05_212injauan imunologi pneumonia pada pasien geriatri_2

Upload: arsy-mira-pertiwi

Post on 13-Oct-2015

11 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Imunologi Pneumonia Pada Pasien Geriatri

TRANSCRIPT

  • 5/24/2018 05_212injauan Imunologi Pneumonia Pada Pasien Geriatri_2

    1/5

    CDK-212/ vol. 41 no. 1, th. 201414

    TINJAUAN PUSTAKA

    PENDAHULUAN

    Pneumonia dapat menjadi salah satu masalah

    kesehatan utama pada geriatri. Proses

    penuaan sistem organ (di antaranya sistem

    respirasi, sistem imun, sistem pencernaan)

    dan faktor komorbid banyak berperan

    pada peningkatan frekuensi dan keparahan

    pneumonia pasien geriatri. Karakteristik

    dominan pneumonia pada pasien geriatri

    adalah presentasi klinisnya yang khas, yaitu

    jatuh dan bingung, sedangkan gejala klasik

    pneumonia sering tidak didapatkan.1-5

    Kelompok geriatri adalah semua orang yang

    berusia 60 tahun atau lebih (WHO)6; yang

    dimaksud dengan lanjut usia adalah seseorang

    yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas.7

    Pada populasi geriatri Amerika, pneumonia

    Alamat korespondensi email: [email protected]

    masuk dalam lima besar penyebab kematian

    terkait infeksi.8,9 Angka kejadian tahunan

    pneumonia pada pasien geriatri diperkirakan

    mencapai 2544 kasus per 1000 penduduk.1

    Di Semarang, pasien geriatri yang menjalani

    rawat inap karena pneumonia sebanyak

    16,6%.4

    Sejumlah faktor meningkatkan risiko infeksi

    pada pasien geriatri; interaksi antara faktor-

    faktor risiko berupa komorbiditas, imunitas

    yang melemah dan faktor usia sangat

    kompleks.10 Perubahan anatomi siologi

    akibat proses penuaan memberi konsekuensi

    penting terhadap cadangan fungsional paru,

    kemampuan untuk mengatasi penurunan

    komplians paru dan peningkatan resistensi

    saluran napas terhadap infeksi.1 Sekali

    mikroorganisme patogen berada di alveolus,

    akan dilepaskan mediator pro inamasi

    dan respons inamasi terpicu sehingga

    menimbulkan manifestasi klinis.3

    DEFINISI

    Pneumonia didenisikan sebagai suatu

    peradangan paru yang disebabkan oleh

    mikroorganisme (bakteri, jamur, parasit), tidak

    termasukMycobacterium tuberculosis.11

    EPIDEMIOLOGI

    Pada populasi geriatri Amerika, pneumonia

    masuk dalam lima besar penyebab kematian

    terkait infeksi3,8. Angka kejadian tahunan

    pneumonia pada pasien geriatri diperkirakan

    mencapai 25 44 kasus per 1000 penduduk1.

    Angka rawat inap pasien geriatri mencapai

    hampir lima kali lebih besar daripada pasien

    dewasa muda12. Studi retrospektif di

    Tinjauan Imunologi Pneumoniapada Pasien Geriatri

    Rizki Maulidya Putri*, Helmia Hasan***PPDS Ilmu Penyakit Dalam, **Staf Pengajar

    Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi,

    Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga RSUD Dr. Soetomo Surabaya, Indonesia

    ABSTRACT

    Pneumonia menjadi salah satu masalah kesehatan utama pada geriatri. Karakteristik pneumonia pada pasien geriatri adalah presentasi

    klinisnya yang khas. Perubahan status imunologi akibat proses penuaan memberi konsekuensi penting terhadap cadangan fungsional paru,

    kemampuan untuk mengatasi penurunan komplians paru dan peningkatan resistensi saluran napas terhadap infeksi. Saat timus mengalami

    involusi karena pengaruh usia, terjadi penurunan produksi sel T naif, perubahan fungsi sel T memori, pergeseran prol sitokin dari Th1 ke Th2.

