09e01171

85
Megawati Simanjuntak : Ekstraksi Dan Fraksinasi Komponen Ekstrak Daun Tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum.L) Serta Pengujian Efek Sediaan Krim Terhadap Penyembuhan Luka Bakar, 2008. USU Repository © 2009 EKSTRAKSI DAN FRAKSINASI KOMPONEN EKSTRAK DAUN TUMBUHAN SENDUDUK (Melastoma malabathricum.L) SERTA PENGUJIAN EFEK SEDIAAN KRIM TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA BAKAR SKRIPSI Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Oleh: MEGAWATI R SIMANJUNTAK NIM 060824018 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2008

Upload: tikanalole

Post on 23-Nov-2015

13 views

Category:

Documents


6 download

TRANSCRIPT

  • Megawati Simanjuntak : Ekstraksi Dan Fraksinasi Komponen Ekstrak Daun Tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum.L) Serta Pengujian Efek Sediaan Krim Terhadap Penyembuhan Luka Bakar, 2008. USU Repository 2009

    EKSTRAKSI DAN FRAKSINASI KOMPONEN EKSTRAK DAUN TUMBUHAN SENDUDUK (Melastoma malabathricum.L) SERTA PENGUJIAN EFEK

    SEDIAAN KRIM TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA BAKAR

    SKRIPSI

    Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

    Universitas Sumatera Utara

    Oleh: MEGAWATI R SIMANJUNTAK

    NIM 060824018

    FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    MEDAN 2008

  • Megawati Simanjuntak : Ekstraksi Dan Fraksinasi Komponen Ekstrak Daun Tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum.L) Serta Pengujian Efek Sediaan Krim Terhadap Penyembuhan Luka Bakar, 2008. USU Repository 2009

    EKSTRAKSI DAN FRAKSINASI KOMPONEN EKSTRAK DAUN TUMBUHAN SENDUDUK (Melastoma malabathricum.L) SERTA PENGUJIAN EFEK

    SEDIAAN KRIM TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA BAKAR

    SKRIPSI

    Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi

    Universitas Sumatera Utara

    Oleh: MEGAWATI R SIMANJUNTAK

    NIM 060824018

    FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    MEDAN 2008

  • Megawati Simanjuntak : Ekstraksi Dan Fraksinasi Komponen Ekstrak Daun Tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum.L) Serta Pengujian Efek Sediaan Krim Terhadap Penyembuhan Luka Bakar, 2008. USU Repository 2009

    LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

    EKSTRAKSI DAN FRAKSINASI KOMPONEN EKSTRAK DAUN TUMBUHAN SENDUDUK (Melastoma malabathricum.L) SERTA PENGUJIAN EFEK

    SEDIAAN KRIM TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA BAKAR

    Oleh: MEGAWATI R SIMANJUNTAK

    NIM 060824018

    Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

    Pada Tanggal: Februari 2009 Disetujui Oleh: Pembimbing I Panitia Penguji, ( Dra. Azizah Nasution, M.Sc., Apt. ) ( Dra. Saodah, MSc, Apt ) NIP 131 283 721 NIP 130 535 836 Pembimbing II ( Dra. Azizah Nasution, M.Sc., Apt. ) NIP 131 283 721 ( Dra. Suwarti Aris, M.Si., Apt. ) ( Dra. Herawaty Ginting, MSi, Apt) NIP 131 126 695 NIP 130 810 738 ( Drs. Saiful Bahri, MS, Apt) NIP 131 285 999

    Dekan,

    (Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt.)

  • Megawati Simanjuntak : Ekstraksi Dan Fraksinasi Komponen Ekstrak Daun Tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum.L) Serta Pengujian Efek Sediaan Krim Terhadap Penyembuhan Luka Bakar, 2008. USU Repository 2009

    NIP 131 283 716 KATA PENGANTAR

    Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kasih yang

    telah melimpahkan kasih-Nya, sehingga penulis dapat melaksanakan penelitian dan

    menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini yang merupakan salah satu

    syarat untuk mendapatkan gelar sarjana farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas

    Sumatera Utara.

    Ucapan terima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada :

    1. Ayahanda tercinta Nelson Simanjuntak (+) dan Ibunda Tiermin Pardosi karena

    telah memberikan kasih sayangnya yang melimpah kepada penulis dan

    memberikan dukungan sehingga penulis bisa menyelesaikan pendidikan Sarjana

    Farmasi.

    2. Abang saya Darman Simanjuntak dan tante saya Magdalena Pardosi yang selalu

    memberikan dorongan dan sokongan dana sehingga penulis bisa menyelesaikan

    pendidikan ini.

    3. Kepada Anita, Christa, Herman dan Budiman yang juga turut mendukung saya

    lewat doa dan cintanya dan semangat sehingga penulis bisa menyelesaikan

    pendidikan ini.

    4. Ibu Dra. Azizah Nasution, M.Sc., Apt. dan Ibu Dra. Suwarti Aris, M.Si., Apt.

    selaku pembimbing yang telah memberikan waktu, bimbingan, kesabaran dan

    petunjuk kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

  • Megawati Simanjuntak : Ekstraksi Dan Fraksinasi Komponen Ekstrak Daun Tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum.L) Serta Pengujian Efek Sediaan Krim Terhadap Penyembuhan Luka Bakar, 2008. USU Repository 2009

    5. Kepala Laboratorium Farmakognosi Bapak Drs. Panal Sitorus, M.Si, Apt. yang

    telah memberikan izin penggunaan fasilitas laboratorium kepada penulis selama

    penelitian.

    6. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi

    USU Medan yang telah memberikan fasilitas sehingga penulis dapat

    menyelesaikan pendidikan.

    7. Ibu Dra. Saodah M.Sc. Apt., Ibu Dra. Herawaty Ginting M.Si, Apt., dan Bapak

    Drs. Saiful Bahri.,Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik,

    saran dan arahan sehingga penulis bisa menyelesaikan sripsi ini.

    8. Mahasiswa ekstensi Farmasi 2006, teman teman farmasi regular dan teman

    teman baikku Aing, Dani, Nitha, Cecep bang Ubit, bang Riza, Kadriyani,

    Fasisal, dan Rusman dan teman teman lainnya yang telah memberikan semangat

    dan keceriaannya sehingga penulis menyelesaikan penelitian dan penulisan

    skripsi ini.

    9. Ropesta, Mei, Butet, Sarma, Yonner, Martupa dan teman teman kost yang lain

    yang turut memberikan semangat dan dorongan selama melakukan penelitian

    dan penulisan skripsi ini.

    10. Rekan rekan yang lain yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang

    memberikan dukungan, semangat, kritik dan saran kepada penulis selama

    penelitian dan penulisan skripsi ini.

    Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan skripsi ini masih belum

    sempurna. Untuk itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan

  • Megawati Simanjuntak : Ekstraksi Dan Fraksinasi Komponen Ekstrak Daun Tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum.L) Serta Pengujian Efek Sediaan Krim Terhadap Penyembuhan Luka Bakar, 2008. USU Repository 2009

    kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata penulis

    berharap semoga skripsi ini dapat menjadi kontribusi yang bermanfaat bagi ilmu

    pengetahuan khususnya di bidang farmasi.

    Medan, Februari 2009

    Penulis

    MegawatiR Simanjuntak

  • Megawati Simanjuntak : Ekstraksi Dan Fraksinasi Komponen Ekstrak Daun Tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum.L) Serta Pengujian Efek Sediaan Krim Terhadap Penyembuhan Luka Bakar, 2008. USU Repository 2009

    ABSTRAK

    Telah dilakukan karakterisasi simplisia dan ekstrak, skrining fitokimia,

    ekstraksi dari daun tumbuhan senduduk (Melastoma malabathricum L), fraksinasi

    ekstrak, formulasi ekstrak sediaan krim emulsi minyak dalam air dan pengujian krim

    untuk penyembuhan luka bakar terhadap kelinci putih jantan. Hasil karakteristik

    simplisia yang diperoleh yaitu kadar air 5,65%, kadar sari yang larut dalam air 12,58%,

    kadar sari yang larut dalam etanol 13,77%, kadar abu total 7,19% dan kadar abu yang

    larut dalam asam 1,206%. Hasil karakteristik ekstrak yang diperoleh yaitu kadar air

    10,45%, kadar sari yang larut dalam air 55,796%, kadar sari yang larut dalam etanol

    58,54%, kadar abu total 0,96% dan kadar abu yang tidak larut dalam asam 0,48%. Hasil

    skrining fitokimia menunjukkan adanya golongan senyawa flavonoida, saponin, tanin,

    glikosida, dan streroida/triterpenoida. Hasil fraksinasi ekstrak etanol menghasilkan

    ekstrak n-heksan, ekstrak kloroform, dan ekstrak etilasetat. Hasil pengujian ketiga fraksi

    krim yaitu ekstrak n-heksan, ekstrak kloroform, dan ekstrak etilasetat dengan kadar

    masing masing 5% terhadap penyembuhan luka bakar dengan diameter 2 cm

    menunjukkan bahwa semua ekstrak menunjukkan efek sebagai obat luka bakar. Tetapi

    yang paling efektif adalah krim ekstrak etilasetat yang mampu menyembuhkan luka

    bakar dalam waktu 15 hari, ekstrak kloroform 19 hari, dan ekstrak n-heksan 21 hari.

  • Megawati Simanjuntak : Ekstraksi Dan Fraksinasi Komponen Ekstrak Daun Tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum.L) Serta Pengujian Efek Sediaan Krim Terhadap Penyembuhan Luka Bakar, 2008. USU Repository 2009

    ABSTRACT

    A characterization of simplisia, phytochemistry screening, and extraction of

    Melastoma leaves (Melastoma malabathricum L) has been done, along with extract

    fractination, formulation of extract in oil in water cream preparation and a test of

    healing effect against burn wounds of white male rabbit. The characteristic of the

    simplisia were 5.65% water content, 12.58% water soluble extract content, 13.77%

    ethanol-soluble extract content, 7.19% ashes content and 1.206% acid soluble ashes.

    The result of extraction characteristic were water content, 10.45% water soluble

    content, 55.796% ethanol soluble content, 58.54% ashes content 0.96% and acid

    insoluble ashes content, 0.48%. The result of the phytochemistry screening shows the

    presence of flavonoid, saponin, tannin, glicoside and steroid/triterpenoid compound.

    The result of the third fractinations cream that are n-hexane extract, chloroform axtract

    and ethyl acettate extract with in command 5% in healing burn wounds with the

    diameter of 2 cm, it can be said that the cream of the three kinds of extract, that show

    the effect as treatment for burns healing. But the most effective kind were ethyl acetate

    extract, which was able to cure burn wounds in 15 days, compared to 18 days with

    chloroform extract and 21 days with n-hexane extract.

