09. fs parluasan bab ix

14
Studi Kelayakan PLTM Parluasan 10 MW BAB IX RENCANA PELAKSANAAN 9.1. Komponen Kegiatan Komponen kegiatan dalam perencanaan pembangunan PLTM Parluasan terdiri dari : 1. Penyusunan Study Meja 2. Penyusunan Pra Study Kelayakan 3. Survey & Investigation : a. Survey Topografi dan staking out batas lahan b. Investigasi Geologi & Analisa Laboratorium c. Survey Hidrometri dan sedimentasi d. Inventarisasi data hidroklimatologi e. Inventarisasi jaringan existing 4. Penyusunan Study Kelayakan 5. Penyusunan Study Lingkungan 6. Penyusunan Desain Rinci 7. Perijinan Lokasi 8. PPA (Purchase Power Agreement) Process 9. Pembebasan lahan 10. EPC Preparation and Tender Phase 11. Financial Closing 12. Pelaksanaan Konstruksi 13. Comissioning Test 14. Commercial Operation Date Rencana jadwal pelaksanaan kegiatan untuk pembangunan PLTM Parluasan disajikan pada Tabel 9.1. 9.2. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan Program dan Jadwal Pekerjaan Konstruksi disusun secara realistis berdasarkan pemahaman faktor karakteristik Hal IX - 1

Upload: fajar

Post on 11-Nov-2015

14 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

bs

TRANSCRIPT

Studi Kelayakan PLTM Parluasan 10 MW

BAB IXRENCANA PELAKSANAAN9.1. Komponen Kegiatan

Komponen kegiatan dalam perencanaan pembangunan PLTM Parluasan terdiri dari :

1. Penyusunan Study Meja

2. Penyusunan Pra Study Kelayakan

3. Survey & Investigation :

a. Survey Topografi dan staking out batas lahan

b. Investigasi Geologi & Analisa Laboratorium

c. Survey Hidrometri dan sedimentasi

d. Inventarisasi data hidroklimatologi

e. Inventarisasi jaringan existing

4. Penyusunan Study Kelayakan

5. Penyusunan Study Lingkungan

6. Penyusunan Desain Rinci

7. Perijinan Lokasi

8. PPA (Purchase Power Agreement) Process

9. Pembebasan lahan

10. EPC Preparation and Tender Phase

11. Financial Closing

12. Pelaksanaan Konstruksi

13. Comissioning Test

14. Commercial Operation Date

Rencana jadwal pelaksanaan kegiatan untuk pembangunan PLTM Parluasan disajikan pada

Tabel 9.1.

9.2. Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

Program dan Jadwal Pekerjaan Konstruksi disusun secara realistis berdasarkan pemahaman faktor karakteristik pekerjaan dan dengan mempertimbangkan kondisi lapangan. Kondisi lapangan yang harus di pertimbangkan antara lain :

Faktor Topografi berpengaruh pada kelancaran pengangkutan material hasil galian pondasi, pengangkutan bahan bahan timbunan, pelaksanaan pemadatan, kebebasan bergerak alat alat besar dll.

Faktor Geologi berpengaruh pada kelancaran pekerjaan pekerjaan penggalian dan perbaikan pondasi.

Faktor Hidrologi dan Meteorologi akan berpengaruh pada kelancaran pekerjaan yang dilaksanakan pada udara terbuka dan hal hal seperti intensitas, durasi serta banyaknya waktu hujan, temperatur, radiasi sinar matahari, kelembaban, kabut dan lain lain sangat mempengaruhi kelancaran serta kualitas pekerjaan. Faktor kondisi dan karakteristik bahan timbunan tubuh embung akan berpengaruh pada kelancaran pelaksanaan penimbunannya, terutama hal hal mengenai gradasi, angka kadar air, berat ini, kekuatan geser, permeabilitas, tingkat kompresi dan lain lain.

Jenisjenis kegiatan atau pekerjaan dan besarnya volume masingmasing kegiatan / pekerjaan adalah merupakan karakteristik pekerjaan. Selanjutnya dengan pemahaman yang baik terhadap kondisi lapangan dan karakteristik pekerjaan dapat disusun Metode Pelaksanaan dengan jumlah tenaga kerja dan peralatan yang memadai dan efisien baik efisien waktu maupun efisien dalam hal pembiayaan.

