rpjmd kab. malang 2006-2010

168
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peraturan dan perundangan di era desentralisasi memperlihatkan komitmen politik pemerintah untuk menata kembali dan meningkatkan sistem, mekanisme, prosedur dan kualitas proses perencanaan dan penganggaran daerah. Ini dilakukan dengan tujuan untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan daerah yang lebih baik, demokratis, dan pembangunan daerah berkelanjutan. Dalam peraturan dan perundangan baru penyusunan rencana dikehendaki memadukan pendekatan teknokratis, demokratis, partisipatif, politis, bottom-up dan top down process. Ini bermakna bahwa perencanaan daerah selain diharapkan memenuhi kaidah penyusunan rencana yang sistematis, terpadu, transparan dan akuntabel; konsisten dengan rencana lainnya yang relevan; juga kepemilikan rasa (sense of ownership) menjadi aspek yang perlu diperhatikan. Keterlibatan stakeholder dan legislatif dalam proses pengambilan keputusan perencanaan menjadi sangat penting untuk memastikan rencana yang disusun mendapatkan dukungan optimal bagi implementasinya. Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah merupakan satu dokumen rencana resmi daerah yang dipersyaratkan untuk mengarahkan pembangunan daerah dalam jangka waktu 5 (lima) tahun ke depan masa pimpinan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih. Sebagai suatu dokumen rencana yang penting sudah sepatutnya Pemerintah Daerah, DPRD, dan masyarakat memberikan perhatian penting pada kualitas proses penyusunan dokumen RPJM Daerah, dan tentunya diikuti dengan pemantauan, evaluasi, dan review berkala atas implementasinya. Karena dokumen RPJM Daerah sangat terkait dengan visi dan misi Kepala Daerah Terpilih, maka kualitas penyusunan RPJM Daerah akan mencerminkan sejauh mana kredibilitas Kepala Daerah Terpilih dalam memandu, mengarahkan, dan memprogramkan perjalanan kepemimpinannya dan pembangunan daerahnya dalam masa 5 (lima) tahun ke depan dan mempertanggungjawabkan hasilnya kepada masyarakat pada akhir masa kepemimpinannya. RPJM Daerah menjawab 3 (tiga) pertanyaan dasar: 1) kemana daerah akan diarahkan pengembangannya dan apa yang hendak dicapai dalam 5 (lima tahun) mendatang; 2) bagaimana mencapainya dan; 3) langkah-langkah strategis apa yang perlu dilakukan agar tujuan tercapai. Dalam Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah ditetapkan proses pelaksanaan desentralisasi dimana Pemerintah Pusat memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah untuk melakukan LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR : 2009 TANGGAL : 2009

Upload: sasmiki

Post on 19-Oct-2015

169 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    Peraturan dan perundangan di era desentralisasi memperlihatkan komitmen

    politik pemerintah untuk menata kembali dan meningkatkan sistem, mekanisme,

    prosedur dan kualitas proses perencanaan dan penganggaran daerah. Ini dilakukan

    dengan tujuan untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan daerah yang lebih

    baik, demokratis, dan pembangunan daerah berkelanjutan.

    Dalam peraturan dan perundangan baru penyusunan rencana dikehendaki

    memadukan pendekatan teknokratis, demokratis, partisipatif, politis, bottom-up

    dan top down process. Ini bermakna bahwa perencanaan daerah selain diharapkan

    memenuhi kaidah penyusunan rencana yang sistematis, terpadu, transparan dan

    akuntabel; konsisten dengan rencana lainnya yang relevan; juga kepemilikan rasa

    (sense of ownership) menjadi aspek yang perlu diperhatikan. Keterlibatan

    stakeholder dan legislatif dalam proses pengambilan keputusan perencanaan

    menjadi sangat penting untuk memastikan rencana yang disusun mendapatkan

    dukungan optimal bagi implementasinya.

    Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah merupakan satu

    dokumen rencana resmi daerah yang dipersyaratkan untuk mengarahkan

    pembangunan daerah dalam jangka waktu 5 (lima) tahun ke depan masa pimpinan

    Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih. Sebagai suatu dokumen rencana

    yang penting sudah sepatutnya Pemerintah Daerah, DPRD, dan masyarakat

    memberikan perhatian penting pada kualitas proses penyusunan dokumen RPJM

    Daerah, dan tentunya diikuti dengan pemantauan, evaluasi, dan review berkala

    atas implementasinya.

    Karena dokumen RPJM Daerah sangat terkait dengan visi dan misi Kepala

    Daerah Terpilih, maka kualitas penyusunan RPJM Daerah akan mencerminkan

    sejauh mana kredibilitas Kepala Daerah Terpilih dalam memandu, mengarahkan,

    dan memprogramkan perjalanan kepemimpinannya dan pembangunan daerahnya

    dalam masa 5 (lima) tahun ke depan dan mempertanggungjawabkan hasilnya

    kepada masyarakat pada akhir masa kepemimpinannya. RPJM Daerah menjawab

    3 (tiga) pertanyaan dasar: 1) kemana daerah akan diarahkan pengembangannya

    dan apa yang hendak dicapai dalam 5 (lima tahun) mendatang; 2) bagaimana

    mencapainya dan; 3) langkah-langkah strategis apa yang perlu dilakukan agar

    tujuan tercapai.

    Dalam Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

    telah ditetapkan proses pelaksanaan desentralisasi dimana Pemerintah Pusat

    memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah untuk melakukan

    LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR : 2009 TANGGAL : 2009

  • 2

    serangkaian proses, mekanisme dan tahapan perencanaan yang dapat menjamin

    keselarasan pembangunan antar daerah tanpa mengurangi kewenangan yang

    diberikan.

    Untuk membangun kehidupan bernegara dengan tingkat keragaman

    masyarakat dan karakteristik geografis yang beragam, pemerintah telah menyusun

    Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) yang bersifat terpadu,

    menyeluruh, sistematik yang tanggap terhadap perkembangan zaman sesuai

    ketetapan dalam Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

    Perencanaan Pembangunan Nasional. Dalam Pasal 1 dinyatakan bahwa Sistem

    Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan tata cara perencanaan

    pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka

    panjang, menengah dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara

    negara dan masyarakat di tingkat pusat dan daerah.

    Berdasarkan ketentuan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

    menyatakan bahwa RPJM Daerah merupakan merupakan penjabaran dari visi, misi,

    dan program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada Rencana

    Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional,

    memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pernbangunan Daerah,

    kebijakan umum, dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja

    Perangkat Daerah, dan program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana

    kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

    RPJM Daerah pada dasarnya adalah dokumen perencanaan strategis daerah

    untuk periode 5 (lima) tahun ke depan yang sering disebut juga sebagai agenda

    pembangunan karena menyatu dengan agenda pemerintah yang akan dilaksanakan

    oleh Kepala Daerah selama menjadi pimpinan pemerintahan. Disamping itu,

    penyusunan dokumen RPJM Daerah harus memperhatikan koridor dan arahan

    pembangunan yang telah dijabarkan dalam dokumen RPJP Daerah.

    Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Sistem Perencanaan

    Pembangunan Nasional, dikatakan bahwa RPJM Daerah ditetapkan melalui

    Peraturan Kepala Daerah, yang substansinya merupakan rencana kerja 5 (lima)

    tahun yang akan dijadikan acuan bagi pemerintah daerah di dalam

    penyelenggaraan pembangunan daerah, sesuai dengan penjabaran visi, misi dan

    program prioritas dari kepala daerah terpilih dalam kurun waktu lima tahun.

    Sementara itu, menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, RPJM Daerah

    dapat ditetapkan dengan Peraturan Daerah, apabila substansi RPJM Daerah terkait

    dengan pendanaan penyelenggaraan pembangunan daerah khususnya yang terkait

    dengan sumber pendanaan APBD, yang harus dipertanggung-jawabkan oleh Kepala

    Daerah kepada lembaga legislatif daerah (DPRD). Sehingga kepastian mengenai

    legal aspect dari dokumen RPJM Daerah tergantung pada substansinya dan

    kesepakatan antara Pemerintah Daerah dengan DPRD.

  • 3

    Kabupaten Malang yang telah menyelesaikan proses pemilihan Bupati untuk

    periode 2006-2010. Dokumen RPJM Daerah ini disusun guna menjabarkan visi dan

    misi serta program Kepala Daerah terpilih sesuai dengan janji-janjinya di masa

    kampanye berdasarkan isu dan permasalahan strategis dan potensi Kabupaten

    Malang untuk kurun waktu lima tahun mendatang. Dalam rangka tetap menjaga

    sinkronisasi Perencanaan antar level pemerintahan dalam jangka menengah baik

    dalam hal program pembangunan di daerah, provinsi, maupun pusat, maka RPJM

    Daerah Kabupaten Malang disusun dengan berpedoman pada RPJP Daerah

    Kabupaten Malang dan memperhatikan RPJM Nasional Tahun 20042009 dan RPJM

    Provinsi Jawa Timur Tahun 2006 2008 yang telah ditetapkan lebih dahulu.

    Selanjutnya dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah

    (RPJM) Daerah Kabupaten Malang Tahun 2006-2010 ini juga memperhatikan

    Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara

    Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan

    Daerah. Bab III bagian ketiga paragraf empat pasal 15 ayat 2, disebutkan bahwa

    Peraturan Daerah tentang RPJMD ditetapkan paling lama 6 (enam bulan) setelah

    Kepala Daerah dilantik.

    Guna terselenggaranya kepemerintahan yang baik (good governance) di

    Kabupaten Malang yang merupakan prasyarat bagi setiap pemerintah untuk

    mewujudkan program pembangunan, aspirasi masyarakat guna mencapai tujuan

    serta cita-cita bangsa dan negara maka diperlukan penerapan dan pengembangan

    sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas, dan nyata, sehingga

    penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan dapat berlangsung

    secara berdayaguna, bersih, berkesinambungan, dan akuntabel.

    1.2.Maksud dan Tujuan

    Maksud penyusunan RPJM Daerah Kabupaten Malang Tahun 2006-2010 adalah:

    1) Untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,

    penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan pada setiap tahun anggaran

    selama 5 (lima) tahun yang akan datang.

    2) Memberikan arah pembangunan dalam jangka lima tahun ke depan.

    3) Untuk menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi antar pelaku

    pembangunan di Kabupaten Malang.

    4) Untuk menjamin tercapainya penggunaan sumberdaya secara efektif, efisien,

    berkeadilan dan berkelanjutan.

    5) Menciptakan sinergitas pelaksanaan pembangunan daerah antar wilayah, antar

    sektor pembangunan dan antar tingkat pemerintah.

    6) Memberikan indikator untuk melakukan evaluasi kinerja pembangunan daerah.

    7) Sebagai dasar komitmen bersama antara eksekutif, legislatif dan pemangku

    kepentingan pembangunan terhadap program-program pembangunan daerah

  • 4

    yang akan dilaksanakan kurun waktu lima tahun dalam rangka pencapaian visi

    misi daerah.

    Sedangkan tujuan penyusunan RPJM Daerah Kabupaten Malang Tahun 2006-

    2010 ini adalah :

    1) Tersedianya dokumen perencanaan daerah jangka menengah yang

    merupakan penjabaran visi-misi dan program Bupati Malang untuk

    mewujudkan keadaan yang diinginkan dalam periode 5 (lima) tahun

    mendatang.

    2) Dalam rangka menjamin keberlanjutan pembangunan jangka panjang

    (sustainibility development) sehingga secara bertahap dapat mewujudkan

    cita-cita masyarakat Kabupaten Malang.

    3) Dijadikan sebagai pedoman atau acuan dalam menetapkan arah kebijakan

    pembangunan dan strategi pembangunan daerah dalam kurun waktu 5

    (lima) tahun mendatang.

    4) Menjadi pedoman dalam penyusunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP)

    Daerah dan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra

    SKPD) bagi unit satuan kerja dibawah lingkungan Pemerintah Kabupaten

    Malang.

    1.3. Landasan Hukum.

    Dalam penyusunan RPJM Daerah ini, sejumlah peraturan telah digunakan sebagai

    rujukan, yaitu:

    Landasan idiil Pancasila.

    Landasan konstitusional Undang-Undang Dasar (UUD) 1945.