    Pada imunitas humoral terjadi penurunan jumlah sel B dan reseptornya, penurunan formasi germinal center, disfungsi generasi dari limfosit B

    primer, gangguan produksi sel B memori, peningkatan autoantibodi. Manajemen penting pada pasien geriatri meliputi terapi antibiotik dan

    pertimbangan perawatan di ICU, serta pencegahan episode ulangan.

    Kata kunci:geriatri, imunologi, pneumonia

    ABSTRAK

    Pneumonia becomes one of the major health problems in the elderly. A characteristic of pneumonia in geriatric patients is its typical clinical

    presentation. Immunological status changes due to the aging process to give an important consequence of the pulmonary functional reserve,

    ability to cope with decreased lung compliance and increased airway resistance to infection. Thymus involution due to aging decreases nave

    T cells production, changes memory T cell function, shifts the cytokine prole from Th1 to Th2. In humoral immunity, there are decrease of B

    cells and its receptors, decrease of germinal center formation, dysfunctional generation of primary B lymphocytes, impaired memory B cell

    production, and increase of autoantibodies. Management includes antibiotic therapy and considerations for ICU treatment, and prevention of

    further infection.Rizki Maulidya Putri, Helmia Hasan. Immunologic Aspects of Pneumonia in Geriatrics.

    Key words:geriatric, immunology, pneumonia

  • 5/24/2018 05_212injauan Imunologi Pneumonia Pada Pasien Geriatri_2

    2/5

    15CDK-212/ vol. 41 no. 1, th. 2014

    TINJAUAN PUSTAKA

    RSUP Dr. Kariadi Semarang melaporkan

    bahwa 16,6% pasien geriatri dirawat dengan

    diagnosis pneumonia, masih di bawah angka

    kasus tuberkulosis pada geriatri.4

    PATOFISIOLOGI

    Pertambahan usia, ditambah dengan faktor

    lingkungan, menyebabkan perubahan

    anatomi siologi tubuh. Pada tingkat awal,

    mungkin merupakan homeostasis normal,

    kemudian berkelanjutan dan mengarah

    pada reaksi adaptasi yang merupakan proses

    homeostasis abnormal. Tahap paling akhir

    terjadi kematian sel. Salah satu sistem organ

    yang mengalami perubahan anatomi

    siologi adalah sistem pernapasan.4

    Pasien geriatri lebih mudah terinfeksi

    pneumonia karena adanya gangguan reeks

    muntah, melemahnya imunitas, gangguan

    respons pengaturan suhu dan berbagai

    derajat kelainan kardiopulmoner. Kelainan

    sistem saraf pusat dan reeks muntah juga

    turut berperan mengakibatkan pneumonia

    aspirasi. Selain itu, kelainan kardiopulmoner

    secara langsung mempengaruhi penurunan

    fungsi jantung dan paru.13

    Gangguan respons pengaturan suhu terkait

    proses penuaan meliputi gangguan respons

    simpatoneural - vasomotor yang terjadi

    bersama gangguan produksi panas tubuhdan gangguan persepsi suhu.14Selain itu suhu

    basal tubuh pada lanjut usia lebih rendah

    dibanding pada dewasa muda.15

    Sistem imunitas humoral tergantung pada

    keutuhan fungsi limfosit B. Pasien geriatri

    memiliki banyak gangguan sistemik yang

    dapat mengganggu fungsi limfosit B

    sehingga menurunkan produksi antibodi.

