pemerintah kabupaten...
TRANSCRIPT
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 75
Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin.
Selain melayani pasien umum, pelayanan kesehatan rujukan juga
menangani pasien dari keluarga miskin. Selama periode 2008-2013,
persentase keluarga miskin yang ditangani dapat dilihat pada tabel 2.45.
sebagai berikut :
Tabel 2.45.
Persentase Pasien Miskin yang Ditangani Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2013
No. Tahun Pesentase Penanganan Pasien Keluarga Miskin Ket.
1. 2008 0,68 -
2. 2009 0,83 -
3. 2010 16,82 -
4. 2011 2,30 -
5. 2012 5,26 -
6. 2013 39,13 Data sementara
Sumber : Profil Kesehatan Kabupaten Majalengka, tahun 2008 s.d. 2013 diolah
Selama periode 2008-2013, penangan pasien miskin selalu mendapat
perhatian. Pada tahun 2008 sebanyak 0,68 % dari jumlah yang berkunjung
dan mendapat penanganan di pelayanan kesehatan rujukan berasal dari
keluarga miskin, pada tahun 2009 angka ini meningkat menjadi 0,83%,
meningkat lagi menjadi 16,82 % pada tahun 2010, kemudian turun menjadi
2,3 % pada tahun 2011, sedangkan tahun 2012 meningkat kembali menjadi
5,26 %, dan tahun 2013 meningkat cukup signifikan mencapai 39,13%.
Kunjungan Bayi. Kunjungan bayi di Kabupaten Majalengka pada
Puskesmas-Puskesmas yang tersebar di 26 kecamatan di Kabupaten
Majalengka terjadi peningkatan dari 60,48% pada tahun 2009 menjadi
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 76
101,22% pada tahun 2010 dan mengalami penurun pada tahun 2011
menjadi 80,83%. Tahun 2010, 2012 dan 2013 telah melebihi standar
pelayanan minimal sebagaimana ditetapkan pemerintah yang menargetkan
90%. Adapun secara rinci data tersebut dapat kami sampaikan pada tabel
berikut:
Tabel 2.46.
Cakupan Kunjungan Bayi Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2013
No. Tahun Cakupan Kunjungan Bayi (%)
1. 2008 100,00
2. 2009 60,48
3. 2010 101,22
4. 2011 80,83
5. 2012 91,07
6. 2013 93,54
Sumber : Dinas Kesehatan Kabuapaten Majalengka, tahun 2008 s.d. 2013 diolah
3. Pekerjaan Umum
Sarana dan prasarana umum merupakan salah satu kebutuhan pendukung
pembangunan daerah yang pemenuhannya akan sangat berdampak pada
kinerja pembangunan, baik di bidang ekonomi, sosial budaya maupun
pemerintahan.
a. Kondisi Jalan
Berdasarkan data terbaru proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi
baik untuk jalan kabupaten tahun 2012 adalah 665,782 km, panjang jalan
yang dapat dilalui roda 4 (empat) adalah 1,281,919 km, sedangkan jalan
penghubung dari ibu kota kecamatan ke kawasan permukiman penduduk
(minimal dilalui roda 4) adalah 337,880 km.
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 77
Tabel 2.47.
Kondisi Jaringan Jalan di Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2012
No. Indikator Tahun
2008 (Km)
2009 (Km)
2010 (Km)
2011 (Km)
2012 (Km)
1. Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik
Tdk ada data
226,249 31,62
304,169 42,54
367,592 51,37
480,365 67,12
2. Panjang Jalan dilalui roda 4 (empat)
Tdk ada data
1,281,919 1,281,919 1,281,919 1,281,919
3. Jalan penghubung dari ibukota kecamatan ke kawasan permukiman penduduk (minimal dilalui roda 4)
Tdk ada data
337,880 337,880 337,880 337,880
4. Panjang jalan kabupaten dalam kondisi baik (> 40 Km/jam)
Tdk ada data
226,249 304,169 367,592 480,365
Sumber : Dinas BMCK Kabupaten Majalengka, tahun 2012
b. Kondisi Jaringan Irigasi
Kondisi bangunan air di Kabupaten Majalengka terdiri dari Bendung,
Bangunan Air, Saluran, Bangunan Pelengkap dan Bangunan Fasilitas. Jumlah
dan kondisi bangunan air pada jaringan irigasi di Kabupaten Majalengka
selama kurun waktu 4 tahun terakhir (2009-2010), lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 78
Tabel 2.48.
Jumlah dan Kondisi Bangunan Air Pada Jaringan Irigasi di bawah 1.000 Ha di Kabupaten Majalengka Tahun 2009-2012
No. Uraian Volume Satuan Baik Rusak Ringan
Rusak Berat
Kondisi Tahun 2009
Areal Fungsional 22.396,00 393 Daerah Irigasi 1 Bendung
- Tetap 230 bh 83 58 89 - Suplesi 24 bh 4 6 14 - Pengambilan Bebas 334 bh 119 97 118
2 Bangunan Air - Bagi 1 bh 0 1 0 - Bagi Sadap 7 bh 2 3 2 - Sadap 524 bh 235 150 139
3 Saluran - Induk 470,06 km 192,43 201,10 76,27 - Sekunder 64,28 km 29,00 14,00 21,28 - Tersier 225,81 km 100,00 62,00 63,66 - Suplesi 6,95 km 0,00 3,40 3,55 - Pembuang 10,91 km 4,50 4,01 2,40
4 Bangunan Pelengkap - Kantong Lumpur 3 bh 2 1 0 - Penguras 6 bh 4 1 1 - Terjun 40 bh 13 14 13 - Syphon 4 bh 0 2 2 - Gorong - gorong 59 bh 30 12 17 - Got Miring 7 bh 2 2 3 - Talang 14 bh 7 4 3 - Jembatan 33 bh 22 3 8 - Pelimpah 65 bh 31 17 17 - Tangga Cucin 7 bh 5 2 0 - Mandi Kerbau 1 bh 0 1 0 - Suplesi 14 bh 4 7 3 - Lain – lain 81 bh 25 30 26
5 Bangunan Fasilitas - Rumah PPB 2 bh 0 1 1 - Rumah PPA 4 bh 0 2 2 - Rumah Mantri 0 bh 0 0 0 - Jalan Inspeksi 6,05 km 0,00 6,05 0,00 Kondisi tahun 2010
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 79
No. Uraian Volume Satuan Baik Rusak Ringan
Rusak Berat
Areal Fungsional 22.396,00 393 Daerah Irigasi 1 Bendung
- Tetap 230 Bh 90 50 90 - Suplesi 24 Bh 7 7 10 - Pengambilan Bebas 334 Bh 126 103 105
2 Bangunan Air - Bagi 1 Bh 0 1 0 - Bagi Sadap 7 Bh 2 2 3 - Sadap 524 Bh 246 137 141
3 Saluran - Induk 470,06 Km 199,57 194,21 76,27 - Sekunder 64,28 Km 30,73 13,93 19,62 - Tersier 225,81 Km 108,19 53,96 63,66 - Suplesi 6,95 Km 0,00 3,40 3,55 - Pembuang 10,91 Km 6,67 4,00 0,25
4 Bangunan Pelengkap - Kantong Lumpur 3 Bh 2 1 0 - Penguras 6 Bh 4 1 1 - Terjun 40 Bh 13 14 13 - Syphon 4 Bh 0 2 2 - Gorong - gorong 59 Bh 30 12 17 - Got Miring 7 Bh 2 2 3 - Talang 14 Bh 7 4 3 - Jembatan 33 Bh 22 3 8 - Pelimpah 65 Bh 31 17 17 - Tangga Cucin 7 Bh 5 2 0 - Mandi Kerbau 1 Bh 0 1 0 - Suplesi 14 Bh 4 7 3 - Lain – lain 81 Bh 25 30 26
5 Bangunan Fasilitas - Rumah PPB 2 Bh 0 1 1 - Rumah PPA 4 Bh 0 2 2 - Rumah Mantri 0 Bh 0 0 0 - Jalan Inspeksi 6,05 Km 0,00 6,05 0,00 Kondisi Tahun 2011
Areal Fungsional 22.396,00 393 Daerah Irigasi 1 Bendung
- Tetap 230 Bh 68 60 102 - Suplesi 24 Bh 7 7 10 - Pengambilan Bebas 334 Bh 119 110 105
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 80
No. Uraian Volume Satuan Baik Rusak Ringan
Rusak Berat
2 Bangunan Air - Bagi 1 Bh 0 1 0 - Bagi Sadap 7 Bh 1 1 5 - Sadap 524 Bh 222 150 152
3 Saluran - Induk 470,06 Km 180,00 200,00 90,00 - Sekunder 64,28 Km 23,00 18,00 23,00 - Tersier 225,81 Km 95,00 55,00 76,00 - Suplesi 6,95 Km 0,00 3,00 4,00 - Pembuang 10,91 Km 4,50 3,00 3,00
4 Bangunan Pelengkap - Kantong Lumpur 3 Bh 0 3 0 - Penguras 6 Bh 0 4 2 - Terjun 40 Bh 0 30 10 - Syphon 4 Bh 0 2 2 - Gorong - gorong 59 Bh 30 12 17 - Got Miring 7 Bh 2 2 3 - Talang 14 Bh 10 4 0 - Jembatan 33 Bh 10 23 0 - Pelimpah 65 Bh 25 30 10 - Tangga Cucin 7 Bh 1 4 2 - Mandi Kerbau 1 Bh 0 1 0 - Suplesi 14 Bh 2 9 3 - Lain - lain 81 Bh 25 30 26
5 Bangunan Fasilitas - Rumah PPB 2 Bh 0 1 1 - Rumah PPA 4 Bh 0 2 2 - Rumah Mantri 0 Bh 0 0 0 - Jalan Inspeksi 6,05 Km 0,00 6,05 0,00 Kondisi Tahun 2012
Areal Fungsional 22,396.00 393 Daerah Irigasi 1 Bendung
- Tetap 230 Bh 90 62 78 - Suplesi 24 Bh 7 7 10 - Pengambilan Bebas 334 Bh 126 103 105
2 Bangunan Air - Bagi 1 Bh 0 1 0 - Bagi Sadap 7 Bh 1 3 3 - Sadap 524 Bh 246 137 141
3 Saluran
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 81
No. Uraian Volume Satuan Baik Rusak Ringan
Rusak Berat
- Induk 470.06 Km 277.17 147.40 45.49 - Sekunder 64.28 Km 30.73 13.93 19.62 - Tersier 225.81 Km 108.19 53.96 63.66 - Suplesi 6.95 Km 0.00 3.40 3.55 - Pembuang 10.91 Km 6.67 4.00 0.25
4 Bangunan Pelengkap - Kantong Lumpur 3 Bh 2 1 0 - Penguras 6 Bh 4 1 1 - Terjun 40 Bh 13 14 13 - Syphon 4 Bh 0 2 2 - Gorong - gorong 59 Bh 30 12 17 - Got Miring 7 Bh 2 2 3 - Talang 14 Bh 7 4 3 - Jembatan 33 Bh 22 3 8 - Pelimpah 65 Bh 31 17 17 - Tangga Cucin 7 Bh 5 2 0 - Mandi Kerbau 1 Bh 0 1 0 - Suplesi 14 Bh 4 7 3 - Lain – lain 81 Bh 25 30 26
5 Bangunan Fasilitas - Rumah PPB 2 Bh 0 1 1 - Rumah PPA 5 Bh 0 2 3 - Rumah Mantri 0 Bh 0 0 0 - Jalan Inspeksi 6.05 Km 0.00 6.05 0.00
Sumber : Data PSDAPE Kabupaten Majalengka, tahun 2013
Tabel 2.49.
Jaringan Irigasi di Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2012
No. Indikator Tahun
2008 2009 2010 2011 2012
1. Luas irigasi Kab. kondisi baik (%) 52,08 43,25 45,67 46,06 52,00
2. Rasio Jaringan Irigasi (Km/ha) 2,99 2,99 2,99 2,99 2,99 Sumber : Data PSDAPE Kabupaten Majalengka, tahun 2012
4. Perumahan
a. Kondisi Perumahan
Berdasarkan data tahun 2012 jumlah rumah tinggal yang sudah mempunyai
sanitasi yaitu 251.169 KK, atau sebesar 71,95%, sedangkan jumlah rumah
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 82
tangga pengguna air bersih sebanyak 323.526 KK dan rumah tangga
pengguna listrik sebanyak 75,62% dan tahun 2012 sebesar 89,97%, lebih
jelasnya dapat dilihat pada Tabel 2.50. di bawah ini.
Tabel 2.50. Kondisi Perumahan (Rumah Tangga)
di Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2012
No. Indikator Tahun
2008 2009 2010 2011 2012
1. Rumah tinggal bersanitasi (%)
66,47 66,17 65,87 65,57 71,95
2. Rumah tangga bersanitasi (KK)
248.173 248.920 249.699 250.418 251.169
3. Rumah tangga pengguna air bersih (KK)
371.716 378.159 346.032 347.717 349.097
4. Rumah tangga pengguna listrik (RT)
307.019 315.990 316.650 316.221 318.512
Sumber : Dinas BMCK Kabupaten Majalengka, tahun 2012
b. Rumah Layak Huni
Tahun 2012 jumlah rumah layak huni sebanyak 313.494 buah dengan rasio
97,87%, lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.51.
Kondisi Rumah Layak Huni di Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2012
No. Indikator Tahun
2008 2009 2010 2011 2012
1. Rumah Layak Huni (unit) 307.012 308.012 308.012 311.012 313.494
2. Rasio Rumah Layak Huni (%) 96,42 96,32 96,22 95,92 97,87 Sumber : Dinas BMCK Kabupaten Majalengka, tahun 2012
Berdasarkan data tahun terakhir (2013) dari Dinas Bina Marga dan Cipta
Karya Kabupaten Majalengka, data lingkungan perumahan kumuh di Kabupaten
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 83
Majalengka belum dapat teridentifikasi. Adapun berdasarkan data yang ada, rumah
tangga bersanitasi di Kabupaten Majalengka pada tahun 2012 sebanyak 251.169 KK.
1. Penataan Ruang
Untuk menilai capaian pembangunan pada bidang penataan ruang antara lain
adalah rasio ruang terbuka hijau dan rasio bangunan ber-IMB. Selama kurun waktu
2008 sampai 2012 Rasio Ruang Terbuka Hijau terus meningkat dari 1,09% pada
tahun 2008 menjadi 1,74% pada 2012. Demikian juga rasio bangunan ber-IMB yang
pada tahun 2008 4,40% meningkat menjadi 5,33 pada tahun 2012. Perkembangan
data dimaksud dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.52. Kondisi Pemanfaatan Ruang
Kabupaten Majalengka Tahun 2008 - 2012
No. CAPAIAN PEMBANGUNAN 2008 2009 2010 2011 2012
1. Rasio Ruang Terbuka Hijau per Satuan Luas Wilayah ber HPL/HGB ih 1,09% 1,09% 1,09% 1,74% 1,74%
2. Rasio bangunan ber- IMB per satuan bangunan 4,40% 4,78% 5,02% 5,19% 5,33%
Sumber : Dinas BMCK, tahun 2013
6. Perencanaan Pembangunan
Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tata
cara Penyusunan, Pengendalian, Dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah, ruang lingkup perencanaan pembangunan daerah
meliputi tahapan, tata cara penyusunan, pengendalian dan evaluasi pelaksanaan
rencana pembangunan daerah terdiri atas: RPJPD, RPJMD, Renstra SKPD, RKPD,
dan Renja SKPD.
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 84
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Majalengka
dituangkan dalam Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 12 Tahun
2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)
Kabupaten Majalengka Tahun 2005-2025 yang ditetapkan pada tanggal 25
September 2008. Sesuai dengan periodisasi pembangunan lima tahunan, maka
tahap ke dua (2009-2013) disusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Kabupaten Majalengka Tahun 2009-2013 yang ditetapkan tanggal 31 Juli 2009
dalam Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 4 Tahun 2009 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Kabupaten
Majalengka Tahun 2009-2013. Selanjutnya setiap tahun disusun perencanaan
tahunan yang dituangkan dalam Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD).
Penyusunan program dan kegiatan dalam RKPD mengacu pada dokumen
RPJMD. RKPD dalam hal ini merupakan penjabaran RPJMD dalam kaitannya
dengan perumusan Kebijakan Umum Anggaran (KUA), Renja OPD, RKA OPD,
dan RAPBD. Adapun untuk RKPD Kabupaten Majalengka Tahun 2014 telah
ditetapkan dengan Peraturan Bupati Majalengka Nomor 3 Tahun 2013 pada
tanggal 29 Mei 2013 yang pada penyusunannya mengacu pada RPJPD
Kabupaten Majalengka 2005-2025, Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka
Nomor 11 Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten
Majalengka Tahun 2011-2031, Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor
3 Tahun 2012 tentang Sistem Perencanaan Pemabangunan Daerah Kabupaten
Majalengka serta peraturan dan dokumen terkait perencanaan di tingkat
provinsi dan pusat.