    Landasan operasional:

    1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-

    Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Jawa Timur;

    2) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara

    (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan

    Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

    3) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

    (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan

    Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);

    4) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

    Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

    Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);

    5) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

    (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan

    Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)

  • 5

    6) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

    antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara

    Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara

    Republik Indonesia Nomor 4438);

    7) Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan

    dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal;

    8) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2005 tentang

    Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004 2009;

    9) Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat

    Daerah;

    10) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan

    Pemerintah, Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan

    Pemerintahan Kabupaten/Kota;

    11) Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pemindahan Ibukota

    Kabupaten Malang dari wilayah Kota Malang ke wilayah Kecamatan

    Kepanjen Kabupaten Malang (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

    4827);

    12) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Peraturan Tahapan,

    Tata Cara Penyusunan Pengendalian Evaluasi Pelaksanaan Rencana

    Pembangunan Daerah;

    13) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi

    Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;

    14) Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 11 Tahun 2003 tentang

    Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Malang (Lembaran Daerah

    Kabupaten Malang Tahun 2003 Nomor 1/E);

    15) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 8 Tahun 2005, tentang RPJM

    Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2006 2008;

    16) Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 6 Tahun 2008 tentang Rencana

    Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Kabupaten Malang.

    1.4. Prinsip Dasar Menata Pembangunan Kabupaten Malang 2006-2010

    Proses perencanaan pembangunan yang tertuang dalam RPJM Daerah

    Kabupaten Malang ditempuh melalui mekanisme koordinasi/musyawarah secara

    bertahap dan berkesinambungan serta selalu mempunyai keterkaitan antara satu

    bidang dengan bidang lainnya dan antara satu tahapan dengan tahapan berikutnya

    yang sifatnya lima tahunan. Koordinasi perencanaan pembangunan tersebut

    diselenggarakan dalam berbagai dimensi, yaitu , lintas sektor, lintas daerah, lintas

    lembaga dan lintas sumber pembiayaan.

    Sesuai dengan paradigma pembangunan baru dengan azas desentralisasi dan

    otonomi daerah, maka Pemerintah Kabupaten Malang mengembangkan pola

  • 6

    komunikasi proaktif dan intens antara satu dengan lainnya, namun masing-masing

    pihak menjalankan peran dan fungsi tanpa ada tumpang tindih satu sama lainnya.

    Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

    Perencanaan Pembangunan Nasional, proses perencanaan pembangunan yang

    dianut mencakup lima pendekatan dalam seluruh rangkaian perencanaan.

    Pendekatan yang dimaksud adalah pendekatan politik, pendekatan teknokratik,

    pendekatan partisipatif, pendekatan atas-bawah (top-down) dan pendekatan

    bawah-atas (bottom-up).

    Pendekatan politik memandang bahwa pemilihan Bupati adalah proses

    penyusunan rencana, karena rakyat menentukan pilihannya berdasarkan program-

    program pembangunan yang ditawarkan masing-masing calon Bupati. Oleh karena

    itu, rencana pembangunan adalah penjabaran agenda-agenda pembangunan yang

    ditawarkan Bupati terpilih pada saat kampanye ke dalam rencana pembangunan

    jangka menengah.

    Perencanaan dengan pendekatan teknokratik dilaksanakan dengan

    menggunakan metoda dan kerangka berpikir ilmiah oleh lembaga atau satuan kerja

    yang secara fungsional bertugas untuk itu. Perencanaan dengan pendekatan

    partisipatif dilaksanakan dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan

    (stakeholders) terhadap pembangunan. Keterlibatan mereka adalah untuk

    mendapatkan aspirasi dan menciptakan rasa memiliki. Sedangkan pendekatan atas-

    bawah (top down) dan bawah-atas (bottom up) dalam perencanaan dilaksanakan

    menurut jenjang pemerintahan. Rencana hasil proses atas-bawah (top down) dan

    bawah atas (bottom up) diselaraskan melalui musyawarah yang dilaksanakan baik

    di tingkat kabupaten, kecamatan dan desa.

    Perencanaan pembangunan meliputi empat tahapan,yaitu: a) penyusunan

    rencana, b) penetapan rencana, c) pengendalian pelaksanaan rencana dan

    d) evaluasi pelaksanaan rencana. Empat tahapan tersebut diselanggarakan secara

    berkelanjutan, sehingga secara keseluruhan membentuk satu siklus perencanaan

    yang utuh.

    Tahap penyusunan rencana dilaksanakan untuk menghasilkan rancangan

    lengkap suatu rencana yang siap untuk ditetapkan yang terdiri dari 4 (empat)

    langkah. Pertama, penyiapan rancangan rencana pembangunan yang bersifat

    teknokratik, menyeluruh dan terukur. Kedua, masing-masing instansi pemerintah

    menyiapkan rancangan rencana kerja dengan berpedoman pada rancangan rencana

    pembangunan yang telah disiapkan. Ketiga, menjaring aspirasi semua pihak yang

    berkepentingan (stakeholders) dan menyelaraskan rencana pembangunan yang

    dihasilkan oleh masing-masing jenjang pemerintahan melalui musyawarah

    perencanaan pembangunan. Keempat, penyusunan rancangan akhir rencana

    pembangunan.

  • 7

    Kabupaten Malang, mempunyai corak pertumbuhan ekonomi yang berbeda

    dengan daerah lain. Oleh sebab itu, perencanaan pembangunan ekonomi di

    Kabupaten Malang perlu mengenali karakter ekonomi, sosial dan fisik daerah itu

    sendiri, termasuk interaksinya dengan daerah lain. Selain itu, dalam menyusun

    strategi pembangunan ekonomi daerah, baik jangka pendek maupun jangka

    panjang, pemahaman mengenai teori pertumbuhan eknomi wilayah yang

    dirangkum dari kajian terhadap pola-pola pertumbuhan ekonomi Kabupaten

    Malang, merupakan satu faktor yang menentukan kualitas rencana pembangunan

    ekonomi daerah tersebut.

    Perekonomian daerah yang akan dikembangkan dalam Tahun 2006-2010

    sebagai kelanjutan dari kebijakan sebelumnya yaitu perekonomian yang mengarah

    kepada percepatan peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan memberi

    kesempatan yang luas untuk tumbuh dan berkembangnya ekonomi lokal

    kerakyatan bersama-sama dengan pelaku bisnis lainnya.

    Keinginan kuat Pemerintah Kabupaten Malang untuk mewujudkan strategi

    pengembangan ekonomi daerah dapat membuat masyarakat ikut serta membentuk

    struktur ekonomi yang dicita-citakan. Dengan pembangunan ekonomi yang

    terencana, diharapkan bahwa pembayar pajak dan penanam modal dapat tertarik

    untuk menanamkan investasi sehingga meningkatkan ekonomi. Kebijakan pertanian

    yang mantap di Kabupaten Malang diharapkan akan membuat pengusaha dapat

    melihat adanya peluang untuk meningkatkan produksi pertanian, pemenuhan

    kebutuhan pangan dan perluasan ekspor. Demikian pula dengan peningkatan

    efisiensi pola kerja pemerintahan dalam pembangunan, sebagai bagian dari

    perencanaan pembangunan, pengusaha dapat mengantisipasi bahwa pajak dan

    retribusi tidak dinaikkan, sehingga tersedia lebih banyak modal bagi pembangunan

    ekonomi tahun mendatang.

    Pembangunan ekonomi Kabupaten Malang harus dapat memberikan solusi

    terhadap isu-isu ekonomi lokal yang dihadapi, dan perlu mengkoreksi kebijakan

    yang keliru. Dengan demikian, pembangunan ekonomi di kabupaten ini menjadi

    bagian pembangunan daerah secara menyeluruh.

    Dari uraian di atas maka dapat dirumuskan dua prinsip dasar pengembangan

    ekonomi Kabupaten Malang yang perlu diperhatikan adalah: 1) mengenali karakter

    ekonomi wilayah, dan 2) merumuskan manajemen pembangunan daerah dengan

    prinsip kerakyatan yang pro bisnis.

    1) Mengenali Karakter Ekonomi Wilayah.

    Isu-isu utama yang perlu dikenali dalam kerangka pengenalan perkembangan

    ekonomi wilayah di Kabupaten Malang, antara lain adalah:

    a) Perkembangan penduduk dan urbanisasi, pertumbuhan penduduk

    merupakan salah satu variabel pertumbuhan ekonomi, yang mampu

  • 8

    menyebabkan suatu wilayah berubah cepat dari desa pertanian menjadi

    agropolitan dan selanjutnya menjadi kota besar.

    b) Dominasi sektor pertanian lebih dikembangkan dengan upaya

    pengembangan sektor agribisnis yang mampu mengangkat dan

    mempromosikan agroindustri di wilayah tertinggal.

    c) Sektor pariwisata, memberikan dukungan ekonomi yang kuat terhadap

    suatu wilayah. Industri ini dapat menghasilkan pendapatan besar bagi

    ekonomi lokal. Kekayaan/keindahan alam dan budaya dapat menjadi daya

    tarik wilayah, dan kemudian berlanjut menarik turis dan penduduk ke

    wilayah tersebut.

    d) Kualitas lingkungan, persepsi atas suatu wilayah apakah memiliki kualitas

    hidup yang baik, merupakan hal penting bagi dunia usaha untuk melakukan

    investasi. Investasi pemerintahan daerah dalam meningkatkan kualitas

    hidup masyarakat sangat penting untuk mempertahankan daya saing,

    keterkaitan wilayah dan aglomerasi, kemampuan wilayah untuk

    mengefisienkan pergerakan orang, barang dan jasa adalah komponen

    pembangunan ekonomi yang penting. Suatu wilayah perlu memiliki akses

    transportasi menuju pasar serta mobilitas pasar secara lancar.

    2) Manajemen Pembangunan Dengan Prinsip Kerakyatan Yang Pro Bisnis.

    Pemerintah Kabupaten Malang dan pelaku bisnis (pengusaha) diperkirakan

    merupakan dua kelompok yang paling berpengaruh dalam menentukan corak

    pertumbuhan ekonomi daerah. Dalam hal ini, Pemerintah Kabupaten Malang

    mempunyai kelebihan dalam satu hal dan keterbatasan dalam hal lain,

    demikian juga pengusaha. Sinergi antara keduanya untuk merencanakan

    bagaimana ekonomi Kabupaten Malang diarahkan, perlu menjadi pemahaman

    bersama.

    Pemerintah Kabupaten Malang mempunyai tugas/kewajiban menerbitkan

    berbagai peraturan, menyediakan berbagai sarana dan menciptakan peluang,

    serta membentuk wawasan orang banyak. Oleh karena itu, Pemerintah

    Kabupaten Malang perlu banyak memahami tentang proses kegiatan ekonomi

    yang sebenarnya berlangsung. Disinilah perlunya dikembangkan prinsip-prinsip

    manajemen pembangunan pro-bisnis yang antara lain, meliputi :

    a) menyediakan informasi kepada pengusaha kecil dan menengah.

    b) memberikan kepastian dan kejelasan kebijakan.

    c) mendorong sektor jasa dan perdagangan.

    d) meningkatkan daya saing pengusaha daerah, dan

    e) membentuk ruang yang mendorong kegiatan ekonomi kerakyatan.

    Sedangkan beberapa komponen pokok yang diupayakan untuk percepatan ekonomi

    lokal yang menjadi pertimbangan di Kabupaten Malang adalah:

  • 9

    1) Membangun Daya Tarik.

    Membangun daya tarik yang dimaksud antara lain meliputi: penyehatan iklim

    investasi dan dinamisasi ekonomi daerah. Hal ini merupakan salah satu upaya

    menciptakan kondisi yang kondusif terutama untuk menarik investasi baik

    investasi domestik (selain investasi lainnya) guna menciptakan pertumbuhan

    ekonomi dan kesejahteraan masyarakat daerah.

    Ada beberapa faktor penyehatan iklim investasi yang perlu menjadi perhatian

    utama, yaitu:

    a) faktor biaya yang terkait dengan sistem perizinan dan perpajakan yang

    transparan dan efisien.

    b) tersedianya infrastruktur (transportasi, telekomunikasi, energi dan air) yang

    efisien dan cukup.

    c) tenaga kerja lokal yang cukup kompetitif.

    d) citra dan persepsi budaya good governance.

    Sedangkan faktor dinamisme ekonomi dapat dilihat dari beberapa kriteria

    yaitu:

    a) potensi, struktur ekonomi, stabilitas makro ekonomi dan dinamika sosial

    politik yang kondusif.

    b) tranparansi, stabilitas dan prediktibilitas kebijakan.

    c) institusi yang efektif memberikan kepastian hak kepemilikan dan kontrak.

    d) menemukan serta mempromosikan citra komoditi dan produk unggulan

    daerah.

    2) Membangun Daya Tahan.