  • Megawati Simanjuntak : Ekstraksi Dan Fraksinasi Komponen Ekstrak Daun Tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum.L) Serta Pengujian Efek Sediaan Krim Terhadap Penyembuhan Luka Bakar, 2008. USU Repository 2009

    DAFTAR ISI

    Isi Halaman

    JUDUL ........................................................................................................ i

    HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................... ii

    KATA PENGANTAR .................................................................................. iii

    ABSTRAK ................................................................................................... vi

    ABSTRACT. ................................................................................................ vii

    DAFTAR ISI ................................................................................................ vii

    DAFTAR TABEL......................................................................................... xii

    DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xv

    DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xvi

    BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1

    1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1

    1.2. Perumusan Masalah. ........................................................................ 3

    1.3. Hipotesis ........................................................................................ 3

    1.3. Tujuan .............................................................................................. 4

    1.4. Manfaat ............................................................................................ 4

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 5

    2.1 Uraian Tumbuhan .............................................................................. 5

    2.1.1 Sinonim .................................................................................... 5

    2.1.2 Nama Daerah ............................................................................ 6

    2.1.3 Sistematika Tumbuhan.............................................................. 6

    2.1.4 Kandungan dan Manfaat ........................................................... 6

  • Megawati Simanjuntak : Ekstraksi Dan Fraksinasi Komponen Ekstrak Daun Tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum.L) Serta Pengujian Efek Sediaan Krim Terhadap Penyembuhan Luka Bakar, 2008. USU Repository 2009

    2.2 Ekstrak .............................................................................................. 7

    Isi Halaman

    2.3 Krim .................................................................................................. 9

    2.4 Pembuatan Krim ................................................................................ 10

    2.5 Kulit .................................................................................................. 10

    2.6 Absorbi Obat Melalui Kulit ............................................................... 11

    2.7 Luka .................................................................................................. 14

    2.7.1 Pengertian Luka ........................................................................ 14

    2.7.2 Klasifikasi Luka ........................................................................ 14

    2.8 Luka Bakar ........................................................................................ 15

    2.9 Penyembuhan Luka ........................................................................... 19

    BAB III METODE PENELITIAN .......................................................... 21

    3.1. Alat-alat yang digunakan ................................................................ 21

    3.2. Bahan-bahan yang digunakan ......................................................... 21

    3.3. Hewan Percobaan ........................................................................... 22

    3.4. Identifikasi Sampel ......................................................................... 22

    3.5 Pengambilan Sampel dan Pengolahan Sampel ................................. 22

    3.5.1.Pengambilan Sampel ............................................................. 22

    3.5.2.Pengolahan Sampel ................................................................. 22

    3.6. Pemeriksaan Karakteristik Simplisia .............................................. 23

    3.6.1. Pemeriksaan Makroskopik ................................................... 23

    3.6.2. Pemeriksaan Mikroskopik ..................................................... 23

    3.6.3 Penetapan Kadar Air Simplisia ............................................. 24

  • Megawati Simanjuntak : Ekstraksi Dan Fraksinasi Komponen Ekstrak Daun Tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum.L) Serta Pengujian Efek Sediaan Krim Terhadap Penyembuhan Luka Bakar, 2008. USU Repository 2009

    Isi Halaman

    3.6.4 Pemeriksaan Kadar Sari Yang Larut Dalam Air ...................... 24

    3.6.5. Pemeriksaan Kadar Sari Yang Larut Dalam Etanol .............. 25

    3.6.6. Pemeriksaan Kadar Abu Total .............................................. 25

    3.6.7. Pemeriksaan Kadar Abu Yang Tidak Larut Dalam Asam ....... 25

    3.7 Skrining Fitokimia Serbuk Simplisia .............................................. 26

    3.8 Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Senduduk (EEDS) ..................... 28

    3.9 Fraksinasi Ekstrak Secara Ekstraksi Cair- cair ................................. 28

    3.10 Pembuatan Krim ............................................................................ 29

    3.11 Pengujian Efek Sediaan Krim Terhadap Luka Bakar ..................... 31

    3.12. Perhitungan Diameter Rata-rata Luka Bakar .................................. 32

    3.13. Analisa Data .................................................................................. 32

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 34

    4.1 Hasil Identifikasi Sampel................................................................. 34

    4.2 Hasil Pemeriksaan Makroskopik ................................................... 34

    4.3 Hasil Pemeriksaan Mikroskopik .................................................... 34

    4.4 Hasil Pemeriksaan Karakteristik Simplisia ..................................... 35

    4.5 Hasil Skrining Fitokimia ................................................................. 35

    4.6 Hasil Ekstraksi ................................................................................ 35

    4.7 Hasil Pemeriksaan Karakteristik Ekstrak ......................................... 36

    4.8 Hasil Fraksinasi Secara Ekstraksi Cair-cair ....................................... 36

    4.9 Hasil Pembuatan Krim Luka Bakar ................................................. 37

    4.10 Hasil Pengujian Efek Krim Terhadap Luka Bakar Pada

  • Megawati Simanjuntak : Ekstraksi Dan Fraksinasi Komponen Ekstrak Daun Tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum.L) Serta Pengujian Efek Sediaan Krim Terhadap Penyembuhan Luka Bakar, 2008. USU Repository 2009

    Kelinci ............................................................................................ 37

    4.11. Hasil Analisis Data ....................................................................... 42

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................... 46

    5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 46

    5.2 Saran ................................................................................................ 46

    DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 33

    LAMPIRAN ................................................................................................. 34

  • Megawati Simanjuntak : Ekstraksi Dan Fraksinasi Komponen Ekstrak Daun Tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum.L) Serta Pengujian Efek Sediaan Krim Terhadap Penyembuhan Luka Bakar, 2008. USU Repository 2009

    DAFTAR TABEL

    Tabel Halaman

    1. Formula krim dengan konsentrasi ekstrak senduduk ..................................... 30

    2. Hasil pemeriksaan karakteristik simplisia dari serbuk daun senduduk

    (Melastoma malabathricum L.) ................................................................... 35

    3. Hasil pemeriksaan karakteristik ekstrak dari daun senduduk

    (Melastoma malabathricum L.) ................................................................... 36

    4. Perubahan diameter luka bakar dari hari pertama sampai hari ke 21 .............. 38

    5. Hasil analisis variansi diameter rata-rata luka bakar ..................................... 63

    6. Hasil uji Duncan terhadap perubahan diameter rata-rata luka bakar pada

    hari ke 2 ........................................................................................................ 64

    7. Hasil uji Duncan terhadap perubahan diameter rata-rata luka bakar pada

    hari ke 3 ......................................................................................................... 64

    8. Hasil uji Duncan terhadap perubahan diameter rata-rata luka bakar pada

    hari ke 4......................................................................................................... 65

    9. Hasil uji Duncan terhadap perubahan diameter rata-rata luka bakar pada

    hari ke 5....................................................................................................... 65

    10. Hasil uji Duncan terhadap perubahan diameter rata-rata luka bakar pada

    hari ke 6 .................................................................................................... 65

    11. Hasil uji Duncan terhadap perubahan diameter rata-rata luka bakar pada

    hari ke 7 ..................................................................................................... 65

    12. Hasil uji Duncan terhadap perubahan diameter rata-rata luka bakar pada

    hari ke 8 ...................................................................................................... 66

  • Megawati Simanjuntak : Ekstraksi Dan Fraksinasi Komponen Ekstrak Daun Tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum.L) Serta Pengujian Efek Sediaan Krim Terhadap Penyembuhan Luka Bakar, 2008. USU Repository 2009

    Tabel Halaman

    13. Hasil uji Duncan terhadap perubahan diameter rata-rata luka bakar pada

    hari ke 9 ................................................................................................ 66

    14. Hasil uji Duncan terhadap perubahan diameter rata-rata luka bakar pada

    hari ke 10 .............................................................................................. 66

    15. Hasil uji Duncan terhadap perubahan diameter rata-rata luka bakar pada

    hari ke 11 ............................................................................ .................... 66

    16. Hasil uji Duncan terhadap perubahan diameter rata-rata luka bakar pada

    hari ke 12 ............................................................................................ 67

    17. Hasil uji Duncan terhadap perubahan diameter rata-rata luka bakar pada

    hari ke 13 ............................................................................................ 67

    18. Hasil uji Duncan terhadap perubahan diameter rata-rata luka bakar pada

    hari ke 14 ............................................................................................ 67

    19. Hasil uji Duncan terhadap perubahan diameter rata-rata luka bakar pada

    hari ke 15 ............................................................................................ 67

    20. Hasil uji Duncan terhadap perubahan diameter rata-rata luka bakar pada

    hari ke 16 ............................................................................................ 67

    21. Hasil uji Duncan terhadap perubahan diameter rata-rata luka bakar pada

    hari ke 17 ............................................................................................ 68

    22. Hasil uji Duncan terhadap perubahan diameter rata-rata luka bakar pada

    hari ke 18 ............................................................................................ 68

    23. Hasil uji Duncan terhadap perubahan diameter rata-rata luka bakar pada

    hari ke 19 ............................................................................................ 68

  • Megawati Simanjuntak : Ekstraksi Dan Fraksinasi Komponen Ekstrak Daun Tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum.L) Serta Pengujian Efek Sediaan Krim Terhadap Penyembuhan Luka Bakar, 2008. USU Repository 2009

    24. Hasil uji Duncan terhadap perubahan diameter rata-rata luka bakar pada

    hari ke 20 ............................................................................................ 68

  • Megawati Simanjuntak : Ekstraksi Dan Fraksinasi Komponen Ekstrak Daun Tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum.L) Serta Pengujian Efek Sediaan Krim Terhadap Penyembuhan Luka Bakar, 2008. USU Repository 2009

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar Halaman

    1. Cara mengukur diameter luka bakar ........................................................... 32

    2. Grafik diameter luka bakar setiap hari ......................................................... 39

    3. Bagan Prosedur kerja keseluruhan ................................... .............................. 48

    4.Hasil identifikasi tumbuhan dari LIPI................................................................49

    5 Tumbuhan senduduk (Melastoma malabathricum L.) ................................ 50

    6. Daun senduduk segar (Melastoma malabathricum L.) .............................. 51

    7. Simplisia daun senduduk (Melastoma malabathricum L.) ........................... 51

    8. Mikroskopik serbuk daun senduduk (Melastoma malabathricum L.) .......... . 52

    9. Bagan pembuatan ekstrak etanol................................................................ ...... 53

    12. Bagan pembuatan ekstrak kental etanol .................................................... .... 54

    13. Bagan fraksinasi secara ekstraksi cair cair................................................. .... 55

    14. Bagan pembuatan krim ekstrak.................................................................. .... 56

    15.Krim luka bakar ...............................................................................................57

    16. Kandang kelinci dan lingkungan tempat karantina selama penyembuhan

    luka bakar.......................................................................................................58

    17. Suasana kandang kelinci................................................................................59

    18. Perubahan diameter luka bakar yang diobati dengan krim ekstrak

    etilasetat...........................................................................................................60

    19. Perubahan diameter luka bakar yang diobati dengan krim ekstrak

    kloroform .......................................................................................................61

    20. Perubahan diameter luka bakar yang diobati dengan krim ekstrak n-heksan..62

  • Megawati Simanjuntak : Ekstraksi Dan Fraksinasi Komponen Ekstrak Daun Tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum.L) Serta Pengujian Efek Sediaan Krim Terhadap Penyembuhan Luka Bakar, 2008. USU Repository 2009

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran Halaman

    1. Tahapan Kerja Penelitian................................................................................ 48

    2.Hasil identifikasi tumbuhan............................................ .............................. 49

    3. Morfologi tanaman senduduk ...........................................................................50

    4.Mikroskopik serbuk daun senduduk (Melastoma malabathricum L.) ............ 52

    5.Bagan pembuatan ekstrak ............................................................................... 53

    6.Bagan pembuatan krim ekstrak ...................................................................... 56

    7.Sediaan Krim luka bakar fraksinasi ................................................................ 57

    8. Gambar Kandang kelinci ............................................................................... 58

    9. Gambar Luka Kelinci ................................................................................... 60

    10. Analisa data dengan SPSS ........................................................................... 61

  • Megawati Simanjuntak : Ekstraksi Dan Fraksinasi Komponen Ekstrak Daun Tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum.L) Serta Pengujian Efek Sediaan Krim Terhadap Penyembuhan Luka Bakar, 2008. USU Repository 2009

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan modern yang semakin pesat dan

    canggih di zaman sekarang ini, ternyata tidak mampu menggeser atau

    mengesampingkan begitu saja obat tradisional, tetapi justru hidup berdampingan dan

    saling melengkapi. Hal ini terbukti dari banyaknya peminat pengobatan tradisional.

