03 bab 3 rpjmd kab serang

91
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang Tahun 2011-2015 III - 1 BAB III KONDISI UMUM DAN ISU STRATEGIS 3.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN FISIK WILAYAH 3.2.1. Luas Wilayah dan Batas Administrasi Secara geografis wilayah Kabupaten Serang terletak pada koordinat 5 0 50’ - 6 0 21’ Lintang Selatan dan 105 0 0’ - 106 0 22’ Bujur Timur. Jarak terpanjang menurut garis lurus dari utara ke selatan adalah sekitar 60 Km dan jarak terpanjang dari barat ke timur sekitar 90 Km, dengan luas wilayah 1.467,35 Km 2 . Secara administratif, Kabupaten Serang terdiri atas 28 Kecamatan dan 314 Desa, yang berbatasan langsung dengan wilayah/daerah lain yaitu : Sebelah Utara : Laut Jawa dan Kota Serang Sebelah Timur : Kabupaten Tangerang Sebelah Selatan : Kabupaten Lebak dan Kabupaten Pandeglang Sebelah Barat : Kota Cilegon dan Selat Sunda

Upload: dudung06

Post on 25-Nov-2015

393 views

Category:

Documents


22 download

DESCRIPTION

03 Bab 3 RPJMD Kab Serang

TRANSCRIPT

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang

    Tahun 2011-2015 III - 1

    BAB III KONDISI UMUM DAN ISU STRATEGIS

    3.1. KONDISI GEOGRAFIS DAN FISIK WILAYAH

    3.2.1. Luas Wilayah dan Batas Administrasi

    Secara geografis wilayah Kabupaten Serang terletak pada koordinat 50 50 - 60 21 Lintang

    Selatan dan 1050 0 - 1060 22 Bujur Timur. Jarak terpanjang menurut garis lurus dari utara

    ke selatan adalah sekitar 60 Km dan jarak terpanjang dari barat ke timur sekitar 90 Km,

    dengan luas wilayah 1.467,35 Km2. Secara administratif, Kabupaten Serang terdiri atas 28

    Kecamatan dan 314 Desa, yang berbatasan langsung dengan wilayah/daerah lain yaitu :

    Sebelah Utara : Laut Jawa dan Kota Serang

    Sebelah Timur : Kabupaten Tangerang

    Sebelah Selatan : Kabupaten Lebak dan Kabupaten Pandeglang

    Sebelah Barat : Kota Cilegon dan Selat Sunda

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang

    Tahun 2011-2015 III - 2

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang

    Tahun 2011-2015 III - 3

    Secara letak geografis, Kabupaten Serang merupakan daerah yang sangat potensial dan

    amat diuntungkan. Posisi geografis dalam aksesibilitas keluar-masuk wilayah Kabupaten

    Serang cukup strategis, karena dilalui oleh Jalan Tol Jakarta Merak yang merupakan

    akses utama dari dan menuju Pulau Sumatera melalui Pelabuhan Penyeberangan Merak,

    menjadikan Kabupaten Serang sebagai wilayah transit perhubungan darat antara Pulau

    Jawa dan Pulau Sumatera. Disamping itu, Kabupaten Serang juga sebagai daerah

    alternatif dan penyangga (hinterland) Ibukota Negara, mengingat jaraknya jika diukur

    melalui jalan Tol Jakarta Merak hanya sekitar 70 Km.

    Secara historis sebelum masa kemerdekaan RI, Kabupaten Serang pada awalnya

    merupakan wilayah Kesultanan Banten. Adapun paska masa kemerdekaan RI, Kabupaten

    Serang berada dalam lingkup wilayah Provinsi Jawa Barat. Setelah terbentuknya Provinsi

    Banten yang merupakan pemekaran dari Provinsi Jawa Barat pada tahun 2000,

    Kabupaten Serang menjadi salah satu daerah otonomnya dan berstatus sebagai Ibukota

    Provinsi Banten.

    Namun sejalan dengan waktu, Kabupaten Serang selanjutnya dimekarkan menjadi dua

    wilayah otonom yakni Kabupaten Serang dan Kota Serang berdasarkan UU No. 32 Tahun

    2007 tentang Pembentukan Kota Serang pada tanggal 10 Agustus 2007. Dengan

    dimekarkannya Kabupaten Serang maka secara otomatis luas wilayah administrasinya

    pun berkurang menjadi sebesar 1.467,35 Km2 yang terdiri dari 28 kecamatan dan

    melingkupi 314 desa. Berikut ini nama kecamatan, luas wilayah dan jumlah desa di

    Kabupaten Serang tahun 2010.

    Tabel 3.1

    Jumlah serta Luas Wilayah Kecamatan dan Desa di Kabupaten Serang Tahun 2010

    NO KECAMATAN IBUKOTA LUAS JUMLAH

    DESA KM2 %

    1. Anyar Anyar 56,81 3,28 10

    2. Bandung Bandung 25,18 1,45 8

    3. Baros Baros 44,07 2,54 14

    4. Binuang Binuang 26,17 1,51 7

    5. Bojonegara Bojonegara 30,30 1,75 10

    6. Carenang Panenjoan 36,40 2,10 10

    7. Cikande Cikande 50,53 2,91 12

    8. Cikeusal Cikeusal 88,25 5,09 15

    9. Cinangka Cinangka 111,47 6,43 13

    10. Ciomas Sukadana 48,53 2,80 11

    11. Ciruas Citerep 40,61 2,34 17

    12. Gunungsari Gunungsari 48,60 2,80 7

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang

    Tahun 2011-2015 III - 4

    NO KECAMATAN IBUKOTA LUAS JUMLAH

    DESA KM2 %

    13. Jawilan Jawilan 38,95 2,25 9

    14. Kibin Ciagel 33,51 1,93 9

    15. Kragilan Kragilan 51,56 2,97 14

    16. Kramatwatu Kramatwatu 48,59 2,80 15

    17. Kopo Kopo 44,69 2,58 10

    18. Mancak Labuan 74,03 4,27 13

    19. Pabuaran Pabuaran 79,14 4,57 7

    20. Padarincang Padarincang 99,12 5,71 14

    21. Pamarayan Pamarayan 41,92 2,42 9

    22. Petir Mekar Baru 46,94 2,71 13

    23. Pontang Pontang 64,85 3,74 15

    24. Pulo Ampel Sumuranja 32,56 1,88 9

    25. Tanara Cerucuk 49,30 2,84 9

    26. Tirtayasa Tirtayasa 64,46 3,72 14

    27. Tanjung Teja Tanjung Teja 39,52 2,28 9

    28. Waringinkurung Waringinkurung 51,29 2,96 11

    KABUPATEN SERANG 1.467,35 100,00 314

    Sumber: Pemerintah Kabupaten Serang, 2010

    3.2.2. Kondisi Topografi

    Kondisi topografi Kabupaten Serang berada dalam ketinggian 0 - 1.778 mdpl (meter di

    atas permukaan laut) dan pada umumnya tergolong pada kelas topografi lahan dataran

    dan bergelombang. Pada umumnya (> 97,5%) wilayah Kabupaten Serang berada pada

    ketinggian kurang dari 500 mdpl. Ketinggian 0 mdpl membentang dari Kecamatan

    Tirtayasa sampai Kecamatan Cinangka di pantai barat Selat Sunda dan ketinggian 1.778

    mdpl terdapat di kaki Gunung Karang yang terletak di sebelah selatan berbatasan dengan

    Kabupaten Pandeglang.

    Selain wilayah daratan, Kabupaten Serang juga memiliki beberapa wilayah pulau-pulau

    kecil yang berada di wilayah perairan Kabupaten Serang. Pulau-pulau kecil yang telah

    tercatat hingga saat ini yakni sebanyak 16 pulau dengan deskripsi sebagai berikut:

    Tabel 3.2

    Deskripsi Pulau-Pulau Kecil di Wilayah Kabupaten Serang

    NO NAMA PULAU

    LETAK GEOGRAFIS

    TOPOGRAFI KONDISI LAHAN

    AKSESIBILITAS LUAS (HA)

    1 Pulau Sangiang (Sanghyang)

    10605000- 10505151 BT dan 60-505900LS Desa Cikoneng Kecamatan Anyar

    Bergunung, berbatuan volkanik, pantai berpasir, 0-100 m dpl.

    Kebun kelapa dan semak 450 ha, mangrove 200 ha, perumahan dan fasum 40 ha, dan

    Kapal dari pelabuhan Anyar 1,5 jam, 11 km dari kecamatan dan 43 km dari

    845,5

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang

    Tahun 2011-2015 III - 5

    NO NAMA PULAU

    LETAK GEOGRAFIS

    TOPOGRAFI KONDISI LAHAN

    AKSESIBILITAS LUAS (HA)

    sisanya hamparan pasir

    Ibukota Kabupaten

    2 Pulau Salira 10600341 - 10600337 BT dan 505314- 505317 LS Desa Mangunrejo Kecamatan Bojonegara

    Relatif datar 0-2 m dpl

    Berawa Kapal dari pelabuhan ikan Karangantu 2 jam, 12 km dari Kecamatan dan 34 km dari Ibukota Kabupaten

    1,875

    3 Pulau Kali (dua pulau, utara dan selatan)

    10600521- 10600551 BT dan 505351- 505358 LS Desa Pulo Ampel Kecamatan Bojonegara

    Relatif datar 0-3 m dpl

    Berawa Kapal dari pelabuhan ikan Karangantu 2 jam

    P. Kali Utara 3

    ha, P. Kali Selatan 3,5 ha

    4 Pulau Tarahan 10600647 - 10600700 BT dan 505648- 505705 LS Desa Marga Giri Kecamatan Bojonegara

    Datar 0-5 m dpl, berbukit rendah, berbatuan volkanik

    Berawa Kapal dari pelabuhan ikan Grenyang/ Teratai 0,5 jam, dari pelabuhan ikan Karangantu 1,5 jam, dan 4,25 km dari Kecamatan, 26 km dari Ibukota Kabupaten

    11,875

    5 Pulau Kemanisan

    10600616- 10600629 BT dan 505801- 505812 LS Desa Bojonegara Kecamatan Bojonegara

    Datar 0-5 m dpl, berbukit rendah, berbatuan volkanik

    Berawa Kapal dari pelabuhan Ikan Grenyang/ Teratai 0,5 jam dan dari Pelabuhan ikan Karangantu 1,5 jam dan 1,5 km dari kecamatan, 23,5 km dari Ibukota Kabupaten

    7,5

    6 Pulau Cikantung

    10600622- 10600630 BT dan 505747- 505750 LS Desa Bojonegara Kecamatan Bojonegara

    Datar 0-5 m dpl, berbukit rendah, berbatuan volkanik

    Berawa Kapal dari pelabuhan ikan Grenyang/ Teratai 20 menit dan dari pelabuhan ikan Karangantu 1,15 jam, dan 24,5 km dari Ibukota Kabupaten

    1,25

    7 Pulau Panjang 10600818- 10601010 BT dan 505508 - 505641 LS Desa Pulau Panjang Kecamatan Pulo Ampel

    Relatif datar 0-4 m dpl

    Kebun kelapa & semak belukar 400 ha, hutan mangrove 100 ha, perumahan dan fasum 100 ha, rawa-rawa dan tambak 135 ha

    Dari Bojonegara 30 menit, 16 km dari kecamatan 22 km dari Ibukota Kabupaten

    502

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang

    Tahun 2011-2015 III - 6

    NO NAMA PULAU

    LETAK GEOGRAFIS

    TOPOGRAFI KONDISI LAHAN

    AKSESIBILITAS LUAS (HA)

    8 Pulau Semut 10601013- 10601017 BT dan 505618- 505522 LS Desa Pulau Panjang Kecamatan Pulo Ampel

    Datar, 0-0,5 m dpl

    Daerah Rawa-rawa mangrove

    Kapal dari pelabuhan ikan Karangantu 1,5 jam dan 14,5 km dari Kecamatan, 20,5 km dari Ibukota Kabupaten

    1,875

    9 Pulau Kubur 1060850- 1060859 BT dan 505855- 505901 LS Desa Banten Kecamatan Pulo Ampel

    Relatif datar 0-2 m dpl

    Daerah rawa-rawa mangrove

    Kapal dari pelabuhan ikan Karangantu 50 menit dan jarak dari kecamatan 8,8 km, dari Ibukota Kabupaten

    1,563

    10 Pulau Lima 10600912- 10600921 BT dan 601000- 600000 LS Desa Banten Kecamatan Pulo Ampel

    Relatif datar 0-4 m dpl

    Rawa-rawa 900 m2, perkebunan kelapa 1000 m2 semak belukar 8000 m2, dan sisanya lahan mangrove

    Kapal dari pelabuhan ikan Karangantu 0,5 jam dan jarak dari Kecamatan 9 km, dari Ibukota Kabupaten 15 km