    Daya tahan ekonomi merupakan kemampuan menyesuaikan diri serta

    memulihkan diri sektor ekonomi dari tekanan-tekanan faktor ekonomi maupun

    non ekonomi. Dalam lingkungan yang senantiasa berubah dimana peluang dan

    resiko dapat muncul setiap saat, setiap unit ekonomi baik rumah tangga,

    perusahaan, maupun daerah, perlu mempersiapkan diri. Hal yang perlu

    dilakukan adalah upaya untuk diversifikasi usaha dan transformasi produk

    serta pengembangan kewirausahaan.

    3) Membangun Daya Saing.

    Konsep regional manajemen adalah mengintegrasikan wilayah administrasi

    menjadi wilayah ekonomi dalam suatu wadah kerjasama antar daerah di

    bidang kebijakan ekonomi, komunikasi informasi, serta kerjama pemasaran.

    Sejalan dengan dua strategi di atas, maka kegiatan yang dapat dilakukan

    untuk membangun daya saing ekonomi Kabupaten Malang, antara lain adalah

    dengan cara mendukung peningkatan produktivitas, efisiensi dan

    keberlanjutan, mendukung keberlanjutan inovasi produk unggulan serta

    membangun kemitraan regional.

  • 10

    1.5. Hubungan antara RPJM Daerah Kabupaten Malang dengan Dokumen Perencanaan

    Lainnya.

    1) RPJM Nasional.

    RPJM Nasional merupakan starategi pokok yang dijabarkan dalam Agenda

    Pembangunan Nasional yang memuat sasaran-sasaran pokok yang harus dicapai,

    arah kebijakan dan program-program pembangunan. Adapun agenda

    pembangunan nasional Tahun 2004 2009 yaitu :

    a) Mewujudkan Indonesia yang Aman dan Damai.

    Memiliki tiga buah sasaran. Sasaran pertama adalah meningkatnya rasa

    aman dan damai dengan prioritas : 1) peningkatan rasa saling percaya dan

    harmonisasi antar kelompok masyarakat, 2) Pengembangan kebudayaan yang

    berlandaskan pada nilai-nilai luhur, dan 3) Peningkatan keamanan,

    ketertiban, dan penanggulangan kriminalitas. Sasaran kedua adalah semakin

    kokohnya NKRI dengan prioritas : 1) Pencegahan dan penanggulangan

    separatisme, 2) Pencegahan dan penanggulangan gerakan terorisme, dan 3)

    Peningkatan kemampuan pertahanan negara. Sasaran ketiga adalah semakin

    berperannya Indonesia dalam menciptakan perdamaian dunia, dengan

    prioritas pemantapan politik Luar Negeri dan peningkatan kerja sama

    internasional.

    b) Mewujudkan Indonesia yang Adil dan Demokratis.

    Agenda mewujudkan Indonesia yang adil dan demokratis diarahkan untuk

    mencapai 5 (lima) sasaran pokok dengan prioritas pembangunan nasional

    sebagai berikut : Sasaran pertama adalah meningkatnya keadilan dan

    penegakan hukum dengan prioritas : 1) Pembenahan system hokum nasional

    dan politik hokum, 2) Penghapusan diskriminasi dalam berbagai bentuk, dan 3)

    Penghormatan, pemenuhan, dan penegakan atas hukum dan pengakuan atas

    hak asasi manusia. Sasaran kedua adalah terjaminnya keadilan gender,

    dengan prioritas: peningkatan kualitas kehidupan dan peran perempuan serta

    kesejahteraan dan perlindungan anak. Sasaran ketiga adalah meningkatnya

    pelayanan kepada masyarakat dengan menyelenggarakan otonomi daerah dan

    kepemerintahan daerah yang baik, dengan prioritas: revitalisasi proses

    desentralisasi dan otonomi daerah. Sasaran keempat adalah meningkatnya

    pelayanan birokrasi kepada masyarakat dengan prioritas: penciptaan tata

    pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Sasaran kelima adalah

    terlaksananya Pemilihan Umum Tahun 2009 dengan prioritas: perwujudan

    lembaga demokrasi yang makin kokoh.

    c) Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat.

    Agenda meningkatkan kesejahteraan masyarakat memiliki lima sasaran.

    Sasaran pertama adalah menurunnya jumlah penduduk miskin menjadi 8,2%

    pada tahun 2009, serta terciptanya lapangan kerja yang mampu mengurangi

  • 11

    pengangguran terbuka menjadi 5,1% pada tahun 2009 dengan didukung oleh

    stabilitas ekonomi yang tetap terjaga, dengan prioritas: 1) Penanggulangan

    kemiskinan, 2) Peningkatan investasi dan ekspor non migas, 3) Peningkatan

    daya saing industry manufaktur, 4) Revitalisasi pertanian, 5) Pemberdayaan

    koperasi dan usaha mikro, kecil, dan menengah, 6) Peningkatan pengelolaan

    BUMN, 7) Peningkatan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi, 8)

    Perbaikan iklim ketenagakerjaan, dan 9) Pemantapan stabilitas ekonomi

    makro. Sasaran kedua adalah berkurangnya kesenjangan antar wilayah,

    dengan prioritas: 1) Pembangunan pedesaan, dan 2) Pengurangan ketimpangan

    pembangunan wilayah. Sasaran ketiga adalah meningkatnya kualitas manusia

    yang secara menyeluruh, dengan prioritas: 1). Peningkatan akses masyarakat

    terhadap pendidikan yang berkualitas, 2) Peningkatan akses masyarakat

    terhadap layanan kesehatan yang lebih berkualitas, 3) Peningkatan

    perlindungan dan kesejahteraan social, 4) Pembangunan kependudukan, dan

    keluarga kecil berkualitas serta pemuda dan olahraga, 5) Peningkatan kualitas

    kehidupan beragama. Sasaran keempat adalah membaiknya mutu lingkungan

    hidup dan pengelolaan sumberdaya alam yang mengarah pada

    pengarusutamaan (mainstreaming) prinsip pembangunan berkelanjutan di

    seluruh sektor dan bidang pembangunan, dengan prioritas: perbaikan

    Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Pelestarian Mutu Lingkungan Hidup.

    Sasaran kelima adalah membaiknya infrastruktur yang ditunjukkan oleh

    meningkatnya kuantitas dan kualitas berbagai sarana penunjang

    pembangunan, dengan prioritas: percepatan pembangunan infrastruktur,

    peningkatan aksesibilitas ke jasa pelayanan dan peningkatan kapasitas,

    kualitas, dan jangkauan pelayanan.

    2) RPJM Daerah Provinsi Jawa Timur.

    Dalam RPJM Daerah Provinsi terdapat 7 (tujuh) agenda pokok, yaitu Peningkatan

    kesalehan sosial beragama, Peningkatan aksesibilitas kualitas pendidikan dan

    kesehatan; Penanggulangan kemiskinan, pengurangan kesenjangan, perbaikan iklim

    ketenagakerjaan dan memacu kewirausahaan; Percepatan pertumbuhan ekonomi

    yang berkualitas dan pembangunan infrastruktur; Optimalisasi pengelolaan sumber

    daya alam, dan pelestarian fungsi lingkungan hidup; Peningkatan ketentraman dan

    ketertiban, supremasi hukum dan HAM; serta Revitalisasi proses desentralisasi dan

    otonomi daerah melalui reformasi birokrasi dan peningkatan pelayanan publik.

    Penjabaran untuk ketujuh agenda tersebut adalah sebagai berikut :

    a. Peningkatan kesalehan sosial beragama.

    Pembangunan agama merupakan upaya mewujudkan agenda meningkatkan

    kesejahteraan rakyat melalui peningkatan kualitas pelayanan dan pemahaman

    agama serta kehidupan beragama. Selain itu, pembangunan agama juga

  • 12

    mencakup dimensi peningkatan kerukunan hidup umat beragama, yang

    mendukung peningkatan saling percaya dan harmonisasi antar kelompok

    masyarakat. Dimensi kerukunan ini sangat penting dalam rangka

    membangun masyarakat yang memiliki kesadaran mengenai realitas

    multikulturalisme dan memahami makna kemajemukan sosial, sehingga

    tercipta suasana kehidupan masyarakat yang penuh toleransi, tenggang

    rasa, dan harmonis. Melalui pembinaan kerukunan hidup umat beragama,

    agenda menciptakan Jawa Timur yang aman dan damai dapat diwujudkan.

    Arah kebijakan peningkatan kualitas kehidupan beragama dijabarkan ke

    dalam program-program pembangunan sebagai berikut : Program Peningkatan

    Pendidikan Agama dan Program Peningkatan Kerukunan Umat Beragama.

    b) Peningkatan aksesibilitas kualitas pendidikan dan kesehatan.

    Dalam rangka untuk meningkatkan akses terhadap kualitas pendidikan dan

    kesehatan di Jawa Timur, maka prioritas pembangunan diletakkan pada:

    Peningkatan Akses Masyarakat Terhadap Pendidikan dan Peningkatan Akses

    Masyarakat Terhadap Pelayanan Kesehatan yang Berkualitas. Berdasarkan

    sasaran dan arah kebijakan, langkah-langkah yang akan ditempuh dan

    dijabarkan ke dalam program-program pembangunan dan kegiatan-kegiatan

    pokok sebagai berikut :

    Pendidikan : Program Pendidikan Pra Sekolah (Usia Dini Tk), Program

    Pendidikan Dasar, Program Pendidikan Menengah, Program Pendidikan

    Luar Sekolah.

    Kesehatan : Program upaya kesehatan masyarakat, Program upaya

    kesehatan perorangan, Program perbaikan Gizi Masyarakat, Program obat

    dan perbekalan kesehatan, program pencegahan dan pemberantasan

    penyakit serta program lingkungan sehat.

    c) Perbaikan iklim ketenagakerjaan dan memacu kewirausahaan.

    Dalam rangka Penanggulangan Kemiskinan, Pengangguran, Perbaikan Iklim

    Ketenagakerjaan dan Memacu Kewirausahaan di Jawa Timur, maka prioritas

    pembangunan diletakkan pada : Program Penanggulangan Kemiskinan,

    Program Pengembangan Infrastruktur Perdesaan Bagi Masyarakat Miskin,

    Program Pembangunan Daerah Tertinggal, Program Pengembangan Kawasan

    Miskin Perkotaan, Program Pemenuhan Pelayanan Dasar dan Jaminan Sosial

    bagi Masyarakat Miskin, Program Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif bagi

    Masyarakat Miskin, Program Pemeliharaan dan Perluasan Kesempatan Kerja

    bagi Masyarakat Miskin.

    d) Percepatan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan pembangunan

    infrastruktur.

    Dalam rangka percepatan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas,

  • 13

    berkelanjutan dan pembangunan infrastruktur, maka prioritas

    pembangunan diletakkan pada : Peningkatan Investasi, Perdagangan dan

    Pariwisata, Program Peningkatan dan Pengembangan Ekspor, Program

    Peningkatan Daya Saing, serta Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan

    Dalam Negeri.

    e) Optimalisasi pengelolaan sumber daya alam, dan pelestarian fungsi lingkungan

    hidup dan penataan ruang.

    Dalam rangka mewujudkan Peningkatan Sumber Daya Alam, Pelestarian

    Lingkungan Hidup dan Penataan Ruang prioritas pembangunan pada:

    Perbaikan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Pelestarian Fungsi Lingkungan

    Hidup serta Penataan Ruang, Program Perlindungan dan Konservasi Sumber

    Daya Alam, Program Rehabilitasi dan Pemulihan Sumber Daya Alam, Program

    Pengembangan Kapasitas Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan

    Hidup, dan Program Penataan Ruang.

    f) Peningkatan ketentraman dan ketertiban, supremasi hukum dan HAM.

    Dalam rangka mewujudkan Ketentraman dan Ketertiban, Supremasi

    Hukum Dan HAM, prioritas pembangunan diletakkan pada : Peningkatan Rasa

    Saling Percaya dan Harmonisasi Antar Kelompok, Pengembangan Kebudayaan

    Yang Berlandaskan Pada Nilai-nilai Luhur, Peningkatan Keamanan,

    Ketentraman dan Penanggulangan Kriminalitas, serta Pengembangan Hukum

    dan Hak Asasi Manusia.

    g) Revitalisasi Proses Desentralisasi dan Otonomi Daerah melalui Reformasi

    birokrasi dan peningkatan pelayanan publik.

