09e00640

Upload: chochomasters

Post on 05-Oct-2015

221 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

09E00640

TRANSCRIPT

  • TUGAS AKHIR

    SIMULASI PENGATURAN KECEPATAN MOTOR INDUKSI

    TIGA PHASA DENGAN DIRECT TORQUE CONTROL DENGAN

    MENGGUNAKAN MATLAB 7.0.1

    Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam

    menyelesaikan pendididkan sarjana (S-1) pada Departemen Teknik Elektro

    Oleh

    NAMA : JEREMIA PURBA

    NIM : 0 4 0 4 0 2 0 4 6

    DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    MEDAN

    2009

    Jeremia Purba : Simulasi Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tiga Phasa Dengan Direct Torque Control Dengan Menggunakan Matlab 7.0.1, 2009. USU Repository 2009

  • SIMULASI PENGATURAN KECEPATAN MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

    DENGAN DIRECT TORQUE CONTROL DENGAN MENGGUNAKAN

    MATLAB 7.0.1

    oleh :

    JEREMIA S. PURBA

    NIM : 04 0402 046

    Tugas Akhir ini diajukan untuk melengkapi salah satu syarat

    untuk memperoleh gelar sarjana Teknik Elektro

    Disetujui oleh :

    DOSEN PEMBIMBING

    Ir. EDDY WARMAN

    NIP : 130 809 911

    Diketahui oleh :

    KETUA DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

    Ir. NASRUL ABDI, MT

    NIP : 131 459 554

    DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

    FAKULTAS TEKNIK

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

    MEDAN 2009

    Jeremia Purba : Simulasi Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tiga Phasa Dengan Direct Torque Control Dengan Menggunakan Matlab 7.0.1, 2009. USU Repository 2009

  • i

    KATA PENGANTAR

    Penulis bersyukur kepada Tuhan atas segala tuntunan dan pengajaran yang

    diberikan-Nya dalam penyelesaian Tugas Akhir ini. Penulisan Tugas Akhir ini

    bertujuan memenuhi syarat kurikulum Departemen Teknik Elektro, Fakultas Teknik,

    Universitas Sumatera Utara dalam menyelesaikan program studi strata satu (S1).

    Adapun judul Tugas Akhir ini adalah: Simulasi Pengaturan Kecepatan Motor Induksi

    Tiga Phasa dengan Direct Torque Control dengan Menggunakan Matlab 7.0.1.

    Selama penulisan Tugas Akhir ini, penulis mendapatkan banyak bantuan baik

    berupa bimbingan dan kritikan sehingga dengan rasa syukur, penulis mengucapkan

    terima kasih kepada:

    1. Bapak Ir. Eddy Warman, selaku dosen pembimbing Tugas Akhir ini.

    2. Bapak Ir. Syarifuddin Siregar, selaku dosen wali penulis yang telah

    membantu dari awal perkuliahan sampai penyelesaian Tugas Akhir ini.

    3. Bapak Ir. Nasrul Abdi, MT, selaku Ketua Departemen Teknik Elektro.

    4. Bapak Rahmad Fauzi, ST. MT, selaku Sekretaris Departemen Teknik

    Elektro.

    5. Ayah dan Ibu Tercinta yang mengasihi saya, yang telah memberikan semua

    kemampuan mereka dalam menyediakan segala kebutuhan saya selama

    perkuliahan.

    6. Seluruh teman-teman Departemen Teknik Elektro stambuk 2004 serta

    seluruh saudara-saudariku yang namanya tidak dapat saya sebutkan satu

    persatu, atas bantuan yang diberikan kepada saya.

    7. Seluruh teman-teman yang ada di Laboratorium Elektrnika Dasar, yang

    telah banyak menberikan dukungan dan bantuan selama penulisan tugas

    akhir ini.

    Jeremia Purba : Simulasi Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tiga Phasa Dengan Direct Torque Control Dengan Menggunakan Matlab 7.0.1, 2009. USU Repository 2009

  • ii

    Akhirnya penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan Tugas

    Akhir ini. Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran yang membangun demi

    penyempurnaan Tugas Akhir ini. Kiranya Tugas Akhir ini berguna bagi pembaca

    terutama yang ingin mendalami pengontrolan pada motor induksi tiga phasa.

    Terima kasih.

    Medan, Januari 2008

    ( Jeremia Purba )

    Jeremia Purba : Simulasi Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tiga Phasa Dengan Direct Torque Control Dengan Menggunakan Matlab 7.0.1, 2009. USU Repository 2009

  • iii

    ABSTRAK

    Motor induksi banyak dipergunakan dalam industri saat ini karena dalam

    penggunaannya motor induksi dapat dioperasikan dengan kecepatan yang bervariasi.

    Pengaturan kecepatan putaran motor induksi dapat dilakukan dengan beberapa

    metode dan salah satu metode yang digunakan adalah dengan mengatur torsi secara

    langsung.

    Direct Torque Control (DTC) merupakan teknologi terbaru yang dapat

    mengatur fluks dan torsi motor induksi secara langsung dengan mengatur vektor

    tegangannya. Pengaturan vektor ini menggunakan pengendalian umpan balik torsi

    dan fluks stator . Fluks dan torsi ini dihitung dari tegangan dan arus stator yang

    diukur pada motor. Metode ini menggunakan model referensi stator (stator reference

    frames) motor induksi

    Dalam tulisan ini pengaturan kecepatan motor induksi tiga phasa dengan

    Direct Torque Control akan disimulasikan dengan Matlab 7.0.1.

    Jeremia Purba : Simulasi Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tiga Phasa Dengan Direct Torque Control Dengan Menggunakan Matlab 7.0.1, 2009. USU Repository 2009

  • iv

    DAFTAR ISI

    Kata Pengantar ......................................................................................................... i

    Abstrak................................................................................................................... iii

    Daftar Isi ................................................................................................................ iv

    Daftar Gambar ...................................................................................................... vii

    Daftar Tabel ........................................................................................................... ix

    BAB I : PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang ............................................................................... 1

    1.2 Rumusan Masalah.......................................................................... 2

    1.3 Tujuan Penulisan............................................................................ 2

    1.4 Batasan Masalah ............................................................................ 3

    1.5 Metodologi Penulisan .................................................................... 3

    1.6 Sistematika Penulisan .................................................................... 3

    BAB II: MOTOR INDUKSI

    2.1 Umum ............................................................................................ 5

    2.2 Konstruksi Motor Induksi .............................................................. 5

    2.2.1 Stator ................................................................................... 6

    2.2.1 Rotor ................................................................................... 7

    2.3 Medan Putar ................................................................................... 9

    2.4 Prinsip Kerja Motor Induksi Tiga Phasa...................................... 12

    2.5 Rangkaian Ekivalen Motor Induksi ............................................ 14

    2.6 Pengaturan Putaran Motor Induksi .............................................. 18

    2.7 Perhitungan Performansi Motor Induksi Tiga Phasa ................... 19

    Jeremia Purba : Simulasi Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tiga Phasa Dengan Direct Torque Control Dengan Menggunakan Matlab 7.0.1, 2009. USU Repository 2009

  • v

    2.7.1 Aliran Daya Pada Motor Induksi ...................................... 19

    2.7.2 Perhitungan Torsi Pada Motor Induksi tiga Phasa............ 21

    2.8 Model Dinamik Motor Induksi .................................................... 23

    2.8.1 Model Motor Induksi Dua Phasa ...................................... 23

    2.8.2 Transformasi untuk Memperoleh Matriks Yang

    Konstan ............................................................................. 26

    2.8.3 Transformasi Tiga Phasa ke Dua Phasa............................ 30

    BAB III : PENGONTROLAN TORSI SECARA LANGSUNG

    (DIRECT TORQUE CONTROL)

    3.1 Umum ................................................................................................34

    3.2 Pengontrolan Vektor Pada Motor Induksi..........................................35

    3.3 Kondisi Switching dan Vektor Tegangan Output Inverter.37

    3.4 Pengontrolan Fluks. ...........................................................................42

    3.5 Pengontrolan Torsi 44

    BAB IV : SIMULASI PENGATURAN KECEPATAN MOTOR INDUKSI TIGA

    PHASA DENGAN DIRECT TORQUE CONTROL DAN

    PEMBAHASANNYA

    4.1 Umum 49

    4.2 Rangkaian Simulasi ...49

    4.3 Spesifikasi Komponen Simulasi ...50

    4.4 Simulasi Dan Analisa Hasil Simulasi.55

    Jeremia Purba : Simulasi Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tiga Phasa Dengan Direct Torque Control Dengan Menggunakan Matlab 7.0.1, 2009. USU Repository 2009

  • vi

    BAB V : PENUTUP

    5.1 Kesimpulan 60

    5.1 Saran ..................................................................................................60

    DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................61

    Jeremia Purba : Simulasi Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tiga Phasa Dengan Direct Torque Control Dengan Menggunakan Matlab 7.0.1, 2009. USU Repository 2009

  • vii

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 2.1 Konstruksi motor induksi rotor belitan ............................... 6

    Gambar 2.2 Stator ................................................................................... 6

    Gambar 2.3 Rotor Sangkar .................................................................... 7

    Gambar 2.4 Rotor Belitan....................................................................... 8

    Gambar 2.5 Arus tiga phasa seimbang .................................................. 9

    Gambar 2.6 Diagram phasor fluksi tiga phasa seimbang ....................... 9

    Gambar 2.7 Medan putar pada motor induksi tiga fasa ........................ 10

    Gambar 2.8 Rangkaian pengganti motor induksi ................................. 14

    Gambar 2.9 Rangkaian ekivalen stator ................................................. 15

    Gambar 2.10 Rangkaian ekivalen rotor .................................................. 17

    Gambar 2.11 Rangkaian ekivalen motor induksi sisi stator ................... 18

    Gambar 2.12 Rangkaian ekivalen per-phasa motor induksi tiga phasa.. 19

    Gambar 2.13 Diagram aliran daya pada motor induksi tiga phasa......... 20

    Gambar 2.14 Rangkaian ekivalen Thevenin per phasa motor induksi

    tiga phasa .......................................................................... 22

    Gambar 2.15 Kumparan stator dan rotor motor induksi dua-phasa........ 24

    Gambar 2.16 Transformasi variabel rotor dari nilai aktual ke nilai

    khayalan ............................................................................ 27

    Gambar 2.17 Kumparan stator motor dua phasa dan tiga phasa ............ 30

    Gambar 3.1 Skema DTC....................................................................... 35

    Gambar 3.2 Rangkaian daya penggerak motor induksi tiga phasa....... 37

    Gambar 3.3 Bentuk gelombang tegangan keluaran Dioda ................... 38

    Gambar 3.4 Bentuk tegangan keluaran inverter ................................... 38

    Jeremia Purba : Simulasi Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tiga Phasa Dengan Direct Torque Control Dengan Menggunakan Matlab 7.0.1, 2009. USU Repository 2009

  • viii

    Gambar 3.5 Tegangan output inverter untuk setiap switching ............. 41

    Gambar 3.6 Pembagian fluks linkages stator dalam 6 ruang................ 43

    Gambar 3.7 Pengaruh switching IV dan VIV pada phasor fluks stator.. 44

    Gambar 3.8 Blok diagram pengontrolan motor induksi dengan

    direct torque control ......................................................... 47

    Gambar 4.1 Rangkaian simulasi pengaturan kecepatan motor induksi

    tiga phasa dengan direct torque control............................ 50

    Gambar 4.2 Sumber tiga phasa ............................................................. 50

    Gambar 4.3 Blok Parameter sumber tiga phasa.................................... 51

    Gambar 4.4 DTC Induction Motor Drive ............................................. 51

    Gambar 4.5 Blok Parameter asynchronous machine............................ 52

    Gambar 4.6 Blok parameter converter and DC bus ............................. 53

    Gambar 4.7 Blok parameter controller................................................. 54

    Gambar 4.8 Demux ............................................................................... 55

    Gambar 4.9 Scope ................................................................................. 55

    Gambar 4.10 Grafik hasil simulasi untuk kondisi tanpa torsi beban ...... 56

    Gambar 4.11 Grafik hasil simulasi untuk kondisi dengan torsi beban

    sebesar 300 Nm................................................................. 57

    Gambar 4.12 Grafik hasil simulasi untuk kondisi dengan torsi beban

    sebesar 600 Nm................................................................. 58

    Jeremia Purba : Simulasi Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tiga Phasa Dengan Direct Torque Control Dengan Menggunakan Matlab 7.0.1, 2009. USU Repository 2009

  • ix

    DAFTAR TABEL

    Tabel 3.1 Kondisi switching inverter phasa a ................................... 39

    Tabel 3.2 Kondisi switching inverter ................................................ 40

    Tabel 3.3 Tegangan keluaran inverter............................................... 41

    Tabel 3.4 Sambungan tabel tegangan keluaran inverter ................... 42

    Tabel 3.5 Logic pegontrolan fluks .................................................... 43

    Tabel 3.6 Logic pengontrolan torsi ................................................... 44

    Tabel 3.7 Kondisi switching untuk berbagai kondisi TSS , dan S 45

    Tabel 3.8 Logic fluks phasor ............................................................ 47

    Tabel 4.1 Respon Kecepatan dengan kecepatan Aktual 600 rpm .... 59

    Tabel 4.2 Respon Kecepatan dengan kecepatan Aktual 1200 rpm... 59

    Jeremia Purba : Simulasi Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tiga Phasa Dengan Direct Torque Control Dengan Menggunakan Matlab 7.0.1, 2009. USU Repository 2009

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 LATAR BELAKANG

    Pada era saat ini, kebutuhan akan alat produksi yang tepat sangat diperlukan

    agar dapat meningkatkan efisiensi waktu dan biaya. Sebagian besar dari peralatan

    industri menggunakan tenaga listrik sebagai penggerak utama, yaitu motor listrik.