7. Perhubungan
Berdasarkan data tahun 2013 Kabupaten Majalengka memiliki 7 (tujuh) terminal
bis, yaitu di Kecamatan Cikijing, Cigasong, Rajagaluh, Kadipaten, Maja, Talaga
dan Bantarujeg. Pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) di
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 85
Kecamatan Kertajati akan memunculkan kebutuhan pembangunan terminal
terpadu untuk menjamin aksesibilitas angkutan umum dari kota-kota di
sekitarnya ke bandara. Untuk mewujudkan itu perlu disusun kajian terpadu
dengan tetap mengacu kepada master plan kebandaraan, RTRW Kabupaten
Majalengka Tahun 2011-2031 dan RDTR.
Indikator lainnya mengenai urusan perhubungan/kondisi perhubungan di
Kabupaten Majalengka sebagaimana tertuang pada tabel di bawah.
Tabel 2.53.
Kondisi Perhubungan Kabupaten Majalengka Tahun 2008 – 2012
No. CAPAIAN PEMBANGUNAN 2008 2009 2010 2011 2012
1. Rasio ijin trayek 1:1075 1:1088 1:1081 1:1084 1 : 1044
2. Jumlah uji KIR angkutan umum 9000 9000 9000 9000 10000
3. Kepemilikan KIR angkutan umum 2.215 1.272 1.334 1.396 1.520
4 Pemasangan rambu-rambu na na na 52 105
5 Jumlah arus penumpang angkutan umum - -
11.107.571
Orang
11.255.761
Orang
11.473.241
Orang Sumber : Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kabupaten Majalengka, tahun 2013
Pengujian kelaikan kendaraan angkutan umum dilaksanakan secara berkala
setiap 6 bulan sekali. Terkait dengan durasi waktu atau lamanya proses pengujian
kendaraan tersebut, dengan mengacu pada Standar Operasional Prosedur (SOP)
yang dimiliki dan dijalankan oleh DISHUBKOMINFO Kabupaten Majalengka, maka
lamanya waktu yang diperlukan dalam pengujian dimaksud adalah 15 menit, dimulai
dari proses pendaftaran, pelaksanaan pengujian dan penyampaian hasil uji
kendaraan. Jumlah kendaraan angkutan darat di Kabupaten Majalengka pada tahun
2010 adalah 10.691 kendaraan, tahun 2011 adalah 10.171 kendaraan dan tahun 2012
adalah 10.151 kendaraan.
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 86
Biaya pengujian kelaikan kendaraan angkutan umum pada DISHUBKOMINFO
Kabupaten Majalengka mengacu pada Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka No.
11 Tahun 2010 tanggal 30 Desember 2010 tentang Pengujian Kendaraan Bermotor
di Kabupaten Majalengka, sebagai berikut :
Tabel 2.54. Struktur Dan Besaran Tarif Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor
Di Kabupaten Majalengka
NO JENIS PELAYANAN TARIF A. Pengujian Berkala Pertama 1. Mobil Barang, Mobil Bus, Traktor Head Rp. 150.000,-
2. Mobil Penumpang, Kereta Gandengan, Kereta Tempelan Rp. 100.000,-
B. Pengujian Berkala Untuk Angkutan Orang 1. Angkutan Pedesaan (9 seat) Rp. 60.000,- 2. Angkutan Kota (10 seat) Rp. 60.000,- 3. Bus Mini (11-15 seat) Rp. 75.000,- 4. Bus Sedang (16-25 seat) Rp. 75.000,- 5. Bus Besar Rp. 80.000,-
C. Pengujian Berkala Untuk Angkutan Barang 1. Pick Up (JBB = 0-3.500 Kg) Rp. 60.000,- 2. Truck (JBB = 3.550-10.000 Kg) Rp. 75.000,- 3. Truck (JBB = 10.050-15.000 Kg) Rp. 80.000,- 4. Truck (JBB = lebih dari 15.050 Kg) Rp. 95.000,-
D. Penilaian Teknis Kendaraan 1. Mobil Barang, Mobil Bus, Mobil Penumpang Rp. 100.000,- 2. Sepeda Motor Rp. 50.000,-
Sumber : Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kab. Majalengka, tahun 2013
Tabel 2.55.
Jumlah Kendaraan Angkutan Darat di Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2012
No Tahun Jumlah Kendaraan
1 2008 10.007
2 2009 10.840
3 2010 10.691
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 87
No Tahun Jumlah Kendaraan
4 2011 10.171
5 2012 10.151
Sumber : Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kab. Majalengka, tahun 2013
Berdasarkan data terakhir yaitu tahun 2012-2013 rasio panjang jalan per jumlah
kendaraan di tahun 2012 adalah 1 : 3,19 sedangkan tahun 2013 adalah 1 : 5,86.
Jumlah orang/barang yang terangkut angkutan umum tahun 2012 adalah
10.265.172 orang sedangkan tahun 2013 adalah 10.160.215 orang. Jumlah
orang/barang melalui terminal pertahun pada tahun 2012 adalah 2.321.715
orang sedangkan tahun 2013 adalah 2.245.118 orang.
Tabel 2.56.
Indikator Perhubungan di Kabupaten Majalengka
No Indikator Perhubungan Satuan Tahun 2012 2013
1 Rasio panjang jalan per jumlah kendaraan poin 1 : 3,19 1 : 5,86
2 Jumlah orang/ barang yang terangkut
angkutan umum
orang 10.265.172 10.160.215
3 Jumlah orang/barang melalui
dermaga/bandara/ terminal per tahun
orang 2.321.715 2.245.118
Sumber : Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kab. Majalengka, tahun 2013
8. Lingkungan Hidup
Lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi setiap warga
negara Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam pasal 28 Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pembangunan ekonomi nasional
sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945 diselenggarakan berdasarkan prinsip pembangunan berkelanjutan dan
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 88
berwawasan lingkungan dengan dilengkapi oleh Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2009 tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Saat ini otonomi daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan Negara
Kesatuan Republik Indonesia telah membawa perubahan hubungan dan
kewenangan antara pemerintah dan pemerintah daerah, termasuk di bidang
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Saat ini menurunnya kualitas lingkungan hidup telah mengancam
kelangsungan perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya sehingga perlu
dilakukan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang sungguh-sungguh
dan konsisten oleh semua pemangku kepentingan. Perlindungan dan pengelolaan
hukum lingkungan meliputi perencanaan, pemanfaatan, pengendalian,
pemeliharaan, pengawasan dan penegakan hukum.
Kabupaten Majalengka telah melaksanakan penegakan hukum lingkungan,
diantaranya yaitu pelaksanaan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup RI Nomor 5
tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Yang Wajib Dilengkapi
dengan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), Peraturan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 16 tahun 2012 tentang Pedoman Penyusunan Dokumen
Lingkungan Hidup, Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 27 tahun
2012 tentang Izin Lingkungan. Kegiatan atau usaha di Kabupaten Majalengka telah
membuat dokumen lingkungan sesuai dengan yang diwajibkan, namun dalam
pelaksanaannya belum semua usaha atau kegiatan memiliki dokumen lingkungan.
Sampai saat ini di Kabupaten Majalengka belum ada usaha atau kegiatan
yang mendapat sangsi berat karena melanggar hukum lingkungan. Pembinaan dan
sosialisasi peraturan terus dilaksanakan agar pelaku kegiatan atau usaha dapat
melaksanakan kegiatan atau usahanya tapi tetap menjaga kualitas dan kelestarian
lingkungan hidup di sekitarnya, sehingga ekonomi hijau dapat terlaksana. Capaian
pembangaunan lingkungan hidup dapat dilihat pada tabel berikut :
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 89
Tabel 2.57.
Kondisi Lingkungan Hidup Kabupaten Majalengka Tahun 2008 – 2012
No. Capaian Pembangunan 2008 2009 2010 *) 2011 2012
1. Persentase penanganan sampah
na Na 45% 49% 53%
2. Persentase Penduduk berakses air minum
66,76% 82,94% 91,47% 91,94% 92,66%
3. Persentase luas pemukiman yang tertata
8 9 11 15 16
4. Pencemaran status mutu air na 20% 20% 20% 80%
5. Cakupan penghijauan wilayah rawan longsor dan sumber mata air
331 buah 331 buah 331 buah 331 buah 331 buah
6. Cakupan pengawasan terhadap pelaksanaan UPL-UKL/SPPL
12 UKL-UPL 9 UKL-UPL 8 UKL-UPL 7 UKL-UPL
13 SPPL 12 UKL-UPL
60 SPPL
7. Tempat Pembuangan Sampah (TPS) per satuan penduduk
3 TPS 3 TPS 3 TPS 3 TPS 3 TPS
Sumber : BPLH Kabupaten Majalengka, tahun 2013 *) Hasil Sensus Penduduk Tahun 2010
9. Pertanahan
Persentase luas lahan bersertifikat di Kabupaten Majalengka sampai tahun
2012 sebesar 23%. Kasus sengketa pertanahan pada tahun 2012 sebanyak 16
kasus dan yang telah diselesaikan sebanyak 11 kasus, atau tingkat penyelesaian
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 90
kasus sengketa pertanahan adalah sebesar 68,75 %. Permohonan izin lokasi
pada tahun 2012 sebanyak 6 izin lokasi, dan izin lokasi yang diterbitkan Badan
Pelayanan Perizinan Terpadu dan Penanaman Modal pada tahun 2012 sebanyak
4 izin lokasi.
10. Kependudukan dan Catatan Sipil
Penyelenggaraan administrasi kependudukan mengalami perubahan yang
signifikan, sesuai amanat Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Administrasi Kependudukan sebagaimana telah dirubah dengan Undang-
Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan. Administrasi
kependudukan merupakan rangkaian kegiatan penataan dan penertiban dalam
penerbitan dokumen dan data kependudukan melalui pendaftaran penduduk,
pencatatan sipil, pengelolaan informasi administrasi kependudukan serta
pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor lain.
Penerapan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) merupakan
upaya dalam mewujudkan tertib administrasi kependudukan. Melalui SIAK,
setiap penduduk memiliki Nomor Induk Kependudukan (NIK) yang bersifat
tunggal, berlaku secara nasional dan diharapkan setiap peristiwa
kependudukan seperti perubahan biodata penduduk, perubahan alamat,
peristiwa kepindahan/kedatangan dan setiap peristiwa penting seperti
kelahiran, kematian, perkawinan, perceraian dan perubahan nama, dapat dicatat
dan dilaporkan, selanjutnya diterbitkan dokumen kependudukan berupa Kartu
Keluarga, KTP, Akta Catatan Sipil, atau Surat Keterangan Kependudukan sesuai
dengan peristiwa yang dialami. Sejalan dengan program strategis nasional yaitu
penerapan KTP ber-basis NIK secara nasional (KTP-elektronik), yang di
Kabupaten Majalengka telah dimulai sejak tahun 2011, diawali dengan kegiatan
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 91
perekaman data, iris mata, sidik jari, dan pemotoan. KTP non elektronik secara
bertahap akan diganti dengan KTP elektronik yang berlaku seumur hidup.
Mewujudkan tertib administrasi kependudukan memerlukan sinergitas antar
Organisasi Perangkat Daerah serta partisipasi masyarakat sehingga setiap
penduduk memahami pentingnya memiliki dokumen kependudukan sebagai
bukti autentik kewarganegaraan serta sebagai dasar memperoleh pelayanan
publik.
Tabel 2.58.
Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Kependudukan dan Catatan Sipil Tahun 2009 - 2013
No. Indikator Kinerja Tahun
2009 2010 2011 2012 2013
1. Cakupan Penerbitan Kartu Keluarga (%)
100 100 100 100 100
2. Cakupan Kepemilikan Kartu Keluarga (%)
- 86,81 94,11 100 100
3. Cakupan Penerbitan Kartu Tanda Penduduk (%)
84,06 93,04 41,38 75,06 83,35
4. Cakupan Kepemilikan Kartu Tanda Penduduk (%)
84,06 93,04 41,38 75,06 83,35
5. Ratio penduduk ber-KTP per satuan penduduk (poin)
797.619 889.865 381.627 692.211 796.600
6. Penerapan KTP berbasis NIK (%)
100 100 100 100 100
7. Cakupan Penerbitan Kutipan Akta Kelahiran (%)
- 37,44 55,90 61 62,84
8. Kepemilikan Akte Kelahiran per 1000 penduduk (permil)
- 37,44 55,90 61 62,84
9. Ratio Bayi ber-Akte Kelahiran (%)
- - - - 95,2
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 92
No. Indikator Kinerja Tahun
2009 2010 2011 2012 2013
10. Cakupan penerbitan Kutipan Akta Kematian (%)
- - - 1 1
11. Ketersediaan data base kependudukan skala kabupaten
- - - Ada Ada
Sumber : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kab. Majalengka, tahun 2013
11. Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
a. Persentase Partisipasi Perempuan di Lembaga Pemerintah
Indonesia telah menunjukkan kemajuan dalam keterwakilan perempuan di
dalam partai politik dan perempuan sebagai pejabat terpilih baik dalam
ranah pelayanan publik, departemen, komisi-komisi nasional dan peradilan.
Persentase partisipasi perempuan di lembaga Pemerintah Kabupaten
Majalengka tahun 2012 mencapai 4.24%. Pengalaman menunjukkan bahwa
partisipasi perempuan yang rendah di bidang politik dan pemerintahan
akan mempengaruhi kuantitas dan kualitas kebijakan publik yang responsif
terhadap gender menyangkut baik laki-laki maupun perempuan. Sebagai
dampak positif meningkatnya jumlah perempuan yang terlibat dalam
pembuatan kebijakan yang responsif gender, diharapkan keberpihakan
terhadap hasil-hasil peraturan yang responsip gender pun semakin
meningkat.
b. Partisipasi Perempuan di Lembaga Swasta
Perempuan kini banyak menduduki posisi senior di berbagai perusahaan
dibanding sebelumnya, hal ini dikarenakan wanita memiliki keyakinan
dalam mengorganisir suatu perusahaan atau lembaga yang dipimpinnya,
seperti halnya di Kabupaten Majalengka pada tahun 2012 partisipasi
perempuan di lembaga swasta sebesar 5,26%. Perlu peningkatan kesadaran
bersama untuk mewujudkan kesetaraan gender pada kehidupan
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 93
berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara supaya akses
perempuan untuk menjadi seorang pemimpin atau menjadi mitra dari laki-
laki bisa lebih besar.
c. Rasio KDRT
Kekerasan dalam rumah tangga adalah setiap perbuatan terhadap
seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan
atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran
rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan,
atau perampasan kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup
rumah tangga. Penelitian mengungkapkan intensitas kekerasan dalam
rumah tangga cukup tinggi. Rasio kekerasan rumah tangga di Kabupaten
Majalengka tahun 2012 sebesar 0,001% hal ini cukup kecil dibanding
daerah atau kota-kota lainnya di Jawa Barat.
d. Penyelesaian Pengaduan Perlindungan Perempuan dan Anak dari Tindakan Kekerasan
Upaya yang dilakukan dalam menangani tindak kekerasan terhadap
perempuan antara lain melalui pendidikan dan pelatihan, unsur medis,
penyadaran masyarakat, kerjasama dengan pihak lain (Kepolisian, LSM,
Ormas). Sedangkan proses penanganan terhadap kasus tindak kekerasan
perempuan secara garis besar meliputi penerimaan laporan atau
pengaduan dari korban, pembuatan berita acara kronologis kejadian, serta
upaya konseling dilakukan dengan memberikan pembinaan antara pihak
yang bertikai sebagai alternatif pemecahan masalah. Penyelesaian
pengaduan perlindungan perempuan dan anak dari tindakan kekerasan di
Kabupaten Majalengka tahun 2012 sebanyak 71,43% kasus yang telah
diselesaikan. Penanganan pengaduan/laporan korban kekerasan terhadap
perempuan dan anak berdasarkan SPM harus mencapai 100% pada tahun
2014.
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 94
12. Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
a. Rata-Rata Jumlah Anak Per Keluarga
Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa, Perempuan, dan Keluarga
Berencana (BPMDPKB) Kabupaten Majalengka mencatat rata-rata jumlah
anak per keluarga sebesar 1,22 pada tahun 2013, angka itu sudah
tergolong baik dikarenakan masyarakat kini mulai paham bahwa program
KB itu bukan semata untuk membatasi jumlah anak, tapi mengatur jarak
kelahiran bayi.
b. Rasio Akseptor KB
Program KB memiliki dampak positif dalam membantu penurunan angka
kematian ibu, epidemi HIV/AIDS, meningkatkan mutu gender, dan
mempromosikan pendayagunaan kaum muda. Akses yang lebih baik untuk
metode kontrasepsi yang aman dan terjangkau akan mempercepat
pencapaian tujuan Pembangunan Milenium (MDGs). Oleh karena itu sejak
2005 masalah kesehatan reproduksi dimasukkan menjadi salah satu
indikator pencapaian MDGs. Jika tiap keluarga mempunyai anak dua atau
tiga orang, berarti program KB sudah berhasil.
