rpjmd kab. malang 2006-2010
TRANSCRIPT
-
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Peraturan dan perundangan di era desentralisasi memperlihatkan komitmen
politik pemerintah untuk menata kembali dan meningkatkan sistem, mekanisme,
prosedur dan kualitas proses perencanaan dan penganggaran daerah. Ini dilakukan
dengan tujuan untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan daerah yang lebih
baik, demokratis, dan pembangunan daerah berkelanjutan.
Dalam peraturan dan perundangan baru penyusunan rencana dikehendaki
memadukan pendekatan teknokratis, demokratis, partisipatif, politis, bottom-up
dan top down process. Ini bermakna bahwa perencanaan daerah selain diharapkan
memenuhi kaidah penyusunan rencana yang sistematis, terpadu, transparan dan
akuntabel; konsisten dengan rencana lainnya yang relevan; juga kepemilikan rasa
(sense of ownership) menjadi aspek yang perlu diperhatikan. Keterlibatan
stakeholder dan legislatif dalam proses pengambilan keputusan perencanaan
menjadi sangat penting untuk memastikan rencana yang disusun mendapatkan
dukungan optimal bagi implementasinya.
Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah merupakan satu
dokumen rencana resmi daerah yang dipersyaratkan untuk mengarahkan
pembangunan daerah dalam jangka waktu 5 (lima) tahun ke depan masa pimpinan
Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih. Sebagai suatu dokumen rencana
yang penting sudah sepatutnya Pemerintah Daerah, DPRD, dan masyarakat
memberikan perhatian penting pada kualitas proses penyusunan dokumen RPJM
Daerah, dan tentunya diikuti dengan pemantauan, evaluasi, dan review berkala
atas implementasinya.
Karena dokumen RPJM Daerah sangat terkait dengan visi dan misi Kepala
Daerah Terpilih, maka kualitas penyusunan RPJM Daerah akan mencerminkan
sejauh mana kredibilitas Kepala Daerah Terpilih dalam memandu, mengarahkan,
dan memprogramkan perjalanan kepemimpinannya dan pembangunan daerahnya
dalam masa 5 (lima) tahun ke depan dan mempertanggungjawabkan hasilnya
kepada masyarakat pada akhir masa kepemimpinannya. RPJM Daerah menjawab
3 (tiga) pertanyaan dasar: 1) kemana daerah akan diarahkan pengembangannya
dan apa yang hendak dicapai dalam 5 (lima tahun) mendatang; 2) bagaimana
mencapainya dan; 3) langkah-langkah strategis apa yang perlu dilakukan agar
tujuan tercapai.
Dalam Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
telah ditetapkan proses pelaksanaan desentralisasi dimana Pemerintah Pusat
memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah untuk melakukan
LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR : 2009 TANGGAL : 2009
-
2
serangkaian proses, mekanisme dan tahapan perencanaan yang dapat menjamin
keselarasan pembangunan antar daerah tanpa mengurangi kewenangan yang
diberikan.
Untuk membangun kehidupan bernegara dengan tingkat keragaman
masyarakat dan karakteristik geografis yang beragam, pemerintah telah menyusun
Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) yang bersifat terpadu,
menyeluruh, sistematik yang tanggap terhadap perkembangan zaman sesuai
ketetapan dalam Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional. Dalam Pasal 1 dinyatakan bahwa Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional adalah satu kesatuan tata cara perencanaan
pembangunan untuk menghasilkan rencana-rencana pembangunan dalam jangka
panjang, menengah dan tahunan yang dilaksanakan oleh unsur penyelenggara
negara dan masyarakat di tingkat pusat dan daerah.
Berdasarkan ketentuan Pasal 5 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004
menyatakan bahwa RPJM Daerah merupakan merupakan penjabaran dari visi, misi,
dan program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada Rencana
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional,
memuat arah kebijakan keuangan daerah, strategi pernbangunan Daerah,
kebijakan umum, dan program Satuan Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja
Perangkat Daerah, dan program kewilayahan disertai dengan rencana-rencana
kerja dalam kerangka regulasi dan kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.
RPJM Daerah pada dasarnya adalah dokumen perencanaan strategis daerah
untuk periode 5 (lima) tahun ke depan yang sering disebut juga sebagai agenda
pembangunan karena menyatu dengan agenda pemerintah yang akan dilaksanakan
oleh Kepala Daerah selama menjadi pimpinan pemerintahan. Disamping itu,
penyusunan dokumen RPJM Daerah harus memperhatikan koridor dan arahan
pembangunan yang telah dijabarkan dalam dokumen RPJP Daerah.
Menurut Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional, dikatakan bahwa RPJM Daerah ditetapkan melalui
Peraturan Kepala Daerah, yang substansinya merupakan rencana kerja 5 (lima)
tahun yang akan dijadikan acuan bagi pemerintah daerah di dalam
penyelenggaraan pembangunan daerah, sesuai dengan penjabaran visi, misi dan
program prioritas dari kepala daerah terpilih dalam kurun waktu lima tahun.
Sementara itu, menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, RPJM Daerah
dapat ditetapkan dengan Peraturan Daerah, apabila substansi RPJM Daerah terkait
dengan pendanaan penyelenggaraan pembangunan daerah khususnya yang terkait
dengan sumber pendanaan APBD, yang harus dipertanggung-jawabkan oleh Kepala
Daerah kepada lembaga legislatif daerah (DPRD). Sehingga kepastian mengenai
legal aspect dari dokumen RPJM Daerah tergantung pada substansinya dan
kesepakatan antara Pemerintah Daerah dengan DPRD.
-
3
Kabupaten Malang yang telah menyelesaikan proses pemilihan Bupati untuk
periode 2006-2010. Dokumen RPJM Daerah ini disusun guna menjabarkan visi dan
misi serta program Kepala Daerah terpilih sesuai dengan janji-janjinya di masa
kampanye berdasarkan isu dan permasalahan strategis dan potensi Kabupaten
Malang untuk kurun waktu lima tahun mendatang. Dalam rangka tetap menjaga
sinkronisasi Perencanaan antar level pemerintahan dalam jangka menengah baik
dalam hal program pembangunan di daerah, provinsi, maupun pusat, maka RPJM
Daerah Kabupaten Malang disusun dengan berpedoman pada RPJP Daerah
Kabupaten Malang dan memperhatikan RPJM Nasional Tahun 20042009 dan RPJM
Provinsi Jawa Timur Tahun 2006 2008 yang telah ditetapkan lebih dahulu.
Selanjutnya dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah
(RPJM) Daerah Kabupaten Malang Tahun 2006-2010 ini juga memperhatikan
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan
Daerah. Bab III bagian ketiga paragraf empat pasal 15 ayat 2, disebutkan bahwa
Peraturan Daerah tentang RPJMD ditetapkan paling lama 6 (enam bulan) setelah
Kepala Daerah dilantik.
Guna terselenggaranya kepemerintahan yang baik (good governance) di
Kabupaten Malang yang merupakan prasyarat bagi setiap pemerintah untuk
mewujudkan program pembangunan, aspirasi masyarakat guna mencapai tujuan
serta cita-cita bangsa dan negara maka diperlukan penerapan dan pengembangan
sistem pertanggungjawaban yang tepat, jelas, dan nyata, sehingga
penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan dapat berlangsung
secara berdayaguna, bersih, berkesinambungan, dan akuntabel.
1.2.Maksud dan Tujuan
Maksud penyusunan RPJM Daerah Kabupaten Malang Tahun 2006-2010 adalah:
1) Untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan,
penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan pada setiap tahun anggaran
selama 5 (lima) tahun yang akan datang.
2) Memberikan arah pembangunan dalam jangka lima tahun ke depan.
3) Untuk menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi antar pelaku
pembangunan di Kabupaten Malang.
4) Untuk menjamin tercapainya penggunaan sumberdaya secara efektif, efisien,
berkeadilan dan berkelanjutan.
5) Menciptakan sinergitas pelaksanaan pembangunan daerah antar wilayah, antar
sektor pembangunan dan antar tingkat pemerintah.
6) Memberikan indikator untuk melakukan evaluasi kinerja pembangunan daerah.
7) Sebagai dasar komitmen bersama antara eksekutif, legislatif dan pemangku
kepentingan pembangunan terhadap program-program pembangunan daerah
-
4
yang akan dilaksanakan kurun waktu lima tahun dalam rangka pencapaian visi
misi daerah.
Sedangkan tujuan penyusunan RPJM Daerah Kabupaten Malang Tahun 2006-
2010 ini adalah :
1) Tersedianya dokumen perencanaan daerah jangka menengah yang
merupakan penjabaran visi-misi dan program Bupati Malang untuk
mewujudkan keadaan yang diinginkan dalam periode 5 (lima) tahun
mendatang.
2) Dalam rangka menjamin keberlanjutan pembangunan jangka panjang
(sustainibility development) sehingga secara bertahap dapat mewujudkan
cita-cita masyarakat Kabupaten Malang.
3) Dijadikan sebagai pedoman atau acuan dalam menetapkan arah kebijakan
pembangunan dan strategi pembangunan daerah dalam kurun waktu 5
(lima) tahun mendatang.
4) Menjadi pedoman dalam penyusunan Rencana Kerja Pemerintah (RKP)
Daerah dan Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra
SKPD) bagi unit satuan kerja dibawah lingkungan Pemerintah Kabupaten
Malang.
1.3. Landasan Hukum.
Dalam penyusunan RPJM Daerah ini, sejumlah peraturan telah digunakan sebagai
rujukan, yaitu:
Landasan idiil Pancasila.
Landasan konstitusional Undang-Undang Dasar (UUD) 1945.
Landasan operasional:
1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1950 tentang Pembentukan Daerah-
Daerah Kabupaten dalam Lingkungan Provinsi Jawa Timur;
2) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
3) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
4) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004
Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
5) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
-
5
6) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4438);
7) Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan
dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal;
8) Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2005 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2004 2009;
9) Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat
Daerah;
10) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintah, Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan
Pemerintahan Kabupaten/Kota;
11) Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pemindahan Ibukota
Kabupaten Malang dari wilayah Kota Malang ke wilayah Kecamatan
Kepanjen Kabupaten Malang (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4827);
12) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Peraturan Tahapan,
Tata Cara Penyusunan Pengendalian Evaluasi Pelaksanaan Rencana
Pembangunan Daerah;
13) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;
14) Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 11 Tahun 2003 tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Malang (Lembaran Daerah
Kabupaten Malang Tahun 2003 Nomor 1/E);
15) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 8 Tahun 2005, tentang RPJM
Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2006 2008;
16) Peraturan Daerah Kabupaten Malang Nomor 6 Tahun 2008 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Kabupaten Malang.
1.4. Prinsip Dasar Menata Pembangunan Kabupaten Malang 2006-2010
Proses perencanaan pembangunan yang tertuang dalam RPJM Daerah
Kabupaten Malang ditempuh melalui mekanisme koordinasi/musyawarah secara
bertahap dan berkesinambungan serta selalu mempunyai keterkaitan antara satu
bidang dengan bidang lainnya dan antara satu tahapan dengan tahapan berikutnya
yang sifatnya lima tahunan. Koordinasi perencanaan pembangunan tersebut
diselenggarakan dalam berbagai dimensi, yaitu , lintas sektor, lintas daerah, lintas
lembaga dan lintas sumber pembiayaan.
Sesuai dengan paradigma pembangunan baru dengan azas desentralisasi dan
otonomi daerah, maka Pemerintah Kabupaten Malang mengembangkan pola
-
6
komunikasi proaktif dan intens antara satu dengan lainnya, namun masing-masing
pihak menjalankan peran dan fungsi tanpa ada tumpang tindih satu sama lainnya.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem
Perencanaan Pembangunan Nasional, proses perencanaan pembangunan yang
dianut mencakup lima pendekatan dalam seluruh rangkaian perencanaan.