    Pemilihan motor listrik untuk industri merupakan salah satu hal penting yang harus

    dipertimbangkan.

    Pada awalnya yang paling banyak digunakan dalam aplikasi mesin listrik yang

    membutuhkan pengaturan kecepatan dan torsi dengan kehandalan yang tinggi adalah

    motor DC karena fluks dan torsinya dapat dengan mudah diatur, yaitu dengan

    mengubah arus jangkar atau arus medannya. Kekurangan motor ini adalah

    membutuhkan perawatan yang rutin karena memiliki brush dan komutator, disamping

    itu harganya relatif lebih mahal dibandingkan motor induksi. Motor induksi merupakan

    motor yang paling menguntungkan dibandingkan dengan motor yang lain. Salah satu

    keuntungan utamanya adalah motor induksi tidak membutuhkan hubungan elektrik

    antara stator dengan rotor motor. Oleh karena itu motor induksi tidak membutuhkan

    brush dan komutator, sehingga tidak membutuhkan perawatan yang rutin. Motor

    induksi memiliki harga yang lebih murah, lebih ringan, padat dan kokoh serta memiliki

    efisiensi yang tinggi. Tetapi dalam hal pengaturan kecepatan dan torsi motor induksi

    bukanlah suatu permasalahan yang mudah untuk dilakukan.

    Seiring dengan kemajuan dalam bidang elektronika daya maka teknologi

    pengaturan mesin listrik mengalami terobosan yang menggembirakan untuk memenuhi

    kebutuhan pengaturan motor induksi dalam dunia industri. Perkembangan penggerak

    Jeremia Purba : Simulasi Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tiga Phasa Dengan Direct Torque Control Dengan Menggunakan Matlab 7.0.1, 2009. USU Repository 2009

  • 2

    motor induksi ini didasari atas keinginan untuk menandingi bahkan melebihi

    kehandalan penggerak motor DC, seperti respon torsi yang cepat, dan ketelitian

    pengaturan kecepatan, disamping itu juga memanfaatkan keunggulan motor induksi.

    Generasi pertama penggerak motor induksi ini menggunakan pulse width modulation

    untuk memberikan frekuensi arus sinusoidal yang dapat diubah kepada stator motor

    induksi. Tetapi dengan cara ini tidak mampu mengatur torsi secara langsung. Dengan

    kemajuan teknologi elektronika daya maka pengaturan motor induksi dengan Direct

    Torque Control (DTC) ini telah memungkinkan untuk membuat motor induksi yang

    berfungsi sebagai sumber torsi dengan pengaturan torsi secara langsung (direct torque

    control).

    1.2 RUMUSAN MASALAH

    Dari latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan

    antara lain :

    1. Bagaimana cara pengaturan kecepatan putaran motor induksi.

    2. Apa pengaruh perubahan torsi terhadap kecepatan putaran motor induksi.

    3. Bagaimana keandalan pengaturan torsi secara langsung pada motor induksi.

    1.3 TUJUAN PENULISAN

    Adapun tujuan penulisan tugas akhir ini adalah

    1. Untuk memberikan penjelasan pengaturan torsi secara langsung (direct

    torque control).

    2. Untuk memberikan pembahasan simulasi pengaturan torsi secara langsung

    (direct torque control) dengan matlab.

    Jeremia Purba : Simulasi Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tiga Phasa Dengan Direct Torque Control Dengan Menggunakan Matlab 7.0.1, 2009. USU Repository 2009

  • 3

    1.4 BATASAN MASALAH

    Untuk menjaga agar pembahasan materi dalam tugas akhir ini lebih terarah,

    penulis menetapkan suatu batasan masalah sebagai berikut:

    1. Tidak membahas pengaruh direct torque control (DTC) pada saat starting

    motor induksi.

    2. Tidak membahas bagaimana pengontrolan torsi pada motor DC.

    3. Tidak membahas secara rinci peralatan elektronika daya yang digunakan.

    4. Tidak membahas pengaruh harmonisa terhadap motor induksi tiga phasa.

    1.5 METODOLOGI PENULISAN

    Metode yang digunakan dalam penulisan tugas akhir ini adalah sebagai berikut:

    1. Studi literature : mengambil bahan dari buku-buku referensi, jurnal,

    majalah dan sebagainya.

    2. Studi bimbingan : Diskusi, berupa tanya jawab dengan dosen pembimbing

    yang telah ditunjuk oleh pihak Departemen Teknik Elektro USU, mengenai

    masalah-masalah yang timbul selama penulisan Tugas Akhir ini

    berlangsung

    3. Percobaan dan pengamatan melalui simulasi Matlab.

    1.6 SISTEMATIKA PENULISAN

    Gambaran tulisan ini secara singkat dapat diuraikan pada sistematika

    pembahasan sebagai berikut :

    Jeremia Purba : Simulasi Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tiga Phasa Dengan Direct Torque Control Dengan Menggunakan Matlab 7.0.1, 2009. USU Repository 2009

  • 4

    BAB I: PENDAHULUAN

    Bab ini menguraikan latar belakang penulisan, rumusan masalah,

    tujuan penulisan, batasan masalah, metode penulisan, sistematika

    penulisan.

    BAB II: MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

    Bab ini menjelaskan konstruksi, teori medan putar, prinsip kerja,

    rangkaian ekivalen dan model dinamik motor induksi.

    BAB III: PENGONTROLAN TORSI SECARA LANGSUNG (DIRECT

    TORQUE CONTROL) DENGAN INVERTER

    Dalam bab ini dijelaskan prinsip terjadinya vektor tegangan inverter,

    flux yang terjadi serta torsi yang dikontrol secara langsung oleh

    switching inverter.

    BABIV: SIMULASI PENGATURAN KECEPATAN MOTOR INDUKSI

    DENGAN DIRECT TORQUE CONTROL SERTA

    PEMBAHASANNYA

    Bab ini menguraikan rangkaian simulasi, spesifikasi komponen

    simulasi, prosedur simulasi, hasil simulasi, data hasil simulasi, dan

    analisa hasil simulasi pengontrolan dengan direct torque control.

    BAB V : PENUTUP

    Dalam bab ini dituliskan hal-hal yang dianggap penting di dalam

    penulisan yang dirangkumkan sebagai kesimpulan dan saran.

    DAFTAR PUSTAKA

    LAMPIRAN

    Jeremia Purba : Simulasi Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tiga Phasa Dengan Direct Torque Control Dengan Menggunakan Matlab 7.0.1, 2009. USU Repository 2009

  • 5

    BAB II

    MOTOR INDUKSI

    2.1 Umum

    Motor listrik yang paling umum dipergunakan dalam perindustrian industri

    adalah motor induksi. Berdasarkan phasa sumber daya yang digunakan, motor induksi

    dapat diklasifikasikan menjadi motor satu phasa dan motor phasa banyak. Karena

    sistem distribusi umumnya adalah tiga phasa, maka motor phasa banyak biasanya

    adalah tipe tiga phasa. Motor induksi tiga phasa banyak digunakan di dalam berbagai

    bidang industri, sedangkan motor induksi satu phasa banyak digunakan pada peralatan

    rumah tangga karena motor induksi satu phasa mempunyai daya keluaran yang rendah.

    Adapun beberapa keuntungan motor induksi dibandingkan motor lain adalah

    konstruksinya yang sederhana tetapi padat dan kuat, ukurannya lebih kecil dan lebih

    ringan sehingga harganya lebih murah, perawatan yang mudah, dan memiliki efisiensi

    yang tinggi. Tetapi dalam hal pengaturan kecepatan dan pengontrolan torsi lebih sulit

    dilakukan dibandingkan motor dc. Tetapi seiring perkembangan teknologi dalam

    bidang elektronika daya, telah memungkinkan untuk menandingi motor dc dalam hal

    pengaturan kecepatan dan pengontrolan torsi.

    2.2 Konstruksi Motor Induksi

    Motor induksi terdiri dari dua bagian utama yaitu stator dan rotor. Stator

    merupakan bagian yang diam dan rotor bagian yang berputar. Stator dan rotor

    dipisahkan oleh celah udara yang jaraknya sangat kecil. Konstruksi motor induksi

    diperlihatkan pada Gambar 2.1.

    Jeremia Purba : Simulasi Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tiga Phasa Dengan Direct Torque Control Dengan Menggunakan Matlab 7.0.1, 2009. USU Repository 2009

  • 6

    Gambar 2.1 Konstruksi motor induksi rotor belitan

    2.2.1 Stator

    Stator motor induksi pada prinsipnya sama dengan stator motor sinkron. Stator

    tersebut terbuat dari sejumlah stamping (kaki) yang membentuk slot, tempat dari

    belitan-belitannya. Belitan pada stator adalah belitan tiga phasa yang dihubungkan

    dengan sumber tiga phasa. Belitannya dibelitkan untuk sejumlah kutub tertentu,

    dimana jumlah pastinya ditentukan dari kecepatan yang dibutuhkan. Semakin besar

    jumlah kutub, kecepatan putarnya semakin berkurang dan sebaliknya.

    Jika belitan stator disuplai dengan tegangan tiga phasa maka akan mengalir arus

    tiga phasa yang akan menghasilkan fluks magnetik berputar dengan besaran yang

    konstan, fluks magnetik yang berputar ini akan menginduksikan ggl pada rotor.

    Konstruksi stator motor induksi ditunjukkan pada Gambar 2.2.

    Gambar 2.2 Stator

    Jeremia Purba : Simulasi Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tiga Phasa Dengan Direct Torque Control Dengan Menggunakan Matlab 7.0.1, 2009. USU Repository 2009

  • 7

    2.2.2 Rotor

    Ada dua jenis kumparan rotor, yaitu jenis rotor sangkar (squirel-cage rotor)

    dan rotor belitan (wound rotor). Kedua rotor ini bekerja pada prinsip yang sama dan

    mempunyai konstruksi stator yang sama, hanya berbeda dalam konstruksinya saja.

    a. Rotor Sangkar (Squirrel Cage Rotor)

    Hampir 90% dari motor induksi adalah jenis rotor sangkar, karena jenis ini

    mempunyai konstruksi yang sangat sederhana dan kuat. Rotor ini seperti pada

    Gambar 2.3, terdiri dari laminasi silindris inti dengan slot-slot yang paralel sebagai

    tempat dari konduktornya, dan konduktor-konduktor ini terbuat dari batangan

    tembaga atau aluminium alloy. Konduktornya tidak terisolasi dari inti, karena arus

    rotor secara alamiah akan mengalir melalui tahanan yang paling kecil, yaitu

    konduktor rotor. Pada setiap ujung konduktor rotor, semuanya dihubungsingkatkan

    dengan cincin ujung sehingga tidak mungkin menambahkan tahanan luar sebagai

    pembantu starting.

