04 mazhab mazhab koperasi01

12
Konsep dan Mazhab Koperasi Pendahuluan Sebagai akibat dari kenyataan bahwa koperasi berada di mana-mana, di berbagai negara-negara dengan berbagai macam sistim politik serta dengan berbagai filosofi dasar bernegaranya, koperasi kemudian juga terpengaruh dalam menentukan arah tujuan perjuangannya. Koperasi tidak lagi sekedar menjadi alat untuk meningkatkan kemakmuran ekonomi melalui kerjasama, bagi kaum buruh, petani, pengrajin ataupun para individu dan pelaku ekonomi lemah lainnya. Koperasi kemudian berkembang menjadi suatu lembaga dengan dasar konsep yang berbeda untuk masing-masing koperasi. Pertanyaan yang timbul kemudian adalah: “Kalau koperasi ada di mana-mana, apakah koperasi di negara- negara itu benar-benar koperasi sejati? Apakah benar-benar koperasi yang asli? Jawabnya adalah: Ya benar! Koperasi-koperasi tersebut adalah benar! Artinya koperasi-koperasi tersebut mengakui dan menganut prinsip- prinsip atau azas-azas koperasi, sesuai rumusan dari The International Cooperative Alliance (ICA). Koperasi diberbagai negara anggota ICA seperti: Amerika Serikat, Uni Soviet, RRC, Indonesia, Irak, Israel dan sebagainya, diakui sah oleh ICA karena koperasi koperasi di sana menjalankan empat azas pokok koperasi. Keempat azas koperasi yang wajib menurut ICA adalah: 1. Keanggotaan sukarela 2. Satu anggota satu suara 3. Bunga atas modal terbatas 4. Pembagian SHU sesuai dengan partisipasi transaksi anggota dengan koperasinya. Setiap koperasi yang memenuhi keempat azas tersebut di atas adalah koperasi yang benar. Untuk membedakan berbagai aliran yang diikuti oleh para koperasiwan, di bawah ini diuraikan beberapa aliran yang ada pada koperasi di berbagai belahan dunia ini. Ada dua orang yang mengemukakan teorinya dalam mengelompokkan koperasi, mereka itu adalah: 1

Upload: luqmansudradjat

Post on 28-Dec-2015

253 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

mahzab

TRANSCRIPT

Page 1: 04 Mazhab Mazhab Koperasi01

Konsep dan Mazhab Koperasi

Pendahuluan

Sebagai akibat dari kenyataan bahwa koperasi berada di mana-mana, di berbagai negara-negara dengan berbagai macam sistim politik serta dengan berbagai filosofi dasar bernegaranya, koperasi kemudian juga terpengaruh dalam menentukan arah tujuan perjuangannya. Koperasi tidak lagi sekedar menjadi alat untuk meningkatkan kemakmuran ekonomi melalui kerjasama, bagi kaum buruh, petani, pengrajin ataupun para individu dan pelaku ekonomi lemah lainnya. Koperasi kemudian berkembang menjadi suatu lembaga dengan dasar konsep yang berbeda untuk masing-masing koperasi. Pertanyaan yang timbul kemudian adalah:

“Kalau koperasi ada di mana-mana, apakah koperasi di negara-negara itu benar-benar koperasi sejati? Apakah benar-benar koperasi yang asli?

Jawabnya adalah:

Ya benar! Koperasi-koperasi tersebut adalah benar! Artinya koperasi-koperasi tersebut mengakui dan menganut prinsip-prinsip atau azas-azas koperasi, sesuai rumusan dari The International Cooperative Alliance (ICA).

Koperasi diberbagai negara anggota ICA seperti: Amerika Serikat, Uni Soviet, RRC, Indonesia, Irak, Israel dan sebagainya, diakui sah oleh ICA karena koperasi koperasi di sana menjalankan empat azas pokok koperasi. Keempat azas koperasi yang wajib menurut ICA adalah:

1. Keanggotaan sukarela2. Satu anggota satu suara3. Bunga atas modal terbatas4. Pembagian SHU sesuai dengan partisipasi transaksi anggota dengan

koperasinya.