Pendekatan yang dimaksud adalah pendekatan politik, pendekatan teknokratik,
pendekatan partisipatif, pendekatan atas-bawah (top-down) dan pendekatan
bawah-atas (bottom-up).
Pendekatan politik memandang bahwa pemilihan Bupati adalah proses
penyusunan rencana, karena rakyat menentukan pilihannya berdasarkan program-
program pembangunan yang ditawarkan masing-masing calon Bupati. Oleh karena
itu, rencana pembangunan adalah penjabaran agenda-agenda pembangunan yang
ditawarkan Bupati terpilih pada saat kampanye ke dalam rencana pembangunan
jangka menengah.
Perencanaan dengan pendekatan teknokratik dilaksanakan dengan
menggunakan metoda dan kerangka berpikir ilmiah oleh lembaga atau satuan kerja
yang secara fungsional bertugas untuk itu. Perencanaan dengan pendekatan
partisipatif dilaksanakan dengan melibatkan semua pihak yang berkepentingan
(stakeholders) terhadap pembangunan. Keterlibatan mereka adalah untuk
mendapatkan aspirasi dan menciptakan rasa memiliki. Sedangkan pendekatan atas-
bawah (top down) dan bawah-atas (bottom up) dalam perencanaan dilaksanakan
menurut jenjang pemerintahan. Rencana hasil proses atas-bawah (top down) dan
bawah atas (bottom up) diselaraskan melalui musyawarah yang dilaksanakan baik
di tingkat kabupaten, kecamatan dan desa.
Perencanaan pembangunan meliputi empat tahapan,yaitu: a) penyusunan
rencana, b) penetapan rencana, c) pengendalian pelaksanaan rencana dan
d) evaluasi pelaksanaan rencana. Empat tahapan tersebut diselanggarakan secara
berkelanjutan, sehingga secara keseluruhan membentuk satu siklus perencanaan
yang utuh.
Tahap penyusunan rencana dilaksanakan untuk menghasilkan rancangan
lengkap suatu rencana yang siap untuk ditetapkan yang terdiri dari 4 (empat)
langkah. Pertama, penyiapan rancangan rencana pembangunan yang bersifat
teknokratik, menyeluruh dan terukur. Kedua, masing-masing instansi pemerintah
menyiapkan rancangan rencana kerja dengan berpedoman pada rancangan rencana
pembangunan yang telah disiapkan. Ketiga, menjaring aspirasi semua pihak yang
berkepentingan (stakeholders) dan menyelaraskan rencana pembangunan yang
dihasilkan oleh masing-masing jenjang pemerintahan melalui musyawarah
perencanaan pembangunan. Keempat, penyusunan rancangan akhir rencana
pembangunan.
-
7
Kabupaten Malang, mempunyai corak pertumbuhan ekonomi yang berbeda
dengan daerah lain. Oleh sebab itu, perencanaan pembangunan ekonomi di
Kabupaten Malang perlu mengenali karakter ekonomi, sosial dan fisik daerah itu
sendiri, termasuk interaksinya dengan daerah lain. Selain itu, dalam menyusun
strategi pembangunan ekonomi daerah, baik jangka pendek maupun jangka
panjang, pemahaman mengenai teori pertumbuhan eknomi wilayah yang
dirangkum dari kajian terhadap pola-pola pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Malang, merupakan satu faktor yang menentukan kualitas rencana pembangunan
ekonomi daerah tersebut.
Perekonomian daerah yang akan dikembangkan dalam Tahun 2006-2010
sebagai kelanjutan dari kebijakan sebelumnya yaitu perekonomian yang mengarah
kepada percepatan peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan memberi
kesempatan yang luas untuk tumbuh dan berkembangnya ekonomi lokal
kerakyatan bersama-sama dengan pelaku bisnis lainnya.
Keinginan kuat Pemerintah Kabupaten Malang untuk mewujudkan strategi
pengembangan ekonomi daerah dapat membuat masyarakat ikut serta membentuk
struktur ekonomi yang dicita-citakan. Dengan pembangunan ekonomi yang
terencana, diharapkan bahwa pembayar pajak dan penanam modal dapat tertarik
untuk menanamkan investasi sehingga meningkatkan ekonomi. Kebijakan pertanian
yang mantap di Kabupaten Malang diharapkan akan membuat pengusaha dapat
melihat adanya peluang untuk meningkatkan produksi pertanian, pemenuhan
kebutuhan pangan dan perluasan ekspor. Demikian pula dengan peningkatan
efisiensi pola kerja pemerintahan dalam pembangunan, sebagai bagian dari
perencanaan pembangunan, pengusaha dapat mengantisipasi bahwa pajak dan
retribusi tidak dinaikkan, sehingga tersedia lebih banyak modal bagi pembangunan
ekonomi tahun mendatang.
Pembangunan ekonomi Kabupaten Malang harus dapat memberikan solusi
terhadap isu-isu ekonomi lokal yang dihadapi, dan perlu mengkoreksi kebijakan
yang keliru. Dengan demikian, pembangunan ekonomi di kabupaten ini menjadi
bagian pembangunan daerah secara menyeluruh.
Dari uraian di atas maka dapat dirumuskan dua prinsip dasar pengembangan
ekonomi Kabupaten Malang yang perlu diperhatikan adalah: 1) mengenali karakter
ekonomi wilayah, dan 2) merumuskan manajemen pembangunan daerah dengan
prinsip kerakyatan yang pro bisnis.
1) Mengenali Karakter Ekonomi Wilayah.
Isu-isu utama yang perlu dikenali dalam kerangka pengenalan perkembangan
ekonomi wilayah di Kabupaten Malang, antara lain adalah:
a) Perkembangan penduduk dan urbanisasi, pertumbuhan penduduk
merupakan salah satu variabel pertumbuhan ekonomi, yang mampu
-
8
menyebabkan suatu wilayah berubah cepat dari desa pertanian menjadi
agropolitan dan selanjutnya menjadi kota besar.
b) Dominasi sektor pertanian lebih dikembangkan dengan upaya
pengembangan sektor agribisnis yang mampu mengangkat dan
mempromosikan agroindustri di wilayah tertinggal.
c) Sektor pariwisata, memberikan dukungan ekonomi yang kuat terhadap
suatu wilayah. Industri ini dapat menghasilkan pendapatan besar bagi
ekonomi lokal. Kekayaan/keindahan alam dan budaya dapat menjadi daya
tarik wilayah, dan kemudian berlanjut menarik turis dan penduduk ke
wilayah tersebut.
d) Kualitas lingkungan, persepsi atas suatu wilayah apakah memiliki kualitas
hidup yang baik, merupakan hal penting bagi dunia usaha untuk melakukan
investasi. Investasi pemerintahan daerah dalam meningkatkan kualitas
hidup masyarakat sangat penting untuk mempertahankan daya saing,
keterkaitan wilayah dan aglomerasi, kemampuan wilayah untuk
mengefisienkan pergerakan orang, barang dan jasa adalah komponen
pembangunan ekonomi yang penting. Suatu wilayah perlu memiliki akses
transportasi menuju pasar serta mobilitas pasar secara lancar.
2) Manajemen Pembangunan Dengan Prinsip Kerakyatan Yang Pro Bisnis.
Pemerintah Kabupaten Malang dan pelaku bisnis (pengusaha) diperkirakan
merupakan dua kelompok yang paling berpengaruh dalam menentukan corak
pertumbuhan ekonomi daerah. Dalam hal ini, Pemerintah Kabupaten Malang
mempunyai kelebihan dalam satu hal dan keterbatasan dalam hal lain,
demikian juga pengusaha. Sinergi antara keduanya untuk merencanakan
bagaimana ekonomi Kabupaten Malang diarahkan, perlu menjadi pemahaman
bersama.
Pemerintah Kabupaten Malang mempunyai tugas/kewajiban menerbitkan
berbagai peraturan, menyediakan berbagai sarana dan menciptakan peluang,
serta membentuk wawasan orang banyak. Oleh karena itu, Pemerintah
Kabupaten Malang perlu banyak memahami tentang proses kegiatan ekonomi
yang sebenarnya berlangsung. Disinilah perlunya dikembangkan prinsip-prinsip
manajemen pembangunan pro-bisnis yang antara lain, meliputi :
a) menyediakan informasi kepada pengusaha kecil dan menengah.
b) memberikan kepastian dan kejelasan kebijakan.
c) mendorong sektor jasa dan perdagangan.
d) meningkatkan daya saing pengusaha daerah, dan
e) membentuk ruang yang mendorong kegiatan ekonomi kerakyatan.
Sedangkan beberapa komponen pokok yang diupayakan untuk percepatan ekonomi
lokal yang menjadi pertimbangan di Kabupaten Malang adalah:
-
9
1) Membangun Daya Tarik.
Membangun daya tarik yang dimaksud antara lain meliputi: penyehatan iklim
investasi dan dinamisasi ekonomi daerah. Hal ini merupakan salah satu upaya
menciptakan kondisi yang kondusif terutama untuk menarik investasi baik
investasi domestik (selain investasi lainnya) guna menciptakan pertumbuhan
ekonomi dan kesejahteraan masyarakat daerah.
Ada beberapa faktor penyehatan iklim investasi yang perlu menjadi perhatian
utama, yaitu:
a) faktor biaya yang terkait dengan sistem perizinan dan perpajakan yang
transparan dan efisien.
b) tersedianya infrastruktur (transportasi, telekomunikasi, energi dan air) yang
efisien dan cukup.
c) tenaga kerja lokal yang cukup kompetitif.
d) citra dan persepsi budaya good governance.
Sedangkan faktor dinamisme ekonomi dapat dilihat dari beberapa kriteria
yaitu:
a) potensi, struktur ekonomi, stabilitas makro ekonomi dan dinamika sosial
politik yang kondusif.
b) tranparansi, stabilitas dan prediktibilitas kebijakan.
c) institusi yang efektif memberikan kepastian hak kepemilikan dan kontrak.
d) menemukan serta mempromosikan citra komoditi dan produk unggulan
daerah.
2) Membangun Daya Tahan.
Daya tahan ekonomi merupakan kemampuan menyesuaikan diri serta
memulihkan diri sektor ekonomi dari tekanan-tekanan faktor ekonomi maupun
non ekonomi. Dalam lingkungan yang senantiasa berubah dimana peluang dan
resiko dapat muncul setiap saat, setiap unit ekonomi baik rumah tangga,
perusahaan, maupun daerah, perlu mempersiapkan diri. Hal yang perlu
dilakukan adalah upaya untuk diversifikasi usaha dan transformasi produk
serta pengembangan kewirausahaan.
3) Membangun Daya Saing.
Konsep regional manajemen adalah mengintegrasikan wilayah administrasi
menjadi wilayah ekonomi dalam suatu wadah kerjasama antar daerah di
bidang kebijakan ekonomi, komunikasi informasi, serta kerjama pemasaran.
Sejalan dengan dua strategi di atas, maka kegiatan yang dapat dilakukan
untuk membangun daya saing ekonomi Kabupaten Malang, antara lain adalah
dengan cara mendukung peningkatan produktivitas, efisiensi dan
keberlanjutan, mendukung keberlanjutan inovasi produk unggulan serta
membangun kemitraan regional.
-
10
1.5. Hubungan antara RPJM Daerah Kabupaten Malang dengan Dokumen Perencanaan
Lainnya.
1) RPJM Nasional.
RPJM Nasional merupakan starategi pokok yang dijabarkan dalam Agenda
Pembangunan Nasional yang memuat sasaran-sasaran pokok yang harus dicapai,
arah kebijakan dan program-program pembangunan. Adapun agenda
pembangunan nasional Tahun 2004 2009 yaitu :
a) Mewujudkan Indonesia yang Aman dan Damai.