    Gambar 2.3 Rotor sangkar

    Batang rotor dan cincin ujung motor sangkar yang lebih kecil adalah coran

    tembaga atau aluminium dalam satu lempeng pada inti rotor. Dalam motor yang

    lebih besar, batang rotor tidak dicor melainkan dibenamkan ke dalam alur rotor dan

    kemudian dilas dengan kuat ke cincin ujung. Batang rotor motor sangkar tidak

    Jeremia Purba : Simulasi Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tiga Phasa Dengan Direct Torque Control Dengan Menggunakan Matlab 7.0.1, 2009. USU Repository 2009

  • 8

    selalu ditempatkan paralel terhadap poros motor tetapi kerapkali dimiringkan. Hal

    ini akan menghasilkan torsi yang lebih seragam dan juga mengurangi derau

    dengung magnetik sewaktu motor sedang berputar.

    b. Rotor Belitan (Wound Rotor)

    Motor rotor belitan atau motor cincin slip berbeda dengan motor sangkar

    dalam hal konstruksi rotornya. Rotor ini memiliki belitan tiga phasa dengan jumlah

    kutub yang sama dengan stator. Belitan rotor ini juga diberikan tambahan resistansi

    luar yang terhubung melalui slip-ring. Seperti namanya, rotor dililit dengan lilitan

    terisolasi serupa dengan lilitan stator. Lilitan phasa rotor dihubungkan secara dan

    masing-masing phasa ujung terbuka yang dikeluarkan ke cincin slip yang terpasang

    pada poros rotor.

    Motor rotor belitan kurang banyak digunakan dibandingkan dengan motor

    sangkar tupai karena harganya yang mahal dan biaya pemeliharaannya yang lebih

    besar. Rotor ini dapat dilihat pada Gambar 2.4.

    Gambar 2.4 Rotor belitan

    Jeremia Purba : Simulasi Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tiga Phasa Dengan Direct Torque Control Dengan Menggunakan Matlab 7.0.1, 2009. USU Repository 2009

  • 9

    2.3 Medan Putar

    Ketika belitan tiga phasa dari motor induksi diberi suplai maka medan

    magnet yang berputar akan dihasilkan. Medan magnet ini dibentuk oleh kutub-

    kutubnya yang berada pada posisi yang tidak tetap pada stator tetapi berubah-ubah

    mengelilingi stator. Adapun magnitudo dari medan putar ini selalu tetap yaitu sebesar

    1.5 m dimana m adalah fluks yang disebabkan suatu phasa.

    Untuk melihat bagaimana medan putar dibangkitkan, maka dapat diambil

    contoh pada motor induksi tiga phasa dengan jumlah kutub dua. Dimana ke-tiga

    phasanya R, S, T disuplai dengan sumber tegangan tiga phasa, dan arus pada phasa ini

    ditunjukkan sebagai IR, IS, dan IT, maka fluks yang dihasilkan oleh arus-arus ini adalah:

    R = m sin t ...................................................................( 2.1a )

    S = m sin (t 120o )............................................................( 2.1b )

    T = m sin (t 240o )............................................................( 2.1c )

    Gambar 2.5 Arus tiga phasa seimbang

    Gambar 2.6 Diagram phasor fluks tiga phasa seimbang

    Jeremia Purba : Simulasi Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tiga Phasa Dengan Direct Torque Control Dengan Menggunakan Matlab 7.0.1, 2009. USU Repository 2009

  • 10

    i ii

    iii iv

    2.7 Medan putar pada motor induksi tiga phasa

    (i) Pada keadaan 1 ( Gambar 2.5 ), t = 0 ; arus dalam phasa R bernilai nol

    sedangkan besarnya arus pada phasa S dan phasa T memiliki nilai yang sama dan

    arahnya berlawanan. Dalam keadaan seperti ini arus sedang mengalir ke luar dari

    konduktor sebelah atas dan memasuki konduktor sebelah bawah. Sementara

    resultan fluks yang dihasilkan memiliki besar yang konstan yaitu sebesar 1,5 m

    dan dibuktikan sebagai berikut :

    R = 0 ; S = m sin ( -120o ) = 23 m ;

    T = m sin ( -240o ) = 23 m

    Oleh karena itu resultan fluks, r adalah jumlah phasor dari T dan S

    Sehinngga resultan fluks, r = 2 x 23

    m cos 30o = 1,5 m

    Jeremia Purba : Simulasi Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tiga Phasa Dengan Direct Torque Control Dengan Menggunakan Matlab 7.0.1, 2009. USU Repository 2009

  • 11

    (ii) Pada keadaan 2, arus bernilai maksimum negatif pada phasa S, sedangkan pada

    phasa R dan phasa T bernilai 0,5 maksimum, dan pada saat ini t = 30o, oleh

    karena itu fluks yang diberikan oleh masing-masing phasa :

    R = m sin ( 30o ) = 0,5 m S = m sin ( -90o ) = - m T = m sin (-210o) = 0,5 m

    Maka jumlah phasor R dan - T adalah = r = 2 x 0,5 m cos 60 = 0,5 m.

    Sehingga resultan fluks r = 0,5 m + m = 1,5 m.

    Dari gambar diagram phasor tersebut dapat dilihat bahwa resultan fluks

    berpindah sejauh 30o dari posisi pertama.

    (iii) Pada keadaan ini t = 60o, arus pada phasa R dan phasa S memiliki besar yang

    sama dan arahnya berlawanan ( 0,866 m ), oleh karena itu fluks yang diberikan

    oleh masing-masing phasa :

    R = m sin ( 60o ) = 23m

    S = m sin ( -60o ) = 23 m

    T = m sin ( -180o ) = 0

    Maka magnitudo dari fluks resultan : r = 2 x 23 m cos 30o = 1,5 m

    Dari gambar diagram phasor tersebut dapat dilihat bahwa resultan fluks

    berpindah sejauh 60o dari posisi pertama.

    Jeremia Purba : Simulasi Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tiga Phasa Dengan Direct Torque Control Dengan Menggunakan Matlab 7.0.1, 2009. USU Repository 2009

  • 12

    ( iv ) Pada keadaan ini t = 90o, arus pada phasa R maksimum ( positif), dan arus pada

    phasa S dan phasa T = 0,5 m , oleh karena itu fluks yang diberikan oleh

    masing-masing phasa:

    R = m sin ( 90o ) = m S = m sin ( -30o ) = - 0,5 m T = m sin (-150o) = - 0,5 m

    Maka jumlah phasor - T dan S adalah = r = 2 x 0,5 m cos 60 = 0,5 m.

    Sehingga resultan fluks r = 0,5 m + m = 1,5 m.

    Dari gambar diagram phasor tersebut dapat dilihat bahwa resultan fluks

    berpindah sejauh 90o dari posisi pertama.

    2.4 Prinsip Kerja Motor Induksi Tiga Phasa

    Prinsip kerja motor induksi tiga phasa dapat dijelaskan sebagai berikut :

    Jika pada belitan stator diberi tegangan tiga phasa, maka pada stator akan

    dihasilkan arus tiga phasa. Arus ini akan mengalir melalui belitan yang akan

    menimbulkan fluks dan karena adanya perbedaan sudut phasa sebesar 1200 antara

    ketiga phasanya, maka akan timbul medan putar dengan kecepatan sinkron ns.

    p

    fn

    = 120s ( rpm ) ......................................... (2.2)

    Dalam stator sendiri akan timbul tegangan pada masing-masing phasa yang dinyatakan

    = 11 44,4 fNE ( Volt ) .................................. (2.3) Dalam keadaan rotor masih diam, medan putar stator akan memotong batang

    konduktor pada rotor. Akibatnya pada kumparan rotor timbul tegangan induksi (ggl)

    sebesar E2 :

    Jeremia Purba : Simulasi Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tiga Phasa Dengan Direct Torque Control Dengan Menggunakan Matlab 7.0.1, 2009. USU Repository 2009

  • 13

    m22 44,4 = fNE ( Volt ) ................................. (2.4) dimana :

    E2 = Tegangan induksi pada rotor saat rotor dalam keadaan diam (Volt)

    N2 = Jumlah lilitan kumparan rotor

    m = Fluks maksimum(Wb)

    Karena kumparan rotor membentuk rangkaian tertutup, maka ggl tersebut akan

    menghasilkan arus I2. Adanya arus I2 di dalam kumparan rotor akan menghasilkan

    medan magnet rotor. Interaksi medan magnet rotor dengan medan putar stator akan

    menimbulkan gaya F pada rotor. Bila kopel mula yang dihasilkan oleh gaya F cukup

    besar untuk memikul kopel beban, rotor akan berputar searah medan putar stator.

    Perputaran rotor akan semakin meningkat hingga mendekati kecepatan sinkron.

    Perbedaan kecepatan sinkron medan putar stator (ns) dan kecepatan rotor (nr) disebut

    slip, dinyatakan dengan:

    %100s

    rs =n

    nns ................................................ (2.5)

    Pada saat rotor dalam keadan berputar, besarnya tagangan yang terinduksi pada

    kumparan rotor akan bervariasi tergantung besarnya slip, dan tegangan induksi ini

    dinyatakan dengan E2s.

    m2s2 44,4 = sfNE ( Volt ) ............................... (2.6)

    dimana :

    E2s = tegangan induksi pada rotor dalam keadaan berputar (Volt)

    f2 = s. f = frekuensi rotor (frekuensi tegangan induksi pada rotor dalam

    keadaan berputar)

    Bila ns = nr, tegangan tidak akan terinduksi dan arus tidak akan mengalir pada

    kumparan rotor, karenanya tidak dihasilkan kopel. Kopel ditimbulkan jika nr < ns.

    Jeremia Purba : Simulasi Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tiga Phasa Dengan Direct Torque Control Dengan Menggunakan Matlab 7.0.1, 2009. USU Repository 2009

  • 14

    2.5 Rangkaian Ekivalen Motor Induksi

    Kerja motor induksi seperti juga kerja transformator adalah berdasarkan prinsip

    induksi-elektromagnetik. Oleh karena itu, motor induksi dapat dianggap sebagai

    transformator dengan rangkaian sekunder yang berputar. Rangakian pengganti motor

    induksi dapat dilihat pada gambar 2.8.

    Gambar 2.8 Rangkaian pengganti motor induksi

    Untuk menentukan rangkaian ekivalen dari motor induksi tiga phasa, pertama-

    tama perhatikan keadaan pada stator. Gelombang fluks pada celah udara yang berputar

    sinkron membangkitkan ggl lawan tiga phasa yang seimbang di dalam phasa-phasa

    stator. Besarnya tegangan terminal stator berbeda dengan ggl lawan sebesar jatuh

    tegangan pada impedansi bocor stator, sehingga dapat dinyatakan dengan persamaan

    1V = 1E + 1I ( 11 jXR + ) Volt .(2.7)

    Di mana: 1V = tegangan terminal stator (Volt)

    1E = ggl lawan yang dihasilkan oleh fluks celah udara resultan(Volt)

    1I = arus stator (Ampere)

    1R = resistansi efektif stator (Ohm)

    1X = reaktansi bocor stator (Ohm)

    Seperti halnya transformator, arus stator dapat dipecah menjadi dua komponen,

    komponen beban dan komponen peneralan. Komponen beban 2I menghasilkan suatu

    1V

    1R 1X

    1I

    cR mX

    I

    cI mI

    2I

    1E

    2sX

    2I

    2R2Es

    Jeremia Purba : Simulasi Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tiga Phasa Dengan Direct Torque Control Dengan Menggunakan Matlab 7.0.1, 2009. USU Repository 2009

  • 15

    fluks yang akan melawan fluks yang diakibatkan arus rotor. Komponen peneralan I ,

    merupakan arus stator tambahan yang diperlukan untuk menghasilkan fluks celah

    udara resultan. Arus peneralan dapat dipecah menjadi komponen rugi-rugi inti IC yang

    sephasa dengan 1E dan komponen magnetisasi mI yang tertinggal dari 1E sebesar

    90 . Sehingga dapat dibuat rangkaian ekivalen pada stator, seperti Gambar 2.9.