    Gangguan ini juga menjadi faktor predisposisi

    infeksi mikroorganisme patogen yang

    merupakan penyebab umum pneumonia

    bakterial.13 Sekali mikroorganisme patogen

    berada di alveolus, mediator proinamasi

    akan dilepaskan dan respons inamasi terpicu

    sehingga menimbulkan manifestasi klinis.3

    RESPONS IMUN PADA PNEUMONIA

    Respons imun terhadap infeksi bakteri

    Bakteri ekstraseluler dapat hidup dan

    berkembang biak di luar sel pejamu, misalnya

    pada sirkulasi, jaringan ikat, lumen saluran

    napas dan saluran cerna. Penyakit yang

    ditimbulkan oleh bakteri ekstraseluler dapat

    berupa inamasi yang menimbulkan destruksi

    jaringan di tempat infeksi dengan membentuk

    radang supuratif.17

    Komponen imunitas alami yang utama

    terhadap bakteri ekstraseluler adalah

    komplemen, fagosit dan respons inamasi.

    Bakteri yang mengekspresikan manosa

    pada permukaannya, dapat diikat lektin

    yang homolog dengan C1q, sehingga

    mengaktifkan komplemen melalui jalur lektin,

    meningkatkan opsonisasi dan fagositosis.

    Produk dari aktivasi komplemen berperan

    dalam mengerahkan dan mengaktifkan

    leukosit. Fagosit yang teraktivasi melepaskan

    sitokin yang menginduksi inltrasi leukosit

    ke tempat infeksi, menginduksi panas dan

    sintesis acute phase protein.17

    Antibodi merupakan komponen imunitas

    humoral utama terhadap bakteri ekstraseluler

    yang berfungsi untuk menyingkirkan mikroba

    dan menetralkan toksinnya melalui berbagai

    mekanisme. Sel T helper(Th) 2 memproduksi

    sitokin yang merangsang respons sel B,

    aktivasi makrofag dan inamasi.17

    Respons imun terhadap infeksi jamur

    Resistensi alamiah terhadap jamur patogen

    tergantung fagosit. Neutrol merupakan sel

    paling efektif, terutama terhadap kandida

    dan aspergilus. Jamur merangsang produksisitokin, seperti interleukin-1 (IL-1) dan tumor

    necrosing factor-(TNF-) yang meningkatkan

    ekspresi molekul adhesi di endotel setempat

    sehingga meningkatkan inltrasi neutrol

    ke tempat infeksi. Makrofag merupakan

    pertahanan pertama terhadap spora jamur

    yang terhirup dengan membentuk granuloma

    melalui aktivasi Th1. Natural killer cell (sel NK)

    diaktivasi oleh TNF dan interferon- (IFN-)

    untuk melepaskan granul yang mengandung

    sitolisin yang dapat membunuh jamur.17

    Sawar sik kulit dan membran mukosa,

    faktor kimiawi dalam serum dan sekresi

    kulit berperan dalam imunitas alami. Efektor

    utamanya adalah neutrol dan makrofag.

    Neutrol diduga melepas bahan fungisidal

    seperti reactive oxygen intermediate (ROI) dan

    enzim lisosom.17

    PERUBAHAN SISTEM IMUN DALAM

    MEKANISME PERTAHANAN PARU PADA

    GERIATRI

    Studi pada subjek manusia sehat

    menyimpulkan bahwa penambahan

    usia membawa perubahan penting pada

    respons imun alami dan adaptif, disebut

    immunosenescence. Konsekuensi klinis

    immunosenescence meliputi peningkatan

    kerentanan terhadap infeksi, keganasan

    dan penyakit autoimun, penurunan

    respons vaksinasi serta gangguan proses

    penyembuhan luka pada pasien geriatric.18

    Immunosenescence karena deregulasi

    imunitas adalah proses yang sangat kompleks

    dan perlu dipahami dengan baik. Proses

    penuaan normal ditentukan secara genetik,

    namun faktor eksternal dapat mempengaruhi

    immunosenescence. Sistem imunitas tubuh

    pada dewasa tua adalah hasil proses renovasi

    berkelanjutan. Stres oksidatif diyakini menjadi

    faktor utama percepatan penuaan melalui

    peningkatan kecepatan pemendekan telomer

    karena kerusakan DNA. Kerusakan tersebut

    berupa kegagalan aktivitas enzim telomerase

    untuk menambahkan urutan telomer ulangan

    sampai akhir kromosom.19

    Dampak proses penuaan terhadap

    imunitas alami

    Perubahan imunitas sistemik yang berkaitan

    dengan usia lanjut dapat diamati dari

    perubahan-perubahan pada imunitas alami

    dan imunitas adaptif. Imunitas alami adalah

    elemen kunci respons imun terdiri daribeberapa komponen seluler seperti makrofag,

    sel NK dan neutrol yang menjadi pertahanan

    lini pertama terhadap invasi mikroba patogen.