Rasio akseptor KB pada Tahun 2013 sebesar 75,35. Angka ini menurun bila
dibandingkan dengan tahun 2012, namun lebih besar dari capaian pada
tahun 2009, dan 2010.
Tabel 2.59. Data Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera
Kabupaten Majalengka Tahun 2008 - 2013
No. Capaian Pembangunan 2008 2009 2010 2011 2012 2013
1. Rata-rata jumlah anak per keluarga 1,27 1,25 1,24 1,22 1,23 1,22
2. Rasio akseptor KB 76,15 75,34 75,11 78,14 77,69 75,35
3. Cakupan peserta KB aktif 76,15 75,34 75,11 78,14 77,69 75,35
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 95
No. Capaian Pembangunan 2008 2009 2010 2011 2012 2013
4. Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera I
38,82 37,92 35,08 30,72 33,08 33,61
Sumber : BPMDPKB tahun 2008 s.d. 2013 diolah
13. Sosial
Jumlah sarana sosial berupa panti di Kabupaten Majalengka setiap tahunnya
meningkat, yaitu dari 35 unit pada tahun 2008 menjadi 45 unit pada tahun 2013.
Untuk meningkatkan kesejateraan sosial para Penyandang Masalah
Kesejahteraan Sosial (PMKS) di Kabupaten Majalengka dilakukan antara lain
melalui pemberian bantuan sosial. Selama tahun 2008-2013, jumlah PMKS yang
memperoleh bantuan sosial persentasenya mengalami fluktuasi, namun tahun
2011-2013 terus meningkat, seiring dengan meningkatnya penanganan
penyandang masalah kesejahteraan sosial.
Tabel 2.60.
Data Penanganan Masalah Sosial Kabupaten Majalengka Tahun 2008 – 2013
No. Uraian 2008 2009 2010 2011 2012 2013
1.
Sarana sosial seperti panti asuhan, panti jompo dan panti rehabilitasi (unit)
35 35 40 45 45 45
2. PMKS yg memperoleh bantuan sosial (%) 7,19 13,05 12,89 17,51 22 33
3.
Penanganan penyandang masalah kesejahteraan sosial (%)
7,19 13,05 12,89 17,51 22 33
Sumber data : Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi, tahun 2008-2013 diolah
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 96
14. Ketenagakerjaan
a. Angka Sengketa Pengusaha Pekerja Per Tahun
Penyelesaian sengketa pengusaha dan pekerja diatur dalam Undang-
Undang No. 2 Tahun 2004, tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Industrial. Pada Undang-Undang disebutkan bahwa perselisihan hubungan
industrial adalah perbedaan pendapat yang mengakibatkan pertentangan
antara pengusaha (atau gabungan pengusaha) dengan pekerja (atau serikat
pekerja) yang penyebabnya biasanya dikarenakan perselisihan hak,
perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja (PHK),
ataupun perselisihan antar serikat pekerja di dalam satu perusahaan. Data
kasus sengketa antara pengusaha dan pekerja di Kabupaten Majalengka
selama periode 2008-2013 cenderung meningkat.
b. Tingkat Pastisipasi Angkatan Kerja.
Tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK) menggambarkan persentase
angkatan kerja (yaitu penduduk usia kerja yang bekerja, punya pekerjaan
namun sementara tidak bekerja, dan penganggur) terhadap penduduk usia
kerja. Selama tahun 2008-2012, TPAK Kabupaten Majalengka cenderung
meningkat.
c. Pencari Kerja yang Ditempatkan
Belum seimbang antara jumlah pencari kerja, penempatan dan jumlah
kebutuhan perusahaan sebagian besar dipengaruhi oleh ketidakcocokan
antara minat dengan kebutuhan. Selain itu, ketrampilan yang dimiliki oleh
pencari kerja sebagian besar tidak sesuai dengan kebutuhan perusahaan
dimana para pencari kerja tidak memiliki kompetensi dari lapangan
pekerjaan yang tersedia. Karena itu minimnya keterampilan yang dimiliki
pencari kerja menjadi masalah dan penyebab tingkat pengangguran masih
tinggi. Lapangan kerja yang ada tidak sebanding dengan keterampilan
maupun kompetensi pencari kerja. Selama tahun 2008-2013, jumlah pencari
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 97
kerja yang ditempatkan selalu meningkat, yaitu dari 1.474 orang pada
tahun 2008 menjadi 4.359 orang pada tahun 2013.
d. Tingkat Pengangguran Terbuka
Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak
bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari
selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan
pekerjaan yang layak. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah
angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah
lapangan kerja yang ada. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam
perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan
pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan
timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.
Pada sebagian negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah
"pengangguran terselubung" di mana pekerjaan yang semestinya bisa
dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.
Berdasarkan jam kerja, pengangguran dikelompokkan menjadi 3 macam:
1) Pengangguran Terselubung (Disguised Unemployment) adalah tenaga
kerja yang tidak bekerja secara optimal karena suatu alasan tertentu.
2) Setengah Menganggur (Under Unemployment) adalah tenaga kerja
yang tidak bekerja secara optimal karena tidak ada lapangan pekerjaan,
biasanya tenaga kerja setengah menganggur ini merupakan tenaga
kerja yang bekerja kurang dari 35 jam selama seminggu.
3) Pengangguran Terbuka (Open Unemployment) adalah tenaga kerja
yang sungguh-sungguh tidak mempunyai pekerjaan. Pengangguran
jenis ini cukup banyak karena memang belum mendapat pekerjaan
padahal telah berusaha secara maksimal.
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 98
Tingkat pengangguran terbuka Kabupaten Majalengka terus menurun dari
Tahun 2008 sampai 2010, namun Tahun 2012 mengalami kenaikan hingga
mencapai 6,71%. Kenaikan tersebut harus diantisipasi agar lajunya kembali
menurun dengan membuka akses penyerapan tenaga kerja baik untuk di
dalam daerah maupun ke luar daerah.
e. Keselamatan dan Perlindungan
Proteksi atau perlindungan pekerja merupakan suatu keharusan bagi
perusahaan yang diwajibkan oleh Pemerintah melalui peraturan perudang-
undangan. Untuk melaksanakan program proteksi, banyak perusahaan
bekerja sama dengan perusahan asuransi yang memberikan peranggunan
terhadap kemungkinan timbulnya masalah kesehatan, masalah finansial
atau masalah lainnya yang dihadapi atau dialami oleh pekerja dan
kelurganya di kemudian hari. Praktisnya, pemberian proteksi ini kualitasnya
tidak sama diantara masing-masing pekerja, tergantung dari kedudukan
dan tanggung jawab mereka masing-masing.
Kepedulian atas keselamatan dan perlindungan pekerja oleh perusahaan di
Kabupaten Majalengka dicerminkan dengan tingkat persentase perusahan
yang telah menerapkan K3. Pada tahun 2008 baru 210 perusahaan yang
telah menerapkan K3, pada tahun 2012 telah meningkat menjadi 258
perusahaan. Ini menunjukan adanya peningkatan kesadaran para
pengusaha untuk menjamin keselamatan dan memberikan perlindungan
pada tenaga kerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pada
tahun mendatang seluruh perusahaan harus mampu menerapkan K3 di
perusahaannya.
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 99
Tabel 2.61. Data Situasi Ketenagakerjaan
Kabupaten Majalengka Tahun 2008 – 2012
No. Capaian Pembangunan 2008 2009 2010 2011 2012
1. Angka sengketa pengusaha-pekerja per tahun
6 7 17 10 8
2. Tingkat partisipasi angkatan kerja* 62,23 66,48 66,96 61,48 67,6
3. Pencari kerja yang ditempatkan 1.474 1.666 1.283 3.310 3.943
4. Tingkat pengangguran terbuka*
7,98 6,74 5,82 6,56 / 7,80 6,71
5. Keselamatan dan perlindungan 210 220 239 243 258
Sumber data : Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi, tahun 2008 s.d. 2012 diolah * BPS Kabupaten Majalengka tahun 2008 s.d. 2012
15. Koperasi Usaha Kecil dan Menengah
a. Koperasi
Jumlah koperasi pada tahun 2008 sebanyak 562 buah dengan jumlah
anggota sebanyak 58.372 orang, tahun 2012 meningkat sebanyak 645 buah
dengan jumlah anggota sebanyak 89.231 orang.
Tabel 2.62. Jumlah Koperasi Yang Masih Aktif
No. Tahun KUD (Buah)
Non KUD
(Buah)
Jumlah (Buah)
Jumlah Anggota (Orang)
Jumlah Koperasi
Aktif 1. 2008 26 536 562 58.372 220 2. 2009 26 577 603 61.725 205 3. 2010 26 606 632 68.785 211 4. 2011 26 611 637 73.363 237 5. 2012 26 619 645 89.231 257
Sumber: Dinas Koperasi UKM dan Perindag Kabupaten Majalengka, tahun 2013
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 100
Dari jumlah tersebut, tidak seluruhnya aktif. Melihat kondisi ini maka
diperlukan upaya untuk mengaktifkan kembali koperasi yang sudah
terbentuk.
b. Usaha Mikro dan Kecil
Jumlah UMKM di Kabupaten Majalengka pada tahun 2010 tercatat
sebanyak 19.806 unit, meningkat menjadi 21.092 unit pada tahun 2011 dan
menjadi 23.187 unit pada tahun 2012, dengan cakupan pembinaan
kelompok pengrajin pada tahun 2012 mencapai angka 10%. Oleh karena itu
masih sangat perlu diupayakan pembinaan kepada kelompok pengrajin di
Kabupaten Majalengka.
c. Usaha Kecil dan Menengah Non BPR/LKM UKM
Usaha Kecil dan Menengah (UKM) merupakan kelompok usaha yang
jumlahnya paling besar, selain itu kelompok usaha ini terbukti tahan
terhadap berbagai macam goncangan krisis ekonomi. Jumlah pelaku usaha
kecil dan menengah di Kabupaten Majalengka sebanyak 23.187 orang,
dengan klasifikasi pelaku usaha yang bergerak di perdagangan dan jasa
sebanyak 13.724 orang sedangkan yang bergerak pada usaha industri
sebanyak 9.463 orang dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 89.879
orang.
d. Jumlah BPR
Jumlah Bank Perkreditan rakyat (BPR) di Kabupaten Majalengka Tahun 2012
sebanyak 10 buah dan pada tahun 2013 sebanyak 15 buah.
16. Penanaman Modal
Selama periode 2009-2012, realisasi investasi di Kabupaten Majalengka
meningkat cukup signifikan, yaitu dari Rp191,937 miliar pada tahun 2009,
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 101
mejadi Rp.424,943 miliar pada tahun 2012. Begitu pula jumlah pelaku usaha
yang melakukan investasi meningkat dari 1.252 unit menjadi 1.378 unit.
Tabel 2.63.
Jumlah Nilai Investasi Berskala Nasional (PMDN/PMA)
No. Kategori Perusahaan
Tahun
2009 2010 2011 2012
1. Perusahaan Mikro 8.729.000.000 5.529.450.000 1.090.000.000 615.000.000
2. Perusahaan Kecil 163.478.334.000 143.187.968.150 257529.089.736 247.689.476.764
3. Perusahaan Menengah 19.730.000.000 30.815.755.544 58.168.088.032 72.222.585.600
4. Perusahaan Besar - 15.198.327.808 - 104.416.377.496
Jumlah 191.937.334.000 194.731.501.502 316.787.177.768 424.943.439.860
Sumber data : BPPTPM Kabupaten Majalengka, tahun 2013
Tabel 2.64.
Jumlah Investor Berskala Nasional (PMDN/PMA)
No. Kategori Perusahaan 2009 2010 2011 2012
1 Perusahaan Mikro 229 130 24 18
2 Perusahaan Kecil 1.005 905 1.315 1.316
3 Perusahaan Menengah 18 13 40 39
4 Perusahaan Besar 0 1 0 5
Jumlah 1.252 1.049 1.379 1.378
Sumber data : BPPTPM Kabupaten Majalengka, tahun 2013 17. Kebudayaan
Pembangunan bidang seni, budaya dan olah raga sangat terkait erat dengan
kualitas hidup manusia dan masyarakat. Hal ini sesuai dengan 2 (dua) sasaran
pencapaian pembangunan bidang sosial budaya dan keagamaan yaitu :
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 102
(i) mewujudkan masyarakat Indonesia yang berakhlak mulia, bermoral, beretika,
berbudaya dan beradab; serta (ii) mewujudkan bangsa yang berdaya saing
untuk pencapaian masyarakat yang lebih makmur dan sejahtera.
Selama 2008-2012, setiap tahunnya dilaksanakan festival seni dan budaya yang
diharapkan dapat melestarikan budaya lokal sebagai bagian dari khasanah
budaya Indonesia. Selain itu, dilaksanakan pula pelestarian benda dan situs
budaya sebagaimana pada tabel 2.65.
Tabel 2.65. Kegiatan Bidang Kebudayaan
Kabupaten Majalengka Tahun 2008 - 2012
No. Uraian 2008 2009 2010 2011 2012
1. Penyelenggaraan festival seni dan budaya 1 1 1 2 1
2. Benda, situs dan Kawasan Cagar Budaya yang dilestarikan (%)
3,2 3,2 3,2 3,2 11,2
Sumber : Disporabudpar Kabupaten Majalengka Kendala yang masih dihadapi Kabupaten Majalengka dalam upaya pelestarian
dan pengembangan seni dan budaya adalah belum adanya sarana penunjang
untuk penyelenggaraan seni dan budaya yang representatif.
18. Kepemudaan dan Olahraga
Dalam konteks pembaruan dan pembangunan bangsa, pemuda mempunyai
fungsi dan peran yang sangat strategis sehingga perlu dikembangkan potensi
dan perannya melalui penyadaran, pendidikan dan pemberdayaan.
Demikian halnya dengan olahraga, pembinaan dan pengembangan
keolahragaan dapat menjamin pemerataan akses terhadap olahraga,
peningkatan kesehatan dan kebugaran, peningkatan prestasi, dan manajemen
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 103
keolahragaan yang mampu menghadapi tantangan serta tuntutan perubahan
kehidupan nasional dan global.
Tabel 2.66.
Perkembangan Data Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Majalengka Tahun 2008 - 2012
No. Capaian Pembangunan 2008 2009 2010 2011 2012
1. Jumlah organisasi pemuda 34 45 54 54 47
2. Jumlah organisasi olahraga 23 23 23 23 24
3. Jumlah kegiatan kepemudaan 3 3 4 3 5
4. Jumlah kegiatan olahraga 9 9 12 10 12
5. Lapangan olah raga milik pemerintah 4 4 4 4 4
6. Gelanggang / balai remaja (selain milik swasta)
2 2 2 1 1
Sumber : Disporabudpar Kabupaten Majalengka, tahun 2013
19. Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri
Selama 2008-2012, Berdasarkan data Kantor Kesbangpol Kabupaten
Majalengka tahun 2012, Pemerintah Kabupaten Majalengka selalu
menyelenggarakan pembinaan politik daerah, dan pembinaan terhadap LSM,
Ormas dan OKP.
Tabel 2.67.
Pembinaan Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri Kabupaten Majalengka Tahun 2008 - 2012
NO Uraian 2008 2009 2010 2011 2012
1. Kegiatan pembinaan terhadap LSM, Ormas dan OKP
1 1 1 1 1
2. Kegiatan pembinaan politik daerah 1 1 1 1 2
Sumber : Kantor Kesbangpol Kabupaten Majalengka, tahun 2013
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 104
20. Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan Persandian
Perkembangan capaian pelaksanaan urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan
Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan
Persandian dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.68.
Indikator Pelaksanaan Urusan Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi Keuangan Daerah, Perangkat Daerah, Kepegawaian dan
Persandian Kabupaten Majalengka Tahu 2008 – 2012
No. Uraian 2008 2009 2010 2011 2012
1. Rasio jumlah Polisi Pamong Praja per 10.000 penduduk 0,0042 0,042 0,006 0,006 0,007
2. Jumlah Linmas per Jumlah 10.000 Penduduk 0,3 0,3 0,3 0,3 0,3
3. Rasio Pos Siskamling per jumlah desa/kelurahan 5 5 5 5 5
4. Pertumbuhan ekonomi 4,57 4,73 4,59 4,67 4,74 5. Kemiskinan 18,79 17,12 15,52 14,98 14,44
6. Sistem informasi Pelayanan Perijinan dan administrasi pemerintah
- - - 1 1
7. Penegakan PERDA - - - - -
8. Cakupan patroli petugas Satpol PP 3 kec 3 kec 3 kec 3 kec 3 kec
9.