    Namun yang menjadi masalah dan kesulitan bagi para peminat obat tradisional adalah

    kurangnya pengetahuan dan informasi yang memadai mengenai berbagai jenis

    tumbuhan yang dipakai sebagai obat tradisional untuk pengobatan penyakit tertentu

    (Dalimartha,2000).

    Pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan juga mendukung pengobatan

    tradisional yang berkembang di Indonesia, terutama untuk mengantisipasi harga obat

    yang mahal. Untuk itu, telah terbit Surat keputusan Menteri Kesehataan tentang

    pembentukan Sentra Pengembangan dan Penerapan Pengobatan Tradisional (Sentra

    P3T) (Dalimartha, 2000).

    Prospek pengembangan produksi tanaman obat semakin pesat saja mengingat

    perkembangan industri obat modern dan obat tradisional terus meningkat. Kondisi ini

    turut dipengaruhi oleh kesadaran masyarakat yang semakin meningkat tentang manfaat

    tanaman sebagai obat. Masyarakat semakin sadar akan pentingnya kembali ke alam

    (back to nature) dengan memanfaatkan obat-obat alami. Banyak masyarakat untuk

    meningkatkan derajat kesehatannya dengan mengkonsumsi produk alami (Djauhariya

    dan Hernani, 2004).

  • Megawati Simanjuntak : Ekstraksi Dan Fraksinasi Komponen Ekstrak Daun Tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum.L) Serta Pengujian Efek Sediaan Krim Terhadap Penyembuhan Luka Bakar, 2008. USU Repository 2009

    Memang obat modern berkembang cukup pesat, namun potensi obat tradisional

    terutama yang berasal dari tumbuhan tetap tinggi. Hal ini disebabkan obat tradisional

    dapat diperoleh tanpa resep dokter, dapat diramu sendiri, bahan baku tidak perlu

    diimpor, dan tanaman obat dapat ditanam sendiri oleh pemakainya (Djauhariya dan

    Hernani, 2004).

    Salah satu tumbuhan yang berkhasiat obat, dikenal dan digunakan oleh

    masyarakat adalah tumbuhan senduduk (Melastoma malabathricum L) dari suku

    Melastomataceae. Tumbuhan ini mempunyai khasiat sebagai pereda demam

    (antipiretik), penghilang nyeri (analgesik), peluruh urin (diuretik), mengobati keputihan

    (leukorea), menghilangkan pembengkakan, darah haid yang berlebihan, dan mengobati

    luka bakar atau luka berdarah, radang dinding pembuluh darah disertai pembekuan

    darah di dalam salurannya (Dalimartha, 2000).

    Menurut pengalaman masyarakat di Aceh, daun senduduk dapat digunakan

    sebagai obat luka dengan cara membubuhkan daun segar atau daun yang dikeringkan

    setelah digiling halus pada luka bakar atau luka berdarah. Telah dilakukan penelitian

    dengan hasil bahwa Ekstrak Etanol Daun Senduduk (EEDS) dapat menyembuhkan luka

    bakar dengan kadar 5% ekstrak yang diuji dalam bentuk sediaan krim (Deka, 2006),

    kemudian peneliti melanjutkan dengan menggunakan fraksinasi ekstrak yang didasarkan

    pada perbedaan kepolaran pelarut ekstrak.

    Peneliti terlebih dahulu melakukan karakterisasi simplisia dan ekstrak untuk

    mengetahui kelayakan dalam pembuatan sediaan obat menurut parameter ekstrak dan

    upaya mewujudkan menjadi herbal terstandar. Setiap ekstrak yang dihasilkan dari

    fraksinasi dibuat dalam bentuk sediaan krim yang cocok dimana telah terbukti dapat

  • Megawati Simanjuntak : Ekstraksi Dan Fraksinasi Komponen Ekstrak Daun Tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum.L) Serta Pengujian Efek Sediaan Krim Terhadap Penyembuhan Luka Bakar, 2008. USU Repository 2009

    berfungsi dengan baik dalam penyembuhan luka bakar. Sediaan krim yang digunakan

    adalah type minyak dalam air dengan formula yang sama dengan peneliti sebelumnya.

    Krim tipe minyak dalam air cocok untuk luka bakar karena mempunyai kemampuan

    mengabsorbsi cairan yang keluar dari dalam kulit yang terbuka. Selain itu, krim tipe

    minyak dalam air mudah dicuci, tidak meninggalkan bekas pada kulit atau pakaian dan

    menimbulkan rasa nyaman dan dingin setelah air menguap pada daerah yang digunakan

    (Lachman, dkk., 1994).

    1.2. Perumusan Masalah

    a. Apakah karakterisasi simplisia dan golongan senyawa kimia dari daun

    senduduk sesuai dengan literatur Materia Medika Indonesia (MMI)?

    b. Apakah EEDS dapat difraksinasi berdasarkan kepolaran komponen ekstrak?

    c. Apakah setiap ekstrak hasil faksinasi dapat dibuat dalam bentuk krim yang

    mampu menyembuhkan luka bakar pada kelinci?

    1.3. Hipotesis

    a. Diduga karakterisasi simplisia dan golongan senyawa kimia dari daun senduduk

    sesuai dengan literatur MMI

    b. Diduga EEDS dapat difraksinasi berdasarkan kepolaran komponen ekstrak

    c. Diduga setiap ekstrak hasil fraksinasi dapat diformulasi dalam bentuk krim dan

    mampu menyembuhkan luka bakar

    1.4. Tujuan

    a. Untuk mengetahui karakteristik simplisia dan golongan senyawa kimia dari daun

    senduduk menurut MMI.

  • Megawati Simanjuntak : Ekstraksi Dan Fraksinasi Komponen Ekstrak Daun Tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum.L) Serta Pengujian Efek Sediaan Krim Terhadap Penyembuhan Luka Bakar, 2008. USU Repository 2009

    b. Untuk mengetahui fraksinasi dan tingkat kepolaran komponen EEDS

    c. Untuk mengetahui apakah krim ekstrak hasil fraksinasi mampu menyembuhkan

    luka bakar pada kelinci

    1.5. Manfaat

    a. Diperoleh informasi karakterisasi simplisia dan ekstrak serta kandungan kimia

    dari daun senduduk.

    b. Dapat diketahui pelarut yang paling cocok dalam pembuatan ekstrak untuk luka

    bakar.

    c. Dapat diketahui sediaan krim ekstrak senduduk yang paling efektif

    menyembuhkan luka bakar.

  • Megawati Simanjuntak : Ekstraksi Dan Fraksinasi Komponen Ekstrak Daun Tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum.L) Serta Pengujian Efek Sediaan Krim Terhadap Penyembuhan Luka Bakar, 2008. USU Repository 2009

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1. Uraian Tumbuhan

    Tumbuhan senduduk (Melastoma malabathricum L.) tumbuh liar pada tempat-

    tempat yang mendapat cukup sinar matahari, seperti di lereng gunung, ksemak belukar,

    lapangan yang tidak terlalu gersang, atau di daerah objek wisata sebagai tanaman hias

    dan dapat tumbuh sampai ketinggian 1.650 m di atas permukaan air laut. Perdu, tegak,

    tinggi 0,5 4 m, banyak bercaang, bersisik, berambut,. Daun tunggal, bertangkai, letak

    berhadapan silang. Helai daun bundar telur memanjang sampai lonjong, ujung lancip,

    pangkal membulat, tepi rata, permukaan berambut pendek yang jarang dan kaku

    sehingga teraba kasar. Berbunga majemuk keluar diujung cabang, warna ungu

    kemerahan. Buah masak akan merekah dan berbagi dalam beberapa bagian, warnanya

    ungu tua kemerahan. Biji kecil kecil warnanya coklat. Buahnya dapat dimakan,

    sedangkan daun muda dapat dimakan sebagai lalap atau disayur. Perbanyakan dengan

    biji (Dalimartha, 2000).

    2.1.1. Sinonim

    Nama lain dari senduduk (Melastoma malabathricum L.) adalah Melastoma

    affine G. Don., Melastoma polyanthum B1 (Depkes RI, 1995).

    2.1.2. Nama Daerah

    Nama daerah tumbuhan ini di Sumatera adalah senduduk, sedangkan di Jawa

    dikenal dengan nama senggani, sengganen, kluruk, harendong dan kemanden (Depkes

    RI, 1995).

  • Megawati Simanjuntak : Ekstraksi Dan Fraksinasi Komponen Ekstrak Daun Tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum.L) Serta Pengujian Efek Sediaan Krim Terhadap Penyembuhan Luka Bakar, 2008. USU Repository 2009

    2.1.3. Sistematika Tumbuhan (Depkes dan Kesejahteraan RI, 2001)

    Divisi : Spermatophyta

    Sub divisi : Angiospermae

    Kelas : Dicotyledoneae

    Bangsa : Myrtales

    Suku : Melastomataceae

    Marga : Melastoma

    Jenis : Melastoma malabathricum L

    2.1.4 Kandungan dan Manfaat

    Senduduk mengandung senyawa flavonoida, saponin, tanin, glikosida,

    steroida/triterpenoida.

    Zat aktif yang dikandung daun senduduk yang berperan sebagai penyembuh luka

    yaitu:

    a. Flavonoid berfungsi sebagai antibakteri, antioksidan, dan jika diberikan pada

    kulit dapat menghambat pendarahan.

    b. Steroid berfungsi sebagai antiinflamasi.

    c. Saponin memiliki kemampuan sebagai pembersih dan antiseptik yang berfungsi

    membunuh atau mencegah pertumbuhan mikroorganisme (Robinson, 1995).

    d. Tanin berfungsi sebagai astringen yang dapat menyebabkan penutupan pori-pori

    kulit, memperkeras kulit, menghentikan eksudat dan pendarahan yang ringan

    (Anief, 1997).

  • Megawati Simanjuntak : Ekstraksi Dan Fraksinasi Komponen Ekstrak Daun Tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum.L) Serta Pengujian Efek Sediaan Krim Terhadap Penyembuhan Luka Bakar, 2008. USU Repository 2009

    Tumbuhan ini berkhasiat untuk mengobati diare, keputihan, obat kumur, luka

    bakar, sariawan, pendarahan rahim, bisul, dan luka berdarah (Djauhariya dan Hernani,

    2004).

    2.2. Ekstrak

    Ekstrak adalah sediaan pekat yang diperoleh dengan mengekstraksi zat aktif dari

    simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian

    semua atau hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang tersisa

    diperlakukan sedemikian hingga memenuhi baku yang ditetapkan (Depkes RI, 1995).

    Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan kandungan senyawa kimia dari jaringan

    tumbuhan ataupun hewan dengan menggunakan penyari tertentu. Ada beberapa metode

    ekstraksi, yaitu:

    a. Cara dingin

    1. Maserasi

    Maserasi adalah proses pengekstrakan simplisia dengan menggunakan pelarut

    dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada temperatur ruangan (kamar).

    Remaserasi berarti dilakukan pengulangan penambahan pelarut setelah dilakukan

    penyaringan maserat pertama, dan seterusnya.

    2. Perkolasi

    Perkolasi adalah ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru sampai terjadi

    penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur kamar. Proses perkolasi

    terdiri dari tahapan pengembangan bahan, tahap maserasi antara, tahap perkolasi

    sebenarnya (penetesan/penampungan ekstrak), terus-menerus sampai diperoleh ekstrak

    (perkolat) (Depkes RI, 2000).

  • Megawati Simanjuntak : Ekstraksi Dan Fraksinasi Komponen Ekstrak Daun Tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum.L) Serta Pengujian Efek Sediaan Krim Terhadap Penyembuhan Luka Bakar, 2008. USU Repository 2009

    b. Cara panas

    1. Refluks

    Refluks adalah ektraksi dengan pelarut pada temperatur titik didihnya selama

    waktu tertentu dan dalam jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan adanya

    pendingin balik (Depkes RI, 2000).

    2. Digesti

    Digesti adalah maserasi dengan pengadukan kontinu pada temperatur yang lebih

    tinggi dari temperatur kamar yaitu pada 40-50oC (Depkes RI, 2000).

    3. Infus

    Infus adalah ekstraksi menggunakan pelarut air pada temperatur penangas air

    (bejana infus tercelup dalam penangas air mendidih, temperatur terukur 90oC) selama

    15 menit (Depkes RI, 2000).

    4. Dekok

    Dekok adalah ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur 90oC selama 30 menit (Depkes RI, 2000).

    5. Sokletasi

    Sokletasi adalah metode ekstraksi untuk bahan yang tahan pemanasan dengan

    cara meletakkan bahan yang akan diekstraksi dalam sebuah kantung ekstraksi (kertas

    saring) di dalam sebuah alat ekstraksi dari gelas yang bekerja kontinu (Voigt, 1995).

    2.3. Krim

    Krim adalah bentuk sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih

    bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Istilah ini secara

  • Megawati Simanjuntak : Ekstraksi Dan Fraksinasi Komponen Ekstrak Daun Tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum.L) Serta Pengujian Efek Sediaan Krim Terhadap Penyembuhan Luka Bakar, 2008. USU Repository 2009

    tradisional telah digunakan untuk sediaan setengah padat yang mempunyai konsistensi

    relatif cair yang diformulasi sebagai emulsi air dalam minyak atau minyak dalam air.

    Sekarang ini batasan tersebut lebih diarahkan untuk produk yang terdiri dari emulsi

    minyak dalam air atau dispersi mikrokristal asam-asam lemak atau alkohol berantai

    panjang dalam air, yang dapat dicuci dengan air atau lebih ditujukan untuk penggunaan

    kosmetika dan estetika (Depkes RI, 1995).

    Apa yang disebut dengan vanishing cream umumnya amulsi minyak dalam air,

    mengandung air dalam persentasi yang lebih besar dan asam stearat. Setelah pemakaian

    krim, air menguap meninggalkan sisa berupa selaput asam stearat tipis .(Ansel,1989)

    Krim digunakan sebagai;

    a. Bahan pembawa obat untuk pengobatan kulit

    b. Bahan pelembut kulit

    c. Pelindung kulit yaitu mencegah kontak permukaan kulit dengan larutan berair

    dan rangsang kulit (Anief, 2000).

    Preparat yang digunakan pada kulit antara lain untuk efek fisik, yaitu kemampuan

    bekerja sebagai pelindung kulit, pelicin, pelembut, zat pengering dan lain-lain, atau

    untuk efek khusus dari bahan obat yang ada. Preparat ini dijual bebas, sering

    mengandung campuran dari bahan obat yang digunakan dalam kondisi tertentu seperti,

    infeksi kulit yang ringan, gatal gatal, luka bakar, merah bekas popok, sengatan dan

    gigitan serangga, kutu air, mata ikan, penebalan kulit keras, dan lain lain.

    2.4 Pembuatan Krim

    Dalam pembuatan krim dari formula dengan tipe emulsi minyak dalam air (m/a),

    metode pembuatan secara umum meliputi proses peleburan, emulsifikasi, dan

  • Megawati Simanjuntak : Ekstraksi Dan Fraksinasi Komponen Ekstrak Daun Tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum.L) Serta Pengujian Efek Sediaan Krim Terhadap Penyembuhan Luka Bakar, 2008. USU Repository 2009

    saponifikasi. Komponen yang tidak bercampur dengan air seperti minyak dan lilin

    dicairkan bersama di penangas air pada temperatur sekitar 70oC sampai 75oC. Semua

    komponen yang larut dalam air dilarutkan dalam air panas. Lalu larutan berair secara

    perlahan-lahan ditambahkan dengan pengadukan yang konstan kedalam campuran

    lemak cair, temperatur dipertahankan selama 5 10 menit, untuk menjaga kristalisasi

    dari lilin dan kemudian campuran perlahan-lahan didinginkan dengan pengadukan yang

    terus menerus sampai campuran membeku/mengental (Ansel, 1989).

    2.5 Kulit

    Kulit normal memiliki tiga lapisan yaitu epidermis, dermis dan jaringan

    subkutan. Epidermis mempunyai sel basal yang terus membelah untuk mempertahankan

    lapisan epitel berlapis. Lapisan ini adalah pelindung primer antara lingkungan luar dan

    dalam tubuh yaitu mencegah masuknya bakteri atau senyawa racun bersama dengan

    dermis, melindungi struktur bagian dalam dari trauma (Cruse and McPherdran, 1992).

    Dermis, atau korium tebalnya 3-5 mm merupakan anyaman serabut kolagen dan

    elastin, yang bertanggung jawab untuk sifat-sifat penting dari kulit. Dermis

    mengandung pembuluh darah, pembuluh limfe, gelembung rambut, kelenjar lemak

    (sebasea), kelenjar keringat, otot dan serabut saraf. Daerah atas dari dermis terdapat

    papillae membentuk lapisan papila yang berhubungan kedalam epidermis (Anief, 1997).

    Lapisan sub kutan (hypodermis) merupakan kelanjutan dari dermis, terdiri atas

    jaringan ikat longgar berisi sel-sel lemak (Ackerman, 1987; Ansel, 1989).

    2.6 Absorpsi Obat Melalui Kulit

    Tujuan umum penggunaan obat topikal pada terapi adalah untuk menghasilkan

    efek terapetik pada tempat-tempat spesifik di jaringan epidermis. Daerah yang terkena

  • Megawati Simanjuntak : Ekstraksi Dan Fraksinasi Komponen Ekstrak Daun Tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum.L) Serta Pengujian Efek Sediaan Krim Terhadap Penyembuhan Luka Bakar, 2008. USU Repository 2009

    umumnya epidermis dan dermis, sedangkan obat-obat topikal tertentu seperti emoliens

    (pelembab), antimikroba dan deodorant terutama bekerja di permukaan kulit saja. Hal

    ini memerlukan penetrasi difusi dari kulit atau absorpsi perkutan (Lachman, dkk., 1994).

    Absorpsi obat melalui kulit pada umumnya disebabkan oleh penetrasi langsung

    obat melalui stratum korneum yang terdiri dari kurang lebih 40% protein (umumnya

    keratin) dan 40% air. Stratum korneum sebagai jaringan keratin bersifat semipermiabel,

    dan molekul obat mempenetrasi dengan cara difusi pasif.

    Jumlah obat yang dapat menyeberangi lapisan kulit tergantung pada konsentrasi

    obat, kelarutannya dalam air dan koefisien partisi minyak atau airnya. Bahan-bahan

    yang mempunyai sifat larut dalam keduanya minyak dan air merupakan bahan yang

    baik untuk difusi melalui stratum korneum seperti juga epidermis dan lapisan-lapisan

    kulit.

    Penetrasi obat kedalam kulit dengan cara difusi adalah melalui :

    a. penetrasi transeluler (menyeberangi sel)

    b. penetrasi interseluler (antarsel)

    c. penetrasi transappendageal yaitu melalui folikel rambut, keringat dan kelenjar

    lemak (Ansel, 1989).

    Faktor-faktor yang mempengaruhi penetrasi kulit sangat bergantung dari sifat

    fisika kimia obat dan juga bergantung pada zat pembawa, pH dan konsentrasi.

    Perbedaan fisiologis melibatkan kondisi kulit yakni apakah kulit dalam keadaan baik

    atau terluka, umur kulit, perbedaan spesies dan kelembaban yang dikandung oleh kulit

    (Lachman. dkk, 1994).

  • Megawati Simanjuntak : Ekstraksi Dan Fraksinasi Komponen Ekstrak Daun Tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum.L) Serta Pengujian Efek Sediaan Krim Terhadap Penyembuhan Luka Bakar, 2008. USU Repository 2009

    Absorbsi bahan dari luar kulit ke posisi dibawah kulit tercakup masuk ke aliran

    darah, yang disebut sebagai absorbsi perkutan. Pada umumnya absorbsi obat dari bahan

    yang ada pada preparat dermatologi seperti cairan, gel, salep, krim atau pasta tidak

    hanya tergantung pada sifat kimia dan fisika dari bahan obat saja, tetapi juga pada sifat

    apabila dimasukkan kedalam pembawa farmasetika dan kondisi dari kulit. Pembawa

    farmasetika tidak dapat lebih jauh menembus kulit, atau membawa bahan obat melaliu

    kulit, terhadap kadar dan tingkat penembus kulit. Pembawa tidak mempengaruhi laju

    dan derajat penetrasi zat obat, tetapi tergantung dari bahan obat itu sendiri. Oleh karena

    itu untuk absorbsi perkutan dan efektivitas terapeutik, tiap kombinasi obat pembawa,

    harus diuji sendiri sendiri.( Ansel,1989)

    2.6.1 Situasi Fisiologis Kulit dan pengaruhnya Terhadap absobsi Bahan Obat

    Lapisan kulit terluar, Stratum corneum yang mati (lapisan tanduk) merupakan

    perintang sejati untuk absorbsi obat. Lapisan ini terdiri dari sel sel datar, mati dan berisi

    zat tanduk, yang kira kira mengandung 50% keratin dan sedikit air (10-15%). Sel sel ini

    dapat membengkak dan mampu menarik air sampai 50% sehingga ketebalannya dapat

    meningkat dari 5-10 menjadi 80 mm. Keseluruhan stratum korneum diperbaharui setiap

    14 hari. Lapisan ini menjadi muara bagi kelenjar keringat dan sebum serta folikel

    rambut, sehingga secara skematik terdapat empat kemungkinan yang memungkinkan

    Stratum corneunm dilintasi: interseluler, transeluler (transepidermal), transgandular dan

    transfolikuler.

    Penggunaan bahan obat pada kulit bertujuan untuk mencapai tiga sasaran

    berlainan.