Setiap koperasi yang memenuhi keempat azas tersebut di atas adalah koperasi yang benar. Untuk membedakan berbagai aliran yang diikuti oleh para koperasiwan, di bawah ini diuraikan beberapa aliran yang ada pada koperasi di berbagai belahan dunia ini.

Ada dua orang yang mengemukakan teorinya dalam mengelompokkan koperasi, mereka itu adalah:

1 Hans H. Munkner dari University of Marburg, Jerman, yang mengelompokkan koperasi ke dalam dua konsep dan

2 Paul Herbert Casselman dari Ottawa University, Kanada yang mengelompokkan koperasi ke dalam empat mazhab.

Di bawah ini ringkasan dari pernyataan pengelompokkan mereka.

1

Page 2: 04 Mazhab Mazhab Koperasi01

Hans H. Münkner

Hans H. Munkner membedakan atau lebih tepatnya memperlawankan dua konsep koperasi, yaitu:

- Konsep Koperasi Barat dan- Konsep Koperasi Sosialis

Konsep Koperasi Barat

Menurut Munkner, Konsep Koperasi Barat adalah:

Perkumpulan Koperasi yang merupakan organisasi swasta, yang dibentuk secara sukarela oleh perorangan, untuk kepentingan diri sendiri serta keuntungan timbal balik masing-masing pribadi sendiri.

Kepentingan perorangan (yang dapat juga merupakan kepentingan keluarga ataupun kelompok kerabat) merupakan daya dorong dan alasan utama (sekelompok) orang membentuk atau masuk koperasi.

Dengan pengertian ini, jika dinyatakan secara negatif, koperasi dapat dikatakan sebagai: Organisasi bagi egoisme kelompok

Sebenarnyalah memang tak dapat disangkal lagi bahwa dalam koperasi ada unsur sikap egoistis. Namun, unsur egoistis ini telah diimbangi dengan berbagai cara, antara lain kerja sama dan berbagai kondisi lain yang terdapat dalam prinsip-prinsip koperasi.

Satu catatan penting lain adalah bahwa menurut konsep barat, koperasi masuk sektor swasta atau setidaknya tidak masuk dalam sektor negara.

Secara singkat, Munkner mendefinisikan koperasi Barat, sebagai:

organisasi (ekonomi) para para individualis yang pada hakekatnya egoistis.

Pandangan serupa dikemukakan oleh Frans C. Helm, dalam bukunya The Economics of Cooperative Enterprise, University of London Press, London, 1968, hal 4., sebagai berikut:

The member usually see in their society one type of economic organization, among others, best suited to their particular situation and needs in a competitive economics system. Rather pointedly it could be said that this type of cooperation is the legal practical means by which group of self-selected, selfish capitalist seek to improve their individual economic position in a competitive society.

Konsep Koperasi Sosialis

2

Page 3: 04 Mazhab Mazhab Koperasi01

Menurut Munkner, dalam konsep koperasi sosialis, koperasi:

merupakan organisasi yang secara dominan direncanakan dan dikendalikan oleh pemerintah, bertujuan merasionalkan produksi dan menunjang pelaksanaan perencanaan nasional.

Sebagai alat pelaksanaan dari perencanaan, yang ditetapkan secara sentral bagi kepentingan negara sebagai keseluruhan, koperasi merupakan bagian dari suatu tata-administrasi yang menyeluruh dan berfungsi sebagai badan yang turut menentukan, sekaligus juga badan pengawasan dan pendidikan.

Peran penting lain bagi koperasi dalam konsep koperasi sosialis adalah sebagai wahana untuk mewujudkan kepemilikkan kolektif dari sarana produksi serta untuk mencapai tujuan sosial politik umum yang ada di atasnya, yang mendapat prioritas lebih tinggi daripada tujuan perorangan masing-masing anggota. Secara singkat, menurut konsep koperasi sosialis, koperasi tidaklah berdiri sendiri, tetapi merupakan sub-sistem dari sistim sosialisme (Leninisme-Marxisme), untuk mencapai tujuan-tujuan sistim sosialisme-komunisme.