    Fungsi sel-sel tersebut menurun sejalan

    usia. Walaupun produksinya meningkat

    pada pasien geriatri, kemampuan makrofag

    mensekresi TNF yang merupakan sitokin pro-

    inamasi utama telah berkurang.19

    Studi pada manusia sehat telah menunjukkan

    penurunan fungsi ekspresi toll-like receptors

    (TLRs) yang terkait usia, mengakibatkan

    penurunan produksi sitokin pro-inamasi

    dan kemokin serta deregulasi sistem imunitas

    adaptif. Modulasi sistem imunitas alami, baik

    dengan ligan TLRs atau produk aktivasi TLRs,

    dapat meningkatkan ketahanan terhadap

    penyakit, meningkatkan respons imun dan

    meningkatkan efektivitas vaksinasi pada

    orang tua.19,20

    Proses penuaan meredam sel stroma

    sumsum tulang untuk menyekresi (IL-7).

    Interleukin-7 merupakan sitokin penting

  • 5/24/2018 05_212injauan Imunologi Pneumonia Pada Pasien Geriatri_2

    3/5

    CDK-212/ vol. 41 no. 1, th. 201416

    TINJAUAN PUSTAKA

    ketebalan lapisan lipid berupa berkurangnya

    cairan plasma membran sel T dibanding pada

    dewasa muda, mengakibatkan aktivasi sel T

    terhambat.21

    Dewasa tua mengalami penurunan kadar

    tirosin kinase yang penting untuk stimulasi

    sel T. Untuk membangun respons imun

    yang adekuat, T cell receptor (TCR) harus

    dijaga keberadaannya secara terus-menerus

    pada populasi klon sel T yang beragam.

    Keragaman TCR masih terjaga baik hingga

    usia 60-65 tahun, meskipun telah terjadi

    penurunan output timus; keragaman ini

    sangat berkurang pada usia 75-80 tahun,

    mengakibatkan rendahnya respons imun

    dalam menghadapi infeksi dan vaksinasi.

    Penurunan keragaman TCR naif berkaitan

    dengan menurunnya kemampuan orang tua

    untuk merespons antigen baru.19

    Selain itu, pada pasien geriatri sekitar 10%

    sel T mengekspresikan penanda penuaan

    CD57, yaitu penanda terjadinya pemendekan

    telomere pada setiap replikasi DNA (replication

    senescence marker).19,22

    Perubahan imunitas humoral pada

    pasien geriatri

    Sel induk hematopoetik menghasilkan

    semua komponen seluler sistem kekebalan

    tubuh, yaitu limfoid dan mieloid. Penurunankompartemen hematopoietik sumsum tulang

    sejalan usia tidak mempengaruhi jumlah dan

    kapasitas proliferasi sel induk hematopoesis.