9.3. Prosedur Pengoperasian Dan Pemeliharaan

1. Definisi

Kecuali didefinisikan lain atau ada hubungan kata kata yang diperlukan, beberapa istilah yang menggunakan hurup besar yang mempunyai arti yang sama dalam PPA, yang ada pada Appendix J ini adalah sebagai referensi tambahan kecuali tidak didefinisikan lain.

2.

U m u m

Yang dimaksud dari Appendix ini adalah untuk menentukan suatu prosedur atau kaidah untuk melakukan koordinasi operasi dalam penyaluran Energi dari PLTM Parluasan kepada Sistem JTM 20 kV milik PIHAK PERTAMA.

3.

Komisi Operasi (Operating Committe)

A.Pembentukan komisi operasi.

1.Sebelum 9 (sembilan) bulan yang diharapkan terjadi tanggal Synchronization yang waktunya dapat berubah setiap saat, suatu komisi operasi untuk PLTM Parluasan harus sudah dibentuk.

2. Susunan Komisi Operasi harus terdiri dari 4 (empat) anggota, 2 (dua) ditetapkan dari PIHAK PERTAMA dan 2 (dua) ditetapkan dari PIHAK KEDUA.

Salah satu Pihak, harus memberitahukan secara tertulis kepada Pihak lainnya, Anggota Komisi Operasi dapat dirubah atau diganti dengan penggantian antar waktu yang ditetapkan kemudian.

Apabila terjadi kekosongan dalam keanggotaan dari Komisi Operasi harus segera diisi oleh anggota yang tepat oleh Pihak.

3.PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA masing masing harus membayar ongkos-ongkos dari para anggotanya masing masing Komisi Operasi.

4.Biaya-biaya lain yang timbul yang disebabkan adanya Komisi Operasi dan dengan suara bulat dapat disetujui oleh para Pihak harus dibagi sama rata antara PIHAK KEDUA dan PIHAK PERTAMA, atau dapat ditentukan oleh Komisi Operasi.

B.Kewajiban Komisi Operasi.

Kewajiban-kewajiban Komisi Operasi harus termasuk uraian yang dibawah ini :

1.Tidak melakukan kelalaian yang ada hubungannya dengan interkoneksi antara PLTM Parluasan dan sistem JTM 20 kV milik PIHAK PERTAMA

2Koordinasi antara PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA untuk jadwal pemeliharaan

3.Koordinasi relay pengaman milik Pihak Pertama dan Pihak Kedua

4.Koordinasi untuk jangka pendek atau jangka panjang berkenaan dengan peramalan beban dan kemampuan untuk memenuhi permintaan terhadap pembangkitan

5.Pertimbangan dari persolan operasi pembangkit yang lain yang dapat dihubungkan oleh perjanjian ini bersama dengan PIHAK KEDUA dan PIHAK PERTAMA.

6.Koordinasi dengan PIHAK KEDUA berkenaan dengan jadwal pengujian dan kommissioning.

C. Keputusan-keputusan Komisi Operasi (Decisions)

1.Keputusan dari Komisi Operasi harus dengan suara bulat.

2.Dalam masalah beberapa persoalan yang ada di dalam Komisi Operasi tidak dapat dicapai kata sepakat, perselisihan ini harus diajukan Kepada Exsekutip Direktur dari PIHAK KEDUA dan Direktur Operasi dari PIHAK PERTAMA untuk segera diselesaikan.

Jika antara PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA juga tidak dicapai kesepakatan bersama maka di dalam 2 (dua) hari, perselisihan ini harus diajukan kepada tenaga akhlinya sesuai pada PPA. : untuk ditetapkan, bagamanapun juga, PIHAK KEDUA harus mengambil tindakan sebagai pertimbangan yang wajar dan sangat diperlukan selama menunggu persoalan perselisihan sesuai pada PPA.

4. Komunikasi

PIHAK KEDUA harus menjaga suatu layanan telekomukasi yang tepat didalam ruang kontrol PLTM Parluasan yang lokasinya di Proyek, untuk memberikan informasi waktu yang tepat, termasuk, tetapi tidak terbatas pada informasi yang diperlukan terhadap kondisi MW, MVARS, kV, Status unit, Status unit CB, dan Status Tinggi Air.

Masing-masing Pihak harus memberitahukan kepada Pihak lainnya secara tertulis dimana titik formasi kontak untuk komukasi dari Komisi Operasi dan titik kontak formasi ini harus sudah ditetapkan.

Kecuali kalau sebaliknya ditetapkan disini, Pusat Pengaturan & Penyaluran Beban PIHAK PERTAMA harus satu titik kontak timbal balik dengan PIHAK KEDUA untuk komunikasi kepada PIHAK PERTAMA.

Para Pihak harus tetap menjaga komunikasi sesuai dengan Good Utility Practice dan, yang diperlukan adalah, informasi dari Pihak lain berkenaan dengan kondisi operasi PLTM Parluasan.5. Perintah Pusat Pengatur & Penyalur Beban PIHAK PERTAMA

Kapan saja PLTM Parluasan dapat dihubungkan kepada JTM 20 kV, Energi yang keluar adalah menjdi Subjek terhadap Perintah Pengiriman yang disampaikan kepada Pusat Pengatur & Penyalur Beban PIHAK PERTAMA.PIHAK KEDUA harus tunduk dengan Perintah Pengiriman dari Pusat Pengatur & Penyalur Beban PIHAK PERTAMA yang ditandai dengan dipenuhinya perintah tersebut. PIHAK KEDUA adalah menjadi bagian dalam operasi dan pemeliharaan PLTM Parluasan, tidak harus melakukan tindakan yang dapat merugikan, berpengaruh terhadap Sistem JTM 20 kV tanpa ada hubungan integritas dengan P3B PIHAK PERTAMA dan sebelum menerima tanggung jawab, kecuali dalam kasus Keluar Untuk Pemeliharaan Darurat (Emergency Maintenace Outage) dan Keluar Terpaksa.

Kegiatannya harus termasuk, tetapi tidak harus dibatasi, terhadap energi yamg dibangkitkan dengan jumlah daya nyata atau daya semu yang dikirim PLTM Parluasan kepada sistem JTM 20 kV.

Hanya PIHAK PERTAMA atau Wakil penanggung jawabnya harus memberikan izin untuk hubungan Fasilitas Interkoneksi kepada Sistem JTM 20 kV. .

6.

Pembangkit Milik PIHAK KEDUA

Prosedur dibawah ini dapat digunakan untuk hubungan pembangkit PLTM Parluasan dengan Sistem JTM 20 kV ( Hubungan), atau melepas hubungan (sedangkan PLTM Parluasan didesain untuk tidak bekerja secara Isolated). hanya dapat diopersikan secara paralel.

A.Hubungan Pada Kondisi Normal Pemeliharaan Dan Jadwal Keluar

Penjual harus memberitahukan Pusat Pengatur & Penyaluran Beban PIHAK PERTAMA sekurang-kurangnya 168 (seratus enam puluh delapan) jam sebelum jadwal untuk interkoneksi dilaksanakan dari PLTM Parluasan kepada JTM 20 kV.

Pusat Pengatur & Penyalur Beban harus memberikan saran kepada PIHAK KEDUA untuk beberapa kondisi yang harus dihindari hubungannya dengani PLTM Parluasan yang sudah dijadwalkan oleh PIHAK KEDUA.Jika diperlukan, PIHAK KEDUA mengatur jadwal hubungan interkoneksinya yang disesuaikan dengan permohonan atau perubahan jadwal oleh Pusat Pengatur & Penyalur Beban PIHAK PERTAMA.

Paling sedikit 48 (empat pulu delapan) jam sebelum interkoneksi dengan PLTM Parluasan, PIHAK KEDUA harus menghubungi P3B PIHAK PERTAMA dan dibawah ini kelengkapan informasinya sebagai beriku :1.Waktunya kapan yang diharapkan PIHAK KEDUA untuk awal dimulainya PLTM Parluasan dioperasikan.

2.Waktunya kapan yang diharapkan PIHAK KEDUA untuk hubungan interkoneksi dengan sistem JTM 20 kV milik PIHAK PERTAMA.

3.Menentukan jalan keluar yang sesuai dengan Keterbatasan Teknis yang diharapkan PIHAK KEDUA untuk penggunaan beban dari PLTM Parluasan.

PIHAK KEDUA harus menjaga komunikasi, yang diperlukan, dengan Pusat Pengatur & Penyalur Beban milik PIHAK PERTAMA sebelum dan selama sinkronisasi dari PLTM Parluasan dengan JTM 20 kV berlangsung.

Sebelum ada pemberitahuan untuk keperluan interkoneksi kembali PLTM Parluasan setelah Keluar Tidak Terencana harus ada persetjuan bersama-sama antara PIHAK KEDUA dan Pusat Pengatur & Penyaluran Beban milik PIHAK PERTAMA.

Diperlukan suatu pemberitahuan dengan kondisi apa saja kepada P3B milik PIHAK PERTAMA, agar diperbolehkan untuk melepaskan bebannya.

Segera sebelum PLTM Parluasan dihubungkan kembali, PIHAK KEDUA menghubungi Pusat Pengatur & Penyalur Beban dan untuk mendapatkan persetujuan hubungan interkoneksi.

B.Pemisahan Hubungan Dibawah Kondisi Normal Pemeliharaan Dan Jadwal Keluar Terencana.

PIHAK KEDUA menyampaikan kepada Pusat Pengatur & Penyalur Beban milik PIHAK PERTAMA sekurang-kurangnya 168 (seratus enam puluh delapan) jam sebellum pelaksanaan Keluar Untuk Pemeliharaan dan Keluar Jadwal Terencana.

Pusat Pengatur & Penyalur Beban milik PIHAK PERTAMA harus memberikan saran kepada PIHAK KEDUA dari beberapa kondisi agar dapat diijinlan untuk menghindari pemisahan PLTM Parluasan yang sudah dijadwalkan oleh PIHAK KEDUA.

Jika diperlukan, PIHAK KEDUA harus menyetel pengurangan beban yang dijadwalkan untuk menyesuaikan perubahan yang disampaikan oleh P3B milik PIHAK PERTAMA

Sekurang-kurangnya 48 (empat puluh delapan) jam sebelum dilakukan pemisahan PLTM Parluasan, PIHAK KEDUA harus menghubungin P3B milik PIHAK PERTAMA dengan kelengkapan informasinya dibawah ini :

1. Menentukan jalan keluar yang sesuai dengan Keterbatasan Teknis yang diharapkan PIHAK KEDUA untuk digunakan mengeluarkan beban PLTM Parluasan ; dan

2. Waktu pemisahan PLTM Parluasan yang diharapkan PIHAK KEDUA dengan Sistem JTM 20 kV; dan

3. Waktu yang diharapkan oleh PIHAK KEDUA untuk Shutdown Unit PLTM Parluasan.

PIHAK KEDUA harus menjaga komunikasi, yang diperlukan, dengan P3B milik PIHAK PERTAMA sebelum dan selama pemisahan PLTM Parluasan dari Sistem JTM 20 kV.

A. Keluar Untuk Pemeliharaan Darurat, Keluar Terpaksa dan lainnya Pengaturan Daya Keluaran Listrik Diluar Jadwal Atas Prakarsa PIHAK KEDUA.

Jika kondisi operasi tidak normal segera daya keluaran listrik yang disalurkan kepada Sistem JTM 20 kV disesuaikan oleh PLTM Parluasan, PIHAK KEDUA setelah operasi PLTM Parluasan dijamin keamanannya, harus menghubungi P3B milik PIHAK PERTAMA dan kelengkapan informasinya yang diuraikan dibawah ini :1. Dengan alasan kenapa energi dan kapasitas yang disalurkan ke Sistem JTM 20 kV harus disesuaikan.

2.Jumlah dari energi dan kapasitas dan harapan durasi waktu untuk penyesuaian.

3.Menentukan jalan keluar yang diharapkan PIHAK KEDUA guna penyesuaian daya keluaran energi dari PLTM Parluasan ; dan.

4.Tingkat dari energi dan kapasitas pembangkitan yang diharapkan PIHAK KEDUA setelah Daya Keluaran PLTM Parluasan telah disesuaikan terhadap tingkat yang ditentukan.

Dalam masalah Keluar Pemeliharaan Darurat atau Keluar Terpaksa, PIHAK KEDUA harus melengkapi segera suatu pemberitahuan kepada P3B milik PIHAK PERTAMA dari kemampuan PLTM Parluasan untuk membangkitkan daya listrik kepada JTM 20 kV.

Satu kali lagi PIHAK KEDUA harus membuat pemberitahuan dengan satu permintaan untuk Sinkronisasi dengan Sistem JTM 20 kV, PIHAK PERTAMA tidak harus menunda waktu untuk hubungan dengan Sistem JTM 20 kV, dalam jangka waktu 168 (seratus enam puluh) jam harus ada pemberitahuan sebelum dihubungkan dengan Sistem JTM 20 kV, atau PLTM Parluasan tidak dapat dioperasikan untuk dihubungkan kembali kepada Sistem JTM 20 kV yang berikutnya atas kejadian Keluar Terpaksa. Pemeliharaan Darurat atau Keluar Terpaksa ( PLTM Parluasan maupun Sistem PLN terganggu ).

7.Daya Keluaran Listrik Yang Disesuaikan Atas Prakarsa P3B milik PIHAK PERTAMA.PLTM Parluasan harus dioperasikan terus menerus dan digunakan sebagai fasilitas beban tambahan (bukan beban dasar) dan diharapkan dapat dioperasikan dengan debit aliran rated yang tetap ( Q andalan ) kecuali selama ada jadwal Pemeliharaan Terencana dan Keluar Untuk Pemeliharaan.

Pertimbangan ini menjadi subjek, P3B milik PIHAK PERTAMA berhak, dan konsisten dengan subjek atas ketetapan dalam PPA, untuk permintaan pengurangan Daya Keluaran Listrik dari PLTM Parluasan dan memisahkan Pembangkit dengan Sistem JTM 20 kV.

PIHAK KEDUA harus menjaga daya keluaran listrik dari PLTM Parluasan, yang dimungkinkan untuk dijaga pada tingkat beban rated kapasitas, yang ditentukan oleh perintah dari P3B milik PIHAK PERTAMA.

Kemungkinan untuk tingkat kewajaran, P3B milik PIHAK PERTAMA harus menyiapkan rencana operasi mingguan Sistem JTM 20 kV termasuk meng-antisipasi daya keluaran PLTM Parluasan.

P3B milik PIHAK PERTAMA harus memberikan saran kepada PIHAK KEDUA sesuai dengan rencana operasi mingguan dari beberapa rencana pengurangan beban atau pemisahan dari Sistem JTM 20 kV

Tanpa memperhatikan atas pemberitahuan yang disediakan oleh P3B milik PIHAK PERTAMA dalam rencana operasi mingguannya JTM 20 kV, dibawah kondisi operasi normal, dibawah ini ketetapan yang dapat dipakai untuk semua Perintah Pengiriman.A.Pemberitahuan beban minimum yang disediakan P3B milik PIHAK PERTAMA sebelum dimulai pengurangan beban atau pemisahan dengan Sistem JTM 20 kV.

B.Minimun operasi sebagian beban dari PLTM Parluasan dari rencana permintaan oleh P3B milik PIHAK PERTAMA, tidak kurang dari 50 % dari Energi yang disediakan oleh PIHAK KEDUA.

C. Masa minimum untuk operasi dari PLTM Parluasan pada sebagian beban yang diminta oleh P3B milik PIHAK PERTAMA tidak harus kurang dari 12 (dua belas) jam.

Subjeknya untuk yang terlebih dahulu ditetapkan pada Appendix I ini, harus mengikuti prosedur yang digunakan untuk pengurangan atau pemisahan yang diminta oleh P3B milk PIHAK PERTAMA dengan JTM 20 kV.