    Gambar 2.9 Rangkaian ekivalen stator

    Pada rotor belitan, jika belilitan yang dililit sama banyaknya dengan jumlah

    kutub dan phasa stator. Jumlah lilitan efektif tiap phasa pada lilitan stator banyaknya a

    kali jumlah lilitan rotor. Bandingkan efek magnetis rotor ini dengan yang terdapat pada

    rotor ekivalen magnetik yang mempunyai jumlah lilitan yang sama seperti stator.

    Untuk kecepatan dan fluks yang sama, hubungan antara tegangan rotorE yang

    diimbaskan pada rotor yang sebenarnya dan tegangan sE 2 yang diimbaskan pada rotor

    ekivalen adalah

    sE 2 = a rotorE ...(2.8)

    Bila rotor rotor akan diganti secara magnetis, lilitan-ampere masing- masing

    harus sama, dan hubungan antara arus rotor sebenarnya rotorI dan arus sI 2 pada rotor

    ekivalen haruslah

    sI 2 = a

    I rotor ..(2.9)

    1V

    1R 1X

    1I

    cR mX

    I

    cI mI

    2I

    1E

    Jeremia Purba : Simulasi Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tiga Phasa Dengan Direct Torque Control Dengan Menggunakan Matlab 7.0.1, 2009. USU Repository 2009

  • 16

    Akibatnya hubungan antara impedansi bocor frekuensi slip SZ 2 dari rotor

    ekivalen dan impedansi bocor frekuensi slip rotorZ dari rotor yang sebenarnya haruslah

    sebagai berikut

    SZ 2 = =S

    S

    IE

    2

    2 =rotor

    rotor

    IEa 2

    rotorZa2 ( Ohm ) . .(2.10)

    Karena rotor terhubung singkat, hubungan fasor antara ggl frekuensi slip sE 2

    yang dibangkitkan pada phasa patokan dari rotor patokan dan arus sI 2 pada phasa

    tersebut adalah

    =S

    S

    IE

    2

    2SZ 2 = 2R + 2jsX ..(2.11)

    Dimana: SZ 2 = impedansi bocor rotor frekuensi slip/phasa (Ohm)

    2R = tahanan rotor (Ohm)

    2sX = reaktansi bocor patokan pada frekuensi slip (Ohm)

    Reaktansi yang didapat pada persamaan (2.11) dinyatakan dalam cara yang

    demikian karena sebanding dengan frekuensi rotor dan slip. Jadi 2X didefinisikan

    sebagai harga yang akan dimiliki oleh reaktansi bocor pada rotor dengan patokan pada

    frekuensi stator.

    Pada stator ada gelombang fluks yang berputar pada kecepatan sinkron.

    Gelombang fluks ini akan mengimbaskan tegangan pada rotor dengan frekuensi slip

    sebesar sE 2 dan ggl lawan stator 1E . Bila bukan karena efek kecepatan, tegangan rotor

    akan sama dengan tegangan stator, karena lilitan rotor identik dengan lilitan stator.

    Karena kecepatan relatif gelombang fluks terhadap rotor adalah s kali kecepatan

    terhadap stator, hubungan antara ggl efektif pada stator dan rotor adalah

    sE 2 = 2Es ...(2.12)

    Jeremia Purba : Simulasi Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tiga Phasa Dengan Direct Torque Control Dengan Menggunakan Matlab 7.0.1, 2009. USU Repository 2009

  • 17

    Gelombang fluks magnetik pada rotor dilawan oleh fluks magnetik yang

    dihasilkan komponen beban 2I dari arus stator, dan karenanya, untuk harga efektif

    sI 2 = 2I ...................................................................................(2.13)

    Dengan membagi persamaan (2.12) dengan persamaan (2.13) didapatkan:

    =S

    S

    IE

    2

    2

    2

    2

    IEs .(2.14)

    Didapat hubungan antara persamaan (2.13) dengan persamaan (2.14), yaitu

    =S

    S

    IE

    2

    2

    2

    2

    IEs = 2R + 2jsX ...(2.15)

    Dengan membagi persamaan (2.15) dengan s, maka didapat

    2

    2

    IE =

    sR2 + 2jX ...(2.16)

    Dari persamaan (2.11) , (2.12) dan (2.16) maka dapat digambarkan rangkaian ekivalen

    pada rotor seperti pada Gambar 2.10.

    Gambar 2.10 Rangkaian ekivalen rotor

    s

    R2 = s

    R2 + 2R - 2R

    s

    R2 = 2R + )11(2 sR ..(2.17)

    Dari penjelasan mengenai rangkaian ekivalen pada stator dan rotor di atas,

    maka dapat dibuat rangkaian ekivalen motor induksi tiga phasa pada masing-masing

    phasanya dan untuk mempermudah perhitungan maka rangkaian ekivalen dilihat dari

    sisi stator seperti pada Gambar 2.11.

    sE2

    2R

    2sX

    2X

    sR2

    2R

    )11(2 sR2I 2I

    2X

    2IsE2 sE2

    Jeremia Purba : Simulasi Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tiga Phasa Dengan Direct Torque Control Dengan Menggunakan Matlab 7.0.1, 2009. USU Repository 2009

  • 18

    Gambar 2.11 Rangkaian ekivalen motor induksi sisi stator

    Dimana: 2'X = 22 Xa

    2'R = 22 Ra

    2.6 Pengaturan Putaran Motor Induksi

    Operasi putaran suatu motor induksi, diberikan oleh persamaan :

    )1(.120)1( Sp

    fSnn sr == ..(2.18)

    Dari persamaan 2.18, dapat dilihat bahwa pengaturan putaran pada motor induksi

    dapat dilakukan beberapa cara, yakni:

    Mengubah jumlah kutub

    Salah satu cara pengaturan putaran adalah dengan mengubah jumlah kutub p,

    dan ini hanya dapat memberikan perubahan putaran yang diskrit, karena p harus

    merupakan bilangan bulat. Dengan perencanaan yang benar dari rotor sangkar , hanya

    diperlukan untuk mengubah jumlah kutub dari belitan stator, bersamaan dengan itu

    arus akan rotor akan menemukan jalurnya masing-masing pada sangkar.

    Mengubah frekuensi Pengaturan frekuensi untuk mengendalikan putaran motor induksi biasanya

    dibarengi juga dengan pengaturan tegangan masuk yang sebanding dengan frekuensi.

    Dengan menggunakan inverter , yaitu suatu alat yang dapat mengubah tegangan searah

    menjadi tegangan bolak-balik, frekuensi yang dihasilkan dapat dibuat berubah.

    1V

    1R 1X

    cRmX

    2'R'2X

    )11('2 sR1I

    0I

    cImI

    2'I

    Jeremia Purba : Simulasi Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tiga Phasa Dengan Direct Torque Control Dengan Menggunakan Matlab 7.0.1, 2009. USU Repository 2009

  • 19

    Perubahan frekuensi arus bolak-balik dari inverter ini ditentukan oleh periode pulsa

    yang memicu penyearah yang digunakan. Dengan mempercepat atau memperlambat

    periode pulsa yang memicu penyearah, frekuensi dan juga kecepatan dapat diatur.

    Mengubah tegangan stator

    Pengaturan putaran dengan mengubah tegangan stator dapat dilakukan dengan

    mengatur vektor tegangannya. Pengaturan vektor tegangan ini menggunakan

    pengendalian umpan balik torsi dan fluks stator .Fluks dan torsi dihitung dari tegangan

    dan arus stator yang diukur pada motor. Fluks dan torsi ini merupakan keadaan aktual,

    yang akan dibandingkan dengan torsi dan fluks referensi untuk menentukan kondisi

    torsi error, fluks error dan posisi fluks stator. Dengan menggabungkan output torsi

    error, output fluks error, dan posisi fluks stator maka dapat diperoleh posisi switching

    inverter yang akan menentukan besar tegangan dan arus yang diberikan ke stator.

    Pengaturan ini dapat dilakukan dengan Direct Torque Control (DTC) dan pengaturan

    dengan metode ini akan dibahas lebih lanjut pada BAB berikutnya.

    2.7 Perhitungan Performansi Motor Induksi Tiga Phasa 2.7.1 Aliran Daya Pada Motor Induksi Pada motor induksi tidak ada sumber tegangan yang langsung terhubung ke

    rotor, sehingga daya yang melewati celah udara sama dengan daya yang yang

    diinputkan ke rotor.

    Gambar 2.12 Rangkaian ekivalen per-phasa motor induksi tiga phasa

    R1 X1

    c m

    Rc Xm

    '2 '2R

    '2X

    Pg

    1 ( )s

    sR 1'2

    m

    PFW/3

    Ps/3

    Ts/3

    1V

    a

    n -

    +

    Celah Udara Daerah Konversi Daya

    Jeremia Purba : Simulasi Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tiga Phasa Dengan Direct Torque Control Dengan Menggunakan Matlab 7.0.1, 2009. USU Repository 2009

  • 20

    dengan: PFW = Rugi-rugi gesek dan angin motor

    Ps = Daya penggerak poros

    Ts = Torsi penggerak poros

    Model rangkaian ekivalen per phasa motor induksi tiga phasa pada Gambar

    2.12 menggambarkan proses pengubahan daya elektromekanik pada motor induksi tiga

    phasa. Daya total yang diinputkan pada kumparan stator (P1) dapat dirumuskan sebagai

    berikut:

    P1 = 3 V1 I1 Cos .(2.18) dengan: V1 = tegangan sumber

    I1 = arus masukan

    = perbedaan sudut phasa antara arus masukan dan tegangan sumber Sebelum daya ditransfer melewati celah udara, motor induksi mengalami rugi-

    rugi berupa rugi-rugi tembaga stator (3 I12 R1) dan rugi-rugi inti stator (3 E12 / Rc ).

    Daya yang ditransfer melalui celah udara (3 PAG) sama dengan penjumlahan rugi-rugi

    tembaga rotor (3Prcu) dan daya mekanik (3 Pd). Daya yang ditransfer melalui celah

    udara ini sering disebut juga dengan daya input rotor.

    3 PAG = 3 Prcu + 3 Pm

    3 s

    RI'

    22'2 )( = 3

    '2

    2'2 )( RI + 3

    '2

    2'2

    )1()( Rs

    sI .. .(2.19) Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.13 yang menggambarkan

    diagram aliran daya pada motor induksi tiga phasa.