Tingkat penyelesaian pelanggaran K3 (Ketertiban, Ketentraman, Keindahan) di Kabupaten
- - 100% 100% 100%
10. Petugas Perlindungan Masyarakat (Linmas) di Kabupaten
3360 3360 3360 3430 3430
11. Cakupan pelayanan bencana kebakaran kabupaten 105 69 51 89 133
12.
Tingkat waktu tanggap (response time rate) daerah layanan Wilayah Manajemen Kebakaran (WMK)
53 55 41 65 89
13. Cakupan sarana prasarana perkantoran pemerintahan desa yang baik
- - 52 desa 57 desa 69 desa
14. Sistim Informasi Manajemen Pemda - - 7
15. Indeks Kepuasan Layanan Masyarakat - - 18 OPD 33 OPD 29 OPD
Sumber : BPS, Sekretariat Daerah, Satuan Polisi Pamong Praja, dan BPBD Kabupaten Majalengka, tahun 2013
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 105
Adapun urusan wajib mengenai keagamaan yang merupakan kewenangan
pusat, dalam hal ini pemerintah daerah berperan dalam menciptakan iklim
kondusif, keamanan dan kenyamanan beribadah. Adapun data pemeluk agama
dan sarana peribadatan di Kabupaten Majalengka dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 2.69. Jumlah Pemeluk Agama dan Sarana Peribadatan
Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2009
No. Uraian 2008 2009 2010 2011 2012 1. Banyak Pemeluk
Agama (orang)
a. Islam 1.224.702 1.211.088 1.227.625 1.168.527 1.243.155 b. Kristen Katolik 1.616 1.015 1.136 825 683 c. Kristen Protestan 1.078 1.391 1.564 1.865 2.170 d. Hindu 110 43 114 126 117 e. Budha 143 134 21 139 145
2. Banyaknya Tempat Ibadah (buah)
a. Mesjid 940 1.034 974 1.004 1.760 b. Langgar 4.838 4.895 4.464 4.693 4.556 c. Musholla 1.082 1.213 1.402 1.126 1.200 d. Gereja 12 12 13 14 11 e. Pura - 1 - - - f. Vihara 3 2 3 3 2
Sumber: Data Sektoral Kabupaten Majalengka, tahun 2008-2012
Sebagai upaya peningkatan masyarakat yang religius di Kabupaten Majalengka,
telah dilaksanakan pembinaan dan fasilitasi terhadap guru ngaji, imam masjid,
lembaga diniyah takmiliyah awaliyah (DTA), sarana ibadah (mesjid, langgar dan
musholla), pondok pesantren, majelis taklim serta fasilitas kegiatan pertemuan
tokoh agama dan pengajian rutin tingkat kabupaten dan kecamatan. Lebih
jelasnya lagi perihal kelompok sasaran pembinaan dan fasilitasi yang telah
dilaksanakan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 106
Tabel. 2.70. Kelompok Sasaran Pembinaan dan Fasilitasi Keagamaan
Kabupaten Majalengka Tahun 2013 ii 106
No. Kelompok Sasaran Jumlah 1. Guru Ngaji 3.129 orang 2. Imam Masjid 3.220 orang 3. DTA Kabupaten Majalengka 636 lembaga 4. Sarana Ibadah (Mesjid, Langgar, Musholla) 6.576 buah 5. Pondok Pesantren 467 pontren 6. Majelis Taklim 1.580 kelompok
Sumber: Bagian Kesra Sekretariat Daerah Kabupaten Majalengka, tahun 2014
21. Ketahanan Pangan
Ketahanan pangan merupakan bagian terpenting dari pemenuhan hak atas
pangan sekaligus menjadi pilar utama hak azasi manusia, selain itu ketahanan
pangan merupakan bagian sangat penting dari ketahan nasional. Ketahanan
pangan tidak hanya mencakup pengertian ketersediaan pangan yang cukup,
tetapi juga mampu mengakses (termasuk membeli) pangan dan tidak terjadi
ketergantungan kepada pihak manapun.
Petani memiliki kedudukan strategis dalam ketahanan pangan, karena petani
adalah produsen pangan sekaligus sebagai kelompok konsumen yang terbesar.
Pertanian sangat erat kaitannya dengan ketahanan pangan, karena pangan
merupakan kebutuhan yang bersifat mendasar bagi setiap manusia. Setiap
negara atau daerah selalu termotivasi untuk memiliki stok bahan pangan pokok
dalam jumlah relatif aman untuk kebutuhan rakyatnya dalam jangka waktu
tertentu. Ketahanan Pangan Pemerintah Kabupaten Majalengka ditentukan 4
(empat) jenis pelayanan dasar yaitu :
a. Ketersediaan dan Cadangan Pangan
Ketersediaan dan Cadangan Pangan meliputi 2 (dua) indikator kinerja, yaitu:
1) Ketersediaan Energi dan Protein Perkapita
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 107
Ketersediaan Pangan adalah tersedianya pangan dari hasil produksi
dalam negeri dan/atau sumber lain. Ketersediaan pangan berfungsi
sebagai penjamin pasokan pangan untuk memenuhi kebutuhan
seluruh penduduk, dari segi kuantitas, kualitas, keragaman dan
keamanannya. Kabupaten Majalengka pada tahun 2012 telah sanggup
memenuhi persediaan energi dan protein sebesar 90%.
2) Penguatan Cadangan Pangan
Cadangan pangan merupakan ketersediaan pangan yang digunakan
sebagai cadangan, baik yang ada di pemerintah maupun di masyarakat.
Pada saat ini Pemerintah Kabupaten Majalengka belum memiliki
Cadangan Pangan Pemerintah (CPP), maka pada tahun 2014
diusahakan akan diadakan 50 ton atau 50%.
b. Distribusi dan Akses Pangan
Sub sistem distribusi berfungsi mewujudkan sistem distribusi yang efektif
dan efisien sebagai prasyarat untuk menjamin agar seluruh penduduk dan
rumah tangga dapat memperoleh pangan dalam jumlah dan kualitas yang
cukup sepanjang waktu dengan harga terjangkau. Kondisi ketersediaan
informasi pasokan, harga dan akses pangan di Kabupaten Majalengka
untuk tahun 2012 dapat mencapai 90%, sedangkan untuk stabilitas harga
dan pasokan pangan untuk tahun 2012 sebesar 23,05% dan pada tahun
2013 diproyeksikan sebesar 27,54% atau 92 unit.
c. Penganekaragaman dan Keamanan Pangan
Secara kualitatif tingkat keanekaragaman pangan di Kabupaten Majalengka
baru mencapai skor PPH 80,6 dari skor 100 yang dianjurkan, tetapi bila
dilihat dari PPH rata-rata Provinsi Jawa Barat (79,9), Kabupaten Majalengka
berada di atas rata-rata. Pada tahun 2013 Kabupaten Majalengka
menargetkan sebesar 86%.
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 108
Keamanan pangan merupakan kondisi dan upaya yang diperlukan untuk
mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda
lain yang mengganggu, merugikan dan membahayakan manusia. Otoritas
Kompeten Keamanan Pangan Daerah (OKKP-D) adalah institusi atau unit
kerja di lingkup pemerintah daerah yang sesuai dengan tugas fungsinya
diberikan kewenangan untuk melaksanakan pengawasan Sistem/Jaminan
Keamanan Pangan Hasil Pertanian dan telah lulus verifikasi oleh OKKP-
Pusat. Mengacu pada langkah kegiatan untuk Kabupaten/Kota yang terdiri
dari 12 poin, tahun 2013 Kabupaten Majalengka menargetkan capaian
sebesar 60%.
d. Penanganan Kerawanan Pangan
Kerawanan pangan adalah suatu kondisi ketidakcukupan pangan yang
dialami daerah, masyarakat atau rumah tangga pada waktu tertentu untuk
memenuhi standar kebutuhan fisiologis bagi pertumbuhan dan kesehatan
masyarakat. Berdasarkan data akselerasi peningkatan IPM tahun 2012,
bahwa pada tahun 2011 terdapat 178.600 orang miskin di Kabupaten
Majalengka diindikasikan mereka penduduk rawan pangan karena rawan
daya beli. Berdasarkan hasil pengolahan data BP4K tahun 2013, terdapat 6
kecamatan yang masuk kategori rawan pangan meliputi Kecamatan
Lemahsugih, Kecamatan Bantarujeg, Kecamatan Malausma, Kecamatan
Cingambul, Kecamatan Cigasong, dan Kecamatan Sumberjaya. Salah satu
pendekatan yang dapat dilakukan untuk memperbaiki kondisi ini adalah
melalui penanganan daerah rawan pangan bagi daerah kronis rawan
pangan. Sasaran penanganan daerah rawan pangan tahun 2014 adalah
50%.
Untuk mempertahankan ketahanan pangan Kabupaten Majalengka,
ditengah pesatnya pembangunan industri yang memerlukan lahan sangat
luas, sementara luas wilayah Kabupaten Majalengka tidak mengalami
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 109
pertambahan dan untuk pembangunan tersebut menggunakan lahan
pertanian yang berakibat secara otomatis lahan pertanian sebagai
penopang ketahan pangan mengalami penyusutan, Pemerintah Kabupaten
Majalengka berupaya mengantisipasinya dengan membuat strategi
pembangunan lahan sawah pertanian berkelanjutan dengan kebijakan
pemberian insentif dan disinsentif bagi lahan-lahan pertanian yang masuk
pada kawasan lahan pertanian pangan berkelanjutan sampai tahun 2018.
22. Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Salah satu lembaga pelayanan masyarakat yang terdekat dengan masyarakat
adalah Posyandu. Keaktifan pelayanan yang dilaksanakan oleh posyandu akan
memberikan tingkat kepuasan terhadap layanan pemerintah secara umum. Pada
tahun 2011 berdasarkan data BPMDPKB Kabupaten Majalengka tahun 2012
menunjukkan bahwa posyandu aktif di Kabupaten Majalengka adalah 1.418
posyandu, angka tersebut diharapkan dapat memberikan pelayanan prima
terhadap masyarakat sehingga salah satu kebutuhan masyarakat mendapat
pelayanan kesehatan dari pemerintah dapat ditangani dengan baik. Sebagai
langkah nyata Pemerintah Kabupaten Majalengka dalam meningkatkan
kapasitas motor penggerak (para kader) pemberdayaan masyarakat, dilakukan
melalui berbagai program dan kegiatan yang dilakukan untuk melatih dan
mengasah serta menguatkan wawasan dan kemampuan untuk menjadi kader
pembedayan masyarakat. Pola hubungan antara aparatur pemerintah desa dan
masyarakat menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam upaya meningkatkan
pembedayaan masyarakat secara hakiki.
23. Statistik
Pengolahan data dan informasi perencanaan pembangunan daerah merupakan
hal sangat mendasar dalam penyusunan rencana kerja tahunan pemerintah
daerah, yang mencakup data dan informasi gambaran umum kondisi daerah
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 110
yang meliputi data kondisi geografis dan demografis daerah, serta data terkait
dengan indikator kinerja kunci penyelenggaraan pemerintahan daerah meliputi
aspek kesejahteraan masyarakat, aspek pelayanan umum dan aspek daya saing
daerah.
Tabel 2.71.
Ketersediaan Dokumen Statistik Kabupaten Majalengka Tahun 2008 – 2012
No. Capaian Pembangunan 2008 2009 2010 2011 2012
1. Buku ”kabupaten dalam angka” Ada Ada ada ada ada
2. Buku ”PDRB kabupaten” Ada Ada ada ada ada
Sumber : Bappeda Kabupaten Majalengka, tahun 2013
Jenis data dan informasi gambaran umum kondisi daerah berikut sumbernya
dapat diperoleh melalui :
a. Data primer yang diperoleh dari kegiatan penelitian, monitoring dan
evaluasi, serta kegiatan sejenis lainnya yang dilaksanakan secara periodik
oleh OPD.
b. Data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) pusat
maupun daerah dan instansi pemerintah, hasil riset/audit/studi oleh
lembaga yang kompeten dibidangnya.
Hasil pengolahan data dan informasi perencanaan pembangunan Kabupaten
Majalengka diantaranya dituangkan dalam Buku Data Sektoral Kabupaten
Majalengka, Indikator Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Majalengka, Indikator
Ekonomi Daerah Kabupaten Majalengka (termasuk PDRB).
24. Kearsipan
Kinerja pembinaan tata kearsipan oleh Kantor Arsip Daerah terhadap OPD dan
kecamatan mulai tahun 2009 sampai tahun 2012 tercermin dari jumlah OPD dan
kecamatan yang dibina tata kearsipannya, yaitu 79% dari jumlah OPD dan
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 111
kecamatan. Pembinaan tata kearsipan dan peningkatan SDM pengelola arsip,
dapat dilihat pada tabel 2.70.
Tabel 2.72. Data Kinerja Kearsipan
Kabupaten Majalengka Tahu 2008 – 2012
No. Capaian Pembangunan 2009 2010 2011 2012
1. Pembinaan Tata Kearsipan ke OPD dan Kecamatan 17 17 17 19
2. Peningkatan SDM pengelola arsip 5 5 10 10
Sumber : Kantor Arsip Daerah, tahun 2013
25. Komunikasi dan Informatika
Data-data komunikasi dan informasi untuk data terakhir tahun 2012 rasio
wartel/warnet terhadap penduduk adalah 1 : 2.003, jumlah penyiaran radio/TV
lokal sebanyak 38 buah, web site milik pemerintah daerah sebanyak 13 buah,
dan 205 jaringan komunikasi, lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 2.71.
Tabel 2.73.
Data Komunikasi dan Informatika Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2012
No. Indikator Tahun 2008 2009 2010 2011 2012
1. Rasio wartel/warnet terhadap penduduk
1 : 1791 1 : 1104
1 : 684 1 : 727
1: 2003
2. Jumlah penyiaran radio/TV local
17 25 31 38 36
3. Web Site milik pemerintah daerah
1 2 3 5 13
4. Jumlah jaringan komunikasi 152 157 157 182 196 Sumber : Dishubkominfo Kabupaten Majalengka, tahun 2013
Perkiraan pengguna jasa telekomunikasi di Kabupaten Majalengka, berdasarkan
asumsi jumlah penduduk dengan struktur umur 15-54 tahun yang menjadi
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 112
pelanggan telekomunikasi mayoritas persentasenya sekitar 60% dari jumlah
penduduk Kabupaten Majalengka, hal ini dikarenakan pada struktur umur 15-
54 tahun tersebut adalah usia produktif sehingga kebutuhan untuk komunikasi
diperkirakan sangat tinggi. Selain itu, pada struktur umur 30-54 tahun
diperkirakan 1 orang mempunyai 2 nomor operator, sedangkan rentang usia
lainnya diasumsikan sebagai pelanggan biasa dengan perkiraan 1 orang
mempunyai 1 nomor operator.
Tabel 2.74.
Jumlah Tower Telekomunikasi di Kabupaten Majalengka Tahun 2012
No. Nama Provider Jumlah (Unit)
1. Telkomsel 62 2. TBG 47 3. Protelindo 33 4. XL 22 5. Indosat 11 6. SIP 5 7. Telkom 4 8. Java Indoku 3 9. Reka Cipta 2
10. STP, WMI, dll 7 Total 196
Sumber : Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kab. Majalengka, tahun 2013
Mengenai penyelenggaraan pameran/expo pada tahun 2010 dilaksanakan
sebanyak 2 kali dan pada tahun 2011 dilaksanakan 3 kali, ditargetkan untuk
tahun 2012 akan dapat dilaksanakan minimalnya 3 kali.
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 113
Tabel 2.75.
Pelaksanaan Pameran/Expo Kabupaten Majalengka Tahun 2010-2012
No. Tahun Pameran/Expo
1. 2010 2 Kali
2. 2011 3 Kali
3. 2012 3 Kali
Sumber : Dinas KUKM perindag Kabupaten Majalengka, tahun 2013
26. Perpustakaan
Perpustakaan merupakan suatu wadah atau tempat yang di dalamnya terdapat
bahan pustaka untuk masyarakat yang disusun menurut sistem tertentu dengan
tujuan untuk meningkatkan mutu kehidupan masyarakat serta sebagai
penunjang kelangsungan pendidikan.
Tabel 2.76. Data Perpustakaan
Kabupaten Majalengka Tahun 2008 – 2012
No. Uraian 2008 2009 2010 2011 2012
1. Jumlah perpustakaan 432 465 481 521 826
2.
Jumlah pengunjung perpustakaan per tahun
55,91 58,47 61,95 65,84 17.725
3.