    Terkait dengan Revitalisasi proses Desentralisasi dan Otonomi Daerah, maka

    prioritas pembangunan diletakkan pada Revitalisasi Proses Desentralisasi dan

    Otonomi Daerah, Penciptaan Tata Pemerintahan Yang Bersih dan

    Bertanggung Jawab.

    3) RTRW Provinsi Jawa Timur

    Rencana Tata Ruang Wilayah pada dasarnya merupakan arahan kebijakan

    pembangunan daerah berwawasan tata ruang wilayah yang digunakan untuk

    pedoman pemanfaatan dan pengendalian ruang. Rencana Tata Ruang Wilayah

    Provinsi mempunyai fungsi sebagai pengendali pemanfaatan ruang wilayah

    kabupaten/kota dan menyelaraskan keseimbangan perkembangan antar wilayah,

    sehingga pertumbuhan wilayah di Provinsi Jawa Timur bisa tumbuh bersama-sama

    antar wilayah sesuai dengan potensi sumberdaya yang dimilikinya.

    Materi yang diatur dalam rencana tata ruang ini adalah terkait dengan pokok-pokok

    arahan Perencanaan, Pemanfaatan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang.

    Berdasarkan RTRW Provinsi ini maka berbagai program pembangunan baik ditingkat

  • 14

    provinsi maupun kabupaten/kota di Jawa Timur harus dilakukan secara bersinergi

    dan saling menunjang sesuai dengan program dan prioritas pembangunan daerah.

    Arahan Pengembangan Pemanfaatan Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur yang

    cukup terkait dengan Kabupaten Malang adalah : Struktur Pemanfaatan Ruang

    Wilayah. Struktur pemanfataan ruang wilayah menggambarkan rencana sistem

    pusat pelayanan permukiman perdesaan dan perkotaan serta sistem perwilayahan

    di Provinsi Jawa Timur. Rencana Struktur pemanfaatan ruang wilayah adalah

    membentuk sistem pelayanan yang berhirarki di seluruh wilayah Jawa Timur

    sehingga terjadi pemerataan pelayanan, mendorong pertumbuhan wilayah Jawa

    Timur sehingga terjadi pemerataan pelayanan, mendorong pertumbuhan wilayah di

    perdesaan dan perkotaan.

    Perwilayahan Jawa Timur direncanakan dalam Satuan Wilayah Pengembangan

    (SWP) dengan kedalaman penataan struktur pusat permukiman perkotaan.

    Perwilayahan Jawa Timur dibagi dalam 9 SWP yaitu :1) SWP Gerbangkertosusila

    Plus, 2) SWP Malang Raya, 3) SWP Madiun dan sekitarnya, 4) SWP Kediri dan

    sekitarnya, 5) SWP Probolinggo, Lumajang, 6) SWP Blitar, 7) SWP Jember, 8) SWP

    Banyuwangi, 9) SWP Madura dan Kepulauan.

    Sedangkan kedudukan Kabupaten Malang di dalam orde-orde perkotaan di Provinsi

    Jawa Timur adalah sebagai berikut: Di dalam orde perkotaan ini, Kabupaten

    Malang termasuk dalam Orde IIB yang memiliki fungsi utama sebagai penunjang

    sistem metropolitan dan sebagai pusat pertumbuhan wilayah.

    Kabupaten Malang termasuk dalam SWP Malang Raya yang terdiri dari Kota Malang,

    Kota Batu dan Kabupaten Malang dengan pusat pelayanan di Kota Malang. Fungsi

    SWP Malang Raya adalah kawasan pertanian tanaman pangan, hortikultura,

    perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan, agroindustri, agro-ekowisata,

    sumberdaya energi, pariwisata, pendidikan, kesehatan. Sedangkan fungsi pusat

    pengembangan adalah pusat pemerintahan, industri, perdagangan, jasa,

    kesehatan, pariwisata.

    Pola ruang wilayah Kabupaten Malang terhadap wilayah sekitarnya dalam kerangka

    konstelasi regional telah diatur dan ditetapkan dalam RTRW Provinsi Jawa Timur.

    Beberapa kebijakan arahan pemanfaatan ruang yang perlu diperhatikan antara lain

    sebagai berikut:

    a) Kawasan Lindung.

    Dalam RTRW Provinsi Jawa Timur telah diatur terkait dengan kawasan lindung.

    Kawasan lindung di Provinsi Jawa Timur terdiri dari kawasan suaka alam,

    kawasan pelestarian alam, kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan,

    kawasan perlindungan bawahan, kawasan perlindungan setempat dan kawasan

    rawan bencana alam.

    Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dengan luas 50.276,20 Ha dengan

    lokasi mencakup wilayah Kabupaten Malang, Pasuruan, Probolinggo dan

  • 15

    Lumajang. Taman Nasional ini memiliki fungsi sebagai taman nasional yang

    dikelola perhutani sebagai daerah tujuan wisata andalan Provinsi Jawa

    Timur.

    Kawasan Perlindungan setempat sempadan pantai terdiri atas

    perlindungan hutan bakau (mangrove) yaitu pada Pantai Sipelot dan Pantai

    Tamban.

    Kawasan Perlindungan setempat-sempadan sungai dan waduk yaitu pada

    Sungai Brantas.

    Kawasan suaka alam dan cagar budaya yang meliputi kawasan pengungsian

    satwa di Pulau Sempu dan kawasan Taman Nasional Bromo-Tengger-

    Semeru. Kawasan cagar alam dan hutan wisata yang terdapat di Pulau

    Sempu, wanawisata Coban Rondo, Coban Pelangi dan Coban Glotak dan

    kawasan suaka marga satwa yang terdapat di Pulau Sempu.

    Kawasan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Hutan Wisata

    Alam terdapat di Hutan Raya R. Soeryo, Coban Rondo di Kecamatan Pujon,

    Coban Glotak di Kecamatan Wagir, dan Coban Jahe di Kecamatan Jabung.

    Kawasan rawan bencana, arahan penanganan diarahkan pada daerah rawan

    longsor, daerah rawan banjir, dan daerah rawan tsunami.

    b) Kawasan Budidaya

    Tanaman pangan : padi di Kepanjen dan Pagelaran.

    Hortikultura : Poncokusumo, Pujon, Ngantang, dan Kasembon.

    Perkebunan : Cengkeh di Pujon, Kopi Arabika di Ampelgading, Tembakau di

    Gondanglegi.

    Peternakan : Sapi perah di Pujon, Kambing di Ampelgading, Kuda di

    Tajinan.

    Perikanan : Perikanan darat (tambak udang) dan perikanan laut (tuna,

    kerapu, benggol) di Sumbermanjing Wetan

    4) RTRW Kabupaten Malang.

    Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,

    kedudukan rencana tata ruang dirumuskan secara berjenjang mulai dari tingkat

    yang sangat umum sampai dengan tingkat yang sangat rinci. Mengingat rencana

    tata ruang merupakan matra keruangan dari rencana pembangunan daerah dan

    bagian dari pembangunan nasional, ketiga tingkatan (RTRW Nasional, RTRW

    Provinsi dan RTRW Kabupaten) mempunyai hubungan keterkaitan satu sama lain

    serta dijaga konsistensinya baik dari segi substansi maupun operasionalnya.

    Fungsi RTRW Kabupaten menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang

    Penataan Ruang, meliputi :

    a) Sebagai matra keruangan dari pembangunan daerah.

  • 16

    b) Sebagai dasar kebijakan pokok pemanfaatan ruang di wilayah kabupaten.

    c) Sebagai alat untuk mewujudkan keseimbangan perkembangan antar wilayah

    kabupaten dan antar kawasan serta keserasian antar sektor.

    d) Sebagai alat untuk mengalokasikan investasi yang dilakukan oleh pemerintah,

    masyarakat dan swasta.

    e) Sebagai pedoman untuk penyusunan rencana rinci tata ruang kawasan.

    f) Sebagai dasar pengendalian pemanfaatan ruang.

    g) Sebagai dasar dasar pemberian ijin lokasi pembangunan skala besar.

    5) Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Kabupaten Malang.

    RPJP Daerah Kabupaten Malang Tahun 2005-2025 menjadi bagian yang tidak

    terpisahkan dalam penyusunan RPJM Daerah yang merupakan tahapan selama

    periode lima tahunan. Untuk mencapai sasaran pokok secara bertahap

    sebagaimana dimaksud diatas, pembangunan jangka panjang membutuhkan

    tahapan dan skala prioritas yang akan menjadi agenda dalam RPJM Daerah.

    Tahapan dan skala prioritas yang ditetapkan mencerminkan urgensi permasalahan

    yang hendak diselesaikan tanpa mengabaikan permasalahan lainnya. Oleh karena

    itu tekanan skala prioritas dalam setiap tahapan berbeda-beda, tetapi semua harus

    berkesinambungan dari periode ke periode berikutnya dalam rangka mewujudkan

    sasaran pokok pembangunan jangka panjang. Setiap sasaran pokok dalam 6 (enam)

    misi pembangunan jangka panjang dapat ditetapkan prioritasnya dalam masing-

    masing tahapan. Prioritas masing-masing misi dapat dijabarkan menjadi prioritas

    utama. Prioritas utama menggambarkan makna strategis dan urgensi

    permasalahan. Atas dasar pemikiran tersebut tahapan skala prioritas utama dalam

    Tahapan Pembangunan I (2006 - 2010) diarahkan pada sasaran sebagai berikut:

    a) Meningkatkan kesadaran dan ketaatan hukum masyarakat dengan

    mengembangkan sistem informasi hukum;

    b) Meningkatkan profesionalisme aparatur pemerintahan untuk meningkatkan

    kualitas pelayanan publik;

    c) Mengembangkan perekonomian berbasis pertanian, pertambangan, kelautan,

    industri, perdagangan dan pariwisata yang didukung infrastruktur yang

    memadai;

    d) Mengembangkan sistem pengamanan, perbaikan dan pelestarian lingkungan

    hidup;

    e) Mengurangi kemiskinan, pengangguran dan perbaikan iklim ketenagakerjaan;

    f) Meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan;

    g) Mengendalikan laju pertumbuhan penduduk, meningkatkan kualitas keluarga

    dan pengarusutamaan gender.

  • 17

    6) Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Kabupaten Malang

    Tahun 2006-2010.

    Upaya untuk memperbaiki dokumen Rencana Pembangunan Jangka

    Menengah Daerah 2006-2010 dengan mencabut Perda Kabupaten Malang Nomor 9

    Tahun 2006 dilatarbelakangi dengan beberapa pertimbangan dan argumentasi

    sebagai berikut: Pertama, adanya perubahan kerangka regulasi atau perundangan

    yang berlaku terkait dengan perencanaan pembangunan dan evaluasi terhadap

    hasil-hasil pembangunan. Berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007

    tentang Organisasi Perangkat Daerah sebagaimana dituangkan dalam Peraturan

    Daerah Kabupaten Malang Nomor 1 Tahun 2008 yang mengakibatkan berubahnya

    target capaian kinerja pembangunan di masing-masing Satuan Kerja Perangkat

    Daerah (SKPD). Kedua, adanya perubahan dan dinamika kerangka ekonomi makro

    baik pada level Nasional maupun regional yang berdampak baik secara langsung

    maupun tidak langsung pada ekonomi makro Kabupaten Malang. Ketiga, adanya

    beberapa penyesuaian asumsi-asumsi ekonomi dan target capaian kinerja

    pembangunan yang disesuaikan dengan kondisi terkini. Keempat, adanya beberapa

    data proyeksi ekonomi dan keuangan Kabupaten Malang untuk lima tahun ke depan

    yang sudah tidak relevan sehingga diperlukan penyesuaian proyeksi agar lebih

    mendekati kebenaran.

    Adapun Pokok-pokok perubahan dalam RPJM Daerah Kabupaten Malang

    Tahun 2006-2010 dapat dijelaskan sebagai berikut :

    - Bab I: Pertama, pada sub bab latarbelakang dilakukan beberapa revisi terkait

    dengan redaksional sehingga tersusun latar belakang yang lebih tajam atas

    perlunya daerah menyusun dokumen RPJM Daerah. Kedua, terkait sub bab

    landasan hukum penyusunan dokumen RPJM Daerah ditambahkan dengan

    beberapa regulasi dan perundangan baik yang baru dikeluarkan oleh

    pemerintah maupun yang sudah ada tetapi belum dimasukkan sebagai landasan

    hukum, antara lain Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007, Peraturan

    Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008, Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008,

    serta regulasi lain yang relevan. Ketiga, mengenai keterkaitan antara RPJM

    Daerah Kabupaten Malang tahun 2006-2010 dengan dokumen perencanaan

    lainnya seperti RPJM Daerah dan RTRW Provinsi Jawa Timur, RPJP Daerah dan

    RTRW Kabupaten Malang, RKP Daerah dan Renstra SKPD.