    Gambar 2.13 Diagram aliran daya pada motor induksi tiga phasa

    CosIV 113

    Rugi - rugitembaga stator

    Rugi - rugiinti stator

    Rugi - rugitembaga rotor

    Konversi daya

    Daya mekanikRugi-rugi gesek

    dan angin

    12

    13 RI cRE /32

    1'

    22'

    2 )(3 RI

    '2

    2'2

    )1()(3 Rs

    sI

    sP

    Celah Udara

    FWP

    msT sRIPAG /)(33

    '2

    2'2=

    Jeremia Purba : Simulasi Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tiga Phasa Dengan Direct Torque Control Dengan Menggunakan Matlab 7.0.1, 2009. USU Repository 2009

  • 21

    Hubungan antara rugi-rugi tembaga rotor dan daya mekanik dengan daya input

    rotor, masing-masing dalam besaran per-phasa dapat ditulis sebagai berikut:

    rcuP = AGPsRI ='22'2 )( .... (2.20)

    dP = AGPsRssI )1()1()( '2

    2'2 = ...(2.21)

    Dari gambar 2.13 juga dapat dilihat bahwa motor induksi juga mengalami rugi-

    rugi gesek dan angin (PFW ) sehingga daya output mekanik yang merupakan daya

    penggerak poros (Ps) sama dengan daya mekanik total (3Pd) dikurangi rugi-rugi gesek

    dan angin (PFW ).

    msFWds TPPP ==3 (2.22) dengan Ts = torsi penggerak poros

    m = kecepatan sudut poros

    2.7.2 Perhitungan Torsi Pada Motor Induksi Tiga Phasa Torsi mekanik (Td) dapat dihitung dengan membagi persamaan (2.21) dengan

    kecepatan sudut poros (m ).

    s

    RIsPTmm

    dd

    '22'

    2 )()1(

    == .......(2.23)

    s

    m

    s

    ms

    m

    ms nns

    === 1 .............(2.24)

    dengan =s kecepatan sudut sinkron (radian/detik) =m kecepatan sudut poros rotor (radian/detik)

    sm s )1( =

    sehingga: s

    ds

    RIT

    '22'

    2 )(= (2.25)

    Jeremia Purba : Simulasi Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tiga Phasa Dengan Direct Torque Control Dengan Menggunakan Matlab 7.0.1, 2009. USU Repository 2009

  • 22

    Rangkaian ekivalen pada Gambar 2.11 dapat disederhanakan sehingga menjadi

    rangkaian Thevenin seperti diperlihatkan pada Gambar 2.14. Dengan rangkain ini,

    harga arus rotor ( )'2I dapat dihitung, sehingga persamaan torsi yang diinginkan dapat

    diperoleh.

    Gambar 2.14 Rangkaian ekivalen Thevenin per phasa motor induksi tiga phasa

    Dengan: VZZZV

    M

    MTh

    1+=

    MC

    MCM jXR

    jXRZ += ; 111 jXRZ +=

    Sehingga: 2

    '2 ZZ

    VITh

    Th

    +=

    22

    2 ' jXjXsRRVI

    ThTh

    Th

    +++= .....(2.26)

    Besar arus ini adalah:

    2

    22'

    2

    '2

    )()( jXjXsRR

    VIThTh

    Th

    +++= ......(2.27)

    Substitusi persamaan (2.26) ke persamaan (2.25) dan pengalian dengan 3

    (untuk torsi tiga phasa) diperoleh persamaan torsi mekanik total:

    '2I

    ThV

    ThjXThR

    sR2

    +

    Celah Udara

    +

    2jX

    1E

    M

    MThThTh ZZ

    ZZjXRZ +=+= 11

    Jeremia Purba : Simulasi Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tiga Phasa Dengan Direct Torque Control Dengan Menggunakan Matlab 7.0.1, 2009. USU Repository 2009

  • 23

    ( )

    ++

    +

    =2'

    2

    2'2

    '22

    3,

    3

    XXs

    RR

    sRV

    T

    ThThs

    Th

    d

    ...(2.28)

    2.8 MODEL DINAMIK MOTOR INDUKSI

    2.8.1 Model Motor Induksi Dua Phasa

    Rangkaian ekivalen motor seperti diuraikan sebelumnya hanya dapat digunakan

    untuk menganalisa performansi motor induksi dalam keadaan stabil (steady-state). Ini

    menyebabkan kondisi transien ketika terjadi perubahan beban dan perubahan frekuensi

    diabaikan. Perubahan ini terjadi pada aplikasi yang membutuhkan penggerak pengatur

    kecepatan yang variabel (variable speed drive). Model dinamik ini digunakan untuk

    melihat pengaruh perubahan sesaat tegangan/arus, frekuensi stator dan torsi. Untuk

    mendapatkan model dinamik motor induksi, maka ada beberapa asumsi yang diambil

    pada motor induksi yaitu:

    1. Celah udara yang seragam (Uniform air gap)

    2. Kumparan stator dan rotor motor seimbang, dengan distribusi magnetomotive

    force (mmf) yang sinusoidal.

    3. Induktansi bervariasi secara sinusoidal terhadap posisi rotor.

    4. Perubahan parameter motor dan saturasi diabaikan.

    Model dinamik motor induksi ini didapat dengan menggunakan model motor

    induksi dua phasa dalam koordinat d (direct) dan q (quadrature). Motor induksi dua

    phasa dengan kumparan stator dan rotor ditunjukkan pada Gambar 2.15.

    Jeremia Purba : Simulasi Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tiga Phasa Dengan Direct Torque Control Dengan Menggunakan Matlab 7.0.1, 2009. USU Repository 2009

  • 24

    Gambar 2.15 Kumparan stator dan rotor motor induksi dua phasa

    Tegangan terminal pada kumparan stator dan rotor merupakan penjumlahan

    tegangan jatuh pada resistansi dengan rata-rata perubahan fluks (persamaan 2.29 s/d

    2.32) Perubahan fluks ini merupakan perkalian arus dengan induktansi.

    )32.2.....(....................)()()()(

    )31.2.......(....................)()()()()30.2......(....................)()()()()(

    )29.2......(....................)()()()(

    iLpiRiLpiLpiLpviLpiLpiRiLpiLpv

    iLpiLpiLpiRiLpviLpiLpiLpiLpiRv

    dsdqsq

    dsdqsq

    dddsdddsdqsdqds

    qqdsqdqsqqqsqqs

    ++++=++++=++++=

    ++++=

    dengan p adalah operator diferensial d/dt. vvvv dsqs ,,, adalah tegangan terminal

    stator pada koordinat q, d, dan pada kumparan rotor dan . qsi dan dsi adalah arus

    stator pada koordinat d dan q. i dan i adalah arus rotor pada kumparan dan .

    LLL ddqq ,, dan L adalah induktansi diri pada q, d axis dan pada kumparan dan

    . T1 adalah jumlah belitan kumparan stator, sementara T2 adalah jumlah belitan kumparan rotor. Induktansi bersama antara dua buah kumparan dilambangkan dengan

    L, dengan dua subscript. Subscript pertama menyatakan ggl induksi yang timbul pada

    sebuah kumparan oleh karena arus pada kumparan lain (arus pada kumparan lain ini

    dinotasikan dengan subscript kedua). Sebagai contoh qdL merupakan induktansi

    d-axis

    q-axis

    dsv

    1T2T

    v i

    iv

    qsi

    r

    Stator

    Rotor

    2T

    1T

    dsi+

    +

    +qsv

    +

    Jeremia Purba : Simulasi Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tiga Phasa Dengan Direct Torque Control Dengan Menggunakan Matlab 7.0.1, 2009. USU Repository 2009

  • 25

    bersama antara kumparan d dan q disebabkan arus pada kumparan d. Dengan asumsi

    celah udara yang seragam (uniform) maka besarnya induktansi diri konstan setiap saat

    tanpa dipengaruhi posisi angular rotor.

    rrLLL == ( rrL =Induktansi rotor).(2.33)

    sqqdd LLL == ( =sL Induktansi stator) ....(2.34)

    Induktansi bersama antara kumparan-kumparan stator dan antara kumparan-kumparan

    rotor adalah nol, karena fluks yang timbul pada kumparan tidak akan melingkupi

    kumparan lain yang berbeda sudut 900. Sehingga:

    0== LL .....(2.35)

    0== qddq LL ..(2.36)

    Induktansi bersama antara kumparan stator dengan rotor merupakan fungsi posisi rotor,

    r . Induktansi bersama ini merupakan fungsi sinusoidal karena asumsi mmf (magnetomotive force) yang sinusoidal pada kumparan. Karena kumparan stator dan

    rotor adalah simetris, maka induktansi bersama antara kumparan stator dengan rotor

    adalah sama apakah dilihat dari sisi stator ataupun rotor.

    rsrdd CosLLL == ..(2.37) rsrdd SinLLL == ...(2.38) rsrqq SinLLL == ...(2.39) rsrqd CosLLL == (2.40)

    Dengan srL adalah nilai puncak induktansi bersama kumparan stator dengan kumparan

    rotor. Persamaan 2.40 bernilai negatif karena arus yang bernilai positif pada kumparan

    menghasilkan fluks linkage yang bernilai negatif pada kumparan q. Dengan men-substitusikan persamaan 2.33 s/d 2.40 ke dalam persamaan 2.29 s/d 2.32 dihasilkan

    Jeremia Purba : Simulasi Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tiga Phasa Dengan Direct Torque Control Dengan Menggunakan Matlab 7.0.1, 2009. USU Repository 2009

  • 26

    persaman differensial dengan induktansi yang bervariasi terhadap waktu. Persaman

    tersebut menjadi:

    )()()( rsrrsrqsssqs CosipLSinipLipLRv ++= ...(2.41)

    )()()( rsrrsrdsssds SinipLCosipLipLRv +++= ....(2.42)

    ipLRCosipLSinipLv rrrrrdssrrqssr )()()( +++= ..(2.43)

    ipLRSinipLCosipLv rrrrrdssrrqssr )()()( +++= ....(2.44)

    dengan: === dqs RRR tahanan stator

    === RRRrr tahanan rotor

    Lrr = induktansi rotor

    =sL induktansi stator

    Lsr = induktansi bersama kumparan stator dengan rotor

    Persamaan 2.41 s/d 2.44 berubah-ubah menurut waktu karena dipengaruhi oleh

    posisi sesaat rotor ( r ). Oleh karena itu untuk mempermudah menganalisis performansi motor dibutuhkan persamaan yang lebih sederhana yang besarnya tidak

    tergantung pada posisi rotor.

    2.8.2 Transformasi Untuk Memperoleh Matriks yang Konstan

    Transformasi untuk memperoleh induktansi yang konstan diperoleh dengan

    cara menggantikan model motor yang sebenarnya (aktual) dengan model khayalan

    pada koordinat d, q seperti ditunjukkan pada Gambar 2.16.

    Jeremia Purba : Simulasi Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tiga Phasa Dengan Direct Torque Control Dengan Menggunakan Matlab 7.0.1, 2009. USU Repository 2009

  • 27

    Gambar 2.16 Transformasi variabel rotor dari nilai aktual ke nilai khayalan

    Pada proses ini nilai khayalan rotor setiap phasa-nya memiliki jumlah belitan

    yang sama dan juga menghasilkan mmf (magnetomotif force) yang sama dengan

    kumparan aktual rotor. Dengan memproyeksikan kumparan dan ke sumbu d-axis dan q-axis, maka akan didapatkan arus pada kumparan khayalan drri dan

    qrri (persamaan 2.45)

    =

    ii

    CosSinSinCos

    ii

    rr

    rr

    qrr

    drr ............(2.45)

    Transformasi ini berlaku untuk tegangan, arus dan fluks linkages pada sebuah mesin.