    Melalui proses maturasi normal, terjadi

    pengelompokan tahap sel menjadi pro-B dan

    pra-B. Pengelompokan ini dipengaruhi oleh

    penurunan respons dalam pengembangan

    sel B ke IL-7, penurunan rekombinasi V-DJ atau

    rekombinasi somatik gen imunoglobulin (Ig),

    penurunan ekspresi rantai ringan pengganti

    5 dan penurunan aktivitas faktor transkripsi

    E12 dan E47 yang menghasilkan perubahan

    ekspresi rantai Ig berat.19

    Kemampuan sel-sel sumsum tulang stroma

    individu dewasa tua untuk mendukung

    ekspansi sel B berkurang karena penurunan

    produksi IL-7. Jumlah sel B perifer juga

    berubah sesuai pertambahan usia, namun

    masih diperdebatkan; beberapa melaporkan

    adanya peningkatan signikan sel B perifer,

    yang lain menemukan penurunan dramatis

    sel CD27+. Diseksi subset sel B baru-baru ini

    mengungkapkan terjadi sedikit peningkatan

    dalam mengembangkan limfosit. Interaksi

    antara TLRs dan patogen menstimulasi sekresi

    berbagai peptida antibakteri dan memicu

    respons inamasi melalui sekresi sitokin dan

    kemokin. Ligan TLRs juga dapat meningkatkan

    produksi IL-2. Akibat proses penuaan tersebut,

    ekasi kemotaksis dan kegiatan fagositik

    neutrol menurun, mengurangi kemampuan

    makrofag dan neutrol untuk menghilangkan

    mikroba dan menghancurkan sel-sel

    kanker.19,20

    Proliferasi sel NK terutama terjadi di sumsum

    tulang dari sel-sel progenitor yang sama

    dengan limfosit T; kemampuan fungsional

    penuh sel NK diperoleh setelah menjalani

    proses pematangan serial sebelum dilepaskan

    ke dalam sirkulasi. Kelangsungan hidup sel NK

    dewasa bergantung pada sitokin, yaitu IL-15

    melalui faktor anti-apoptosis Bcl-2. Sel NK juga

    berperan dalam interaksi antara respons imun

    alami dan adaptif.19,20Tingkat produksi sel NK

    turun menjadi setengahnya pada orang tua

    karena gangguan respons IL-2. Pengurangan

    fungsi dan dinamika sel NK yang dimediasi

    aktivitas sitotoksik secara klinis relevan bila

    dikaitkan dengan peningkatan risiko infeksi

    dan kematian pasien geriatri.19,20

    Perlindungan sawar sik kulit-mukosa

    terhadap mikroba yang tidak efektif,

    termasuk kerusakan sistem imunitas lokal dirongga mulut dan gusi, sistem kemih serta

    gastrointestinal pada pasien geriatri adalah

    tanda melemahnya imunitas alami.19

    Penurunan imunitas diperantarai-sel

    terkait usia

    Produksi dan pemeliharaan beragam sel T

    perifer sangat penting untuk fungsi normal

    sistem kekebalan tubuh. Pada orang tua,

    terjadi penurunan integritas keragaman

    dan fungsional dari kedua subset sel T, yaitu

    CD4+ dan CD8+, yang berkontribusi dalam

    penurunan kemampuan merespons reinfeksi

    secara adekuat. Perubahan CMI terkait usia

    sangat tergantung pada fungsi timus.19 Saat

    penuaan, timus mengalami involusi progresif

    sehingga output sel-sel baru berkurang

    signikan sejak usia 40 tahun. Perubahan

    morfologi dan fungsional berupa perluasan

    ruang perivaskular (adiposit, limfosit perifer,

    stroma) menyebabkan pergeseran rasio

    ruang epitel timus yang sesungguhnya

    dengan ruang perivaskular; ruang epitel

    timus menyusut hingga

  • 5/24/2018 05_212injauan Imunologi Pneumonia Pada Pasien Geriatri_2

    4/5

    17CDK-212/ vol. 41 no. 1, th. 2014

    TINJAUAN PUSTAKA

    kecenderungan dapat bertahan rendah. Pada

    pasien sangat tua dengan pneumonia tanpa

    komorbiditas signikan, ICU dapat menjadi

    pilihan, tetapi hanya setelah pertimbangan

    hati-hati dari semua aspek, khususnya hak

    autonomi pasien.1

    Gangguan fungsi hati dan ginjal

    Pasien geriatri mempunyai beberapa

    gangguan fungsi organ akibat proses penuaan

    dan berbagai komorbiditas. Dokter wajib

    memperhatikan dosis obat yang diberikan

    dan interaksinya dengan obat lain.23

    Pencegahan episode pneumonia

    berulang

    Pencegahan kekambuhan dapat dilakukan

    dengan mencegah aspirasi; dengan

    memposisikan kepala pada sudut 45 derajat

    ketika makan dan menerima makanan bubur.