Koleksi buku yang tersedia di perpustakaan daerah
58,36 61,25 65,78 69,34 28.527(eksemplar)/ 16.199 (judul)
Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Majalengka, tahun 2013
Selama tahun 2008-2012, jumlah perpustakaan di Kabupaten Majalengka
meningkat dari 432 unit menjadi 826 unit. Jumlah pengunjung yang
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 114
memanfaatkan perpustakaan pada tahun 2008 sebesar 55,91%, naik menjadi
65,85% pada tahun 2011, ini selaras dengan koleksi buku yang terus meningkat.
2.3.2. Fokus Layanan Urusan Pilihan
1. Pertanian
Luas Kabupaten Majalengka adalah 1.204,24 km2 atau 120.424 Ha, terdiri atas
lahan sawah 51.428 Ha, lahan bukan sawah 35.205 Ha, dan lahan bukan
pertanian 33.791 Ha. Berdasarkan data tersebut, pertanian merupakan sektor
yang dominan dalam pemanfaatan lahan di Kabupaten Majalengka, yaitu
sebesar 72% dari luas Kabupaten Majalengka.
1) Tanaman Pangan dan Hortikultura
Komoditas unggulan tanaman pangan selama tahun 2008-2012 terdiri atas:
a. Padi, luas tanam pada tahun 2008 sebesar 100.930 hektar meningkat
menjadi 102.632 hektar pada tahun 2012, luas panen panen pada
tahun 2008 sebesar 90.987 hektar meningkat menjadi 101.283 hektar
pada tahun 2012 dan produksi sebesar 520.526 ton pada tahun 2008
menjadi 653.692 ton pada tahun 2012. Sentra padi tersebar di
Kecamatan Kertajati, Jatitujuh, Ligung, Sumberjaya, Palasah, Jatiwangi,
Dawuan, Kadipaten, Panyingkiran, Majalengka, Cigasong, Maja,
Sukahaji, Rajagaluh, Sindangwangi, Leuwimunding, Kasokandel, dan
Lemahsugih.
b. Jagung, luas tanam pada tahun 2008 sebesar 13.511 hektar meningkat
menjadi 18.859 hektar pada tahun 2012, luas panen pada tahun 2008
sebesar 11.417 hektar meningkat menjadi 19.816 hektar pada tahun
2012 dan produksi sebesar 69.479 ton pada tahun 2008 menjadi
130.388 ton pada tahun 2012, adanya perbedaan jumlah luas panen
lebih besar dari luas tanam disebabkan kegiatan penanaman yang
melebihi tahun yang berjalan sehingga luas panen tahun berikutnya
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 115
merupakan hasil dari luas tanam tahun yang lalu. Sentra tanaman
jagung tersebar di Kecamatan Argapura, Banjaran, Talaga, Cikijing,
Maja, Bantarujeg, Lemahsugih, Majalengka, dan Malausma.
c. Kedelai, luas tanam pada tahun 2008 sebesar 2.347 hektar menurun
menjadi 1.500 hektar pada tahun 2012, luas panen pada tahun 2008
sebesar 2.027 menjadi 1.500 hektar pada tahun 2012 dan produksi
sebesar 2.825 ton pada tahun 2008 menjadi 2.313 ton pada tahun
2012. Penurunan luas tanam, luas panen dan produksi ini, disebabkan
antara lain karena minat petani yang kurang dan harga jual yang
kurang berpihak ke petani serta banyaknya impor kedele. Sentra
kedelai tersebar di Kecamatan Jatiwangi, Kasokandel, Majalengka,
Panyingkiran, Cigasong, Palasah, Ligung, Kertajati dan Sukahaji.
Tabel 2.77. Luas Tanam Komoditas Tanaman Pangan Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2012
No. Komoditas Tahun (Ha)
2008 2009 2010 2011 2012
1. Padi 100.930 101.197 102.596 106.812 102.632
2. Jagung 13.511 17.312 18.938 17.483 18.859
3. Kedelai 2.347 2.437 2.350 1.598 1.500 Sumber: Dinas Pertanian dan Perikanan Kab.Majalengka, tahun 2013
Tabel 2.78 Luas Panen Komoditas Tanaman Pangan Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2012
No. Komoditas Tahun (Ha)
2008 2009 2010 2011 2012
1. Padi 90.987 97.292 103.396 98.301 101.283
2. Jagung 11.417 17.143 18.575 16.062 19.375
3. Kedelai 2.027 2.356 2.348 1.514 1.500 Sumber: Dinas Pertanian dan Perikanan Kab.Majalengka, tahun 2013
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 116
Tabel 2.79. Produksi Komoditas Tanaman Pangan
Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2012
No. Komoditas Tahun (Ton)
2008 2009 2010 2011 2012
1. Padi 520.526 584.405 614.390 621.296 653.692
2. Jagung 69.479 110.734 113.028 103.258 130.388
3. Kedelai 2.825 3.381 2.663 1.877 2.313 Sumber: Dinas Pertanian dan Perikanan Kab.Majalengka, tahun 2013
Adapun komoditas unggulan tanaman hortikultura khususnya sayuran
terdiri atas :
a. Bawang Merah, luas tanam pada tahun 2008 seluas 3.028 hektar turun
menjadi 1.820 hektar pada tahun 2012, luas panen pada tahun 2008
seluas 3.379 ha turun menjadi 1.847 hektar pada tahun 2012, dan
produksi pada tahun 2008 sebesar 33.015 ton turun menjadi sebesar
22.312 ton pada tahun 2012. Penurunan luas tanam, luas panen dan
produksi ini disebabkan cuaca yang kurang mendukung
mempengaruhi pertumbuhan tanaman sayuran sehingga
menyebabkan banyaknya serangan OPT diantaranya layu dan busuk.
Selain itu adanya lonjakan harga benih yang tidak seimbang dengan
harga jual bawang merah sayur sehingga banyak petani yang tidak
menanam bawang merah juga ada petani yang memilih bertanam
komoditas sayuran lainnya. Sentra bawang merah tersebar di
Kecamatan Argapura, Banjaran, Maja, Ligung, Kertajati, Jatitujuh dan
Majalengka.
b. Cabai Besar, luas tanam pada tahun 2008 seluas 1.188 ha, turun
menjadi 1.099 hektar pada tahun 2012, luas panen sebesar 1.029 hektar
pada tahun 2008 meningkat menjadi 1.066 hektar pada tahun 2012,
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 117
sedangkan produksi pada tahun 2008 sebesar 12.833 ton turun
menjadi sebesar 9.651 ton pada tahun 2012. Penurunan luas tanam dan
produksi antara lain disebabkan karena cuaca kurang yang mendukung
mempengaruhi pertumbuhan tanaman sayuran, dimana tanaman cabai
sangat rentan terhadap curah hujan dan kelembaban yang tinggi
sehingga mengakibatkan banyaknya serangan OPT diantaranya layu,
busuk dan rontok buah. Sedangkan peningkatan luas panen pada
tahun 2012 dibandingkan dengan tahun 2008 disebabkan karena pada
tahun 2008 serangan OPT lebih tinggi dibandingkan tahun 2012 yang
mengakibatkan banyaknya cabai yang tidak dapat dipanen. Sentra
cabai tersebar di Kecamatan Kertajati, Ligung, Lemahsugih, Bantarujeg
dan Banjaran.
c. Kentang, pada tahun 2008 luas tanam 1.062 hektar turun menjadi 818
hektar pada tahun 2012, dengan luas panen tahun 2008 sebesar 1.235
hektar turun menjadi luas panen 578 hektar pada tahun 2012, dengan
produksi pada tahun 2008 sebesar 21.460 ton turun menjadi 12.542 ton
pada tahun 2012. Penurunan ini disebabkan cuaca yang kurang
mendukung yaitu curah hujan dan kelembaban yang tinggi, terutama
di daerah pegunungan sering terjadi kabut tebal. Cuaca yang buruk
tersebut mempercepat perkembangbiakan hama dan penyakit yaitu
penyakit busuk daun dan umbi, serta fusarium (jamur). Sentra kentang
di Kecamatan Argapura, Banjaran, Talaga, Lemahsugih dan Cikijing.
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 118
Tabel 2.80. Luas Tanam Komoditas Tanaman Hortikultura
Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2012
No. Komoditas Tahun (Ha)
2008 2009 2010 2011 2012
1. Bawang Merah
3.028 3.046 2.558 1.901 1.820
2. Cabai Besar 1.188 1.000 1.185 1.179 1.099
3. Kentang 1.062 1.037 839 502 818 Sumber: Dinas Pertanian dan Perikanan Kab.Majalengka, tahun 2013
Tabel 2.81.
Luas Panen Komoditas Tanaman Hortikultura Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2012
No. Komoditas Tahun (Ha)
2008 2009 2010 2011 2012
1. Bawang Merah
3.379 2.722 2.562 1.847 1.847
2. Cabai Besar 1.029 1.085 2.974 883 1.066
3. Kentang 1.235 758 929 520 578 Sumber: Dinas Pertanian dan Perikanan Kab.Majalengka, tahun 2013
Tabel 2.82.
Produksi Komoditas Tanaman Hortikultura Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2012
No. Komoditas Tahun (Ton)
2008 2009 2010 2011 2012
1. Bawang Merah
33.015 31.678 21.988 17.867 22.312
2. Cabai Besar 12.833 9.630 10.710 10.192 9.651
3. Kentang 21.460 16.180 12.131 8.906 12.542 Sumber: Dinas Pertanian dan Perikanan Kab.Majalengka, tahun 2013
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 119
Sedangkan komoditas unggulan buah-buahan terdiri atas :
a. Mangga, luas tanam pada tahun 2008 sebesar 8.926,73 hektar,
meningkat pada tahun 2012 menjadi 10.716,35 hektar, luas panen pada
tahun 2008 sebesar 5.392,69 hektar, meningkat menjadi 7.515,58 hektar
pada tahun 2012 dan produksi pada tahun 2008 sebesar 45.223,52 ton
menjadi 48.220,30 ton pada tahun 2012. Sentra mangga berada di
Kecamatan Majalengka, Panyingkiran, Ligung dan Kertajati.
b. Durian, pada tahun 2008 luas tanam 1.537,24 hektar, meningkat pada
tahun 2012 menjadi 2.164 hektar, luas panen pada tahun 2008 seluas
177,71 hektar, meningkat menjadi 1.617,38 hektar pada tahun 2012,
dan produksi pada tahun 2008 sebesar 680,40 meningkat menjadi
8.072,20 ton pada tahun 2012. Sentra durian di Kecamatan Rajagaluh,
Sindangwangi, Leuwimunding dan Sindang.
c. Jambu Biji, pada tahun 2008 luas tanam 296,34 hektar meningkat
menjdi 495,10 hektar pada tahun 2012, luas panen pada tahun 2008
seluas 245,46 hektar meningkat menjadi 378,52 hektar pada tahun
2012, dan produksi pada tahun 2008 sebesar 3.037,38 ton meningkat
menjadi 3.817,20 ton pada tahun 2012.
Tabel 2.83. Luas Tanam Komoditas Tanaman Buah-Buahan
Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2012
No. Komoditas Tahun (Ha)
2008 2009 2010 2011 2012
1. Mangga 8.926,73 9.052,47 10.361,51 10.495,86 10.716,35
2. Durian 1.537,24 1.685,86 1.795,47 1.916,42 2.164
3. Jambu Biji 296,34 372,22 431,09 430,11 495,10 Sumber: Dinas Pertanian dan Perikanan Kab.Majalengka, tahun 2013
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 120
Tabel 2.84. Luas Panen Komoditas Tanaman Buah-buahan
Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2012
No. Komoditas Tahun (Ha)
2008 2009 2010 2011 2012
1. Mangga 5.392,69 6.682,91 2.616,56 5.419,31 7.515,58
2. Durian 177,71 443,42 203,44 1.031,16 1.617,38
3. Jambu Biji 245,46 294,87 412,44 526,65 378,52 Sumber: Dinas Pertanian dan Perikanan Kab.Majalengka, tahun 2013
Tabel 2.85. Produksi Komoditas Tanaman Buah-buahan
Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2012
No. Komoditas Tahun (Ton)
2008 2009 2010 2011 2012
1. Mangga 45.223,52 46.608,80 16.474,00 43.279,70 48.220,30
2. Durian 680,40 2.324,20 840,30 7.355,70 8.072,20
3. Jambu Biji 3.037,38 2.686,40 3.909,00 4.539,00 3.817,20 Sumber: Dinas Pertanian dan Perikanan Kab.Majalengka, tahun 2013
Peternakan, komoditas unggulan peternakan diantaranya adalah ternak ayam
ras pedaging, domba dan sapi potong. Pada tahun 2008 populasi ayam ras
pedaging sebanyak 6.074.480 ekor meningkat menjadi 8.406.965 ekor pada
tahun 2012, dengan produksi daging pada tahun 2008 mencapai 9.021,43 ton
meningkat menjadi 12.610,45 ton pada tahun 2012, populasi domba pada tahun
2008 sebanyak 236.694 ekor meningkat menjadi 487.959 ekor pada tahun 2012
dengan produksi daging pada tahun 2008 mencapai 664,69 ton meningkat
menjadi 843,36 ton pada tahun 2012, dan populasi sapi potong pada tahun
2008 sebanyak 8.692 ekor meningkat menjadi 12.040 ekor pada tahun 2012
dengan produksi daging mencapai 1.438,96 ton pada tahun 2008 meningkat
menjadi 2.519,32 ton pada tahun 2012. Sentra ayam ras pedaging tersebar di
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 121
Kecamatan Talaga, Cikijing, Cingambul, Malausma dan Sindang. Sentra domba
tersebar di Kecamatan Jatitujuh, Kertajati dan Dawuan. Sentra sapi potong
tersebar di Kecamatan Lemahsugih, Kertajati dan Majalengka.
Tabel 2.86. Populasi Peternakan
Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2012
No. Jenis Tahun (Ekor)
2008 2009 2010 2011 2012
1. Ayam Ras Pedaging
6.074.480 7.014.729 7.988.266 8.068.185 8.406.965
2. Domba 238.694 294.501 345.723 408.650 487.959
3. Sapi Potong 8.692 9.735 10.365 11.637 12.040 Sumber: Dinas Kehutanan, Perkebunan dan Peternakan Kab.Majalengka, tahun 2013
Tabel 2.87. Produksi Peternakan
Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2012
No. Jenis Tahun (Ton)
2008 2009 2010 2011 2012
1. Ayam Ras Pedaging
9.021,43 1.052,09 11.982,40 12.102,28 12.610,45
2. Domba 664,69 764,59 779,61 842,19 843,36
3. Sapi Potong 1.438,96 1.871,28 2.408,05 2.509,08 2.519,32 Sumber: Dinas Kehutanan, Perkebunan dan Peternakan Kab.Majalengka, tahun 2013
Perkebunan, komoditas unggulan perkebunan diantaranya adalah teh,
tembakau, kopi, cengkeh, dan tebu, sebagai berikut :
a. Teh, pada tahun 2008 luas tanam 639,31 hektar dengan produksi berupa
pucuk basah sebesar 1.011 ton. Pada tahun 2012 luas tanam 672,31 hektar
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 122
dengan produksi berupa pucuk basah sebesar 1.001,50 ton, teh hijau
200,03 ton, dengan sentra di Kecamatan Lemahsugih, Malausma dan
Rajagaluh.
b. Tembakau, pada tahun 2008 luas tanam 1.351,95 hektar dengan produksi
berupa daun sebesar 6.424 ton dan rajangan sebesar 1.284 ton; pada tahun
2012 menjadi luas tanam 1.591 hektar dengan produksi berupa daun
sebesar 6.919,55 ton dan rajangan sebesar 1.383,91 ton, dengan sentra di
Kecamatan Bantarujeg dan Lemahsugih.
c. Kopi, pada tahun 2008 luas tanam 804,29 hektar dan produksi sebasar
1.297 ton, pada tahun 2012 menjadi luas tanam 801,87 hektar dan produksi
272,90 ton, dengan sentra di Kecamatan Lemahsugih dan Argapura.
d. Cengkeh, pada tahun 2008 luas tanam 1.631,86 hektar, dengan produksi
olahan berupa bunga basah 1.820 ton dan minyak cengkeh 34,56 ton; pada
tahun 2012 luas tanam menjadi 1.825,00 hektar, dengan produksi olahan
berupa bunga basah 3.180,45 ton dan minyak cengkeh 179,99 ton, dengan
sentra di Kecamatan Lemahsugih, Argapura Bantarujeg dan Maja.
e. Tebu, pada tahun 2008 luas tanam 1.268,00 hektar dengan produksi olahan
dalam bentuk gula putih 5.037 ton; pada tahun 2012 menjadi luas tanam
1.233,19 hektar dengan produksi olahan dalam bentuk gula putih
4.858,00 ton, dengan sentra di Kecamatan Kertajati, Ligung dan
Leuwimunding.