Koperasi di Negara Berkembang

Hans H. Munkner membedakan konsep antara koperasi Barat dengan koperasi Sosialis, dan ia memang ia tidak menganggap perlu adanya konsep tersendiri untuk koperasi di negara berkembang.

Tentang koperasi di negara berkembang Munkner menyatakan:

Di satu pihak negara-negara berkembang yang mengikuti konsep koperasi sosialis dengan melancarkan koperasi-koperasi direncanakan dan dikendalikan pemerintah dengan tujuan:

- merubah pola pemilikan, - modernisasi dan - meningkatkan produksi

melalui usaha tani gabungan dan kolektif berskala besar, umumnya koperasi kurang berhasil, antara lain karena:

- berkembangnya tata-susunan administrasi dan birokrasi yang berat - biaya administrasi umum (over-head cost) yang tidak kalah beratnya, - keengganan petani untuk beralih menjadi buruh tani pada tanah-tanah

kolektif serta - tidak adanya perangsang untuk berprestasi lebih dari yang diwajibkan dan

yang diharuskan secara minimum, misalnya perkembangan akhir-akhir ini di daerah pedesaan di Tanzania

Di pihak lain, Munkner menyatakan bahwa:

“Dari pengalaman masa lalu dapat disimpulkan bahwa di negara-negara berkembang hanya koperasi yang dianut dan dijalankan sebagai organisasi swadaya murni sajalah yang lebih mungkin bisa berhasil”.

Jadi nampaknya, bagi Munkner cukup ada dua konsep koperasi, yaitu konsep koperasi Barat dan konsep koperasi Sosialis. Sedangkan koperasi di negara

3

Page 4: 04 Mazhab Mazhab Koperasi01

berkembang dibedakan antara koperasi yang menganut konsep Barat dengan koperasi yang menganut konsep Sosialis.

Paul Herbert Casselman

Berbeda dengan Munkner yang mengajukan dua konsep koperasi, Paul Herbert Casselman, guru besar ekonomi pada universitas Ottawa, Kanada, dalam bukunya: The Cooperative Movement and Some of Its Problem, Philosophical Library, NY, 1952, mengelompokkan koperasi menurut aliran atau mazhabnya. Casselman mengajukan empat mazhab koperasi, yaitu:

1. Mazhab Koperasi Sosialis (The Socialist School of Cooperatine)2. Mazhab Persemakmuran Koperasi (The Cooperative Commonwealth School)3. Mazhab Tolok Ukur Kompetitif (The Competitive Yardstick School)4. Kelompok-kelompok khusus atau Mazhab Koperasi lainnya.

Dari kelompok koperasi lain yang terakhir ini, terdapat mazhab koperasi Perancis yang menarik untuk dibahas, yaitu mazhab koperasi Nimes.

Pengelompokkan koperasi menjadi empat mazhab ini, mewakili pengelompokkan koperasi dari masa sebelum Perang Dunia II, sehingga dapat disebut sebagai empat mazhab klasik koperasi. Meskipun kemudian disusul oleh aliran atau mazhab baru, namun pengelompokkan ke dalam keempat mazhab tadi cukup mapan.