    - Bab II: Pokok-pokok revisi pada bab ini terutama mengenai data-data yang

    tidak sesuai dengan data dengan dinas atau instansi terkait, meliputi data

    kondisi geografis, kondisi Bidang Perekonomian Daerah, Bidang Sosial Budaya

    Daerah, Bidang Prasarana dan Sarana Daerah, Bidang Pemerintahan Umum dan

    Analisis Kewilayahan.

    - Bab III, ditambahkan uraian tujuan sasaran

  • 18

    - Bab IV, diganti dengan analisa lingkungan sedangkan perubahan matrik

    agenda, strategi, indikator dan sasaran yang disesuaikan dengan Peraturan

    Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 dan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun

    2007 dimasukkan pada Bab VI.

    - Bab V, diganti dengan program pembangunan daerah.

    - Bab VI, diterangkan antara kebijakan dan program yang dilampiri matrik

    agenda, strategi yang semula Bab IV.

    - Bab VII, arah kebijakan keuangan daerah yang semula Bab V, ditekankan pada

    perubahan data dan penyesuaian proyeksi APBD dengan Peraturan Menteri

    Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007.

    - Bab VIII, ditambahkan beberapa penjelasan terkait program transisi yang

    menyangkut proses peralihan kepemimpinan kepala daerah pada akhir masa

    jabatan.

    7).Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Daerah Kabupaten Malang

    RKP Daerah merupakan satu dokumen rencana resmi daerah yang dipersyaratkan

    untuk mengarahkan pembangunan daerah dalam jangka waktu 1 (satu) tahun ke

    depan. Sebagai suatu dokumen rencana yang penting sudah sepatutnya Pemerintah

    Daerah, DPRD, dan masyarakat memberikan perhatian penting pada kualitas proses

    penyusunan dokumen RKP Daerah, dan tentunya diikuti dengan pemantauan,

    evaluasi, dan review atas implementasinya.

    RKP Daerah mempunyai fungsi penting dalam sistem perencanaan daerah, karena

    RKP Daerah menerjemahkan perencanaan strategis jangka menengah (RPJM Daerah

    dan Renstra SKPD) ke dalam rencana, program, dan penganggaran tahunan. RKPD

    menjembatani sinkronisasi harmonisasi rencana tahunan dengan rencana strategis;

    mengoperasionalkan rencana strategis ke dalam langkah-langkah tahunan yang

    lebih konkrit dan terukur untuk memastikan tercapainya rencana strategis jangka

    menengah.

    Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 2004 mengatur tentang peranan dan tanggung

    jawab Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten Malang untuk

    menyiapkan RKP Daerah, keterkaitan visi dan misi Kepala Daerah Terpilih dengan

    RPJM Daerah, Renstra SKPD, dan RKP Daerah, pokok-pokok isi dokumen RKP

    Daerah, waktu pelaksanaan Musrenbang RKP Daerah dan penyampaian RKP Daerah;

    status hukum RKP Daerah. RKPD dijadikan pedoman bagi penyusunan Renja SKP

    Daerah. Undang-Undang ini juga menekankan keterkaitan erat antara penyusunan

    RPJM Daerah dengan RKP Daerah. Sementara, Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun

    2004 mengemukakan tentang RKP Daerah sebagai penjabaran RPJM Daerah untuk

    jangka waktu 1 (satu) tahun memuat rancangan kerangka ekonomi daerah,

    prioritas pembangunan daerah, rencana kerja dan pendanaannya dengan mengacu

    kepada Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Daerah.

  • 19

    8) RENSTRA SKPD

    Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah merupakan satu dokumen

    rencana resmi daerah yang dipersyaratkan bagi mengarahkan pelayanan SKPD

    khususnya dan pembangunan daerah pada umumnya dalam jangka waktu 5 (lima)

    tahun ke depan masa pimpinan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih.

    Sebagai suatu dokumen rencana yang penting sudah sepatutnya Pemerintah

    Daerah, DPRD dan masyarakat memberikan perhatian penting pada kualitas proses

    penyusunan dokumen Renstra SKPD, dan tentunya diikuti dengan pemantauan,

    evaluasi, dan review berkala atas implementasinya.

    Karena penyusunan Dokumen Renstra SKPD sangat terkait dengan visi dan misi

    Kepala Daerah Terpilih dan RPJM Daerah, maka kualitas penyusunan Renstra SKPD

    akan sangat ditentukan oleh kemampuan SKPD untuk menerjemahkan,

    mengoperasionalkan, dan mengimplementasikan Visi, Misi dan Agenda Kepala

    Daerah, tujuan, strategi, kebijakan, dan capaian program RPJMD ke dalam

    penyusunan Renstra SKPD sesuai TUPOKSI SKPD. Kinerja penyelenggaraan urusan

    SKPD akan sangat mempengaruhi kinerja pemerintahan daerah dan Kepala Daerah

    selama masa kepemimpinanya. Dalam konteks ini, adalah sangat penting bagi

    Renstra SKPD untuk mengklarifikasikan secara eksplisit visi dan misi Kepala Daerah

    Terpilih dan RPJM Daerah, kemudian menerjemahkan secara strategis, sistematis,

    dan terpadu ke dalam tujuan, strategi, kebijakan, dan program prioritas SKPD

    serta tolok ukur pencapaiannya.

    Gambar 1.1. HUBUNGAN ANTARA RPJM DAERAH KABUPATEN MALANG

    DENGAN DOKUMEN PERENCANAAN LAINNYA.

    RTRW

  • 20

    1.6. Sistematika Penulisan.

    Sistematika penulisan RPJM Daerah Kabupaten Malang periode 2006-2010 ini

    pada dasarnya mengacu pada Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor

    050/2020/SJ Tahun 2005 tentang Tata Cara Penyusunan RPJP Daerah dan RPJM

    Daerah. Sedangkan pada Sistematika penulisan RPJM Daerah ini berubah

    mengakomodasi secara substansi dengan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun

    2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi

    Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Sistematika RPJM Daerah tersebut

    adalah sebagai berikut:

    BAB I. PENDAHULUAN

    1.1. Latar Belakang

    1.2. Maksud dan Tujuan

    1.3. Landasan Hukum

    1.4. Prinsip Dasar Menata Pembangunan Kabupaten Malang 2006 - 2010

    1.5. Hubungan RPJM Daerah Kabupaten Malang dengan Dokumen

    Perencanan Lainnya.

    1.6. Sistematika Penulisan

    BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH KABUPATEN MALANG

    2.1. Kondisi Geografis

    2.2. Bidang Perekonomian Daerah

    2.3. Bidang Sosial Budaya Daerah

    2.4. Bidang Prasarana dan Sarana Daerah

    2.5. Bidang Pemerintahan Umum

    2.6. Analisis Kewilayahan

    BAB III. VISI DAN MISI PEMBANGUNAN

    3.1. Visi

    3.2. Misi

    3.3. Tujuan

    BAB IV. ANALISA LINGKUNGAN DAN ISU STRATEGIS

    4.1. Analisis Lingkungan

    4.2. Isu strategis

    BAB V. AGENDA, STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

    5.1. Peningkatan Kesalehan Sosial

    5.2. Peningkatan Kualitas Kehidupan Politik dan Penegakan Hukum

    5.3. Peningkatan Pelayanan Publik

    5.4. Peningkatan Pembangunan Ekonomi dan Infrastruktur

    5.5. Pengentasan Kemiskinan, pengangguran dan Perbaikan Iklim

    Ketenagakerjaan

    5.6. Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan dan Kesehatan

  • 21

    5.7. Optimalisasi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Pelestarian Fungsi

    Lingkungan Hidup

    BAB VI. PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

    6.1. Program Pembangunan Daerah

    6.2. Rencana Kerja

    BAB VII. ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

    7.1. Arah Kebijakan Pendapatan Daerah

    BAB VIII. PENUTUP

    8.1. Program Transisi

    8.2. Kaidah Pelaksanaan

  • 22

    BAB II

    GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

    2.1. Kondisi Geografis.

    Secara geografis Kabupaten Malang terletak antara 112o17,10,90 sampai

    dengan 122o57,00,00 Bujur Timur dan 7o44,55,11 sampai dengan 8o26,35,45

    Lintang Selatan. Dengan luas wilayah sekitar 3.347,8 Km2, Kabupaten Malang

    menduduki urutan kedua terluas setelah Kabupaten Banyuwangi dari

    38 Kabupaten/kota di Wilayah Provinsi Jawa Timur. Dari seluruh total luas

    tersebut, lebih dari 50% merupakan lahan pertanian yang berupa sawah, tegalan

    dan perkebunan. Sedangkan pemanfaatan untuk pemukiman penduduk sekitar

    13,68%.

    Kabupaten Malang dikelilingi oleh enam Kabupaten dan Samudera Indonesia.

    Sebelah Utara-Timur, berbatasan dengan Kabupaten Pasuruan dan Probolinggo.

    Sebelah Timur, berbatasan dengan Kabupaten Lumajang. Sebelah Selatan,

    berbatasan dengan Samudera Indonesia. Sebelah Barat, berbatasan dengan

    Kabupaten Blitar. Sebelah Barat-Utara, berbatasan dengan Kabupaten Kediri dan

    Mojokerto. Letak geografis ini menyebabkan Kabupaten Malang memiliki posisi

    yang cukup strategis. Hal ini ditandai dengan semakin ramainya jalur transportasi

    yang melalui Kabupaten Malang dari waktu ke waktu.

    Sedangkan jika dilihat dari topografinya, Kabupaten Malang terdiri dari

    gunung-gunung dan perbukitan. Kondisi topografi yang demikian mengindikasikan

    potensi hutan yang besar. Hutan yang merupakan sumber air yang cukup, yang

    mengalir sepanjang tahun melalui sungai-sungainya mengairi lahan pertanian.

    Beberapa gunung yang menyentuh wilayah Kabupaten Malang yang telah dikenal

    dan telah diakui secara nasional yaitu Gunung Semeru (3.676 meter) gunung

    tertinggi di Pulau Jawa, Gunung Kelud (1.731 meter), Gunung Welirang (3.156

    meter) dan Gunung Arjuno (3.339 meter), dan masih banyak lagi yang belum

    dikenal secara nasional.

    Kondisi topografi pegunungan dan perbukitan menjadikan Kabupaten Malang

    terkenal sebagai daerah sejuk dan banyak diminati sebagai tempat tinggal dan

    tempat peristirahatan. Dengan ketinggian rata-rata pusat pemerintahan kecamatan

    524 meter dari permukaan laut, suhu udara rata-rata Kabupaten Malang relatif

    rendah. Pada tahun 2003 rata-rata suhu udara yang dicatat enam stasiun

    klimatologi mencapai 23,52 0C, dengan suhu tertinggi mencapai 29,32 0C, dan suhu

    terendah mencapai 19,50 oC.

    Penetapan fungsi kawasan di Kabupaten Malang dipilah atas kawasan

    budidaya tahunan, kawasan budidaya tanaman semusim, kawasan lindung terbatas,

    kawasan lindung lainnya, kawasan penyangga, kawasan perlindungan mata air,

  • 23

    kawasan perlindungan sungai, kawasan perlindungan waduk dan kawasan

    perlindungan pantai serta kawasan rawan bencana.

    Di Kabupaten Malang, daerah yang dikategorikan rawan bencana adalah

    rawan letusan gunung berapi, rawan longsor dan rawan banjir. Kawasan rawan

    bencana letusan gunung berapi Semeru adalah Kecamatan Poncokusumo khususnya

    daerah Ngadas dan Gubugklakah. Daerah yang rawan terhadap longsor di

    Kabupaten Malang meliputi wilayah perbukitan dan daerah aliran sungai, salah satu

    kecamatan yang terkena longsor akibat hujan lebat adalah Kecamatan Tirtoyudo.

    Daerah rawan banjir tersebar di beberapa kecamatan yakni Kecamatan Singosari

    (banjir bandang/lumpur), Kecamatan Dau, Kecamatan Bantur (5 tahun sekali),

    Kecamatan Tirtoyudo (banjir bandang akibat penebangan hutan Desa Pujiharjo,

    Purwodadi), Kecamatan Kasembon (Desa Bayem), Kecamatan Sumberpucung (Desa

    Trenyang), Kecamatan Bantur (Desa Sumberbening), Kecamatan Donomulyo (Desa

    Banjarejo), Kecamatan Sumbermanjing Wetan (Desa Kedungbanteng), Kecamatan

    Ampelgading (Desa Lebakharjo), Kecamatan Jabung (Desa Gading Kembar),

    Kecamatan Lawang (Desa Srigading) dan Kecamatan Wajak (Desa Patok Picis).

    Penetapan Fungsi Kawasan di Kabupaten Malang tertuang dalam Tabel 2.1

    berikut ini :

    Tabel 2.1.

    Penetapan Fungsi Kawasan di Kabupaten Malang Tahun 2000 2010

    NO. KAWASAN HA (%)

    1 Budidaya Tahunan 83.153,04 25,59

    2 Budidaya Tanaman Semusim 18.936,75 5,83

    3 Lindung Terbatas 40.554,87 12,48

    4 Lindung Mutlak 13.036,13 4,01

    5 Lindung Lainnya 56.462,84 17,38

    6 Penyangga 100.096,58 30,81

    7 Perlindungan Mata Air 172,04 0,05

    8 Perlindungan Sungai 7.307,74 2,25

    9 Perlindungan Waduk 2.841,84 0,87

    10 Perlindungan Pantai 2.358,49 0,73

    Jumlah 324.920,32 100

    Sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Malang, 2003

    2.2. Kondisi Perekonomian Daerah.

    Kabupaten Malang merupakan satu Kabupaten yang tergolong memiliki

    tingkat aktivitas ekonomi yang cukup tinggi. Hal ini

    terlihat dari besarnya jumlah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

    Kabupaten Malang yang menduduki peringkat 6 dari 33 Kabupaten/kota yang ada di

    Provinsi Jawa Timur setelah Kota Surabaya, Kota Kediri, Kabupaten Sidoarjo,

    Kabupaten Kediri dan Kabupaten Pasuruan. Cukup tingginya aktivitas ekonomi di

    Kabupaten Malang tidak terlepas dari tingginya aktivitas masyarakat dalam masing-

  • 24

    masing sektor ekonomi yang ada di Kabupaten Malang. Sektor ekonomi yang

    memberikan kontribusi paling tinggi selama kurun waktu lima tahun terakhir

    adalah sektor pertanian, kemudian disusul oleh sektor perdagangan, hotel, dan

    restoran, sektor industri pengolahan serta sektor jasa.

    Tabel 2.2.

    Kontribusi Masing-Masing Sektor Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten

    Malang Tahun Atas Dasar Harga Konstan (2001-2005) (persen)

    No Kelompok

    Sektor/Sektor 2001 2002 2003 2004 2005 rerata

    1. Kelompok Sektor Primer

    34.80 34.4 34.41 34.56 34.44 34.52

    1.1. Pertanian 32.43 31.97 31.99 32.08 31.86 32.07

    1.2. Pertambangan dan Penggalian

    2.37 2.43 2.42 2.48 2.58 2.46

    2. Kelompok Sektor Sekunder

    19.19 19.27 19.03 19.61 19,96 19.41

    2.1. Industri Pengolahan

    16.19 16.26 16.08 16.60 16.89 16.40

    2.2. Listrik dan Air Minum

    1.58 1.60 1.55 1.56 1.58 1.57

    2.3. Bangunan 1.42 1.41 1.40 1.45 1.49 1.43

    3. Kelompok Sektor Tersier

    46.01 46.33 46.56 45.83 45.60 46.07

    3.1. Perdagangan, Hotel, dan Restoran

    22.52 22.89 23.44 23.38 23.55 23.2

    3.2. Pengangkutan dan Komunikasi

    4.78 4.70 4.64 4.56 4.50 4.64

    3.3. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

    3.92 4.00 3.94 3.88 3.87 3.92

    3.4. Jasa-jasa 14.79 14.74 14.54 14.01 13.68 14.35

    Total 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

    Sumber : Kabupaten Malang Dalam Angka 2006

    Tabel 2.2 menggambarkan peran masing-masing sektor terhadap PDRB.

    Peran sektor di atas dikelompokkan menjadi 3 sektor pokok, yaitu kelompok sektor

    primer, sekunder dan tersier. Sektor primer mencakup sektor pertanian, sektor

    pertambangan dan galian. Peranan kelompok sektor primer lima tahun terakhir

    memberikan kontribusi rerata sebesar 34,52%, yang didominasi sektor pertanian

    dengan kontribusi rerata sebesar 32,07%. Potensi sektor primer tersebut

    mendukung sektor basis ekonomi di Jawa Timur secara umum, hal ini dapat dilihat

    sebagai berikut:

    Tabel. 2.3

    Daerah Penyumbang Potensi Sektor Primer di Jawa Timur

    NO. TANAMAN PANGAN

    PERKEBUNAN PETERNAKAN PERIKANAN PERTAMBAN

    GAN

    1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.

    Kab. Malang Kab. Probolinggo Kab. Jember Kab. Banyuwangi Kab. Bojonegoro Kab. Blitar Kab. Lamongan

    Kab. Jember Kab. Blitar Kab. Malang

    Kab. Malang Kab. Blitar Kab. Bangkalan

    Kab. Gresik Kab. Lamong Kab. Sidoarjo Kab. Bondo

    Kab. Tuban Kab. Gresik

    Sumber: Majalah Perspektif Bappeprop Jatim, 2005

    Dari tabel 2.3 di atas dapat dilihat posisi Kabupaten Malang cukup berperan

    dalam sektor ekonomi primer di Jawa Timur, terutama di subsektor pertanian

  • 25

    tanaman pangan, perkebunan dan peternakan, sedangkan sub sektor perikanan dan

    pertambangan Kabupaten Malang belum cukup diperhitungkan di Jawa Timur,

    walaupun sebenarnya subsektor kelautan Kabupaten Malang cukup potensial

    dengan garis pantai sepanjang 102,625 km, oleh karena itu diharapkan program

    dan kegiatan kita mendukung Program Prioritas Provinsi Jawa Timur yang

    menyentuh wilayah laut kita, yaitu Pengembangan Jalan Lintas Selatan (JLS) dan

    pengembangan Pelabuhan Pendaratan Ikan Sendang Biru, sehingga kekayaan laut

    Kabupaten Malang dapat berperan dalam meningkatkan PDRB, yang saat ini

    kontribusi perikanan pada Tahun 2004 hanya 0,30%.

    Aktivitas sektor ekonomi primer khususnya pertanian yang mendominasi

    rerata kontribusi PDRB lima tahun terakhir ini diharapkan akan lebih mantap

    dengan adanya program revitalisasi pertanian, yang meliputi peningkatan

    pemberdayaan subsektor pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan,

    perikanan dan kelautan serta kehutanan, sehingga mampu menggerakkan aktivitas

    sektor lain yaitu sektor sekunder dan tersier.

    Kelompok ekonomi sektor sekunder mencakup sektor industri pengolahan,

    sektor Listrik dan Air Bersih, dan sektor Bangunan memberikan kontribusi terendah

    terhadap PDRB Kabupaten Malang, yaitu sebesar rerata 19,41%. Peran kelompok

    sektor ini didominasi sektor industri pengolahan yang memberikan kontribusi rerata

    sebesar 16,40% selama lima tahun terakhir. Sebagai gambaran untuk Wilayah

    Regional Jawa Timur, Kabupaten/kota yang dominan dengan sektor industri adalah

    Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Gresik,

    Kabupaten Mojokerto, Kota Kediri dan Kabupaten Tuban. Kabupaten Malang

    diharap mampu mengikuti jejak Kabupaten Pasuruan sebagai wilayah terdekat

    yang sudah memiliki kawasan industri. Dengan terbangunnya kawasan industri di

    Kabupaten Malang diharap pertumbuhan aktivitas sektor sekunder semakin

    terpacu, hal ini sangat memungkinkan dengan adanya program pengembangan

    infrastruktur yang mendukung eksistensi kawasan industri, yaitu pembangunan

    Jalan Tol Malang Surabaya, Jalan Lintas Selatan, serta komersialisasi Bandara

    Udara Abdul Rahman Saleh.

    Kelompok sektor tersier yang terdiri dari sektor Perdagangan, Hotel, dan

    Restoran; Sektor Pengangkutan dan Komunikasi, Sektor Keuangan, Persewaan

    Bangunan dan Jasa Perusahaan, dan Sektor Jasa-Jasa, memberikan kontribusi

    terbesar terhadap PDRB Kabupaten Malang yaitu sebesar rerata 46,07%. Peran

    sektor ini didominasi sektor Perdagangan, Hotel & Restoran yang memberikan

    kontribusi rerata sebesar 23,2%. Posisi Kabupaten Malang di Wilayah Jawa Timur

    bisa dibanggakan sebagai wilayah dominan sektor tersiernya, urutan selengkapnya

    adalah Kabupaten Malang, Kabupaten Madiun, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten

    Kediri, Kabupaten Pasuruan serta Kota Surabaya.

  • 26

    Secara keseluruhan di Kabupaten Malang dari tahun 2001 sampai tahun

    2005 peran rerata sektor primer sebesar 34,52%, sektor sekunder 19,41% dan

    sektor tersier 46,07%.

    Meskipun aktivitas perekonomian di Kabupaten Malang cukup tinggi, namun

    selama kurun waktu sepuluh tahun terakhir mengalami juga pasang surut. Kondisi

    pasang surut tersebut disebabkan oleh imbas dari kondisi makro ekonomi nasional

    yang cenderung memburuk terutama pada saat terjadi krisis moneter. Berikut ini

    kondisi perekonomian Kabupaten Malang selama sepuluh tahun terakhir (tahun

    1994 sampai 2004) dan perbandingannya dengan kondisi perekonomian Provinsi

    Jawa Timur dan Nasional.

    Tabel 2.4.

    Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Malang,

    Provinsi Jawa Timur, dan Nasional (Tahun1994 2004)

    REGIONAL PRA KRISIS

    (1994-1997) KRISIS (1998)

    PASKA KRISIS (1999-2003)

    OTONOMI (2001-2004)

    Nasional 7,07 -13,13 4,17 5,5

    Jawa Timur 7,17 -16,12 3,83 5,4

    Kabupaten Malang 5,50 -6,64 3,99 5,1

    Sumber: Berbagai sumber, 2005

    Berdasarkan tabel diatas pertumbuhan ekonomi Kabupaten Malang selama

    dekade tahun 1994-1997 selalu berada di bawah pertumbuhan ekonomi Provinsi

    Jawa Timur dan Nasional. Namun pada saat krisis ekonomi Kabupaten Malang

    mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi paling rendah di antara tiga daerah

    tersebut. Rendahnya dampak krisis ekonomi terhadap pertumbuhan ekonomi

    Kabupaten Malang, karena sektor yang menjadi basis pertumbuhan ekonomi atau

    aktivitas ekonomi Kabupaten Malang adalah sektor pertanian dan perdagangan.

    Kedua sektor tersebut merupakan sektor yang memiliki ketahanan terhadap

    pengaruh krisis moneter yang terjadi pada perekonomian makro, karena sektor ini

    merupakan sektor yang berbasis pada sumber daya lokal.

    Berikut ini adalah gambaran perbandingan pertumbuhan ekonomi antara

    Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur, dan Nasional selama kurun waktu sepuluh

    tahun terakhir, yang terbagi pada empat kondisi yaitu: kondisi sebelum krisis,

    kondisi pada saat krisis, kondisi paska krisis, dan kondisi mulainya pelaksanaan

    otonomi daerah.

  • 27

    Gambar 2.1.

    Grafik Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Malang

    Berdasarkan gambar diatas terlihat bahwa sebelum krisis pertumbuhan

    ekonomi Kabupaten Malang cenderung konstan, namun setelah memasuki krisis

    ekonomi pertumbuhannya mengalami penurunan, bahkan sampai 6,64%, tetapi

    penurunan tersebut merupakan penurunan terendah dibanding Provinsi dan

    nasional. Setelah krisis pertumbuhan ekonomi Kabupaten Malang menunjukkan

    trend yang positif sampai pada saat sekarang, namun lebih lambat dibanding rerata

    Jawa Timur dan Nasional, hal ini disebabkan karena kontribusi sektor ekonomi

    Kabupaten Malang yang dominan adalah sektor primer yang umumnya

    menghasilkan nilai tambah sedikit atau dengan kata lain harga jualnya sangat

    rendah, dibanding produk sektor industri dan jasa yang merupakan sektor ekonomi

    dominan pada rerata Jawa Timur dan Nasional. Oleh karena itu sebaiknya

    kontribusi ekonomi sektor primer diarahkan bergeser pada sektor industri, dalam

    hal ini agroindustri dan industri pertambangan. Begitupun sektor perdagangan

    Kabupaten Malang lebih ditekankan untuk meningkatkan komoditas ekspor agar

    mampu meningkatkan nilai tambah yang merupakan faktor utama penentu

    pertumbuhan ekonomi. Adapun pertumbuhan aktivitas ekonomi Kabupaten Malang

    selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:

    Tabel 2.5.

    Pertumbuhan Sektor Ekonomi

    Atas Dasar Harga Konstan (2002-2005) (persen)

    No Kelompok Sektor/Sektor 2002 2003 2004 2005 rerata

    1. Kelompok Sektor Primer 2.53 3.99 5.90 4.64 4.26

    1.1. Pertanian 2.24 4.04 5.74 4.29 4.07

    1.2. Pertambangan dan Penggalian

    6.57 3.44 8.05 9.22 6.82

    5.036.56 6.88

    4.56

    -6.64

    2.61 1.474.41

    3.64 3.825.45

    4.967.23 8.18 8.26

    5.02

    -16.12

    1.213.26 3.33 3.41 4.11

    5.18

    7.54 8.22 7.824.7

    -13.13

    0.85

    4.84

    3.32 3.66 4.00

    -20

    -15

    -10

    -5

    0

    5

    10

    94 95 96 97 98 99 '00 '01 '02 '03 '04 '05

    % A

    ng

    ka P

    ert

    um

    bu

    ha

    n

    PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN MALANGProvinsi Jawa Timur, dan Nasional Tahun 1994-2003

    Kab. Malang Jawa Timur Nasional

  • 28

    2. Kelompok Sektor Sekunder

    4.13 2.74 8.59 6.82 5.57

    2.1. Industri Pengolahan 4.14 2.90 8.76 6.77 5.64

    2.2. Listrik dan Air Minum 5.57 0.29 6.46 6.28 4.65

    2.3. Bangunan 2.43 3.81 9.07 7.99 5.8

    3. Kelompok Sektor Tersier 4.47 4.46 3.83 4.40 4.29

    3.1. Perdagangan, Hotel, dan Restoran

    5.47 6.46 5.16 5.73 5.7

    3.2. Pengangkutan dan Komunikasi

    1.86 2.60 3.98 3.49 2.98

    3.3. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

    5.73 2.38 3.73 4.91 4.18

    3.4. Jasa-jasa 3.48 2.55 1.69 2.35 2.51

    Total 3.73 3.97 5.45 4.95 4.52

    Sumber: Kabupaten Malang Dalam Angka 2006(diolah)

    Pertumbuhan ekonomi sektor sekunder menempati posisi pertama untuk

    laju pertumbuhan rerata Tahun 2002 2005 yaitu sebesar 5,57% yang meliputi

    3 sektor yaitu industri pengolahan, listrik dan air minum, dan sektor bangunan, lalu

    diikuti sektor tersier 4,29% dengan sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang

    memiliki tingkat pertumbuhan tertinggi. Untuk tingkat pertumbuhan terendah

    adalah sektor primer sebesar 4,26%.

    Tabel 2.6.

    Rerata Kontribusi dan Laju Pertumbuhan Sektor Ekonomi

    Atas Dasar Harga Konstan (2001-2005) (persen)

    No Kelompok Sektor/Sektor Rerata Kontribusi Laju pertumbuhan

    1. Kelompok Sektor Primer 34.52 4.26

    1.1. Pertanian 32.07 4.07

    1.2. Pertambangan dan Penggalian 2.46 6.82

    2. Kelompok Sektor Sekunder 19.41 5.57

    2.1. Industri Pengolahan 16.40 5.64

    2.2. Listrik dan Air Minum 1.57 4.65

    2.3. Bangunan 1.43 5.8

    3. Kelompok Sektor Tersier 46.07 4.29

    3.1. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 23.2 5.7

    3.2. Pengangkutan dan Komunikasi 4.64 2.98

    3.3. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 3.92 4.18

    3.4. Jasa-jasa 14.35 2.51

    Total 100.00 4.52

    Sumber: Kabupaten Malang Dalam Angka 2006 (diolah)

    Tabel 2.6 menunjukkan kontribusi dan laju pertumbuhan sektor ekonomi.

    Kontribusi sektor ekonomi secara berurutan yang dominan adalah sektor pertanian

    (32,07%), sektor perdagangan, hotel dan restoran (23,2%), sektor industri

    pengolahan (16,40%) serta sektor jasa (14,35%), sedangkan laju pertumbuhan

    sektor tertinggi sektor pertambangan dan galian (6,82%), sektor bangunan (5,8%),

    sektor perdagangan, hotel, dan restoran (5,7%), sektor pengolahan (5,64%) serta

    sektor listrik dan air minum (4,65%).

  • 29

    Untuk menetapkan target pertumbuhan ekonomi harus dilihat dua sisi

    keadaan perekonomian agar pilihan sektor mana yang mampu memacu laju

    pertumbuhan lebih tepat. Hal utama yang dilihat adalah kontribusi sektor. Sektor

    yang memiliki kontribusi dominan akan mampu menggerakkan aktivitas

    perekonomian, selain itu perlu juga melihat laju pertumbuhan sektor, namun bisa

    dikesampingkan apabila kontribusi sektor tersebut terlalu rendah, karena dalam

    jangka waktu lima tahun tidak mungkin ada pergeseran peran sektor secara

    berarti, sehingga untuk jangka waktu lima tahun ke depan peran sektor yang

    terlalu kecil dengan laju pertumbuhan tinggi tidak cukup berperan dalam

    mencapai target pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan, misalnya sektor

    pertambangan memiliki laju pertumbuhan rerata 6,82% merupakan laju

    pertumbuhan tertinggi dibanding sektor yang lain, namun kontribusi dalam PBRB

    hanya 2,46% maka akan sangat sulit meningkatkan PDRB secara keseluruhan,

    sebaliknya sektor pertanian yang memiliki kontribusi 32,07% dan rerata

    pertumbuhannya di bawah rata-rata pertumbuhan Kabupaten Malang yaitu 4,07%

    akan tetap memiliki arti penting dalam mempengaruhi aktivitas ekonomi secara

    keseluruhan.

    Tabel 2.7.

    Sektor yang Berperan dalam Menggerakkan Pertumbuhan Ekonomi

    No. Sektor Kontribusi

    (%) Pertumbuhan

    (%) Keterangan

    1. Sektor Perdagangan

    23,2 5,7

    Nilai tambah tinggi terutama komoditi ekspor regional maupun internasional

    2. Sektor Pertanian

    32,07 4,07

    Menyerap banyak tenaga kerja

    Memiliki forward dan backward linkages

    Sangat berperan dalam wilayah regional Jatim

    3. Sektor Industri Olahan

    16,40 5,64

    Nilai tambah tinggi Menyerap tenaga kerja Menyerap produk primer

    lokal

    4. Sektor Jasa 14,35 2,51 Menyerap tenaga kerja

    perorangan / rumah tangga

    Sumber :Kabupaten Malang dalam angka 2006, diolah

    Target Pertumbuhan ekonomi 5 6 % pada lima tahun ke depan dapat

    dicapai dengan kerja keras Pemerintah dan masyarakat dengan memperhatikan

    kontribusi dan laju pertumbuhan sektor. Empat sektor utama yang berpengaruh di

    Kabupaten Malang adalah sektor perdagangan, sektor pertanian, sektor industri

    pengolahan serta sektor jasa, yang memiliki dominasi dalam menyumbang besaran

    PDRB. Untuk mencapai target pertumbuhan 5 6 % akan dikupas satu persatu

    langkah langkah strategis yang harus dilakukan.

  • 30

    Sektor perdagangan secara optimis dapat diharapkan karena memiliki

    kontribusi 23,2% dengan laju pertumbuhan diatas 5% atau tepatnya 5,7% (tabel

    2.6). Pemerintah daerah hanya perlu menata regulasi perdagangan, baik pasar

    maupun pedagang kaki lima agar konsumen tetap berminat termasuk regulasi yang

    mengatur penataan berdirinya supermarket atau hypermarket di wilayah-wilayah

    perdagangan utama Kabupaten Malang, misalnya di kota-kota kecamatan, karena

    dikhawatirkan pasar tradisional yang menjadi tumpuan pendapatan masyarakat

    saat ini akan hancur. Selain itu perlu adanya pembangunan pasar produk pertanian

    di wilayah-wilayah perbatasan yang selama ini merupakan penghasil produk tetapi

    belum memiliki pasar sendiri, bahkan apabila memungkinkan dapat digunakan

    sebagai transaksi perdagangan oleh masyarakat luar daerah, dengan demikian

    retribusi dan nilai tambah bisa dinikmati oleh Kabupaten Malang. Sektor

    perdagangan juga sangat dipengaruhi oleh nilai ekspor komoditi Kabupaten Malang

    yang meningkat setiap tahunnya, yaitu sebesar Rp.145.296.652,74 pada Tahun

    2003, meningkat 4,93 % menjadi Rp.152.460.735.03 pada Tahun 2004 dan terakhir

    meningkat 16,25% menjadi Rp.177.240.943,94 pada Tahun 2005, sehingga rerata

    kenaikan ekspor yang lebih dari 10% pertahun ini sangat penting untuk memacu

    pertumbuhan ekonomi. Untuk mempertahankan nilai ekspor Kabupaten Malang

    diperlukan pembinaan inovatif yang mampu mempertahankan komoditi kita dalam

    lingkup perdagangan bebas.

    Sektor penting berikutnya yang mampu mendongkrak pertumbuhan

    ekonomi adalah sektor pertanian karena memiliki kontribusi yang dominan yaitu

    rerata 32,07% disamping itu sektor pertanian memiliki backward dan forward

    linkages, sehingga aktivitas sektor pertanian mampu menumbuhan sektor yang

    lainnya, misalnya aktivitas budidaya pertanian secara umum memerlukan pupuk,

    benih/bibit, tenaga kerja, obat-obatan, alat dan mesin pertanian dan sebagainya;

    sedangkan pada saat/pasca panen memerlukan transportasi, tenaga kerja, alat dan

    mesin pengolah, packaging serta pemasaran. Sehingga peningkatan aktivitas

    pertanian mampu menarik input dari sektor industri benih, pupuk, obat-obatan,

    alat dan mesin pertanian serta tenaga kerja; ouput sektor pertanian digunakan

    sebagai input pada sektor industri pengolahan baik industri mikro, kecil, menengah

    maupun industri besar (misalnya penggilingan padi, lumbung desa modern,

    perusahaan makanan/minuman, pabrik gula, pabrik makanan ternak, industri

    kerupuk/keripik dan sebagainya); produk pertanian juga mampu mengaktifkan

    perdagangan produk primer dan setengah jadi pada pedagang pengepul komoditas,

    pasar atau pusat perdagangan, serta menghidupkan restoran, warung dan

    pengusaha makanan perorangan. Dari uraian di atas sektor pertanian mampu

    menggerakkan multiplier effect yang sangat berperan dalam menghasilkan value

    added (nilai tambah) pada sektor primer, sekunder maupun tersier, sehingga

    sangat berperan dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi. Untuk melihat lebih

  • 31

    jauh kita lihat kontribusi dan laju pertumbuhan subsektor pertanian pada tabel 2.8

    berikut:

    Tabel 2.8.