    3,5

    11 Pulau Gedang 10600845- 10600856 BT dan 505945- 505955 LS Desa Banten Kecamatan Kasemen Pulo Ampel

    Agak bergelombang, berbukit rendah, berbatuan volkanik, 0- 10 m dpl, warna tanah kecoklatan

    Daratan bergelombang, semak belukar

    Kapal dari pelabuhan ikan Karangantu 0,5 jam dan jarak dari Kecamatan 10 km, dari Ibukota Kabupaten 16 km

    2,5

    12 Pulau Satu 10601205- 10601210 BT dan 600025- 600103 LS Desa Sawah luhur Kecamatan Pulo Ampel

    Relatif datar 0-3 m dpl

    Kawasan cagar budaya bersama P. Dua. SK Menhut No. 253/Kpts 11/1984 menetapkan sebagi cagar budaya dengan areal tambang 30 ha

    35 menit dari Pelabuhan Karangantu, 12 km dari Kecamatan, 18 km dari Ibukota Kabupaten

    2,5

    13 Pulau Pamojan Besar

    10601310- 10601242 BT dan 505640- 505628 LS Desa Susukan Kec. Pontang

    Agak berbukit, Berbukit rendah, berbatuan volkanik, 0-15 dpl tergolong lahan agak bergelombang

    Berawa, 20 % perkebunan kelapa dan semak belukar

    1 jam dari Pelabuhan Karangantu, 17,5 km dari Kecamatan, 37,5 km dari Ibukota Kabupaten

    15

    14 Pulau Pamojan Kecil

    10601015- 10601017 BT dan 505747- 505756 LS Desa Damas

    Datar 0-4 m dpl Berawa 1 jam 15 menit dari Pelabuhan Karangantu, 18 km dari

    0,63

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang

    Tahun 2011-2015 III - 7

    NO NAMA PULAU

    LETAK GEOGRAFIS

    TOPOGRAFI KONDISI LAHAN

    AKSESIBILITAS LUAS (HA)

    Kec. Pontang Kecamatan, 38 km dari Ibukota Kabupaten

    15 Pulau Tunda 10605000- 10505151 BT dan 505615- 505900 LS Desa Wargasara Kecamatan Tirtayasa

    Relatif datar 0-5 m dpl

    Perkebunan kelapa dan semak belukar (170 ha), mangrove (30 ha), pemukiman dan fasum (27ha)

    3 jam dari Pelabuhan Karangantu, 22,5 km dari Kecamatan, 42,5 km dari Ibukota Kabupaten

    257,5

    Sumber: Pemerintah Kabupaten Serang, 2010

    3.2.3. Kondisi Hidrologi dan Klimatologi

    Kondisi hidrologi di Kabupaten Serang ditandai dengan terdapatnya Daerah Aliran Sungai

    (DAS). Pengelolaan sungai mengatur adanya Satuan Wilayah Sungai (SWS) dan Daerah

    Aliran Sungai (DAS). Secara umum, baik SWS maupun DAS yang berada di Kabupaten

    Serang relatif tidak luas. Sungai-sungai yang terdapat di Kabupaten Serang memiliki lebar

    yang relatif kecil (lebar kurang dari 50 m) dan pendek (panjang kurang dari 100 Km).

    Selain itu, terdapat DPS (Daerah Pengelolaan Sungai) yakni pengelolaan satu atau

    beberapa DAS secara bersama yang dilakukan dalam pelaksanaan perencanaan dan

    pengelolaan karena faktor efisiensi dana dan pelaksanaan. SWS yang terdapat di

    Kabupaten Serang yaitu Ciujung-Ciliman, terdiri atas DAS Cidurian, Ciujung, Cibanten,

    dan Cidanau. DAS tersebut terdiri dari sub-sub DAS. Sungai yang besar adalah Cidurian

    dan Ciujung. Sungai Cidurian berhulu di Kabupaten Tangerang. Sebagian besar sungai

    mengalir ke arah utara menuju Laut Jawa. DAS Cidanau mengalir ke barat Selat Sunda.

    Sebelah selatan terdapat DAS Ciliman dimana terdapat dua arah pengaliran, yang pada

    umumnya mengalir ke utara menuju Laut Jawa atau Teluk Banten, dan sebagian ke barat

    menuju Selat Sunda.

    Ditinjau dari fisiografi dan morfologi permukaan tanahnya, sebagian besar (sekitar 35 %)

    bagian utara Kabupaten Serang merupakan hilir tata air permukaan yang mengarah ke

    Laut Jawa bagian barat daya, khususnya ke Teluk Banten. Dari 35 % tersebut, sekitar 25%

    merupakan daerah perbukitan sangat rendah atau mengalami pendataran sangat aktif

    (peneplainisasi) dan 10 % berupa dataran pesisir. Aliran air permukaan yang besar

    terutama berasal dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Cidurian dan DAS Ciujung. Sekitar 50

    % merupakan perbukitan daerah hulu terutama di bagian selatan dan sedikit di utara-barat

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang

    Tahun 2011-2015 III - 8

    laut, yaitu Kecamatan Bojonegara dan Kecamatan Pulo Ampel. Sisanya sekitar 14%

    merupakan wilayah perbukitan yang mengarahkan aliran air permukaannya ke arah barat

    di Selat Sunda terutama dari DAS Ciliman dengan dataran pesisir hilirnya di sebelah barat

    yang sangat sempit (1%).

    Tabel 3.3

    Daftar DAS/Sub DAS di Kabupaten Serang

    NO. NAMA DAS NAMA SUB DAS LUAS (HA)

    1. Cidurian 184.658,00

    Cidurian Hulu 37.194,00

    Cibeureum 28.391,00

    Cidurian Hilir 35.542,00

    Cimanceuri Hulu 40.501,00

    Cirarab 33.795,00

    Cimanceuri Hilir 9.235,00

    2. Ciujung 279.839,00

    Ciujung Hulu (a) 21.247,00

    Ciujung Hulu (b) 136.879,20

    Ciujung Tengah 23.444,80

    Ciujung Hilir 40.221,00

    Ciujung Kulon (Cikeuruh) 58.047,00

    3. Cibanten 80.170,00

    Cibanten 21.580,00

    K Grogol 5.750,00

    Bojonegara 5.270,00

    K. Lombang 7.560,00

    Cibeber 15.320,00

    K. Anyer 6.560,00

    Cikoneng 6.910,00

    Cipasauran 11.220,00

    4. Cidanau 22.620,00

    Cikakalumpay 7.831,00

    Cisaat 4.900,00

    Cisawarna 4.579,00

    Cibojong 2.960,00

    Cihoreang 1.040,00

    Cicangkadan 1.310,00 Sumber : Kabupaten Serang Dalam Angka, Tahun 2009

    Selain itu, kondisi hidrologi wilayah Kabupaten Serang ditandai dengan terdapatnya

    danau, rawa, situ atau waduk. Berikut ini diuraikan kondisi danau, rawa, situ atau waduk di

    Kabupaten Serang.

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang

    Tahun 2011-2015 III - 9

    Tabel 3.4 Daftar Danau, Rawa, Situ, Telaga dan Waduk di Kabupaten Serang

    NO. NAMA PERAIRAN LOKASI

    (DESA/KECAMATAN) LUAS (HA)

    VOLUME AIR (000 M3)

    1 St. Belungun Cijeruk/Cikande 2,5 75,5

    2 St. Ciherang Banjar Banjar/Cikande 5,3 156,0

    3 St. Teratai St. Teratai/Cikande 26,0 390,0

    4 Wd. Cikande Cikande/Cikande 4,0 254,0

    6 St. Cibiral Tanjungsari/Pabuaran 0,6 16,0

    7 St. Rampones Sindang Mandi/ Pabuaran

    8 St. Sindang Mandi Sindang Mandi/ Pabuaran

    9 St. Tasik Kardi Margasana/Kramatwatu 2,0 30,0

    10 Rw. Danau Cinangka/Padarincang 11,0 220,0

    11 Telaga Wangsa Cipayung/Padarincang

    12 St. Cirahap Cipayung/Padarincang

    13 St. Ranca Gede Jakung Babakan/Pamarayan 26,0 416,0

    15 Rw. Gede Kawao Binuang/Carenang

    16 Rw. Bojong Herang Pamanuk/Carenang

    17 Rw. Bojong Pring Gabus/Carenang

    20 Rw. Pasar Raut Bojong Menteng/Petir

    21 Rw. Enang Kemuning/Tunjung Teja

    22 St. Cibulakan Sukabana/Ciomas

    23 St. Citaman Tamansari/Baros

    24 Wd. Cilesung Sukacai/Baros

    25 Wd. Belungun Sentul/Kragilan 4,0

    26 Wd. Ciranjen Junti/Junti 3,0 286,0

    27 Wd. Cibulegar Cibulegar/Cibulegar 2,0 46,0

    28 Wd. Cipaseh Anyer/Anyer 4,3 7,1

    29 Wd. Citawing Cinangka/Cinangka 3,2 110,6

    30 Wd. Ciligawir Kadu Embe/Citasuk 3,2 480,0

    31 Wd. Ciujung Lama Pepetan/Pontang 60,0 1.300,0

    32 Wd. Lontar Lontar/Tirtayasa 6,9 412,0 Keterangan: Rw = Rawa, St = Situ, Wd = Waduk.

    Ditinjau dari segi klimatologi, menurut klasifikasi Kppen, iklim Kabupaten Serang terdiri

    dari beberapa klasifikasi, belahan utara Serang beriklim Monsun Tropis (Ama), belahan

    selatan Serang umumnya beriklim Hutan Hujan Tropis (Afa) dan sebagian beriklim

    Subtropis (Cfa). Dengan demikian belahan utara Serang mempunyai bulan kering selama

    satu bulan atau lebih dalam setahun. Bagian selatan Serang umumnya tidak mempunyai

    bulan yang dapat dipastikan sebagai bulan kering. Pada bagian yang beriklim Cfa

    mempunyai karakteristik hujan yang serupa dengan daerah bagian selatan Serang, tapi di

    daerah tersebut suhu pada bulan terdingin dapat mencapai 18C dan pada bulan

    terhangat dapat melebihi 32C.

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang

    Tahun 2011-2015 III - 10

    Menurut klasifikasi Mohr daerah Serang memiliki 6 (enam) bulan basah (November-April)

    dan 6 (enam) bulan yang tidak termasuk bulan basah maupun bulan kering, yaitu bulan

    Mei hingga Oktober. Pada saat bulan basah, curah hujan melebihi laju penguapan. Pada

    bulan yang diguyur curah hujan antara 60 mm sampai 100 mm terjadi keseimbangan

    antara curah hujan dan besar penguapan. Secara umum daerah Kabupaten Serang

    sebenarnya cukup memperoleh air dari hujan secara alami. Oleh karena itu dengan

    pengelolaan air-tanah-hutan yang baik dan benar serta sistem irigasi dan drainase yang

    baik dan tepat, maka daerah penduduk Kabupaten Serang secara umum sebenarnya

    dapat memenuhi kebutuhan airnya sendiri.

    Tabel 3.5

    Klasifikasi Iklim Kabupaten Serang Menurut Pembagian Kecamatan Dengan Menggunakan Cara Mohr (1933)

    TIPE IKLIM DAERAH PENYEBARAN (KECAMATAN)

    B1 Padarincang

    C2 Cinangka, Kopo

    C3 Cikeusal,

    D1 Ciomas

    D2 Pabuaran, Pamarayan

    D3 Kragilan, Petir, Anyer

    E2 Waringin Kurung, Mancak

    E3 Baros, Ciruas, Tirtayasa

    3.2. KONDISI SOSIAL BUDAYA

    Pembangunan manusia di Kabupaten Serang bila merujuk pada perkembangan capaian

    Indeks Pembangunan Manusia (IPM) sebagai ukuran yang banyak digunakan untuk

    mengetahui derajat kesejahteraan masyarakat, menunjukkan peningkatan dari tahun ke

    tahun. Laju pertumbuhan rata-rata IPM Kabupaten Serang dalam periode tahun 2005-2009

    sebesar 0,86% per tahun. Hingga tahun 2009, IPM di Kabupaten Serang telah mencapai

    angka 68,27. Berdasarkan data capaian IPM Kabupaten Serang tahun 2009 sebesar

    68,27, dimana angka tersebut masih dibawah capaian IPM Provinsi Banten (70,06) dan

    IPM Nasional (71,17) pada tahun yang sama. Pada tahun 2009 IPM Kabupaten Serang

    menempati urutan ke 6 (enam) diantara 8 (delapan) kabupaten/kota lainnya di Provinsi

    Banten.

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang

    Tahun 2011-2015 III - 11

    Gambar 3.2 Perkembangan Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

    Kabupaten Serang Tahun 2005-2009

    60,67 61,33 62,1562,75 63,46

    77,73 79,22 79,25 78,61 78,93

    59,60 59,83 60,9662,05 62,42

    66,00 66,80 67,45 67,8068,27

    0,00

    10,00

    20,00

    30,00

    40,00

    50,00

    60,00

    70,00

    80,00

    90,00

    2005 2006 2007 2008 2009

    Indeks Kesehatan Indeks Pendidikan Indeks Daya Beli IPM

    Penyebab lambannya pergerakan angka IPM Kabupaten Serang terutama dipengaruhi

    oleh lambannya pertumbuhan masing-masing indeks kompositnya, terutama Indeks

    Pendidikan yang secara rata-rata hanya bertumbuh 0,41% per tahun selama periode

    2005-2009. Sedangkan Indeks Kesehatan dan Indeks Daya Beli dalam kurun waktu yang

    sama menunjukkan rata-rata pertumbuhan masing-masing 1,13% per tahun dan 1,16%

    per tahun.

    Berdasarkan capaian indeks-indeks komposit IPM hingga tahun 2009, capaian Indeks

    Daya Beli masih cukup tertinggal terhadap standar hidup layak yang diharapkan. Indeks

    Daya Beli memiliki capaian terendah dibandingkan indeks-indeks komposit IPM lainnya,

    yaitu baru mencapai 62,42 hingga tahun 2009. Berbagai gejolak sosial ekonomi yang

    terjadi sejak peristiwa krisis ekonomi hingga berdampak pada terjadinya krisis multidimensi

    yang tak kunjung pulih sepenuhnya hingga saat ini merupakan faktor yang menyebabkan

    sulitnya mendongkrak tingkat daya beli masyarakat di Kabupaten Serang. Sedangkan

    Indeks Pendidikan merupakan capaian terbaik dari indeks-indeks komposit IPM lainnya,

    dimana capaian angka indeksnya sudah berada pada posisi 78,93 hingga tahun 2009,

    meskipun sebenarnya terjadi sedikit penurunan karena pada tahun 2007 sempat mencapai

    angka 79,25.

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang

    Tahun 2011-2015 III - 12

    3.2.1. Kependudukan dan Catatan Sipil

    Tiga hal pokok yang merupakan komponen utama dan saling berhubungan satu dengan

    lainnya dalam terbentuknya suatu wilayah adalah: penduduk, tempat/lokasi, dan

    pemerintahan. Kependudukan adalah Karakteristik yang paling mewakili dalam

    menentukan gambaran suatu wilayah masalah, karena penduduk sebagai suatu objek

    pokok suatu wilayah merupakan komponen yang selalu mengalami perkembangan yang

    dinamis dari waktu ke waktu.

    Pada tahun 2005 jumlah penduduk Kabupaten Serang sebesar 1.364.950 jiwa, sedangkan

    pada tahun 2009 jumlah penduduknya berjumlah 1.345.557 jiwa. Dalam kurun waktu tahun

    2005-2009, populasi penduduk Kabupaten Serang telah berkembang relatif lamban. Laju

    pertumbuhan penduduk pada tahun 2006 sebesar -4,16%, pada tahun 2007 sebesar

    0,91%, pada tahun 2008 sebesar 0,98% dan pada tahun 2009 sebesar 0,95%.

    Tabel 3.6

    Perkembangan Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Di Kabupaten Serang Tahun 2005-2009

    No. Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa)

    2005 2006 2007 2008 2009

    1 Cinangka 58.058 56.274 53.779 54.307 54,690

    2 Padarincang 62.542 59.937 60.683 61.275 61,797

    3 Ciomas 36.870 35.321 35.761 36.106 36,621

    4 Pabuaran 37.205 34.635 35.066 35.408 35,958

    5 Gunungsari 19.117 19.181 19.420 19.609 19,803

    6 Baros 49.406 47.470 48.061 48.534 48,996

    7 Petir 51.177 49.410 50.025 50.516 50,968

    8 Tunjung Teja 39.939 38.555 39.035 39.418 39,852

    9 Cikeusal 64.482 62.411 63.188 63.807 64,471

    10 Pamarayan 40.018 38.441 50.651 51.145 51,431

    11 Bandung 39.252 37.617 29.378 29.665 30,351

    12 Jawilan 45.774 43.729 44.273 44.707 45,124

    13 Kopo 46.233 44.437 44.990 45.432 45,868

    14 Cikande 83.703 79.485 80.475 81.261 81,687

    15 Kibin 65.125 61.045 53.343 53.857 53,987

    16 Kragilan 69.426 66.623 65.298 65.938 66,451

    17 Waringinkurung 37.752 35.874 36.321 36.676 36,944

    18 Mancak 42.459 40.781 41.289 41.694 42,105

    19 Anyar 48.766 46.863 47.447 47.912 48,390

    20 Bojonegara 40.213 38.560 39.040 39.423 39,823

    21 Pulo Ampel 30.516 29.399 32.856 33.178 33,725

    22 Kramatwatu 88.941 84.083 85.130 85.963 86,599

    23 Ciruas 63.371 60.728 68.215 68.880 69,956

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang

    Tahun 2011-2015 III - 13

    No. Kecamatan Jumlah Penduduk (Jiwa)

    2005 2006 2007 2008 2009

    24 Pontang 55.524 53.743 50.995 51.495 51,811

    25 Carenang 42.773 41.495 42.012 42.422 42,889

    26 Binuang 27.023 26.259 26.586 26.846 27,146

    27 Tirtayasa 41.938 40.109 40.608 41.005 41,382

    28 Tanara 37.347 35.639 36.083 36.435 36,735

    Kab. Serang 1.364.950 1.308.104 1.320.008 1.332.914 1.345.557 Sumber : Kabupaten Serang Dalam Angka, Tahun 2005-2009

    Perkembangan persebaran penduduk Kabupaten Serang dalam kurun waktu tahun 2007-

    2009 (setelah mengalami pemekaran) ditandai oleh Kecamatan Kramatwatu merupakan

    wilayah yang paling tinggi jumlah penduduknya yang mencapai sekitar 6,45% sedangkan

    Kecamatan Gunungsari merupakan wilayah yang paling rendah jumlah penduduknya yang

    mencapai sekitar 1,47%.

    Perkembangan kepadatan penduduk Kabupaten Serang dalam kurun waktu tahun 2007-

    2009 (setelah mengalami pemekaran) mengalami peningkatan seiring dengan semakin

    meningkatnya jumlah penduduk. Kondisi ini tercermin dari semakin meningkatnya

    kepadatan penduduk Kabupaten Serang yaitu dari sekitar 899,59 jiwa/km2 pada tahun

    2007 menjadi sekitar 908,31 jiwa/km2 pada tahun 2009. Dalam kurun waktu tersebut,

    Kecamatan Kramatwatu merupkan kecamatan yang tertinggi kepadatan penduduknya

    yang mencapai sekitar 1.769 jiwa/km2 sedangkan Kecamatan Gunungsari merupakan

    kecamatan yang terendah kepadatan penduduknya yang mencapai sekitar 403,45

    jiwa/km2.

    Tabel 3.7

    Perkembangan Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan Di Kabupaten Serang Tahun 2007-2009

    No Kecamatan Luas

    Wilayah (Km2)

    Tingkat Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2)

    Rata-Rata Kepadatan 2007-2009 2007 2008 2009

    1 Cinangka 111,47 482,45 487,19 491,79 487,14

    2 Padarincang 99,12 612,22 618,19 624,02 618,14

    3 Ciomas 48,53 736,88 743,99 751,02 743,96

    4 Pabuaran 79,14 443,09 447,41 451,63 447,38

    5 Gunungsari 48,60 399,59 403,48 407,29 403,45

    6 Baros 44,07 1.090,56 1.101,29 1.111,69 1.101,18

    7 Petir 46,94 1.065,72 1.076,18 1.086,34 1.076,08

    8 Tunjung Teja 39,52 987,73 997,42 1.006,83 997,33

    9 Cikeusal 88,25 716,01 723,03 729,85 722,96

    10 Pamarayan 41,92 1.208,28 1.220,06 1.231,58 1.219,97

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang

    Tahun 2011-2015 III - 14

    No Kecamatan Luas

    Wilayah (Km2)

    Tingkat Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2)

    Rata-Rata Kepadatan 2007-2009 2007 2008 2009

    11 Bandung 25,18 1.166,72 1.178,12 1.189,24 1.178,02

    12 Jawilan 38,95 1.136,66 1.147,80 1.158,64 1.147,70

    13 Kopo 44,69 1.006,71 1.016,60 1.026,20 1.016,50

    14 Cikande 50,53 1.592,62 1.608,17 1.623,35 1.608,05

    15 Kibin 33,51 1.591,85 1.607,19 1.622,36 1.607,14

    16 Kragilan 51,56 1.266,45 1.278,86 1.290,93 1.278,75

    17 Waringinkurung 51,29 708,15 715,07 721,82 715,01

    18 Mancak 74,03 557,73 563,20 568,52 563,15

    19 Anyar 56,81 835,19 843,37 851,33 843,30

    20 Bojonegara 30,30 1.288,45 1.301,09 1.313,37 1.300,97

    21 Pulo Ampel 32,56 1.009,09 1.018,98 1.028,60 1.018,89

    22 Kramatwatu 48,59 1.752,01 1.769,15 1.785,85 1.769,00

    23 Ciruas 40,61 1.679,76 1.696,13 1.712,14 1.696,01

    24 Pontang 64,85 786,35 794,06 801,56 793,99

    25 Carenang 36,40 1.154,18 1.165,44 1.176,44 1.165,35

    26 Binuang 26,17 1.015,90 1.025,83 1.035,51 1.025,75

    27 Tirtayasa 64,46 629,97 636,13 642,14 636,08

    28 Tanara 49,30 731,91 739,05 746,02 738,99

    Kab. Serang 1.467,35 899,59 908,38 916,96 908,31 Sumber : Kabupaten Serang Dalam Angka, Tahun 2007-2009

    Pertumbuhan penduduk suatu daerah dipengaruhi oleh tingkat kelahiran dan besamya

    penduduk yang datang. Angka kelahiran yang tinggi akan mengakibatkan komposisi

    penduduk cenderung pada kelompok usia muda. Keberhasilan pembangunan bidang

    kependudukan secara umum terlihat pada perubahan komposisi penduduk menurut umur,

    apabila semakin rendah proporsi penduduk tidak produktif, yaitu penduduk muda usia (0-

    14 tahun) dan penduduk usia lanjut (65 tahun keatas) maka angka beban ketergantungan

    atau beban tanggungan (dependency ratio) semakin rendah. Komposisi penduduk Serang

    untuk kelompok penduduk usia produktif cukup tinggi, dan apabila diimbangi dengan

    kualitas yang baik akan menjadi sumber daya penting bagi pembangunan.

    Tabel 3.8

    Keadaan Kependudukan di Kabupaten Serang Tahun 2007-2009

    No Uraian Tahun Rata-

    Rata 2007 2008 2009

    1 Jumlah Penduduk (Jiwa) 1.320.008 1.332.914 1.345.495 -

    2 Laju Pertumbuhan Penduduk /LPP (%) 0,91 0,98 0,94 0,94

    3 Kepadatan Penduduk (Jiwa/km2) 899,59 908,38 916,96 908,31

    4 Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio) 103,25 103,47 103,47 -

    Jumlah Penduduk Laki-Laki (Jiwa) 670.543 677.816 684.243 -

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang

    Tahun 2011-2015 III - 15

    No Uraian Tahun Rata-

    Rata 2007 2008 2009

    Jumlah Penduduk Perempuan (Jiwa) 649.465 655.098 661.314 -

    5 Angka Beban Ketergantungan (Dependency Ratio) 62,68 64,03 65,00 63,90

    Jumlah Penduduk Usia 0-14 Tahun (Anak) 451.422 436.983 433.249 -

    Jumlah Penduduk Usia 15-64 Tahun (Produktif) 827.420 853.454 874.572 -

    Jumlah Penduduk Usia 65+ (Lansia) 41.166 39.781 37.674 - Sumber : Kabupaten Serang Dalam Angka, Tahun 2007-2009 (Data diolah)

    Berdasarkan komposisi umur, 65% dari jumlah penduduk tahun 2009 merupakan

    penduduk usia 15-65 tahun atau penduduk usia produktif. Sedangkan sisanya adalah

    penduduk usia belum/tidak produktif sebesar 35%. Dengan demikian, angka beban

    ketergantungan hingga tahun 2009 adalah sebesar 65,00 atau dapat dinyatakan bahwa

    setiap 100 orang penduduk produktif menanggung 65 orang penduduk tidak/belum

    produktif.

    Berdasarkan jenis kelamin pada tahun 2009, penduduk Kabupaten Serang jumlahnya

    hampir berimbang antara jenis kelamin laki-laki dengan perempuan. Dari 1.345.557 jiwa

    penduduk Kabupaten Serang, penduduk perempuan sejumlah 661.314 jiwa atau sekitar

    49,15%, sementara penduduk laki-laki sebesar 684.243 jiwa atau sekitar 50,85% dari total

    penduduk Kabupaten Serang.