Mazhab Koperasi Sosialis

(The Socialist School of Cooperatives)

Faham ini mendasarkan diri atas teori Marxist-Leninis. Menurut Lenin, gerakan koperasi dapat menjadi alat peralihan penting dari sistim kapitalisme ke sistim sosialisme (Sosialisme kiri) dan akhirnya ke sistim komunis. Karena itu, menurut faham ini, koperasi yang diartikan sebagai organisasi ekonomi dan sosial kaum pekerja, tidak hanya memberi pelayanan bagi para anggotanya, tetapi juga untuk memajukan masyarakat. “Gerakan koperasi mengembangkan, mengamankan dan merealisasikan kepentingan dan aspirasi kaum pekerja”. Dengan demikian, faham aliran ini yakin bahwa gerakan koperasi dapat berfungsi sebagai alat penting untuk melanjutkan kemajuan yang telah berhasil dicapai oleh kaum sosialis. Seperti halnya dengan Konsep Koperasi Sosialis menurut Munkner, mazhab koperasi Sosialis (dalam arti Marxist Komunis) menganggap koperasi hanya sebagai sub-sistem dari sistim sosialis komunis. Casselman yang mencerminkan pandangan periode sebelum Perang Dunia II, menulis sebagai berikut:

“Sesungguhnya, salah satu permasalahan yang dihadapi oleh gerakan koperasi orthodox, terutama di Eropa, ialah kegiatan sementara kelompok orang yang berperan secara aktif dalam menggalakan koperasi, namun mereka menganggap koperasi hanya sebagai batu loncatan atau lahan persiapan bagi negara idamannya, yaitu negara sosialis. Mereka ini pada dasarnya adalah orang yang bersungguh-sungguh, namun demikian mereka sungguh menodai gerakan koperasi dengan dua cara:

Pertama, dengan merancukan pokok permasalahannya serta menjauhkan banyak golongan non koperasi maupun golongan anti sosialis dari koperasi.

4

Page 5: 04 Mazhab Mazhab Koperasi01

Kedua, dengan memecah belah gerakan koperasi di negara-negara tertentu seperti Belgia, Jerman, Finlandia dan sebagainya. Aliran koperasi yang berbeda itu mendirikan federasi koperasi nasionalnya sendiri yang terpisah.

Secara umum dapat dikatakan bahwa golongan koperasi non sosialis tidak mungkin atau sulit sekali untuk bekerja bergandengan tangan dengan aliran sosialis, karena usaha golongan terakhir ini hendak menyelewengkan azas-azas Rochdale demi kepentingan filosofi sosial ekonomi mereka sendiri.”

Penyebutan “Mazhab Koperasi Sosialis (Marxis)” sebagaimana diajukan oleh Casselman ini, dianggap lebih tepat daripada istilah “Sosialisme Koperasi” sebagaimana yang diajukan oleh G.J. Craig. Craig yang termasuk penulis dari masa sesudah tahun 50-an, menulis sebagai berikut:

“Sosialisme Koperasi dalam pengertian Marxist-Leninist yang berkembang bersama kemajuan Marxisme dan berkuasanya kaum Marxis di Rusia menganggap koperasi secara hakiki sebagai lembaga sosial dan merupakan bagian yang menyatu dengan ekonomi negara berencana. Namun dalam hal ini ada dua “mazhab pemikiran”:

Pertama, mazhab yang menganggap sentralisasi negara sebagai suatu bentuk yang unggul (superior) dan memandang koperasi sebagai sesuatu bentuk sosialisasi asor (inferior) dan mitra rendahan dari perusahaan negara.

Kedua, mazhab yang mengakui manfaat pengawasan yang didesentralisasikan terhadap berbagai organisasi dalam pasar yang dibatasi atau dalam ekonomi berencana.

Aliran yang kedua ini memandang perkembangan koperasi pekerja sebagai bentuk sosialisasi yang lebih unggul daripada pengendalian oleh negara. Tetapi bagi keduanya, negaralah yang harus menjadi penguasa dan penentu akhir serta pemegang komando atas semua kegiatan ekonomi, dan koperasi merupakan bagian integral dari perencanaan pemerintah.