    Vaksinasi inuenza dan pneumokokus terbukti

    bermanfaat mencegah pneumonia pada

    geriatri. Selain itu, pasien dianjurkan untuk

    berhenti merokok.23

    RINGKASAN

    Pneumonia merupakan salah satu masalah

    kesehatan utama pada geriatri. Karakteristik

    dominan pneumonia pada pasien geriatri

    adalah presentasi klinisnya yang khas. Pada

    pasien geriatri terjadi banyak perubahan

    akibat proses penuaan dan faktor komorbid.Perubahan tersebut terdiri dari perubahan

    anatomi, siologi dan imunologi. Imunitas

    alami adalah elemen kunci respons imun

    terdiri dari beberapa komponen seluler yang

    menjadi pertahanan lini pertama terhadap

    invasi mikroba patogen. Fungsi sel-sel tersebut

    menurun sejalan usia. Kemampuan makrofag

    dan neutrol untuk menghilangkan mikroba

    berkurang, tidak dapat menghancurkan sel-

    sel kanker; penurunan fungsi dan dinamika

    sel NK dapat dikaitkan dengan peningkatan

    risiko infeksi dan kematian pasien geriatri.

    Manajemen penting pasien geriatri meliputi

    terapi antibiotik dan perawatan di ICU,

    waspadai penggunaan polifarmasi terhadap

    gangguan sistem organ dan pencegahan

    episode ulangan.

    sel memori CD27+, ditambah peningkatan

    signikan sel memori tanpa energi pada

    down-regulation CD27 (CD27-) yang mengisi

    ruang imunologi B pada orang tua. Reservoir

    sel B naif mungkin menjadi salah satu faktor

    yang berperan dalam menjaga pertahanan

    melawan infeksi baru. Hilangnya sel B naif

    merupakan ciri immunosenescence.19

    Kualitas respons imun humoral menurun

    sesuai usia. Perubahan ini ditandai dengan

    respons antibodi yang lebih rendah dan

    penurunan produksi antibodi beranitas

    tinggi. Penurunan proliferasi sel B karena usia

    menurunkan aktivasi sel B dan membuat

    defek pada anitas reseptor dan sinyal

    permukaan sel B. Sel Th CD4+ membantu

    secara tidak adekuat di pusat-pusat germinal

    dan menghasilkan antibodi beranitas rendah

    akibat penurunan pelepasan IL-2 dan IL-4.19

    Sel B progenitor mengalami maturasi dan

    diferensiasi dalam jaringan limfoid sekunder,

    seperti limpa dan kelenjar getah bening.

