilai yang agak jatuh dibandingkan dengan
indikator – indikator lainnya pada dimensi ini, walaupun masih mendekati nilai
sedang. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya sedikit kelambanan dari
pekerjaan pegawai, berdasarkan penilaian responden. Sementara pada indikator
ketiga, atau perhatian pegawai pada masyarakat dinilai responden mendekati
sedang. Hal ini menunjukan bahwa perhatian pegawi pada masyarakat masih
cukup baik, walaupun pada indikator ini ditemui adanya responden yang memberi
nilai minimal. Pada indikator terakhir pada dimensi ini atau kemudahan dalam
pelayanan dinilai oleh responden pada tingkat mendekati sedang, walaupun
terdapat responden yang memberikan nilai minimal..Secara garis besar dapat
disimpulkan bahwa penilaian responden terhadap keempat indikator di dalam
dimensi responsif berada pada nilai mendekati sedang dan hampir merata untuk
setiap indikator
Kemudian dibahas Indikator – indikator pada dimensi Assurance atau
menanamkan keyakinan atau kepercayaan kepada konsumen
64
Tabel 4.5 Analisis Deskriptif Indikator – Indikator dari Dimensi Assurance
No Indikator Min Max Med Mean
1 Pegawai memiliki ketrampilan 2 4 3 3.01
2 Pegawai memiliki keramahan 2 5 3 3.27
3 Pelayanan tidak menimbulkan kerugian 2 4 3 2.86 Sumber : Hasil analisis peneliti
Hasil dari penilaian responden terhadap indikator – indikator dalam
dimensi Assurance menunjukan hasil rata – rata pada tingkat sedang. Dua
indikator pertama memiliki nilai di atas sedang dan satu indikator terakhir bernilai
mendekati sedang. Indikator pertama atau pegawai memiliki ketrampilan
menunjukan hasil di atas sedang. Hal ini memperlihatkan bahwa pegawai
memiliki ketrampilan yang baik berdasarkan penilaian responden. Indikator kedua
atau pegawai memiliki keramahan dinilai oleh responden lebih tinggi lagi dan hal
ini menunjukan bahwa keramahan pegawai dinilai responden di atas nilai sedang.
Tentu saja ini menjadi citra yang baik bagi KUA Kecamatan Serpong. Sayangnya,
pada indikator ketiga atau pelayanan tidak menimbulkan kerugian ternyata
mengalami penurunan menjadi sedikit di bawah sedang. Hal ini berarti terdapat
sedikit kesan tidak baik dari responden sehingga nilainya sedikit turun, walaupun
masih dalam tingkat yang mendekati sedang. Secara umum dapat disimpulkan
bahwa penilaian responden terhadap ketiga indikator di dalam dimensi Assurance
berada pada nilai sedang
.Selanjutnya dibahas indikator – indikator dalam dimensi Empathy atau
memberi perhatian terhadap pribadi, yaitu sebagai berikut:
65
Tabel 4.6 Analisis Deskriptif Indikator – Indikator dari Dimensi Emphaty
No Indikator Min Max Med Mean
1 Pegawai mudah dihubungi 2 4 3 2.82
2 Pegawai mengantisipasi kebutuhan
masyarakat
2 5 3 2.85
3 Pelayanan tanggap terhadap keluhan
masyarakat
3 5 3 3.34
Sumber : Hasil analisis peneliti
Hasil dari penilaian responden terhadap indikator – indikator dalam
dimensi Emphaty menunjukan hasil rata – rata pada tingkat sedang. Dua indikator
pertama memiliki nilai di mendekati sedang dan satu indikator terakhir bernilai di
atas sedang. Indikator pertama atau pegawai mudah dihubungi menunjukan hasil
mendekati sedang. Hal ini memperlihatkan bahwa pegawai cukup mudah
dihubungi walaupun pada tingkat sedang. Indikatro kedua dinilai responden pada
tingkat yang juga mendekati sedang. Artinya pegawai mengantisipasi kepbutuhan
mesyarakat pada tingkat mendekati sedang. Tidak terlalu sulit dan juga tidak
terlalu mudah dalam mengantisipasi. Pada indikator kedua ini terdapat responden
yang memberi penilaian maksimum. Indikator ketiga menunjukan hasil yang di
atas sedang dan merupakan nilai tertinggi pada dimensi ini. Hal ini berarti bahwa
pelayanan cukup tanggap terhadap keluhan masyarakat. Pada indikator ini juga
ditemui responden yang memberi penilaian maksimum. Secara umum dapat
disimpulkan bahwa penilaian responden terhadap ketiga indikator di dalam
dimensi Emphaty berada pada nilai sedang
Hasil yang diperoleh dari setiap indikator – indikator yang berada pada variabel
kualitas pelayanan menunjukan hasil rata – rata yang sedang (=2,97).Hasil
tertinggi diperoleh pada tingkat tanggap terhadap kebutuhan masyarakat. Hal ini
66
berarti KUA Kecamatan Serpong dianggap tanggap dan mengetahui kebutuhan
masyarakat atau secara empati sudah cukup baik. Namun secara umum hasil dari
indikator – indikator ini memperlihatkan hasil yang sedang.
Kesimpulan yang dapat diambil dari variabel kualitas pelayanan adalah
bahwa masyarakat menilai tingkat kualitas pelayanan KUA Kecamatan Serpong
berada pada tingkat sedang. Berarti tidak ada kesan kesalahan atau keburukan
yang terjadi saat melayani masyarakat. Masyarakat juga menilai kualitas
pelayanan KUA Kecamatan Serpong tidak tinggi . hal ini berarti masyarakat
melihat tidak ada prestasi yang luar biasa dari KUA Kecamatan Serpong dalam
melayani masyarakat. Kesan biasa-biasa saja terhadap kualitas pelayanan
mendominasi masyarakat kecamatan Serpong
Pengukuran kualitas pelayanan di atas diambil berdasarkan definisi yang
dikutip dari Zeithaml et al (1990) dan Horwitz and Neville (1996) yang memiliki
beberapa kriteria, yaitu :
a. Tangibles, penampilan fisik dari organisasi
b. Reliability, kemampuan memberikan pelayanan yang akurat
c. Responsiveness, kemampuan segera melakukan pelayanan
d. Assurance, menanamkan keyakinan dan kepercayaan pada konsumennya
e. Emphaty, memberikan perhatian secara pribadi
Maka disimpulkan bahwa kelima dimensi penting yang menentukan pada
tingkat kualitas pelayanan terpenuhi dalam tingkatan sedang.
2. Variabel Harga Pelayanan, Dimensinya Serta Indikatornya
Selanjutnya, dilakukan pengolahan data dari setiap kelompok dimensi
yang ada pada variabel harga pelayanan. Maka diperoleh hasil sebagai berikut.
67
Tabel 4.7 Analisis Deskriptif Dimensi dari Variabel Harga Pelayanan
No Dimensi Min Max Med Mean
1 Harga Moneter 1 3 2 2.44
2 Harga waktu 2 4 3 2.77
3 Harga Tenaga 2 5 3 2.98
4 Harga Psikis 2 5 3 3.02 Sumber : Hasil analisis peneliti
Gambar 4.3 Analisis Deskriptif Dimensi – Dimensi dari Harga Pelayanan
0
2
4
6Harga Moneter
Harga waktu
Harga Tenaga
Harga Psikis
Min
Max
Med
Mean
Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat dijelaskan bahwa tingkat harga
pelayanan pada KUA Kecamatan Serpong memiliki nilai rata – rata 2,97, atau
mendekati sedang atau biasa. Hal ini berarti harga pelayanan pada KUA tidak baik
ataupun tidak buruk dan berada sedikit di bawah tingkatan sedang.
Nilai tertinggi adalah 3,02. Nilai ini berada pada dimensi psikis. Hal ini
berarti bahwa secara spikis masyarakat menilai bahwa secara prosedur dan
persyaratan yang diberikan KUA Kecamatan Serpong masih cukup baik dan tidak
mengganggu secara psikis.
Sedangkan nilai terendah adalah 2,44 yang merupakan dimensi harga
moneter. Hal ini berarti bahwa masyarakat menilai harga moneter atau besaran
68
rupiah yang harus dikeluarkan oleh masyarakat berada pada tingkat yang sedikit
tidak baik. Penyebabnya bisa disebabkan oleh dua faktor, yaitu faktor mahal dan
kedua faktor ketidak jelasan harga. Masyarakat menilai bahwa harga yang harus
dibayarkan mahal, karena masyarakat menganggap dari segi biaya pelayanan yang
diberikan KUA Kecamatan Serpong dinilai terlalu rendah dibandingkan biaya
yang harus dibayar masyarakat. Faktor kedua adalah ketidak jelasan harga
moneter. Hal ini berarti masyarakat sedikit kecewa dengan tidak jelasnya berapa
biaya pernikahan yang sesungguhnya. Ekspektasi masyarakat terhadap harga lebih
rendah dibandingkan kenyataan yang mereka hadapi saat di lapangan.
Deskripsi dari setiap indikator pada setiap dimensi dibahas berikut ini dan
dimulai dari dimensi harga moneter
Tabel 4.8 Analisis Deskriptif Indikator – Indikator dari Dimensi Harga
Moneter
No Indikator Min Max Med Mean
1 Ongkos menuju ketempat pelayanan
baik
2 3 3 2.72
2 Harga pelayanan baik 1 3 2 2.16 Sumber : Hasil analisis peneliti
Penilaian responden terhadap indikator indikator pada dimensi harga
moneter ini memiliki dua nilai berbeda. Pada indikator pertama, atau ongkos
menuju ke tempat pelayanan dinilai responden mendekati sedang. Artinya belum
mencapai nilai sedang. Letak KUA Kecamatan Serpong memang agak masuk ke
dalam berkisar 300 meter dari arah jalan raya. dan terkesan tersembunyi. Namun
hasil ini bisa dikatakan mendekati sedang. Sementara itu pada indikator kedua
yaitu harga pelayanan ternyata responden memberi penilaian yang lebih jatuh lagi
atau mendekati tidak baik. Hal ini disebabkan oleh harga yang masih dinilai
terlalu mahal oleh sejumlah responden.
69
Kemudian dibahas mengenai indikator –indikator pada dimensi kedua atau
harga waktu:
Tabel 4.9 Analisis Deskriptif Indikator – Indikator dari Dimensi
HargaWaktu
No Indikator Min Max Med Mean
1 Lama antrian sebentar 2 4 3 2.86
2 Waktu pelayanan cepat 2 3 3 2.68 Sumber : Hasil analisis peneliti
Kedua indikator pada dimensi harga waktu memiliki nilai yang mirip atau
mendekati sedang. Lama antrian sebentar dinilai responden masih dalam tingkatan
mendekati sedang. Demikian juga untuk indikator kedua atau Lama waktu
pelayanan cepat yang juga dinilai masih dalam tingkatan mendekati sedang. Hal
ini berarti responden menilai dimensi harga waktu memiliki nilai yang mendekati
sedang
Selanjutnya diuraikan mengenai indikator – indikator yang terdapat pada
dimensi harga tenaga:
Tabel 4.10 Analisis Deskriptif Indikator – Indikator dari Dimensi
HargaTenaga
No Indikator Min Max Med Mean
1 Tingkat tidak kelelahan sebelum
pelayanan
2 4 3 3.14
2 Tingkat tidak kelelahan saat pelayanan 2 5 3 2.82 Sumber : Hasil analisis peneliti
Indikator pertama pada dimensi ini memiliki nilai yang di atas sedang
menurut penilaian responden. Tingkat tidak kelelahan sebelum pelayanan ternyata
meunjukan hasil yang di atas sedang. Berarti responden menilai untuk melakukan
kepengurusan awal dapat dikerjakan dengan tidak terlalu melelahkan. Sedangkan
indikator kedua yang menunjukan nilai sedikit di bawah sedang menunjukan
bahwa relatif sedikit lebih melelahkan pada saat pelayanan dibandingkan sebelum
70
pelayanan. Namun bisa disimpulkan bahwa secara rata – rata indikator pada
dimensi ini dinilai responden masih pada tingkat sedang.