Istilah “Sosialisme Koperasi” sebagaimana yang diajukan oleh G.J. Craig ini tidak boleh dirancukan dengan Sosialisme Koperasi (non Marxist) atau koperatisme atau koperativisme atau persemakmuran koperasi yang telah berkembang sejak masa dahulu. Mengenai mazhab koperasi sosialis (Marxist) ini, kiranya perlu dicatat apa yang dikemukakan oleh Helm sebagai berikut:

“Mazhab koperasi sosialis adalah aliran pemikiran yang datang belakangan, dan didasarkan atas teori Marxist-Leninist. Menurut mazhab ini, koperasi dapat merupakan langkah penting dalam memajukan sosialisme. Perencanaan koperasi Lenin menyediakan tempat bagi koperasi sebagai bagian dari phase transisi yang membentuk transformasi dari kapitalisme ke sosialisme dan akhirnya nanti ke komunisme, sebagai bagian dari proses sejarah perkembangan revolutioner”.

Selain itu Helm juga memberikan catatan sebagai berikut:

“Karl Marx (1818-1913), sosialis Jerman, pada zamannya tidak pernah secara nyata mendukung gerakan koperasi. Walaupun dia mengakui ada nilai potensial koperasi, namun ia melihat di dalam koperasi terdapat suatu kekuatan yang bisa menghambat jatuhnya sisitim kapitalis. Pandangan seperti itu akan lebih dapat difahami mengingat koperasi, sudah sejak awalnya, dipandang sebagai kubu perlawanan terhadap sosialisme, misalnya Schultze-Delitzsch, pendiri pertama koperasi kredit daerah perkotaan di Jerman”.

Mazhab Persemakmuran Koperasi

5

Page 6: 04 Mazhab Mazhab Koperasi01

(The Cooperative Commonwealth School, Cooperativism, Cooperative Sosialism)

Faham ini memperoleh inspirasi dari tumbuhnya faham sosialisme abad XIX, terutama dari kaum sosialis agama dan kaum sosialis radikal yang disebut kaum Chartest.

Sebagai suatu sistim ekonomi, sistim ini disebut: “The Socialist Market Economies” Hingga kini, semangat sosialismenya masih hidup kuat dalam koperasi di negara-negara yang sedang berkembang.

Kelompok Koperasiwan yang tergabung dalam mazhab Persemakmuran ini, antara lain:

- Ernest Poisson di Perancis - T.W. Merces di Inggris- George W. Russel di Irlandia- P. Wabasse di Amerika Serikat- George V. Keen, Sekretaris Cooperative Union of Canada

mengidamkan suatu tatanan ekonomi dan masyarakat, dimana:

Koperasi tidak hanya terbatas untuk perbaikan ekonomi para anggotanya, melainkan juga bertujuan untuk menghilangkan persaingan yang tidak sehat, sebagaimana yang lazim terjadi dalam sistim kapitalisme. Kemudian menggantinya dengan kehidupan yang lebih serasi dan diliputi oleh semangat persaudaraan. Sehingga, koperasi merupakan satu-satunya lembaga ekonomi yang dominan. Perusahaan milik perorangan dan usaha yang mencari laba tetap ada dalam ekonomi, tetapi hanya menempati kedudukan klas dua.

Jadi sama sekali merupakan kebalikan dari keadaan yang ditemukan di banyak negara dewasa ini.

Ke dalam Mazhab Persemakmuran Koperasi ini, yang sering juga disebut sebagai mazhab Cooperativisme atau mazhab Sosialisme Koperasi, dapat pula dimasukkan aliran “The New Age of Cooperativism”, yang menurut G.J. Craig, “muncul sebagai perwujudan dari gerakan penyanggah dari tahun 1961-an dan krisis sumber daya di pertengahan dasawarsa 1970-an”

Menurut Casselman, sebagian terbesar gerakan koperasi di Inggris terkait dengan filosofi Persemakmuran Koperasi. Hal ini terlihat dari: kegiatan-kegiatan yang diusahakan oleh koperasi-koperasi di Inggris. Koperasi Inggris memasuki kegiatan produksi atau penanganan barang-barang tertentu, yang tersedia dari sumber non koperasi baik yang harganya layak atau tidak. Kebijakan ini berlawanan dengan kebijakan yang dianut oleh gerakan Koperasi Swedia yang membatasi kegiatannya hanya pada bidang-bidang di mana terjadi penghisapan atas konsumen. Ini dikenal sebagai kebijakan tolok ukur kompetitive.