  • Megawati Simanjuntak : Ekstraksi Dan Fraksinasi Komponen Ekstrak Daun Tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum.L) Serta Pengujian Efek Sediaan Krim Terhadap Penyembuhan Luka Bakar, 2008. USU Repository 2009

    Bahan obat sebaiknya tinggal pada permukaan kulit, misalnya bahan

    desinfektans atau preparat pelindung cahaya.

    Bahan obat sebaiknya masuk kedalam kulit atau jaringan yang terletak lebih

    dalam dan memberikan kerja lokal, yang menjadi tujuuan umum preparat

    topikal.

    Bahan obat sebaiknya diresorbsi dalam takaran yang tinggi, sehingga mampu

    bereaksi sistemik (Voigt, 1995).

    2.7 Luka

    2.7.1 Pengertian Luka

    Luka adalah suatu keadaan kerusakan jaringan dan dapat mengenai struktur yang

    lebih dalam dari kulit seperti saraf, otot, atau membrane. Luka, cacat atau kerusakan

    kulit dan jaringan dibawahnya disebabkan oleh:

    1. Trauma mekanis yang disebabkan karena tergesek, terpotong, terpukul, tertusuk,

    terbentur dan terjepit.

    2. Trauma elektris yang disebabkan cedera karena listrik dan petir.

    3. Trauma termis yang disebabkan oleh panas dan dingin.

    4. Trauma kimia yang disebabkan oleh zat kimia yang bersifat asam dan basa serta

    zat iritatif lainnya. (Karakata dan Bachsinar, 1995)

    2.7.2 Klasifikasi Luka

    Berdasarkan kedalaman jaringan yang dikenai, luka dapat dibagi dua yaitu:

    1. Simpleks, bila hanya melibatkan kulit.

    2. Komplikatum, bila melibatkan kulit dan jaringan dibawahnya (Karakata dan

    Bachsinar, 1995).

  • Megawati Simanjuntak : Ekstraksi Dan Fraksinasi Komponen Ekstrak Daun Tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum.L) Serta Pengujian Efek Sediaan Krim Terhadap Penyembuhan Luka Bakar, 2008. USU Repository 2009

    Berdasarkan keadaannya luka dibagi atas dua bagian, yaitu:

    1. Luka tertutup. Dalam hal ini kulit masih utuh. Contohnya:

    a. Vulnus contussum atau luka memar. Di sini kulit tidak rusak, tetapi pada

    pembuluh darah sub kutan, sehingga dapat terjadi hematom.

    b. Vulnus traumaticum. Terjadi di dalam tubuh, tetapi tidak tampak dari luar.

    2. Luka terbuka. Dalam keadaan ini kulit sudah robek. Contohnya:

    a. Ekskoriasi atau luka lecet adalah cedera pada permukaan epidermis akibat

    bersentuhan dengan benda berpermukaan kasar atau rata.

    b. Vulnus scissum adalah luka sayat atau luka iris yang ditandai dengan tepi luka

    berupa garis lurus dan beraturan.

    c. Vulnus laceratum atau luka robek adalah luka dengan tepi tidak beraturan atau

    compang-camping biasanya karena tarikan atau goresan benda tumpul.

    d. Vulnus punctum atau luka tusuk adalah luka akibat tusukan benda runcing yang

    biasanya kedalaman luka lebih dari lebarnya.

    e. Vulnus caesum atau luka potong adalah luka yang disebabkan oleh benda tajam

    yang besar, dengan tepi tajam dan rata.

    f. Vulnus sclopetorum atau luka tembak yang terjadi karena tembakan, granat, dan

    sebagainya, dengan tepi luka yang tidak teratur.

    g. Vulnus morsum atau luka gigit yang disebabkan oleh gigitan binatang atau

    manusia, bentuk luka tergantung bentuk gigi penggigit (Karakata dan Bachsinar,

    1995).

  • Megawati Simanjuntak : Ekstraksi Dan Fraksinasi Komponen Ekstrak Daun Tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum.L) Serta Pengujian Efek Sediaan Krim Terhadap Penyembuhan Luka Bakar, 2008. USU Repository 2009

    2.8 Luka Bakar

    Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang

    disebabkan oleh kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik

    dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan mortalitas

    yang tunggi yang memerlukan penatalaksanaan khusus sejak awal (fase syok) sampai

    fase lanjut. ( Yefta,2003).

    Kulit atau jaringan tubuh yang terbakar akan menjadi jaringan nekrotik. Kalau

    luka karena benda tajam atau benda tumpul, bila ada jaringan nekrotik kita harus

    berusaha melakukan debridement pada waktu pertama kali pencucian luka tetapi lain

    pada luka bakar, jaringan nekrotik ini tidak dapat dibuang segera tetapi tetap lekat di

    tubuh penderita untuk waktu yang relatif lama. Tetap beradanya jaringan nekrotik di

    tubuh si penderita akan mengundang infeksi serta kesukaran-kesukaran lain dalam

    perawatannya (Marzoeki, 1993).

    Berat ringannya luka bakar tergantung dari lamanya dan banyaknya kulit badan

    yang terbakar. Kerusakan paling ringan akibat terbakar yang timbul pada kulit adalah

    warna merah pada kulit. Bila lebih berat, timbul gelembung. Pada keadaan yang lebih

    berat lagi bila seluruh kulit terbakar sehingga dagingnya tampak, sedangkan yang

    terberat adalah bila otot-otot ikut terbakar (Oswari, 2003).

    Luka bakar dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan penyebab dan

    kedalaman kerusakan jaringan.

    1. Berdasarkan penyebabnya, luka bakar dibedakan atas beberapa jenis, antara lain:

    - Luka bakar karena api

    - Luka bakar karena air panas

  • Megawati Simanjuntak : Ekstraksi Dan Fraksinasi Komponen Ekstrak Daun Tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum.L) Serta Pengujian Efek Sediaan Krim Terhadap Penyembuhan Luka Bakar, 2008. USU Repository 2009

    - Luka bakar karena bahan kimia ( yang bersifat asam atau basa kuat)

    - Luka bakar karena listrik

    - Luka bakar karena logam panas

    - Luka bakar karena radiasi

    - Cedera karena suhu sangat rendah

    2. Berdasarkan kedalaman kerusakan jaringan, luka bakar dibedakan atas beberapa

    jenis yaitu:

    a. Luka bakar derajat I:

    - Kerusakan terbatas pada superfisial epidermis

    - Kulit kering, tampak sebagai eritema

    - Tidak dijumpai bula

    - Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi

    - Penyembuhan terjadi secara spontan dalam waktu 5-10 hari

    b. Luka bakar derajat II

    - Kerusakan meliputi dermis dan epidermis

    - Dijumpai bula

    - Dasar luka berwarna merah atau pucat, terletak lebih tinggi di atas kulit

    normal

    - Nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik teriritasi

    Luka bakar derajat II dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :

    - Derajat II dangkal (superficial)

  • Megawati Simanjuntak : Ekstraksi Dan Fraksinasi Komponen Ekstrak Daun Tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum.L) Serta Pengujian Efek Sediaan Krim Terhadap Penyembuhan Luka Bakar, 2008. USU Repository 2009

    Kerusakan mengenai bagian superfisial dermis. Apendises kulit seperti

    folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea masih utuh. Penyembuhan

    terjadi secara spontan dalam waktu 10-14 hari.

    - Derajat II dalam (deep)

    Kerusakan hampir seluruh bagian dermis. Apendises kulit seperti folikel

    rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea sebagian masih utuh. Penyembuhan

    terjadi lebih lama, tergantung apendises kulit yang tersisa. Biasanya

    penyembuhan terjadi dalam waktu lebih dari satu bulan.

    c. Luka bakar derajat III

    - Kerusakan meliputi seluruh ketebalan dermis dan lapisan yang lebih dalam

    - Apendises kulit seperti folikel rambut, kelenjar keringat, kelenjar sebasea

    mengalami kerusakan

    - Tidak dijumpai bula

    - Kulit yang terbakar berwarna abu-abu dan pucat, kering, letaknya lebih

    rendah dibandingkan kulit sekitar koagulasi protein pada lapis epidermis dan

    dermis

    - Tidak dijumpai rasa nyeri, bahkan hilang sensasi karena ujung-ujung saraf

    sensorik mengalami kerusakan / kematian.

    - Penyembuhan terjadi lama karena tidak ada proses epitelisasi spontan baik

    dari dasar luka, tepi luka maupun apendises kulit (Moenadjat, 2003).

    2.9. Penyembuhan luka

    Tindakan yang dapat dilakukan pada luka bakar adalah dengan memberikan

    terapi lokal dengan tujuan mendapatkan kesembuhan secepat mungkin, sehingga jumlah

  • Megawati Simanjuntak : Ekstraksi Dan Fraksinasi Komponen Ekstrak Daun Tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum.L) Serta Pengujian Efek Sediaan Krim Terhadap Penyembuhan Luka Bakar, 2008. USU Repository 2009

    jaringan fibrosis yang terbentuk akan sedikit dan dengan demikian mengurangi jaringan

    parut. Diusahakan pula pencegahan terjadinya peradangan yang merupakan hambatan

    paling besar terhadap kecepatan penyembuhan (Henderson M. A, 1997).

    Proses penyembuhan luka yang dibagi dalam tiga fase yaitu fase inflamasi,

    proliferasi dan penyudahan yang merupakan penyerupaan kembali (remodeling)

    jaringan.

    1. Fase inflamasi

    Fase inflamasi berlangsung sejak terjadinya luka sampai hari kelima. Pembuluh

    darah yang terputus pada luka menyebabkan pendarahan dan tubuh akan berusaha

    menghentikannya dengan vasokonstriksi. Pengerutan pembuluh yang terputus (retraksi)

    dan reaksi hemostasis. Hemostasis terjadi karena trombosit yang keluar dari pembuluh

    darah saling melengket dan bersama dengan jala fibrin yang terbentuk membekukan

    darahyang keluar dari pembuluh darah.

    Sel mast dalam jaringan ikat menghasilkan serotonin dan histamin yang

    meningkatkan permeabilitas kapiler sehingga terjadi eksudasi cairan, pembentukan sel

    radang disertai vasodilatasi setempat menyebabkan pembengkakan.

    2.Fase proliferasi

    Fase proliferasi disebut juga fibroplasia karena yang menonjol adalah proses

    proliferasi fibroblas. Fase ini berlangsung dari akhir fase inflamasi sampai kira-kira

    akhir minggu ketiga. Pada fase ini serat kolagen yang mempertautkan tepi luka.

    3. Fase penyudahan

  • Megawati Simanjuntak : Ekstraksi Dan Fraksinasi Komponen Ekstrak Daun Tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum.L) Serta Pengujian Efek Sediaan Krim Terhadap Penyembuhan Luka Bakar, 2008. USU Repository 2009

    Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri dari penyerapan kembali

    jaringan yang berlebih dan perupaan kembali jaringan yang terbentuk. Fase ini dapat

    berlangsung berbulan-bulan dan dinyatakan berakhir kalau semua tanda radang sudah

    lenyap. Tubuh berusaha menormalkan kembali semua yang menjadi abnormal karena

    proses penyembuhan (Sjamsuhidajat. R dan Wim de jong, 1997).