    Organ ini menyediakan struktur yang

    sangat terorganisir untuk sel T dan sel B

    dalam berinteraksi dengan satu sama lain

    dan dengan antigen presenting cell (APC),

    sel dendritik serta makrofag. Pengurangan

    korteks limfosit seluler dan pusat germinal

    karena pengaruh usia serta peningkatan

    jaringan adiposa menurunkan kemampuanmenyediakan lingkungan yang tepat untuk

    kelangsungan respons imun.19

    Didapatkan peningkatan frekuensi sel B,

    peningkatan CD4+ memori, peningkatan

    ekspresi penanda penuaan p16INK4a pada sel

    B dan CD8+, disertai penurunan jumlah sel T,

    CD4+naif, CD8+, dan IgM yang memproduksi

    sel B dalam kelenjar getah bening pasien

    geriatri. Penempatan sel B imatur ke organ

    limfoid sekunder telah terbukti menurunkan

    kelangsungan hidup sel B, sehingga

    mengurangi kemungkinan antigen akan

    dikenali oleh sel B spesik antigen dan

    mungkin juga mengurangi timbunan sel B

    naif. Hal ini menyebabkan hilangnya sel B naif

    dan peningkatan sel memori pada dewasa

    tua sehingga meredam kemampuan untuk

    merespons antigen baru.19

    Proses penuaan diduga berperan pada

    pergeseran prol sitokin dari Th1 ke Th2

    sebagai respons terhadap rangsangan

    kekebalan tubuh. Kelebihan produksi

    sitokin Th2 dapat meningkatkan gangguan

    autoimun yang dimediasi sel B dengan

    meningkatkan produksi antibodi autoreaktif.

    Sel B naif folikuler yang menurun karena usia

    dapat diaktifkan kembali berkaitan dengan

    berkurangnya toleransi imun atau hilangnya

    integritas jaringan yang mengarah pada

    penyimpangan respons autoimun.19

    Dengan penurunan imunitas humoral,

    produksi antibodi beranitas tinggi menjadi

    rendah sehingga melemahkan respons

    antibodi pasien geriatri.19

    PENATALAKSANAAN PASIEN GERIATRI

    DENGAN PNEUMONIA

    Terapi antibiotik dan perawatan di ICU

    Peranan antibiotik pada kasus end-of-life

    pneumonia untuk memperbesar peluang

    hidup masih belum jelas. Dalam sebuah

    penelitian observasional, kematian terkait

    pneumonia meningkat jika tanpa terapi

    antibiotik. Namun, penelitian ini juga

    menunjukkan bahwa penyakit ringan dengan

    prognosis lebih baik cenderung meresponsterapi antibiotik lebih baik dibandingkan

    dengan penyakit yang lebih parah.24Studi lain

    menunjukkan peningkatan ketahanan hidup

    pasien Alzheimer yang diberi tambahan terapi

    antibiotik dibandingkan perawatan paliatif

    saja.25Angka ketahanan hidup pasien geriatri

    dengan end-of-life pneumonia tidak dapat

    diperpanjang hanya dengan terapi antibiotik

    saja.1

    Namun usia saja tidak boleh digunakan

    sebagai kriteria untuk pertimbangan

    perawatan di ICU (intensive care unit), pasien

    pneumonia dan penyakit terminal tentu tidak

    serta merta dirawat di ICU. Demikian pula,

    secara umum, pasien dengan komorbiditas

    signikan tidak harus dirawat di ICU bila

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Janssens JP, Krause KH. Pneumonia in the very old. Lancet Infect Dis 2004; 4(2): 112-24.

    2. Pink K, Hope-Gill B. Nonobstructive lung disease and thoracic tumors. In: Fillit HM, Rockwood K, Woodhouse K. Brocklehursts Textbook of Geriatric Medicine and Gerontology, 7thed.

    Saunders Elsevier, 2010; 50: 376-84.

    3. Marrie TJ. Pneumonia. In: Halter JB, Ouslander JG, Tinetti ME, Studenski S, High KP, Asthana S. Hazzards Geriatric Medicine and Gerontology, 6thed. McGraw Hill, 2009; 126: 1531-45.

  • 5/24/2018 05_212injauan Imunologi Pneumonia Pada Pasien Geriatri_2

    5/5

    CDK-212/ vol. 41 no. 1, th. 201418

    TINJAUAN PUSTAKA

    4. Rahmatullah P. Penyakit paru pada usia lanjut. Dalam: Martono H, Pranarka K. Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut), edisi 4. Balai Penerbit FK UI, 2009; 466-73.

    5. Riquelme R, Torres A, El-Ebiary M, Mensa J, Estruch R, Ruiz M, Angrill J, Soler N. Community-acquired pneumonia in the elderly, clinical and nutritional aspects. Am J Respir Crit Care Med

    1997: 156: 1908-1914.