A.P3B milik PIHAK PERTAMA harus menghubungi PIHAK KEDUA atas permintaan PIHAK KEDUA untuk mengurangi daya keluaran listrik PLTM Parluasan yang dimulai pada tingkat yang spesifik pada waktu yang spesifik juga yang sesuai dengan berdasarkan jalan keluar yang konsisten dengan Keterbatasan Teknis dalam Appendix B.

B.PIHAK KEDUA harus mengurangi daya keluaran listrik dari PLTM Parluasan yang ditentukan tingkatannya sesuai dengan perintah P3B milik PIHAK PERTAMA.

Jika P3B milim PIHAK PERTAMA tidak dapat menghubungi PIHAK KEDUA atau jika PIHAK KEDUA lalai terhadap pemenuhan terhadap Perintah Pengiriman, P3B milik PIHAK PERTAMA dapat memisahkan PLTM Parluasan dengan Sistem JTM 20 kV milik PIHAK PERTAMA.

CKecuali kalau P3B milik PIHAK PERTAMA telah membentuk prosedur alternatif, PIHAK KEDUA harus memberitahukan P3B milik PIHAK PERTAMA setelah daya keluaran listrik dari PLTM Parluasan telah dikurangi dengan tingkat yang ditentukan.

Sekali dikurangi, PIHAK KEDUA tidak boleh menaikan daya keluran listrik dari PLTM Parluasan sampai dengan ada perintah oleh P3B milik PIHAK PERTAMA atau kecuali kalau sebelumnnya telah disetujui jadwal yang ditetapkan dalam Perintah Pengirman.

D.Setelah kondisi pengurangan beban yang diperintahkan telah diselesaikan atau Sistem JTM 20kV telah selesai diperbaiki pengiriman beban dapat dinaikan dari PLTM Parluasan, P3B milik PIHAK PERTAMA harus meminta PIHAK KEDUA mengembalikan kapasitas PLTM Parluasan pada status operasi pada rated kapasitasnya.

E.PIHAK KEDUA harus memulihkan PLTM Parluasan terhadap operasi beban rated kapasitas yang sesuai dengan yang ditentukan Perintah Pengiriman yang disediakan oleh P3B milik PIHAK PERTAMA

8. G O V E R N O RGambaran berkenaan dengan peralatan unit hidrolik governor yang tersusun dalam satu grup, tangki minyak yang dapat dibuka merupakan penutup dari ruang minyak dengan frame accumulator yang menjadi dasar governor. Diatas tangki minyak, disana adalah tempat gear hydrogenerator dengan electromotor, waste filter with signalization dari saringan jika terjadi gangguan kotoran (clogging), filling hole, dengan saringan udara, dan dengan kelengkapan struktur hodrolik dari distributing valve block dengan pengaman serta elemen kontrol dan saringan bertekanan dengan signal listrik bila tersumbat.

Data teknik :

Volume Tangki Minyak

: 60 dm3

Volume membran cylinder

: 13 dm3

Kapasitas pompa minyak

: 3.6 dm3/min dan 2,4 dm3/min

Jenis pompa minyak

: gear pump

Motor listrik

: 0,75 & 0,55 kW 400V-50Hz-3-ph

Minimum tekanan operasi

: 7 & 8 Mpa

9.Sistem Stabilitas

A.P3B milik PIHAK PERTAMA (koordinator sistem) harus menghubungi dan memberikan saran kepada operator PIHAK KEDUA , tanpa harus ditunda, dari beberapa arus listrik atau kondisi sistem operasi yang akan datang untuk dipertahankan interkoneksinya dengan sistem JTM 20 kV atas kemampuan pembangkitan PLTM Parluasan .

B.Selama masa PLTM Parluasan berjalan dan bila PLTM Parluasan menerima beban dari Sistem JTM 20 kV dengan fasilitas interkoneksi, PIHAK KEDUA harus mampu menyelenggarakan dan menjaga kondisi dengan hasil baik, start-up PLTM Parluasan menjadi subjek untuk PIHAK PERTAMA untuk menjaga kemampuannya Sistem JTM 20 kV . Komisi Operasi harus berdasarkan persetujuan atas prosedur koordinasi yang telah disepakati.

Hal IX - 3