  • Megawati Simanjuntak : Ekstraksi Dan Fraksinasi Komponen Ekstrak Daun Tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum.L) Serta Pengujian Efek Sediaan Krim Terhadap Penyembuhan Luka Bakar, 2008. USU Repository 2009

    BAB III

    METODE PENELITIAN

    Metode penelitian adalah metode eksperimental meliputi identifikasi sampel,

    pengumpulan dan pengolahan sampel, pemeriksaan karakteristik simplisia, skrining

    fitokimia, pembuatan ekstrak, fraksinasi ekstrak, pembuatan krim, pengujian efek krim

    terhadap luka bakar dan analisa data dengan Statistical Program Service Solution

    (SPSS) metode Duncan.

    3.1. Alat-alat yang digunakan

    Alat-alat gelas laboratorium, lemari pengering, blender (Nasional), oven listrik

    (Fisher Scientitic), neraca kasar (Ohaus), neraca analitis (Mettler Toledo), pH meter

    (Kent EIL 7020), mikroskop (Nikon), pisau cukur, gunting, penangas air, termometer,

    api bebas, lempeng logam berdiameter 2 cm, cawan porselin, spuit, pot plastik, mortir

    dan stamfer, jangka sorong, sudip, spatula.

    3.2. Bahan-bahan yang digunakan

    Semua bahan-bahan kimia yang digunakan kecuali dinyatakan lain adalah

    berkualitas proanalisa yaitu etanol 96%, air suling, n-heksan, etilasetat, natrium

    hidroksida, asam asetat glasial, besi (III) klorida, asam klorida pekat, asam sulfat pekat,

    timbal (II) asetat, kloroform, isopropanol, natrium sulfat anhidrat, asam asetat anhidrat,

    asam stearat, gliserin, trietanolamin, metil paraben, air suling, procain injeksi

    (Phapros).

  • Megawati Simanjuntak : Ekstraksi Dan Fraksinasi Komponen Ekstrak Daun Tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum.L) Serta Pengujian Efek Sediaan Krim Terhadap Penyembuhan Luka Bakar, 2008. USU Repository 2009

    3.3. Hewan Percobaan

    Hewan yang digunakan pada penelitian ini adalah kelinci putih jantan dengan

    berat badan 1,5 2 kg. Hewan dikarantina dalam kandang yang sesuai sebelum dan

    selama digunakan untuk uji luka bakar. (Gambar kandang karantina dapat dilihat

    lampiran 12 halaman 45 )

    3.4. Identifikasi Sampel

    Tumbuhan yang digunakan pada penelitian ini diidentifikasi di Pusat Penelitian

    Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Bogor. Identifikasi sampel

    dilakukan oleh saudara Deka dalam penelitian uji efektifitas daun tumbuhan senduduk

    (Melastoma malabathricum.L) terhadap penyembuhan luka bakar, peneliti

    menggunakan tumbuhan yang sama sehingga identifikasi tidak dilakukan kembali,

    dengan menggunakan data yang telah diperoleh terlebih dahulu. (Hasil Identifikasi

    dapat dilihat pada lampiran 2 halaman 35)

    3.5. Pengambilan Sampel dan Pengolahan Sampel

    3.5.1 Pengambilan Sampel

    Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah daun senduduk yang

    berwarna hijau tua dari daerah Parsoburan, Kecamatan Habinsaran Sumatera Utara.

    Sampel diambil secara purposif yaitu tanpa membandingkan dengan daerah lain.

    3.5.2. Pengolahan Sampel

    Daun senduduk yang telah dikumpulkan dibersihkan dari pengotoran dengan air

    bersih, ditiriskan di atas tampah yang dialasi dengan kertas koran. Selanjutnya

    ditimbang sebagai berat basah sebesar 7,5 kg, kemudian dikeringkan dengan cara

  • Megawati Simanjuntak : Ekstraksi Dan Fraksinasi Komponen Ekstrak Daun Tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum.L) Serta Pengujian Efek Sediaan Krim Terhadap Penyembuhan Luka Bakar, 2008. USU Repository 2009

    dimasukkan kedalam lemari pengering. Setelah kering ditimbang sebagai berat kering

    sebesar 2.5 kg. Sampel yang telah kering diserbuk dengan blender.

    3.6 Pemeriksaan Karakteristik Simplisia

    Pemeriksaan karakteristik simplisia meliputi pemeriksaan makroskopik dan

    mikroskopik, penetapan kadar air, penetapan kadar sari yang larut dalam air, penetapan

    kadar sari yang larut dalam etanol, penetapan kadar abu total, penetapan kadar abu yang

    tidak larut dalam asam (Depkes, 1989).

    3.6.1 Pemeriksaan Makroskopik

    Pemeriksaan makroskopik dilakukan dengan cara mengamati simplisia meliputi

    bentuk, warna, ukuran dan ketebalan. (Hasil dapat dilihat dalam lampiran 4 gambar 5

    halaman 37)

    3.6.2 Pemeriksaan Mikroskopik

    Pemeriksaan mikroskopik terhadap daun segar dilakukan dengan cara memotong

    dan mengambil bagian daun dengan penampang melintang dan membujur, ditetesi

    kloralhidrat diatas kaca objek dan ditutup dengan kaca penutup kemudian diamati

    dibawah mikroskop, sedangkan pemeriksaan terhadap serbuk dilakukan dengan cara

    menaburkan serbuk simplisia diatas kaca objek yang telah ditetesi dengan kloralhidrat

    dan ditutup dengan kaca penutup kemudian dilihat dibawah mikroskop. (Hasil dapat

    dilihat dalam lampiran 5&6 halaman 38-39)

    3.6.3 Penetapan Kadar Air Simplisia.

    Penetapan kadar air dilakukan dengan metode azeotropi (Destilasi Toluen). Alat

    meliputi labu alas 500 ml , alat penampung , tabung penerima 5 ml berskala 0,05 ml

    pendingin, tabung penyambung, pemanas.

  • Megawati Simanjuntak : Ekstraksi Dan Fraksinasi Komponen Ekstrak Daun Tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum.L) Serta Pengujian Efek Sediaan Krim Terhadap Penyembuhan Luka Bakar, 2008. USU Repository 2009

    Cara Penetapan : Kedalam labu alas bulat dimasukkan 200 ml toluena dan 2 ml air

    suling, didestilasi selama 2 jam, biarkan mendingin selama 30 menit didinginkan dan

    volume air pada tabung penerima dibaca. Selanjutnya kedalam labu dimasukkan 5g

    serbuk simplisia yang telah ditimbang seksama, lalu dipanaskan hati-hati selama 15

    menit. Setelah toluena mendidih kecepatan tetesan diatur 2 tetes tiap detik hingga

    sebagian air tersuling, kemudian kecepatan penyulingan dinaikkan hingga 4 tetes tiap

    detik. Setelah semua air tersuling, bagian dalam pendinginan dibilas dengan toluena.

    Destilasi dilanjutkan selama 5 menit, kemudian tabung penerima dibiarkan mendingin

    sampai suhu kamar setelah air dan toluen memisah sempurna volume dibaca dengan

    ketelitian 0,05 ml. Selisih kedua volume air yang dibaca sesuai kandungan air yang

    terdapat dalam bahan yang diperiksa. Kadar air dihitung dalam persen. (Depkes RI,

    1989)

    3.6.4 Pemeriksaan Kadar sari yang larut dalam air

    Sebanyak 5 g serbuk yang telah dikeringkan diudara dimaserasi selama 24 jam

    dalam 100 ml air-kloroform (2,5 ml kloroform dalam air sampai 1 liter) dalam labu

    bersumbat sambil sesekali dikocok selama 6 jam pertama, kemudian dibiarkan selama

    18 jam, disaring. Sejumlah 20 ml filtrat diuapkan sampai kering dalam cawan dangkal

    berdasar rata dan telah ditara dan sisa dipanaskan pada suhu 105oC sampai bobot tetap.

    Kadar sari larut dalam air dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan diudara

    (Depkes RI, 1989).

    3.6.5 Pemeriksaan kadar sari yang larut dalam etanol

    Sebanyak 5g serbuk yang telah dikeringkan diudara dimaserasi selama 24 jam

    dalam etanol 96% dalam labu bersumbat sambil dikocok sesekali selama 6 jam pertama,

  • Megawati Simanjuntak : Ekstraksi Dan Fraksinasi Komponen Ekstrak Daun Tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum.L) Serta Pengujian Efek Sediaan Krim Terhadap Penyembuhan Luka Bakar, 2008. USU Repository 2009

    dibiarkan selama 18 jam, kemudian disaring cepat untuk menghindari penguapan etanol,

    20 ml filtrat diuapkan sampai kering dalam cawan dangkal berdasar rata yang telah

    ditara dan dipanaskan pada suhu 105oC sampai bobot tetap. Kadar sari yang larut dalam

    etanol dihitung terhadap bahan yang telah dikeringkan diudara (Depkes RI, 1989).

    3.6.6 Penetapan kadar abu total

    Sebanyak 2 g serbuk yang telah digerus dan ditimbang seksama dimasukkan

    kedalam krus porselin yang telah dipijar dan ditara, kemudian diratakan. Krus

    dipijarkan pada suhu 600oC sampai arang habis, kemudian didinginkan dan ditimbang

    sampai diperoleh bobot tetap. Kadar abu dihitung abu dihitung terhadap bahan yang

    dikeringkan diudara (Depkes RI, 1989).

    3.6.7 Penetapan kadar abu yang tidak larut dalam asam

    Abu yang diperoleh dalam penetapan kadar abu total dididihkan dalam 25 ml asam

    klorida 2N selama 5 menit, bagian yang tidak larut dalam asam dikumpulkan

    disaring melalui kertas saring bebas abu kemudian dicuci dengan air panas. Residu

    dan kertas saring dipijarkan pada 600oC sampai bobot tetap, kemudian didinginkan

    dan ditimbang. Kadar abu tidak larut dalam asam dihitung terhadap bahan yang

    dikeringkan. (Depkes RI, 1989)

    3.7 Skrining Fitokimia serbuk simplisia

    a. Pemeriksaan Alkaloida

    Serbuk simplisia ditimbang sebanyak 0,5 g kemudian ditambah 1 ml asam klorida 2

    N dan 9 ml air suling, dipanaskan diatas penangas air selama 2 menit. Dinginkan

    dan disaring. Filtrat digunakan untuk percobaan berikut :

  • Megawati Simanjuntak : Ekstraksi Dan Fraksinasi Komponen Ekstrak Daun Tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum.L) Serta Pengujian Efek Sediaan Krim Terhadap Penyembuhan Luka Bakar, 2008. USU Repository 2009

    - Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah dengan 2 tetes larutan pereaksi Mayer, akan

    terbentuk endapan menggumpal berwarna putih atau kuning.

    - Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah pereaksi Bouchardat, akan terbentuk endapan

    berwarna coklat sampai hitam.

    - Filtrat sebanyak 3 tetes ditambah dengan 2 tetes pereaksi Dragendorff, akan

    terbentuk warna merah atau jingga.