    Persamaan (2.45) ditulis menjadi:

    [ ] iTidqrr = ...(2.46) dengan [ ] tqrrdrrdqrr iii = ..(2.47) [ ] tiii = ........(2.48) dan

    = rrrr

    CosSinSinCos

    T

    (2.49)

    q-axis

    qrrv

    dsvdsi

    drri1T2T

    2T

    v i

    iv

    2T

    qsi

    qrri

    drrv

    r

    Stator

    Rotor

    1T

    2T

    qsv

    + +

    +

    +

    +

    +

    d-axis

    Jeremia Purba : Simulasi Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tiga Phasa Dengan Direct Torque Control Dengan Menggunakan Matlab 7.0.1, 2009. USU Repository 2009

  • 28

    Transformasi dari bentuk - axis ke d-q axis berlaku juga untuk sebaliknya karena:

    1= TT .....(2.50)

    Dengan demikian diperoleh:

    =

    qrr

    drr

    rr

    rr

    ii

    CosSinSinCos

    ii

    ..(2.51)

    dan untuk persamaan tegangan diperoleh:

    =

    qrr

    drr

    rr

    rr

    vv

    CosSinSinCos

    vv

    ...(2.52)

    dengan memasukkan transformasi pada persamaan (2.45) ini kedalam persamaan

    (2.41) dan (2.42) didapatkan

    )()( pLipLRv srqsssqs ++= qrri ....(2.53)

    )()( drrsrdsssds ipLipLRv ++= .....(2.54)

    dengan memasukkan nilai i dari persaman (2.51) kedalam persamaan (2.43)

    didapatkan

    [ ]rqrrrdrrrrrrrdssrrqssr SiniCosipLRCosipLSinipLv ++++= )()()( = +++ rrdssrdsrsrrrqssrqsrsr SiniLpiCosLCosiLpiSinL &&

    [ ]rqrrrdrrrr SiniCosiR + rrdrrrrdrrrrr SiniLpiCosL &+ qrrrrr piSinL + rrqrrrr CosiL &+

    =v [ ] +++ rqrrrrrrdrrrrrdsrsrqssr SinipLRiLiLpiL )(&& [ ] rdrrrrrrqrrrrrdssrqsrsr CosiLRiLpiLiL )( ++++ && ..(2.55) dengan, r& adalah turunan dari r terhadap waktu. Dari persamaan transformasi (3.53) bahwa rqrrrdrr SinvCosvv += sehingga:

    =drrv [ ]drrrrrrqrrrrrdssrqsrsr iLRiLpiLiL )( ++++ && ...(2.56)

    Jeremia Purba : Simulasi Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tiga Phasa Dengan Direct Torque Control Dengan Menggunakan Matlab 7.0.1, 2009. USU Repository 2009

  • 29

    =qrrv [ ]qrrrrrrdrrrrrdsrsrqssr ipLRiLiLpiL )( ++ && ..(2.57) Dari (2.53), (2.54) ,(2.56) dan (2.57) persamaan vektor tegangan tersebut dituliskan

    dalam bentuk matriks yaitu:

    ++

    ++

    =

    pLRLpLL

    LpLRLpL

    pLpLRpLpLR

    vvvv

    rrrrrrrsrsr

    rrrrrrrrsrsr

    srss

    srss

    drr

    qrr

    ds

    qs

    &&&&

    0000

    drr

    qrr

    ds

    qs

    iiii

    ....(2.58)

    Seperti halnya pada rangkaian ekivalen trafo, jika dilihat dari sisi stator persamaan

    (2.58) menjadi:

    ++

    ++

    =

    pLRLpLLLpLRLpL

    pLpLRpLpLR

    vvvv

    rrrrmm

    rrrrrmm

    mss

    mss

    dr

    qr

    ds

    qs

    &&&&

    0000

    dr

    qr

    ds

    qs

    iiii

    ......(2.59)

    dengan:

    rrr RaR2= ,

    ai

    i qrrqr = , qrrqr vav = , 2

    1

    TT

    a =

    rrr LaL2= ,

    ai

    i drrdr = , drrdr vav = , srm aLL =

    Persaman (2.59) menunjukkan bahwa vektor tegangan merupakan perkalian matriks

    impedansi dengan vektor arus. Disini induktansi pada matriks impedansi konstan dan

    tidak tergantung lagi pada posisi rotor. Sebagian elemen matriks impedansi bergantung

    pada kecepatan rotor, sehingga persamaan (2.59) linier jika matriks impedansi konstan.

    Matriks impedansi yang konstan terjadi jika kecepatan konstan (steady state). Jika

    kecepatan rotor berubah-ubah (dinamik) sehingga perubahan ini bergantung kepada

    arus maka persamaan tersebut menjadi nonlinier.

    Jeremia Purba : Simulasi Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tiga Phasa Dengan Direct Torque Control Dengan Menggunakan Matlab 7.0.1, 2009. USU Repository 2009

  • 30

    2.8.3 Transformasi Tiga Phasa ke Dua Phasa

    Model motor induksi yang dibahas sebelumnya adalah untuk mesin dua phasa.

    Mesin induksi dua-phasa jarang sekali digunakan dalam aplikasi industri. Model

    dinamik motor induksi tiga phasa diturunkan dari mesin dua phasa. Kedua model ini

    ekivalen karena kumparan pada dua phasa dan tiga phasa menghasilkan mmf

    (magnetomotive force) dan arus yang sama. Gambar 2.17 menunjukkan kumparan dua

    phasa dan tiga phasa.

    Gambar 2.17 Kumparan stator motor dua phasa dan tiga phasa.

    Dengan menganggap kumparan tiga phasa masing-masing memiliki jumlah

    belitan (T1) per phasa. Untuk menghasilkan mmf yang sama maka kumparan dua phasa

    mempunyai jumlah belitan (3T1/2) per phasa. mmf pada sumbu d-q didapat dengan

    memproyeksikan mmf (magnetomotive force) tiga phasa pada sumbu d-q. Dimisalkan

    sumbu q tertinggal c dari sumbu a, maka hubungan antara arus phasa d-q dengan phasa abc adalah:

    +

    +

    =

    cs

    bs

    as

    ccc

    ccc

    o

    ds

    qs

    iii

    SinSinSin

    CosCosCos

    iii

    21

    21

    21

    )3

    2()3

    2(

    )3

    2()3

    2(

    ..(2.60)

    bsi

    q

    a

    b c

    d

    dsi

    csi

    qsi

    asi

    1T

    1T

    1T

    123 T 12

    3 T

    0120

    0120

    c

    Jeremia Purba : Simulasi Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tiga Phasa Dengan Direct Torque Control Dengan Menggunakan Matlab 7.0.1, 2009. USU Repository 2009

  • 31

    Arus io menyatakan ketidakseimbangan arus phasa a, b dan c dan dikenal sebagai arus

    urutan nol. Persamaan diatas dituliskan dengan:

    [ ] abcabcqdo iTi = (2.61) dengan: qdoi = [ ] todsqs iii .(2.62) [ ] tcsbsasabc iiii = ...(2.63) dan variabel transformasi dari phasa abc ke phasa d-q adalah:

    [ ]32=abcT

    +

    +

    21

    21

    21

    )3

    2()3

    2(

    )3

    2()3

    2(

    ccc

    ccc

    SinSinSin

    CosCosCos

    ..(2.64)

    Transformasi dari arus dua phasa ke arus tiga phasa adalah

    [ ] qdoabcabc iTi 1= ..(2.65)

    [ ]

    ++

    =

    1)3

    2()3

    2(

    1)3

    2()3

    2(

    11

    cc

    cc

    cc

    abc

    SinCos

    SinCos

    SinCos

    T ...(2.66)

    Jika sumbu q pada Gambar 2.18 berimpit dengan phasa a )0( =c ,maka transformasi dari sumbu abc ke sumbu d-q menjadi seperti pada persamaan (2.67).

    Kondisi seperti ini disebut model stator reference-frames.

    =

    21

    21

    21

    23

    230

    21

    211

    32

    abcsT .(2.67)

    Jeremia Purba : Simulasi Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tiga Phasa Dengan Direct Torque Control Dengan Menggunakan Matlab 7.0.1, 2009. USU Repository 2009

  • 32

    Sehingga untuk tegangan pada dua phasa:

    =

    cs

    bs

    as

    abcs

    ds

    qs

    vvv

    Tvvv

    0

    .(2.68)

    =

    0vvv

    ds

    qs

    21

    21

    21

    23

    230

    21

    211

    32

    cs

    bs

    as

    vvv

    (2.69)

    sehingga,

    ( )

    += csbsasqs vvvv 21

    32 ....(2.70)

    untuk sistem tiga phasa yang seimbang berlaku:

    0=++ csbsas vvv (2.71)

    maka

    ascsbs vvv =+ )( ...(2.72)

    dengan mensubstitusikan persamaan (2.72) ke dalam persamaan (2.70) didapatkan

    tegangan quadrature stator )( qsv menjadi:

    asasqs vvv =

    =23

    32 ..(2.73)

    dengan cara yang sama didapatkan

    cbbscsds vvvv 31)(

    31 == .....(2.74)

    dari persaman (2.73) dan (2.74) didapatkan hubungan tegangan stator mesin dua phasa

    dengan mesin tiga phasa. Transformasi ini berlaku juga untuk arus dan juga fluks.

    Dengan demikian:

    Jeremia Purba : Simulasi Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tiga Phasa Dengan Direct Torque Control Dengan Menggunakan Matlab 7.0.1, 2009. USU Repository 2009

  • 33

    asqs ii = .....(2.75)

    )(3

    1bscsds iii = .........(2.76)

    Jeremia Purba : Simulasi Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tiga Phasa Dengan Direct Torque Control Dengan Menggunakan Matlab 7.0.1, 2009. USU Repository 2009

  • 34

    BAB III

    PENGONTROLAN TORSI SECARA LANGSUNG (DIRECT TORQUE

    CONTROL)

    3.1 Umum

    Dalam penggunaannya, motor induksi dapat dioperasikan dengan kecepatan

    yang bervariasi. Oleh karena itu, motor induksi banyak dipergunakan dalam industri

    saat ini. Pengaturan kecepatan putaran motor induksi dapat dilakukan dengan beberapa

    metode dan salah satu metode yang digunakan adalah dengan mengontrol torsi motor

    induksi secara langsung.

    Direct Torque Control merupakan kemajuan terbaru dalam teknologi

    pengontrolan motor induksi. Seperti diketahui bahwa fungsi dasar penggerak pengatur

    kecepatan (variable speed drive) adalah mengendalikan aliran energi dari jala-jala ke

    mesin dalam proses produksi industri. Energi ini disuplai lewat poros motor. Dua

    besaran yang dapat diukur yang menunjukkan kondisi poros ini adalah torsi dan

    kecepatan. Untuk mengendalikan aliran energi maka besaran tersebut harus diatur.

    Dalam prakteknya salah satu dari besaran ini harus dikontrol yang dikenal dengan

    kontrol torsi (torque control) dan kontrol kecepatan (speed control). Ketika variable

    speed drive beroperasi sebagai kontrol torsi maka kecepatan bergantung kepada beban.

    Sebaliknya ketika beroperasi sebagai kontrol kecepatan, maka torsi bergantung kepada

    beban.

    Pada awalnya yang paling banyak digunakan dalam aplikasi mesin listrik yang

    membutuhkan pengaturan kecepatan dan pengontrolan torsi dengan kehadalan yang

    tinggi adalah motor DC karena fluks dan torsinya dapat dengan mudah diatur tanpa

    membutuhkan peralatan elektronika yang kompleks. Perkembangan teknologi

    Jeremia Purba : Simulasi Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tiga Phasa Dengan Direct Torque Control Dengan Menggunakan Matlab 7.0.1, 2009. USU Repository 2009

  • 35

    penggerak pengatur kecepatan mesin ac (ac variable speed drive) didasari atas

    keinginan untuk menandingi bahkan melebihi performansi yang cukup bagus yang

    dimiliki penggerak motor dc (dc drives), seperti respon torsi yang cepat dan pengaturan

    kecepatan yang akurat dengan memanfaatkan berbagai kelebihan motor ac.

    3.2 Pengontrolan Vektor Pada Motor Induksi

    Teknik pengontrolan pada motor induksi yang dikenal dengan field-oriented

    control (FOC) bekerja dengan performansi dinamik yang tinggi yang sebanding

    dengan karakteristik dari motor dc. Pengontrolan motor induksi ini dilakukan dengan

    mengontrol parameter motor dalam besaran vektor. Pengontrolan vektor ini

    menggunakan pengendalian umpan balik torsi dan fluks stator (Gambar 3.1). Fluks dan

    torsi dihitung dari tegangan dan arus stator yang diukur pada motor. Metode ini

    menggunakan model referensi stator (stator reference frames) motor induksi.

