08e00895

Upload: cendol34

Post on 14-Apr-2018

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/30/2019 08E00895

    1/13

    VARICELLA DAN HERPES ZOSTER

    Penyaji:dr.Ramona Dumasari Lubis,SpKK

    NIP.132 308 599

    DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMINFAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS SUMATERA UTARA2008

    1Ramona Dumasari Lubis : Varicella Dan Herpes Zoster, 2008

    USU e-Repository 2009

  • 7/30/2019 08E00895

    2/13

    PENDAHULUAN

    Varicella zoster virus (VZV) merupakan famili human (alpha) herpes

    virus. Virus terdiri atas genome DNA double-stranded, tertutup inti yang

    mengandung protein dan dibungkus oleh glikoprotein. Virus ini dapatmenyebabkan dua jenis penyakit yaitu varicella (chickenpox) dan herpes

    zoster (shingles). 1, 2

    Pada tahun 1767, Heberden dapat membedakan dengan jelas antara

    chickenpox dan smallpox, yang diyakini kata chickenpox berasal dari

    bahasa Inggris yaitu gican yang maksudnya penyakit gatal ataupun berasal

    dari bahasa Perancis yaitu chiche-pois, yang menggambarkan ukuran dari

    vesikel. Pada tahun 1888, Von Bokay menemukan hubungan antara varicella

    dan herpes zoster, ia menemukan bahwa varicella dicurigai berkembang dari

    anak-anak yang terpapapar dengan seseorang yang menderita herpes zoster

    akut. Pada tahun 1943, Garland mengetahui terjadinya herpes zoster akibat

    reaktivasi virus yang laten. Pada tahun 1952, Weller dan Stoddard melakukan

    penelitian secara invitro, mereka menemukan varicella dan herpes zoster

    disebabkan oleh virus yang sama. 1

    EPIDEMIOLOGI

    Varicella terdapat diseluruh dunia dan tidak ada perbedaan ras

    maupun jenis kelamin. Varicella terutama mengenai anak-anak yang berusia

    dibawah 20 tahun terutama usia 3 - 6 tahun dan hanya sekitar 2% terjadi

    pada orang dewasa. Di Amerika, varicella sering terjadi pada anak-anak

    dibawah usia 10 tahun dan 5% kasus terjadi pada usia lebih dari 15 tahun

    dan di Jepang, umumnya terjadi pada anak-anak dibawah usia 6 tahun

    sebanyak 81,4 %. 1,2,3

    Insiden terjadinya herpes zoster meningkat sesuai dengan

    pertambahan umur dan biasanya jarang mengenai anak-anak. Insiden herpes

    zoster berdasarkan usia yaitu sejak lahir - 9 tahun : 0,74 / 1000 ; usia 10 19

    tahun :1,38 / 1000 ; usia 20 29 tahun : 2,58 / 1000. Di Amerika, herpes

    zoster jarang terjadi pada anak-anak, dimana lebih dari 66 % mengenai usia

    lebih dari 50 tahun, kurang dari 10% mengenai usia dibawah 20 tahun dan

    2Ramona Dumasari Lubis : Varicella Dan Herpes Zoster, 2008

    USU e-Repository 2009

  • 7/30/2019 08E00895

    3/13

    5% mengenai usia kurang dari 15 tahun. Walaupun herpes zoster merupakan

    penyakit yang sering dijumpai pada orang dewasa, namun herpes zoster

    dapat juga terjadi pada bayi yang baru lahir apabila ibunya menderita herpes

    zoster pada masa kehamilan. Dari hasil penelitian, ditemukan sekitar 3%

    herpes zoster pada anak, biasanya ditemukan pada anak - anak yang

    imunokompromis dan menderita penyakit keganasan. 4,5,7

    PATOGENESIS

    Masa inkubasi varicella 10 - 21 hari pada anak imunokompeten (rata -

    rata 14 - 17 hari) dan pada anak yang imunokompromais biasanya lebih

    singkat yaitu kurang dari 14 hari. VZV masuk ke dalam tubuh manusia

    dengan cara inhalasi dari sekresi pernafasan (droplet infection) ataupun

    kontak langsung dengan lesi kulit. Droplet infection dapat terjadi 2 hari

    sebelum hingga 5 hari setelah timbul lesi dikulit.