    Alkaloida positif jika terjadi endapan atau kekeruhan paling sedikit dua dari ketiga

    percobaan diatas (Depkes, 1989)

    b. Pemeriksaan flavonoida

    Sebanyak 10 g serbuk simplisia ditambahkan air panas, dididihkan selama 5 menit

    dan disaring dalam keadaan panas, ke dalam 5 ml filtrat ditambahkan 0,1 g serbuk

    magnesium dan 1ml asam klorida pekat dan 2 ml amil alkohol, dikocok dan

    dibiarkan memisah. Flavonoida positif jika warna merah, kuning, jingga pada

    lapisan amil alkohol (Farnsworth, 1996)

    c. Pemeriksaan saponin

    Sebanyak 0,5 g serbuk simplisia, dimasukkan kedalam tabung reaksi. Ditambahkan

    air panas, didinginkan kemudian dikocok kuat-kuat selama 10 detik. Jika terbentuk

    buih yang mantap setinggi 1 sampai 10 cm, tidak kurang dari 10 menit dan tidak

    hilang dengan penambahan asam klorida 2N menunjukkan adanya saponin (Depkes

    RI, 1989)

    d. Pemeriksaan Glikosida

    Disari 3 g serbuk simplisia dengan 30 ml campuran etanol 96% dengan air (7:3),

    dan 10 ml asam sulfat 2N. Direfluks selama 1 jam, didinginkan dan disaring. Pada

  • Megawati Simanjuntak : Ekstraksi Dan Fraksinasi Komponen Ekstrak Daun Tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum.L) Serta Pengujian Efek Sediaan Krim Terhadap Penyembuhan Luka Bakar, 2008. USU Repository 2009

    20 ml filtrat ditambahkan 25 ml Timbal (II) asetat 0,4M, dikocok dan didiamkan

    selama 5 menit, disaring. Disari filtrat 3 kali, tiap kali dengan 20 ml campuran

    kloroform-isopropanol (3:2). Pada kumpulan sari di tambahkan Natrium sulfat

    anhidrat, disaring dan diuapkan pada suhu tidak lebih dari 50oC. Sisa dilarutkan

    dengan 2 ml etanol. Larutan sisa dimasukkan dalam tabung reaksi selanjutnya

    diuapkan diatas penangas air, pada sisa ditambahkan 2 ml air dan 5 tetes Molisch,

    ditambahkan hati-hati 2 ml asam sulfat pekat melalui dinding tabung, terbentuknya

    cincin ungu pada batas kedua cairan menunujukkan adanya gula, dengan demikian

    menunjukkan adanya glikosida (Depkes RI, 1989)

    e. Pemeriksaan tanin

    Sebanyak 0,5 g serbuk simplisia, disari dengan 10 ml air suling lalu dipanaskan,

    disaring. Filtratnya diencerkan dengan air sampai tidak berwarna. Larutan diambil

    sebanyak 2 ml dan ditambahkan 1-2 tetes pereaksi besi (III) klorida 1%. Jika terjadi

    warna biru atau hijau kehitaman, menunjukkan adanya tanin (Depkes RI, 1989).

    d. Pemeriksaan Steroida dan triterpenoida

    Sejumlah 1 g serbuk dimaserasi dengan 20 ml eter selama 2 jam, disaring. Filtrat

    diuapkan di cawan penguap, sisanya ditambahkan asam asetat anhidrat dan asam

    sulfat pekat (pereaksi Liebermann-Burchard). Apabila terbentuk warna ungu atau

    merah yang berubah menjadi biru ungu atau biru hijau menunjukkan adanya

    steroida/triterpenoida (Harborne, 1987).

  • Megawati Simanjuntak : Ekstraksi Dan Fraksinasi Komponen Ekstrak Daun Tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum.L) Serta Pengujian Efek Sediaan Krim Terhadap Penyembuhan Luka Bakar, 2008. USU Repository 2009

    3.8 Pembuatan EEDS

    Pembuatan ekstrak dilakukan secara perkolasi dengan menggunakan pelarut

    etanol 96 %.

    Prosedur pembuatan ekstrak : Sejumlah serbuk simplisia dibasahi dengan penyari dan

    dibiarkan selama 3 jam, kemudian dimasukkan kedalam alat perkolator, lalu dituang

    cairan penyari etanol 96%, secukupnya sampai semua simplisia terendam dan terdapat

    selapis cairan penyari diatasnya, mulut tabung perkolator ditutup dengan aluminium foil

    dan dibiarkan selama 24 jam, kemudian kran dibuka dan dibiarkan tetesan ektrak

    mengalir. Perkolasi dihentikan setelah 500 mg perkolat terakhir diuapkan tidak

    meninggalkan sisa. Selanjutnya ekstrak diuapkan dengan penguap vakum putar pada

    temperatur tidak lebih dari 50oC sampai diperoleh ekstrak kental. (Lihat bagan kerja

    dalam bagan pembuatan ekstrak lampiran 5 halaman 53-54)

    3.9 Fraksinasi Ekstrak secara Ekstraksi Cair-cair

    Ekstrak etanol kental diencerkan dengan air panas sebanyak 100 ml, diaduk

    terus sampai encer dan homogen, kemudian dimasukkan dalam corong pisah,

    difraksinasi berturut turut secara ekstraksi cair cair dengan pelarut n-heksan, kloroform,

    dan etilasetat. Mula mula difraksinasi dengan pelarut n-heksan sebanyak 150 ml.

    Diperoleh fraksi n-heksan dan fraksi air. Fraksi n-heksan dipisahkan, kemudian fraksi

    air difraksinasi dengan kloroform sebanyak 150 ml, diperoleh fraksi kloroform dan

    fraksi air. Fraksi kloroform dipisahkan, fraksi air difraksinasi dengan etil asetat

    sebanyak 100 ml, diperoleh fraksi etilasetat dan fraksi air.

    Ekstraksi setiap fraksi dilakukan sebanyak 3 kali dengan menggunakan 50 ml pelarut

    untuk sekali penyarian. Sari pertama, kedua, dan ketiga dikumpulkan. Ekstrak hasil

  • Megawati Simanjuntak : Ekstraksi Dan Fraksinasi Komponen Ekstrak Daun Tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum.L) Serta Pengujian Efek Sediaan Krim Terhadap Penyembuhan Luka Bakar, 2008. USU Repository 2009

    fraksinasi dipekatkan dengan penguap vakum putar. Bagan ektraksi cair-cair dapat

    dilihat pada lampiran.

    3.10Pembuatan Krim

    Sediaan krim yang digunakan adalah krim tipe minyak dalam air dan dibuat

    berdasarkan formula standar vanishing cream (ISFI, 1971) yaitu:

    R/ Asam stearat 142

    Gliserin 100

    Natrium biborat 2,5

    Trietanolamin 10

    Air suling 750

    Nipagin q.s.

    m.f. cream

    Sediaan krim dibuat dengan komposisi yang berdasarkan hasil penelitian

    sebelumnya, yaitu dengan menggunakan krim EEDS 5% yang dapat menyembuhkan

    luka bakar dalam 21 hari (Deka, 2006). Pada penelitian ini digunakan kadar yang sama

    hanya menggunakan penyari ekstrak yang berbeda yaitu n-heksan, kloroform, etilasetat.

    (Hasil dapat dilihat pada lampiran 11 halaman 44)

    Tabel 1. Formula krim dengan variasi konsentrasi ekstrak senduduk

    BAHAN KRIM A B C D

    Ekstrak - 5 5 5 Asam stearat 14,2 14,2 14,2 14,2 Gliserin 10 10 10 10 Trietanolamin 1 1 1 1

    Na Biborat 0,25 0,25 0,25 0,25 Nipagin 0,05 0,05 0,05 0,05 Air Suling 75 75 75 75

  • Megawati Simanjuntak : Ekstraksi Dan Fraksinasi Komponen Ekstrak Daun Tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum.L) Serta Pengujian Efek Sediaan Krim Terhadap Penyembuhan Luka Bakar, 2008. USU Repository 2009

    Keterangan:

    Semua bahan dalam satuan % b/b

    A : dasar krim tanpa ekstrak senduduk

    B : krim dengan ekstrak n-heksan daun senduduk 5%

    C : krim dengan ekstrak kloroform daun senduduk 5 %

    D : krim dengan ekstrak etilasetat senduduk 5 %

    Cara pembuatan : Ditimbang semua bahan yang diperlukan. Bahan yang terdapat dalam

    formula dipisahkan menjadi dua kelompok yaitu fase minyak dan fase air. Fase minyak

    yaitu asam stearat dilebur di atas penangas air dengan suhu 70o-75oC, fase air yaitu

    trietanolamin, gliserin, metil paraben dan air suling dilarutkan dalam air panas.

    Kemudian fase minyak dipindahkan ke dalam lumpang panas. Fase air ditambahkan

    secara perlahan-lahan ke dalam fase minyak dengan pengadukan yang konstan sampai

    diperoleh massa krim.

    Pembuatan Krim Ekstrak Luka Bakar: Ditimbang 5 g ekstrak kental, dimasukkan

    kedalam lumpang diencerkan dengan sedikit pelarut kemudian digerus. Ditambahkan

    100 g bahan dasar krim sedikit demi sedikit sambil digerus sampai homogen. Lihat

    bagan pembuatan krim pada lampiran 6 gambar 12 halaman 56

    3.11 Pengujian Efek Sediaan krim terhadap luka bakar Pengujian efek sediaan krim diujikan pada 12 kelinci yang dibagi dalam 3

    kelompok yaitu kelompok n-heksan, kelompok kloroform, dan kelompok etilasetat dan

    setiap kelompok terdiri dari 4 kelinci. Pada penelitian ini luka bakar pada kelinci

    dilakukan dengan menempelkan lempeng logam berdiameter 2 cm yang telah

    dipanaskan selama 5 menit di api bebas pada bagian punggung kelinci selama 3 detik.

    Pada kulit yang melepuh atau yang mengalami luka bakar tersebut dioleskan sediaan

  • Megawati Simanjuntak : Ekstraksi Dan Fraksinasi Komponen Ekstrak Daun Tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum.L) Serta Pengujian Efek Sediaan Krim Terhadap Penyembuhan Luka Bakar, 2008. USU Repository 2009

    krim sebanyak 0,350 g secara merata pada permukaan luka dengan interval pengolesan

    6 jam (tiga kali sehari). Pengamatan dilakukan secara visual dengan memperhatikan

    perubahan diameter luka. Pengukuran diameter luka dilakukan dengan menggunakan

    jangka sorong. Luka dinyatakan sembuh jika diameter luka sudah mendekati nol.

    Sebagai pembanding digunakan Kontrol digunakan kelinci dengan luka bakar yang

    diberikan pengobatan dengan krim tanpa penambahan EEDS (Hasil dapat dilihat pada

    tabel 4, halaman 24).

    3.12 Perhitungan Diameter rata-rata luka bakar

    Cara mengukur diameter luka bakar dapat dilihat pada gambar 1 berikut ini :

    Gambar 1. Cara menghitung diameter luka bakar

    Keterangan :

    dx : diameter luka hari ke x d1 : diameter 1 d2 : diameter 2 d3 : diameter 3 d4 : diameter 4 Diameter luka bakar dihitung dengan rumus : dx = d1 + d2 + d3 + d4 4 Hasil pengukuran diameter rata-rata luka bakar (cm2) dari masing-masing hewan

    percobaan (kelinci) dapat dilihat pada tabel 4 halaman 38.

    3.13 Analisa data

    Data hasil pengujian efek sediaan krim ekstrak daun senduduk terhadap

    perubahan diameter rata-rata luka bakar dianalisa secara statistik menggunakan metode

    d1

    d2

    d3

    d4

  • Megawati Simanjuntak : Ekstraksi Dan Fraksinasi Komponen Ekstrak Daun Tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum.L) Serta Pengujian Efek Sediaan Krim Terhadap Penyembuhan Luka Bakar, 2008. USU Repository 2009

    ANAVA (Analisa Variansi) dengan program Statistical Product Services Solution

    (SPSS) dengan taraf kepercayaan 95%, dilanjutkan dengan uji metode Duncan untuk

    mengetahui kelompok mana yang memiliki pengaruh sama atau berbeda antara satu

    dengan yang lainnya ( Hasil Analisa Variansi dan Duncan dapat dilihat pada Lampiran

    10 halaman 63-68).