Tabel 2.88. Luas Tanam Komoditas Tanaman Perkebunan
Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2012
No. Komoditas Tahun (Ha)
2008 2009 2010 2011 2012
1. The 639,31 672,31 672,31 672,31 672,31
2. Tembakau 1.351,95 1.375,95 1.092,95 984,70 1.591
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 123
No. Komoditas Tahun (Ha)
2008 2009 2010 2011 2012
3. Kopi 804,29 801,87 801,87 901,87 801,97
4. Cengkeh 1.631,86 1.631,35 1.631,35 1.822,42 1.825,00
5. Tebu 1.268,00 1.310,88 1.195,84 1.228,67 1.233,19 Sumber: Dinas Kehutanan, Perkebunan dan Peternakan Kab.Majalengka, tahun 2013
Tabel 2.89.
Produksi Komoditas Tanaman Perkebunan Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2012
No. Komoditas Tahun (Ton) 2008 2009 2010 2011 2012
1. Teh - Pucuk Basah - Teh hijau
1.011
-
829 172
687,14 171,79
1.023,31
227,42
1.001,50
200,03 2. Tembakau
- Daun - Rajangan
6.424 1.284
6.078 1.215
4.532,14
906,29
4.578,85
915,77
6.919,55 1.383,91
3. Kopi 1.297 1.382 1.401,78 1.362,00 272,90 4. Cengkeh
- Bunga basah - Minyak cengkeh
1.820 34,56
1.403 69,34
1.447,65
69,34
999,40 87,90
3.180,45
179,99 5. Tebu 5.037 4.031 5.354,89 3.788,16 4.858,00
Sumber: Dinas Kehutanan, Perkebunan dan Peternakan Kab.Majalengka, tahun 2013
Kontribusi Sektor Pertanian terhadap PDRB, dalam Perhitungan PDRB, Sektor
Pertanian teridiri dari 5 sub sektor, yaitu tanaman bahan makanan, tanaman
perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan. Sedangkan urusan
pertanian menyangkut 3 sub sektor usaha yaitu tanaman bahan makanan,
tanaman perkebunan dan peternakan. Kontribusi sektor pertanian terhadap
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang dirinci berdasarkan sub sektor
selama 5 tahun dapat dilihat pada tabel 2.89. sebagai berikut :
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 124
Tabel 2.90. Konstribusi Sektor Pertanian terhadap PDRB
atas dasar Harga Berlaku Kabupaten Majalengka Tahun 2008 - 2012
No. Uraian 2008 2009 2010 2011 2012
1. Sektor Pertanian 32,48 32,77 33,52 32,83 32,53
2. Sub Sekor Tanaman Bhn Makanan
28,29 28,56 29,28 28,52 28,08
3. Sub Sektor Tanaman Perkebunan
1,07 1,03 1,05 1,04 1,09
4. Sub Sektor Peternakan
2,53 2,59 2,59 2,65 2,75
5. Sub Sektor Kehutanan
0,15 0,14 0,13 0,13 0,14
6. Sub Sektor Perikanan
0,44 0,46 0,47 0,48 0,48
Sumber : Dinas Pertanian dan Perikanan Kabupaten Majalengka, tahun 2013
Berdasarkan data tersebut di atas, selama 2008-2012 kontribusi Sektor
Pertanian secara keseluruhan terus mengalami penurunan. Konstribusi terbesar
terhadap sektor pertanian adalah sub sektor tanaman bahan makanan yang
konstribusinya berfluktuasi namun cenderung menurun selama 5 tahun terkahir.
Sub Sektor peternakan menududuki urutan kedua dalam knstibusi tehadap
sektor pertanian, yang kontribusinya cenderung meningkat. Sub sektor tanaman
perkebunan menempati urutan ke tiga dalam kontribusi terhadap sektor
pertanian, dengan kontribusi yang cenderung meningakan selama lima tahun
terkakhir.
Cakupan Bina Kelompok Petani, Kabupaten Majalengka sebagai kabupaten
agribisnis sangat dipengaruhi oleh keberadaan bahan baku dan kualitas sumber
daya manusia yang menjadi penentu daya saing produk agribisnis. Dari kedua
komponen tersebut sumber daya manusia menjadi kunci kesuksesan atau
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 125
keberhasilan pemerintah yang potensinya sebagian besar didapat dari
pertanian, oleh karenanya Pemerintah Kabupaten Majalengka setiap tahunnya
selalu mengalokasikan kegiatan yang berbasis pada peningkatan sumber daya
manusia khususnya pembinaan kelompok tani seperti pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.91. Cakupan Bina Kelompok Petani
Kabupaten Majalengka Tahun 2009-2012
No. Tahun Cakupan Bina Kelompok Petani
1. 2009 1.943
2. 2010 1.971
3. 2011 2.064
4. 2012 2.320 Sumber : BP4K Kabupaten Majalengka, tahun 2013
2. Kehutanan
Hutan merupakan sumber daya alam yang memiliki multifungsi bagi kehidupan
manusia. Fungsi hutan sebagai penyangga air dan udara bagi ekosistem
dipersyaratkan minimal 30% dari total hamparan darat (UU Nomor 41 Tahun
1999 Tentang Kehutanan). Luas hutan rakyat pada tahun 2009 adalah 9.433 Ha
dan meningkat pada tahun 2013 menjadi 10.910 Ha sedangkan luas hutan
negara yang dikelola perum perhutani 18.429,43 ha dan dikelola oleh Taman
Nasional Gunung Ciremai (TNGC) adalah 6.800,13 ha. . Luas lahan kritis diluar
kawasan hutan pada tahun 2009 sebesar 18.795 Ha pada tahun 2012 berkurang
menjadi 11. 635 Ha, angka rehabilitasi lahan kritis diluar kawasan hutan yang
sudah dilaksanakan 11.529 Ha sedangkan angka rehabilitasi didalam kawasan
hutan seluas 3.195,30 Ha.
Komoditas unggulan kehutanan yang ada di Kabupaten Majalengka antara lain
bahan kayu, kayu putih, getah pinus, rotan, minyak nilam, rumput gajah dan
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 126
lebah madu. Produksi kayu pada tahun 2008 tercatat 17.716 meter kubik turun
menjadi 10.894,67 meter kubik pada tahun 2012, penurunan produksi kayu
tersebut lebih disebabkan masa daur tanaman kayu (umur panen) yang belum
mencukupi. Produksi aneka kehutanan non kayu dapat di lihat dari tabel 2.91 di
bawah ini. Sentra kayu berada di Kecamatan Kertajati, Sukahaji, Cigasong dan
Talaga, sedangkan sentra lebah madu di Kecamatan Lemahsugih, Banjaran dan
Argapura.
Tabel 2.92. Produksi Kehutanan
Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2012
No. Jenis Tahun
2008 2009 2010 2011 2012 1. Aneka Kayu
Rakyat (m3) 15.171 10.680,51 9.683,19 10.579 8.163,02
2. Aneka Kayu Perhutani (m3)
2.545 4.584,88 4.772,63 6.335,03 2.731,65
3. Getah Pinus (ton)
255,49 299,425 300,110 448,364 494,889
4. Daun Kayu Putih (ton)
145,375 435,464 728,031 1.519,065 2.214,219
5. Lebah Madu (kg)
5.208 5.208 11.564 12.280 12.894
6. Rotan (ton) 20,125 0 0 0 0 7. Minyak
Nilam (kg) 0 1.161,68 135,1 301,11 458,01
8. Rumput Gajah
12 12 12,84 16,471 112,048
Sumber: Perum Perhutani Kab. Majalengka dan Dinas Kehutanan, Perkebunan dan Peternakan
Kabupaten Majalengka, tahun 2013
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 127
Kontribusi sub sektor kehutanan terhadap Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) Kabupaten Majalengka trennya sedikit menurun selama 5 tahun
dikarenakan populasi kayu yang layak tebang semakin berkurang dan masih
sedikitnya pengembangan aneka usaha non kayu yang dilaksanakan di sektor
kehutanan selain belum mampunya masyarakat mengolah bahan baku kayu
menjadi bahan jadi atau setengah jadi, sementara perhitungan PDRB dilakukan
setiap tahun.
Tabel 2.93. Kontribusi Sub Sektor Kehutanan Terhadap PDRB
Kabupaten Majalengka Tahun 2009-2012
No. Tahun Kontribusi Sektor Kehutanan
Terhadap PDRB (%)
1. 2008 0,15
2. 2009 0,14
3. 2010 0,13
4. 2011 0,13
5. 2012 0,14 Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, tahun 2013
3. Energi dan Sumber Daya Mineral
Salah satu tugas pemrintah daerah adalah memberikan izin kepada pengusaha
yang akan melaksanakan usahanya. Bidang pertambangan, masih terdapat
lokasi-lokasi pertambangan yang belum berijin. Namun selama lima tahun
terakhir penertiban terhadap lokasi-lokasi pertambangn terus dilakukan,
sehingga luas lokasi penambangan tanpa izin semakin berkurang.
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 128
Tabel 2.94. Data Luas Petambangan Tanpa Ijin
Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2012
No. Uraian 2008 2009 2010 2011 2012
1. Pertambangan tanpa izin 50 Ha 39 Ha 37 Ha 17 Ha 8 Ha
Sumber : Dinas PSDAPE Kabupaten Majalengka, tahun 2013
Kontribusi dari sektor pertambangan dari tahun ke tahun cenderung
mengalami penurunan dikarenakan sumber daya alam pertambangan di
Kabupaten Majalengka terbatas.
Tabel 2.95. Kontribusi Sektor Pertambangan dan Penggalian
Terhadap PDRB Kabupaten Majalengka Tahun 2009-2012
No. Tahun Kontribusi Sektor Pertambangan dan Penggalian Terhadap PDRB (%)
1. 2008 3,83
2. 2009 3,32
3. 2010 3,17
4. 2011 3,21
5. 2012 3,12 Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, tahun 2013
4. Pariwisata
Pariwisata Kabupaten Majalengka akan mengalami kemajuan seiring
dibangunnya Bandara Internasional Jawa Barat di Kertajati dan dipengaruhi
beberapa faktor antara lain terjadinya kejenuhan objek-objek wisata alam akibat
hambatan-hambatan aksesbilitas dan kerusakan daya tarik alamiah. Untuk itu,
dilakukan terobosan pengembangan objek-objek wisata baru sebagai
stimulator dan inspirasi geliat kompetitif objek-objek wisata lama yang
bervariatif.
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 129
Sebaran dan potensi objek wisata di Kabupaten Majalengka antara lain :
a. Wisata Alam :
Gunung Batu Tilu (Kecamatan Kasokandel), Panorama Cikebo (Kecamatan
Maja), Curug Tonjong (Kecamatan Rajagaluh), Situ Janawi (Kecamatan
Rajagaluh), Situ Cipanten (Kecamatan Sukahaji), Situ Cikuda (Kecamatan
Sindangwangi), Panorama Bukit Alam Hejo di Asromo (Kecamatan Sindang),
Panorama Talaga Herang Sindangwangi (Kecamatan Sindangwangi), Curug
Muara Jaya (Kecamatan Argapura), Curug Sawer (Kecamatan Argapura), Air
Terjun Cibali (Kecamatan Cingambul), Curug Emas (Kecamatan Talaga), Situ
Sangiang (Kecamatan Banjaran), Situ Batu (Kecamatan Malausma), Situ
Resmi (Kecamatan Argapura), Curug Cipeuteuy (Kecamatan Sindangwangi).
b. Wisata Budaya/Wisata Sejarah :
Rumah Adat Panjalin (Kecamatan Sumberjaya), Hutan Lindung Patilasan
Prabu Siliwangi (Kecamatan Rajagaluh), Situ Sangiang (Kecamatan
Banjaran), Museum Talaga Manggung (Kecamatan Talaga), Makam Keramat
Sunan Parung (Kecamatan Banjaran), Sunan Wanaperih (Kecamatan
Banjaran), dan Makam Keramat Pangeran Muhammad dan Mbah Badori/Siti
Armilah (Kecamatan Majalengka).
c. Wisata Minat Khusus :
Sirkuit Gagaraji (Kecamatan Jatitujuh), Bendungan Rentang (Kecamatan
Jatitujuh), Situ Cijaura (Kecamatan Kertajati), Situ Anggrahan (Kecamatan
Jatitujuh), Jatiwangi Art Factory (Kecamatan Jatiwangi), Kolam Renang Tirta
Indah (Kecamatan Sindangwangi), Panorama Lemahputih (Kecamatan
Lemahsugih), Bumi Perkemahan Cipanten (Kecamatan Argapura), dan
Wisata Paralayang Desa Sidamukti (Kecamatan Majalengka).
d. Agrowisata :
Perkebunan Mangga Gedong Gincu (Kecamatan Majalengka, Panyingkiran,
Kertajati, Jatitujuh, Ligung), Wisata Agrobatu (Kecamatan Sindangwangi),
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 130
Bibit-bibitan (Kecamatan Rajagaluh, Sukahaji, Majalengka), Kebun Teh
Sadarehe Desa Payung (Kecamatan Rajagaluh), Durian Sinapeul (Kecamatan
Sindangwangi), Kebun Teh Cipasung (Kecamatan Lemahsugih), Pisang Apuy
(Kecamatan Argapura), dan Jagung (Kecamatan Argapura, Banjaran,
Lemahsugih).
e. Ekowisata :
Batu Luhur, Curug Baligo, Talaga Herang dan Talaga Loa (Kecamatan
Sindangwangi).
f. Wisata Belanja :
Kerajinan Besi (Kecamatan Sumberjaya), Anyaman dan Renda (Kecamatan
Leuwimunding, Palasah, Sindangwangi, Sukahaji, Rajagaluh), Industri Rotan
(Kecamatan Sumberjaya, Leuwimunding, Sindangwangi, Rajagaluh), Industri
Bola (Kecamatan Kadipaten), Kecap (Kecamatan Kadipaten, Majalengka),
Jeruk Sambal (Kecamatan Palasah), Kerajinan Batik (Kecamatan Palasah),
Emping Melinjo (Kecamatan Rajagaluh, Sukahaji, Sindangwangi, Talaga),
Batu Alam (Kecamatan Sindangwangi), Industri Jeans (Kecamatan Cikijing),
Industri Keripik (Kecamatan Cingambul).
g. Wisata Kuliner :
Depo Ikan Tawar (Kecamatan Argapura), Depo Ikan Lengkong Kulon
(Kecamatan Sindangwangi).
h. Desa Wisata :
- Jeruk Sambal Desa Weragati (Kecamatan Palasah).
- Ekonomi Kreatif (JAF= Jatiwangi Art Factory) Desa Jatisura (Kecamatan
Jatiwangi).
Berbagai promosi dan penataan objek wisata yang ada Kabupaten Majalengka
telah dilakukan selama periode 2008-2012, hasilnya sudah mulai terlihat yaitu
dengan meningkatnya keunjung wisata.
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 131
Tabel 2.96. Jumlah Kunjungan Wisata ke Kabupaten Majalengka
Tahun 2008 - 2012
No. Uraian 2008 2009 2010 2011 2012
1. Kunjungan wisata 87.219 91.808 96.639 107.375 117.509 Sumber : Disporabudpar Kabupaten Majalengka, tahun 2013
Kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB yaitu tahun 2009 sebesar 4,01%,
tahun 2010 sebesar 3,91%, Tahun 2011 sebesar 3,91, dan tahun 2012 sebesar
3,87%
5. Kelautan dan Perikanan
Komoditas unggulan perikanan tahun 2012, diantaranya adalah ikan mas, ikan
nila, gurame, dan lele. Produksi ikan mas pada tahun 2008 sebesar 1.498,70 ton
menurun menjadi 1.185,12 ton pada tahun 2012, penurunan ini disebabkan
adanya wabah penyakit yang menyerang ikan mas, sehingga petani cenderung
memilih jenis ikan lain yang lebih tahan terhadap serangan penyakit diantaranya
ikan nila. Selain itu ada juga yang beralih ke bududaya ikan lele, karena ikan ini
lebih mudah pemeliharaan dan pemasarannya. Kemudian adanya penurunan
fungsi pemanfaatan lahan budidaya danau (situ) dan rawa. Dimana rawa di
wilayah Kabupaten Majalengka semakin berkurang sehingga pemanfaatan
untuk budidaya ikan khususnya ikan mas menurun. Sentra produksi ikan mas
berada di Kecamatan Cikijing, Talaga, Argapura dan Rajagaluh. Produksi ikan
nila pada tahun 2008 sebessar 2.248,33 ton meningkat menjadi 2.993,82 ton
pada tahun 2012 dengan sentra produksi Kecamatan Bantarujeg, Cikijing,
Cingambul, Talaga, Argapura, Maja, Cigasong, Sindang, Rajagaluh,
Sindangwangi dan Leuwimunding. Produksi ikan gurame pada tahun 2008
sebesar 614,57 ton meningkat menjadi 806,31 ton pada tahun 2012, dengan
sentra produksi Kecamatan Sindangwangi, Leuwimunding dan Palasah. Produksi
ikan lele pada tahun 2008 sebesar 300,47 ton meningkat menjadi 1.238,89 ton
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 132
pada tahun 2012, dengan sentra produksi Kecamatan Jatiwangi, Kertajati,
Jatitujuh dan Ligung.