    6. Peji T, orevi I, Stankovi I, Borovac DN, Petkovi TR. Prognostic mortality factors of community-acquired pneumonia in the elderly. Acta Facultatis Medicae Naissensis 2011: 28(2):

    71-76.

    7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Usia Lanjut.

    8. Hoyert DL, Kung HC, Smith BL. Deaths preliminary data for 2003. Natl Vital Stat. Rep 2005; 53(15): 1-48.

    9. Loeb M. Pneumonia in older persons. Clinical Infectious Diseases 2003; 37: 1335-39.

    10. High KP. Infection in elderly. In: Halter JB, Ouslander JG, Tinetti ME, Studenski S, High KP, Asthana S. Hazzards Geriatric Medicine and Gerontology, 6thed. McGraw Hill, 2009; 124: 1507-15.

    11. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pneumonia komuniti, pedoman dan penatalaksanaan di Indonesia.. Balai Penerbit FK UI, 2003.

    12. Kaplan V, Angus DC, Griffi n MF, Clermont G, Scott Watson R, Linde-Zwirble WT. Hospitalized community-acquired pneumonia in the elderly: age- and sex-related patterns of care and

    outcome in the United States. Am. J. Respir. Crit Care Med 2002; 165(6): 766-772.

    13. Cunha BA. Pneumonia in the elderly. Clin Microbiol Infect 2001; 7: 581-88.

    14. Frank SM, Raja SN, Bulcao C, Goldstein DS. Age-related thermoregulatory differences during core cooling in humans. Am J Physiol Regul Integr Comp Physiol 2000; 279: R349-R354.

    15. Rosen S, Koretz B, Reuben DB. Presentation of disease in old age. In: Brocklehursts Textbook of Geriatric Medicine and Gerontology, 7thed. Saunders Elsevier, 2010; 34: 205-210.

    16. Sharma G, Goodwin J. Effect of aging on respiratory system physiology and immunology. Clinical Interventions in Aging 2006; I(3): 253-260.

    17. Baratawidjaja KG, Rengganis I. Imunologi infeksi. Dalam: Baratawidjaja KG, Rengganis I. Imunologi Dasar, ed 9. Balai Penerbit FK UI, 2010; 15: 399-449.

    18. Busse PJ. Age-related changes in immune function: Effect on airway inammation. J Allergy Clin Immunol 2010; 691-99.

    19. Ongradi J, Kovesdi V. Factors that may impact on immunosenescence: appraisal. Immunity and Ageing 2010; 7: 7.

    20. Meyer KC. Aging. Proc Am Thorac Soc 2005; 2: 433-39.

    21. Fulop T, Le Page A, Garneau H, Azimi N, Baehl S, Dupuis G, Pawelec G, Larbi A. Aging, immunosenescence and membrane rafts: the lipid connection. Longevity & Healthspan, 2012; 1: 6.

    22. Lee M, Shin MS, Kang I. T-cell biology in aging, with a focus on lung disease. J Gerontol A Bio Sci Med Sci, 2012; 67A(3): 254-263.

    23. Marrie TJ. Community-acquired pneumonia in the elderly. Clinical Infectious Disease 2000; 31: 1066-78.

    24. Van der Steen JT, Ooms ME, van der Wal G, Ribbe MW. Pneumonia: the demented patients best friend? Discomfort after starting or withholding antibiotic treatment. J Am Geriatr Soc

    2002; 50: 1681-88.

    25. Morrison RS, Siu AL. Survival in end-stage dementia following acute illness. JAMA 2000; 284: 47-52.

    26. Kaplan V, Angus DC, Griffi n MF, Clermont G, Scott Watson R, Linde-Zwirble WT. Hospitalized community-acquired pneumonia in the elderly: ageand sex-related patterns of care and

    outcome in the United States. Am J Respir Crit Care Med 2002; 165: 76672.

    27. Chelluri L, Grenvik A, Silverman M. Intensive care for critically ill elderly: mortality, costs, and quality of life. Review of the literature. Arch Intern Med 1995; 155: 101322.