Kemudian dicoba dijabarkan indikator –indikator pada dimensi terakhir
dari variabel harga pelayanan, yaitu harga psikis
Tabel 4.11 Analisis Deskriptif Indikator – Indikator dari Dimensi Harga
Psikis
No Indikator Min Max Med Mean
1 Tingkat kemudahan sebelum pelayanan 2 5 3 3.22
2 Tingkat kemudahan saat pelayanan 2 5 3 3.15 Sumber : Hasil analisis peneliti
Hasil yang diperoleh dari indikator – indikator pada dimensi ini
menunjukan hasil yang cukup baik. Tingkat kemudahan sebelum pelayanan
menunjukan nilai di atas sedang. Hal ini menunjukan terdapat kemudahan di
dalam prosedur kepengurusan awal. Ditemui juga responden yang memberi nilai
maksimal untuk indikator ini. Hasil yang tidak berbeda juga ditemui pada
indikator kedua, tingkat kemudahan saat pelayanan yang menunjukan nilai di atas
sedang juga. Berarti responden menilai secara prosedur, kepengurusan pernikahan
masih cukup baik. Maka dapat disimpulkan bahwa indikator – indikator pada
dimensi harga psikis ini menunjukan hasil yang di atas sedang.
Secara umum, semua dimensi – dimensi dari variabel harga pelayanan dan
berdasarkan hasil dari semua indikator berada pada tingkat sedang. Responden
menilai bahwa harga pelayanan yang diperoleh tidak buruk dan juga tidak terlalu
istimewa. Tidak ada kesan istimewa atau kesan buruk dalam harga pelayanan.
Pengamatan terhadap indikator – indikator yang terdapat pada variabel
harga pelayanan juga menunjukan hasil yang hampir merata pada semua nilai,
71
kecuali pada penilaian masyarakat terhadap tarif pelayanan KUA Kecamatan
Serpong yang dianggap masih buruk atau mendekati buruk ( = 2,16) . Hal inilah
yang menjadikan nilai variabel ini menjadi turun. . Satu hal yang menarik nilai
dari indikator persyaratan pelayanan yang paling tinggi (=3,22). Hal ini
mengindikasikan bahwa secara persyaratan, KUA Kecamatan Serpong telah
menampilkan kejelasan dan kemudahan, sehingga masyarakat menilai bahwa
cukup mudah untuk memenuhi persyaratan pernikahan. Hal ini berbeda dengan
anggapan umum masyarakat bahwa persyaratan pernikahan dianggap tidak jelas.
Sebagai kesimpulan dari deskripsi variabel, dimensi dan indikator di atas
adalah harga pelayanan yang diberikan terhadap KUA Kecamatan Serpong berada
pada tingkat sedang. Tidak ada hal buruk yang secara umum terjadi dan tidak ada
hal yang istimewa dan mengesankan berkaitan dengan harga pelayanan yang
harus dibayar oleh masyarakat. Walaupun terdapat sedikit penurunan nilai pada
harga moneter pelayanan, tetapi nilainya tidak terlalu rendah seperti yang
dikesankan oleh masyarakat umumnya. Sudah menjadi rahasia umum, bahwa
masyarakat menilai biaya yang harus dikeluarkan masyarakat dianggap mahal.
Namun ternyata, berdasarkan hasil kuisioner memperlihatkan nilai yang tidak
terlalu buruk, walaupun masih sedikit lebih rendah dibandingkan nilai sedangnya.
Pengukuran harga pelayanan diambil dari pernyataan Kotler (1997:34) yang
menggunakan dimensi dengan indikatornya adalah sebagai berikut :
a. Harga Moneter, Memiliki indikator berupa harga pelayanan, ongkos
menuju ke pelayanan.
b. Harga waktu, dengan indikator adalah lama waktu yang dibutuhkan
(antrian) untuk mendapatkan pelayanan dan lama waktu pelayanan.
72
c. Harga Tenaga, dengan indikator Tingkat kelelahan untuk mendapatkan
pelayanan, Tingkat kelelahan saat mendapat pelayanan.
d. Harga Psikis, dengan indikatornya adalah tingkat kesulitan dalam
memenuhi persyaratan pelayanan dan tingkat kesulitan dalam menjalankan
prosedur pelayanan.
Dari definisi tersebut di atas maka bisa dianngap bahwa harga pelayanan
yang diperoleh mencapai hasil sedang dengan catatan khusus pada harga moneter
yang sedikit lebih rendah dari nilai sedang.
3. Variabel Kepuasan Masyarakat, Dimensinya Serta Indikatornya
Berdasarkan hasil yang diperoleh dari responden, dapat dijelaskan bahwa
tingkat kepuasan masyarakat pada KUA Kecamatan Serpong memiliki nilai rata –
rata 2,97, atau mendekati sedang atau biasa. Hal ini berarti kepuasan masyarakat
pada KUA tidak baik ataupun tidak buruk. Bisa dianggap tidak ada kesan buruk
yang tertanam oleh masyarakat. Demikian juga tidak ada kesan istimewa dari
masyarakat.
Kemudian dikelompokan dimensi – dimensi dari variabel ini. Maka
diperoleh data sebagai berikut
Tabel 4.12 Analisis Deskriptif Dimensi – Dimensi dari Variabel Kepuasan
Masyarakat
No Dimensi Min Max Med Mean
1 Sebelum pelayanan 1 4 3 2.79
2 Saat pelayanan 1 4 3 2.75
3 Setelah pelayanan 1 4 3 2.96
4 Rekomendasi 1 5 3 3.00 Sumber : Hasil analisis peneliti
73
Gambar 4.4 Analisis Deskriptif dimensi – dimensi variabel kepuasan
masyarakat.
0
2
4
6Sebelum pelayanan
Saat pelayanan
Setelah pelayanan
Rekomendasi
Min
Max
Med
Mean
Berdasarkan nilai – nilai dimensi yang diperoleh di atas memperlihatkan
bahwa tingkat kepuasan pada semua dimensi menunjukan hasil yang sedang.
Hasil tertinggi berada pada dimensi rekomendasi. (=3,00). Hal ini berarti
ada keinginan dari masyarakat untuk mau merekomendasikan masyarakat agar
berurusan dengan pelayanan KUA Kecamatan Serpong
Dimensi dengan nilai terendah adalah dimensi saat pelayanan. (=2,75). Hal
ini menunjukan bahwa ada sedikit gangguan atau kekecewaan saat masyarakat
mendapati pelayanan KUA Kecamatan Serpong. Namun berdasrakan nilai yang
diperoleh di atas masih menunjukan angka yang tidak terlalu rendah dan masih
mendekati nilai sedang.
Berdasarkan pengamatan terhadap indikator – indikator yang terdapat pada
variabel ini memperlihatkan hasil yang hampir merata pada semua nilai indikator.
Nilai tertinggi berada pada indikator kesan di saat akan berurusan dengan
pelayanan yang cukup memuaskan. (=3,28). Hal ini cukup dimaklumi, karena
74
keinginan untuk menikah adalah sebuah kabar gembira yang menyenangkan orang
yang akan menjalankannya.
Nilai Indikator terendah berada pada dimensi pandangan masyarakat
terhadap kondisi awal pelayanan KUA Kecamatan Serpong (=2,23). Hal ini
berarti terdapat kesan awal yang buruk dari masyarakat sebelum mereka
mendapatkan pelayanan yang sesungguhnya.
Selanjutnya dijelaskan indikator – indikator pada dimensi pertama dari
kepuasan masyarakat, yaitu dimensi sebelum pelayanan
Tabel 4.13 Analisis Deskriptif Indikator - Indikator dari Dimensi Sebelum
Pelayanan
No Indikator Min Max Med Mean
1 Citra pelayanan 2 4 3 2.94
2 Kondisi pelayanan 1 3 2 2.23
3 Kepercayaan terhadap pelayanan 2 4 3 2.92
4 Keinginan untuk berurusan 2 4 3 3.28
5 Keinginan berususan jika ada
pengganti
2 4 3 2.58
Sumber : Hasil analisis peneliti
Indikator pertama, yaitu citra pelayanan ternyata memiliki hasil yang
hampir sedang. Hal ini berarti citra pelayanan di KUA Serpong dinilai oleh
responden, sebelum berurusan dengan KUA Serpong, masih dalam taraf sedang
dan tidak terlalu buruk. Maka dugaan bahwa citra KUA Kecamatan Serpong
adalah buruk tidak terbukti di penelitian ini. Indikator kedua adalah kondisi
pelayanan. Ternyata responden menilai kondisi pelayanan sedikit jatuh, walaupun
masih sedikit di bawah sedang. Indikator ketiga atau kepercayaan terhadap
pelayan, ternyata dinilai oleh responden masih cukup baik, yaitu mendekati nilai
sedang. Berarti responden masih menaruh harapan pada pelayanan KUA
75
Kecamatan Serpong. Dengan alasan inilah mereka menutuskan berhubungan
langsung dengan KUA Kecamatan Serpong. Indikator keempat atau keinginan
untuk berurusan diperoleh nilai di atas sedang. Hal ini masuk akal, karena mereka
para responden ini memang akhirnya berurusan dengan KUA Kecamatan Serpong
secara langsung. Sementara itu indikator terakhir atau keinginan berurusan jika
ada pengganti memiliki hasil yang sedikit di bawah sedang. Artinya masih ada
sedikit keinginan dari responden untuk diganti dalam kepengurusan oleh orang
lain. Namun angka itu masih terhitung kecil dan nilai yang diberikan oleh
responden masih mendekati sedang. Secara keseluruhan, nilai yang diberikan oleh
responden pada dimensi ini masih berada pada tingkatan sedang.
Kemudian dilanjutkan dengan pembahasan mengenai indikator –indikator
yang terdapat pada dimensi kedua, yaitu dimensi saat pelayanan
Tabel 4.14 Analisis Deskriptif Indikator - Indikator dari Dimensi Saat
Pelayanan
No Indikator Min Max Med Mean
1 Sikap saat pertama kali 1 3 3 2.64
2 Kesan saat pelayanan 2 4 3 2.75
3 Tindakan yang sering dilakukan 2 4 3 2.88 Sumber : Hasil analisis peneliti
Pada indikator pertama, atau sikap saat pertama kali mulai berurusan
dengan KUA Kecamatan Serpong ternyata agak sedikit di bawah sedang. Ada
rasa sedikit bingung ini terjadi karena sedikitnya atau kurangnya informasi di
lingkungan KUA Kecamatan Serpong atau tidak adanya seseorang yang berfungsi
sebagai resepsionis yang siap menyambut tamu. Indikator kedua atau kesan saat
mendapatkan pelayanan memperlihatkan hasil yang sedikit meningkat. Berarti ada
hal positif yang meningkat saat pelayanan. Indikator yang ketiga atau tindakan
yang sering dilakukan oleh responden juga mengarah ke arah sedang atau ke arah
76
positif. Hal ini berarti responden tidak melakukan hal – hal negatif, seperti kecewa
atau kesal di saat pelayanan tersebut. Tentu saja ini hasil yang cukup baik.
Kesimpulan yang dapat diambil dari dimensi ini adalah bahwa tingkat penilaian
responden terhadap dimensi saat pelayanan adalah mendekati sedang.
Pembahasan selanjutnya adalah mengenai indikator –indikator pada
dimensi ketiga dari variabel kepuasan masyarakat, yaitu dimensi Setelah
Pelayanan
Tabel 4.15 Analisis Deskriptif Indikator - Indikator dari Dimensi Setelah
Pelayanan
No Indikator Min Max Med Mean
1 Kesan secara keseluruhan 2 4 3 3.20
2 Tingkat pemakluman terhadap
kesalahan
2 4 3 2.85
3 Tingkat apatisme terhadap KUA 1 4 3 2.83 Sumber : Hasil analisis peneliti
Kesan yang diperoleh responden secara keseluruhan ternyata sedikit di
atas sedang. Berarti responden melihat bahwa pelayanan KUA Kecamatan
Serpong masih cukup bisa diandalkan. Selanjutnya indikator kedua, tingkat
pemakluman terhadap kesalahan ternyata mendekati sedang. Hal ini bisa berarti
bahwa responden melihat kesalahan yang terjadi masih bisa dimaklumi.
Sementara indikator ketiga, tingkat apatisme terhadap KUA Kecamatan Serpong
menunjukan angka sedikit di bawah sedang. Artinya, responden masih percaya
bahwa KUA Kecamatan Serpong masih bisa diandalkan asal dilakukan evaluasi
untuk perbaikan kinerja secara optimal. Indikator – indikator dalam dimensi ini
masih memiliki nilai sedang. Artinya kesan setelah menerima pelayanan dari
KUA Kecamatan Serpong masih cukup baik dan berada pada tingkatan sedang.
77
Dimensi terakhir dari variabel kepuasan masyarakat adalah dimensi
rekomendasi atau keinginan untuk memberitahukan kepada orang lain agar ikut
langsung juga berurusan dengan KUA Kecamatan Serpong. Berikut adalah
pembahasan dari setiap indikator – indikator dalam dimensi ini :
Tabel 4.16 Analisis Deskriptif Indikator - Indikator dari Dimensi
Rekomendasi
No Indikator Min Max Med Mean
1 Tingkat kebanggaan terhadap KUA
Serpong
2 3 3 2.74
2 Sikap terhadap orang yang
menganggap buruk KUA Serpong
2 4 3 2.85
3 Sikap terhadap orang yang ragu
terhadap pelayanan KUA Serpong
2 5 3 3.19
4 Sikap terhadap orang yang ingin
dibantu anda berurusan dengan KUA
Serpong
1 5 3 3.23
Sumber : Hasil analisis peneliti
Indikator pertama atau tingkat kebanggan terhadap KUA Serpong
diperoleh hasil yang cukup baik, yaitu mendekati sedang. Berarti masih ada
sedikit kebanggaan dari responden terhadap kinerja pelayanan KUA Kecamatan
Serpong. Selanjutnya indikator kedua atau sikap terhadap orang yang
menganggap buruk KUA Kecamatan Serpong ternyata cukup baik dan mendekati
sedang. Berarti ada sedikit responden yang masih ingin membela dengan
pernyataan ini. Indikator ketiga atau sikap terhadap orang yang ragu jika ingin
berurusan dengan KUA Kecamatan Serpong, ternyata disambut dengan cukup
antusias oleh responden dengan memberi penilaian sedikit di atas sedang. Bahkan
indikator keempat atau sikap terhadap orang yang ingin dibantu anda untuk
berurusan dengan KUA Kecamatan Serpong, ternyata ada kecenderungan anda
menyarankan beliau untuk segera berurusan dengan KUA Kecamatan Serpong,
78
dengan penilaian yang sedikit di atas sedang. Secara umum, hasil penilaian yang
diperoleh pada dimensi ini adalah pada tingkatan sedang..
Pengukuran variabel kepuasan pelanggan, Tingkat kepuasan masyarakat
dalam penelitian ini didasari pada konsep yang dikutip dari Giese dan Cote (2000)
yaitu, penilaian tingkat kepuasan berdasarkan konsep Oliver, Cadotte, Woodruff,
Jenkins, Halstead, Hartman, Schmitdt, Westbrook dan Reilly dilakukan melalui
respon afektif dari konsumen atau masyarakat yang mendapatkan pelayanan.
(dalam Giese dan Cote :2000) mengenai respon afektif. Kepuasan masyarakat
juga dinilai sebagai proses, oleh karena itu maka penilaian berdasarkan tahapan –
tahapan dilakukan, mulai dari sebelum, saat dan setelah pelayanan serta keinginan
untuk merekomendasikan berdasarkan pendapat Abdelayem (2007).
Maka disimpulkan bahwa hasil yang diperoleh dari definisi dari variabel
kepuasan masyarakat di atas adalah berada pada tingkat sedang, yang sedikit di
bawah sedang (=2,87). Atau dengan kata lain disimpulkan bahwa kepuasan
masyarakat Serpong berada pada tingkat sedang.
Perbandingan hasil dari dua konsep mengenai Kepuasan pelayanan
Sesungguhnya terdapat banyak pakar yang melahirkan konsep mengenai
kepuasan masyarakat. Yang bahkan melahirkan perdebatan yang panjang. Konsep
yang dipakai peneliti di atas menggunakan tiga faktor (sebelum, saat dan setelah
pelayanan ). Sedangkan faham lainnya adalah cukup dipakai dari saat dan setelah
pelayanan, seperti yang diungkapkan oleh banyak pakar seperti Oliver (1997)
(dalam Founier & Mick,1999:5-6, dalam Nasution,2005:48), Kotler (1997:36),
79
Aritonang (2005:138), Engel (1990) dan Pawitra (1993) (Gerson,2001:24), serta
Gerson (2001:5).
Selain itu, Giese dan Cote (2000) menyatakan tingkat kepuasan
berdasarkan konsep Oliver, Cadotte, Woodruff, Jenkins, Halstead, Hartman,
Schmitdt, Westbrook dan Reilly dilakukan melalui respon afektif dari konsumen
atau masyarakat yang mendapatkan pelayanan. (dalam Giese dan Cote :2000)
mengenai respon afektif. Kepuasan masyarakat juga dinilai sebagai proses, oleh
karena itu maka penilaian berdasarkan tahapan –tahapan dilakukan, mulai dari
sebelum, saat dan setelah pelayanan serta keinginan untuk merekomendasikan
berdasarkan pendapat Abdelayem (2007).
Untuk menjawab keraguan terhadap konsep yang melibatkan sebelum
pelayanan yang dianggap sebagai ”pengganggu” untuk memperoleh nilai yang
benar dari kepuasan masyarakat, maka dicoba dilakukan perbandingan terhadap
kedua konsep tersebut, dengan melihat rata – rata hasilnya. Berdasarkan faham
kedua tersebut diperoleh hasil rata – rata variabel yang mendekati sama. Hasil rata
– rata nilai variabel konsep pertama yang melibatkan sebelum pelayanan adalah
2,87. Sedangkan pada faham kedua yang mengabaikan sebelum pelayanan,
diperoleh hasil 2,92. Ada sedikit kenaikan ( 1,7 % ) saat dimensi sebelum
pelayanan dihilangkan,namun tidak terlalu jauh berbeda. Maka disimpulkan
bahwa tidak ada perbedaan hasil antara kedua faham di atas, atau dengan kata lain
dapat dikatakan bahwa memasukan konsep yang melibatkan sebelum pelayanan
tetap menghasilkan kesimpulan yang sama dengan konsep yang tidak melibatkan
sebelum pelayanan.
80
4. Analisis Hasil Jika Jawaban Ragu-Ragu Dihilangkan
Untuk semakin mempertajam analisis hasil dicoba untuk melihat hasil
pengukuran jika jawaban ragu-ragu diabaikan. Pada dasarnya memasukan
jawaban ragu – ragu untuk nilai 3 pada kuisioner adalah dimaksud untuk
menunjukan kesan bahwa tidak ada paksaan untuk bersikap dalam menentukan
jawaban. Namun terdapat penafsiran lain, yaitu bahwa menampilkan jawaban ragu
– ragu pada kuisioner dianggap tidak jelas dan mengganggu hasil, karena keragu-
raguan bisa saja sebagai tidak setuju atau setuju yang karena suatu sebab mereka
tidak berani atau tidak mau bersikap (setuju atau tidak setuju)
Maka selanjutnya dilakukan pemisahan nilai dengan angka 3 (tiga ), maka
diperoleh hasil perhitungan dan pengolahan data sebagai berikut :
Tabel 4.17 Perbandingan Hasil dengan Eliminasi Jawaban Ragu-ragu
NO VARIABEL Dengan Jawaban Ragu-
ragu
Tanpa jawaban Ragu-
ragu
1
2
3
Kualitas pelayanan
Harga pelayanan
Kepuasan Masyarakat
2.97
2,84
2,87
2,98
2,51
2,59
Berdasarkan hasil di atas diperoleh gambaran yang jelas bahwa tidak
terdapat perbedaan yang mencolok antara kedua kelompok nilai tersebut.
Berdasarkan pengujian menurut Sugiyono (1993) kasus ini dapat dilakukan
dengan pengujian dua sampel berpasangan atau uji (Paired Sample Test).
Ho adalah tidak ada perbedaan antara kelompok sampel pertama (dengan jawaban
ragu - ragu) dengan kelompok sampel kedua (tanpa jawaban ragu - ragu). Dan H1
81
adalah ada perbedaan antara kelompok sampel pertama (dengan jawaban ragu –
ragu ) dan kelompok sampel kedua ( tanpa jawaban ragu - ragu).
Maka diperoleh t hitung = 1,887 pada df = 2. Sedangkan t tabel untuk df = 2 pada
signifikansi 0,025 adalah 4,303. Selanjutnya diperbandingkan antara –t hitung > -t
tabel atau -1,887 > -4,303. Maka Ho diterima. Hal ini menunjukan bahwa tidak
terdapat perbedaan pandangan dari kedua kelompok yang berbeda dalam pilihan
jawaban yang menggunakan jawaban ragu – ragu dan jawaban tanpa ragu –ragu..
Maka disimpulkan bahwa dengan menampilkan data hasil yang termasuk nilai
jawaban ragu – ragu, tetap dianggap diperoleh hasil yang bisa dipertanggung
jawabkan.
5. Analisis Hasil Perbandingan Antara Pengguna Jasa Pelayanan KUA
Seperti diketahui dalam hasil di awal bab pembahasan adalah pengguna
jasa pelayanan KUA Kecamatan Serpong terbagi menjadi dua pihak, yaitu kedua
calon mempelai dan kerabat dekat calon mempelai, yaitu ayah atau ibu atau
saudaranya.
Setelah dilakukan pemisahan kedua pihak tersebut dan dilakukan
perhitungan dan pengolahan data, maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.18 Perbandingan Hasil Antara Pengguna Jasa Mempelai dan
Kerabat
NO VARIABEL Kedua Mempelai Kerabat
1
2
3
Kualitas pelayanan
Harga pelayanan
Kepuasan Masyarakat
2.96
2,83
2,86
2,97
2,87
2,91
82
Berdasarkan hasil di atas diperoleh gambaran yang jelas bahwa tidak
terdapat perbedaan yang mencolok antara kedua kelompok nilai tersebut.
Berdasarkan pengujian menurut Sugiyono (1993) kasus ini dapat dilakukan
dengan pengujian dua sampel berpasangan atau uji (Paired Sample Test).
Ho adalah tidak ada perbedaan antara kelompok sampel pertama (kedua
mempelai) dengan kelompok sampel kedua (kerabat). Dan H1 adalah ada
perbedaan antara kelompok sampel pertama (kedua mempelai) dan kelompok
sampel kedua ( kerabat).
Maka diperoleh t hitung = 0,109 pada df = 2. Sedangkan t tabel untuk df =
2 pada signifikansi 0,025 adalah 4,303. Selanjutnya diperbandingkan antara –t
hitung > -t tabel atau -0,109 > -4,303. Maka Ho diterima. Hal ini menunjukan
bahwa tidak terdapat perbedaan pandangan dari kedua kelompok pengguna jasa
pelayanan KUA Kecamatan Serpong.
C. UJI HIPOTESA
1. Uji Hipotesa Kualitas Pelayanan, X1 Terhadap Kepuasan Masyarakat,Y
Uji hipotesa pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan masyarakat
dilakukan dengan uji korelasi dengan menggunakan SPSS 13. Maka diperoleh
hasil bahwa R hitung (0,017) < dari R Tabel (0,210). Maka disimpulkan bahwa
Ho diterima. Bisa disimpulkan bahwa Tidak ada hubungan antara kualitas
83
pelayanan (X1) dan kepuasan masyarakat (Y) dalam kasus pelayanan KUA
Kecamatan Serpong.
Nilai R yang hanya sedikit positif menunjukan bahwa hubungan antara
kedua variabel di atas sangat lemah dan cenderung tidak ada hubungan
Nilai probabilitas 2 ekor ( 2 –tailed) menunjukan hasil 0,878, yang
memperlihatkan hasil lebih besar dari alfa 0,025. Atau dengan kata lain Ho
diterima, atau tidak ada hubungan kualitas pelayanan dan kepuasan masyarakat.
Pengujian regresi yang dilakukan memperlihatkan bahwa R square bernilai
0,0000 atau tidak ada pengaruh sama sekali dari kualitas pelayanan terhadap
kepuasan masyarakat. Jika dilanjutkan dengan perhitungan regresi, maka
diperoleh hasil :
Kepuasan masyarakat = -0.018 (kualitas pelayanan) + 44.055.
Hal di atas semakin memperlihatkan bahwa data yang tersedia tidak dapat
mendeteksi hubungan kualitas pelayanan terhadap kepuasan masyarakat sangat
kecil. Hasil penelitian ini .bertentangan dengan konsep kepuasan pelanggan
menurut Day dalam Tse dan Wilson (Dalam Tjiptono 1998:146) yang
menjelaskan bahwa besarnya pengaruh diskonfirmasi antara harapan dan
kenyataan yang diperoleh. Atau Engel et al (dalam Tjiptono 1998:147) yang juga
mengangkat konsep kesesuaian harapan. Selanjutnya banyak pakar yang berbicara
tentang kepuasana masyarakat, seperti Boarden dkk(2001:95), Kotler dalam
Tjiptono (1998:147), Nasution (2005:48), Oliver (1997) dalam Nasution
(2005:50), Foster (2001:1), Gerson (2001:3) juga menjelaskan bahwa pengaruh
perbandingan antara harapan sebelumnya dan kenyataan yang diperoleh adalah
84
kunci untuk menunjukan tingkat kepuasan masyarakat. Maka penelitian ini
memperlihatkan hasil yang tidak sesuai dengan konsep para pakar tersebut di atas.
Ketidak sesuaian hasil penelitian ini dengan konsep para pakar di atas
diduga disebabkan oleh produk dari kasus ini yang berhubungan erat dengan
perkara religius atau keagamaan, sehingga pengguna jasa KUA Serpong
mengembalikan segala hasil yang diperoleh kepada masalah keagamaan. Selama
syarat – syarat atau tahapan – tahapan keagamaan terpenuhi, maka masyarakat
akan puas. Jadi faktor yang mempengaruhi bukanlah tingkat kualitas pelayanan
yang baik, tetapi kesesuaian dengan syarat – syarat keagamaan.
Jika kita melihat berdasarkan konsep kualitas menurut Garvin (dalam
Tjiptono 1998:53), maka pendekatan kualitas Transcendental approach bisa
menjadi pendekatan yang sesuai dengan produk KUA Kecamatan Serpong, yaitu
produk keagamaan merupakan suatu yang berarti dapat dirasakan tetapi sulit
didefinisikan atau dioperasionalkan atau bisa juga melalui pendekatan User based-
approach, atau bergantung dari cara pengguna itu memandang, dalam hal ini
produk keagamaan dilihat sebagai sesuatu yang sakral, sehingga kepuasannya
harus bergantung kepada persyaratan keagamaan agau keseuaian dengan tahapan
– tahapan keagamaan. Selama tahapan – tahapan keagamaan dapat terpenuhi,
maka kepuasan bisa terpenuhi.
Faktor lain yang menyebabkan tidak terpengaruhnya antara tingkat kualitas
pelayanan terhadap kepuasan masyarakat adalah disebabkan hasil akhir dari
produk ini adalah suatu hal yang menggembirakan, yaitu seremonial pernikahan
selesai, sehingga pasangan mempelai resmi menjadi suami istri. Ini adalah kabar
85
sangat gembira bagi kedua mempelai, sehingga mampu melupakan segala
kejadian buruk atau kurang menyenangkan selama prosesi pernikahan tersebut.
Faktor lain yang membuat kualitas pelayanan menjadi tidak berhubungan
dengan kepuasan masyarakat adalah faktor religius lainnya, yaitu bersyukur atau
menerima hasil karena telah diselesaikannya prosesi pernikahan. Hal harus
disyukuri dan bisa menghapuskan ketidakpuasan yang terjadi sebelum dan saat
prosesi pernikahan tersebut. Atas dasar ketiga hal di atas inilah maka tingkat
kualitas pelayanan menjadi kurang kuat pengaruhnya terhadap kepuasan
masyarakat.
2. Uji Hipotesa Harga Pelayanan,X2 Terhadap Kepuasan Masyarakat,Y
Pengujian hipotesa harga pelayanan, X2 terhadap kepuasan masyarakat,Y,
dilakukan uji korelasi dengan menggunakan SPSS 13. Maka diperoleh hasil
bahwa R hitung (0,575) > dari R Tabel (0,210). Sehingga disimpulkan bahwa Ho
ditolak dan terdapat hubungan antara harga pelayanan (X2) dan kepuasan
masyarakat (Y).Selain itu, uji probabilitas 2 ekor (2 –tailed), memperlihatkan hasil
0,000 atau lebih kecil dari nilai probabilitas yang ditentukan atau 0,025. Maka Ho
ditolak, atau terdapat hubungan antara harga pelayanan dan kepuasan mayarakat.
Perhitungan regresi memperlihatkan hasil R square 0,330 atau koefisien
determinasi 33%. Dengan kata lain dapat dijelaskan bahwa 33% variabel harga
pelayanan berpengaruh terhadap kepuasan masyarakat. Selanjutnya uji regresi
menghasilkan persamaan sebagai berikut :
Kepuasan masyarakat = 1,241 (Harga Pelayanan) + 14.895.
86
Persamaan di atas memperlihatkan bahwa tedapat pengaruh harga pelayanan
terhadap kepuasan masyarakat.Sehingga setiap peningkatan atau penurunan harga
pelayanan diberikan maka akan menyebabkan perubahan kepuasan masyarakat.
Hal ini sesuai dengan konsep Tjiptono (2002:151) yang menjelaskan bahwa
harga adalah indikator yang langsung berpengaruh terhadap pelanggan, maka bisa
dikatakan juga jika berhubungan langsung dengan kepuasan masyarakat.Karena
keterkaitan yang erat harga pelayan terhadap kepuasan masyarakat maka KUA
Kecamatan Serpong harus memperhatikan variabel ini agar kepuasan masyarakat
dapat dijaga dan ditingkatkan.
Berdasarkan komentar dan saran dari responden dalam kuisioner juga
memperlihatkan bahwa harga yang diberikan dianggap masih terlalu mahal dan
harga masih kurang jelas. Walapun mayoritas responden menilai kinerja KUA
Kecamatan Serpong masih baik, namun kedua faktor yang berkaitan erat di atas
memperlihatkan bahwa masalah harga masih menjadi kendala yang harus
diperbaiki.
Jika dikaitkan dengan Boarden (2001:252-255), maka faktor masalah harga
yang ditetapkan KUA Kecamatan Serpong belum dievaluasi minimal tiga dari
lima faktor penetapan harga. Pertama, Ongkos untuk operasional belum
dievaluasi, kedua, aspek konsumen, terutama tingkatpendapatan konsumen belum
diketahui, ketiga, tidak adanya saingan membuat tidak adanya kompetisi dan
evaluasi harga terhadap pasar.
Mahalnya harga menurut masyarakat menunjukan bahwa KUA Kecamatan
Serpong belum melakukan langkah kompromistis antara ongkos atau biaya
uperasional untuk melakukan kegiatan pelayanan ini dan tingkat kemampuan
87
pendapatan masyarakat Serpong umumnya. Diperkirakan KUA Kecamatan
Serpong masih melihat penentuan harga pelayanan dari satu sisi saja, yaitu dari
sisi ongkos dan honor aparat KUA Kecamatan Serpong saja. Akibatnya harga
yang harus dibayar masyarakat menjadi terlalu mahal.
Ketidak jelasan harga pelayanan KUA Kecamatan Serpong disebabkan oleh
lemahnya faktor komunikasi. KUA Kecamatan Serpong tidak secara tertulis
memberitahukan biaya resmi pernikahan kepada kerabat atau kedua calon
mempelai. Sehingga tidak sedikit yang merasa kaget ketika diberikan harga
pelayanan KUA tersebut.
3 Uji Hipotesa Kualitas Pelayanan, X1 Dan Harga Pelayanan, X2 Secara
Bersama –Sama Terhadap Kepuasan Masyarakat, Y
Berdasarkan pengolahan data dengan menggunakan uji korelasi yang
dilakukan terhadap data kualitas pelayanan dan harga pelayanan terhadap
kepuasan masyarakat, maka diperoleh hasil sebagai berikut :
Karena harga R hitung ( 0,975 ) lebih besar dari harga R tabel untuk n=88
( 0,210), maka Ho ditolak. Maka disimpulkan bahwa variabel X1 dan variabel X2
berhubungan dengan variabel Y. Sehingga disimpulkan bahwa kualitas pelayanan
dan harga pelayanan berhubungan dengan kepuasan masyarakat. Kualitas
pelayanan yang dikaitkan dengan harga pelayanan akan dapat mempengaruhi
kepuasan masyarakat. Selain itu, uji probabilitas 2 ekor (2 –tailed),
memperlihatkan hasil 0,000 atau lebih kecil dari nilai probabilitas yang ditentukan
88
atau 0,025. Maka Ho ditolak, atau terdapat hubungan yang erat antara kualitas dan
harga pelayanan dengan kepuasan masyarakat.
Perhitungan regresi memperlihatkan hasil R square 0,951 atau koefisien
determinasi 95%. Dengan kata lain dapat dijelaskan bahwa 95% variabel kualitas
dan harga pelayanan berpengaruh terhadap kepuasan masyarakat. Selanjutnya uji
regresi menghasilkan persamaan sebagai berikut :
Kepuasan masyarakat = 0,968 (Harga Pelayanan) – 29.211.
Hal ini berarti bahwa jika variabel kualitas pelayanan dan harga pelayanan
secara bersama – sama diregresikan dengan variabel kepuasan masyarakat maka
diperoleh hasil yang berhubungan sangat erat dan lebih besar dibandingkan jika
masing – masing variabel terpisah. Maka hal ini sesuai dengan teori kualitas
Zeithaml et al (1990) dan Horwitz and Neville (1996), Goetsh dan Davis dalam
Tjiptono (1998:51), Gummeson dalam Ratminto (2006:98), serta Johnston dan
Silvestro dalam Tjiptono (1998:99) yang menunjukan bahwa kualitas pelayanan
berkaitan dengan kebutuhan pelanggan yang terpenuhi, yang berarti kepuasan
konsumen terpenuhi.
Demikian juga dengan harga pelayanan, seperti yang dinyatakan Tjiptono
(2002:151) dan Boarden (2001: 252-255) menunjukan hubungan yang erat
dengan kepuasan masyarakat. Karena itu, KUA Kecamatan Serpong dapat
meningkatkan kepuasan masyarakat dengan melakukan peningkatan kualitas
pelayanan yang memperhatikan harga pelayanan. Dengan kata lain harus
melibatkan lima faktor seperti yang diungkapkan oleh Boarden (2001: 252 – 255)
89
Hasil ini memperlihatkan bahwa populasi masyarakat Kecamatan Serpong
yang mendapat pelayanan langsung melihat bahwa kedua variabel (kualitas
pelayanan dan harga pelayanan ) sangat berkaitan erat jika dihubungkan dengan
kepuasan masyarakat.
90
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
A. SIMPULAN
1. Pengujian korelasi antara kualitas pelayanan dan kepuasan masyarakat
ternyata memperlihatkan hasil yang sangat kecil. Penelitian tidak mampu
mendeteksi adanya hubungan antara kualitas pelayanan dan kepuasan
masyarakat. Sekanjutnya, baik atau buruknya kualitas pelayanan publik
tidak akan mempengaruhi tingkat kepuasan masyarakat. Hasil penelitian ini
bertentangan dengan konsep kepuasan pelanggan menurut Day dalam Tse
dan Wilson (Dalam Tjiptono 1998:146) yang menjelaskan bahwa besarnya
pengaruh diskonfirmasi antara harapan dan kenyataan yang diperoleh. Atau
Engel et al (dalam Tjiptono 1998:147) yang juga mengangkat konsep
kesesuaian harapan. Selanjutnya banyak pakar yang berbicara tentang
kepuasan masyarakat, seperti Boarden dkk(2001:95), Kotler (1994) dalam
Tjiptono (1998:147), Nasution (2005:48), Oliver (1997) dalam Nasution
(2005:50), Foster (2001:1), Gerson (2001:3) juga menjelaskan bahwa
pengaruh perbandingan antara harapan sebelumnya dan kenyataan yang
diperoleh adalah kunci untuk menunjukan tingkat kepuasan masyarakat.
Maka penelitian ini memeperlihatkan hasil yang tidak sesuai dengan konsep
para pakar tersebut di atas.
91
Ketidak sesuaian hasil penelitian ini dengan konsep para pakar di atas
diduga disebabkan oleh produk dari kasus ini yang berhubungan erat dengan
perkara religius atau keagamaan, sehingga pengguna jasa KUA Serpong
mengembalikan segala hasil yang diperoleh kepada masalah keagamaan.
Selama syarat – syarat atau tahapan – tahapan keagamaan terpenuhi, maka
masyarakat akan puas. Jadi faktor yang mempengaruhi bukanlah tingkat
kualitas pelayanan yang baik, tetapi kesesuaian dengan syarat – syarat
keagamaan. Jika kita melihat berdasarkan konsep kualitas menurut Garvin
(dalam Tjiptono 1998:53), maka pendekatan kualitas Transcendental
approach bisa menjadi pendekatan yang sesuai dengan produk KUA
Kecamatan Serpong, yaitu produk keagamaan merupakan suatu yang berarti
dapat dirasakan tetapi sulit didefinisikan atau dioperasionalkan atau bisa
juga melalui pendekatan User based-approach, atau bergantung dari cara
pengguna itu memandang, dalam hal ini produk keagamaan dilihat sebagai
sesuatu yang sakral, sehingga kepuasannya harus bergantung kepada
persyaratan keagamaan agau keseuaian dengan tahapan – tahapan
keagamaan. Selama tahapan – tahapan keagamaan dapat terpenuhi, maka
kepuasan bisa terpenuhi.
Faktor lain yang menyebabkan tidak terdeteksinya antara tingkat
kualitas pelayanan terhadap kepuasan masyarakat adalah disebabkan hasil
akhir dari produk ini adalah suatu hal yang menggembirakan, yaitu
seremonial pernikahan selesai, sehingga pasangan mempelai resmi menjadi
suami istri. Ini adalah kabar sangat gembira bagi kedua mempelai, sehingga
92
mampu melupakan segala kejadian buruk atau kurang menyenangkan
selama prosesi pernikahan tersebut.
2. Pengujian antara harga pelayanan dan kepuasan masyarakat
memperlihatkan hasil yang cukup tinggi, sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat hubungan yang erat antara harga pelayanan dan kepuasan
masyarakat. Sehingga setiap peningkatan atau penurunan harga pelayanan
diberikan maka akan menyebabkan perubahan kepuasan masyarakat. Hal ini
sesuai dengan konsep Tjiptono (2002:151) yang menjelaskan bahwa harga
adalah indikatro yang langsung berpengaruh terhadap pelanggan, maka bisa
dikatakan juga jika berhubungan langsung dengan kepuasan masyarakat.
Berdasarkan komentar dan saran dari responden juga memperlihatkan
bahwa harga yang diberikan dianggap masih terlalu mahal dan masih kurang
jelas. Walapun mayoritas responden menilai kinerja KUA Kecamatan
Serpong masih baik, namun kedua faktor yang berkaitan erat di atas
memperlihatkan bahwa masalah harga masih menjadi kendala yang harus
diperbaiki. Jika dikaitkan dengan Boarden (2001:252-255), maka faktor
masalah harga yang ditetapkan KUA Kecamatan Serpong belum dievaluasi
minimal tiga dari lima faktor penetapan harga. Pertama, Ongkos untuk
operasional belum dievaluasi, kedua, aspek konsumen, terutama
tingkatpendapatan konsumen belum diketahui, ketiga, tidak adanya saingan
membuat tidak adanya kompetisi dan evaluasi harga terhadap pasar.
Mahalnya harga menurut masyarakat menunjukan bahwa KUA
Kecamatan Serpong belum melakukan langkah kompromistis antara ongkos
93
atau biaya uperasional untuk melakukan kegiatan pelayanan ini dan tingkat
kemampuan pendapatan masyarakat Serpong umumnya. Diperkirakan KUA
Kecamatan Serpong masih melihat penentuan harga pelayanan dari satu sisi
saja, yaitu dari sisi ongkos dan honor aparat KUA Kecamatan Serpong saja.
Akibatnya harga yang harus dibayar masyarakat menjadi terlalu mahal.
Ketidak jelasan harga pelayanan KUA Kecamatan Serpong disebabkan
oleh lemahnya faktor komunikasi. KUA Kecamatan Serpong tidak secara
tertulis memberitahukan biaya resmi pernikahan kepada kerabat atau kedua
calon mempelai. Sehingga tidak sedikit yang merasa kaget ketika diberikan
harga pelayanan KUA tersebut.
3. Pengujian terhadap kualitas pelayanan dan harga pelayanan secara
bersama – sama terhadapkepuasan masyarakat memperlihatkan hasil yang
positif. Bahkan lebih tinggi nilainya jika dibandingkan nilai kedua variabel
ini jika terpisah. Hal ini berarti terdapat hubungan erat antara kualitas
pelayanan dan harga pelayanan secara bersama sama terhadap kepuasan
masyarakat. Maka jika kualitas dikaitkan dengan harga pelayanan, maka
akan dapat mempengaruhi kepuasan masyarakat. Sehingga memperlihatkan
bahwa masyarakat Serpong masih tetap memperhatikan kualitas pelayanan,
asal dibarengi dengan faktor harga pelayanan.
.
94
B. SARAN
Sejalan dengan kesimpulan yang tertulis di atas, maka dapat diperoleh saran
– saran sebagai berikut :
1. Hasil pengujian pertama yang gagal mendeteksi hubungan antara
tingkat kualitas pelayanan dan kepuasan masyarakat hendaknya tidak
menjadikan aparat KUA Kecamatan Serpong tidak ada keinginan untuk
memperbaiki dan meningkatkan tingkat kualitas pelayanan. Hal ini
disebabkan bahwa telah banyak para pakar konsep yang menyatakan adanya
hubungan antara kualitas pelayanan dan kepuasan masyarakat. Bahkan
Ratminto (2006:28) menjelaskan bahwa indeks kepuasan masyarakat itu
jelas dipengaruhi oleh kualitas pelayanan. Karena itu budaya untuk bekerja
dengan selalu meningkatkan kualitas pelayanan adalah hal yang tetap harus
dilakukan.
Salah satu faktor yang menyebabkan tidak berpengaruhnya kualitas
pelayanan terhadap kepuasan masyarakat adalah hasil kualitas pelayanan
yang menunjukan tingkat sedang atau biasa saja. Sehingga hasil ini tidak
mampu memberikan kesan yang mendalam terhadap masyarakat. Walaupun
tidak ada kesan buruk juga di masyarakat. Oleh karena itu aparat KUA
Kecamatan Serpong harus meningkatkan kualitas pelayanannya seoptimal
mungkin, sehingga dapat memberikan kesan yang menyenangkan dari
masyarakat pengguna jasa ini.
Faktor lain yang mengharuskan aparat KUA Kecamatan Serpong
meningkatkan kualitas pelayanannya adalah masih sangat rendahnya
masyarakat Kecamatan Serpong yang langsung berurusan dengan KUA
95
Kecamatan Serpong. Hanya 2,75 % saja masyarakat Serpong dalam enam
tahun terakhir yang mendapat pelayanan langsung dari KUA Kecamatan
Serpong. Sisanya 97,5 % mengandalkan jasa calo atau mediator atau yang
disebut masyarakat Kecamatan Serpong sebagai amil dalam berurusan
dengan pelayanan KUA Kecamatan Serpong.
KUA Kecamatan Serpong, seperti yang dinyatakan oleh Ratminto
(2006:28) harus melakukan survey indeks kepuasan masyarakat secara
berkala sebagai bagian untuk menjaga dan meningkatkan kualitas pelayanan
pada tingkat yang semakin tinggi. Selain itu, KUA Kecamatan Serpong
harus mengacu kepada hakikat kualitas pelayanan publik menurut
Keputusan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara Nomor 63 tahun 2004,
yang menurut Ratminto (2006:19-20) adalah pemberian pelayanan prima
kepada masyarakat sebagai bentuk perwujudan kewajiban aparatur negara
sebagai abdi masyarakat.
2. Harga pelayanan yang berkaitan erat dengan kepuasan masyarakat,
seharusnya menjadi perhatian tersendiri bagi KUA Kecamatan Serpong.
Karena jika penentuan harga tidak sesuai dengan harapan dan keinginan
masyarakat, maka kepuasan masyarakat bisa menjadi menurun. Hasil harga
pelayanan yang menunjukan hasil sedang sebetulnya sudah cukup baik.
Namun tentu saja optimalisasi terhadap harga pelayanan atau penentuan
harga yang tepat untuk pelayanan harus dilaksanakan agar tingkat harga
pelayanan menjadi lebih diterima, atau harga pelayanan semakin
memuaskan masyarakat. Hal ini harus dilakukan karena ternyata dalam baris
96
komentar dan saran dalam kuisioner, masih ditemui dua faktor yang
berkaitan dengan masalah harga, yaitu mahalnya harga dan ketidak jelasan
harga pelayanan. Atas dasar inilah maka KUA Kecamatan Serpong harus
menyelesaikan kedua masalah tersebut agar harga pelayanan yang harus
dibayar masyarakat adalah harga yang dapat memuaskan masyarakat.
Selanjutnya, dilakukan kesimpulan yang berkaitan dengan kedua faktor
tersebut seperti tertulis berikut ini.
Mahalnya harga, seperti yang telah dijelaskan dalam kesimpulan di atas
adalah disebabkan oleh masih belum dilaksnakannya evaluasi penentuan
harga pelayanan, seperti yang diungkapkan oleh Boarden (2001:252-255).
Boarden melihat ada lima faktor yang harus diperhatikan dalam penentuan
harga ini, yaitu ongkos, konsumen, jalur distribusi, kompetisi dan
kesesuaian dengan tujuan organisasi.
Berkaitan dengan ongkos, KUA Kecamatan Serpong harus mulai
melakukan analisis biaya yang harus dikeluarkan untuk prosesi pernikahan.
Mulai dari biaya untuk pemberkasan, jasa penulisan dan dokumentasi, jasa
prosesi pernikahan, jasa nasehat pernikahan. Atau biaya –biaya lain yang
mungkin ada dan perlu diperhitungkan.
Berhubungan dengan konsumen, maka KUA Kecamatan Serpong harus
melakukan survey terhadap tingkat pendapatan masyarakat. Hal ini bisa
dilakukan dengan melakukan kerjasama dengan institusi survey yang
terdekat atau BPS daerah kabupaten Tangerang. Sehingga diperoleh
pendapatan rata – rata kecamatan Serpong. Bila perlu dilakukan peta atau
pengelompokan zona berdasarkan pendapatan masyarakat dan minimal
97
terbagi menjadi dua zona pendapatan. Hal ini masuk akal, mengingat
penduduk daerah kecamatan Serpong terbagi menjadi dua bagian, yaitu
kompleks perumahan Bumi Serpong Damai dan perkampungan penduduk
Serpong. Maka bisa diterapkan perlakuan harga yang berbeda antara warga
perumahan BSD dan warga perkampungan Serpong.
Faktor jalur distribusi sebagai faktor ketiga yang diungkap Boarden
tidak terlalu berpengaruh terhadap penentuan harga, mengingat produk yang
diberikan KUA Kecamatan Serpong adalah produk jasa atau pelayanan.
Sehingga faktor ini tidak terlalu berpengaruh, kecuali satu faktor dalam
biaya transportasi petugas yang melaksanakan prosesi pernikahan di luar
kantor.
Faktor kompetisi sebagai faktor keempat dari Boarden juga tidak
berpengaruh, karena KUA Kecamatan Serpong memonopoli jasa pernikahan
ini secara regional di kecamatan Serpong. Namun KUA Kecamatan Serpong
dapat menciptakan kompetitor sendiri, sperti dengan menganggap KUA
Kecamatan di sekitarnya sebagai kompetitor, terutama dengan mentargetkan
untuk menjadi KUA terbaik di lingkungan kabupaten Tangerang. Maka, jika
hal ini ditanamkan, maka KUA Kecamatan Serpong akan memiliki
kompetitor dan diharapkan dapat memacu kinerja pelayanan, termasuk
penentuan harga pelayanan yang menarik dan terjangkau bagi masyarakat.
Faktor kesesuaian terhadap tujuan organisasi sebagai faktor terakhir
yang diungkapkan Boarden seharusnya menjadi perhatian tersendiri bagi
KUA Kecamatan Serpong. Sebagai instansi pemerintah yang merupakan
abdi masyarakat, KUA Kecamatan Serpong selayaknya menentukan harga
98
serendah mungkin, terutama untuk menjaga dan meningkatkan citra
pemerintah ke arah yang lebih baik dalam hal pelayanan pernikahan
Sehingga masyarakat Serpong merasa bahwa KUA kecamatan Serpong
adalah abdi masyarakat yang mengayomi mereka.
3. Berkaitan dengan keterkaitan antara kualitas pelayanan dan harga
pelayanan yang secara bersama – sama berpengaruh terhadap kepuasan
masyarakat, maka sudah seharusnya KUA Kecamatan Serpong
memperhatikan kualitas pelayanan yang menyangkut harga pelayanan. Hal
ini berarti pelaksanaan evaluasi untuk meningkatkan kualitas pelayanan
yang dikaitkan dengan harga pelayanan mengacu pada konsep Kotler
(1997:34), yang menekankan pada faktor moneter, waktu, tenaga dan psikis.
Sehingga pelaksanaan pelayanan dilakukan untuk mendapatkan harga
moneter yang kompromistis, waktu yang efisien, tidak memakan banyak
tenaga serta menghindari potensi gangguan psikis bagi para pengguna
jasanya.
99
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Aisyah S.(2004). Hubungan Antara Kesadaran Hukum, Sikap Terhadap Nikah Di
Bawah Tangan, dan Persepsi Biaya Prosedur Pernikahan di KUA Dengan Intensi
Untuk Melakukan Nikah Di Bawah Tangan. Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah,
Jakarta
Amin Z, I.(2007).Pengaruh Implementasi Otonomi Daerah Terhadap Kinerja
Aparatur Birokrasi Dinas – Dinas Daerah Kabupaten Lombok Timur, Nusa
Tenggara Timur. Disertasi, Unpad, Bandung.
Aritonang, R. (2005). Kepuasan pelanggan: Pengukuran dan Penganalisaan
dengan SPSS. Jakarta : Gramedia
Batinggi,(2005).Materi Pokok Pelayanan Umum. Jakarta : Universitas Terbuka.
Boarden,W.O dkk (2001). Marketing Principles and Perspectives 3rd
ed. New
York: Mc Graw Hill.
Foster, T. (2001). 101 Ways to boost Customer Satisfaction. Terjemahan
Rahadjeng. Jakarta : Elex Media Computindo
Gerson, R (2001). Mengukur kepuasan Pelanggan. Terjemahan Widyaningrum.
Jakarta : PPM
Irawan,P.(2006). Materi Pokok Metodologi Penelitian Administrasi. Jakarta:
Universitas Terbuka
Juera S.(2005). Faktor Penyebab Biaya Nikah Menjadi Tinggi di KUA Ciputat.
Skripsi,UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta
Kotler,P.(1997). Manajemen Pemasaran. Terjemahan Teguh. Jakarta :
Prenhalindo
Moenir H.AS.(1992). Manajemen Pelayanan Umum. Jakarta : Bumi Aksara
Nasution M N.(2005). Manajemen Mutu Terpadu.Edisi 2.Bogor : Ghalia
Nazir,M. (1983). Metode Penelitian.Jakarta:Ghalia Indonesia
Nugraha,M.Q. (2007). Materi Pokok Manajemen Strategik Organisasi Publik.
Jakarta : Universitas Terbuka.
Nurmillah (2005).Upaya KUA Dalam Meningkatkan Pelayanan Perkawinan Di
Kecamatan Kebon Jeruk. Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
100
Pass,et all.(1994).Kamus bisnis lengkap Collins.Jakarta : Erlangga
Priyatno,D. (2008). Mandiri Belajar SPSS. Yogyakarta: Mediakom
Ratminto. (2006). Manajemen Pelayanan Pengembangan Model Konseptual.
Jakarta : PT Rineka Cipta
Sundarso,dkk. (2006).Materi Pokok Teori Organisasi. Jakarta: Universitas
Terbuka
Sugiyono (1993), Metode Penelitian Administrasi. Jakarta : Alfabeta
Syaadzaaly A.(2006). Mahalnya Biaya Menikah Sebagai Faktor Pemicu Nikah di
Bawah Tangan. Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Tim penyusun Bahasa Indonesia. (1988).Kamus Besar Bahasa Indonesia Cet 1,
Jakarta : Balai Pustaka
Tjiptono, F. (1998). Manajemen Jasa. Yogyakarta : Andi Offset
Tjiptono, F. (2002). Strategi Pemasaran. Edisi ke 2. Yogyakarta : Andi Offset
Voelker,D.H dkk (2004). Cliffs QuickReview Statistika. Bandung : Pakar Raya
Zeithaml dan Bitner (2000).Service Marketing Integrating Customer across the
Firm 2nd
ed. Boston : Mc Graw Hill
Internet
Abdelayem, M.M. dkk, Consumer Expectation and Consumer Satisfaction
Measurement: A Case Study from India, The bussiness Review Cambridge
Hollywood Vol. 8, Iss. 2; pg. 303, 7 pgs , diambil 9 Maret 2008 dari world wide
web http://proquest.umi.com/pdqweb
Agustino, Leo (2004), Memahami Kerangkeng Besi Birokrasi, diambil 12 Juni
2007 dari situs world wide web http://www.pikiran-rakyat.com
Budiman, (2006) Peningkatan Kinerja Organisasi Publik Melalui Pembaruan
Struktur Organisasi, Jurnal Efisiensi Online, Vol VI No.1 Februari 2006.hal 61-
69. diambil 15 Juni 2007 dari situs world wide web
http://www.jurnalefisiensi.com
Giese dan Cote (2000), Defining Consumen Satisfaction, diambil 30 Juni 2008
dari situs world wide web http://findarticles.com/p/articles/mi_qa3896
101
Suara Pembaruan (2005) Tajuk Rencana, Pelayanan Publik Masih
Memprihatinkan, diambil 22 Juni 2007 dari situs world wide web
http://www.suarapembaruan.com
Pengamatan
Dokumen - dokumen KUA Kecamatan Serpong
Informasi Data Dinding pada KUA Kecamatan Serpong, tanggal 11 – 15 Juni
2007
Wawancara perkenalan dan pengantar mengenai KUA dengan pegawai
KUA Kecamatan Serpong, sebagai berikut : Drs Fudholi, Kepala KUA
Drs Muhidin, Penghulu Pertama
Abdul Aziz, Penghulu Muda
di Kantor Urusan Agama Kecamatan Serpong tanggal 11 Juni 2007
102
LAMPIRAN 1
KUISIONER
UNTUK PENYELENGGARAAN PELAYANAN
PADA KUA KECAMATAN SERPONG TANGERANG
Bapak/Ibu/Saudara yang terhormat
Bersama ini saya sampaikan keinginan saya untuk mengundang Bapak/Ibu/ Saudara untuk
Menjadi pengisi kuisioner yang saya buat.
Survey ini MENANYAKAN PENDAPAT masyarakat mengenai pengalaman dalam memperoleh
pelayanan dari KUA Kecamatan Serpong Tangerang.
PERTANYAAN SENGAJA DIRANCANG SESEDERHANA MUNGKIN untuk tidak mengambil
banyak waktu Bapak/Ibu/Saudara yang sangat berharga.
Jawaban hanya dipergunakan untuk kepentingan survey, yaitu untuk melaksanakan Tugas
Akhir kuliah di Jurusan Administrasi Publik Universitas Terbuka Jakarta.
Survey ini juga tidak ada hubungannya dengan pajak ataupun politik.
Atas perhatian dan partisipasinya disampaikan terima kasih.
Tangerang, 29 Maret 2008
-------------------------------------------------------------------------------------------------
DATA RESPONDEN
Nomor Responden :
Umur : …………….. Tahun
Jenis Kelamin : 1. Laki - laki 2. Perempuan
Pendidikan terakhir :
1. SD
2. SLTP
3. SLTA
4. D1,D3,D4
5. S-1
6. S-2 ke atas
Pekerjaan utama :
1. PNS/TNI/POLRI
2. Pegawai swasta
3. Wiraswasta
4. Pelajar / Mahasiswa
5. Lainnya
103
Beri tanda V pada kolom jawaban yang Anda pilih untuk setiap nomor pernyataan di bawah ini
SS = Sangat Setuju, S = Setuju, RR = Ragu-ragu, TS = Tidak Setuju, STS = Sangat Tidak Setuju
KUISIONER KUALITAS DAN HARGA PELAYANAN
Kode JAWABAN Indikator
NO PERNYATAAN STS TS RR S SS
KT1 1 Kelengkapan fisik KUA Serpong adalah baik
KT2 2 Peralatan pelayanan KUA Serpong memadai
KT3 3 Jumlah pegawai KUA Serpong memadai
KT4 4 Jumlah sarana KUA Serpong sudah mencukupi
KR1 5 Penampilan pegawai KUA Serpong memadai
KR2 6 Mutu Pelayanan KUA Serpong tetap baik
KR3 7 Pelayanan KUA Serpong tetap akurat
KR4 8 Pelayanan KUA Serpong bebas dari kesalahan
KS1 9 Kesiapan pegawai KUA Serpong telah memadai
KS2 10 Kecepatan pegawai KUA Serpong sudah baik
KS3 11 Perhatian pegawai KUA Serpong kepada masyarakat sudah baik
KS4 12 Telah terdapat kemudahan dalam pelayanan KUA Serpong
KA1 13 Ketrampilan pegawai KUA Serpong telah memadai
KA2 14 Pegawai KUA Serpong telah memiliki keramahan
KA3 15 Pelayanan KUA Serpong tidak menimbulkan kerugian
KE1 16 Pegawai KUA Serpong mudah dihubungi
KE2 17 Pegawai KUA Serpong sudah mengantisipasi kebutuhan masyarakat
KE3 18 Pegawai KUA Serpong tanggap terhadap kebutuhan masyarakat
HM1 19 Ongkos untuk menuju KUA Serpong adalah murah
HM2 20 Tarif pelayanan KUA Serpong adalah murah
HW1 21 Untuk mendapatkan Pelayanan KUA Serpong, tidak perlu menunggu
HW2 22 Proses pelayanan KUA Serpong sangat cepat
HT1 23 Untuk mendapatkan Pelayanan KUA Serpong, tidak melelahkan
HT2 24 Pelayanan KUA Serpong tidak melelahkan
HP1 25 Persyaratan pelayanan KUA Serpong sangat mudah
HP2 26 Prosedur pelayanan KUA Serpong sangat mudah
104
KUISIONER KEPUASAN MASYARAKAT
Berilah tanda silang untuk angka di depan jawaban yang cocok dengan pilihan Anda
PA1 27 Bagaimana pandangan masyarakat di sekitar Anda tentang pelayanan KUA Serpong ?
1. Sangat mengecewakan 2.Mengecewakan 3.Biasa saja 4.Menyenangkan 5.Sangat menyenangkan
PA2 28 Apakah kondisi pelayanan KUA Serpong ...
1. Sangat harus diperbaiki 2.Ada sedikit diperbaiki 3.Ragu-ragu 4.Cukup baik 5. Sudah sangat baik
PA3 29 Percayakah Anda bahwa KUA Serpong akan memberikan pelayanan yang sangat baik ?
1. Sangat tidak percaya 2.Tidak percaya 3. Ragu-ragu 4.Percaya 5. Sangat percaya
PA4 30 Apakah Anda akan senang hati berurusan dengan KUA Serpong ?
1.Sangat tidak senang 2.Biasa saja 3. Ragu-ragu 4. Senang 5.Sangat senang
PA5 31 Bagaimana jika ada orang bersedia mewakili Anda dalam berurusan dengan KUA Serpong?
1. Sangat bersedia 2.Bersedia 3. Ragu-ragu 4. Tidak bersedia 5. Sangat tidak bersedia
PB1 32 Bagaimana sikap Anda saat pertama kali berurusan dengan KUA Serpong ?
1. Sangat bingung 2.Agak bingung 3. Biasa saja 4. Menyenangkan 5. Sangat menyenangkan
PB2 33 Bagaimana kesan Anda selama berurusan dengan KUA Serpong ?
1. Sangat bingung 2.Agak bingung 3. Biasa saja 4. Menyenangkan 5. Sangat menyenangkan
PB3 34 Tindakan apa yang seringkali Anda lakukan selama berurusan dengan KUA Serpong ?
1. Sering marah 2. Sering menggerutu 3. Biasa saja 4. Sering tersenyum 5. Sering tertawa
PC1 35 Setelah selesai berurusan dengan KUA Serpong, bagaimana kesan Anda ?
1. Sangat kecewa 2. Kecewa 3. Biasa saja 4. Menyenangkan 5. Sangat menyenangkan
PC2 36 Apakah kesalahan pelayanan KUA Serpong masih dapat dimaklumi ?
1. Sangat harus diperbaiki 2.Ada sedikit diperbaiki 3.Ragu-ragu 4. bisa dimaklumi 5. Tidak ada kesalahan
PC3 37 Apakah KUA sebaiknya diperbaiki atau dibubarkan saja ?
1. Dibubarkan langsung 2. Dievaluasi sebelum dibubarkan 3. Ragu - ragu
4. Diperbaiki saja 5. Tidak perlu diperbaiki atau tidak perlu dibubarkan
PD1 38 Bagaimana pelayanan KUA Serpong dibandingkan dengan KUA di kecamatan
105
lain ?
1. Lebih jelek 2.Sama saja. 3.Ragu-ragu 4. Cukup baik 5. Sangat membanggakan
PD2 39 Jika ada yang beranggapan pelayanan KUA Serpong jelek, bagaimana sikap Anda ?
1. Sangat didukung 2. Didukung 3. Ragu - ragu 4. Biarkan saja 5. Dibantah
PD3 40 Jika ada tetangga Anda ragu terhadap pelayanan KUA Serpong, bagaimana sikap Anda ?
1. Saya sarankan untuk tidak menggunakan KUA Serpong.
2. Saya sarankan untuk mencari orang yang mau berurusan dengan KUA Serpong
3. Ragu-ragu
4. Biarkan saja
5. Saya beritahu untuk jangan ragu menggunakan pelayanan KUA Serpong
PD4 41 Bagaimana sikap Anda, jika ada tetangga meminta bantuan Anda dalam berurusan
dengan KUA Serpong ?
1. Saya tolak dan saya sarankan untuk menggunakan pelayanan KUA di kecamatan lain.
2. Saya menghindar, karena saya juga ngeri berurusan dengan KUA Serpong.
3. Ragu – ragu.
4. Saya ceritakan bagaimana KUA Serpong sebetulnya sudah baik
5. Saya akan bantu secara aktif untuk berurusan dengan KUA Serpong.
KESAN DAN SARAN ANDA TERHADAP PELAYANAN KUA SERPONG
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
....................................................................................................................................................
Terima kasih atas kerjasama Saudara/i Bapak/Ibu dalam mengisi kuisioner ini. Masukan
Bapak / Ibu ini
akan sangat bermanfaat untuk penyusunan tesis saya yang berhubungan dengan kualitas
pelayanan dan
kepuasan masyarakat.
Salam hormat
Giri Cahyono
106
LAMPIRAN 2
DATA HASIL VARIABEL KUALITAS PELAYANAN
( 14 PERTANYAAN )
RESP 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
1 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3
2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3
4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
5 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4
6 3 3 3 4 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3
7 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 4
8 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3
9 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4
10 2 3 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3
11 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
12 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3
13 3 3 2 3 4 4 3 4 2 3 3 3 3 3
14 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3
15 3 2 2 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3
16 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4
17 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3
18 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
19 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4
20 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3
21 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3
22 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
23 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4
24 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3
25 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4
26 2 3 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3
27 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
28 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3
29 3 3 2 3 4 4 3 4 2 3 3 3 3 3
30 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3
31 3 2 2 2 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3
32 3 3 3 4 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3
33 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
34 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3
35 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
36 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4
37 3 3 3 4 3 3 4 3 3 2 3 3 3 3
38 3 3 3 3 4 4 3 4 4 3 3 3 3 4
39 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
40 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4
41 2 3 2 2 2 3 3 3 3 2 3 3 2 3
42 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
43 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3
44 3 3 2 3 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3
45 3 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3
107
46 3 2 2 2 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3
47 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4
48 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3
49 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
50 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4
51 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3
52 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3
53 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
54 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4
55 3 3 2 2 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3
56 3 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 4
57 2 3 2 2 2 3 3 2 3 2 3 3 2 3
58 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
59 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3
60 3 3 2 3 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3
61 3 3 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4
62 3 3 2 2 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3
63 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3
64 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
65 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 4
66 3 3 2 2 3 3 3 2 2 2 3 2 3 3
67 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4
68 2 3 2 2 2 3 3 3 2 2 3 3 2 2
69 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3
70 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 2 3 3
71 3 3 2 3 4 4 3 4 3 3 3 3 4 3
72 3 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3 3 2 3
73 3 2 2 2 3 3 3 3 2 2 3 2 3 4
74 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 1 3 3
75 3 3 2 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 4
76 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 4 4
77 3 3 3 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 4
78 3 3 2 3 3 3 3 3 3 2 1 3 2 3
79 3 3 2 3 4 3 3 3 3 2 1 2 3 3
80 3 3 3 3 5 3 3 3 2 2 3 3 4 4
81 3 3 2 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3
82 3 3 3 3 4 3 2 2 3 3 3 2 3 3
83 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
84 3 3 3 3 4 3 2 3 4 2 3 1 3 5
85 3 3 2 3 3 4 3 3 2 3 1 3 2 4
86 3 3 2 3 5 4 3 4 3 3 3 3 3 3
87 3 3 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3
88 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
108
LAMPIRAN 3
DATA HASIL VARIABEL HARGA PELAYANAN
(12 PERTANYAAN)
RESPONDEN 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
1 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 4
2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
3 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3
4 3 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3
5 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3
6 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 5 4
7 3 3 3 4 3 2 3 3 3 2 3 3
8 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3
9 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3
10 3 2 2 3 3 2 3 2 3 2 3 3
11 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 4 4
12 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3
13 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 4
14 3 3 3 4 3 2 3 3 4 2 4 3
15 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3
16 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3
17 2 2 3 3 3 2 2 2 3 2 3 3
18 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3
19 3 3 3 4 2 2 2 2 2 2 3 2
20 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3
21 2 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 4
22 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
23 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3
24 2 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3
25 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3
26 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 5 4
27 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3
28 3 3 3 4 3 2 3 2 3 3 3 3
29 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3
30 3 3 3 4 3 2 3 2 3 2 3 3
31 3 3 2 3 3 2 3 3 4 3 4 4
32 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3
33 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 4
34 3 3 3 4 3 2 3 3 4 2 4 3
35 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3
36 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3
37 3 3 3 4 3 2 2 2 3 2 3 3
38 3 3 3 4 3 2 3 3 4 3 3 3
39 3 3 3 3 2 2 2 3 2 2 3 2
40 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3
41 3 2 2 3 2 2 3 3 3 3 3 4
42 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
43 3 3 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3
44 3 3 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3
109
45 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 3
46 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 5 4
47 3 3 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3
48 2 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3
49 3 3 3 3 2 2 3 3 3 2 3 3
50 3 3 3 4 3 2 3 2 3 2 3 3
51 2 3 2 3 3 2 3 3 4 3 4 4
52 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3
53 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 4
54 3 3 3 4 3 2 3 3 4 2 4 3
55 2 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3
56 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3
57 3 2 2 3 3 2 3 2 3 2 3 3
58 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3
59 3 3 3 4 2 2 2 2 2 2 3 2
60 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3
61 3 3 3 4 3 2 2 2 3 2 3 3
62 2 3 2 3 3 2 3 3 4 3 3 3
63 2 2 3 3 2 1 2 2 2 2 3 2
64 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3
65 3 3 3 4 3 2 3 2 3 2 3 3
66 2 3 2 3 3 2 3 3 4 3 3 3
67 3 3 3 3 2 3 2 2 2 2 3 2
68 3 2 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3
69 3 4 3 3 3 1 2 2 3 2 3 3
70 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3
71 2 3 3 3 2 2 3 2 2 3 3 2
72 4 3 3 5 3 2 3 3 3 4 3 3
73 3 2 2 3 3 1 4 2 2 3 2 3
74 2 2 3 5 2 3 3 2 3 3 3 3
75 3 2 3 3 3 2 3 3 3 4 3 4
76 3 3 4 3 3 3 2 3 3 4 4 3
77 3 3 3 3 2 3 3 2 3 3 3 3
78 3 2 3 4 2 2 3 3 4 3 3 3
79 3 3 4 4 2 2 3 2 3 5 4 5
80 3 3 4 3 3 2 2 2 3 3 3 4
81 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
82 2 2 3 3 3 1 3 2 3 3 3 3
83 3 3 3 4 2 2 2 3 4 4 4 3
84 3 3 3 5 2 3 3 2 4 3 4 3
85 3 2 4 3 3 1 3 3 3 3 3 4
86 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 4
87 3 3 3 4 2 3 2 3 4 3 4 3
88 3 3 3 3 3 1 3 3 3 4 3 4
110
LAMPIRAN 4
DATA HASIL VARIABEL KEPUASAN MASYARAKAT
( 15 PERTANYAAN )
RESP 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41
1 3 1 3 4 3 3 3 3 4 2 2 2 3 4 4
2 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 2 3 4 4
3 3 2 3 4 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 4
4 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3
5 3 3 4 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 4
6 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
7 3 2 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3
8 2 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3
9 3 2 3 4 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3
10 3 2 3 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 3 3
11 3 3 4 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 4
12 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
13 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2
14 3 2 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
15 3 1 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3
16 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4
17 2 2 2 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3
18 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4
19 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3
20 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3
21 3 1 3 4 3 3 3 3 4 2 2 2 3 4 4
22 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 2 2 3 4 4
23 3 2 3 4 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 4
24 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3
25 3 3 4 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 4
26 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
27 3 2 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3
28 2 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3
29 3 2 3 4 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3
30 3 2 3 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 3 3
31 3 3 4 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 4
32 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
33 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
34 3 2 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
35 3 1 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3
36 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4
37 2 2 2 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3
38 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4
39 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3
40 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3
41 3 1 3 4 3 3 3 3 4 2 2 2 3 4 4
42 4 3 2 3 3 3 3 3 4 3 2 2 3 4 4
43 3 2 3 4 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 4
44 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3
45 3 3 4 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 3 4
111
46 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
47 3 2 3 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3
48 2 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 2 3 3
49 3 2 3 4 2 2 3 2 3 3 3 3 3 3 3
50 3 2 3 3 2 2 2 2 3 3 3 2 2 3 3
51 3 3 4 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 4
52 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
53 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2
54 3 2 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
55 3 1 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3
56 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4
57 2 2 2 3 2 3 2 3 3 2 3 2 3 3 3
58 4 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4
59 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 3
60 3 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3
61 2 3 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 3 4 4
62 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4
63 3 2 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
64 3 2 3 4 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
65 3 1 2 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3
66 3 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4
67 2 2 2 3 2 3 2 3 3 2 2 2 3 3 3
68 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4
69 3 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3
70 3 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3
71 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 3 3 4 5
72 3 3 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3
73 2 2 2 3 2 2 2 3 3 3 2 2 2 3 1
74 3 1 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 2
75 2 1 2 3 2 2 2 3 4 4 3 3 3 3 3
76 2 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3 3 4 5 3
77 3 3 3 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 5
78 3 2 2 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3
79 2 2 3 4 4 2 4 4 4 3 3 2 3 3 3
80 3 2 2 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 4 3
81 3 2 2 3 2 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3
82 4 2 2 3 2 2 3 3 3 2 2 2 2 3 1
83 3 1 3 4 2 2 2 4 4 3 3 2 3 5 3
84 2 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3
85 3 2 3 3 2 1 2 2 2 3 2 2 2 3 2
86 3 2 2 3 4 3 3 3 4 4 3 3 3 5 3
87 2 2 3 4 3 2 3 3 4 3 3 3 3 3 3
88 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 2
112
LAMPIRAN 5
PROFIL RESPONDEN DAN SARAN PRIBADI RESPONDEN
RESP UMUR L/P STATUS ALASAN/SARAN
1 28 L S1 PNS SUAMI A B G
2 27 P S1 IRT ISTRI F
3 30 L S1 Swasta SUAMI B C
4 30 P S1 Swasta ISTRI D
5 54 P sma Wrswst IBU A C D
6 27 L S1 Swasta SUAMI B
7 22 P S1 Swasta ISTRI
8 27 L S1 PNS SUAMI B
9 26 P S1 IRT ISTRI F
10 28 L S1 Swasta SUAMI D
11 28 P S1 Swasta ISTRI A
12 29 L S1 Swasta SUAMI D
13 23 P S1 IRT ISTRI E
14 56 L D3 Swasta IBU C
15 52 L S1 Swasta BAPAK A F
16 55 L S1 Wrswst BAPAK F
17 60 L SMA Wrswst BAPAK D
18 28 L S1 Swasta SUAMI A
19 28 P S1 IRT ISTRI F
20 26 L S1 Swasta SUAMI B
21 26 P D3 Swasta ISTRI F
22 56 L SMA Wrswst BAPAK A B
23 27 L S1 Swasta SUAMI C
24 27 P S1 Swasta ISTRI E
25 52 L S1 PNS BAPAK B
26 29 P S1 Swasta SUAMI A
27 28 L S1 IRT ISTRI D
28 26 P S1 PNS SUAMI F
29 26 L S1 PNS ISTRI B
30 28 P S1 Swasta SUAMI E
31 25 L S1 Swasta ISTRI A
32 31 P S1 Swasta SUAMI A B
33 32 L S1 Swasta ISTRI A
34 30 P S1 Swasta SUAMI
35 30 L S1 PNS ISTRI A D
36 29 P S1 Swasta SUAMI
37 29 L S1 IRT ISTRI B
38 27 P S1 PNS SUAMI
39 27 L S1 IRT ISTRI A
40 51 L S1 Swasta BAPAK B C D
41 28 L S1 Swasta SUAMI F
42 28 P S1 Swasta ISTRI F
43 29 L D3 PNS SUAMI A D
44 30 P D3 PNS ISTRI A D
45 61 L SMA Pensiun BAPAK F
46 54 L S1 Wrswst BAPAK B
47 27 L S1 PNS SUAMI B
113
48 26 P SMA IRT ISTRI F
49 55 L SMA Swasta BAPAK F
50 25 L SMA Swasta SUAMI F
51 25 P SMA IRT ISTRI B
52 54 L S1 Swasta BAPAK F
53 54 L SMA Wrswst BAPAK F
54 52 P D3 IRT IBU B
55 49 L SMA Wrswst BAPAK A
56 63 L S1 Pensiun BAPAK
57 29 L S1 PNS SUAMI B
58 29 P S1 IRT ISTRI B
59 29 L S1 Swasta SUAMI A
60 28 P S1 Swasta ISTRI F
61 32 L D3 Swasta SUAMI F
62 32 P SMA Swasta ISTRI F
63 57 L SMA Pensiun BAPAK
64 52 L S1 Swasta BAPAK A B
65 59 L S1 Swasta BAPAK F
66 57 L SMA Swasta BAPAK A
67 29 P SMA Swasta SUAMI F
68 24 P D3 Swasta ISTRI F
69 27 L S1 Swasta SUAMI B
70 27 P SMA IRT ISTRI D
71 49 L S1 PNS BAPAK A B C
72 27 L SMA PNS SUAMI
73 28 P SMA IRT ISTRI
74 54 L S1 Wrswst BAPAK
75 59 L SMA Swasta BAPAK A
76 31 L D3 Swasta SUAMI F
77 28 P S1 Swasta ISTRI F
78 33 L S1 Swasta SUAMI F
79 25 P SMA IRT ISTRI F
80 52 L SMA Wrswst BAPAK F
81 29 L S1 Swasta SUAMI A B
82 27 P S1 Swasta ISTRI B
83 61 L D3 Wrswst BAPAK F
84 53 L D3 Swasta BAPAK F
85 53 L SMA Wrswst BAPAK E
86 27 L S1 Swasta SUAMI A B
87 27 P S1 Swasta ISTRI A B
88 55 L S1 Swasta BAPAK A
Keterangan Kode Alasan / Saran : A Biaya mahal
B Biaya tidak jelas
C Prosedur Tidak jelas
D Prasarana kurang
E SDM kurang
F Baik
G Tempat tidak Strategis
114
LAMPIRAN 6
UJI STATISTIK ANTAR VARIABEL
KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN MASYARAKAT
Descriptive Statistics
43.1136 4.68166 88
53.3864 4.41115 88
Kepuasan Masyarakat
Kualitas Pelayanan
Mean Std. Deviation N
Correlations
1.000 -.017
-.017 1.000
. .439
.439 .
88 88
88 88
Kepuasan Masyarakat
Kualitas Pelayanan
Kepuasan Masyarakat
Kualitas Pelayanan
Kepuasan Masyarakat
Kualitas Pelayanan
Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
Kepuasan
Masyarakat
Kualitas
Pelayanan
Korelasi rendah berarti tidak terdeteksi adanya hubungan antara keduanya
Model Summaryb
.017a .000 -.011 4.70815
Model1
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Predictors: (Constant), Kualitas Pelayanana.
Dependent Variable: Kepuasan Masyarakatb.
Koefisien determinasi =0, berarti tidak terdeteksi adanya saling pengaruh
115
LAMPIRAN 7
UJI STATISTIK ANTAR VARIABEL
HARGA PELAYANAN DAN KEPUASAN MASYARAKAT
Descriptive Statistics
43.1136 4.68166 88
22.7386 2.16818 88
Kepuasan Masyarakat
Harga Pelayanan
Mean Std. Deviation N
Correlations
1.000 .575
.575 1.000
. .000
.000 .
88 88
88 88
Kepuasan Masyarakat
Harga Pelayanan
Kepuasan Masyarakat
Harga Pelayanan
Kepuasan Masyarakat
Harga Pelayanan
Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
Kepuasan
Masyarakat
Harga
Pelayanan
Nilai R cukup baik dan menggambarkan korelasi yang baik, harga propabilitas
0,0000 menunjukan Ho ditolak, atau ada hubungan pada kedua populasi tersebut
Model Summaryb
.575a .330 .323 3.85318
Model1
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Predictors: (Constant), Harga Pelayanana.
Dependent Variable: Kepuasan Masyarakatb.
Koefisien determinasi 33% berarti garis regresi dapat menerangkan 33% variasi
kepuasan masyarakat
Persamaan hubungan antar variabel adalah :
Kepuasan masyarakat = 14.895 + 1,241 (Harga Pelayanan )
116
LAMPIRAN 8
UJIA STATISTIK ANTAR VARIABEL
KUALITAS DAN HARGA PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN
MASYARAKAT
Descriptive Statistics
87.6136 25.47545 88
120.6250 25.64851 88
Kepuasan Masyarakat
Kualitas dan Harga
Mean Std. Deviation N
Correlations
1.000 .975
.975 1.000
. .000
.000 .
88 88
88 88
Kepuasan Masyarakat
Kualitas dan Harga
Kepuasan Masyarakat
Kualitas dan Harga
Kepuasan Masyarakat
Kualitas dan Harga
Pearson Correlation
Sig. (1-tailed)
N
Kepuasan
Masyarakat
Kualitas
dan Harga
Nilai R sangat baik dan menggambarkan korelasi yang sangat baik, harga
propabilitas 0,0000 menunjukan H0 ditolak, atau ada hubungan pada kedua
populasi tersebut
Model Summaryb
.975a .951 .950 5.68573
Model1
R R Square
Adjusted
R Square
Std. Error of
the Estimate
Predictors: (Constant), Kualitas dan Hargaa.
Dependent Variable: Kepuasan Masyarakatb.
Koefisien determinasi 95% berarti garis regresi dapat menerangkan 95% variasi
kepuasan masyarakat
Persamaan Hubungan antar variabel adalah :
Kepuasan Masyarakat = -29.211 + 0,968 ( Kualitas dan Harga Pelayanan )
117
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS TERBUKA
Jl. Cabe Raya, Pondok Cabe, Ciputat 15418
Telp. 021.7415050, Fax.021.7415588
BIODATA
Nama : GIRI CAHYONO
NIM : 014599333
Tempat dan Tanggal Lahir : Jakarta, 5 Januari 1972
Registrasi Pertama : 2006.2
Riwayat Pendidikan : SDN Selong 02 Jakarta 1978 – 1984
SMPN 56 Jakarta 1984 – 1987
SMAN 6 Jakarta 1987 – 1990
S1 Kimia FMIPA UI Depok 1990 - 1995
Riwayat Pekerjaan : PT VGI (Asahi Glass) Bekasi 1996 - 2004
Departemen Agama, RI 2005-Sekarang
Alamat Tetap : Komp BPI 5 Blok B 5 Jl. Kakatua No 5
Pamulang Timur 15417
Telp / HP : (021) 7422026 / 08161151232
Jakarta, 3 September 2008
(Giri Cahyono)
NIM.014599333
118