    VZV masuk ke dalam tubuh manusia melalui mukosa saluran

    pernafasan bagian atas, orofaring ataupun conjungtiva. Siklus replikasi virus

    pertama terjadi pada hari ke 2 - 4 yang berlokasi pada lymph nodes regional

    kemudian diikuti penyebaran virus dalam jumlah sedikit melalui darah dan

    kelenjar limfe, yang mengakibatkan terjadinya viremia primer (biasanya terjadi

    pada hari ke 4 - 6 setelah infeksi pertama). Pada sebagian besar penderita

    yang terinfeksi, replikasi virus tersebut dapat mengalahkan mekanisme

    pertahanan tubuh yang belum matang sehingga akan berlanjut dengan siklus

    replikasi virus ke dua yang terjadi di hepar dan limpa, yang mengakibatkan

    terjadinya viremia sekunder. Pada fase ini, partikel virus akan menyebar ke

    seluruh tubuh dan mencapai epidermis pada hari ke 14-16, yang

    mengakibatkan timbulnya lesi dikulit yang khas. 1-3,6,8

    Seorang anak yang menderita varicella akan dapat menularkan

    kepada yang lain yaitu 2 hari sebelum hingga 5 hari setelah timbulnya lesi di

    kulit. 1-3

    Pada herpes zoster, patogenesisnya belum seluruhnya diketahui.

    Selama terjadinya varicella, VZV berpindah tempat dari lesi kulit dan

    permukaan mukosa ke ujung syaraf sensoris dan ditransportasikan secara

    3Ramona Dumasari Lubis : Varicella Dan Herpes Zoster, 2008

    USU e-Repository 2009

  • 7/30/2019 08E00895

    4/13

    centripetal melalui serabut syaraf sensoris ke ganglion sensoris. Pada

    ganglion tersebut terjadi infeksi laten (dorman), dimana virus tersebut tidak

    lagi menular dan tidak bermultiplikasi, tetapi tetap mempunyai kemampuan

    untuk berubah menjadi infeksius apabila terjadi reaktivasi virus. Reaktivasi

    virus tersebut dapat diakibatkan oleh keadaan yang menurunkan imunitas

    seluler seperti pada penderita karsinoma, penderita yang mendapat

    pengobatan immunosuppressive termasuk kortikosteroid dan pada orang

    penerima organ transplantasi. Pada saat terjadi reaktivasi, virus akan kembali

    bermultiplikasi sehingga terjadi reaksi radang dan merusak ganglion sensoris.