    Tabel 3.9

    Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin Di Kabupaten Serang Tahun 2007-2009

    No Jenis Kelamin 2007 2008 2009

    (Jiwa) % (Jiwa) % (Jiwa) %

    1 Laki-laki 670.544 50,80 677.816 50,85 684.243 50,85

    2 Perempuan 649.464 49,20 655.098 49,15 661.314 49,15

    1.320.008 100 1.332.914 100 1.345.557 100 Sumber : Kabupaten Serang Dalam Angka, Tahun 2007-2009 (Data diolah)

    3.2.2. Pendidikan

    Pendidikan merupakan hal yang penting dalam proses pembangunan nasional dan

    regional. Pembangunan bidang pendidikan akan meningkatkan kualitas SDM (Sumber

    Daya Manusia) yang ada pada suatu wilayah. Peningkatan kualitas pendidikan juga akan

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang

    Tahun 2011-2015 III - 16

    meningkatkan daya saing dalam memasuki dunia kerja. Dengan pendidikan pula,

    memudahkan pemerintah dalam mentransfer tujuan pembangunan kepada masyarakat

    karena tingkat pemahaman masyarakat akan lebih baik kalau pendidikan juga lebih baik.

    Upaya melaksanakan pembangunan di bidang pendidikan yang terarah dan tepat sasaran

    telah ditentukan visi pendidikan nasional yaitu "terwujudnya masyarakat Indonesia yang

    damai, demokratis, berakhlak, berkeahlian, berdaya saing, maju dan sejahtera dalam

    wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang di dukung oleh manusia Indonesia yang

    sehat, mandiri, beriman, betaqwa, berakhlak mulia, cinta tanah air berdasarkan hukum dan

    lingkungan, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi

    serta berdisiplin".

    A. Tingkat Pendidikan

    Tolak ukur yang sangat mendasar di bidang pendidikan adalah kemampuan membaca

    dan menulis penduduk dewasa. Kemampuan membaca dan menulis dibedakan

    terhadap huruf latin, huruf lainnya, dan tidak dapat membaca dan menulis. Dalam hal

    ini yang dimaksud buta huruf adalah penduduk yang tidak dapat membaca dan

    menulis huruf latin. Kemampuan membaca dan menulis huruf latin akan menjadikan

    seseorang mampu untuk menambah pengetahuan baik dari media cetak maupun

    media elektronik.

    Kemampuan baca tulis tercermin dari data Angka Melek Huruf, dalam hal ini

    merupakan persentase penduduk usia 10 tahun ke atas yang dapat membaca dan

    menulis huruf latin. Penduduk Serang yang sudah mampu membaca dan menulis

    huruf latin tahun 2009 mencapai 94,77 persen, sisanya sebanyak 5,23 persen adalah

    penduduk yang belum dapat membaca dan menulis (buta huruf). Penduduk yang tidak

    dapat membaca dan menulis sebagian besar terkonsentrasi pada penduduk usia tua

    yaitu penduduk yang berumur 45 tahun keatas.

    Bila dibandingkan antara penduduk laki-laki dan perempuan, maka penduduk laki-laki

    Iebih banyak yang sudah mampu membaca dan menulis, yaitu untuk penduduk laki-

    laki sebesar 97,87 persen, sedangkan untuk perempuan sebesar 93,07 persen. Bila

    dibandingkan dengan tahun sebelumnya, kemampuan baca tulis masyarakat Serang

    tahun 2009 mengalami peningkatan yaitu dari 94,55 persen tahun 2007 menjadi 94,77

    persen pada tahun 2009.

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang

    Tahun 2011-2015 III - 17

    Indikator lain untuk melihat tingkat pendidikan adalah Rata-rata Lama Sekolah (RLS),

    Rata-rata lama sekolah menunjukkan berapa lama penduduk Serang mampu

    menyekolahkan anaknya Rata-rata lama sekolah penduduk Serang tahun 2009

    mencapai 7,12 tahun, ini berarti rata-rata pendidikan penduduk Serang baru sampai

    jenjang SLTP kelas satu. Jadi secara umum tingkat pendidikan yang ditamatkan

    penduduk Serang baru lulus SD dan sedikit yang melanjutkan ke SLTP.

    Selain indikator Angka Melek Huruf dan Rata-rata Lama Sekolah, gambaran kualitas

    SDM Serang dapat dilihat juga dari pendidikan yang ditamatkan oleh penduduk itu

    sendiri. Pendidikan yang ditamatkan penduduk Serang tahun 2008 paling banyak

    adalah masih tingkat SD sederajat yaitu sebesar 33,35 persen. Sedangkan SLTP

    hanya 16,94 persen. Yang sangat mengkhawatirkan adalah masih banyak penduduk

    yang tidak/belum tamat SD/sederajat yang mencapai 35,50 persen, dimana pada

    kelompok ini masih terindikasi adanya penduduk diluar usia wajar dikdas (usia

    dewasa/tua).

    Gambar 3.3

    Komposisi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan Tahun 2008

    SLTP/Sederajat;

    16,94

    SLTA/Sederajat;

    12,26 Universitas; 1,95 Tidak/Belum

    Tamat

    SD/Sederajat;

    35,50

    SD/Sederajat;

    33,35

    Bila melihat komposisi pendidikan yang ditamatkan berdasarkan gender, maka tertihat

    penduduk laki-laki lebih baik dibandingkan penduduk perempuan. Hal ini tertihat dari

    penduduk perempuan yang belum atau tidak lulus SD serta yang belum pemah

    sekolah lebih banyak dibandingkan penduduk laki-laki. Hal ini dimungkinkan adanya

    faktor budaya pada sebagian masyarakat yang lebih mementingkan pendidikan untuk

    anak laki-laki dibandingkan anak perempuan.

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang

    Tahun 2011-2015 III - 18

    Tabel 3.10 Keadaan Pendidikan di Kabupaten Serang

    Tahun 2007-2009

    No Uraian Satuan Tahun

    2007 2008 2009

    1 Angka Melek Huruf (AMH) % 94,55 94,60 94,77

    2 Rata-Rata Lama Sekolah (RLS) Tahun 6,95 7,00 7,12

    3 Persentase Penduduk Usia 10 Tahun Ke Atas Menurut Tingkat Pendidikan yang Ditamatkan :

    Tidak/Belum Tamat SD/Sederajat % 35,50

    SD/Sederajat % 33,35

    SMP/Sederajat % 16,94

    SMA/Sederajat % 12,26

    Universitas % 1,95

    4 Angka Partisipasi Sekolah (APS)

    APS SD/Sederajat % 97,77 97,89 98,01

    APS SMP/Sederajat % 78,64 78,93 79,22

    APS SMA/Sederajat % 45,22 43,74 42,26

    5 Angka Partisipasi Kasar (APK)

    APK SD/Sederajat % 105,28 103,45

    APK SMP/Sederajat % 86,47 77,35

    APK SMA/Sederajat % 43,92 33,55

    6 Angka Partisipasi Murni (APM)

    APM SD/Sederajat % 94,79 96,00

    APM SMP/Sederajat % 56,4 62,31

    APM SMA/Sederajat % 32,27 33,55

    7 Jumlah Sekolah

    TK/RA Unit 61 70 71

    SD/Sederajat Unit 708 716 717

    SMP/Sederajat Unit 135 142 155

    SMA/Sederajat Unit 62 84 94

    8 Jumlah Guru

    TK/RA Orang 220 327 259

    SD/Sederajat Orang 6.910 8.116 7.611

    SMP/Sederajat Orang 2.799 3.235 3.214

    SMA/Sederajat Orang 1.496 1.993 2.191

    9 Jumlah Murid

    TK/RA Orang 2.816 3.134 2.846

    SD/Sederajat Orang 187.729 191.156 188.095

    SMP/Sederajat Orang 42.737 47.740 50.400

    SMA/Sederajat Orang 19.978 24.097 26.323

    10 Rasio Murid/Guru

    TK/RA 12,80 9,58 10,99

    SD/Sederajat 27,17 23,55 24,71

    SMP/Sederajat 15,27 14,76 15,68

    SMA/Sederajat 13,35 12,09 12,01 Sumber: BPS Kabupaten Serang Tahun 2007-2009 (Data diolah)

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang

    Tahun 2011-2015 III - 19

    B. Tingkat Partisipasi Sekolah

    Partisipasi sekolah anak di Serang dapat teriihat dari Angka Partisipasi Sekolah (APS)

    usia SD/Sederajat, SMP/Sederajat maupun SMA/Sederajat. Angka ini menunjukkan

    partisipasi anak pada usia sekolah yang bersekolah, baik pada usia SD (7-12 tahun),

    SMP (13-15 tahun) maupun SMA (16-18 tahun). Angka ini juga menunjukkan berapa

    besar keikutsertaan masyarakat dalam memanfaatkan program pendidikan yang ada.

    Secara umum APS Kabupaten Serang untuk anak usia SD sebesar 98,01 persen. Ini

    menunjukkan bahwa dari sekian banyak anak usia SD yaitu 7 sampai 12 tahun hanya

    98 persen yang bersekolah. Sisanya sebesar 2 persen dari anak usia SD tersebut

    tidak bersekolah baik yang putus sekolah maupun yang belum pernah sekolah.

    Partisipasi sekolah anak usia SD laki-laki relatrf lebih baik dibandingkan dengan

    partisipasi anak usia SD perempuan.

    Bila dibandingkan dengan partisipasi sekolah anak usia SD, partisipasi sekolah anak

    usia SMP dan SMA kondisinya lebih rendah. Hal ini mengingat kurangnya

    kemampuan masyarakat Serang untuk menyekolahkan anaknya ke jenjang

    pendidikan yang lebih tinggi. APS SMP tahun 2009 sebesar 79,22 persen dan APS

    SMA sebesar 42,26 persen. Ini menunjukkan bahwa dari 100 anak usia SMP (usia 13-

    15), yang bersekolah hanya 79 anak. Sedangkan anak usia SMA (usia 16-18) hanya

    sebanyak 42 atau 43 anak yang sedang bersekolah. Hal ini juga berarti dari 100 anak

    usia SMP ada sekitar 21 anak yang tidak bersekolah dengan berbagai alasan yang

    ada di masyarakat. Bahkan untuk anak usia SMA, jumlahnya jauh lebih banyak yang

    tidak bersekolah dibandingkan anak yang bersekolah.

    Bila dibandingkan berdasarkan gender, partisipasi sekolah anak usia SMP laki-laki

    lebih baik dibandingkan anak perempuan. Begitu juga untuk anak usia SMA,

    partisipasi sekolah anak laki-laki lebih besar dibandingkan anak perempuan.

    Selain APS, biasanya untuk melihat partisipasi anak/masyarakat terhadap sekolah

    digunakan juga Angka Partisipasi Mumi (APM) dan Angka Partisipasi Kasar (APK).

    Angka Partisipasi Murni merupakan persentase penduduk usia sekolah tertentu yang

    bersekoiah pada jenjang sekolah tersebut terhadap jumlah penduduk usia sekolah

    yang dimaksud. Sedangkan Angka Partisipasi Kasar merupakan persentase

    penduduk yang sekolah pada suatu jenjang pendidikan terhadap jumlah penduduk

    usia pendidikan tertentu.

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang

    Tahun 2011-2015 III - 20

    Bila dibandingkan ketiga indikator partisipasi sekolah baik APS, APM maupun APK

    pada jenjang pendidikan SD, SMP maupun SMA dapat terlihat perbandingan antara

    anak yang bersekolah tepat pada usia sekolah atau anak yang sekolah tidak tepat

    pada usia sekolahnya. Untuk anak usia SD, APK lebih besar dibandingkan APS, ini

    menunjukkan bahwa anak yang usianya bukan usia SD tapi bersekolah di SD Iebih

    banyak dibandingkan anak usia SD yang bersekolah bukan di SD. Sedangkan anak

    usia SMP dan SMA terlihat APS Iebih besar dari APK, ini menunjukkan bahwa anak

    usia SMP dan SMA yang bersekolah bukan di SMP dan SMA Iebih banyak

    dibandingkan anak bukan usia SMP dan SMA yang bersekolah di SMP dan SMA.

    Sementara itu, terkait dengan partisipasi sekolah perlu diperhatikan juga

    perkembangan jumlah murid sekolah. Untuk jumlah murid TK/Sederajat di Kabupaten

    Serang dalam kurun waktu tahun 2007-2009 mengalami peningkatan. Kondisi ini

    dicerminkan oleh bertambahnya jumlah murid dari 2.816 siswa pada tahun 2007

    menjadi 2.846 siswa pada tahun 2009.

    Untuk jumlah murid SD/Sederajat di Kabupaten Serang dalam kurun waktu tahun

    2007-2009 kondisinya juga mengalami peningkatan. Kondisi ini dicerminkan oleh

    bertambahnya jumlah murid dari 187.729 siswa pada tahun 2007 menjadi 188.095

    siswa pada tahun 2009.

    Adapun jumlah murid SMP/Sederajat di Kabupaten Serang dalam kurun waktu tahun

    2007-2009 jumahnya mengalami peningkatan yang cukup pesat. Kondisi ini

    dicerminkan oleh bertambahnya jumlah murid dari 42.737 siswa pada tahun 2007

    menjadi 50.400 siswa pada tahun 2009.

    Demikian halnya jumlah murid SMA/Sederajat di Kabupaten Serang dalam kurun

    waktu tahun 2007-2009 juga mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Kondisi ini

    dicerminkan oleh bertambahnya jumlah murid dari 19.978 siswa pada tahun 2007

    menjadi 26.323 siswa pada tahun 2009.

    C. Fasilitas Pendidikan

    Fasilitas pendidikan khususnya sarana berupa gedung merupakan hal yang penting

    karena merupakan tempat di mana terjadinya proses Kegiatan Belajar Mengajar

    (KBM). Selain itu ketersediaan tenaga pengajar yang memenuhi kualifikasi dan

    berkualitas merupakan hal yang penting dalam meningkatkan mutu pendidikan di

    suatu wilayah.

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang

    Tahun 2011-2015 III - 21

    Jumlah sekolah TK/Sederajat di Kabupaten Serang dalam kurun waktu tahun 2007-

    2009 mengalami peningkatan. Kondisi ini dicerminkan oleh meningkatnya jumlah

    sekolah dari 61 sekolah pada tahun 2007 menjadi 71 sekolah pada tahun 2009.

    Demikian pula jumlah guru TK/Sederajat di Kabupaten Serang dalam kurun waktu

    yang sama jumlahnya mengalami peningkatan. Kondisi ini dicerminkan oleh

    bertambahnya jumlah guru dari 220 orang pada tahun 2007 menjadi 259 orang pada

    tahun 2009.

    Rasio rata-rata jumlah murid terhadap jumlah sekolah TK/Sederajat di Kabupaten

    Serang pada tahun 2009 mencapai 40,08, artinya setiap satu TK rata-rata

    menampung 40 siswa. Adapun rasio rata-rata jumlah murid terhadap jumlah guru

    TK/Sederajat pada tahun yang sama adalah sebesar 10,99, artinya setiap satu guru

    TK rata-rata mengajar 10-11 siswa.

    Jumlah sekolah SD/Sederajat di Kabupaten Serang dalam kurun waktu tahun 2007-

    2009 juga mengalami peningkatan. Kondisi ini dicerminkan oleh meningkatnya jumlah

    sekolah dari 708 sekolah pada tahun 2007 menjadi 717 sekolah pada tahun 2009.

    Demikian pula jumlah guru SD/Sederajat di Kabupaten Serang dalam kurun waktu

    yang sama juga mengalami peningkatan. Kondisi ini dicerminkan oleh meningkatnya

    jumlah guru dari 6.910 orang pada tahun 2007 menjadi 7.611 orang pada tahun 2009.

    Dengan kondisi demikian, maka rasio rata-rata jumlah murid terhadap jumlah sekolah

    SD/Sederajat di Kabupaten Serang pada tahun 2009 mencapai 262,34, artinya setiap

    satu SD rata-rata menampung 262 siswa. Adapun rasio rata-rata jumlah murid

    terhadap jumlah guru SD/Sederajat pada tahun yang sama adalah sebesar 24,71,

    artinya setiap satu guru SD rata-rata mengajar 25 siswa.

    Adapun jumlah SMP/Sederajat di Kabupaten Serang dalam kurun waktu tahun 2007-

    2009 juga mengalami peningkatan. Kondisi ini dicerminkan oleh bertambahnya jumlah

    sekolah dari 135 sekolah pada tahun 2007 menjadi 155 sekolah pada tahun 2009.

    Demikian pula jumlah guru SMP/Sederajat di Kabupaten Serang dalam kurun waktu

    tahun 2007-2009 mengalami peningkatan. Kondisi ini dicerminkan oleh meningkatnya

    jumlah guru dari 2.799 orang pada tahun 2007 menjadi 3.214 orang pada tahun 2009.

    Dengan kondisi demikian, maka rasio rata-rata jumlah murid terhadap jumlah sekolah

    SMP/Sederajat di Kabupaten Serang pada tahun 2009 mencapai 325,16, artinya

    setiap satu SMP rata-rata menampung 325 siswa. Adapun rasio rata-rata jumlah

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang

    Tahun 2011-2015 III - 22

    murid terhadap jumlah guru SMP/Sederajat pada tahun yang sama adalah sebesar

    15,68, artinya setiap satu guru SMP rata-rata mengajar 15 siswa.

    Demikian halnya dengan kondisi SMA/Sederajat di Kabupaten Serang dalam kurun

    waktu tahun 2007-2009 jumlahnya terus mengalami peningkatan. Kondisi ini

    dicerminkan dengan bertambahnya jumlah sekolah dari 62 sekolah pada tahun 2007

    menjadi 94 sekolah pada tahun 2009. Demikian pula jumlah guru SMA/Sederajat di

    Kabupaten Serang dalam kurun waktu yang sama juga mengalami peningkatan.

    Kondisi ini dicerminkan dari meningkatnya jumlah guru dari 1.496 orang pada tahun

    2007 menjadi 2.191 orang pada tahun 2009.

    Dengan kondisi tersebut, maka rasio rata-rata jumlah murid terhadap jumlah sekolah

    SMA/Sederajat di Kabupaten Serang pada tahun 2009 mencapai 280,03, artinya

    setiap satu SMA rata-rata menampung 280 siswa. Adapun rasio rata-rata jumlah

    murid terhadap jumlah guru SMA/Sederajat pada tahun yang sama adalah sebesar

    12,01, artinya setiap satu guru SMA rata-rata mengajar 12 siswa.

    Adapun kondisi perkembangan pondok pesantren yang juga merupakan salah satu

    sarana pendidikan masyarakat, khususnya pendidikan agama, setiap tahunnya

    cenderung menurun. Jumlah pondok pesantren di Kabupaten Serang pada tahun

    2007 berjumlah 717, sedangkan pada tahun 2009 berkurang menjadi sejumlah 657.

    Demikian juga jumlah kiyai/pengajar pada tahun 2007 berjumlah 780, sedangkan

    pada tahun 2009 berjumlah 684. Namun tidak demikian dengan perkembangan

    jumlah santri yang belajar di pondok pesantren, dimana perkembangannya justru

    cenderung meningkat. Jumlah santri pada tahun 2007 laki-laki berjumlah 18.058 santri

    dan perempuan berjumlah 12.692 santri. Sedangkan pada tahun 2009 meningkat

    menjadi, santri laki-laki berjumlah 18.416 santri dan santri perempuan berjumlah

    12.856 santri. Kondisi tersebut tentunya perlu menjadi perhatian serius pemerintah,

    mengingat strategisnya peran pondok pesantren dalam membangun sumberdaya

    manusia di Kabupaten Serang.

    3.2.3. Kesehatan

    Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang

    memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis (Undang-

    Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan). Pembangunan kesehatan bertujuan

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang

    Tahun 2011-2015 III - 23

    untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang

    agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasii

    bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis.

    Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk melihat derajat kesehatan penduduk

    adalah Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Harapan Hidup. Selain itu aspek penting

    lainnya yang turut mempengaruhi kualitas fisik penduduk adalah status kesehatan antara

    lain diukur melaiui angka kesakitan atau tingkat keluhan kesehatan.

    A. Angka Kematian

    Kematian merupakan proses akumulasi akhir dari berbagai penyebab kematian baik

    langsung maupun tidak langsung. Kematian juga berhubungan erat dengan permasalahan

    kesehatan akibat berbagai hal seperti gangguan penyakit, kecelakaan, faktor kualitas

    layanan kesehatan, atau akibat proses interaksi berbagai faktor. Jumlah kejadian kematian

    pada periode waktu dan pada kelompok usia tertentu, dapat memberi gambaran dari

    waktu ke waktu, dan dapat memberi gambaran perkembangan derajat kesehatan dan

    dapat digunakan dalam penilaian keberhasilan pelayanan kesehatan dan program

    pembangunan kesehatan.

    Berikut ini kondisi jumlah angka kematian yang tercatat dan terlaporkan di Kabupaten

    Serang pada tahun 2009:

    1. Jumlah Kematian Bayi

    Jumlah kematian neonatal (0-28 hari) pada tahun 2009 sebanyak 144 kasus dari

    30.094 kelahiran hidup. Penyebab utama kematian neonatal di Kabupaten Serang

    diantaranya adalah BBLR 48 kasus, asfiksia 55 kasus, tetanus neonatrum 5 kasus,

    infeksi 4 kasus, dan lain-lain 31 kasus. Sementara itu jumlah kematian bayi (1-12

    bulan) pada tahun 2009 adalah sebesar 27 kasus. Penyebab utama kematian bayi

    adalah Diare sebanyak 1 kasus, ISPA 3 kasus, Infeksi 8 kasus, dan penyebab lain 15

    kasus.

    Tingkat kematian neonatal dan bayi tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:

    kesadaran ibu dalam memeriksakan diri ke tenaga kesehatan secara teratur selama

    kehamilan dan pelayanan kesehatan bayi muda, cakupan imunisasi, asupan gizi yang

    adekuat, pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan terlatih, deteksi dini tumbuh

    kembang (DDTK), layanan posyandu serta sarana dan prasarana yang tersedia, serta

    beberapa faktor lainnya.

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang

    Tahun 2011-2015 III - 24

    Jumlah kematian balita adalah jumlah kematian anak umur 1-4 tahun. Kematian balita

    menggambarkan masalah kesehatan anak serta faktor-faktor yang mempengaruhi

    kesehatan anak balita seperti gizi, sanitasi, penyakit infeksi dan kecelakaan. Jumlah

    kematian balita di Kabupaten Serang yang terjadi pada tahun 2009 sebanyak 9 orang

    dari 141.282 balita yang ada atau 0,006%.

    2. Jumlah Kematian Ibu

    Jumlah kematian ibu adalah banyaknya kematian wanita pada masa kehamilan,

    sekitar persalinan dan 40 hari setelah masa persalinan (nifas). Jumlah kematian ibu

    juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: tingkat pendidikan dan sosial

    ekonomi, kesadaran perilaku hidup bersih dan sehat, status gizi dan kesehatan,

    kondisi kesehatan lingkungan, serta tingkat pelayanan kesehatan.

    Isu gender juga berpengaruh terhadap peningkatan kesehatan dan kesejahteraan

    bagi kaum ibu, dimana peran serta dan kepedulian suami dan masyarakat di

    sekitarnya dalam memperhatikan kesehatan dan keselamatan kaum ibu yang

    memiliki peran besar dalam keluarga sangat dibutuhkan dukungannya.

    Jumlah kematian ibu akibat hamil, bersalin dan nifas di Kabupaten Serang untuk

    tahun 2009 sebanyak 62 kasus dari 30.933 ibu. Terdiri dari 16 orang meninggal saat

    hamil, 17 orang meninggal saat bersalin dan 29 orang meninggal saat nifas. Jumlah

    ini mengalami peningkatan kasus dari tahun 2008 yaitu 47 Orang.

    Jumlah tersebut belum dapat dikatakan jumlah seluruh kematian ibu yang terjadi di

    Kabupaten Serang karena besar kemungkinan masih banyak kasus kematian ibu

    yang tidak tercatat dan terlaporkan. Sebagai penyebab langsung kematian ibu masih

    di dominasi oleh penyebab utama adalah eklamsi (33,9%), perdarahan (22,6%), dan

    infeksi (8,1%).

    Kematian ibu maternal dapat dicegah bila cepat dan tepat dalam pengambilan

    keputusan penanganannya. Pada tahun 2009 ini di temukan 6.184 kasus ibu hamil

    resiko tinggi, sedangkan dirujuk ke sarana kesehatan yang lebih tinggi hanya

    berjumlah 2.699 kasus (43,64%). Bila dibandingkan dengan target SPM kasus yang

    harus ditangani 100% maka cakupan ini masih sangat kecil. Penyebab kecilnya

    cakupan tersebut antara lain karena persepsi tentang resiko tinggi dan faktor resiko

    yang masih belum sama, keengganan bidan untuk merujuk dan kesulitan

    pasien/keluarga pasien untuk bersedia di rujuk.

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang

    Tahun 2011-2015 III - 25

    Kasus kematian ibu juga sangat dipengaruhi adanya kesadaran masyarakat dalam

    melakukan pemeliharaan dan pemeriksaan kehamilannya sesuai dengan standar

    kualitas pelayanan kebidanan yaitu melalui pemeriksaan kehamilan minimal 4 kali

    (K4). Persoalan bidan di bidang pemberian layanan kesehatan ibu dan anak adalah

    dari 406 bidan, baru 86 orang (21,2%) bidan yang terlatih Asuhan Persalinan Normal

    (APN), ini juga sangat mempengaruhi kematian ibu dimana tahun 2009 kematian ibu

    sebanyak 62 orang, 19 ibu meninggal ditolong oleh bidan. Hal ini kemungkinan

    disebabkan bidan yang menolong persalinan tidak berkualifikasi/terlatih APN.

    3. Kematian Akibat KLB

    Kejadian Luar Biasa (KLB) dijelaskan sebagai timbulnya atau meningkatnya kejadian

    kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah

    dalam kurun waktu tertentu. Kriteria tentang KLB diantaranya adalah berupa

    peningkatan jumlah kesakitan/kematian sebanyak dua kali lipat atau lebih (X + 2 SD)

    dibandingkan periode sebelumnya (jam, hari, bulan, tahun).

    KLB di Kabupaten Serang pada tahun 2009 terdiri atas 3 jenis penyakit, yaitu: Diare,

    Campak dan Keracunan Makanan. Dari ketiga penyakit tersebut, yang terbesar

    menyebabkan kematian adalah KLB Diare, dari jumlah 259 penderita Diare di 5 desa

    terjadi 6 kasus kematian, dan KLB Campak dari jumlah 163 penderita Campak

    dengan hasil laboratorium Positif Campak (+) terjadi di 3 desa dengan jumlah

    kematian 4 orang . Attack rate tertinggi adalah keracunan makanan sebesar 2,6% dan

    Crude Fatality Rate (CFR) tertinggi adalah KLB Campak sebesar 2,5%.

    B. Angka Kesakitan

    Selama tahun 2009, terhimpun informasi jumlah kesakitan yang diperoleh dari pelayanan

    kesehatan melalui sistem pencatatan dan pelaporan, baik pencatatan dan pelaporan rutin

    maupun insidentil. Informasi tersebut adalah sebagai berikut:

    1. TB Paru

    TB Paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh basil Mycobacterium

    tuberkulosis. Kasus TB Paru BTA (+) baru pada tahun 2009 ditemukan sejumlah

    1.416 kasus. Sementara itu, dari 1.590 TB Paru BTA (+) baru yang ditemukan dan di

    obati pada tahun 2008, sebanyak 1.507 kasus (94.8%) dinyatakan sembuh.

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang

    Tahun 2011-2015 III - 26

    2. Acute Flaccid Paralysis (AFP)

    Dalam upaya membebaskan Indonesia dari penyakit polio, langkah-langkah yang

    dilakukan dalam menunjang program ini seperti pemberian imunisasi polio secara

    rutin, pemberian imunisasi massal pada balita melalui PIN (Pekan Imunisasi Nasional)

    dan surveilans AFP (Acute Flaccid Paralysis) secara aktif baik di Rumah Sakit

    maupun di Puskesmas

    Pada tahun 2009 di Kabupaten Serang ditemukan 7 kasus AFP dengan hasil

    laboratorium semuanya negatif. Namun demikian kewaspadaan tetap dilakukan

    terutama masuknya virus dari luar negara yang disinyalir dari para tenaga kerja

    Indonesia yang bekerja di negara yang masih terjangkit virus tersebut.

    3. HIV/AIDS

    Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Serang (klinik VCT) jumlah

    temuan HIV/AIDS pada tahun 2009 sebanyak 22 kasus, dan 7 kasus diantaranya

    sudah AIDS serta 2 orang telah meninggal dunia. Adapun menurut laporan UTDC

    PMI Serang, pada tahun 2009 diketahui jumlah penderita HIV di Kabupaten Serang

    sebanyak 45 orang.

    4. Pneumonia

    Angka kematian pneumonia pada balita di Indonesia diperkirakan mencapai 21%.

    Adapun angka kesakitan diperkirakan mencapai 250 hingga 299 per 1000 anak balita

    setiap tahunnya. Untuk kasus pneumonia di Kabupaten Serang selama tahun 2009

    terjadi sebesar 2.476 kasus, dengan 2.198 penderitanya adalah balita.

    5. Diare

    Penyakit diare erat kaitannya dengan kesehatan lingkungan, penyediaan air bersih

    dan perilaku kesehatan. Jika ketiga komponen tersebut memenuhi syarat kesehatan

    maka penyebaran penyakit ini dapat ditekan. Kasus diare juga merupakan kasus

    yang banyak diderita balita, karena kondisi fisik yang masih rentan terhadap penyakit

    ini. Di Kabupaten Serang pada tahun 2009 terdapat 37.127 kasus diare, 19.294 kasus

    terjadi pada balita dan 100% berhasil ditangani. Di Kabupaten Serang penyediaan air

    bersih baru mencakup 59,70%. Hal ini jelas sangat kurang mengingat air bersih

    merupakan komponen terpenting dalam menunjang kehidupan yang sehat.

    Disamping itu kepemilikan jamban keluarga juga baru mencapai 38,0%. Jamban

    keluarga mutlak diperlukan agar penyebaran penyakit akibat tinja manusia dapat

    dihindari.

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang

    Tahun 2011-2015 III - 27

    6. Malaria

    Setidaknya dalam lima tahun terakhir (2005 - 2009) kasus malaria di Kabupaten

    Serang perkembangannya mengalami fluktuasi dengan kecenderungan yang semakin

    berkurang. Pada tahun 2005 di Kabupaten Serang ditemukan 6 kasus, tahun 2006

    meningkat menjadi 15 kasus, tahun 2007 menurun menjadi 13 kasus, tahun 2008

    kembali menurun menjadi 5 kasus, dan pada tahun 2009 menurun lagi menjadi 4

    kasus. Di Kabupaten Serang terdapat beberapa daerah yang potensial terkena

    penyakit malaria seperti Cinangka dan Anyer, karena lingkungan daerah tersebut

    sangat mendukung vektor penular penyakit malaria.

    C. Angka Harapan Hidup

    Umur Harapan Hidup (UHH) adalah salah satu indikator yang mencerminkan berapa lama

    seorang bayi lahir diharapkan hidup. Tinggi rendahnya umur harapan hidup menunjukkan

    taraf hidup dan keberhasilan pembangunan kesehatan di suatu daerah. Apabila suatu

    daerah dapat menekan angka kesakitan dan kematian akan tercermin dari tingginya umur

    harapan hidup di daerah tersebut. UHH Kabupaten Serang pada tahun 2009 telah

    mencapai 63,08 tahun, angka tersebut masih dibawah rata-rata UHH nasional yang

    berkisar antara 65-66 tahun.

    Umur Harapan Hidup (UHH) pada dasarnya dipengaruhi oleh masih tingginya Angka

    Kematian Ibu (AKI) serta Angka Kematian Bayi (AKB). Semakin tinggi jumlah kematian

    bayi maka makin rendah umur harapan hidup.

    Upaya untuk meningkatkan UHH menjadi 85 tahun (standar maksimal yang ditetapkan

    UNDP) merupakan hal penting yang perlu dicermati melalui upaya-upaya peningkatan

    kegiatan program yang berdampak pada tingkat kesejahteraan masyarakat seperti

    penurunan resiko kesakitan pada keluarga rentan penyakit degeneratif dan tidak menular

    serta peningkatan kesehatan pra usila yang dapat hidup produktif dan mandiri.

    D. Status Gizi

    Status gizi seseorang sangat erat kaitannya dengan permasalahan kesehatan umum,

    karena disamping merupakan faktor predisposisi yang dapat memperparah penyakit

    infeksi secara langsung juga dapat menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan

    individual. Salah satu faktor mendasar dalam permasalahan gizi adalah faktor ekonomi.

    Faktor inilah yang kemudian mempengaruhi penghasilan masyarakat secara umum.

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang

    Tahun 2011-2015 III - 28

    Rendahnya pendapatan perkapita penduduk sangat berpengaruh pada pemenuhan

    kebutuhan pokok (makanan), sehingga dalam kurun waktu yang lama permasalahan gizi

    akan sangat berdampak pada kualitas sumber daya manusia.

    Pada tahun 2009, jumlah balita yang ditimbang di Kabupaten Serang adalah sebanyak

    138.945 balita (90,7% dari total balita). Dari jumlah tersebut diketahui bahwa balita dengan

    status gizi buruk/kurus sekali sebanyak 499 anak (0,33%). Angka tersebut menjadi

    perhatian khusus pemerintah dalam hal ini Dinas Kesehatan Kabupaten Serang, walaupun

    angkanya masih berada dibawah target yang ditetapkan untuk gizi buruk sebesar

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang

    Tahun 2011-2015 III - 29

    Kondisi tersebut menunjukan bahwa ketersediaan dokter umum dan dokter gigi masih

    minim sekali, yakni diperkirakan hanya sekitar 2-3 dokter umum dan 1-2 dokter gigi

    yang melayani setiap 100.000 penduduk di Kabupaten Serang. Angka tersebut

    berada jauh dibawah target pencapaian Indonesia Sehat 2010 yakni dokter umum 40

    per 100.000 penduduk dan dokter gigi 11 per 100.000 penduduk.

    2. Bidan

    Jumlah bidan di Kabupaten Serang dalam kurun waktu tahun 2007-2009 jumlahnya

    terus mengalami peningkatan. Kondisi ini dicerminkan oleh meningkatnya jumlah

    bidan dari 371 orang pada tahun 2007 menjadi 425 orang pada tahun 2009. Dari

    jumlah tersebut diketahui bahwa rasio bidan pada tahun 2009 yakni sebesar 31,6 per

    100.000 penduduk. Kondisi tersebut menunjukan bahwa ketersediaan bidan masih

    minim sekali, yakni diperkirakan hanya sekitar 31-32 bidan yang melayani setiap

    100.000 penduduk di Kabupaten Serang. Angka tersebut masih berada dibawah

    target pencapaian Indonesia Sehat 2010 yakni 100 bidan per 100.000 penduduk.

    3. Tenaga Kesehatan selain Dokter (Paramedis)

    Jumlah tenaga kesehatan selain dokter (paramedis) di Kabupaten Serang dalam

    kurun waktu tahun 2007-2009 juga mengalami penurunan. Kondisi ini dicerminkan

    oleh menurunnya jumlah paramedis dari 614 orang pada tahun 2007 menjadi 243

    orang pada tahun 2009. Dari jumlah tersebut diketahui bahwa rasio paramedis pada

    tahun 2009 yakni sebesar 18,1 per 100.000 penduduk. Kondisi tersebut menunjukan

    bahwa ketersediaan paramedis masih minim sekali, yakni diperkirakan hanya sekitar

    18 paramedis yang melayani setiap 100.000 penduduk di Kabupaten Serang.

    Adapun jumlah dukun bayi di Kabupaten Serang dalam kurun waktu tahun 2007-2009

    kondisinya mengalami peningkatan. Kondisi ini dicerminkan oleh bertambahnya

    jumlah dukun bayi dari 1.183 orang pada tahun 2007 menjadi 1.226 orang pada tahun

    2009. Dari jumlah tersebut diketahui bahwa rasio dukun bayi pada tahun 2009 yakni

    sebesar 91,1 per 100.000 penduduk. Kondisi tersebut menunjukan bahwa

    ketersediaan dukun bayi cukup tersedia, yakni diperkirakan sekitar 91 dukun bayi

    yang melayani setiap 100.000 penduduk di Kabupaten Serang.

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang

    Tahun 2011-2015 III - 30

    Tabel 3.11 Perkembangan Jumlah Tenaga Kesehatan di Kabupaten Serang

    Tahun 2007-2009

    No. Uraian Tahun

    2007 2008 2009

    1 Dokter Umum 43 50 34

    2 Dokter Gigi 21 22 19

    3 Bidan 371 412 425

    4 Kesehatan non Dokter (Paramedis) 614 245 243

    5 Dukun Bayi 1.183 1.193 1.226 Sumber : Kabupaten Serang Dalam Angka, Tahun 2007-2009 (data diolah)

    Adapun perkembangan kondisi fasilitas kesehatan yang meliputi puskesmas, apotik, toko

    obat dan lainnya, yang ada di Kabupaten Serang adalah sebagai berikut.

    1. Puskesmas

    Di Kabupaten Serang distribusi Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan

    kesehatan dasar bagi masyarakat sedianya telah tersedia merata di seluruh

    kecamatan, bahkan pada beberapa kecamatan sampai tersedia lebih dari 1 (satu)

    puskesmas. Pada tahun 2009 secara keseluruhan jumlah puskesmas yang ada di

    Kabupaten Serang mencapai 30 puskesmas. Dengan demikian rata-rata rasio

    puskesmas terhadap 100.000 penduduk adalah sebesar 2,2. Ini berarti bahwa pada

    tahun 2009 setiap 100.000 penduduk di Kabupaten Serang rata-rata dilayani oleh 2

    puskesmas.

    2. Puskesmas Pembantu

    Hingga tahun 2009, keberadaan puskesmas pembantu di Kabupaten Serang

    jumlahnya telah mencapai 48 unit. Dengan jumlah desa di Kabupaten Serang pada

    tahun yang sama mencapai 314 desa, maka rata-rata rasio puskesmas pembantu

    terhadap jumlah desa adalah sebesar 6,5. Ini berarti bahwa pada tahun 2009 setiap

    satu puskesmas pembantu di Kabupaten Serang rata-rata melayani 6-7 desa.

    3. Puskesmas Keliling

    Keberadaan puskesmas keliling di Kabupaten Serang hingga tahun 2009 jumlahnya

    telah mencapai 85 unit. Dengan jumlah desa di Kabupaten Serang pada tahun yang

    sama mencapai 314 desa, maka rata-rata rasio puskesmas keliling terhadap jumlah

    desa adalah sebesar 3,7. Ini berarti bahwa pada tahun 2009 setiap satu puskesmas

    keliling di Kabupaten Serang rata-rata melayani 3-4 desa.

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang

    Tahun 2011-2015 III - 31

    4. Apotik

    Keberadaan apotik di Kabupaten Serang dalam kurun waktu 2007-2009 jumlahnya

    mengalami peningkatan. Kondisi ini dicerminkan oleh meningkatnya jumlah apotik

    dari 10 unit pada tahun 2007 menjadi 21 unit pada tahun 2009. Dengan demikian

    rata-rata rasio apotik terhadap 100.000 penduduk adalah sebesar 1,6. Ini berarti

    bahwa pada tahun 2009 setiap 100.000 penduduk di Kabupaten Serang rata-rata

    dilayani oleh 1-2 apotik.

    5. Balai Pengobatan

    Keberadaan balai pengobatan di Kabupaten Serang dalam kurun waktu 2007-2009

    jumlahnya mengalami peningkatan. Kondisi ini dicerminkan oleh meningkatnya jumlah

    balai pengobatan dari 15 unit pada tahun 2007 menjadi 26 unit pada tahun 2009.

    Dengan demikian rata-rata rasio balai pengobatan terhadap 100.000 penduduk

    adalah sebesar 1,9. Ini berarti bahwa pada tahun 2009 setiap 100.000 penduduk di

    Kabupaten Serang rata-rata dilayani oleh 1-2 balai pengobatan.

    6. Posyandu

    Keberadaan posyandu di Kabupaten Serang dalam kurun waktu 2007-2009

    jumlahnya mengalami peningkatan. Kondisi ini dicerminkan oleh meningkatnya jumlah

    posyandu dari 1.435 unit pada tahun 2007 menjadi 1.505 unit pada tahun 2009.

    Dengan jumlah puskesmas di Kabupaten Serang pada tahun yang sama mencapai

    30 puskesmas, maka rata-rata rasio puskesmas terhadap jumlah posyandu adalah

    sebesar 50,2. Ini berarti bahwa pada tahun 2009 setiap satu puskesmas di Kabupaten

    Serang rata-rata membawahi 50 posyandu.

    7. Polindes

    Hingga tahun 2009, keberadaan polindes di Kabupaten Serang jumlahnya telah

    mencapai 35 unit. Dengan jumlah puskesmas di Kabupaten Serang pada tahun yang

    sama mencapai 30 puskesmas, maka rata-rata rasio puskesmas terhadap jumlah

    polindes adalah sebesar 1,2. Ini berarti bahwa pada tahun 2009 setiap satu

    puskesmas di Kabupaten Serang rata-rata membawahi 1 polindes.

    8. Poskesdes

    Hingga tahun 2009, keberadaan poskesdes di Kabupaten Serang jumlahnya telah

    mencapai 21 unit. Dengan jumlah puskesmas di Kabupaten Serang pada tahun yang

    sama mencapai 30 puskesmas, maka rata-rata rasio puskesmas terhadap jumlah

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang

    Tahun 2011-2015 III - 32

    poskesdes adalah sebesar 0,7. Ini berarti bahwa pada tahun 2009 setiap satu

    puskesmas di Kabupaten Serang rata-rata membawahi 1 poskesdes.

    Tabel 3.12

    Perkembangan Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kabupaten Serang Tahun 2007-2009

    No. Uraian Tahun

    2007 2008 2009

    1 Puskesmas 28 30 30

    2 Puskesmas Pembantu 49 48 48

    3 Puskesmas Keliling 31 35 85

    4 Apotik 10 16 21

    5 Balai Pengobatan 15 33 26

    6 Posyandu 1.435 1.476 1.505

    7 Polindes 48 41 35

    8 Poskesdes 18 20 21 Sumber : Kabupaten Serang Dalam Angka, Tahun 2007-2009 (data diolah)

    3.2.4. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera

    Keluarga Berencana (KB) merupakan program pemerintah yang dikembangkan dalam

    rangka mengendalikan pertumbuhan penduduk agar tidak berlangsung secara berlebihan.

    Hal tersebut diperlukan sebagai antisipasi agar kelak tidak terjadi kelebihan penduduk

    (over population) yang dampaknya akan sangat merugikan bagi pembangunan dan juga

    keberlangsungan kehidupan.

    Perkembangan jumlah akseptor KB baru di Kabupaten Serang dalam tiga tahun terakhir

    terlihat terus mengalami peningkatan. Hal tersebut terlihat dari realisasi akseptor KB baru

    pada tahun 2007 dari target yang ditetapkan sebesar 40.947 PUS, terealisasi sebanyak

    35.466 akseptor KB baru atau dengan kata lain tingkat realisasinya sebesar 86,61%.

    Pencapaian tersebut selanjutnya meningkat baik secara nominal maupun persentase pada

    tahun 2009, dimana pada tahun tersebut dari target sebesar 40.539 PUS terealisasi

    sebesar 51.315 akseptor KB baru atau tingkat realisasinya mencapai 126,58%.

    Diantara cara/alat kontrasepsi yang ada, ternyata suntik dan pil merupakan pilihan

    terbanyak para akseptor KB. Pada tahun 2009 sebanyak 23.867 akseptor (46,51%)

    menggunakan alat kontrasepsi suntik dan sebanyak 17.820 akseptor (34,73%)

    menggunakan pil. Selebihnya atau sekitar 18,76% akseptor merupakan pengguna alat

    kontrasepsi berupa susuk, kondom, IUD, dan MOP/MOW.

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang

    Tahun 2011-2015 III - 33

    Disamping program Keluarga Berencana, hal lain yang juga mempunyai pengaruh yang

    cukup besar terhadap tinggi rendahnya tingkat fertilitas adalah faktor usia perkawinan

    pertama. Ini dikarenakan panjangnya masa reproduksi seorang perempuan berkaitan

    dengan umur pertama kali perempuan melakukan perkawinan. Semakin muda usia

    perkawinan pertama seorang perempuan, maka peluang untuk memiliki anak lebih banyak

    semakin besar karena panjangnya masa reproduksi seorang perempuan yang kawin

    muda. Pendewasaan usia kawin merupakan salah satu komponen vital yang turut

    menentukan kualitas sumber daya manusia (SDM) dan kebahagiaan keluarga termasuk

    juga kesehatan ibu. Pemerintah Kabupaten Serang harus lebih serius dalam memberikan

    penyuluhan tentang usia perkawinan pertama, seiring dengan masih besarnya

    kecenderungan masyarakat Kabupaten Serang yang melangsungkan perkawinan pada

    usia muda.

    Pada tahun 2008 dari sejumlah perempuan yang pemah kawin, persentase perempuan

    yang melangsungkan perkawinan pertamanya pada umur 16 tahun tercatat sebanyak

    32,81%. Angka tersebut pada dasarnya mengalami penurunan dibandingkan tahun 2006

    yang besarnya 34,12%. Namun angka ini dianggap masih cukup tinggi dan sangat

    berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan pembangunan di bidang kependudukan.

    Secara umum, pada tahun 2008 rata-rata usia perkawinan pertama perempuan di

    Kabupaten Serang adalah pada usia 18,12 tahun, relatif lebih baik (dewasa) dibandingkan

    tahun 2006 yaitu rata-rata pada usia 17,93 tahun.

    Namun demikian, apabila diperbandingkan maka kondisi usia perkawinan pertama

    perempuan di Kabupaten Serang pada tahun 2008 tersebut belum mencapai program

    (anjuran) pemerintah, karena dalam program pemerintah dianjurkan bahwa usia

    perkawinan pertama seorang perempuan minimal 20 tahun, sedangkan kondisi di

    Kabupaten Serang pada tahun 2008 secara rata-rata usia perkawinan pertama seorang

    perempuan baru mencapai 18,12 tahun. Kondisi ini tentunya cukup memprihatinkan

    karena berimplikasi pada resiko yang ditanggung oleh perempuan yang menikah pada

    usia belum cukup umur akan jauh lebih besar dibandingkan dengan perempuan yang

    menikah pada usia cukup umur. Perempuan yang menikah di usia muda, secara fisik

    sangat beresiko mengalami gangguan kelangsungan hidup baik bagi dirinya maupun

    anaknya.

    Dampak lain yang dapat ditimbulkan dari usia perkawinan muda, secara mental umumnya

    rentan terhadap perceraian karena emosi yang belum stabil. Disamping itu wanita yang

    melangsungkan perkawinan pada usia muda, akan menambah panjang masa fertilitas dari

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang

    Tahun 2011-2015 III - 34

    seorang ibu, dengan bertambah panjangnya masa fertilitas seorang ibu maka berimplikasi

    pada tingginya Iaju pertumbuhan penduduk di suatu daerah karena dengan panjangnya

    masa fertilitas seorang ibu maka peluang untuk mempunyai anak lebih banyak dibanding

    dengan perempuan yang masa fertilitasnya lebih pendek.

    3.2.5. Sosial

    Setiap pembangunan yang dilaksanakan pada dasarnya selalu bertujuan untuk

    meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Terkait masalah kesejahteraan masyarakat, hal

    yang paling lazim diperhatikan adalah tingkat pendapatan masyarakat. Tingkat

    pendapatan masyarakat tentunya ada yang tinggi, sedang dan ada juga yang rendah.

    Biasanya sasaran pemerintah dalam pembangunan kesejahteraan masyarakat adalah

    dengan mengupayakan pendapatan masyarakat yang masih rendah agar pendapatannya

    meningkat.

    Masyarakat atau penduduk dengan tingkat pendapatan yang rendah umumnya

    dikategorikan sebagai penduduk miskin karena dengan rendahnya pendapatan mereka

    belum/tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Penduduk miskin didefinisikan

    sebagai penduduk yang pendapatannya (didekati dengan pengeluaran) lebih rendah dan

    yang dibutuhkan untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup secara layak. Standar

    kebutuhan hidup layak tersebut diterjemahkan sebagai suatu jumlah rupiah yang dapat

    memenuhi kebutuhan konsumsi makanan setara 2.100 kalori sehari, ditambah sejumlah

    pengeluaran untuk bukan makanan seperti perumahan, pakaian, kesehatan, pendidikan

    dan lainnya. Jumlah uang tersebut kemudian dikatakan sebagai batas garis kemiskinan.

    Tinggi rendahnya angka jumlah penduduk miskin di suatu wilayah mencerminkan tingkat

    pendapatan penduduk pada wiiayah tersebut. Tingginya jumlah penduduk miskin

    mengindikasikan rendahnya tingkat pendapatan penduduk. Jumlah penduduk miskin

    merupakan indikator yang cukup baik untuk mengukur tingkat kesejahteraan rakyat di

    suatu wilayah/daerah tertentu.

    Disamping meningkatnya tingkat pendapatan, hal lain yang juga mengindikasikan tingkat

    kesejahteraan rakyat adalah bagaimana distribusi atau pemerataan pendapatan tersebut

    di berbagai lapisan masyarakat. Indikator distribusi pendapatan yang dihitung dengan

    menggunakan pendekatan pengeluaran, dapat memberikan petunjuk mengenai aspek

    pemerataan yang telah tercapai. Dari data pengeluaran dapat juga diungkapkan tentang

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang

    Tahun 2011-2015 III - 35

    pola konsumsi rumah tangga secara umum dengan menggunakan indikator proporsi

    pengeluaran untuk makanan dan bukan makanan.

    A. Jumlah Penduduk Miskin dan PMKS

    Permasalahan kesejahteraan sosial merupakan masalah yang sangat kompleks dan akan

    terus berkembang bersama dengan perkembangan masyarakat. Hal tersebut muncul

    disebabkan oleh perubahan-perubahan masyarakat yang selalu menunjukan

    perkembangan di segala bidang baik ekonomi, sosial, budaya dan khususnya teknologi.

    Seiring dengan kemajuan yang dicapai maka dampaknya semakin dirasakan, yaitu

    terjadinya kesenjangan sosial pada beberapa aspek kehidupan. Satu sisi menunjukan

    kemajuan dan meningkatkan mutu kehidupan, sedangkan di sisi lain menunjukan makin

    tertinggalnya kelompok-kelompok tertentu oleh kemajuan-kemajuan tersebut. Kelompok-

    kelompok ini dikatakan sebagai bermasalah karena keberadaannya menyebabkan dampak

    negatif terhadap pembangunan yang sedang dilaksanakan. Berkembangnya kelompok ini

    merupakan masalah sosial dan lebih lanjut merupakan penghambat pembangunan.

    Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) adalah seseorang, keluarga atau

    kelompok masyarakat yang karena suatu hambatan, kesulitan atau gangguan, tidak dapat

    melaksanakan fungsi sosialnya dan karenanyan tidak dapat menjalin hubungan yang

    serasi dan kreatif dengan lingkungannya sehingga tidak dapat terpenuhi kebutuhan

    hidupnya (jasmani, rohani, dan sosial) secara memadai dan wajar. Hambatan, kesulitan

    dan gangguan tersebut dapat berupa kemiskinan, keterlantaran, kecacatan,

    ketunasosialan, keterbelakangan atau keterasingan, dan kondisi atau perubahan

    lingkungan (secara mendadak) yang kurang mendukung atau menguntungkan.

    Deskripsi mengenai perkembangan jumlah penyandang kesejahteraan sosial di kabupaten

    Serang dalam beberapa tahun terakhir menunjukan adanya penurunan jumlah pada

    beberapa kriteria PMKS. Namun demikian masih terdapat juga penyandang masalah

    sosial yang jumlahnya masih tinggi dan cenderung bertambah setiap tahunnya.

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang

    Tahun 2011-2015 III - 36

    Tabel 3.13 Keadaan Kesejahteraan Sosial Penduduk

    di Kabupaten Serang Tahun 2007-2009

    No Uraian Tahun

    2007 2008 2009

    1 Anak Terlantar 7.061 6.513 4.119

    2 Anak Nakal 241 218 210

    3 Lansia/jompo 9.430 9.226 8.809

    4 Korban Narkotika 24 10 89

    5 Gelandangan dan Pengemis 608 914 444

    6 Penyandang Cacat 6.736 4.815 4.993

    7 Wanita Pekerja Seks Komersil 42 26 105

    8 Fakir Miskin 54.012 92.418 96.738 Sumber : Kabupaten Serang Dalam Angka, Tahun 2007-2009 (data diolah)

    Berdasarkan data, jumlah anak terlantar, anak nakal, lansia/jompo terlantar,

    gelandangan/pengemis, dan penyandang cacat di Kabupaten Serang jumlahnya semakin

    berkurang dalam tiga tahun terakhir. Hal tersebut terlihat dimana pada tahun 2007 jumlah

    anak terlantar sebesar 7.061 orang, menurun pada tahun 2009 menjadi sejumlah 4.119

    orang. Demikian halnya dengan anak nakal, lansia/jompo terlantar, gelandangan/

    pengemis, dan penyandang cacat.

    Namun hal berbeda terjadi pada kriteria PMKS lainnya di Kabupaten Serang. Jumlah

    korban narkotika, wanita PSK, dan fakir miskin jumlahnya justru terus bertambah dalam

    tiga tahun terakhir. Jumlah korban narkotika pada tahun 2007 berjumlah 24 orang,

    meningkat pada tahun 2009 menjadi 89 orang. Jumlah wanita pekerja seks komersil pada

    tahun 2007 berjumlah 42 orang, meningkat menjadi 105 orang pada tahun 2009.

    Sedangkan jumlah fakir miskin/keluarga miskin pada tahun 2007 berjumlah 54.012

    keluarga, meningkat pada tahun 2009 menjadi 96.738 keluarga.

    Sementara itu, berdasarkan data BKBPP Kabupaten Serang jumlah keluarga miskin di

    Kabupaten Serang pada tahun 2009 mencapai 91.415 KK atau sekitar 26,89% dari total

    jumlah KK. Angka tersebut tergolong masih cukup tinggi. Oleh karena itu ke depan

    diperlukan upaya-upaya untuk menekan jumlah keluarga miskin tersebut.

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang

    Tahun 2011-2015 III - 37

    Tabel 3.14 Jumlah Keluarga Miskin Per Kecamatan

    di Kabupaten Serang Tahun 2009

    No. Kecamatan Jumlah

    % KK KK Miskin

    1 Cinangka 14.781 5.950 40,25

    2 Padarincang 15.837 3.648 23,03

    3 Ciomas 9.755 3.090 31,68

    4 Pabuaran 7.755 1.884 24,29

    5 Gunungsari 4.817 1.082 22,46

    6 Baros 12.025 3.155 26,24

    7 Petir 13.156 3.290 25,01

    8 Tunjung Teja 9.323 2.383 25,56

    9 Cikeusal 16.598 3.736 22,51

    10 Pamarayan 12.288 3.033 24,68

    11 Bandung 7.856 1.713 21,80

    12 Jawilan 12.274 3.355 27,33

    13 Kopo 11.869 3.658 30,82

    14 Cikande 20.387 5.466 26,81

    15 Kibin 10.409 2.238 21,50

    16 Kragilan 17.293 2.431 14,06

    17 Waringinkurung 9.906 959 9,68

    18 Mancak 10.084 2.920 28,96

    19 Anyar 13.609 3.838 28,20

    20 Bojonegara 11.311 2.221 19,64

    21 Pulo Ampel 9.194 2.093 22,76

    22 Kramatwatu 19.126 3.275 17,12

    23 Ciruas 18.294 5.108 27,92

    24 Pontang 13.580 4.846 35,68

    25 Carenang 11.298 3.567 31,57

    26 Binuang 7.227 4.276 59,17

    27 Tirtayasa 10.667 4.306 40,37

    28 Tanara 9.212 3.894 42,27

    Kab. Serang 339.931 91.415 26,89 Sumber : BKBPP Kabupaten Serang, Tahun 2010 (data diolah)

    B. Pola Konsumsi dan Jumlah Keluarga menurut Tingkat Kesejahteraan

    Disamping tingkat pendapatan, tingkat kesejahteraan penduduk secara umum dapat juga

    dapat dilihat dan pola konsumsi yang dilakukan oleh penduduk. Pola konsumsi secara

    umum dibagi menjadi konsumsi makanan dan non makanan. Apabila rata-rata

    pengeluaran konsumsi makanan penduduk lebih besar dari pendapatannya, hal ini

    sebagai dampak dari masih rendahnya tingkat pendapatan masyarakat sehingga dapat

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang

    Tahun 2011-2015 III - 38

    dikatakan bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat masih rendah Sebaiiknya apabila

    persentase rata-rata konsumsi bukan makanan lebih besar atau meningkat, hal ini

    menunjukan indikasi bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat sudah baik/meningkat.

    Dari hasil Susenas tahun 2008, menunjukkan bahwa konsumsi masyarakat Serang untuk

    makanan masih lebih besar dibandingkan konsumsi bukan makanan, yaitu 57,58 persen

    untuk makanan dan 42,42 persen untuk bukan makanan. Hal ini terjadi karena pendapatan

    yang diterima oleh masyarakat masih pada level untuk pemenuhan kebutuhan pokok

    sehingga konsumsi terhadap makanan besar. Bila pendapatan yang diterima cukup besar

    maka masyarakat tidak hanya berfikir untuk membeli kebutuhan pokok saja (makanan)

    namun juga berfikir untuk membeli kebutuhan sekunder dan tersier seperti perumahan,

    pendidikan dan kesehatan yang pada umumnya termasuk dalam kelompok bukan

    makanan.

    Rata-rata pengeluaran perkapita perbulan penduduk Serang tahun 2008 sebesar Rp.

    365.620,- yang terdiri dari Rp. 210.522,- untuk konsumsi makanan dan Rp. 155.089,-

    untuk konsumsi bukan makanan. Dari konsumsi makanan pengeluaran terbesar adalah

    untuk konsumsi padi-padian (makanan pokok) dan tembakau atau sirih (rokok).

    Sedangkan konsumsi bukan makanan pengeluaran terbesar adalah untuk konsumsi

    perumahan serta barang dan jasa.

    Pola konsumsi di atas menunjukkan bahwa pengeluaran yang dilakukan penduduk

    Kabupaten Serang masih berfokus pada kebutuhan primer seperti bahan makanan pokok.

    Namun ada hal yang menarik, temyata pengeluaran untuk rokok jauh Iebih besar dari

    pengeluaran untuk pendidikan maupun kesehatan. Seringkali ketidakmampuan orang tua

    untuk menyekolahkan anak dikaitkan dengan ketidakmampuan dalam hal keuangan, di sisi

    lain untuk konsumsi tembakau atau rokok cukup besar. Dengan demikian kalau konsumsi

    rokok dikurangi, mungkin masalah keuangan untuk menyekolahkan anak sedikit bisa

    teratasi.

    Sementara itu, kondisi penduduk Kabupaten Serang ditinjau dari tingkat kesejahteraannya

    menunjukan bahwa pada dasarnya hampir sebagian besar penduduk telah berada pada

    kriteria Keluarga Sejahtera I hingga Sejahtera III Plus (sebagaimana disajikan dalam

    gambar di bawah ini).

    Adapun perkembangan komposisi tingkat kesejahteraan keluarga di Kabupaten Serang

    menunjukan jumlah keluarga Pra Sejahtera pada tahun 2007 berjumlah 109.208 keluarga,

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang

    Tahun 2011-2015 III - 39

    berkurang pada tahun 2009 menjadi sebesar 90.849 keluarga. Sementara itu, jumlah

    keluarga Sejahtera III Plus pada tahun 2007 berjumlah 16.566 keluarga, dan pada tahun

    2009 berkurang menjadi 12.062 keluarga.

    Gambar 3.4 Jumlah Keluarga Berdasarkan Tingkat Kesejahteraan

    di Kabupaten Serang Tahun 2007-2009

    -

    20.000

    40.000

    60.000

    80.000

    100.000

    120.000

    140.000

    Keluarga Pra Sejahtera 109.208 91.731 90.849

    Keluarga Sejahtera I 103.670 77.606 81.377

    Keluarga Sejahtera II 132.246 92.440 97.065

    Keluarga Sejahtera III 77.676 56.679 58.578

    Keluarga Sejahtera III Plus 16.566 11.765 12.062

    2007 2008 2009

    Sumber : Kabupaten Serang Dalam Angka, Tahun 2007-2009 (data diolah)

    Kondisi tersebut di atas menunjukan bahwa secara umum tingkat kesejahteraan keluarga

    di Kabupaten Serang hingga tahun 2009 berada pada tingkat menengah bawah, yang

    berarti bahwa tingkat kesejahteraan masyarakat Kabupaten Serang masih belum cukup

    baik.

    C. Jumlah Keluarga yang Terkena Bencana

    Kondisi pembangunan sosial masyarakat terkait pula dengan masalah penanggulangan

    korban bencana, baik berupa bencana alam maupun bencana sosial. Jumlah keluarga

    yang terkena bencana alam di Kabupaten Serang pada tahun 2007 sebanyak 57 keluarga

    yang terdiri dari korban banjir 8 keluarga, kebakaran 14 keluarga, angin topan 18 keluarga,

    tanah longsor 2 keluarga dan 9 keluarga terkena bencana lainnya. Sedangkan jumlah

    keluarga yang terkena bencana alam pada tahun 2009 meningkat menjadi 3.679 keluarga

    yang terdiri dari korban banjir 1.338 keluarga, kebakaran 35 keluarga, angin topan 2.287

  • Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Serang

    Tahun 2011-2015 III - 40

    keluarga, tanah longsor 17 keluarga dan 2 keluarga terkena bencana lainnya. Jumlah

    kerugian yang diakibatkan bencana alam pada tahun 2009 menimbulkan 10 korban jiwa

    meninggal dan 4.508 jiwa menderita. Disamping itu kerugian materi berupa kerusakan

    rumah mencapai 4.509 unit.

    3.2.6. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

    Isu mengenai kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan merupakan salah satu

    isu strategis nasional saat ini. Di Kabupaten Serang sendiri, telah dilakukan beberapa

    program terkait dengan upaya pemberdayaan perempuan seperti program keserasian

    kebijakan peningkatan kualitas anak dan perempuan, penguatan kelembagaan

    pengarusutamaan gender dan anak, peningkatan kualitas hidup dan perlindungan

    perempuan, dan peningkatan peran serta serta kesetaran gender dalam pembangunan.

    Peran strategis perempuan sebagai pendidik pertama dan utama dalam keluarga

    diharapkan mampu memberikan kontribusi besar dalam mencetak generasi-generasi yang

    mampu berpartisipasi aktif dalam pembangunan, sehingga aspek pendidikan perempuan

    menjadi hal penting yang tidak bisa diabaikan. Pada sisi ekonomi, perempuan memiliki

    peran untuk dapat membantu menopang kebutuhan ekonomi keluarga, sehingga

    pemberdayaan dalam sisi ekonomi seperti kewirausahaan dapat menjadi salah satu

    sarana peningkatan kapasitas perempuan.

    Hingga tahun 2009, jumlah penduduk perempuan di Kabupaten Ser