    Gambar 3.1 Skema DTC

    Persaman tegangan stator mesin dalam model referensi stator (stator reference frames)

    dalam besaran vektor adalah:

    Jeremia Purba : Simulasi Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tiga Phasa Dengan Direct Torque Control Dengan Menggunakan Matlab 7.0.1, 2009. USU Repository 2009

  • 36

    dtd

    iRv ssss+= .(3.1)

    sehingga:

    dtiRv ssss )( = .. ......(3.2) dengan: =sv vektor tegangan stator

    =si vektor arus stator

    =sR tahanan stator

    =s vektor fluks stator dengan demikian fluks linkages dalam koordinat stator reference frames dihitung

    berdasarkan

    dtiRv qssqsqs )( = ..(3.3)

    dtiRv dssdsds )( = ..(3.4)

    sehingga besarnya fluks stator adalah:

    22 )()( dsqss += fs ..............(3.5)

    =

    ds

    qsfs

    1tan ..(3.6)

    Persamaan torsi elektromagnetik adalah:

    ( )qsdsdsqse iiPT = 223 .....(3.7) Frekuensi listrik dihitung dengan mendifferensialkan sudut vektor fluks rotor yaitu:

    ==

    ds

    qsre dt

    ddt

    d 1tan

    2s

    qsdsdsqse

    && = .......(3.8)

    Jeremia Purba : Simulasi Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tiga Phasa Dengan Direct Torque Control Dengan Menggunakan Matlab 7.0.1, 2009. USU Repository 2009

  • 37

    Persamaan kecepatan rotor adalah :

    )( 2r

    erer

    TRP = (3.9)

    dengan komponen d dan q-axis diperoleh dari transformasi tiga phasa ke sistem dua

    phasa.

    asqs ii = ........(3.10)

    )(3

    1bscsds iii = ........(3.11)

    3.3 Kondisi Switching Dan Vektor Tegangan Output Inverter

    Rangkaian daya penggerak motor induksi tiga phasa dapat dilihat pada

    Gambar 3.2.

    MotorInduksi

    TigaPhasa

    SumberTegangan

    TigaPhasa

    T1 3

    T

    T

    T T

    T

    24

    5

    6

    ab c

    TR

    RR

    c f

    Diode-BridgeRectifier

    RegeneratingCircuit

    Link Filter PWM Inverter

    a

    b

    c

    D1

    D2

    3D

    4D

    5D

    6D

    Gambar 3.2 Rangkaian daya penggerak motor induksi tiga phasa

    Sumber tegangan tiga phasa pada Gambar 3.2 terlebih dahulu disearahkan

    dengan menggunakan penyearah tiga phasa. Bentuk gelombang setelah disearahkan

    dapat dilihat pada Gambar 3.3.

    Jeremia Purba : Simulasi Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tiga Phasa Dengan Direct Torque Control Dengan Menggunakan Matlab 7.0.1, 2009. USU Repository 2009

  • 38

    Gambar 3.3 Bentuk gelombang tegangan keluaran Dioda

    Setelah disearahkan maka tegangan ini akan diubah kedalam tegangan bolak-

    balik yang akan diberikan kepada motor induksi tiga phasa. Bentuk tegangan yang

    dihasilkan oleh inverter ini untuk konduksi 1800 pada transistor adalah seperti pada

    Gambar 3.4.

    Gambar 3.4 Bentuk tegangan keluaran Inverter

    3 2

    2

    2 3

    3

    t

    t

    t

    Vas

    Vbs

    Vcs

    0

    dcV32

    dcV31

    dcV31

    dcV31

    dcV32

    dcV31

    V c b

    VacVabVbc Vba

    Vca

    12 23 34 45

    0

    Vm

    Vm

    900 2700180

    Vm

    600 1200 2400

    1800

    3000

    3600

    V c b

    VacVabVbc Vba

    Vca

    56 61

    0

    0

    Jeremia Purba : Simulasi Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tiga Phasa Dengan Direct Torque Control Dengan Menggunakan Matlab 7.0.1, 2009. USU Repository 2009

  • 39

    Pada Inverter tiga-phasa seperti pada Gambar 3.2 dapat dibuat beberapa

    kombinasi switching yang akan menghasilkan vektor tegangan yang berbeda. Jika T1

    on dan T4 off (dilambangkan dengan Sa = 1) maka pada Va timbul tegangan sebesar

    Vdc, seperti dapat dilihat pada Tabel 3.1. Demikian juga halnya pada Sb dan Sc. Ketika

    T1 dan T4 off maka tidak ada tegangan pada Va.

    Tabel 3.1 Kondisi Switching Inverter Phasa a

    T1 T4 Sa Va

    on

    off

    off

    off

    1

    0

    Vdc

    0

    Tegangan output tiga phasa diperoleh dari konfigurasi waktu penyalaan enam

    buah transistor pada Gambar 3.2 tersebut. Ada 8 jenis switching yang berbeda yang

    dapat dibuat dari kombinasi Sa, Sb, dan Sc. Delapan jenis switching ini akan

    menghasilkan 8 buah vektor tegangan output inverter yang berbeda. Vektor tegangan

    yang terjadi untuk tegangan line to line berlaku:

    ===

    acca

    cbbc

    baab

    vvvvvvvvv

    .. (3.12)

    Untuk sistem yang setimbang berlaku:

    0=++ cba vvv .....(3.13)

    cba vvv = persamaan ini dimodifikasi menjadi:

    acbaaa vvvvvv +=+ 2

    caaba vvv =3

    3caab

    avv

    v=

    Jeremia Purba : Simulasi Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tiga Phasa Dengan Direct Torque Control Dengan Menggunakan Matlab 7.0.1, 2009. USU Repository 2009

  • 40

    Sehingga tegangan phasa kumparan stator motor adalah:

    3caab

    asvv

    v= .......(3.14)

    dengan cara yang sama didapatkan

    3abbc

    bsvv

    v= ....(3.15)

    3bcca

    csvv

    v= ....(3.16)

    dengan, =csbsas vvv ,, tegangan phasa kumparan stator motor.

    dan tegangan stator motor pada d dan q axis adalah:

    asasqs vvv =

    =23

    32 .....(2.73)

    cbbscsds vvvv 31)(

    31 == ...(2.74)

    dari persamaan (3.12), (3.14 s/d 3.16), (2.73), dan (2.74) didapatkan tegangan pada

    mesin (juga merupakan tegangan output inverter) untuk setiap jenis switching yang

    dapat dilihat pada Tabel 3.2.

    Tabel 3.2 Kondisi Switching Inverter

    Switcing

    I

    II

    III

    IV

    V

    VIII

    bSa S Sc V Vab bcV Vca Vcsbs Vqs Vds

    001 0 dcV

    dcV32

    3dcV

    dcV32

    dcV31 dcV3

    1 dcV32 0

    1 0 1

    dcV31

    3dcV

    Va Vb c

    dcV 0 dcV 0

    V asV

    dcV 0 dcV dcV dcV 0 dcV31

    dcV31

    0 0 1 0 0 dcV 0 dcV dcV dcV31 dcV3

    1 dcV32

    dcV31

    3dcV

    0 1 1 0 dcV dcV dcV 0 dcV dcV32 dcV3

    1dcV3

    1dcV3

    2 0

    VI

    0 1 0 dcV dcV 0 dcV31 dcV3

    2dcV3

    1 dcV31

    1

    1 0 dcV dcV 0 0 dcV dcV dcV31

    dcV31

    dcV32

    3dcV

    VII 0 0

    dcV31

    0 0 0 0 0 00 0 0 0 0

    11 dcV dcV dcV 0

    0

    0 0 0 0 0 0 0

    0dcV0

    1

    Tabel 3.3 Kondisi switcing inverter

    Jeremia Purba : Simulasi Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tiga Phasa Dengan Direct Torque Control Dengan Menggunakan Matlab 7.0.1, 2009. USU Repository 2009

  • 41

    Gambar 3.5 Tegangan output inverter untuk setiap switching.

    Jadi untuk berbagai jenis switching inverter didapatkan phasor tegangan stator

    yang berbeda sebagai resultan dari Vqs dan Vds (Gambar 3.5, Tabel 3.3 dan Tabel 3.4).

    Tabel 3.3 Tegangan Keluaran Inverter

    q

    d

    dcV31

    dcV32

    dcV31

    dcV31

    dcV32

    I

    II

    IIIV

    IV

    (VII,VIII)(0,0)

    VI dcV31

    Jeremia Purba : Simulasi Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tiga Phasa Dengan Direct Torque Control Dengan Menggunakan Matlab 7.0.1, 2009. USU Repository 2009

  • 42

    Tabel 3.4 Sambungan Tabel Tegangan Keluaran Inverter

    Dengan phasor tegangan yang berubah-ubah maka sesuai dengan persamaan

    (3.1) dan (3.2) didapat fluks stator berubah secara vektoris.

    3.4 Pengontrolan Fluks

    Fluks yang bergerak melingkar pada stator mesin menempati salah satu dari

    enam ruang seperti pada Gambar 3.6. Phasor fluks stator mempunyai besar s , dengan posisi fs . Fluks dalam koordinat d-q adalah ds dan qs . Jika phasor fluks berada pada ruang maka vektor tegangan yang harus diberikan adalah VI atau I. Salah satu dari

    kedua vektor tegangan ini memperbesar fluks sementara yang lain mengurangi.

    Penjelasan ini dapat dilihat pada Gambar 3.7.

    Jeremia Purba : Simulasi Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tiga Phasa Dengan Direct Torque Control Dengan Menggunakan Matlab 7.0.1, 2009. USU Repository 2009

  • 43

    q

    s

    ds

    qs060

    060

    060060

    060fs

    1

    3

    4

    5

    62

    d

    Gambar 3.6 Pembagian fluks linkages stator dalam 6 ruang.

    Pada Gambar 3.7 dapat dilihat pengaruh switching phasor tegangan I ( IV ),

    yang memperbesar phasor fluks dari s menjadi sI . Sementara phasor tegangan VI ( VIV ) mengurangi fluks menjadi sVI . Ini menyebabkan phasor tegangan yang lebih dekat memperbesar fluks sementara phasor tegangan yang lebih jauh mengurangi

    fluks. Tetapi kedua-duanya memperbesar posisi phasor fluks. Pengontrolan fluks ini

    dilakukan dengan cara membandingkan fluks aktual ( s ) yang didapat dari persamaan (3.3 s/d 3.5) dengan fluks referensi ( )ref . Kemudian hasil perbandingan ini

    dikonversikan dalam sinyal digital (dilambangkan S ). Perbandingan ini dapat dilihat

    pada Tabel 3.5.

    Tabel 3.5 Logic Pengontrolan Fluks

    Kondisi S

    0

    0

    >

    sref

    sref

    1

    0

    Jeremia Purba : Simulasi Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tiga Phasa Dengan Direct Torque Control Dengan Menggunakan Matlab 7.0.1, 2009. USU Repository 2009

  • 44

    Dari hasil perbandingan ini akan ditentukan vektor tegangan yang sesuai untuk

    mengontrol perubahan fluks secara langsung. Jika S bernilai 1 berarti fluks harus

    diperbesar, sementara jika bernilai 0 fluks harus diperkecil.

    Gambar 3.7 Pengaruh switching IV dan VIV pada phasor fluks stator.

    3.5 Pengontrolan Torsi

    Pengontrolan torsi ini dilakukan dengan membandingkan torsi yang diinginkan

    (torsi referensi) dengan torsi aktual pada motor (Tabel 3.6). Torsi aktual motor dihitung

    dengan menggunakan persamaan (3.7).

    Tabel 3.6 Logic Pengontrolan Torsi

    Kondisi TS

    eeref

    eerefe

    eeref

    TTTTTTT

    TTT

  • 45

    dengan eT adalah torsi elektromagnetik, refT adalah torsi referensi dan eT adalah

    batas torsi yang diterima di atas torsi referensi. Ketika torsi error )( eref TT melebihi

    eT maka waktunya untuk menambah torsi, dilambangkan dengan sinyal 1+ . Jika torsi error berada antara positif dan negatif eT , maka phasor tegangan harus vektor tegangan nol. Untuk torsi error di bawah eT maka waktunya untuk melakukan pengereman, dilambangkan dengan sinyal -1.

    Sementara jika TS bernilai 1 berarti phasor tegangan harus dinaikkan, 0 artinya

    phasor tegangan bernilai tetap dan -1 berarti phasor tegangan harus diperlambat di

    belakang phasor fluks untuk pengereman. Dengan menggabungkan output fluks error

    S , output torsi error TS dan keenam ruang posisi fluks stator S maka tabel switching

    dapat dibuat untuk memperoleh switching inverter yang tepat pada suatu kondisi

    tertentu seperti dapat dilihat pada Tabel 3.7.