    Kemudian virus akan menyebar ke sumsum tulang serta batang otak dan

    melalui syaraf sensoris akan sampai kekulit dan kemudian akan timbul gejala

    klinis. 4,5,7,8

    GAMBARAN KLINIS

    Varicella pada anak yang lebih besar (pubertas) dan orang dewasa

    biasanya didahului dengan gejala prodormal yaitu demam, malaise, nyeri

    kepala, mual dan anoreksia, yang terjadi 1 - 2 hari sebelum timbulnya lesi

    dikulit sedangkan pada anak kecil (usia lebih muda) yang imunokompeten,

    gejala prodormal jarang dijumpai hanya demam dan malaise ringan dan

    timbul bersamaan dengan munculnya lesi dikulit. 1,3

    Lesi pada varicella, diawali pada daerah wajah dan scalp, kemudian

    meluas ke dada (penyebaran secara centripetal) dan kemudian dapat meluas

    ke ekstremitas. Lesi juga dapat dijumpai pada mukosa mulut dan genital. Lesi

    pada varicella biasanya sangat gatal dan mempunyai gambaran yang khas

    yaitu terdapatnya semua stadium lesi secara bersamaan pada satu saat. 1,2,8

    Pada awalnya timbul makula kecil yang eritematosa pada daerah

    wajah dan dada, dan kemudian berubah dengan cepat dalam waktu 12 - 14

    jam menjadi papul dan kemudian berkembang menjadi vesikel yang

    mengandung cairan yang jernih dengan dasar eritematosa. Vesikel yang

    terbentuk dengan dasar yang eritematous mempunyai gambaran klasik yaitu

    letaknya superfisial dan mempunyai dinding yang tipis sehingga terlihat

    seperti kumpulan tetesan air diatas kulit (tear drop), berdiameter 2-3 mm,

    berbentuk elips, dengan aksis panjangnya sejajar dengan lipatan kulit atau

    4Ramona Dumasari Lubis : Varicella Dan Herpes Zoster, 2008

    USU e-Repository 2009

  • 7/30/2019 08E00895

    5/13

    tampak vesikel seperti titik- titik embun diatas daun bunga mawar (dew drop

    on a rose petal). Cairan vesikel cepat menjadi keruh disebabkan masuknya

    sel radang sehingga pada hari ke 2 akan berubah menjadi pustula. Lesi

    kemudian akan mengering yang diawali pada bagian tengah sehingga

    terbentuk umbilikasi (delle) dan akhirnya akan menjadi krusta dalam waktu

    yang bervariasi antara 2-12 hari, kemudian krusta ini akan lepas dalam waktu

    1 - 3 minggu. Pada fase penyembuhan varicella jarang terbentuk parut (scar),

    apabila tidak disertai dengan infeksi sekunder bakterial. 1-3, 8,9

    Varicella yang terjadi pada masa kehamilan, dapat menyebabkan

    terjadinya varicella intrauterine ataupun varicella neonatal. Varicella

    intrauterine, terjadi pada 20 minggu pertama kehamilan, yang dapat

    menimbulkan kelainan kongenital seperti ke dua lengan dan tungkai

    mengalami atropi, kelainan neurologik maupun ocular dan mental retardation.

    Sedangkan varicella neonatal terjadi apabila seorang ibu mendapat varicella

    (varicella maternal) kurang dari 5 hari sebelum atau 2 hari sesudah

    melahirkan. Bayi akan terpapar dengan viremia sekunder dari ibunya yang

    didapat dengan cara transplasental tetapi bayi tersebut belum mendapat

    perlindungan antibodi disebabkan tidak cukupnya waktu untuk terbentuknya

    antibodi pada tubuh si ibu yang disebut transplasental antibodi. Sebelum

    penggunaan varicella zoster immunoglobulin (VZIG), angka kematian

    varicella neonatal sekitar 30%, hal ini disebabkan terjadinya pneumonia yang

    berat dan hepatitis yang fulminan. Tetapi jika si ibu mendapat varicella dalam

    waktu 5 hari atau lebih sebelum melahirkan, maka si ibu mempunyai waktu

    yang cukup untuk membentuk dan mengedarkan antibodi yang terbentuk

    (transplasental antibodi) sehingga neonatus jarang menderita varicella yang

    berat. 8,9,10

    Herpes zoster pada anak-anak jarang didahului gejala prodormal.

    Gejala prodormal yang dapat dijumpai yaitu nyeri radikuler, parestesia,

    malese, nyeri kepala dan demam, biasanya terjadi 1-3 minggu sebelum timbul

    ruam dikulit. 4,5

    Lesi kulit yang khas dari herpes zoster yaitu lokalisasinya biasanya

    unilateral dan jarang melewatii garis tengah tubuh. Lokasi yang seringdijumpai yaitu pada dermatom T3 hingga L2 dan nervus ke V dan VII. 4,5,7