    Kontribusi dan Laju Pertumbuhan Sektor Pertanian

    Atas Dasar Harga Konstan (2001-2005) (persen)

    No Kelompok Sektor/Sektor 2001 2002 2003 2004 2005 Rerata

    Kontribusi Sektor / Sub Sektor

    1. Pertanian 32.43 31.97 31.99 32.08 31.86 32.07

    1.1. Tanaman Bahan Makanan 20.65 20.52 20.49 20.22 20.00 20.37

    1.2. Tanaman Perkebunan 7.49 7.11 6.99 7.13 7.14 7.17

    1.3 Peternakan 3.83 3.88 4.02 4.05 4.05 3.97

    1.4. Kehutanan 0.25 0.25 0.27 0.34 0.33 0.29

    1.5 Perikanan 0.21 0.21 0.22 0.34 0.34 0.31

    No Kelompok Sektor/Sektor 2001 2002 2003 2004 2005 Rerata

    Laju pertumbuhan Sektor / Sub Sektor

    1. Pertanian - 2.24 4.04 5.74 4.29 4.07

    1.1. Tanaman Bahan Makanan - 3.11 3.81 4.05 3.84 3.70

    1.2. Tanaman Perkebunan - -1.48 2.20 7.47 5.22 3.35

    1.3 Peternakan - 4.89 7.76 6.40 4.78 5.96

    1.4. Kehutanan - 0.08 15.11 31.46 3.45 12.52

    1.5 Perikanan - 2.89 6.67 64.51 6.27 20.08

    Total PDRB - 3.73 3.97 5.45 4.95 4.52

    Sumber: Kabupaten Malang Dalam Angka 2006 (diolah)

    Dari tabel 2.8 Sektor pertanian pada lima tahun terakhir di dominasi oleh

    subsektor tanaman pangan yang memiliki kontribusi 20,37%, sedangkan subsektor

    perkebunan 7,17%, peternakan 3,97% serta subsektor kehutanan dan perikanan

    masing-masing sekitar 0,29% dan 0,31%, sedangkan rerata pertumbuhan tertinggi

    subsektor perikanan 20,08% dan subsektor kehutanan 12,52%, pertumbuhan paling

    rendah hanya 3,35% adalah subsektor perkebunan. Sektor pertanian Kabupaten

    Malang sangat berperan dalam mendukung aktivitas sektor primer di Jawa Timur

    terutama sektor pertanian tanaman pangan, perkebunan dan peternakan,

    sedangkan sektor perikanan dan kehutanan tidak cukup nampak di wilayah Provinsi

    demikian pula di Kabupaten Malang kontribusinya tidak cukup berperan dalam

    menggerakkan sektor ekonomi. Selengkapnya dapat di lihat pada tabel 2.9

    Tabel. 2.9

    Daerah Penyumbang Sektor Pertanian di Jawa Timur

    NO. TAN PANGAN PERKEBUNAN PETERNAKAN PERIKANAN KEHUTANAN

    1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.

    Kab. Malang Kab. Probolinggo Kab. Jember Kab. Banyuwangi Kab. Bojonegoro Kab. Blitar Kab. Lamongan

    Kab. Jember Kab. Blitar Kab. Malang

    Kab. Malang Kab. Blitar Kab. Bangkalan

    Kab. Gresik Kab. Lamongan Kab. Sidoarjo Kab. Bondo

    Kab. Kediri Kab. Banyuwangi Kab. Tuban Kab. Lamongan Kab. Bondowoso Kab. Pasuruan Kab. Madiun Kab. Probolinggo Kab. Ngawi

    Sumber: Majalah Perspektif Bappeprop Jatim, 2005

  • 32

    Melihat potensi sektor pertanian pada wilayah regional, maka subsektor

    pertanian yang mampu menggerakkan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Malang

    adalah pertanian tanaman pangan, perkebunan dan peternakan, karena memiliki

    kemampuan ekspor di wilayah regional Jawa Timur. Hal ini dapat dipertahankan

    atau ditingkatkan dengan melaksanakan sepenuhnya Agenda Revitalisasi Pertanian

    yang meliputi Program Pemberdayaan Penyuluh Pertanian, Pemberdayaan

    Pertanian (tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan)

    dengan kegiatan pengembangan agribisnis/agroindustri, dan penguatan

    kelembagaan petani-nelayan, serta peningkatan produksi/produktivitas. Disamping

    itu diperlukan penanganan khusus regulasi penyaluran pupuk pada musim tanam

    dan Penguatan Lumbung Desa Modern yang mampu menampung hasil panen petani

    padi pada saat panen raya dan musim penghujan, karena dua hal ini sangat

    berpengaruh terhadap pendapatan petani terutama petani padi, yang merupakan

    komoditi pangan dominan di Kabupaten Malang.

    Sektor pendongkrak pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Malang berikutnya

    adalah sektor industri pengolahan dengan rerata kontribusi 16,40% dan memiliki

    laju pertumbuhan rerata melebihi rerata Kabupaten Malang yaitu sebesar 5,46%

    (tabel 2.6). Hal ini memberikan angin segar bagi Pemerintah Kabupaten Malang

    untuk memacu aktivitas sektor industri melalui pengembangan agroindustri karena

    kontribusi sektor primer khususnya pertanian cukup tinggi yaitu rerata 34,52%

    (tabel 2.2), sehingga pengembangan agroindustri sangat tepat terutama diarahkan

    pada pembinaan industri kecil menengah (IKM) dan Usaha Mikro, Kecil dan

    Menengah (UMKM) yang cukup banyak menampung tenaga kerja di Kabupaten

    Malang. Selain itu rencana pengembangan kawasan industri diharap mampu

    diwujudkan untuk pengelolaan kekayaan tambang Kabupaten Malang yang

    termasuk dalam Zona Tengah (pemetaan Regional Jawa Timur) yang meliputi

    kelompok mineral agregat, kelompok alumino silikat dan mineral lempung,

    disamping industri pengolahan hasil-hasil pertanian tanaman pangan, perkebunan,

    peternakan, perikanan dan dan kelautan serta kehutanan. Hal ini perlu

    direncanakan dengan serius, karena hambatan transportasi guna akses pengiriman

    input maupun output industri yang selama ini merupakan kendala akan segera

    diatasi dengan adanya Program Pembangunan Prioritas Jangka Menengah Provinsi

    Jawa Timur yaitu Jalan Tol MalangSurabaya, Jalan Lintas Selatan, Komuter,

    Komersialisasi Bandara Udara Abdul Rahman Saleh serta Pengembangan Pelabuhan

    Pendaratan Ikan Pondok Dadap Kabupaten Malang.

    Sektor ke empat yang berperan dalam memacu pertumbuhan ekonomi

    adalah sektor jasa dengan kontribusi rerata 14,35% namun pertumbuhannya cukup

    lambat yaitu rerata 2,51%, untuk lebih jelasnya kontribusi subsektor jasa pada

    tabel berikut:

  • 33

    Tabel 2.10.

    Kontribusi Sub Sektor Jasa Kabupaten Malang

    Atas Dasar Harga Konstan (2001-2005) (persen)

    NO KELOMPOK

    SEKTOR/SEKTOR 2001 2002 2003 2004 2005 RERATA

    1 Jasa - Jasa 14,79 14,74 14,54 14,01 13,68 14.35

    a Pemerintahan Umum 4,82 4,75 4,68 4,50 4,39 4.63

    1. Admi Pemerintahan

    dan Pertahanan 4,82 4,75 4,68 4,50 4,39 4.63

    2. Pemerintahan

    lainnya 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0.00

    B Swasta 9,97 9,99 9,86 9,51 9,29 9.72

    1. Sosial Kemasyarakatan

    1,18 1,15 1,12 1,07 1,05 1.11

    2. Hiburan dan Kebudayaan

    0,13 0,13 0,12 0,12 0,12 0.12

    3. Perorangan & Rmhtangga

    8,66 8,71 8,62 8,32 8,12 8.49

    Sumber: Kabupaten Malang Dalam Angka 2006 (diolah)

    Apabila kita lihat lebih dalam ternyata peran sektor jasa terpenting adalah

    peran subsektor jasa swasta dengan rerata kontribusi selama lima tahun terakhir

    sebesar 9,72% yang disumbang oleh jasa perorangan sebesar rerata 8,49%, hal ini

    menunjukkan bahwa masyarakat Kabupaten Malang sangat dominan dalam aktivitas

    ekonomi sektor jasa. Untuk meningkatkan lapangan pekerjaan dan meningkatkan

    pertumbuhan sektor jasa, pemerintah perlu menyiapkan program pemberdayaan

    pemuda dan perempuan dengan pelatihan-pelatihan kewirausahaan yang bergerak

    dalam bidang jasa perorangan, misalnya pelatihan ketrampilan bengkel,

    pertukangan, perbaikan peralatan elektronik, ketrampilan kecantikan, menjahit

    dan sebagainya diiringi dengan penyertaan modal kerja. Serta tidak kalah

    pentingnya adalah kemudahan pemberian izin serta pembinaan teknis inovatif oleh

    unit teknis.

    Mengacu pada hasil analisis dan telaah terhadap kondisi eksisting bidang

    ekonomi, maka penyusunan program-program dalam RPJM Daerah Kabupaten

    Malang untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 5,5 6% lima tahun

    mendatang yang perlu ditingkatkan aktivitasnya adalah:

    a. Sektor perdagangan yang didukung oleh jajaran perdagangan, Pasar dan

    Kecipta Karyaan dan Tata Ruang serta Sarana Prasarana Wilayah;

    b. Sektor Pertanian yang didukung oleh jajaran pertanian tanaman pangan,

    perkebunan, peternakan, perikanan dan kelautan serta kehutanan, diperkuat

    oleh bidang perkoperasian, industri, pengairan dan bina marga serta sarana

    prasarana wilayah;

    c. Sektor industri pengolahan yang didukung oleh jajaran koperasi, industri,

    investasi, permukiman dan sarana prasarana wilayah, perhubungan dan bina

    marga, pertanian, energi sumber daya mineral dan lingkungan hidup;

    d. Sektor jasa-jasa yang didukung bidang ketenagakerjaan dan pemberdayaan

    masyarakat.

  • 34

    Selain sektor utama di atas Kabupaten Malang perlu mendukung

    Pembangunan Jangka Menengah Provinsi Jawa Timur sebagai berikut:

    a. Mendukung Program Pengembangan Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) karena

    potensi garis pantai Kabupaten Malang cukup besar belum dikembangkan secara

    optimal.

    b. Peningkatan aktivitas sektor sekunder melalui pengembangan Kawasan Industri

    dengan mempertimbangkan Malang sebagai Kawasan Pertambangan Zona

    Tengah yang memiliki potensi kelompok mineral agregat, kelompok alumino

    silikat dan mineral lempung; pembinaan intensif industri kecil menengah di

    Jalur Lintas Selatan Kabupaten Malang yang melintasi Donomulyo Bantur

    Gedangan Dampit; membuka peluang investasi industri berbahan baku

    pertanian (tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan dan kelautan

    serta kehutanan); semua langkah ini mengantisipasi pengembangan spasial Kota

    Surabaya yang mengalir ke arah Sidoarjo dan Malang, yang dikelompokkan

    dalam spasial perekonomian wilayah tengah dengan dominasi kegiatan industri,

    perdagangan dan jasa.

    c. Peningkatan aktivitas sektor tersier melalui peningkatan jalur pariwisata

    kawasan Taman Safari Prigen - Kebun Raya Purwodadi - Malang yang

    meningkatkan konsentrasi perdagangan di Pasar Lawang dan Singosari; serta

    meningkatkan aktivitas wisata Wendit yang dilalui jalan tembus Bromo

    Tengger Semeru sebagai alur wisata potensial Jawa Timur, Pengembangan

    sektor pariwisata ini mendukung Program Peningkatan Daya Saing Wisata

    Kawasan Wisata Wendit, Kawasan Wisata Menuju Bromo serta Pusat Kerajinan

    Kendedes sebagai pintu Gerbang Wisata Kabupaten Malang. Sedangkan

    Pembangunan Jalan Lintas Selatan mendukung pengembangan Kawasan Wisata

    Balekambang.

    d. Pemberdayaan masyarakat dalam rangka meningkatkan ekonomi keluarga dan

    pengurangan pengangguran, melalui dana yang dialokasikan khusus untuk

    pengentasan kemiskinan dan penurunan angka pengangguran.

    e. Pengembangan kerjasama antar daerah guna untuk mendorong dan

    memperbesar pasar (enlarging market) bagi komoditi komoditi Kabupaten

    Malang baik primer, sekunder maupun tersier.

    2.3. Bidang Sosial Budaya Daerah

    a. Kependudukan

    Menurut hasil registrasi Tahun 2004 terjadi pertumbuhan penduduk sebesar

    0,87% sehingga mencapai 2.284.352 jiwa, dengan komposisi 1.130.113 laki-laki

    dan 1.154.239 perempuan. Sampai dengan 30 Juni 2005 jumlah penduduk di

    Kabupaten Malang sebesar 2.420.419 jiwa dengan komposisi 1.214.340 laki-laki

    dan 1.206.079 perempuan. Kepadatan penduduk Kabupaten Malang antara tahun

  • 35

    2002 30 Juni 2005 berturut-turut adalah 639 jiwa/km2 ,644 jiwa/km2,

    650 jiwa/km2 dan 689 jiwa/km2.

    b. Kesejahteraan Sosial

    Indikator yang digunakan dalam menilai kesejahteraan sosial adalah Indeks

    Pembangunan Manusia (IPM). Komponen penyusun IPM mencakup tiga