    Tabel 3.7 Kondisi Switching untuk Berbagai Kondisi ,, TSS dan S

    Jeremia Purba : Simulasi Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tiga Phasa Dengan Direct Torque Control Dengan Menggunakan Matlab 7.0.1, 2009. USU Repository 2009

  • 46

    Pada kolom S = untuk sinyal fluks bernilai 1 yang berarti besarnya fluks

    kurang dari yang diharapkan sehingga phasor fluks harus diperbesar. Pada saat

    bersamaan torsi error bernilai positif yang berarti torsi harus dinaikkan. Dengan

    menggabungkan kedua sinyal ini dengan posisi fluks phasor pada maka phasor

    tegangan yang memenuhi untuk kondisi ini adalah I dan VI. Tetapi ini hanya berlaku

    pada sudut 030 pada . Pada sudut 030 kedua, phasor tegangan I akan memperbesar

    phasor fluks tetapi memperlambat sudut fluks. Ini akan menyebabkan penurunan

    frekuensi stator dan mengubah arah torsi. Pengontrolan pada kondisi ini dimaksudkan

    untuk membuat fluks terus berputar (dalam hal ini berlawanan arah jarum jam).

    Dengan demikian pada sudut 030 kedua, pada ruang phasor tegangan yang sesuai

    adalah VI. Jadi untuk TS dan S bernilai +1 dengan posisi phasor fluks pada ruang

    phasor tegangan yang memenuhi hanya phasor tegangan VI. Ketika sinyal torsi bernilai

    nol pilihan satu-satunya adalah memberi phasor tegangan nol yaitu vektor tegangan

    VIII. Jika torsi error menjadi negatif dengan TS = -1, sementara S =1 maka torsi harus

    diperkecil dengan memberi phasor tegangan II.

    Jika S = 0 (yang berarti phasor fluks telah melampaui nilai yang seharusnya)

    maka fluks ini harus diperkecil dengan memilih phasor tegangan V. Dengan memilih

    phasor tegangan V maka akan memepercepat perputaran fluks, sehingga slip makin

    bertambah dengan demikian torsi elektromegnetik juga bertambah besar. Dengan

    demikian dipenuhi untuk Untuk TS = 1. Jika TS = 0 maka waktunya untuk memilih

    Phasor tegangan nol (dalam hal ini phasor vector tegangan VII). Sementara untuk TS =

    -1 maka torsi harus diperkecil sementara fluks bertambah. Dalam kondisi phasor

    tegangan harus memperlambat perputaran torsi, sehingga phasor tegangan yang tepat

    Jeremia Purba : Simulasi Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tiga Phasa Dengan Direct Torque Control Dengan Menggunakan Matlab 7.0.1, 2009. USU Repository 2009

  • 47

    adalah III. Untuk posisi phasor fluks pada ruang yang lain maka phasor tegangan yang

    sesuai dapat dilihat pada Tabel 3.8.

    Tabel 3.8 Logic Fluks Phasor

    fs Ruang fluks

    3/23/

    3/23/2

    3/3/2

    03/3/0

    fs

    fs

    fs

    fs

    fs

    fs

    (2)

    (3)

    (4)

    (5)

    (6)

    (1)

    Direct torque control ini merupakan pengontrolan penggerak motor ac yang

    unik karena switching pada inverter mengontrol secara langsung variabel motor yaitu

    fluks dan torsi. Blok diagram pengontrolan dengan direct torque control (pengontrolan

    secara langsung) Ini dapat dilihat pada Gambar 3.8.

    Gambar 3.8 Blok diagram pengontrolan motor induksi dengan direct torque control

    Jeremia Purba : Simulasi Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tiga Phasa Dengan Direct Torque Control Dengan Menggunakan Matlab 7.0.1, 2009. USU Repository 2009

  • 48

    Pada Gambar 3.8 dapat dilihat beberapa langkah dalam pengontrolan torsi dan

    fluks yaitu sebagai berikut:

    1. Pengukuran arus dan tegangan motor.

    Pada operasi normal dua buah arus phasa motor beserta dengan tegangan

    diukur.

    2. Transformasi arus dan tegangan tiga phasa (abc) ke dua phasa (d-q)

    Arus dan tegangan dua phasa dihitung dengan menggunakan persamaan (2.73)

    s/d (2.76)

    3. Penghitungan besar torsi, fluks dan sudut fluks stator

    Besar torsi, fluks dan sudut fluks stator dapat dihitung dengan menggunakan

    persamaan (3.5) s/d (3.7)

    4. Penetuan keadaan TSS , dan S

    S didapat dari hasil perbandingan fluks aktual dengan fluks referensi. TS dari

    hasil perbandingan torsi aktual dengan torsi referensi. Ini dapat dilihat pada

    Tabel 3.5 dan Tabel 3.6. Sementara S menyatakan posisi fluks stator.

    5. Penentuan Jenis Switching

    Kemudian ditentukan switching yang sesuai dengan yang dibutuhkan.

    Switching yang sesuai untuk masing-masing keadaan TSS , dan S didapat

    dari Tabel 3.7.

    Jeremia Purba : Simulasi Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tiga Phasa Dengan Direct Torque Control Dengan Menggunakan Matlab 7.0.1, 2009. USU Repository 2009

  • 49

    BAB IV

    SIMULASI PENGATURAN KECEPATAN MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

    DENGAN DIRECT TORQUE CONTROL DAN PEMBAHASANNYA

    4.1 Umum

    MATLAB (Matrix Laboratory) adalah sebuah program untuk analisis dan

    komputasi numerik yang merupakan bahasa pemrograman matematika lanjutan dengan

    dasar pemikiran menggunakan sifat dan bentuk matrik.

    MATLAB sering digunakan untuk

    Matematika dan komputasi

    Pengembangan dan algoritma

    Pemrograman modeling, simulasi dan pembuatan prototipe

    Analisa data, eksplorasi dan visualisasi

    Analisis numerik dan statistik

    Pengembangan aplikasi teknik

    Dalam Tugas Akhir ini, Matlab digunakan untuk mensimulasikan pengaturan

    kecepatan motor induksi tiga phasa dengan direct torque control.

    4.2 Rangkaian Simulasi

    Model rangkaian simulasi pengaturan kecepatan motor induksi tiga phasa

    dengan direct torque control dapat dilihat pada gambar 4.1.

    Jeremia Purba : Simulasi Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tiga Phasa Dengan Direct Torque Control Dengan Menggunakan Matlab 7.0.1, 2009. USU Repository 2009

  • 50

    Gambar 4.1 Rangkaian simulasi pengaturan kecepatan motor induksi tiga phasa dengan

    direct torque control

    4.3 Spesifikasi Komponen Simulasi

    Berikut ini adalah model-model dan blok parameter yang digunakan dalam

    simulasi, yaitu :

    Three Phase Source ( Sumber Tiga Phasa)

    Model sumber tiga phasa pada gambar 4.2 merupakan implementasi sumber tegangan

    tiga phasa dengan impedansi dalam R-L. Ketiga phasa sumber tegangan dihubungkan

    Y dengan hubungan netral ditanahkan.

    Gambar 4.2 Sumber Tiga Phasa

    Data parameter sumber tegangan tiga phasa adalah sebagai berikut:

    1. Tegangan phasa-phasa (VLL) : 460 V

    2. Frekuensi Sumber (f) : 60 Hz

    3. Tahanan Sumber (R) : 0.0056

    4. Induktansi Sumber (L) : 0.15 mH

    Jeremia Purba : Simulasi Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tiga Phasa Dengan Direct Torque Control Dengan Menggunakan Matlab 7.0.1, 2009. USU Repository 2009

  • 51

    Adapun parameter-parameter sumber tegangan tiga phasa dimasukkan ke dalam blok

    parameter sumber tiga phasa seperti pada Gambar 4.3.

    Gambar 4.3 Blok Parameter sumber tiga phasa

    DTC Induction Motor Drive

    DTC Induction Motor pada gambar 4.4 terdiri dari beberapa bagian yaitu motor

    induksi, inverter, dioda penyearah, speed controller, braking chopper, dan DTC

    controller.

    Gambar 4.4 DTC Induction Motor Drive

    Jeremia Purba : Simulasi Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tiga Phasa Dengan Direct Torque Control Dengan Menggunakan Matlab 7.0.1, 2009. USU Repository 2009

  • 52

    Adapun parameter-parameter motor induksi dapat dilihat pada blok parameter

    asynchronous machine seperti pada gambar 4.5.

    Gambar 4.5 Blok Parameter asynchronous machine

    Jeremia Purba : Simulasi Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tiga Phasa Dengan Direct Torque Control Dengan Menggunakan Matlab 7.0.1, 2009. USU Repository 2009

  • 53

    Adapun parameter-parameter Inverter, braking chopper, diode dan DC Bus dapat

    dilihat pada blok parameter converter and DC bus seperti pada gambar 4.6.

    Gambar 4.6 Blok parameter converter and DC bus

    Jeremia Purba : Simulasi Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tiga Phasa Dengan Direct Torque Control Dengan Menggunakan Matlab 7.0.1, 2009. USU Repository 2009

  • 54

    Adapun parameter-parameter speed controller dan DTC controller dapat dilihat pada

    blok parameter controller seperti pada gambar 4.7.

    Gambar 4.7 Blok parameter controller

    Demux

    Demux merupakan pembagi sinyal keluaran mesin yang berasal dari motor, conv, ctrl

    pada blok DTC Induction Motor Drive. Sinyal keluaran pada mesin ada 4 komponen

    yaitu arus stator, kecepatan rotor, torsi elektromagnetik, tegangan DC bus. Untuk

    memisahkan sinyal ini menjadi 4 bagian agar dapat dibaca oleh alat ukur maka

    digunakan demux.

    Jeremia Purba : Simulasi Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tiga Phasa Dengan Direct Torque Control Dengan Menggunakan Matlab 7.0.1, 2009. USU Repository 2009

  • 55

    Gambar 4.8 Demux

    Scope

    Scope merupakan blok yang menampilkan sinyal keluaran dari keempat komponen

    demux yaitu arus stator, kecepatan rotor, torsi elektromagnetik, tegangan DC bus

    Gambar 4.9 Scope

    4.4 Simulasi Dan Analisa Hasil Simulasi

    Simulasi pengaturan kecepatan putaran motor induksi tiga phasa dilakukan

    dengan menggunakan Matlab 7.0.1. Rangkaian simulasi ditunjukkan pada Gambar 4.1.

    Masukan kecepatan referensi yang diberikan adalah 600 rpm, kemudian dinaikkan

    menjadi 1200 rpm pada saat t = 1,5 detik. Simulasi dilakukan untuk kondisi tanpa torsi

    beban dan kondisi dengan torsi beban sebesar 300 Nm dan 600 Nm. Hasil simulasi

    untuk kondisi tanpa torsi beban ditunjukkan pada Gambar 4.10, kondisi dengan torsi

    beban sebesar 300 ditunjukkan pada Gambar 4.11, dan kondisi dengan torsi beban

    sebesar 600 ditunjukkan pada Gambar 4.12.

    Jeremia Purba : Simulasi Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tiga Phasa Dengan Direct Torque Control Dengan Menggunakan Matlab 7.0.1, 2009. USU Repository 2009

  • 56

    Gambar 4.10 Grafik hasil simulasi untuk kondisi tanpa torsi beban

    Jeremia Purba : Simulasi Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tiga Phasa Dengan Direct Torque Control Dengan Menggunakan Matlab 7.0.1, 2009. USU Repository 2009

  • 57

    Gambar 4.11 Grafik hasil simulasi untuk kondisi dengan torsi beban

    sebesar 300 Nm

    Jeremia Purba : Simulasi Pengaturan Kecepatan Motor Induksi Tiga Phasa Dengan Direct Torque Control Dengan Menggunakan Matlab 7.0.1, 2009. USU Repository 2009

  • 58

    Gambar 4.12 Grafik hasil simulasi untuk kondisi dengan torsi beban

    sebesar 600 Nm

    Dari hasil simulasi pengaturan kecepatan motor induksi dengan direct torque

    control untuk kecepatan referensi 600 rpm terlihat bahwa untuk kondisi torsi tanpa

    beban motor mampu mencapai kecepatan referensi dalam waktu 0,5 detik dan

    men