    5

    Ramona Dumasari Lubis : Varicella Dan Herpes Zoster, 2008

    USU e-Repository 2009

  • 7/30/2019 08E00895

    6/13

    Lesi awal berupa makula dan papula yang eritematous, kemudian

    dalam waktu 12 - 24 jam akan berkembang menjadi vesikel dan akan

    berlanjut menjadi pustula pada hari ke 3 - 4 dan akhirnya pada hari ke 7 - 10

    akan terbentuk krusta dan dapat sembuh tanpa parut, kecuali terjadi infeksi

    sekunder bakterial. Pada pasien imunokompromais dapat terjadi herpes

    zoster desiminata dan dapat mengenai alat visceral seperti paru, hati, otak

    dan disseminated intravascular coagulophaty (DIC) sehingga dapat berakibat

    fatal. Lesi pada kulitnya biasanya sembuh lebih lama dan dapat mengalami

    nekrosis, hemoragik dan dapat terbentuk parut. 4,5, 7,8,11

    KOMPLIKASI

    Varicella

    Pada anak yang imunokompeten, biasanya dijumpai varicella yang

    ringan sehingga jarang dijumpai komplikasi.

    Komplikasi yang dapat dijumpai pada varicella yaitu :

    1. Infeksi sekunder pada kulit yang disebabkan oleh bakteri

    Sering dijumpai infeksi pada kulit dan timbul pada anak-anak yang

    berkisar antara 5 - 10%. Lesi pada kulit tersebut menjadi tempat masuk

    organisme yang virulen dan apabila infeksi meluas dapat menimbulkan

    impetigo, furunkel, cellulitis, dan erysepelas.

    Organisme infeksius yang sering menjadi penyebabnya adalah

    streptococcus grup A dan staphylococcus aureus.

    2. Scar

    Timbulnya scar yang berhubungan dengan infeksi staphylococcus atau

    streptococcus yang berasal dari garukan.

    3. Pneumonia

    Dapat timbul pada anak - anak yang lebih tua dan pada orang dewasa,

    yang dapat menimbulkan keadaan fatal. Pada orang dewasa insiden

    varicella pneumonia sekitar 1 : 400 kasus.

    4. Neurologik

    Acute postinfeksius cerebellar ataxia

    Ataxia sering muncul tiba-tiba, selalu terjadi 2 - 3 minggu setelah

    timbulnya varicella. Keadaan ini dapat menetap selama 2 bulan.

    6Ramona Dumasari Lubis : Varicella Dan Herpes Zoster, 2008

    USU e-Repository 2009

  • 7/30/2019 08E00895

    7/13

    Manisfestasinya berupa tidak dapat mempertahankan posisi berdiri

    hingga tidak mampu untuk berdiri dan tidak adanya koordinasi dan

    dysarthria.

    Insiden berkisar 1 : 4000 kasus varicella.

    Encephalitis

    Gejala ini sering timbul selama terjadinya akut varicella yaitu

    beberapa hari setelah timbulnya ruam. Lethargy, drowsiness dan

    confusion adalah gejala yang sering dijumpai.

    Beberapa anak mengalami seizure dan perkembangan

    encephalitis yang cepat dapat menimbulkan koma yang dalam.

    Merupakan komplikasi yang serius dimana angka kematian

    berkisar 5 - 20 %.

    Insiden berkisar 1,7 / 100.000 penderita.

    5. Herpes zoster

    Komplikasi yang lambat dari varicella yaitu timbulnya herpes zoster,

    timbul beberapa bulan hingga tahun setelah terjadinya infeksi primer.

    Varicella zoster virus menetap pada ganglion sensoris.

    6. Reye syndrome

    Ditandai dengan fatty liver dengan encephalophaty.

    Keadaan ini berhubungan dengan penggunaan aspirin, tetapi setelah

    digunakan acetaminophen (antipiretik) secara luas, kasus reye sindrom

    mulai jarang ditemukan. 1-3,6,9,10

    Herpes zoster

    Komplikasi yang dapat dijumpai pada herpes zoster yaitu :

    1. Infeksi sekunder pada kulit yang disebabkan bakteri.

    2. Posherpetic neuralgia (PHN)

    Insidennya meningkat dengan bertambahnya umur dimana lebih

    kurang 50 % penderita PHN berusia lebih dari 60 tahun dan PHN

    biasanya jarang terjadi pada anak-anak.