Mazhab Persemakmuran Koperasi juga dibedakan dengan Mazhab Koperasi Sosialis:

Pertama, koperasi sosialis memandang koperasi sebagai tujuan akhir, bukan sebagai wahana untuk mencapai tujuan atau sekedar sebagai batu loncatan untuk mencapai tata ekonomi lain.

6

Page 7: 04 Mazhab Mazhab Koperasi01

Kedua, mazhab persemakmuran koperasi menyerahkan kendali atas ekonomi kepada konsumen, bukan kepada para pekerja atau kepada negara seperti yang menjadi dasar dari mazhab sosialis.

Berikut adalah beberapa uraian tambahan tentang mazhab persemakmuran, menurut DR. Alfred Hanel:

“Berbagai aliran pemikiran yang mengupayakan berdirinya koperasi yang dapat membangun kerangka dasar bagi suatu masyarakat dan ekonomi baru yang lebih baik, lazim dicirikan sebagai Sosialisme Koperasi, Cooperativisme atau Persemakmuran Koperasi (Cooperative Socialism, Cooperativism or Cooperative Commonwealth). Menurut aliran ini, secara berangsur-angsur koperasi harus tumbuh untuk mengalihkan hak milik perorangan atas alat produksi menjadi modal yang dimiliki secara koperatif, begitu pula menghilangkan sistem “kapitalisme yang bersaing”, dan menggantikannya dengan “tata-ekonomi berdasarkan saling bantu-membantu, setia-kawan dan kerjasama”.

Aliran pemikiran ini terpengaruh antara lain oleh konsep konsep sosialisme Kristen dan gerakan Chartist. Gagasan gagasan sosialisme koperasi terkait dengan nama-nama seperti:

- Robert Owen dari Inggris- Charles Fourier, Henry Saint-Simon, P.H. Buchez, Louis Blanc, Charles

Guide di Perancis dan- Ferdinand Lasalle di Jerman.

Namun, pandangan masing-masing mengenai jenis-jenis koperasi yang harus menjadi dasar bagi masyarakat dan ekonomi baru tersebut berbeda besar. Hanel juga menyebutkan bahwa:

“Di waktu lalu, gagasan-gagasan kuat untuk membangun suatu Persemakmuran Koperasi, telah berkembang di Inggris, dan untuk mencapainya disarankan agar dilakukan melalui kerjasama antara berbagai jenis koperasi, khususnya kerjasama timbal balik dan akrab antara koperasi konsumsi dengan koperasi produksi.”

Walaupun koperasi-koperasi konsumen telah berkembang sangat berhasil di sebagian besar ekonomi pasar Eropa yang sekarang merupakan negara industri, namun ia tidak berhasil dalam mencapai tujuan-tujuan koperatifnya yang nampaknya tidak dikejar lagi oleh sebagian besar koperasi konsumen di negara negara ini. Berikut adalah penjelasan Helm mengenai mazhab persemakmuran koperasi:

“Aliran pemikiran ini tidak puas dengan hanya meningkatkan kedudukan ekonomi dalam tata-ekonomi yang ada, tetapi sebagai tujuan jangka panjang aliran pemikiran ini ingin menghilangkan sistim kapitalis yang bersaing, dan menggantinya dengan suatu tata-ekonomi berdasarkan saling kerjasama. Teori-teori ini menyerap sumbangan dari sosialisme yang muncul pada abad ke XIX. Mereka memberi dampak yang luar biasa pada gerakan koperasi konsumen, walaupun lebih berbentuk semangat daripada pengaruh langsung. Semangat ini masih terus membara pada banyak negara koperasi konsumen dan mendapat daya tumbuh kembali di negara-negara berkembang, umpamanya dalam ajaran Mahatma Gandhi, dalam kebijaksanaan-kebijaksanaan resmi pemerintah terhadap koperasi dan para penganjur dari La republica cooperative di Amerika Latin”.

Mengenai persemakmuran koperasi ini, Munkner menyatakan:

7

Page 8: 04 Mazhab Mazhab Koperasi01

“Di masa lalu, usaha untuk mendirikan:

- persemakmuran koperasi (seperti percobaan Robert Owen), atau - suatu republik koperasi (seperti Republik Koperasi Guyana)

ternyata telah gagal”.

Di Indonesia, Bung Hatta dapat digolongkan ke dalam aliran pemikiran Mazhab Persemakmuran Koperasi, sebagaimana terlihat dari buah pikirannya berikut ini:

“Sebagai suatu bangsa yang berpuluh puluh tahun berjoang menentang imperialisme dan kolonialisme, kita mempunyai ideal, cita-cita tinggi tentang dasar hidup kita. Kita ingin melihat bangsa kita hidup makmur dan sejahtera, bebas dari kesengsaraan hidup. Ideal kita itu terpancang dalam Undang-Undang Dasar: Perkonomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Asas itu ialah koperasi. Suatu perekonomian nasional yang berdasar atas koperasi adalah ideal kita”.

Mazhab Tolok Ukur Kompetitif

(The Competitive Yardstick School, The Cooperative Enterprise School, The Peace-makers)

Faham ini memperoleh inspirasi dari para koperasiwan, terutama:

- The Rochdale Pioneers (1844)- F.W. Reiffeison (1818-1888)- Schulze-Delitzch (1808-1883)- Horace Plunkett (1890)

Para perintis ini telah memberikan sumbangan bagi perkembangan koperasi di berbagai negara yang menganut sistim ekonomi pasar. Menurt paham ini, lembaga koperasi adalah organisasi atau asosiasi yang:

(1). Berazas sukarela bagi satuan ekonomi yang mandiri(2). Dibentuk, dibiayai, dijalankan oleh dan untuk anggota, serta(3). Menyediakan dan/atau menjual barang atau jasa bagi para anggota.

Tujuan utama yang ingin dicapai oleh lembaga koperasi, adalah:

(1). Terpenuhinya kepentingan ekonomi para anggota(2). Memperkuat kedudukan ekonomi para produsen kecil dengan jalan menyatu-

kan berbagai sumber daya yang ada pada mereka masing-masing, sehingga dengan demikian menjadi unit produksi yang berskala ekonomi besar.

Untuk mazhab Tolok Ukur Kompetitif ini, Casselman menyatakan bahwa:

Mazhab Tolok Ukur Kompetitif memandang koperasi sebagai sarana untuk mengendalikan keburukan-keburukan yang ada pada sistim kapitalis. Dalam mazhab ini, tidak pernah dibayangkan bahwa koperasi akan menjadi lembaga ekonomi yang dominan di negeri dimanapun.

Teori tolok ukur koperasi sebernanyalah merupakan bagian dari teori keseimbangan ekonomi secara kelembagaan (The institutional economic-balance theory) yang lebih luas. Secara singkat, teori ini menganggap bahwa sistim dunia usaha yang berlaku di Amerika Utara dan di beberapa negara tertentu terlampau memberi tekanan pada inisiatif, persaingan dan mengejar keuntungan, sampai-sampai mengalahkan kerjasama,

8

Page 9: 04 Mazhab Mazhab Koperasi01

keadilan sosial dan pemerataan hasil. Oleh karena itu, usaha ekonomi yang melaksanakan ketiga prinsip sosial (Kerjasama, keadilan sosial dan pemerataan) tadi harus digalakkan untuk memaksa sistim usaha yang hanya mengejar keuntungan dan membendung ekses-eksesnya. Dengan jalan ini, suatu keseimbangan ekonomi dapat dipertahankan dan masing-masing bentuk usaha ekonomi dapat tetap ada dalam masyarakat.

Craig menjelaskan sebagai berikut:

“Ideologi ini berkembang semakin banyak diterima........................................... Menurut gagasan itu, pada citra masyarakat yang baik, dianggap tidak ada satupun bentuk organisasi yang sanggup sendirian mendukung suatu tata sosial dengan sempurna. Perekonomian yang ideal adalah ekonomi yang mempunyai keseimbangan yang baik antara sektor negara, koperasi dan swasta”.

Sedangkan Helm berpendapat:

“Aliran pemikiran ini, yang dapat juga disebut: Pace-makers, atau Cooperative Yardstick School, didasarkan atas batasan bahwa koperasi merupakan kerjasama sukarela dari ekonomi yang bebas, yaitu: usaha tani, usaha bisnis atau usaha rumah tangga untuk membentuk suatu perusahaan yang diorganisasi, dimodali dan dikelola oleh, dari dan untuk para anggota-pelanggannya, guna menyediakan dan atau memasarkan untuk pelanggannya, barang-barang atau jasa-jasa, atas dasar biaya (at cost) nya.

Mazhab Koperasi Nimes

Salah satu dari mazhab koperasi yang secara khusus dicatat oleh Casselman dan pantas untuk dibicarakan adalah mazhab Nimes. Mazhab ini timbul di Perancis pada akhir abad ke XIX, oleh sejumlah pimpinan koperasi, antara lain:

- Edouard de Boyve, yang kemudian diakui sebagai tokoh penggeraknya- Charles Gide, seorang ekonom Perancis, yang kemudian terbukti menjadi

tokoh Nimes yang paling cemerlang.

Mazhab Koperasi Perancis ini mendasarkan diri pada asas-asas Rochdale, Inggris.

Charles Gide menulis sebagai berikut:

“Mazhab Koperasi Nimes selalu memperkenalkan diri sebagai penerus gerakan Rochdale. Setiap kali aliran ini menyanggah mazhab-mazhab koperasi di Perancis yang lebih tua, ia selalu menyatakan bahwa sebagai program, aliran Rochdale harus selalu dipegang. Namun, suatu gerakan masyarakat tidak mungkin berlangsung selama setengah abad tanpa meletakkan dampaknya, baik pada perkembangan sejarah, perkembangan doktrin-doktrin sosial maupun di dalam pri kehidupan nyata. Semua sistem selalu bergerak dan berubah, bahkan juga bila berada di tangan mereka mereka yang secara ketat melindunginya terhadap setiap perubahan”.

Kendati demikian, Charles Gide dengan cermat juga telah menganalisa perbedaan-perbedaan mendasar antara Rochdale dengan Nimes. Secara singkat, perbedaan perbedaan yang ada adalah sebagai berikut:

a. Mazhab Nimes mempunyai latar belakang, visi keagamaan dan falsafah. Hal ini tidak terdapat pada gerakan Rochdale.

9

Page 10: 04 Mazhab Mazhab Koperasi01

b. Nimes kurang memberikan tekanan pada prinsip “patronage-refund” atau “pengembalian potongan harga kepada pelanggan”, dan menganggap bahwa para koperasiwan Inggris terlalu berfikir mementingkan pembagian SHU

c. Mazhab Nimes Perancis ingin menjangkau seluruh golongan masyarakat. Kelompok Rochdale membatasi diri pada klas pekerja saja.

d. Nimes menaruh kepercayaan lebih besar pada gerakan Rochdale dalam hal koordinasi antar berbagai jenis koperasi dan dimana mungkin juga dalam hal desentralisasi.

e. Mazhab Nimes mencakup koperasi produsen, koperasi pengusaha dan koperasi produksi (milik) para pekerja di dalam kerangka gerakannya. Rochdale merupakan gerakan konsumen belaka.

Demikianlah uraian tentang Mazhab Nimes, satu di antara kelompok koperasi lain-lain. Mazhab Nimes ini cukup menarik, karena mempunyai kesamaan dengan keadaan koperasi Indonesia.

10