Tabel 2.97. Produksi Ikan
Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2012
No. Jenis Tahun (Ton)
2008 2009 2010 2011 2012 1. Ikan Mas 1.498,70 1.144,51 1.282,08 1.386,31 1.185,12 2. Ikan Nila 2.428,33 2.761,58 2.851,02 1.386,31 2.993,77 3. Gurame 614,57 589,29 800,67 869,89 806,31 4. Lele 300,47 796,17 1.001,86 1.088,24 1.124,09
Sumber: Dinas Pertanian dan Perikanan Kab.Majalengka, tahun 2013
Jumlah konsumsi ikan Kabupaten Majalengka tahun 2013 sebesar
17,23 kg/kapita/tahun, Cakupan bina kelompok nelayan di Kabupaten
Majalengka tahun 2013 adalah 90 kelompok, produksi perikanan kelompok
nelayan pada tahun 2013 adalah 8.143,75 ton.
Kontribusi sub sektor perikanan terhadap Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) Kabupaten Majalengka trennya terus meningkat dari tahun ke tahun, hal
ini dikarenakan bertambahnya jumlah kolam.
Tabel 2.98. Kontribusi Sektor Perikanan
Terhadap PDRB Kabupaten Majalengka Tahun 2009-2012
No. Tahun Kontribusi Sektor Perikanan
Terhadap PDRB (%)
1. 2008 0,44
2. 2009 0,46
3. 2010 0,47
4. 2011 0,48
5. 2012* 0,48 Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, tahun 2013
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 133
6. Perdagangan
Sejalan dengan meningkatnya kegiatan perekonomian masyarakat selama tahun
2008-2012, fasilitas perdagangan di Kabupaten Majalengka mengalami
pertumbuhan yang cukup pesat, antara lain bisa dilihat dengan semakin
banyaknya pasar/toko swalayan milik masyarakat yang berdiri, yaitu dari
24 unit pada tahun 2008 meningkat menjadi 76 unit pada tahun 2012. Fasilitas
perdagangan lainnya yaitu pasar Pemda sebanyak 4 unit yang kondisinya
fisiknya semakin membaik, dan pasar desa terecatat 33 unit pada tahun
2008 menjadi 34 unit pada tahun 2012.
Dalam perdagangan luar negeri, selama periode 2008-2012, nilai ekspor bersih
cenderung sejalan kondisi perekonomian global, nilai ekspor menurun drastis
pada tahun 2010 ke tahun 2011 dikarenakan adanya pengaruh krisis global, dan
mulai meningkat lagi di tahun 2012.
Tabel 2.99. Perkembangan Ekspor Bersih Perdagangan Kabupaten Majalengka Tahun 2008 - 2012
No. Mata Uang 2008 2009 2010 2011 2012
1. IDR 457.832.626.990 7.552.189.449,20 349.384.681.763 16.023.506.691,29 21.664.737.924,12
2. USD 19.507.386,87 31.631.158,66 487.060.754,23 28.922.842,35 31.551.821,21
3. EURO 112.620.030,47 103.474.933,75 25.678.458 206.713,73 7.436.361,03
Sumber : Dinas KUKM Perindag Kabupaten Majalengka, tahun 2013
Dalam sturktur perekonomian daerah, sektor perdagangan menempati urutan
ke dua setelah sektor pertanian, dengan kontribusi yang semakin meningkat
selama lima tahun terkahir.
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 134
Tabel 2.100. Kontribusi Sektor Perdagangan
Terhadap PDRB Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2012
No. Tahun Kontribusi Sektor Perikanan Terhadap PDRB (%)
1. 2008 17,52
2. 2009 17,65
3. 2010 18,03
4. 2011 18,54
5. 2012* 18,87 Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, tahun 2013
Cakupan Bina Kelompok Pedagang di Kabupaten Majalengka pada tahun
2013 sebesar 67,5%.
7. Perindustrian
Berdasarkan jenis produksi utama meliputi; industri sandang, industri kulit,
industri logam, industri kerajinan, industri makanan, industri minuman, industri
batu, industri bahan baku, industri bangunan, industri kimia, industri komoditi
jasa, industri komoditi kayu, dan industri komoditi.
Kondisi perindustrian di Kabupaten Majalengka selama lima tahun terakhir
mengalami peningkatan, yaitu dari jumlah industri pada tahun 2008 sebanyak
8.210 buah dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 45.532 orang, meningkat
menjadi 9.964 buah dengan penyerapan tenaga kerja sebanyak 56.645 orang
pada tahun 2012. Namun, demikian kondisi ini belum mampu menggerakkan
menggerakkan peekonomian daerah secara keseluruhan. Hal ini terlihat dari
perutuhan ekonomi sektor indistri yang justru relatif menurun setiap tahunnya,
begitu pula dengan konstribusinya yang juga cenderung semakain menrun
selama lima tahun terkahir.
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 135
Tabel 2.101. Konstribusi dan Pertumbuhan sektor Industri di Kabupaten Majalengka Tahun 2008 - 2012
No. Uraian 2008 2009 2010 2011 2012
1. Kontribusi sektor Industri Pengolahan terhadap PDRB (%)
15,70 16,08 15,58 15,58 15,53
2. Pertumbuhan Industri. (%) 18,50 11,00 9,46 8,19 8,50 Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, tahun 2013
Dalam Perhitungan PDRB, sektor kontribusi industri rumah tangga pada tahun
2008 sebesar 15,70, tahun 2009 sebesar 16,08%, tahun 2010 sebesar 15,58%,
tahun 2011 sebesar 15,58 dan tahun 2012 sebesar 15,53%. Cakupan Bina
Kelompok Pengrajin di Kabupaten Majalengka tahun 2012 sebesar
5,68% dan tahun 2013 sebesar 5,96%.
8. Transmigrasi
Penyelenggaraan transmigrasi bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan
transmigran dan masyarakat sekitarnya, peningkatan dan pemerataan
pembangunan daerah, serta memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa.
Adapun sasaran penyelenggaraan transmigrasi adalah meningkatkan
kemampuan dan produktivitas masyarakat transmigrasi, membangun
kemandirian dan mewujudkan integrasi di permukiman transmigrasi sehingga
ekonomi dan sosial budaya mampu tumbuh dan berkembang secara
berkelanjutan. Transmigrasi merupakan salah satu program yang dikembangkan
oleh Pemerintah, sejak orde baru pelaksanaan transmigrasi lebih difokuskan
pada provinsi yang pertumbuhan penduduknya lebih cepat dibandingkan
wilayah lainnya. Provinsi-provinsi tersebut sabagian besar yang berada di Pulau
Jawa dan Bali dengan tujuan lokasi transmigrasi seperti Pulau Sumatra,
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 136
Kalimantan, Sulawesi dan Irianjaya (Papua). Seiring dengan perubahan dalam
tatanan kenegaraan, sejak otonomi daerah diberlakukan dengan Undang-
Undang yang telah beberapa kali direvisi terakhir dengan UU Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah, berdampak terhadap pengembangan
pelaksanaan transmigrasi khususnya antar provinsi. Sesuai data dari Dinas Sosial
Tenaga Kerja dan Transmigrasi, di Kabupaten Majalengka terakhir kali adanya
transmigrasi lokal Tahun 2002 yakni di Unit Pemukiman Transmigrasi Sukamaju
di Desa Mekarjaya Kecamatan Kertajati.
Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Transmigrasi, transmigrasi dilaksanakan dalam bentuk:
a. Transmigrasi Umum (TU);
b. Transmigrasi Swakarsa Berbantuan (TSB); dan
c. Transmigrasi Swakarsa Mandiri.
Bentuk pelaksanaan trasmigrasi lainnya yang mungkin dapat dilakukan oleh
Pemerintah maupun Pemerintah Kabupaten/Kota yaitu Transmigrasi
Pemukiman Lahan Kering (TPLK).
Penyelenggaraan transmigrasi antar pulau atau antar provinsi untuk penduduk
Kabupaten Majalengka kurun waktu antara 2004 sampai dengan 2012 belum
pernah dilaksanakan. Namun perlu menjadi bahan analisis yang komprehensif,
jika pembangunan BIJB dan Kertajati Aerocity akan direalisasikan maka
pentingnya perencanaan matang untuk transmigrasi lokal ataupun pilihan jenis
lainnya harus segera diantisipasi.
2.4. Aspek Daya Saing Daerah
Daya saing daerah merupakan salah satu aspek tujuan penyelenggaraan
otonomi daerah sesuai dengan potensi, kekhasan, dan unggulan daerah. Daya
saing (competitiveness) merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 137
pembangunan ekonomi yang berhubungan dengan tujuan pembangunan
daerah dalam mencapai tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan.
2.4.1. Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah
Kemampuan ekonomi daerah dalam kaitannya dengan daya saing
daerah adalah bahwa kapasitas ekonomi daerah harus memiliki daya tarik
(attractiveness) bagi pelaku ekonomi yang telah berada dan akan masuk ke
suatu daerah untuk menciptakan multiflier effect bagi peningkatan daya saing
daerah.
Kemampuan ekonomi daerah memicu daya saing daerah dalam
beberapa tolok ukur, sebagai berikut:
Pengeluaran Konsumsi RumahTangga. Indikator pengeluaran konsumsi rumah
tangga per kapita dimaksudkan untuk mengetahui tingkat konsumsi rumah
tangga yang menjelaskan seberapa atraktif tingkat pengeluaran rumah tangga.
Semakin besar rasio atau angka konsumsi RT semakin atraktif bagi peningkatan
kemampuan ekonomi daerah. Pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita
dapat diketahui dengan menghitung angka konsumsi RT per kapita, yaitu rata-
rata pengeluaran konsumsi rumah tangga per kapita. Angka ini dihitung
berdasarkan pengeluaran penduduk untuk makanan dan bukan makanan per
jumlah penduduk. Makanan mencakup seluruh jenis makanan termasuk
makanan jadi, minuman, tembakau, dan sirih. Bukan makanan mencakup
perumahan, sandang, biaya kesehatan, sekolah, dan sebagainya.
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 138
Tabel 2.102. Pengeluaran Rata-Rata Konsumsi Rumah Tangga Per Kapita
Kabupaten Majalengka Tahun 2009-2012
No. Tahun Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Per Kapita (Rp)
1. 2009 -
2. 2010 482.860
3. 2011 484.890
4. 2012 596.909 Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, tahun 2013
Berdasarkan data di atas, pada tahun 2012 pengeluaran konsumsi rumah
tangga di Kabupaten Majalengka adalah sebesar 487.362, meningkat dari tahun
2011 yang hanya 484.890. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan
pendapatan keluarga atau daya beli masyarakat/keluarga.
Pengeluaran Konsumsi Non Makanan. Pengeluaran konsumsi non pangan
perkapita dibuat untuk mengetahui pola konsumsi rumah tangga di luar
pangan. Pengeluaran konsumsi non pangan per kapita dapat dicari dengan
menghitung persentase konsumsi RT untuk non pangan, yaitu proporsi total
pengeluaran rumah tangga untuk non pangan terhadap total pengeluaran.
Tabel 2.103. Pengeluaran Rata-Rata Konsumsi Non Makanan Per Kapita
Kabupaten Majalengka Tahun 2009-2012
No. Tahun Pengeluaran Konsumsi Non Makanan Perkapita (Rp)
1. 2009 -
2. 2010 189.915
3. 2011 209.315
4. 2012 290.837 Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, tahun 2013
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 139
Berdasarkan data di atas menunjukkan pada tahun 2012 pengeluaran konsumsi
non pangan perkapita meningkat dibandingkan tahun 2011. Hal ini
menunjukkan peningkatan pendapatan keluarga atau daya beli
masyarakat/keluarga.
Produktifitas daerah adalah indikator untuk mengukur tingkat produktifitas
angkatan kerja terhadap peningkatan sektor PDRB dalam mendorong
perekonomian daerah Kabupaten Majalengka. Data produktifitas daerah
Kabupaten Majalengka selama 5 tahun dapat di lihat dari tabel 2.102.
Tabel 2.104. Produktivitas Total Daerah
NO SEKTOR 2009 2010 2011 2012
(Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) %
1 PDRB 4.233.442,84
100
4.427.885,12
100
4.634.993,17
100
4.855.364,56
100
1.1 Pertanian
1.184.973,86 27,99
1.205.945,49 27,24
1.233.234,80 26,61
1.274.278,82 26,24
1.2 Pertambangan & Penggalian
169.783,58 4,01
173.295,46 3,91
181.028,12 3,91
188.075,13 3,87
1.3 Industri Pengolahan
724.330,61 17,11
751.381,24 16,97
782.437,81 16,88
817.284,31 16,83
1.4 Listrik,Gas, & Air Bersih
28.810,27 0,68
31.326,90 0,71
33.689,87 0,73
36.332,94 0,75
1.5 Kontruksi
195.870,26 4,63
214.226,78 4,84
232.753,75 5,02
253.376,89 5,22
1.6 Perdagangan, Hotel, & Restoran
838.517,68 19,81
913.194,72 20,62
981.378,27 21,17
1.048.992,33 21,60
1.7 Pengangkutan dan Komunikasi
271.937,70 6,42
287.521,17 6,49
302.629,33 6,53
313.412,99 6,45
1.8 Keuangan, Sewa & Js. Perusahaan
240.097,63 5,67
252.674,74 5,71
266.920,61 5,75
281.677,01 5,80
1.9 Jasa-jasa
579.121,25 13,68
598.318,62 13,51
620.920,61 13,4
641.934,14 13,22
2 Jumlah Angkatan Kerja
606.303
570.927
531.260
597.143
RASIO
NILAI TAMBAH KE i 6,98238808 7,755606444 8,724528799 8,130991337 JUMLAH ANGKATAN
KERJA
Berdasarkan data diatas, produktivitas total daerah Kabupaten Majalengka pada
tahun 2010 sampai tahun 2012 trennya mengalami peningkatan kecuali pada
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 140
tahun 2012 produktifitas daerah mengalami penurunan dibanding tahun 2011,
hal ini disebabkan pada tahun 2012 terjadinya penambahan jumlah angkatan
kerja.
2.4.2. Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur
Suatu fasilitas wilayah atau infrastruktur menunjang daya saing daerah
dalam hubungannya dengan ketersediaannya (availability) dalam mendukung
aktivitas ekonomi daerah di berbagai sektor di daerah dan antar-wilayah.
Kegiatan perkonomian akan berjalan dengan baik jika didukung dengan
infrastruktur yang memadai dan berkualitas. Infrastruktur di Kabupaten
Majalengka, masih menjadi kendala bagi kegiatan perekonomian daerah,
terutama pada daerah-daerah yang terpencil. Perekonomian perdesaan
terkendala dengan terbatasnya sarana dan prasarana infrastruktur sebagai
penunjang aktivitas ekonomi masyarakat desa.
Infrastrutur Jalan. Khusus infrastruktur jalan di Kabupaten Majalengka
digolongkan dalam 3 kelompok yakni; Jalan nasional (25,895 km), Jalan provinsi
(122,929 km), dan Jalan kabupaten (715,600 km). Proporsi panjang jaringan
dalam kondisi baik hingga tahun 2012 adalah 665,782 km. Jalan kabupaten
pada Tahun 2011, sepanjang 367,592 km dalam kondisi baik, 76,144 km dalam
kondisi sedang, 110,469 km dalam kondisi rusak, dan 715,600 km dalam kondisi
rusak berat.
Perhubungan. Saat ini di Kabupaten Majalengka sedang dilaksanakan
pembangunan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) di Kecamatan Kertajati
yang akan menjadi sarana transportasi lokal, nasional dan internasional. Untuk
menunjang sarana infrastruktur transportasi darat yang ada, wilayah Kabupaten
Majalengka akan dilalui dan dilayani oleh 2 (dua) buah jalan tol yaitu jalan tol
Cileunyi – Sumedang – Kertajati (Cisumjati) yang sudah mulai dibangun pada
tahun 2012, dan jalan tol Cikopo – Palimanan (Cikapali) yang juga telah selesai
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 141
dilakukan pembebasan tanahnya dan sedang mulai dilaksanakan proses
pembangunan fisiknya.
Irigasi. Infrastruktur lainnya yang mendukung perekonomian, terutama
sektor pertanian, adalah ketersediaan pengairan di Kabupaten Majalengka.
Berikut adalah data kondisi jaringan irigasi yang ada di Kabupaten Majalengka.
Tabel 2.105.