    3. Pada daerah ophthalmic dapat terjadi keratitis, episcleritis, iritis,

    papillitis dan kerusakan syaraf.

    4. Herpes zoster yang desiminata yang dapat mengenai organ tubuhseperti otak, paru dan organ lain dan dapat berakibat fatal.

    7

    Ramona Dumasari Lubis : Varicella Dan Herpes Zoster, 2008

    USU e-Repository 2009

  • 7/30/2019 08E00895

    8/13

    5. Meningoencephalitis.

    6. Motor paresis.

    7.Terbentuk scar. 4,7,8,11

    PEMERIKSAAN LABORATORIUM

    Untuk pemeriksaan virus varicella zoster (VZV) dapat dilakukan beberapa

    test yaitu :

    1. Tzanck smear

    -

    -

    -

    Preparat diambil dari discraping dasar vesikel yang masih baru,

    kemudian diwarnai dengan pewarnaan yaitu hematoxylin-eosin,

    Giemsas, Wrights, toluidine blue ataupun Papanicolaous.

    Dengan menggunakan mikroskop cahaya akan dijumpai

    multinucleated giant cells.

    Pemeriksaan ini sensitifitasnya sekitar 84%.

    Test ini tidak dapat membedakan antara virus varicella zoster

    dengan herpes simpleks virus.

    2. Direct fluorescent assay (DFA)

    -

    -

    -

    Preparat diambil dari scraping dasar vesikel tetapi apabila sudah

    berbentuk krusta pemeriksaan dengan DFA kurang sensitif.

    Hasil pemeriksaan cepat.

    Membutuhkan mikroskop fluorescence.

    - Test ini dapat menemukan antigen virus varicella zoster.

    - Pemeriksaan ini dapat membedakan antara VZV dengan herpes

    simpleks virus.

    3. Polymerase chain reaction (PCR)

    - Pemeriksaan dengan metode ini sangat cepat dan sangat

    sensitif.

    - Dengan metode ini dapat digunakan berbagai jenis preparat

    seperti scraping dasar vesikel dan apabila sudah berbentuk

    krusta dapat juga digunakan sebagai preparat, dan CSF.

    - Sensitifitasnya berkisar 97 - 100%.

    - Test ini dapat menemukan nucleic acid dari virus varicella zoster.

    8Ramona Dumasari Lubis : Varicella Dan Herpes Zoster, 2008

    USU e-Repository 2009

  • 7/30/2019 08E00895

    9/13

    4. Biopsi kulit

    Hasil pemeriksaan histopatologis : tampak vesikel intraepidermal

    dengan degenerasi sel epidermal dan acantholysis. Pada dermis

    bagian atas dijumpai adanya lymphocytic infiltrate. 1,2, 4,6

    DIAGNOSIS BANDING

    Varicella

    1. Herpes simpleks diseminata.

    2. Herpes zoster diseminata.

    3. Impetigo. 1-3

    Herpes zoster

    1. Herpes simpleks virus.

    2. Dermatitis kontak.

    3. Poison ivy. 4,5

    PENATALAKSANAAN

    Varicella dan Herpes zoster

    Pada anak imunokompeten, biasanya tidak diperlukan pengobatan

    yang spesifik dan pengobatan yang diberikan bersifat simtomatis yaitu :

    -

    -

    -

    -

    Lesi masih berbentuk vesikel, dapat diberikan bedak agar tidak mudah

    pecah.

    Vesikel yang sudah pecah atau sudah terbentuk krusta, dapat

    diberikan salap antibiotik untuk mencegah terjadinya infeksi sekunder.

    Dapat diberikan antipiretik dan analgetik, tetapi tidak boleh golongan

    salisilat (aspirin) untuk menghindari terjadinya terjadi sindroma Reye.

    Kuku jari tangan harus dipotong untuk mencegah terjadinya infeksi

    sekunder akibat garukan. 1,4,6-8

    9Ramona Dumasari Lubis : Varicella Dan Herpes Zoster, 2008

    USU e-Repository 2009

  • 7/30/2019 08E00895

    10/13

    Obat antivirus

    -

    -

    -

    -

    Pemberian antivirus dapat mengurangi lama sakit, keparahan dan

    waktu penyembuhan akan lebih singkat.

    Pemberian antivirus sebaiknya dalam jangka waktu kurang dari 48 - 72

    jam setelah erupsi dikulit muncul.

    Golongan antivirus yang dapat diberikan yaitu asiklovir, valasiklovir dan

    famasiklovir.

    Dosis anti virus (oral) untuk pengobatan varicella dan herpes zoster :

    Neonatus : Asiklovir 500 mg / m2 IV setiap 8 jam selama 10 hari.

    Anak ( 2 -12 tahun) : Asiklovir 4 x 20 mg / kg BB / hari / oral

    selama 5 hari.

    Pubertas dan dewasa :

    Asiklovir 5 x 800 mg / hari / oral selama 7 hari.

    Valasiklovir 3 x 1 gr / hari / oral selama 7 hari.

    Famasiklovir 3 x 500 mg / hari / oral selama 7 hari. 1-3, 6,8,11

    PENCEGAHAN

    Pada anak imunokompeten yang telah menderita varicella tidak

    diperlukan tindakan pencegahan, tetapi tindakan pencegahan ditujukan pada

    kelompok yang beresiko tinggi untuk menderita varicella yang fatal seperti

    neonatus, pubertas ataupun orang dewasa, dengan tujuan mencegah

    ataupun mengurangi gejala varicella.

    Tindakan pencegahan yang dapat diberikan yaitu :

    1. Imunisasi pasif

    Menggunakan VZIG (Varicella zoster immunoglobulin).

    Pemberiannya dalam waktu 3 hari (kurang dari 96 jam) setelah

    terpajan VZV, pada anak-anak imunokompeten terbukti mencegah

    varicellla sedangkan pada anak imunokompromais pemberian VZIG

    dapat meringankan gejala varicella.

    VZIG dapat diberikan pada yaitu :

    - Anak - anak yang berusia < 15 tahun yang belum pernah

    menderita varicella atau herpes zoster.

    10Ramona Dumasari Lubis : Varicella Dan Herpes Zoster, 2008

    USU e-Repository 2009

  • 7/30/2019 08E00895

    11/13

    -

    -

    -

    -

    Usia pubertas > 15 tahun yang belum pernah menderita

    varicella atau herpes zoster dan tidak mempunyai antibodi

    terhadap VZV.

    Bayi yang baru lahir, dimana ibunya menderita varicella dalam

    kurun waktu 5 hari sebelum atau 48 jam setelah melahirkan.

    Bayi premature dan bayi usia 14 hari yang ibunya belum

    pernah menderita varicella atau herpes zoster.

    Anak - anak yang menderita leukaemia atau lymphoma yang

    belum pernah menderita varicella.

    Dosis : 125 U / 10 kg BB.

    - Dosis minimum : 125 U dan dosis maximal : 625 U.

    Pemberian secara IM tidak diberikan IV

    Perlindungan yang didapat bersifat sementara. 1,3,5

    2. Imunisasi aktif

    Vaksinasinya menggunakan vaksin varicella virus (Oka strain) dan

    kekebalan yang didapat dapat bertahan hingga 10 tahun.

    Digunakan di Amerika sejak tahun 1995.

    Daya proteksi melawan varicella berkisar antara 71 - 100%.

    Vaksin efektif jika diberikan pada umur 1 tahun dan

    direkomendasikan diberikan pada usia 12 18 bulan.

    Anak yang berusia 13 tahun yang tidak menderita varicella

    direkomendasikan diberikan dosis tunggal dan anak lebih tua

    diberikan dalam 2 dosis dengan jarak 4 - 8 minggu.

    Pemberian secara subcutan.

    Efek samping : Kadang - kadang dapat timbul demam ataupun reaksi

    lokal seperti ruam makulopapular atau vesikel, terjadi pada 3- 5%

    anak - anak dan timbul 10 - 21 hari setelah pemberian pada lokasi

    penyuntikan.

    Vaksin varicella : Varivax.

    Tidak boleh diberikan pada wanita hamil oleh karena dapat

    Menyebabkan terjadinya kongenital varicella. 6,8,10

    11Ramona Dumasari Lubis : Varicella Dan Herpes Zoster, 2008

    USU e-Repository 2009

  • 7/30/2019 08E00895

    12/13

    PROGNOSIS

    Varicella dan herpes zoster pada anak imunokompeten tanpa disertai

    komplikasi prognosis biasanya sangat baik sedangkan pada anak

    imunokompromais, angka morbiditas dan mortalitasnya signifikan.

    KESIMPULAN

    Infeksi VZV dapat menyebabkan dua jenis penyakit yaitu varicella dan

    herpes zoster. Varicella sering dijumpai pada anak-anak sedangkan herpes

    zoster lebih sering dijumpai pada usia yang lebih tua. Penanganan yang tepat

    dari ke dua penyakit diatas dapat mencegah timbulnya komplikasi yang berat

    pada anak-anak. Pemberian imunisasi pasif maupun aktif pada anak - anak,

    dapat mencegah dan mengurangi gejala penyakit yang timbul.

    12Ramona Dumasari Lubis : Varicella Dan Herpes Zoster, 2008

    USU e-Repository 2009

  • 7/30/2019 08E00895

    13/13

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Lichenstein R. Pediatrics, Chicken Pox or Varicella , October 21, 2002.

    www.emedicine. com.2. Harper J. Varicella (chicken pox). In : Textbook of Pediatric

    Dermatology, volume 1, Blackwell Science, 2000 : 336 - 39.

    3. Mehta P N. Varicella, July 1, 2003. www.emedicine. com.

    4. Mc Cary M L. Varicella zoster virus. American Academy of

    Dermatology, Inc. 1999.

    5. Driano A N. Zoster - pediatric, October 11, 2002. www.emedicine. com.

    6. Sugito T L. Infeksi Virus Varicella - Zoster pada bayi dan anak. Dalam :Boediardja S A editor. Infeksi Kulit Pada Bayi & Anak, Fakultas

    Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta, 2003 : 17 - 33.

    7. Hurwitz S. Herpes zoster. In : Clinical Pediatric Dermatology A

    Texbook of skin Disease of Childhood and Adolescence, 2 nd edition,

    Philadelphia ; W.B. Saunders Company, 1993 : 324 - 27.

    8. Frieden I J, Penney N S. Varicella - Zoster Infection. In : Schchner L A,

    Hansen R C editor. Pediatric Dermatology, second edition, vol 2,

    Churchill Livingstone, NewYork, 1995 : 1272 - 75.

    9. Oxman N M, Alani R. Varicella and herpes zoster. In : Fitzpatrick T B,

    Eisen A Z editor. Dermatology In General Medicine, 4

    McGraw - Hill, Inc, 1993 : 2543 - 67.

    th edition, vol 2,

    10. Odom R B. Varicella. In : Andrews Diseases of the skin. 9 t h edition,

    W.B. Saunders Company, 2000 : 482 - 85.

    11. Harper J. Herpes zoster. In : Textbook of Pediatric Dermatology,

    volume 1, Blackwell Science, 2000 : 339 - 40.

    13Ramona Dumasari Lubis : Varicella Dan Herpes Zoster, 2008

    USU e-Repository 2009

    http://www.emedicine/http://www.emedicine/http://www.emedicine/http://www.emedicine/