Memiliki tiga buah sasaran. Sasaran pertama adalah meningkatnya rasa
aman dan damai dengan prioritas : 1) peningkatan rasa saling percaya dan
harmonisasi antar kelompok masyarakat, 2) Pengembangan kebudayaan yang
berlandaskan pada nilai-nilai luhur, dan 3) Peningkatan keamanan,
ketertiban, dan penanggulangan kriminalitas. Sasaran kedua adalah semakin
kokohnya NKRI dengan prioritas : 1) Pencegahan dan penanggulangan
separatisme, 2) Pencegahan dan penanggulangan gerakan terorisme, dan 3)
Peningkatan kemampuan pertahanan negara. Sasaran ketiga adalah semakin
berperannya Indonesia dalam menciptakan perdamaian dunia, dengan
prioritas pemantapan politik Luar Negeri dan peningkatan kerja sama
internasional.
b) Mewujudkan Indonesia yang Adil dan Demokratis.
Agenda mewujudkan Indonesia yang adil dan demokratis diarahkan untuk
mencapai 5 (lima) sasaran pokok dengan prioritas pembangunan nasional
sebagai berikut : Sasaran pertama adalah meningkatnya keadilan dan
penegakan hukum dengan prioritas : 1) Pembenahan system hokum nasional
dan politik hokum, 2) Penghapusan diskriminasi dalam berbagai bentuk, dan 3)
Penghormatan, pemenuhan, dan penegakan atas hukum dan pengakuan atas
hak asasi manusia. Sasaran kedua adalah terjaminnya keadilan gender,
dengan prioritas: peningkatan kualitas kehidupan dan peran perempuan serta
kesejahteraan dan perlindungan anak. Sasaran ketiga adalah meningkatnya
pelayanan kepada masyarakat dengan menyelenggarakan otonomi daerah dan
kepemerintahan daerah yang baik, dengan prioritas: revitalisasi proses
desentralisasi dan otonomi daerah. Sasaran keempat adalah meningkatnya
pelayanan birokrasi kepada masyarakat dengan prioritas: penciptaan tata
pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Sasaran kelima adalah
terlaksananya Pemilihan Umum Tahun 2009 dengan prioritas: perwujudan
lembaga demokrasi yang makin kokoh.
c) Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat.
Agenda meningkatkan kesejahteraan masyarakat memiliki lima sasaran.
Sasaran pertama adalah menurunnya jumlah penduduk miskin menjadi 8,2%
pada tahun 2009, serta terciptanya lapangan kerja yang mampu mengurangi
-
11
pengangguran terbuka menjadi 5,1% pada tahun 2009 dengan didukung oleh
stabilitas ekonomi yang tetap terjaga, dengan prioritas: 1) Penanggulangan
kemiskinan, 2) Peningkatan investasi dan ekspor non migas, 3) Peningkatan
daya saing industry manufaktur, 4) Revitalisasi pertanian, 5) Pemberdayaan
koperasi dan usaha mikro, kecil, dan menengah, 6) Peningkatan pengelolaan
BUMN, 7) Peningkatan kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi, 8)
Perbaikan iklim ketenagakerjaan, dan 9) Pemantapan stabilitas ekonomi
makro. Sasaran kedua adalah berkurangnya kesenjangan antar wilayah,
dengan prioritas: 1) Pembangunan pedesaan, dan 2) Pengurangan ketimpangan
pembangunan wilayah. Sasaran ketiga adalah meningkatnya kualitas manusia
yang secara menyeluruh, dengan prioritas: 1). Peningkatan akses masyarakat
terhadap pendidikan yang berkualitas, 2) Peningkatan akses masyarakat
terhadap layanan kesehatan yang lebih berkualitas, 3) Peningkatan
perlindungan dan kesejahteraan social, 4) Pembangunan kependudukan, dan
keluarga kecil berkualitas serta pemuda dan olahraga, 5) Peningkatan kualitas
kehidupan beragama. Sasaran keempat adalah membaiknya mutu lingkungan
hidup dan pengelolaan sumberdaya alam yang mengarah pada
pengarusutamaan (mainstreaming) prinsip pembangunan berkelanjutan di
seluruh sektor dan bidang pembangunan, dengan prioritas: perbaikan
Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Pelestarian Mutu Lingkungan Hidup.
Sasaran kelima adalah membaiknya infrastruktur yang ditunjukkan oleh
meningkatnya kuantitas dan kualitas berbagai sarana penunjang
pembangunan, dengan prioritas: percepatan pembangunan infrastruktur,
peningkatan aksesibilitas ke jasa pelayanan dan peningkatan kapasitas,
kualitas, dan jangkauan pelayanan.
2) RPJM Daerah Provinsi Jawa Timur.
Dalam RPJM Daerah Provinsi terdapat 7 (tujuh) agenda pokok, yaitu Peningkatan
kesalehan sosial beragama, Peningkatan aksesibilitas kualitas pendidikan dan
kesehatan; Penanggulangan kemiskinan, pengurangan kesenjangan, perbaikan iklim
ketenagakerjaan dan memacu kewirausahaan; Percepatan pertumbuhan ekonomi
yang berkualitas dan pembangunan infrastruktur; Optimalisasi pengelolaan sumber
daya alam, dan pelestarian fungsi lingkungan hidup; Peningkatan ketentraman dan
ketertiban, supremasi hukum dan HAM; serta Revitalisasi proses desentralisasi dan
otonomi daerah melalui reformasi birokrasi dan peningkatan pelayanan publik.
Penjabaran untuk ketujuh agenda tersebut adalah sebagai berikut :
a. Peningkatan kesalehan sosial beragama.
Pembangunan agama merupakan upaya mewujudkan agenda meningkatkan
kesejahteraan rakyat melalui peningkatan kualitas pelayanan dan pemahaman
agama serta kehidupan beragama. Selain itu, pembangunan agama juga
-
12
mencakup dimensi peningkatan kerukunan hidup umat beragama, yang
mendukung peningkatan saling percaya dan harmonisasi antar kelompok
masyarakat. Dimensi kerukunan ini sangat penting dalam rangka
membangun masyarakat yang memiliki kesadaran mengenai realitas
multikulturalisme dan memahami makna kemajemukan sosial, sehingga
tercipta suasana kehidupan masyarakat yang penuh toleransi, tenggang
rasa, dan harmonis. Melalui pembinaan kerukunan hidup umat beragama,
agenda menciptakan Jawa Timur yang aman dan damai dapat diwujudkan.
Arah kebijakan peningkatan kualitas kehidupan beragama dijabarkan ke
dalam program-program pembangunan sebagai berikut : Program Peningkatan
Pendidikan Agama dan Program Peningkatan Kerukunan Umat Beragama.
b) Peningkatan aksesibilitas kualitas pendidikan dan kesehatan.
Dalam rangka untuk meningkatkan akses terhadap kualitas pendidikan dan
kesehatan di Jawa Timur, maka prioritas pembangunan diletakkan pada:
Peningkatan Akses Masyarakat Terhadap Pendidikan dan Peningkatan Akses
Masyarakat Terhadap Pelayanan Kesehatan yang Berkualitas. Berdasarkan
sasaran dan arah kebijakan, langkah-langkah yang akan ditempuh dan
dijabarkan ke dalam program-program pembangunan dan kegiatan-kegiatan
pokok sebagai berikut :
Pendidikan : Program Pendidikan Pra Sekolah (Usia Dini Tk), Program
Pendidikan Dasar, Program Pendidikan Menengah, Program Pendidikan
Luar Sekolah.
Kesehatan : Program upaya kesehatan masyarakat, Program upaya
kesehatan perorangan, Program perbaikan Gizi Masyarakat, Program obat
dan perbekalan kesehatan, program pencegahan dan pemberantasan
penyakit serta program lingkungan sehat.
c) Perbaikan iklim ketenagakerjaan dan memacu kewirausahaan.
Dalam rangka Penanggulangan Kemiskinan, Pengangguran, Perbaikan Iklim
Ketenagakerjaan dan Memacu Kewirausahaan di Jawa Timur, maka prioritas
pembangunan diletakkan pada : Program Penanggulangan Kemiskinan,
Program Pengembangan Infrastruktur Perdesaan Bagi Masyarakat Miskin,
Program Pembangunan Daerah Tertinggal, Program Pengembangan Kawasan
Miskin Perkotaan, Program Pemenuhan Pelayanan Dasar dan Jaminan Sosial
bagi Masyarakat Miskin, Program Pengembangan Usaha Ekonomi Produktif bagi
Masyarakat Miskin, Program Pemeliharaan dan Perluasan Kesempatan Kerja
bagi Masyarakat Miskin.
d) Percepatan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan pembangunan
infrastruktur.
Dalam rangka percepatan pertumbuhan ekonomi yang berkualitas,
-
13
berkelanjutan dan pembangunan infrastruktur, maka prioritas
pembangunan diletakkan pada : Peningkatan Investasi, Perdagangan dan
Pariwisata, Program Peningkatan dan Pengembangan Ekspor, Program
Peningkatan Daya Saing, serta Program Peningkatan Efisiensi Perdagangan
Dalam Negeri.
e) Optimalisasi pengelolaan sumber daya alam, dan pelestarian fungsi lingkungan
hidup dan penataan ruang.
Dalam rangka mewujudkan Peningkatan Sumber Daya Alam, Pelestarian
Lingkungan Hidup dan Penataan Ruang prioritas pembangunan pada:
Perbaikan Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Pelestarian Fungsi Lingkungan
Hidup serta Penataan Ruang, Program Perlindungan dan Konservasi Sumber
Daya Alam, Program Rehabilitasi dan Pemulihan Sumber Daya Alam, Program
Pengembangan Kapasitas Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Hidup, dan Program Penataan Ruang.
f) Peningkatan ketentraman dan ketertiban, supremasi hukum dan HAM.
Dalam rangka mewujudkan Ketentraman dan Ketertiban, Supremasi
Hukum Dan HAM, prioritas pembangunan diletakkan pada : Peningkatan Rasa
Saling Percaya dan Harmonisasi Antar Kelompok, Pengembangan Kebudayaan
Yang Berlandaskan Pada Nilai-nilai Luhur, Peningkatan Keamanan,
Ketentraman dan Penanggulangan Kriminalitas, serta Pengembangan Hukum
dan Hak Asasi Manusia.
g) Revitalisasi Proses Desentralisasi dan Otonomi Daerah melalui Reformasi
birokrasi dan peningkatan pelayanan publik.
Terkait dengan Revitalisasi proses Desentralisasi dan Otonomi Daerah, maka
prioritas pembangunan diletakkan pada Revitalisasi Proses Desentralisasi dan
Otonomi Daerah, Penciptaan Tata Pemerintahan Yang Bersih dan
Bertanggung Jawab.
3) RTRW Provinsi Jawa Timur
Rencana Tata Ruang Wilayah pada dasarnya merupakan arahan kebijakan
pembangunan daerah berwawasan tata ruang wilayah yang digunakan untuk
pedoman pemanfaatan dan pengendalian ruang. Rencana Tata Ruang Wilayah
Provinsi mempunyai fungsi sebagai pengendali pemanfaatan ruang wilayah
kabupaten/kota dan menyelaraskan keseimbangan perkembangan antar wilayah,
sehingga pertumbuhan wilayah di Provinsi Jawa Timur bisa tumbuh bersama-sama
antar wilayah sesuai dengan potensi sumberdaya yang dimilikinya.
Materi yang diatur dalam rencana tata ruang ini adalah terkait dengan pokok-pokok
arahan Perencanaan, Pemanfaatan dan Pengendalian Pemanfaatan Ruang.
Berdasarkan RTRW Provinsi ini maka berbagai program pembangunan baik ditingkat
-
14
provinsi maupun kabupaten/kota di Jawa Timur harus dilakukan secara bersinergi
dan saling menunjang sesuai dengan program dan prioritas pembangunan daerah.
Arahan Pengembangan Pemanfaatan Ruang Wilayah Provinsi Jawa Timur yang
cukup terkait dengan Kabupaten Malang adalah : Struktur Pemanfaatan Ruang
Wilayah. Struktur pemanfataan ruang wilayah menggambarkan rencana sistem
pusat pelayanan permukiman perdesaan dan perkotaan serta sistem perwilayahan
di Provinsi Jawa Timur. Rencana Struktur pemanfaatan ruang wilayah adalah
membentuk sistem pelayanan yang berhirarki di seluruh wilayah Jawa Timur
sehingga terjadi pemerataan pelayanan, mendorong pertumbuhan wilayah Jawa
Timur sehingga terjadi pemerataan pelayanan, mendorong pertumbuhan wilayah di
perdesaan dan perkotaan.
Perwilayahan Jawa Timur direncanakan dalam Satuan Wilayah Pengembangan
(SWP) dengan kedalaman penataan struktur pusat permukiman perkotaan.
Perwilayahan Jawa Timur dibagi dalam 9 SWP yaitu :1) SWP Gerbangkertosusila
Plus, 2) SWP Malang Raya, 3) SWP Madiun dan sekitarnya, 4) SWP Kediri dan
sekitarnya, 5) SWP Probolinggo, Lumajang, 6) SWP Blitar, 7) SWP Jember, 8) SWP
Banyuwangi, 9) SWP Madura dan Kepulauan.
Sedangkan kedudukan Kabupaten Malang di dalam orde-orde perkotaan di Provinsi
Jawa Timur adalah sebagai berikut: Di dalam orde perkotaan ini, Kabupaten
Malang termasuk dalam Orde IIB yang memiliki fungsi utama sebagai penunjang
sistem metropolitan dan sebagai pusat pertumbuhan wilayah.
Kabupaten Malang termasuk dalam SWP Malang Raya yang terdiri dari Kota Malang,
Kota Batu dan Kabupaten Malang dengan pusat pelayanan di Kota Malang. Fungsi
SWP Malang Raya adalah kawasan pertanian tanaman pangan, hortikultura,
perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan, agroindustri, agro-ekowisata,
sumberdaya energi, pariwisata, pendidikan, kesehatan. Sedangkan fungsi pusat
pengembangan adalah pusat pemerintahan, industri, perdagangan, jasa,
kesehatan, pariwisata.
Pola ruang wilayah Kabupaten Malang terhadap wilayah sekitarnya dalam kerangka
konstelasi regional telah diatur dan ditetapkan dalam RTRW Provinsi Jawa Timur.
Beberapa kebijakan arahan pemanfaatan ruang yang perlu diperhatikan antara lain
sebagai berikut:
a) Kawasan Lindung.
Dalam RTRW Provinsi Jawa Timur telah diatur terkait dengan kawasan lindung.
Kawasan lindung di Provinsi Jawa Timur terdiri dari kawasan suaka alam,
kawasan pelestarian alam, kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan,
kawasan perlindungan bawahan, kawasan perlindungan setempat dan kawasan
rawan bencana alam.
Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dengan luas 50.276,20 Ha dengan
lokasi mencakup wilayah Kabupaten Malang, Pasuruan, Probolinggo dan
-
15
Lumajang. Taman Nasional ini memiliki fungsi sebagai taman nasional yang
dikelola perhutani sebagai daerah tujuan wisata andalan Provinsi Jawa
Timur.
Kawasan Perlindungan setempat sempadan pantai terdiri atas
perlindungan hutan bakau (mangrove) yaitu pada Pantai Sipelot dan Pantai
Tamban.
Kawasan Perlindungan setempat-sempadan sungai dan waduk yaitu pada
Sungai Brantas.
Kawasan suaka alam dan cagar budaya yang meliputi kawasan pengungsian
satwa di Pulau Sempu dan kawasan Taman Nasional Bromo-Tengger-
Semeru. Kawasan cagar alam dan hutan wisata yang terdapat di Pulau
Sempu, wanawisata Coban Rondo, Coban Pelangi dan Coban Glotak dan
kawasan suaka marga satwa yang terdapat di Pulau Sempu.
Kawasan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Hutan Wisata
Alam terdapat di Hutan Raya R. Soeryo, Coban Rondo di Kecamatan Pujon,
Coban Glotak di Kecamatan Wagir, dan Coban Jahe di Kecamatan Jabung.
Kawasan rawan bencana, arahan penanganan diarahkan pada daerah rawan
longsor, daerah rawan banjir, dan daerah rawan tsunami.
b) Kawasan Budidaya
Tanaman pangan : padi di Kepanjen dan Pagelaran.
Hortikultura : Poncokusumo, Pujon, Ngantang, dan Kasembon.
Perkebunan : Cengkeh di Pujon, Kopi Arabika di Ampelgading, Tembakau di
Gondanglegi.
Peternakan : Sapi perah di Pujon, Kambing di Ampelgading, Kuda di
Tajinan.
Perikanan : Perikanan darat (tambak udang) dan perikanan laut (tuna,
kerapu, benggol) di Sumbermanjing Wetan
4) RTRW Kabupaten Malang.
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang,
kedudukan rencana tata ruang dirumuskan secara berjenjang mulai dari tingkat
yang sangat umum sampai dengan tingkat yang sangat rinci. Mengingat rencana
tata ruang merupakan matra keruangan dari rencana pembangunan daerah dan
bagian dari pembangunan nasional, ketiga tingkatan (RTRW Nasional, RTRW
Provinsi dan RTRW Kabupaten) mempunyai hubungan keterkaitan satu sama lain
serta dijaga konsistensinya baik dari segi substansi maupun operasionalnya.
Fungsi RTRW Kabupaten menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang, meliputi :
a) Sebagai matra keruangan dari pembangunan daerah.
-
16
b) Sebagai dasar kebijakan pokok pemanfaatan ruang di wilayah kabupaten.
c) Sebagai alat untuk mewujudkan keseimbangan perkembangan antar wilayah
kabupaten dan antar kawasan serta keserasian antar sektor.
d) Sebagai alat untuk mengalokasikan investasi yang dilakukan oleh pemerintah,
masyarakat dan swasta.
e) Sebagai pedoman untuk penyusunan rencana rinci tata ruang kawasan.
f) Sebagai dasar pengendalian pemanfaatan ruang.
g) Sebagai dasar dasar pemberian ijin lokasi pembangunan skala besar.
5) Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Kabupaten Malang.
RPJP Daerah Kabupaten Malang Tahun 2005-2025 menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dalam penyusunan RPJM Daerah yang merupakan tahapan selama
periode lima tahunan. Untuk mencapai sasaran pokok secara bertahap
sebagaimana dimaksud diatas, pembangunan jangka panjang membutuhkan
tahapan dan skala prioritas yang akan menjadi agenda dalam RPJM Daerah.
Tahapan dan skala prioritas yang ditetapkan mencerminkan urgensi permasalahan
yang hendak diselesaikan tanpa mengabaikan permasalahan lainnya. Oleh karena
itu tekanan skala prioritas dalam setiap tahapan berbeda-beda, tetapi semua harus
berkesinambungan dari periode ke periode berikutnya dalam rangka mewujudkan
sasaran pokok pembangunan jangka panjang. Setiap sasaran pokok dalam 6 (enam)
misi pembangunan jangka panjang dapat ditetapkan prioritasnya dalam masing-
masing tahapan. Prioritas masing-masing misi dapat dijabarkan menjadi prioritas
utama. Prioritas utama menggambarkan makna strategis dan urgensi
permasalahan. Atas dasar pemikiran tersebut tahapan skala prioritas utama dalam
Tahapan Pembangunan I (2006 - 2010) diarahkan pada sasaran sebagai berikut:
a) Meningkatkan kesadaran dan ketaatan hukum masyarakat dengan
mengembangkan sistem informasi hukum;
b) Meningkatkan profesionalisme aparatur pemerintahan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan publik;
c) Mengembangkan perekonomian berbasis pertanian, pertambangan, kelautan,
industri, perdagangan dan pariwisata yang didukung infrastruktur yang
memadai;
d) Mengembangkan sistem pengamanan, perbaikan dan pelestarian lingkungan
hidup;
e) Mengurangi kemiskinan, pengangguran dan perbaikan iklim ketenagakerjaan;
f) Meningkatkan kualitas pendidikan dan kesehatan;
g) Mengendalikan laju pertumbuhan penduduk, meningkatkan kualitas keluarga
dan pengarusutamaan gender.
-
17
6) Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Kabupaten Malang
Tahun 2006-2010.
Upaya untuk memperbaiki dokumen Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah 2006-2010 dengan mencabut Perda Kabupaten Malang Nomor 9
Tahun 2006 dilatarbelakangi dengan beberapa pertimbangan dan argumentasi
sebagai berikut: Pertama, adanya perubahan kerangka regulasi atau perundangan
yang berlaku terkait dengan perencanaan pembangunan dan evaluasi terhadap
hasil-hasil pembangunan. Berlakunya Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007
tentang Organisasi Perangkat Daerah sebagaimana dituangkan dalam Peraturan
Daerah Kabupaten Malang Nomor 1 Tahun 2008 yang mengakibatkan berubahnya
target capaian kinerja pembangunan di masing-masing Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD). Kedua, adanya perubahan dan dinamika kerangka ekonomi makro
baik pada level Nasional maupun regional yang berdampak baik secara langsung
maupun tidak langsung pada ekonomi makro Kabupaten Malang. Ketiga, adanya
beberapa penyesuaian asumsi-asumsi ekonomi dan target capaian kinerja
pembangunan yang disesuaikan dengan kondisi terkini. Keempat, adanya beberapa
data proyeksi ekonomi dan keuangan Kabupaten Malang untuk lima tahun ke depan
yang sudah tidak relevan sehingga diperlukan penyesuaian proyeksi agar lebih
mendekati kebenaran.
Adapun Pokok-pokok perubahan dalam RPJM Daerah Kabupaten Malang
Tahun 2006-2010 dapat dijelaskan sebagai berikut :
- Bab I: Pertama, pada sub bab latarbelakang dilakukan beberapa revisi terkait
dengan redaksional sehingga tersusun latar belakang yang lebih tajam atas
perlunya daerah menyusun dokumen RPJM Daerah. Kedua, terkait sub bab
landasan hukum penyusunan dokumen RPJM Daerah ditambahkan dengan
beberapa regulasi dan perundangan baik yang baru dikeluarkan oleh
pemerintah maupun yang sudah ada tetapi belum dimasukkan sebagai landasan
hukum, antara lain Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007, Peraturan
Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008, Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008,
serta regulasi lain yang relevan. Ketiga, mengenai keterkaitan antara RPJM
Daerah Kabupaten Malang tahun 2006-2010 dengan dokumen perencanaan
lainnya seperti RPJM Daerah dan RTRW Provinsi Jawa Timur, RPJP Daerah dan
RTRW Kabupaten Malang, RKP Daerah dan Renstra SKPD.
- Bab II: Pokok-pokok revisi pada bab ini terutama mengenai data-data yang
tidak sesuai dengan data dengan dinas atau instansi terkait, meliputi data
kondisi geografis, kondisi Bidang Perekonomian Daerah, Bidang Sosial Budaya
Daerah, Bidang Prasarana dan Sarana Daerah, Bidang Pemerintahan Umum dan
Analisis Kewilayahan.
- Bab III, ditambahkan uraian tujuan sasaran
-
18
- Bab IV, diganti dengan analisa lingkungan sedangkan perubahan matrik
agenda, strategi, indikator dan sasaran yang disesuaikan dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 dan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun
2007 dimasukkan pada Bab VI.
- Bab V, diganti dengan program pembangunan daerah.
- Bab VI, diterangkan antara kebijakan dan program yang dilampiri matrik
agenda, strategi yang semula Bab IV.
- Bab VII, arah kebijakan keuangan daerah yang semula Bab V, ditekankan pada
perubahan data dan penyesuaian proyeksi APBD dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007.
- Bab VIII, ditambahkan beberapa penjelasan terkait program transisi yang
menyangkut proses peralihan kepemimpinan kepala daerah pada akhir masa
jabatan.
7).Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Daerah Kabupaten Malang
RKP Daerah merupakan satu dokumen rencana resmi daerah yang dipersyaratkan
untuk mengarahkan pembangunan daerah dalam jangka waktu 1 (satu) tahun ke
depan. Sebagai suatu dokumen rencana yang penting sudah sepatutnya Pemerintah
Daerah, DPRD, dan masyarakat memberikan perhatian penting pada kualitas proses
penyusunan dokumen RKP Daerah, dan tentunya diikuti dengan pemantauan,
evaluasi, dan review atas implementasinya.
RKP Daerah mempunyai fungsi penting dalam sistem perencanaan daerah, karena
RKP Daerah menerjemahkan perencanaan strategis jangka menengah (RPJM Daerah
dan Renstra SKPD) ke dalam rencana, program, dan penganggaran tahunan. RKPD
menjembatani sinkronisasi harmonisasi rencana tahunan dengan rencana strategis;
mengoperasionalkan rencana strategis ke dalam langkah-langkah tahunan yang
lebih konkrit dan terukur untuk memastikan tercapainya rencana strategis jangka
menengah.
Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 2004 mengatur tentang peranan dan tanggung
jawab Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kabupaten Malang untuk
menyiapkan RKP Daerah, keterkaitan visi dan misi Kepala Daerah Terpilih dengan
RPJM Daerah, Renstra SKPD, dan RKP Daerah, pokok-pokok isi dokumen RKP
Daerah, waktu pelaksanaan Musrenbang RKP Daerah dan penyampaian RKP Daerah;
status hukum RKP Daerah. RKPD dijadikan pedoman bagi penyusunan Renja SKP
Daerah. Undang-Undang ini juga menekankan keterkaitan erat antara penyusunan
RPJM Daerah dengan RKP Daerah. Sementara, Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun
2004 mengemukakan tentang RKP Daerah sebagai penjabaran RPJM Daerah untuk
jangka waktu 1 (satu) tahun memuat rancangan kerangka ekonomi daerah,
prioritas pembangunan daerah, rencana kerja dan pendanaannya dengan mengacu
kepada Rencana Kerja Pemerintah (RKP) Daerah.
-
19
8) RENSTRA SKPD
Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah merupakan satu dokumen
rencana resmi daerah yang dipersyaratkan bagi mengarahkan pelayanan SKPD
khususnya dan pembangunan daerah pada umumnya dalam jangka waktu 5 (lima)
tahun ke depan masa pimpinan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih.
Sebagai suatu dokumen rencana yang penting sudah sepatutnya Pemerintah
Daerah, DPRD dan masyarakat memberikan perhatian penting pada kualitas proses
penyusunan dokumen Renstra SKPD, dan tentunya diikuti dengan pemantauan,
evaluasi, dan review berkala atas implementasinya.
Karena penyusunan Dokumen Renstra SKPD sangat terkait dengan visi dan misi
Kepala Daerah Terpilih dan RPJM Daerah, maka kualitas penyusunan Renstra SKPD
akan sangat ditentukan oleh kemampuan SKPD untuk menerjemahkan,
mengoperasionalkan, dan mengimplementasikan Visi, Misi dan Agenda Kepala
Daerah, tujuan, strategi, kebijakan, dan capaian program RPJMD ke dalam
penyusunan Renstra SKPD sesuai TUPOKSI SKPD. Kinerja penyelenggaraan urusan
SKPD akan sangat mempengaruhi kinerja pemerintahan daerah dan Kepala Daerah
selama masa kepemimpinanya. Dalam konteks ini, adalah sangat penting bagi
Renstra SKPD untuk mengklarifikasikan secara eksplisit visi dan misi Kepala Daerah
Terpilih dan RPJM Daerah, kemudian menerjemahkan secara strategis, sistematis,
dan terpadu ke dalam tujuan, strategi, kebijakan, dan program prioritas SKPD
serta tolok ukur pencapaiannya.
Gambar 1.1. HUBUNGAN ANTARA RPJM DAERAH KABUPATEN MALANG
DENGAN DOKUMEN PERENCANAAN LAINNYA.
RTRW
-
20
1.6. Sistematika Penulisan.
Sistematika penulisan RPJM Daerah Kabupaten Malang periode 2006-2010 ini
pada dasarnya mengacu pada Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor
050/2020/SJ Tahun 2005 tentang Tata Cara Penyusunan RPJP Daerah dan RPJM
Daerah. Sedangkan pada Sistematika penulisan RPJM Daerah ini berubah
mengakomodasi secara substansi dengan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun
2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Sistematika RPJM Daerah tersebut
adalah sebagai berikut:
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1.2. Maksud dan Tujuan
1.3. Landasan Hukum
1.4. Prinsip Dasar Menata Pembangunan Kabupaten Malang 2006 - 2010
1.5. Hubungan RPJM Daerah Kabupaten Malang dengan Dokumen
Perencanan Lainnya.
1.6. Sistematika Penulisan
BAB II. GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH KABUPATEN MALANG
2.1. Kondisi Geografis
2.2. Bidang Perekonomian Daerah
2.3. Bidang Sosial Budaya Daerah
2.4. Bidang Prasarana dan Sarana Daerah
2.5. Bidang Pemerintahan Umum
2.6. Analisis Kewilayahan
BAB III. VISI DAN MISI PEMBANGUNAN
3.1. Visi
3.2. Misi
3.3. Tujuan
BAB IV. ANALISA LINGKUNGAN DAN ISU STRATEGIS
4.1. Analisis Lingkungan
4.2. Isu strategis
BAB V. AGENDA, STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN
5.1. Peningkatan Kesalehan Sosial
5.2. Peningkatan Kualitas Kehidupan Politik dan Penegakan Hukum
5.3. Peningkatan Pelayanan Publik
5.4. Peningkatan Pembangunan Ekonomi dan Infrastruktur
5.5. Pengentasan Kemiskinan, pengangguran dan Perbaikan Iklim
Ketenagakerjaan
5.6. Peningkatan Kualitas Pelayanan Pendidikan dan Kesehatan
-
21
5.7. Optimalisasi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Pelestarian Fungsi
Lingkungan Hidup
BAB VI. PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH
6.1. Program Pembangunan Daerah
6.2. Rencana Kerja
BAB VII. ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH
7.1. Arah Kebijakan Pendapatan Daerah
BAB VIII. PENUTUP
8.1. Program Transisi
8.2. Kaidah Pelaksanaan
-
22
BAB II
GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
2.1. Kondisi Geografis.
Secara geografis Kabupaten Malang terletak antara 112o17,10,90 sampai
dengan 122o57,00,00 Bujur Timur dan 7o44,55,11 sampai dengan 8o26,35,45
Lintang Selatan. Dengan luas wilayah sekitar 3.347,8 Km2, Kabupaten Malang
menduduki urutan kedua terluas setelah Kabupaten Banyuwangi dari
38 Kabupaten/kota di Wilayah Provinsi Jawa Timur. Dari seluruh total luas
tersebut, lebih dari 50% merupakan lahan pertanian yang berupa sawah, tegalan
dan perkebunan. Sedangkan pemanfaatan untuk pemukiman penduduk sekitar
13,68%.
Kabupaten Malang dikelilingi oleh enam Kabupaten dan Samudera Indonesia.
Sebelah Utara-Timur, berbatasan dengan Kabupaten Pasuruan dan Probolinggo.
Sebelah Timur, berbatasan dengan Kabupaten Lumajang. Sebelah Selatan,
berbatasan dengan Samudera Indonesia. Sebelah Barat, berbatasan dengan
Kabupaten Blitar. Sebelah Barat-Utara, berbatasan dengan Kabupaten Kediri dan
Mojokerto. Letak geografis ini menyebabkan Kabupaten Malang memiliki posisi
yang cukup strategis. Hal ini ditandai dengan semakin ramainya jalur transportasi
yang melalui Kabupaten Malang dari waktu ke waktu.
Sedangkan jika dilihat dari topografinya, Kabupaten Malang terdiri dari
gunung-gunung dan perbukitan. Kondisi topografi yang demikian mengindikasikan
potensi hutan yang besar. Hutan yang merupakan sumber air yang cukup, yang
mengalir sepanjang tahun melalui sungai-sungainya mengairi lahan pertanian.
Beberapa gunung yang menyentuh wilayah Kabupaten Malang yang telah dikenal
dan telah diakui secara nasional yaitu Gunung Semeru (3.676 meter) gunung
tertinggi di Pulau Jawa, Gunung Kelud (1.731 meter), Gunung Welirang (3.156
meter) dan Gunung Arjuno (3.339 meter), dan masih banyak lagi yang belum
dikenal secara nasional.
Kondisi topografi pegunungan dan perbukitan menjadikan Kabupaten Malang
terkenal sebagai daerah sejuk dan banyak diminati sebagai tempat tinggal dan
tempat peristirahatan. Dengan ketinggian rata-rata pusat pemerintahan kecamatan
524 meter dari permukaan laut, suhu udara rata-rata Kabupaten Malang relatif
rendah. Pada tahun 2003 rata-rata suhu udara yang dicatat enam stasiun
klimatologi mencapai 23,52 0C, dengan suhu tertinggi mencapai 29,32 0C, dan suhu
terendah mencapai 19,50 oC.
Penetapan fungsi kawasan di Kabupaten Malang dipilah atas kawasan
budidaya tahunan, kawasan budidaya tanaman semusim, kawasan lindung terbatas,
kawasan lindung lainnya, kawasan penyangga, kawasan perlindungan mata air,
-
23
kawasan perlindungan sungai, kawasan perlindungan waduk dan kawasan
perlindungan pantai serta kawasan rawan bencana.
Di Kabupaten Malang, daerah yang dikategorikan rawan bencana adalah
rawan letusan gunung berapi, rawan longsor dan rawan banjir. Kawasan rawan
bencana letusan gunung berapi Semeru adalah Kecamatan Poncokusumo khususnya
daerah Ngadas dan Gubugklakah. Daerah yang rawan terhadap longsor di
Kabupaten Malang meliputi wilayah perbukitan dan daerah aliran sungai, salah satu
kecamatan yang terkena longsor akibat hujan lebat adalah Kecamatan Tirtoyudo.
Daerah rawan banjir tersebar di beberapa kecamatan yakni Kecamatan Singosari
(banjir bandang/lumpur), Kecamatan Dau, Kecamatan Bantur (5 tahun sekali),
Kecamatan Tirtoyudo (banjir bandang akibat penebangan hutan Desa Pujiharjo,
Purwodadi), Kecamatan Kasembon (Desa Bayem), Kecamatan Sumberpucung (Desa
Trenyang), Kecamatan Bantur (Desa Sumberbening), Kecamatan Donomulyo (Desa
Banjarejo), Kecamatan Sumbermanjing Wetan (Desa Kedungbanteng), Kecamatan
Ampelgading (Desa Lebakharjo), Kecamatan Jabung (Desa Gading Kembar),
Kecamatan Lawang (Desa Srigading) dan Kecamatan Wajak (Desa Patok Picis).
Penetapan Fungsi Kawasan di Kabupaten Malang tertuang dalam Tabel 2.1
berikut ini :
Tabel 2.1.
Penetapan Fungsi Kawasan di Kabupaten Malang Tahun 2000 2010
NO. KAWASAN HA (%)
1 Budidaya Tahunan 83.153,04 25,59
2 Budidaya Tanaman Semusim 18.936,75 5,83
3 Lindung Terbatas 40.554,87 12,48
4 Lindung Mutlak 13.036,13 4,01
5 Lindung Lainnya 56.462,84 17,38
6 Penyangga 100.096,58 30,81
7 Perlindungan Mata Air 172,04 0,05
8 Perlindungan Sungai 7.307,74 2,25
9 Perlindungan Waduk 2.841,84 0,87
10 Perlindungan Pantai 2.358,49 0,73
Jumlah 324.920,32 100
Sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Malang, 2003
2.2. Kondisi Perekonomian Daerah.
Kabupaten Malang merupakan satu Kabupaten yang tergolong memiliki
tingkat aktivitas ekonomi yang cukup tinggi. Hal ini
terlihat dari besarnya jumlah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Kabupaten Malang yang menduduki peringkat 6 dari 33 Kabupaten/kota yang ada di
Provinsi Jawa Timur setelah Kota Surabaya, Kota Kediri, Kabupaten Sidoarjo,
Kabupaten Kediri dan Kabupaten Pasuruan. Cukup tingginya aktivitas ekonomi di
Kabupaten Malang tidak terlepas dari tingginya aktivitas masyarakat dalam masing-
-
24
masing sektor ekonomi yang ada di Kabupaten Malang. Sektor ekonomi yang
memberikan kontribusi paling tinggi selama kurun waktu lima tahun terakhir
adalah sektor pertanian, kemudian disusul oleh sektor perdagangan, hotel, dan
restoran, sektor industri pengolahan serta sektor jasa.
Tabel 2.2.
Kontribusi Masing-Masing Sektor Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten
Malang Tahun Atas Dasar Harga Konstan (2001-2005) (persen)
No Kelompok
Sektor/Sektor 2001 2002 2003 2004 2005 rerata
1. Kelompok Sektor Primer
34.80 34.4 34.41 34.56 34.44 34.52
1.1. Pertanian 32.43 31.97 31.99 32.08 31.86 32.07
1.2. Pertambangan dan Penggalian
2.37 2.43 2.42 2.48 2.58 2.46
2. Kelompok Sektor Sekunder
19.19 19.27 19.03 19.61 19,96 19.41
2.1. Industri Pengolahan
16.19 16.26 16.08 16.60 16.89 16.40
2.2. Listrik dan Air Minum
1.58 1.60 1.55 1.56 1.58 1.57
2.3. Bangunan 1.42 1.41 1.40 1.45 1.49 1.43
3. Kelompok Sektor Tersier
46.01 46.33 46.56 45.83 45.60 46.07
3.1. Perdagangan, Hotel, dan Restoran
22.52 22.89 23.44 23.38 23.55 23.2
3.2. Pengangkutan dan Komunikasi
4.78 4.70 4.64 4.56 4.50 4.64
3.3. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
3.92 4.00 3.94 3.88 3.87 3.92
3.4. Jasa-jasa 14.79 14.74 14.54 14.01 13.68 14.35
Total 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00
Sumber : Kabupaten Malang Dalam Angka 2006
Tabel 2.2 menggambarkan peran masing-masing sektor terhadap PDRB.
Peran sektor di atas dikelompokkan menjadi 3 sektor pokok, yaitu kelompok sektor
primer, sekunder dan tersier. Sektor primer mencakup sektor pertanian, sektor
pertambangan dan galian. Peranan kelompok sektor primer lima tahun terakhir
memberikan kontribusi rerata sebesar 34,52%, yang didominasi sektor pertanian
dengan kontribusi rerata sebesar 32,07%. Potensi sektor primer tersebut
mendukung sektor basis ekonomi di Jawa Timur secara umum, hal ini dapat dilihat
sebagai berikut:
Tabel. 2.3
Daerah Penyumbang Potensi Sektor Primer di Jawa Timur
NO. TANAMAN PANGAN
PERKEBUNAN PETERNAKAN PERIKANAN PERTAMBAN
GAN
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Kab. Malang Kab. Probolinggo Kab. Jember Kab. Banyuwangi Kab. Bojonegoro Kab. Blitar Kab. Lamongan
Kab. Jember Kab. Blitar Kab. Malang
Kab. Malang Kab. Blitar Kab. Bangkalan
Kab. Gresik Kab. Lamong Kab. Sidoarjo Kab. Bondo
Kab. Tuban Kab. Gresik
Sumber: Majalah Perspektif Bappeprop Jatim, 2005
Dari tabel 2.3 di atas dapat dilihat posisi Kabupaten Malang cukup berperan
dalam sektor ekonomi primer di Jawa Timur, terutama di subsektor pertanian
-
25
tanaman pangan, perkebunan dan peternakan, sedangkan sub sektor perikanan dan
pertambangan Kabupaten Malang belum cukup diperhitungkan di Jawa Timur,
walaupun sebenarnya subsektor kelautan Kabupaten Malang cukup potensial
dengan garis pantai sepanjang 102,625 km, oleh karena itu diharapkan program
dan kegiatan kita mendukung Program Prioritas Provinsi Jawa Timur yang
menyentuh wilayah laut kita, yaitu Pengembangan Jalan Lintas Selatan (JLS) dan
pengembangan Pelabuhan Pendaratan Ikan Sendang Biru, sehingga kekayaan laut
Kabupaten Malang dapat berperan dalam meningkatkan PDRB, yang saat ini
kontribusi perikanan pada Tahun 2004 hanya 0,30%.
Aktivitas sektor ekonomi primer khususnya pertanian yang mendominasi
rerata kontribusi PDRB lima tahun terakhir ini diharapkan akan lebih mantap
dengan adanya program revitalisasi pertanian, yang meliputi peningkatan
pemberdayaan subsektor pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan,
perikanan dan kelautan serta kehutanan, sehingga mampu menggerakkan aktivitas
sektor lain yaitu sektor sekunder dan tersier.
Kelompok ekonomi sektor sekunder mencakup sektor industri pengolahan,
sektor Listrik dan Air Bersih, dan sektor Bangunan memberikan kontribusi terendah
terhadap PDRB Kabupaten Malang, yaitu sebesar rerata 19,41%. Peran kelompok
sektor ini didominasi sektor industri pengolahan yang memberikan kontribusi rerata
sebesar 16,40% selama lima tahun terakhir. Sebagai gambaran untuk Wilayah
Regional Jawa Timur, Kabupaten/kota yang dominan dengan sektor industri adalah
Kota Surabaya, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Gresik,
Kabupaten Mojokerto, Kota Kediri dan Kabupaten Tuban. Kabupaten Malang
diharap mampu mengikuti jejak Kabupaten Pasuruan sebagai wilayah terdekat
yang sudah memiliki kawasan industri. Dengan terbangunnya kawasan industri di
Kabupaten Malang diharap pertumbuhan aktivitas sektor sekunder semakin
terpacu, hal ini sangat memungkinkan dengan adanya program pengembangan
infrastruktur yang mendukung eksistensi kawasan industri, yaitu pembangunan
Jalan Tol Malang Surabaya, Jalan Lintas Selatan, serta komersialisasi Bandara
Udara Abdul Rahman Saleh.
Kelompok sektor tersier yang terdiri dari sektor Perdagangan, Hotel, dan
Restoran; Sektor Pengangkutan dan Komunikasi, Sektor Keuangan, Persewaan
Bangunan dan Jasa Perusahaan, dan Sektor Jasa-Jasa, memberikan kontribusi
terbesar terhadap PDRB Kabupaten Malang yaitu sebesar rerata 46,07%. Peran
sektor ini didominasi sektor Perdagangan, Hotel & Restoran yang memberikan
kontribusi rerata sebesar 23,2%. Posisi Kabupaten Malang di Wilayah Jawa Timur
bisa dibanggakan sebagai wilayah dominan sektor tersiernya, urutan selengkapnya
adalah Kabupaten Malang, Kabupaten Madiun, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten
Kediri, Kabupaten Pasuruan serta Kota Surabaya.
-
26
Secara keseluruhan di Kabupaten Malang dari tahun 2001 sampai tahun
2005 peran rerata sektor primer sebesar 34,52%, sektor sekunder 19,41% dan
sektor tersier 46,07%.
Meskipun aktivitas perekonomian di Kabupaten Malang cukup tinggi, namun
selama kurun waktu sepuluh tahun terakhir mengalami juga pasang surut. Kondisi
pasang surut tersebut disebabkan oleh imbas dari kondisi makro ekonomi nasional
yang cenderung memburuk terutama pada saat terjadi krisis moneter. Berikut ini
kondisi perekonomian Kabupaten Malang selama sepuluh tahun terakhir (tahun
1994 sampai 2004) dan perbandingannya dengan kondisi perekonomian Provinsi
Jawa Timur dan Nasional.
Tabel 2.4.
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Malang,
Provinsi Jawa Timur, dan Nasional (Tahun1994 2004)
REGIONAL PRA KRISIS
(1994-1997) KRISIS (1998)
PASKA KRISIS (1999-2003)
OTONOMI (2001-2004)
Nasional 7,07 -13,13 4,17 5,5
Jawa Timur 7,17 -16,12 3,83 5,4
Kabupaten Malang 5,50 -6,64 3,99 5,1
Sumber: Berbagai sumber, 2005
Berdasarkan tabel diatas pertumbuhan ekonomi Kabupaten Malang selama
dekade tahun 1994-1997 selalu berada di bawah pertumbuhan ekonomi Provinsi
Jawa Timur dan Nasional. Namun pada saat krisis ekonomi Kabupaten Malang
mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi paling rendah di antara tiga daerah
tersebut. Rendahnya dampak krisis ekonomi terhadap pertumbuhan ekonomi
Kabupaten Malang, karena sektor yang menjadi basis pertumbuhan ekonomi atau
aktivitas ekonomi Kabupaten Malang adalah sektor pertanian dan perdagangan.
Kedua sektor tersebut merupakan sektor yang memiliki ketahanan terhadap
pengaruh krisis moneter yang terjadi pada perekonomian makro, karena sektor ini
merupakan sektor yang berbasis pada sumber daya lokal.
Berikut ini adalah gambaran perbandingan pertumbuhan ekonomi antara
Kabupaten Malang, Provinsi Jawa Timur, dan Nasional selama kurun waktu sepuluh
tahun terakhir, yang terbagi pada empat kondisi yaitu: kondisi sebelum krisis,
kondisi pada saat krisis, kondisi paska krisis, dan kondisi mulainya pelaksanaan
otonomi daerah.
-
27
Gambar 2.1.
Grafik Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Malang
Berdasarkan gambar diatas terlihat bahwa sebelum krisis pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Malang cenderung konstan, namun setelah memasuki krisis
ekonomi pertumbuhannya mengalami penurunan, bahkan sampai 6,64%, tetapi
penurunan tersebut merupakan penurunan terendah dibanding Provinsi dan
nasional. Setelah krisis pertumbuhan ekonomi Kabupaten Malang menunjukkan
trend yang positif sampai pada saat sekarang, namun lebih lambat dibanding rerata
Jawa Timur dan Nasional, hal ini disebabkan karena kontribusi sektor ekonomi
Kabupaten Malang yang dominan adalah sektor primer yang umumnya
menghasilkan nilai tambah sedikit atau dengan kata lain harga jualnya sangat
rendah, dibanding produk sektor industri dan jasa yang merupakan sektor ekonomi
dominan pada rerata Jawa Timur dan Nasional. Oleh karena itu sebaiknya
kontribusi ekonomi sektor primer diarahkan bergeser pada sektor industri, dalam
hal ini agroindustri dan industri pertambangan. Begitupun sektor perdagangan
Kabupaten Malang lebih ditekankan untuk meningkatkan komoditas ekspor agar
mampu meningkatkan nilai tambah yang merupakan faktor utama penentu
pertumbuhan ekonomi. Adapun pertumbuhan aktivitas ekonomi Kabupaten Malang
selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.5.
Pertumbuhan Sektor Ekonomi
Atas Dasar Harga Konstan (2002-2005) (persen)
No Kelompok Sektor/Sektor 2002 2003 2004 2005 rerata
1. Kelompok Sektor Primer 2.53 3.99 5.90 4.64 4.26
1.1. Pertanian 2.24 4.04 5.74 4.29 4.07
1.2. Pertambangan dan Penggalian
6.57 3.44 8.05 9.22 6.82
5.036.56 6.88
4.56
-6.64
2.61 1.474.41
3.64 3.825.45
4.967.23 8.18 8.26
5.02
-16.12
1.213.26 3.33 3.41 4.11
5.18
7.54 8.22 7.824.7
-13.13
0.85
4.84
3.32 3.66 4.00
-20
-15
-10
-5
0
5
10
94 95 96 97 98 99 '00 '01 '02 '03 '04 '05
% A
ng
ka P
ert
um
bu
ha
n
PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN MALANGProvinsi Jawa Timur, dan Nasional Tahun 1994-2003
Kab. Malang Jawa Timur Nasional
-
28
2. Kelompok Sektor Sekunder
4.13 2.74 8.59 6.82 5.57
2.1. Industri Pengolahan 4.14 2.90 8.76 6.77 5.64
2.2. Listrik dan Air Minum 5.57 0.29 6.46 6.28 4.65
2.3. Bangunan 2.43 3.81 9.07 7.99 5.8
3. Kelompok Sektor Tersier 4.47 4.46 3.83 4.40 4.29
3.1. Perdagangan, Hotel, dan Restoran
5.47 6.46 5.16 5.73 5.7
3.2. Pengangkutan dan Komunikasi
1.86 2.60 3.98 3.49 2.98
3.3. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
5.73 2.38 3.73 4.91 4.18
3.4. Jasa-jasa 3.48 2.55 1.69 2.35 2.51
Total 3.73 3.97 5.45 4.95 4.52
Sumber: Kabupaten Malang Dalam Angka 2006(diolah)
Pertumbuhan ekonomi sektor sekunder menempati posisi pertama untuk
laju pertumbuhan rerata Tahun 2002 2005 yaitu sebesar 5,57% yang meliputi
3 sektor yaitu industri pengolahan, listrik dan air minum, dan sektor bangunan, lalu
diikuti sektor tersier 4,29% dengan sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang
memiliki tingkat pertumbuhan tertinggi. Untuk tingkat pertumbuhan terendah
adalah sektor primer sebesar 4,26%.
Tabel 2.6.
Rerata Kontribusi dan Laju Pertumbuhan Sektor Ekonomi
Atas Dasar Harga Konstan (2001-2005) (persen)
No Kelompok Sektor/Sektor Rerata Kontribusi Laju pertumbuhan
1. Kelompok Sektor Primer 34.52 4.26
1.1. Pertanian 32.07 4.07
1.2. Pertambangan dan Penggalian 2.46 6.82
2. Kelompok Sektor Sekunder 19.41 5.57
2.1. Industri Pengolahan 16.40 5.64
2.2. Listrik dan Air Minum 1.57 4.65
2.3. Bangunan 1.43 5.8
3. Kelompok Sektor Tersier 46.07 4.29
3.1. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 23.2 5.7
3.2. Pengangkutan dan Komunikasi 4.64 2.98
3.3. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 3.92 4.18
3.4. Jasa-jasa 14.35 2.51
Total 100.00 4.52
Sumber: Kabupaten Malang Dalam Angka 2006 (diolah)
Tabel 2.6 menunjukkan kontribusi dan laju pertumbuhan sektor ekonomi.
Kontribusi sektor ekonomi secara berurutan yang dominan adalah sektor pertanian
(32,07%), sektor perdagangan, hotel dan restoran (23,2%), sektor industri
pengolahan (16,40%) serta sektor jasa (14,35%), sedangkan laju pertumbuhan
sektor tertinggi sektor pertambangan dan galian (6,82%), sektor bangunan (5,8%),
sektor perdagangan, hotel, dan restoran (5,7%), sektor pengolahan (5,64%) serta
sektor listrik dan air minum (4,65%).
-
29
Untuk menetapkan target pertumbuhan ekonomi harus dilihat dua sisi
keadaan perekonomian agar pilihan sektor mana yang mampu memacu laju
pertumbuhan lebih tepat. Hal utama yang dilihat adalah kontribusi sektor. Sektor
yang memiliki kontribusi dominan akan mampu menggerakkan aktivitas
perekonomian, selain itu perlu juga melihat laju pertumbuhan sektor, namun bisa
dikesampingkan apabila kontribusi sektor tersebut terlalu rendah, karena dalam
jangka waktu lima tahun tidak mungkin ada pergeseran peran sektor secara
berarti, sehingga untuk jangka waktu lima tahun ke depan peran sektor yang
terlalu kecil dengan laju pertumbuhan tinggi tidak cukup berperan dalam
mencapai target pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan, misalnya sektor
pertambangan memiliki laju pertumbuhan rerata 6,82% merupakan laju
pertumbuhan tertinggi dibanding sektor yang lain, namun kontribusi dalam PBRB
hanya 2,46% maka akan sangat sulit meningkatkan PDRB secara keseluruhan,
sebaliknya sektor pertanian yang memiliki kontribusi 32,07% dan rerata
pertumbuhannya di bawah rata-rata pertumbuhan Kabupaten Malang yaitu 4,07%
akan tetap memiliki arti penting dalam mempengaruhi aktivitas ekonomi secara
keseluruhan.
Tabel 2.7.
Sektor yang Berperan dalam Menggerakkan Pertumbuhan Ekonomi
No. Sektor Kontribusi
(%) Pertumbuhan
(%) Keterangan
1. Sektor Perdagangan
23,2 5,7
Nilai tambah tinggi terutama komoditi ekspor regional maupun internasional
2. Sektor Pertanian
32,07 4,07
Menyerap banyak tenaga kerja
Memiliki forward dan backward linkages
Sangat berperan dalam wilayah regional Jatim
3. Sektor Industri Olahan
16,40 5,64
Nilai tambah tinggi Menyerap tenaga kerja Menyerap produk primer
lokal
4. Sektor Jasa 14,35 2,51 Menyerap tenaga kerja
perorangan / rumah tangga
Sumber :Kabupaten Malang dalam angka 2006, diolah
Target Pertumbuhan ekonomi 5 6 % pada lima tahun ke depan dapat
dicapai dengan kerja keras Pemerintah dan masyarakat dengan memperhatikan
kontribusi dan laju pertumbuhan sektor. Empat sektor utama yang berpengaruh di
Kabupaten Malang adalah sektor perdagangan, sektor pertanian, sektor industri
pengolahan serta sektor jasa, yang memiliki dominasi dalam menyumbang besaran
PDRB. Untuk mencapai target pertumbuhan 5 6 % akan dikupas satu persatu
langkah langkah strategis yang harus dilakukan.
-
30
Sektor perdagangan secara optimis dapat diharapkan karena memiliki
kontribusi 23,2% dengan laju pertumbuhan diatas 5% atau tepatnya 5,7% (tabel
2.6). Pemerintah daerah hanya perlu menata regulasi perdagangan, baik pasar
maupun pedagang kaki lima agar konsumen tetap berminat termasuk regulasi yang
mengatur penataan berdirinya supermarket atau hypermarket di wilayah-wilayah
perdagangan utama Kabupaten Malang, misalnya di kota-kota kecamatan, karena
dikhawatirkan pasar tradisional yang menjadi tumpuan pendapatan masyarakat
saat ini akan hancur. Selain itu perlu adanya pembangunan pasar produk pertanian
di wilayah-wilayah perbatasan yang selama ini merupakan penghasil produk tetapi
belum memiliki pasar sendiri, bahkan apabila memungkinkan dapat digunakan
sebagai transaksi perdagangan oleh masyarakat luar daerah, dengan demikian
retribusi dan nilai tambah bisa dinikmati oleh Kabupaten Malang. Sektor
perdagangan juga sangat dipengaruhi oleh nilai ekspor komoditi Kabupaten Malang
yang meningkat setiap tahunnya, yaitu sebesar Rp.145.296.652,74 pada Tahun
2003, meningkat 4,93 % menjadi Rp.152.460.735.03 pada Tahun 2004 dan terakhir
meningkat 16,25% menjadi Rp.177.240.943,94 pada Tahun 2005, sehingga rerata
kenaikan ekspor yang lebih dari 10% pertahun ini sangat penting untuk memacu
pertumbuhan ekonomi. Untuk mempertahankan nilai ekspor Kabupaten Malang
diperlukan pembinaan inovatif yang mampu mempertahankan komoditi kita dalam
lingkup perdagangan bebas.
Sektor penting berikutnya yang mampu mendongkrak pertumbuhan
ekonomi adalah sektor pertanian karena memiliki kontribusi yang dominan yaitu
rerata 32,07% disamping itu sektor pertanian memiliki backward dan forward
linkages, sehingga aktivitas sektor pertanian mampu menumbuhan sektor yang
lainnya, misalnya aktivitas budidaya pertanian secara umum memerlukan pupuk,
benih/bibit, tenaga kerja, obat-obatan, alat dan mesin pertanian dan sebagainya;
sedangkan pada saat/pasca panen memerlukan transportasi, tenaga kerja, alat dan
mesin pengolah, packaging serta pemasaran. Sehingga peningkatan aktivitas
pertanian mampu menarik input dari sektor industri benih, pupuk, obat-obatan,
alat dan mesin pertanian serta tenaga kerja; ouput sektor pertanian digunakan
sebagai input pada sektor industri pengolahan baik industri mikro, kecil, menengah
maupun industri besar (misalnya penggilingan padi, lumbung desa modern,
perusahaan makanan/minuman, pabrik gula, pabrik makanan ternak, industri
kerupuk/keripik dan sebagainya); produk pertanian juga mampu mengaktifkan
perdagangan produk primer dan setengah jadi pada pedagang pengepul komoditas,
pasar atau pusat perdagangan, serta menghidupkan restoran, warung dan
pengusaha makanan perorangan. Dari uraian di atas sektor pertanian mampu
menggerakkan multiplier effect yang sangat berperan dalam menghasilkan value
added (nilai tambah) pada sektor primer, sekunder maupun tersier, sehingga
sangat berperan dalam peningkatan pertumbuhan ekonomi. Untuk melihat lebih
-
31
jauh kita lihat kontribusi dan laju pertumbuhan subsektor pertanian pada tabel 2.8
berikut:
Tabel 2.8.
Kontribusi dan Laju Pertumbuhan Sektor Pertanian
Atas Dasar Harga Konstan (2001-2005) (persen)
No Kelompok Sektor/Sektor 2001 2002 2003 2004 2005 Rerata
Kontribusi Sektor / Sub Sektor
1. Pertanian 32.43 31.97 31.99 32.08 31.86 32.07
1.1. Tanaman Bahan Makanan 20.65 20.52 20.49 20.22 20.00 20.37
1.2. Tanaman Perkebunan 7.49 7.11 6.99 7.13 7.14 7.17
1.3 Peternakan 3.83 3.88 4.02 4.05 4.05 3.97
1.4. Kehutanan 0.25 0.25 0.27 0.34 0.33 0.29
1.5 Perikanan 0.21 0.21 0.22 0.34 0.34 0.31
No Kelompok Sektor/Sektor 2001 2002 2003 2004 2005 Rerata
Laju pertumbuhan Sektor / Sub Sektor
1. Pertanian - 2.24 4.04 5.74 4.29 4.07
1.1. Tanaman Bahan Makanan - 3.11 3.81 4.05 3.84 3.70
1.2. Tanaman Perkebunan - -1.48 2.20 7.47 5.22 3.35
1.3 Peternakan - 4.89 7.76 6.40 4.78 5.96
1.4. Kehutanan - 0.08 15.11 31.46 3.45 12.52
1.5 Perikanan - 2.89 6.67 64.51 6.27 20.08
Total PDRB - 3.73 3.97 5.45 4.95 4.52
Sumber: Kabupaten Malang Dalam Angka 2006 (diolah)
Dari tabel 2.8 Sektor pertanian pada lima tahun terakhir di dominasi oleh
subsektor tanaman pangan yang memiliki kontribusi 20,37%, sedangkan subsektor
perkebunan 7,17%, peternakan 3,97% serta subsektor kehutanan dan perikanan
masing-masing sekitar 0,29% dan 0,31%, sedangkan rerata pertumbuhan tertinggi
subsektor perikanan 20,08% dan subsektor kehutanan 12,52%, pertumbuhan paling
rendah hanya 3,35% adalah subsektor perkebunan. Sektor pertanian Kabupaten
Malang sangat berperan dalam mendukung aktivitas sektor primer di Jawa Timur
terutama sektor pertanian tanaman pangan, perkebunan dan peternakan,
sedangkan sektor perikanan dan kehutanan tidak cukup nampak di wilayah Provinsi
demikian pula di Kabupaten Malang kontribusinya tidak cukup berperan dalam
menggerakkan sektor ekonomi. Selengkapnya dapat di lihat pada tabel 2.9
Tabel. 2.9
Daerah Penyumbang Sektor Pertanian di Jawa Timur
NO. TAN PANGAN PERKEBUNAN PETERNAKAN PERIKANAN KEHUTANAN
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Kab. Malang Kab. Probolinggo Kab. Jember Kab. Banyuwangi Kab. Bojonegoro Kab. Blitar Kab. Lamongan
Kab. Jember Kab. Blitar Kab. Malang
Kab. Malang Kab. Blitar Kab. Bangkalan
Kab. Gresik Kab. Lamongan Kab. Sidoarjo Kab. Bondo
Kab. Kediri Kab. Banyuwangi Kab. Tuban Kab. Lamongan Kab. Bondowoso Kab. Pasuruan Kab. Madiun Kab. Probolinggo Kab. Ngawi
Sumber: Majalah Perspektif Bappeprop Jatim, 2005
-
32
Melihat potensi sektor pertanian pada wilayah regional, maka subsektor
pertanian yang mampu menggerakkan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Malang
adalah pertanian tanaman pangan, perkebunan dan peternakan, karena memiliki
kemampuan ekspor di wilayah regional Jawa Timur. Hal ini dapat dipertahankan
atau ditingkatkan dengan melaksanakan sepenuhnya Agenda Revitalisasi Pertanian
yang meliputi Program Pemberdayaan Penyuluh Pertanian, Pemberdayaan
Pertanian (tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan dan kehutanan)
dengan kegiatan pengembangan agribisnis/agroindustri, dan penguatan
kelembagaan petani-nelayan, serta peningkatan produksi/produktivitas. Disamping
itu diperlukan penanganan khusus regulasi penyaluran pupuk pada musim tanam
dan Penguatan Lumbung Desa Modern yang mampu menampung hasil panen petani
padi pada saat panen raya dan musim penghujan, karena dua hal ini sangat
berpengaruh terhadap pendapatan petani terutama petani padi, yang merupakan
komoditi pangan dominan di Kabupaten Malang.
Sektor pendongkrak pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Malang berikutnya
adalah sektor industri pengolahan dengan rerata kontribusi 16,40% dan memiliki
laju pertumbuhan rerata melebihi rerata Kabupaten Malang yaitu sebesar 5,46%
(tabel 2.6). Hal ini memberikan angin segar bagi Pemerintah Kabupaten Malang
untuk memacu aktivitas sektor industri melalui pengembangan agroindustri karena
kontribusi sektor primer khususnya pertanian cukup tinggi yaitu rerata 34,52%
(tabel 2.2), sehingga pengembangan agroindustri sangat tepat terutama diarahkan
pada pembinaan industri kecil menengah (IKM) dan Usaha Mikro, Kecil dan
Menengah (UMKM) yang cukup banyak menampung tenaga kerja di Kabupaten
Malang. Selain itu rencana pengembangan kawasan industri diharap mampu
diwujudkan untuk pengelolaan kekayaan tambang Kabupaten Malang yang
termasuk dalam Zona Tengah (pemetaan Regional Jawa Timur) yang meliputi
kelompok mineral agregat, kelompok alumino silikat dan mineral lempung,
disamping industri pengolahan hasil-hasil pertanian tanaman pangan, perkebunan,
peternakan, perikanan dan dan kelautan serta kehutanan. Hal ini perlu
direncanakan dengan serius, karena hambatan transportasi guna akses pengiriman
input maupun output industri yang selama ini merupakan kendala akan segera
diatasi dengan adanya Program Pembangunan Prioritas Jangka Menengah Provinsi
Jawa Timur yaitu Jalan Tol MalangSurabaya, Jalan Lintas Selatan, Komuter,
Komersialisasi Bandara Udara Abdul Rahman Saleh serta Pengembangan Pelabuhan
Pendaratan Ikan Pondok Dadap Kabupaten Malang.
Sektor ke empat yang berperan dalam memacu pertumbuhan ekonomi
adalah sektor jasa dengan kontribusi rerata 14,35% namun pertumbuhannya cukup
lambat yaitu rerata 2,51%, untuk lebih jelasnya kontribusi subsektor jasa pada
tabel berikut:
-
33
Tabel 2.10.
Kontribusi Sub Sektor Jasa Kabupaten Malang
Atas Dasar Harga Konstan (2001-2005) (persen)
NO KELOMPOK
SEKTOR/SEKTOR 2001 2002 2003 2004 2005 RERATA
1 Jasa - Jasa 14,79 14,74 14,54 14,01 13,68 14.35
a Pemerintahan Umum 4,82 4,75 4,68 4,50 4,39 4.63
1. Admi Pemerintahan
dan Pertahanan 4,82 4,75 4,68 4,50 4,39 4.63
2. Pemerintahan
lainnya 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0.00
B Swasta 9,97 9,99 9,86 9,51 9,29 9.72
1. Sosial Kemasyarakatan
1,18 1,15 1,12 1,07 1,05 1.11
2. Hiburan dan Kebudayaan
0,13 0,13 0,12 0,12 0,12 0.12
3. Perorangan & Rmhtangga
8,66 8,71 8,62 8,32 8,12 8.49
Sumber: Kabupaten Malang Dalam Angka 2006 (diolah)
Apabila kita lihat lebih dalam ternyata peran sektor jasa terpenting adalah
peran subsektor jasa swasta dengan rerata kontribusi selama lima tahun terakhir
sebesar 9,72% yang disumbang oleh jasa perorangan sebesar rerata 8,49%, hal ini
menunjukkan bahwa masyarakat Kabupaten Malang sangat dominan dalam aktivitas
ekonomi sektor jasa. Untuk meningkatkan lapangan pekerjaan dan meningkatkan
pertumbuhan sektor jasa, pemerintah perlu menyiapkan program pemberdayaan
pemuda dan perempuan dengan pelatihan-pelatihan kewirausahaan yang bergerak
dalam bidang jasa perorangan, misalnya pelatihan ketrampilan bengkel,
pertukangan, perbaikan peralatan elektronik, ketrampilan kecantikan, menjahit
dan sebagainya diiringi dengan penyertaan modal kerja. Serta tidak kalah
pentingnya adalah kemudahan pemberian izin serta pembinaan teknis inovatif oleh
unit teknis.
Mengacu pada hasil analisis dan telaah terhadap kondisi eksisting bidang
ekonomi, maka penyusunan program-program dalam RPJM Daerah Kabupaten
Malang untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 5,5 6% lima tahun
mendatang yang perlu ditingkatkan aktivitasnya adalah:
a. Sektor perdagangan yang didukung oleh jajaran perdagangan, Pasar dan
Kecipta Karyaan dan Tata Ruang serta Sarana Prasarana Wilayah;
b. Sektor Pertanian yang didukung oleh jajaran pertanian tanaman pangan,
perkebunan, peternakan, perikanan dan kelautan serta kehutanan, diperkuat
oleh bidang perkoperasian, industri, pengairan dan bina marga serta sarana
prasarana wilayah;
c. Sektor industri pengolahan yang didukung oleh jajaran koperasi, industri,
investasi, permukiman dan sarana prasarana wilayah, perhubungan dan bina
marga, pertanian, energi sumber daya mineral dan lingkungan hidup;
d. Sektor jasa-jasa yang didukung bidang ketenagakerjaan dan pemberdayaan
masyarakat.
-
34
Selain sektor utama di atas Kabupaten Malang perlu mendukung
Pembangunan Jangka Menengah Provinsi Jawa Timur sebagai berikut:
a. Mendukung Program Pengembangan Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) karena
potensi garis pantai Kabupaten Malang cukup besar belum dikembangkan secara
optimal.
b. Peningkatan aktivitas sektor sekunder melalui pengembangan Kawasan Industri
dengan mempertimbangkan Malang sebagai Kawasan Pertambangan Zona
Tengah yang memiliki potensi kelompok mineral agregat, kelompok alumino
silikat dan mineral lempung; pembinaan intensif industri kecil menengah di
Jalur Lintas Selatan Kabupaten Malang yang melintasi Donomulyo Bantur
Gedangan Dampit; membuka peluang investasi industri berbahan baku
pertanian (tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan dan kelautan
serta kehutanan); semua langkah ini mengantisipasi pengembangan spasial Kota
Surabaya yang mengalir ke arah Sidoarjo dan Malang, yang dikelompokkan
dalam spasial perekonomian wilayah tengah dengan dominasi kegiatan industri,
perdagangan dan jasa.
c. Peningkatan aktivitas sektor tersier melalui peningkatan jalur pariwisata
kawasan Taman Safari Prigen - Kebun Raya Purwodadi - Malang yang
meningkatkan konsentrasi perdagangan di Pasar Lawang dan Singosari; serta
meningkatkan aktivitas wisata Wendit yang dilalui jalan tembus Bromo
Tengger Semeru sebagai alur wisata potensial Jawa Timur, Pengembangan
sektor pariwisata ini mendukung Program Peningkatan Daya Saing Wisata
Kawasan Wisata Wendit, Kawasan Wisata Menuju Bromo serta Pusat Kerajinan
Kendedes sebagai pintu Gerbang Wisata Kabupaten Malang. Sedangkan
Pembangunan Jalan Lintas Selatan mendukung pengembangan Kawasan Wisata
Balekambang.
d. Pemberdayaan masyarakat dalam rangka meningkatkan ekonomi keluarga dan
pengurangan pengangguran, melalui dana yang dialokasikan khusus untuk
pengentasan kemiskinan dan penurunan angka pengangguran.
e. Pengembangan kerjasama antar daerah guna untuk mendorong dan
memperbesar pasar (enlarging market) bagi komoditi komoditi Kabupaten
Malang baik primer, sekunder maupun tersier.
2.3. Bidang Sosial Budaya Daerah
a. Kependudukan
Menurut hasil registrasi Tahun 2004 terjadi pertumbuhan penduduk sebesar
0,87% sehingga mencapai 2.284.352 jiwa, dengan komposisi 1.130.113 laki-laki
dan 1.154.239 perempuan. Sampai dengan 30 Juni 2005 jumlah penduduk di
Kabupaten Malang sebesar 2.420.419 jiwa dengan komposisi 1.214.340 laki-laki
dan 1.206.079 perempuan. Kepadatan penduduk Kabupaten Malang antara tahun
-
35
2002 30 Juni 2005 berturut-turut adalah 639 jiwa/km2 ,644 jiwa/km2,
650 jiwa/km2 dan 689 jiwa/km2.
b. Kesejahteraan Sosial
Indikator yang digunakan dalam menilai kesejahteraan sosial adalah Indeks
Pembangunan Manusia (IPM). Komponen penyusun IPM mencakup tiga