  • Megawati Simanjuntak : Ekstraksi Dan Fraksinasi Komponen Ekstrak Daun Tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum.L) Serta Pengujian Efek Sediaan Krim Terhadap Penyembuhan Luka Bakar, 2008. USU Repository 2009

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    4.1. Hasil Identifikasi sampel

    Hasil identifikasi tumbuhan sampel yang dilakukan di Pusat Penelitian Biologi

    LIPI Bogor menyatakan bahwa tumbuhan yang digunakan pada penelitian ini adalah

    tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum L.) dari suku Melastomataceae. (Lihat

    lampiran 2 gambar 4 halaman 49)

    4.2. Hasil Pemeriksaan Makroskopik

    Hasil pemeriksaan makroskopik simplisia daun senduduk diketahui bahwa daun

    tunggal bertangkai pendek, berberbentuk bundar memanjang, panjang 3 cm sampai 15

    cm, lebar 3 cm sampai 8 cm, ujungnya runcing. Permukaaan atas berwarna hijau tua dan

    bagian bawah berwarna hijau kekuningan dengan daun yang lebih kaku dan sedikit

    keriput (Lihat lampiran 3 (lanjutan) gambar 6 halaman 51).

    4.3. Hasil Pemeriksaan Mikroskopik

    Hasil pemeriksaan mikroskopik terhadap serbuk simplisia daun senduduk

    dijumpai fragmen pengenal berupa rambut penutup yang banyak dipermukaan daunnya,

    rambut penutup berisi kristal kalsium oksalat berbentuk druse. Stomata tipe anisositik,

    pada tulang daun terdapat pembuluh kayu dan hablur kristal kalsium oksalat berbentuk

    druse (Lihat lampiran 4 gambar 8 halaman 52)

  • Megawati Simanjuntak : Ekstraksi Dan Fraksinasi Komponen Ekstrak Daun Tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum.L) Serta Pengujian Efek Sediaan Krim Terhadap Penyembuhan Luka Bakar, 2008. USU Repository 2009

    4.4. Hasil Pemeriksaan Karakteristik Simplisia

    Tabel 2. Hasil pemeriksaan karakteristik simplisia dibandingkan dengan

    literaturMMI

    No Pemeriksaan Kadar Praktek (%)

    Persyaratan MMI (%)

    1 Kadar air 5,65 Tidak Lebih dari

    10,00

    2 Kadar sari yang larut dalam air 12,58 Tidak Kurang dari

    7,00

    3 Kadar sari yang larut dalam etanol 13,77 Tidak Kurang dari

    3,00

    4 Kadar abu total 7,19 Tidak Lebih dari

    15,00

    5 Kadar abu yang tidak larut dalam asam 0,206 Tidak Lebih dari

    1,00

    4.5. Hasil Skrining Fitokimia

    Hasil skrining fitokimia serbuk simplisia menunjukkan adanya golongan

    senyawa flavonoida, saponin, tanin, glikosida dan steroida/triterpenoida.

    4.6. Hasil Ekstraksi

    Hasil ekstraksi terhadap 600 g serbuk simplisia dengan menggunakan pelarut

    etanol 96% sebanyak 12 liter diperoleh ekstrak cair sebanyak 9liter berwarna hijau

    kecoklatan,setelah diuapkan dengan penguap vakum putar diperoleh ekstrak kental

    sebanyak 166.3 g berwarna coklat dengan bau khas ekstrak.

  • Megawati Simanjuntak : Ekstraksi Dan Fraksinasi Komponen Ekstrak Daun Tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum.L) Serta Pengujian Efek Sediaan Krim Terhadap Penyembuhan Luka Bakar, 2008. USU Repository 2009

    4.7 Hasil Karakterisasi Ekstrak

    Tabel 3. Hasil pemeriksaan karakteristik EEDS,

    No Pemeriksaan Kadar (%)

    1 Kadar air 10,45

    2 Kadar sari yang larut dalam air 55,79

    3 Kadar sari yang larut dalam etanol 58,54

    4 Kadar abu total 0,97

    5 Kadar abu yang tidak larut dalam asam 0,48

    Standar karakteristik ekstrak belum tercantum dalam monografi parameter

    ekstrak tumbuhan Indonesia. Sehingga hasil yang diperoleh dapat digunakan sebagai

    acuan untuk karakteristik EEDS.

    4.8. Hasil Fraksinasi secara Ekstraksi Cair Cair

    Hasil ekstraksi cair-cair terhadap 50 g ekstrak etanol kental diperoleh ekstrak n-

    heksan 6,58 g berwarna hijau lumut, ekstrak kloroform 20,275 g berwarna coklat, dan

    ekstrak etilasetat 7,25 g berwarna hijau yang lebih terang dibandingkan dengan warna

    ekstrak n-heksan.

    4.9 Hasil Pembuatan Krim Luka Bakar

    Hasil pembuatan krim luka bakar diperoleh krim ekstrak n-heksan, krim ekstrak

    kloroform, dan krim ekstrak etilasetat, dimana ketiga krim ini menggunakan dasar

    vanishing krim, dengan kandungan 5 % ekstrak dalam 50 g krim. Berdasarkan

    pengamatan secara visual krim ekstrak n-heksan berwarna hijau, krim ekstrak kloroform

  • Megawati Simanjuntak : Ekstraksi Dan Fraksinasi Komponen Ekstrak Daun Tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum.L) Serta Pengujian Efek Sediaan Krim Terhadap Penyembuhan Luka Bakar, 2008. USU Repository 2009

    berwarna coklat muda, dan krim ekstrak etilasetat berwara hijau muda. (Lihat lampiran

    7 gambar 13 halaman 57)

    4.10 Hasil Pengujian efek Krim Luka Bakar Pada Kelinci

    Hasil pengujian efek krim luka bakar derajat II terhadap kelinci ditandai dengan

    kerusakan kulit hingga pada bagian epidermis dalam. Perubahan diameter rata-rata luka

    bakar diukur sampai luka dinyatakan sembuh untuk masing-masing perlakuan. Data

    perubahan diameter luka bakar diperoleh dengan menghitung rata-rata perubahan

    diameter luka bakar dengan interval waktu pengukuran setiap hari. Hasil dapat dilihat

    pada Tabel 4 halaman 38.

  • Megawati Simanjuntak : Ekstraksi Dan Fraksinasi Komponen Ekstrak Daun Tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum.L) Serta Pengujian Efek Sediaan Krim Terhadap Penyembuhan Luka Bakar, 2008. USU Repository 2009

    Data perubahan diameter luka bakar (Tabel 4) tersebut dapat dibuat grafik

    sebagai berikut:

    Gambar 2. Grafik Perubahan diameter luka bakar dengan interval pengukuran setiap hari

    Hasil penelitian menunjukkan diantara ketiga krim ekstrak daun senduduk yang

    paling baik sebagai obat luka bakar adalah krim ekstrak etilasetat 5% dilihat dari

    diameter luka bakar menjadi 0 pada hari ke-15, sedangkan krim ekstrak kloroform dapat

    menyembuhkan luka bakar pada hari ke-19 dan krim ekstrak n-heksan dapat

    menyembuhkan pada hari ke-21. Hasil ini juga membuktikan bahwa ketiga krim ekstrak

    mempercepat penyembuhan luka bakar dibandingkan dengan kelinci kontrol yang

    sembuh dalam waktu 30 hari berdasarkan penelitian terdahulu (Deka, 2006). Secara

    teoritis juga sesuai dengan yang dikemukakan oleh Moenadjat bahwa penyembuhan

    luka bakar derajat II biasanya penyembuhan dalam waktu satu bulan (30 hari).

    Hasil uji skrining fitokimia menunjukkan bahwa daun senduduk mengandung

    saponin, tanin, flavonoid, glikosida, dan steroid. Dalam proses fraksinasi senyawa yang

    0

    0,5

    1

    1,5

    2

    2,5

    1 2 3 4 5 6 7 8 9 101112131415161718192021

    Krim ekstrak n-heksan

    waktu (hari)

    diam

    eter

    (cm

    )

  • Megawati Simanjuntak : Ekstraksi Dan Fraksinasi Komponen Ekstrak Daun Tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum.L) Serta Pengujian Efek Sediaan Krim Terhadap Penyembuhan Luka Bakar, 2008. USU Repository 2009

    bersifat polar yaitu saponin, tanin, glikosida terdapat di dalam ekstrak etilasetat,

    sedangkan flavonoid terdapat dalam ekstrak kloroform yang bersifat semipolar, dan

    steroid terdapat dalam ekstrak n-heksan yang bersifat nonpolar.

    Tanin berfungsi sebagai adstringen yang dapat menyebabkan penciutan pori-pori

    kulit, memperkeras kulit, menghentikan eksudat dan pendarahan yang ringan

    (Anief,1997), sehingga mampu menutupi luka dan mencegah pendarahan yang biasa

    timbul pada luka.

    Saponin memiliki kemampuan sebagai pembersih dan antiseptik yang berfungsi

    membunuh atau mencegah pertumbuhan mikroorganisme yang biasa timbul pada luka

    sehingga luka tidak mengalami infeksi yang berat (Robinson,1995). Flavonoid bersifat

    sebagai anti inflamasi, anti alergi, mencegah proses oksidasi, dan anti oksidan serta

    berbagai fungsi lainnya (Jansen,2006).

    Steroid sebagai anti radang yang mampu mencegah kekakuan dan nyeri (Tan Hoan Tjay

    & Kirana,2002). Walaupun kedua senyawa ini sama sama bersifat sebagai anti inflamasi

    namun flavonoid lebih mempercepat penyembuhan luka bakar dibandingkan dengan

    steroid. Hal ini disebabkan karena kemampuan flavonoid mencegah oksidasi dan

    menghambat zat yang bersifat racun yang bisa timbul pada luka. Proses penyembuhan

    luka yang ditandai dengan penutupan luka oleh eksudat dan pengurangan diameter luka

    dari setiap krim luka bakar berbeda.

    Proses penyembuhan luka terdiri dari 3 fase yaitu fase inflamasi, fase proliferasi

    dan fase penyudahan. Fase inflamasi yang ditandai dengan adanya pembengkakan, fase

    proliferasi ditandai dengan adanya pembentukan eksudat dan fibroblas yang terlihat

    seperti kerak pada bagian atas luka, dan fase penyudahan yang ditandai dengan

  • Megawati Simanjuntak : Ekstraksi Dan Fraksinasi Komponen Ekstrak Daun Tumbuhan Senduduk (Melastoma malabathricum.L) Serta Pengujian Efek Sediaan Krim Terhadap Penyembuhan Luka Bakar, 2008. USU Repository 2009

    terbentuknya jaringan baru yang berarti luka sudah mengecil atau sembuh. Pada uji luka

    bakar pada kelinci, setiap krim ekstrak menunjukkan waktu penyembuhan yang berbeda

    beda, yang berarti setiap fase juga berlangsung dalam waktu yang berbeda. Pada uji

    krim ekstrak et