Jumlah dan Kondisi Bangunan Air Pada Jaringan Irigasi di Atas 3.000 Ha di Kabupaten Majalengka Tahun 2011-2012
No. Jenis Bangunan Kondisi 2011 Kondisi 2012
Jmlh Baik Rusak Ringan
Rusak Berat Jmlh Baik Rusak
Ringan Rusak Berat
1. Bendung (Buah) 27 10 17 - 32 32 0 0 2. Bangunan Air (Buah) 173 123 40 10 173 129 28 16 3. Saluran (Buah) Saluran Induk (Km) 48,58 40,00 4,68 3,90 48,58 43,12 5,19 0,27
Saluran Sekunder (Km) 63,53 30,00 28,03 5,50 63,53 55,32 7,74 0,47
Saluran Tersier (Km) 196,87 75,00 66,87 55,00 196,87 78,75 49,22 68,90
Saluran Suplesi (Km) 12,91 7,00 4,41 1,50 12,91 9,45 2,91 0,55
Saluran Pembuang (Km) 159,73 50,00 107,23 2,50 159,73 42,25 115,48 2,00
4. Bangunan Pelengkap (Buah) 392 200 92 100 392 242 120 30
5. Penataan Mata Air (Buah) - - - - 9 9 0 0
Sumber : Data PSDAPE Kabupaten Majalengka, tahun 2013
Tabel 2.106. Jaringan Irigasi di Kabupaten Majalengka
Tahun 2008-2012
No. Indikator Tahun
2008 2009 2010 2011 2012
1. Luas irigasi Kab. kondisi baik (%) 52,08 43,25 45,67 46,06 -
2. Rasio Jaringan Irigasi (km/ha) 2,99 2,99 2,99 2,99 - Sumber : Data PSDAPE Kabupaten Majalengka, tahun 2013
Penataan Ruang Daerah. Dokumen RTRW dan RDTR, serta berbagai
masterplan sebagai pedoman khususnya bagi para calon investor, sudah
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 142
tersedia. Dokumen Perencanaan Tata Ruang dapat dilihat pada tabel 2.105.
sebagai berikut :
Tabel 2.107. Dokumen Perencanaan Tata Ruang
Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2012
NO. Dokumen Perencanaan TAHUN
Keterangan 2008 2009 2010 2011 2012
1. RTRW Kabupaten Majalengka Tahun 2011-2031
√ Perda 11/2011
2. RDTR Kecamatan Kertajati √ Belum Perda/Sudah sesuai Perda
11/2011
3. RDTR Kecamatan Jatitujuh √ Belum Perda/Sudah sesuai Perda
11/2011 4. RDTR Kecamatan Ligung √ Belum Perda/Sudah
sesuai Perda 11/2011
5. RDTR Kecamatan Kadipaten √ Belum Perda
6. RDTR Kecamatan Jatiwangi √ Belum Perda
7. RDTR Kecamatan Majalengka √ Belum Perda
8. RDTR Kecamatan Cikijing √ Belum Perda
9. RDTR Rajagaluh dan Leuwimunding
√ Belum Perda
10. RDTR Kecamatan Sumberjaya √ Belum Perda
11. RRTR KSK Argopolitan √ Belum Perda
12. RRTR KSK Wisata Sindangwangi √ Belum Perda
13. RRTR KSK Potensial Tumbuh √ Belum Perda
Sumber : Bappeda dan Dinas BMCK Kabupaten Majalengka, tahun 2013
Berdasarkan data tahun terakhir (2013) dari Dinas Bina Marga dan Cipta
Karya Kabupaten Majalengka, data mengenai pengalihfungsian dari ruang publik
yang berubah peruntukan menjadi lahan terbangun di Kabupaten Majalengka belum
ada. Melalui kegiatan pengawasan pemanfaatan ruang dengan melihat kondisi
lapangan tidak ada/belum ada ruang publik yang berubah peruntukan, kondisi
eksisting lahan yang berubah peruntukkan di dominasi oleh lahan sawah, tegalan
atau kebun.
Indikator penataan ruang lainnya, yaitu ketaatan terhadap RTRW Kabupaten
Majalengka Tahun 2012-2013 yaitu ± 99 %, dengan luas wilayah produktif ± 57-
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 143
58%, sedangkan luas wilayah industri diperkirakan ± 1% dengan penyediaan
kawasan industri di tahun 2012-2013 ± 100-150 Ha. Persentase Luas wilayah
perkotaan pada tahun 2012-2013 adalah ± 35-36%.
Untuk wilayah kekeringan yang disebabkan musim kemarau yang panjang,
lahan kering atau tidak adanya/kurang saluran irigasi, berdasarkan data dari Dinas
Pertanian wilayah kekeringan yang dimaksud adalah Kecamatan Kertajati, Ligung
dan Jatitujuh (wilayah utara).
Tabel 2.108. Indikator Penataan Ruang di Kabupaten Majalengka
No Indikator Penataan Ruang Satuan Tahun
2012 2013
1 Ketaatan terhadap RTRW % 99 99
2 Luas wilayah produktif % 57 58
3 Luas wilayah industri % 1 1,1
4 Penyediaan kawasan industri Ha 100 150
5 Luas wilayah kebanjiran Ha 119,35 270
6 Luas wilayah kekeringan Desa 48 -
7 Luas wilayah perkotaan % 35 36
Sumber : Dinas BMCK, tahun 2013
Fasilitas Keuangan. Kabupaten Majalengka memiliki lembaga penunjang
perekonomian berupa fasilitas perbankan yang terdiri atas bank umum yaitu
Bank Jabar Banten, BRI, BNI, Bank Mandiri, Bank Panin, Bank Danamon, Bank
BCA, Bank BTPN, Bank OCBC NISP dan BPR. Perkembangan jumlah perbankan di
Kabupaten Majalengka dapat dilihat pada tabel berikut.
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 144
Tabel 2.109. Perkembangan Jumlah Bank
di Kabupaten Majalengka tahun 2009-2012
No. Nama Bank 2009 2010 2011 2012
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
10. 11. 12.
BJB BRI BNI MANDIRI PANIN DANAMON BCA OCBC NISP BTPN SAUDARA BPR BTN
5 36 2 4 2 4 1 1 1 1 21 ...
6 36 2 1 2 4 1 1 1 1
21 5
6 36 2 1 2 4 1 1 1 1
21 5
4 36 3 2 2 4 1 2 3 1
10 7
Sumber : Bagian Perekonomian Sekretariat Daerah Kabupaten Majalengka, tahun 2013
Air bersih. Sumber air bersih di Kabupaten Majalengka saat ini berasal dari air
permukaan dan air bawah tanah. Penyediaan air bersih dikelola oleh PDAM,
pemerintah desa (air bersih pedesaan) dan perorangan (rumah tangga).
Pelayanan air bersih/air minum yang dilaksanakan oleH PDAM Majalengka baru
mencapai 11 kecamatan, 67 desa/kelurahan dengan jumlah penduduk yang
dilayani sebanyak 108.630 jiwa ( 9,34 %). Sedangkan jumlah rumah tangga
pengguna air bersih sampai dengan tahun 2013 sebesar 323.526 rumah tangga
atau sebesar 92,68%.
Tenaga Listrik. Penyediaan tenaga listrik bertujuan untuk meningkatkan
perekonomian serta memajukan kesejahteraan masyarakat. Bila tenaga listrik
telah tersedia dengan cukup pada suatu daerah atau wilayah maka kegiatan
ekonomi dan kesejateraan pada daerah tersebut dapat meningkat. Untuk
mewujudkan hal tersebut maka pemerintah daerah berkewajiban untuk
memasang listrik untuk masyarakat tidak mampu dan daerah terpencil.
Indikator yang digunakan untuk melihat pencapaian sasaran pemerintah daerah
tersebut adalah persentase rumah tangga yang menggunakan listrik.
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 145
Tabel 2.110. Penggunaan Listrik
di Kabupaten Majalengka Tahun 2008 - 2012
No. Tahun Ketersediaan Daya Listrik
Persentase Rmah Tangga pengguna Listrik
1. 2008 88,92 % 70,02 %
2. 2009 89,35 % 70,31 %
3. 2010 89,49 % 73,17 %
4. 2011 89,33 % 75,25 %
5. 2012 89,92 % 80,00 %
Sumber : Dinas PSDAPE Kabupaten Majalengka, tahun 2013
Telepon. Peningkatan daya saing daerah dapat dilihat dari perkembangan
teknologi komunikasi dan informasi yang terjadi pada suatu daerah. Salah satu
indikator dalam melihat perkembangan teknologi komunikasi adalah dengan
melihat seberapa banyak penduduk suatu daerah telah memiliki perangkat
komunikasi berupa hand-phone (HP) dan telepon rumah biasa.
Tabel 2.111. Penggunaan Telepon
di Kabupaten Majalengka Tahun 2008 - 2012
No. Tahun Persentase Rumah Tangga Pengguna HP/Telepon
1. 2008 40 %
2. 2009 65 %
3. 2010 70 %
4. 2011 75 %
5. 2012 80 %
Sumber : Dishubkominfo Kabupaten Majalengka, tahun 2013
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 146
Asuransi. Perusahaan asuransi di Kabupaten Majalengka yang memiliki
kantor/cabang tahun 2013 adalah sebanyak 3 buah perusahaan dengan jenis
layanan adalah asuransi jiwa, pendidikan, kesehatan, dana pensiun dan asuransi
karyawan.
Restoran. Ketersediaan restoran pada suatu daerah menunjukan tingkat daya
tarik investasi suatu daerah. Banyaknya restoran dan rumah makan
menunjukkan perkembangan kegiatan ekonomi suatu daerah dan peluang-
peluang yang ditimbulkannya. Pengertian restoran adalah tempat menyantap
makanan dan minuman yang disediakan dengan dipungut bayaran, tidak
termasuk usaha jenis tataboga atau catering. Sedangkan pengusahaan usaha
restoran dan rumah makan adalah penyediaan jasa pelayanan makanan dan
minuman kepada tamu sebagai usaha pokok. Hingga tahun 2013 di wilayah
Kabupaten Majalengka tercatat ada 65 Restoran.
Ketersediaan penginapan. Ketersediaan penginapan/hotel merupakan salah
satu aspek yang penting dalam meningkatkan daya saing daerah, terutama
dalam menerima dan melayani jumlah kunjungan dari luar daerah. Semakin
berkembangnya investasi ekonomi daerah akan meningkatkan daya tarik
kunjungan ke daerah tersebut. Banyaknya jumlah kunjungan orang dan
wisatawan ke suatu daerah perlu didukung oleh ketersediaan penginapan/hotel.
Saat ini di wilayah Kabupaten Majalengka terdapat 9 hotel/penginapan dan
semuanya masih berkelas melati.
2.4.3. Fokus Iklim Berinvestasi
Iklim investasi yang kondusif di suatu daerah merupakan salah satu daya
saing bagi daerah tersebut untuk dapat meningkatkan investasi yang masuk ke
daerah tersebut. Iklim investasi diukur antara lain dengan tindak kriminalitas,
kemudahan perijinan, dan perkembangan desa.
Angka Kriminalitas. Angka kriminalitas adalah rata-rata kejadian kriminalitas
dalam satu bulan pada tahun tertentu. Artinya dalam satu bulan rata-rata terjadi
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 147
berapa tindak kriminalitas untuk berbagai kategori seperti curanmor,
pembunuhan, pemerkosaan, dan sebagainya. Indikator ini berguna untuk
menggambarkan tingkat keamanan masyarakat, semakin rendah tingkat
kriminalitas, maka semakin tinggi tingkat keamanan masyarakat.
Gambar 2.15.
Angka Kriminal Kabupaten Majalengka Tahun 2008 – 2012
Sumber : Polres Majalengka, tahun 2013
Lama Proses Perijinan. Untuk meningkatkan investasi Pemerintah
Kabupaten Majalengka membuat kebijakan menyederhanakan pelayanan
perizinan terpadu untuk memberikan pelayanan publik yang cepat, mudah,
transparan, murah dan terjangkau. Tabel di atas menunjukan bahwa proses
perijinan di Kabupaten Majalengka pada tahun 2012 hanya membutuhkan
waktu 4 hari, lebih cepat bila dibandingkan dengan tahun-tahun
sebelumnya.
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 148
Tabel 2.112. Lama Proses Perizinan
Kabupaten Majalengka Tahun 2009-2012
No. Tahun Lama Proses Perijinan (Hari)
1. 2009 14
2. 2010 10
3. 2011 8
4. 2012 4 Sumber : BPPTPM Kabupaten Majalengka, tahun 2013
Jumlah, Macam Pajak dan Retribusi Daerah. Jumlah pajak dan retribusi
daerah pada tahun 2012, yaitu pajak sebanyak 10 macam dan retribusi
sebanyak 26 macam dengan harapan pada tahun 2013 masih stabil.
Tabel 2.113.
Jumlah, Macam Pajak dan Retribusi Daerah Kabupaten Majalengka Tahun 2009 - 2012
No. Tahun Jumlah, Macam Pajak dan Retribusi Daerah
1. 2009 Pajak : 7
Retribusi : 30
2. 2010 Pajak : 9
Retribusi : 35
3. 2011 Pajak : 10
Retribusi : 15
4. 2012 Pajak : 10
Retribusi : 26 Sumber : DPKAD Kabupaten Majalengka, tahun 2013
Jumlah Perda yang Mendukung Iklim Usaha. Berdasarkan data di atas jumlah
perda yang mendukung iklim usaha dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012
sebanyak 18 buah perda dan ditargetkan pada tahun 2013 menjadi sebanyak 20
buah perda.
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 149
Tabel 2.114. Jumlah Perda yang Mendukung Iklim Usaha
Kabupaten Majalengka Tahun 2009-2012
No. Tahun Jumlah Perda Yang Mendukung
Iklim Usaha
1. 2009 18
2. 2010 18
3. 2011 18
4. 2012 18 Sumber : Setda Kabupaten Majalengka, tahun 2013
2.4.4. Fokus Sumber Daya Manusia
Sumberdaya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor kunci dalam
pembangunan suatu daerah, yakni bagaimana menciptakan SDM yang
berkualitas dan memiliki keterampilan serta berdaya saing tinggi dalam
persaingan global. Daya saing ekonomi akan terwujud bila didukung oleh SDM
yang handal.
Tingkat Pendidikan Masyarakat. Salah satu indikator penting untuk mengukur
tingkat kualitas SDM adalah dengan mengukur tingkat pendidikan masyarakat.
Selama periode 2008-2012, hanya sebagian kecil penduduk yang berpendidikan
Diploma dan Sarjana, walaupun demikian tingkat pendidikan masyarakat
Kabupaten Majalengka terus meningkat.
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 150
Gambar 2.16.
Tingkat Pendidikan Masyarakat Kabupaten Majalengka Tahun 2008 – 2012
0
10
20
30
40
50
2009 2010 2011 2012
dala
m p
erse
n
t a h u n
Tdk Punya Ijazah
SD
SLTP
SLTA
Diploma
S1>
Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, tahun 2013
Rasio Ketergantungan. Rasio ketergantungan digunakan untuk mengukur
besarnya beban yang harus ditanggung oleh setiap penduduk berusia produktif
terhadap penduduk yang tidak produktif. Penduduk muda berusia dibawah 15
tahun umumnya dianggap sebagai penduduk yang belum produktif karena
secara ekonomis masih tergantung pada orang tua atau orang lain yang
menanggungnya. Selain itu, penduduk berusia diatas 65 tahun juga dianggap
tidak produktif lagi sesudah melewati masa pensiun. Penduduk usia 15-64
tahun, adalah penduduk usia kerja yang dianggap sudah produktif. Atas dasar
konsep ini dapat digambarkan berapa besar jumlah penduduk yang tergantung
pada penduduk usia kerja. Meskipun tidak terlalu akurat, rasio ketergantungan
semacam ini memberikan gambaran ekonomis penduduk dari sisi
demografi. Rasio ketergantungan (dependency ratio) dapat digunakan sebagai
indikator yang secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara
apakah tergolong negara maju atau negara yang sedang berkembang.
Dependency ratio merupakan salah satu indikator demografi yang penting.
RPJMD Kab. Majalengka Tahun 2014 - 2018
Pemerintah Kabupaten Majalengka
Hal II - 151
Semakin tingginya persentase dependency ratio menunjukkan semakin
tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk
membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi.
Sedangkan persentase dependency ratio yang semakin rendah menunjukkan
semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang produktif untuk
membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Data
perkembangan Rasio Ketergantungan dapat dilihat pada tabel 2.112. sebagai
berikut :
Tabel 2.115. Rasio Ketergantungan
Kabupaten Majalengka Tahun 2008-2012
No. Tahun Rasio Ketergantungan (%)
1. 2008 48,20
2. 2009 50,54
3. 2010 52,18
4. 2011 52,17
5. 2012 Data Belum Tersedia Sumber : BPS Kabupaten Majalengka, tahun 2012
Berdasarkan data di atas terlihat bahwa rasio ketergantungan cenderung
mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini menunjukkan semakin
tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk
membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi.