02_0_bab_2_landasan_teori_kua_8c_1

50
24 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Teori-teori yang Berkaitan dengan Permasalahan Subbab ini akan membahas tentang pengertian strategi, rencana strategik, manajemen strategik, dan proses manajemen strategik. 2.1.1. Pengertian Strategi Beberapa pernyataan tentang strategi yang telah dilakukan oleh pendahulu, mulai dari Sun Tzu - The Art of War oleh Chow Hou Wee (Wee, 1992) sampai Strategic Management oleh Michael A Hitt (2005). Chow-Hou Wee (Lee, 1998: 99) menyatakan bahwa ada beberapa strategi yang harus dilakukan di dalam merancang suatu bisnis di dalam Seni Perang dari Sun Tzu (Sun Tzu’s The Art of War). Pernyataan Sun Tzu ini merupakan salah satu karya atau strategi perang/militer klasik tertua yang diketahui dalam literatur Cina, yang ditulis sekitar 400 sampai 300 tahun Sebelum Masehi (Wee, 1992: 1). Fred R David (David, 2003: 16) menyatakan bahwa strategi berasal kata “strategos” dari bahasa Yunani (Greek) yang merupakan gabungan 2 (dua) kata yaitu: “stratosyang berarti “army” dan “ago” yang berarti “leading/guiding/moving to”, sehingga strategi adalah seni tentang perencanaan dan pengelolaan operasi militer skala besar, tentang pengarahan ke posisi yang paling menguntungkan sebelum pertemuan sesungguhnya dengan musuh terjadi. Seni Perang Sun Tzu memiliki 13 (tiga belas) strategi (Lee, 2000: 75-76) yang dapat diaplikasikan dalam dunia usaha, yaitu: 1. Perencanaan strategi, estimasi mengenai kepemimpinan (Planning of strategies, estimation and leadership), 2. Sumber daya dan

Upload: trastnoun

Post on 05-Jul-2015

4.487 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: 02_0_Bab_2_Landasan_teori_kua_8c_1

24

BAB II LANDASAN TEORI

2.1. Teori-teori yang Berkaitan dengan Permasalahan

Subbab ini akan membahas tentang pengertian strategi, rencana strategik,

manajemen strategik, dan proses manajemen strategik.

2.1.1. Pengertian Strategi

Beberapa pernyataan tentang strategi yang telah dilakukan oleh

pendahulu, mulai dari Sun Tzu - The Art of War oleh Chow Hou Wee (Wee,

1992) sampai Strategic Management oleh Michael A Hitt (2005). Chow-Hou Wee

(Lee, 1998: 99) menyatakan bahwa ada beberapa strategi yang harus dilakukan

di dalam merancang suatu bisnis di dalam Seni Perang dari Sun Tzu (Sun Tzu’s

The Art of War). Pernyataan Sun Tzu ini merupakan salah satu karya atau

strategi perang/militer klasik tertua yang diketahui dalam literatur Cina, yang

ditulis sekitar 400 sampai 300 tahun Sebelum Masehi (Wee, 1992: 1). Fred R

David (David, 2003: 16) menyatakan bahwa strategi berasal kata “strategos” dari

bahasa Yunani (Greek) yang merupakan gabungan 2 (dua) kata yaitu: “stratos”

yang berarti “army” dan “ago” yang berarti “leading/guiding/moving to”, sehingga

strategi adalah seni tentang perencanaan dan pengelolaan operasi militer skala

besar, tentang pengarahan ke posisi yang paling menguntungkan sebelum

pertemuan sesungguhnya dengan musuh terjadi. Seni Perang Sun Tzu memiliki

13 (tiga belas) strategi (Lee, 2000: 75-76) yang dapat diaplikasikan dalam dunia

usaha, yaitu: 1. Perencanaan strategi, estimasi mengenai kepemimpinan

(Planning of strategies, estimation and leadership), 2. Sumber daya dan

Page 2: 02_0_Bab_2_Landasan_teori_kua_8c_1

25

tindakan-tindakan yang kompetitif (Resources and competitive actions), 3.

Strategi kompetitif dan kebijaksanaan (Competitive strategy and wisdom), 4.

Posisi dan sasaran (Positioning and targeting), 5. Peluang, waktu, dan struktur

manajemen (Opportunity, timing and management structure), 6. Pengendalian

situasi pasar dan suasana (Control of market situation and climate), 7.

Manajemen konflik dan menghindarkan dari konfrontasi (Management of conflict

and avoidance of confrontation), 8. Fleksibilitas dan adaptabilitas (Flexibility and

adaptability), 9. Observasi dan manuver (Observing and maneuvring), 10. Situasi

yang kompetitif dan sebab-sebab kegagalan (Competitive situation and causes of

failure), 11. Kondisi-kondisi yang kompetitif dan strategi ofensif, aliansi dan visi

(Competitive conditions and offensive strategy, alliance and vision), 12.

Perusakan dan keputusan (Destroying and decision), dan 13. Intelijen dan

informasi (Intelligence and information).

Wheelen (2004: 13) menyatakan bahwa “A strategy of a corporate forms a

comprehensive master plan stating how the corporation will achieve its mission

and objectives.”

Pada tahun 1931, Walter Andrew Shewhart (Tenner, 1992: 122)

menyusun peta jalan (roadmap) sebagai aplikasi dari perbaikan yang mendasar

di dalam merancang suatu strategi dengan 4 (empat) langkah yang dikenal

dengan: Siklus PDCA (P-D-C-A cycle/the Shewhart cycle atau dikenal dengan

the Deming Cycle). PDCA cycle (Gambar 2.1) terdiri dari:

• Perencanaan (Plan): determine what needs to be done, when, how, and by

whom. Tahapan ini untuk mengidentifikasikan persoalan yang ada, proyek

apa yang akan dilakukan, dan fokus perhatian kegiatan. Melakukan spesifikasi

Page 3: 02_0_Bab_2_Landasan_teori_kua_8c_1

26

persoalan, mengumpulkan data, dan memberikan persetujuan terhadap

kriteria penilaian terhadap kegiatan yang akan dilakukan.

• Pelaksanaan (Do): carry out the plan, on a small-scale first. Tahapan ini

menganalisis data, menyusun kesimpulan sementara, dan melakukan uji

coba.

• Pengecekkan (Check): analyze the results of carrying out the plan. Tahapan

ini untuk mengaplikasikan kriteria melalui menganalisis data, mengecek

kesimpulan sementara, dan apakah akan melanjutkan kegiatan atau meninjau

ulang tahapan sebelumnya.

• Tindakan koreksi (Act): take appropriate steps to close the gap between

planned and actual results. Tahapan ini untuk mengimplementasikan

perubahan-perubahan yang terjadi, melakukan standarisasi pemeliharaan dan

perbaikan dan mengkomunikasikan perubahan-perubahan yang dilakukan.

Gambar 2.1 PDCA Cycle

Sumber: Gilmour (1996: 69).

Page 4: 02_0_Bab_2_Landasan_teori_kua_8c_1

27

Henry Mintzberg pada tahun 1974 (Feurer, 2000: 17) telah

mengidentifikasikan 3 (tiga) tipe proses strategi, yaitu: perencanaan,

kewirausahaan, dan pembelajaran melalui pengalaman (planning,

entrepreneurial and learning-by-experience). Gambar 2.2 menjelaskan bahwa:

Pertama, tipe perencanaan meliputi penuh dengan kecemasan dan proses

pemikiran yang dikendalikan, hasilnya telah dibakukan, dan rencana strategik

yang dikembangkan diikuti dari waktu ke waktu pada saat implementasi. Kedua,

tipe kewirausahaan terdiri dari proses yang semi-conscious, memiliki

pengalaman yang lama dan wawasan yang luas untuk dapat memformulasikan

visi dan strategi, dan visi informal dan personal untuk memperlihatkan fleksibilitas.

Ketiga, tipe pembelajaran melalui pengalaman terdiri dari strategi yang

digunakan yaitu suatu proses yang evolusioner dan berulang secara alami, pola

gejolak dari dalam menuju keluar selama melakukan implementasi strategi, dan

memunculkan organisasi yang dinamis dan langsung mempengaruhi perilaku.

Gambar 2.2 The three main types of strategy processes

Sumber: Feurer (2000: 17)

Perkembangan berikutnya adalah munculnya suatu strategi yang dikenal

dengan strategic planning ataupun honshin kanri.

Page 5: 02_0_Bab_2_Landasan_teori_kua_8c_1

28

Pada tahun 1988, Henry Mintzberg melihat perubahan yang terjadi dan

memutuskan untuk meninjau ulang tentang bagaimana manajemen strategik

telah diimplementaasikan. Henry Mintzberg mengamati tentang proses strategi

dan menyimpulkan bahwa perlu perubahan dan dikenal dengan rencana

strategik atau strategic planning. Henry Mintzberg (Feurer, 1995: 18 dan Hubbard,

2004: 11-12) menyatakan bahwa terdapat 5 (lima) tipe strategi, yaitu:

• Strategi sebagai rencana (Strategy as plan - a direction, guide, course of action - intention rather than actual),

• Strategi sebagai cara (Strategy as ploy - a maneuver intended to outwit a competitor),

• Strategi sebagai pola (Strategy as pattern - a consistent pattern of past behaviour - realized rather than intended),

• Strategi sebagai posisi (Strategy as position - locating of brands, products, or companies within the conceptual framework of consumers or other stakeholders - strategy determined primarily by factors outside the firm), dan

• Strategi sebagai perspektif (Strategy as perspective - strategy determined primarily by a master strategist).

2.1.2. Manajemen Strategik

Manajemen Strategik menjadi bidang ilmu yang berkembang dengan

pesat, muncul sebagai jawaban atas meningkatnya pergolakan lingkungan.

Bidang ilmu melihat pengelolaan perusahaan secara menyeluruh dan berusaha

menjelaskan mengapa beberapa perusahaan berkembang dan maju dengan

pesat, sedang yang lainnya tidak maju dan akhirnya bangkrut. Ciri khusus

manajemen strategik adalah penekanan pada pengambilan keputusan strategik

(Hunger, 2003: 3).

Salah satu usaha adalah dengan memformulasikan strategik organisasi

(Hitt, 2005: 6), yang terdiri dari:

a. Analisis situasi mengenai internal dan eksternal organisasi, dan

b. Penetapan tujuan dan penilaian yang berkaitan dengan visi, misi, dan

tujuan organisasi.

Page 6: 02_0_Bab_2_Landasan_teori_kua_8c_1

29

Secara ringkas Manajemen Strategik dapat didefinisikan sebagai

sekumpulan keputusan yang diperoleh secara kuantitatif dan kualitatif untuk

menganalisis lingkungan internal dan eksternal suatu organisasi dan merancang

suatu rencana strategik pada tahapan formulasi dan tahapan implementasi untuk

mencapai satu atau beberapa tujuan organisasi serta melakukan evaluasi dan

pengukuran terhadap hasil yang telah dicapai.

2.1.3. Proses Manajemen Strategik

Beberapa pendekatan Proses Manajemen Strategik yang dilakukan di

dalam menganalisis rencana strategik pengembangan industri Bahan Bakar

Nabati di Indonesia akan dibahas pada subbab berikut ini.

Pendekatan Thompson (2001: 7) menyatakan bahwa Strategic

Management refers to the managerial process of forming a strategic vision,

setting objectives, crafting strategiy, implementing and executing the strategy,

and then over time initiating whatever corrective adjustments in the vision,

objectives, strategy, and execution are deemed appropriate (Gambar 2.3).

Gambar 2.3 Strategic Management Process

Sumber: Thompson (2001: 7).

Page 7: 02_0_Bab_2_Landasan_teori_kua_8c_1

30

Ada lima tugas yang dibutuhkan untuk Proses Manajemen Strategik, yaitu:

1) Mendefinisikan usaha, menyatakan misi, dan menyusun visi. 2) Menyusun

tujuan yang terukur. 3) Merancang strategik untuk mencapai tujuan. 4)

Implementasi dan eksekusi strategi. 5) Evaluasi kinerja, meninjau ulang

pengembangan baru, dan melakukan inisiatif untuk pengaturan korektif.

Calingo (2001: 8) menyatakan bahwa Proses Manajemen Strategik

meliputi beberapa langkah, pertama-tama melakukan penelusuran terhadap

strategi yang ada. Kedua dan ketiga adalah melakukan penilaian terhadap

analisis lingkungan internal dan eksternal yang ada. Keempat meramalkan

strategik yang akan datang. Kelima melakukan pengembangan terhadap

strategik alternatif. Keenam evaluasi strategi. Ketujuh melakukan pemilihan

terhadap strategi yang telah dirancang. Kedelapan adalah operasionalisasi dan

institusionalisasi strategi. Kesembilan adalah melakukan pengendaliah terhadap

strategik yang telah diimplementasikan (Gambar 2.4).

Gambar 2.4 Strategic Management Process

Sumber: Calingo (2001: 8)

Page 8: 02_0_Bab_2_Landasan_teori_kua_8c_1

31

David (2003: 14) menyatakan bahwa Proses Manajemen Strategik

merupakan sesuatu yang dinamik dan berkelanjutan dan terdiri dari strategy

formulation, implementasion, and evaluation activities. Gambar 2.5

memperlihatkan suatu model Proses Manajemen Strategik yang jelas dan praktis

untuk melakukan formulasi, implementasi, dan mengevaluasi suatu strategi.

Gambar 2.5 Strategic Management Model

Sumber: David (2003: 14)

Pada tahap awal melakukan identifikasi visi, misi, tujuan, dan strategi suatu

organisasi, dan dengan melakukan audit internal dan eksternal, ditetapkan tahap

kedua, yaitu menentukan tujuan jangka panjang. Tahap ketiga adalah

merumuskan, mengevaluasi, dan melakukan seleksi strategi dan tahap keempat

adalah mengimplementasikan strategi tersebut dengan memperhatikan isu-isu

manajemen yang berkembang. Tahap kelima adalah mengimplementasikan

Page 9: 02_0_Bab_2_Landasan_teori_kua_8c_1

32

strategi dengan memperhatikan isu-isu yang berkaitan dengan Pemasaran,

Keuangan, Akuntansi, Riset dan Pengembangan, dan Sistem Informasi

Manajemen. Tahap keenam adalah melakukan pengukuran dan evaluasi

terhadap kinerja. Proses Manajemen Strategik merupakan suatu proses yang

dinamis dan berkelanjutan sehingga memungkinkan untuk dilakukan perubahan

melalui tahapan umpan balik.

Gambar 2.6. Strategic Management Process

Sumber: Wheelen (2004: 9).

Gambar 2.7 Strategic Management Model

Sumber: Wheelen (2004: 10).

Strategy Implementation

Evaluation and Control

Environmental Scanning

Strategy Formulation

Page 10: 02_0_Bab_2_Landasan_teori_kua_8c_1

33

Wheelen (2004: 9) menyatakan bahwa Proses Manajemen Strategik terdiri

4 (empat) elemen dasar (Gambar 2.6), yaitu: memindai lingkungan,

memformulasikan strategi, mengimplementasikan strategi, dan melakukan

evaluasi dan pengendalian. Proses Manajemen Strategik merupakan suatu

proses yang dinamis dan berkelanjutan sehingga memungkinkan untuk dilakukan

perubahan melalui tahapan umpan balik atau pembelajaran (Gambar 2.7).

Robbins (2009: 276) menyatakan bahwa Proses Manajemen Strategik

terdiri 6 (enam) langkah yang meliputi: strategic planning, implementation, and

evaluation. Gambar 2.8 memperlihatkan 6 (enam) langkah suatu model Proses

Manajemen Strategik, yaitu: 1. Mengidentifikasi misi, sasaran dan strategi

organisasi. 2. Menganalisis eksternal organisasi yang terdiri dari peluang dan

ancaman. 3. Menganalisis internal organisasi yang terdiri dari kekuatan dan

kelemahan yang dimiliki organisasi. 4. Melakukan formulasi strategi organisasi

dengan menggunakan analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities,

and Threats). 5. Melakukan implementasi strategi organisasi. 6. Melakukan

evaluasi terhadap hasil yang telah dicapai oleh organisasi.

Gambar 2.8. Strategic Management Process

Sumber: Robbins (2009: 276).

Page 11: 02_0_Bab_2_Landasan_teori_kua_8c_1

34

Secara ringkas proses manajemen strategik adalah penggabungan data

baik kuantitatif dan kualitatif untuk merancang matriks SWOT dan analisis

SWOT serta merancang rencana strategik, dan tahapan berikutnya adalah

implementasi strategi dan tahapan evaluasi.

2.1.4. Rencana Strategik

Wheelen (2004: 10) menyatakan di dalam menyusun rencana strategik

perlu memperhatikan Internal Environment, Task Environment, and Societal

Environment (Gambar 2.9).

Gambar 2.9. Internal Environment, Task Environment, and Societal Environment

Sumber: Wheelen (2004: 10).

Gambar 2.9 menjelaskan tentang Lingkungan Internal terdiri dari: Struktur,

Budaya, dan Sumber Daya Organisasi. Lingkungan Industri terdiri dari:

Pemegang saham, Pemerintah, Pemasok, Kelompok tertentu, Serikat pekerja,

Pelanggan, Pesaing, Perbankan, Asosiasi perdagangan, dan Komunitas tertentu.

Page 12: 02_0_Bab_2_Landasan_teori_kua_8c_1

35

Lingkungan social terdiri dari Kekuatan Sosial-budaya, Kekuatan Ekonomi,

Kekuatan Politik dan Hukum, dan Kekuatan Teknologi dan Logika.

Teori tentang manajemen telah dikenal secara familiar di dalam kehidupan

sehari-hari. Dimana di dalam manajemen terdapat empat (4) fungsi manajemen

yang paling esensial, yaitu: planning, organizing, actuating, and controlling

(POAC/Perencanaan, Pengorganisasian, Pengarahan, dan Pengendalian).

Rencana strategik merupakan bagian dari salah satu fungsi manajemen yaitu:

perencanaan.

Koontz (1988: 62, 82) menyatakan bahwa tahapan perancangan Rencana

Strategik adalah penetapan misi, tujuan, strategi, kebijakan, prosedur, aturan,

program, dan anggaran (Purposes or missions, Objectives, Strategies, Policies,

Procedures, Rules, Programs, and Budgets). Dan tahapan tersebut adalah

berjenjang dan hirarkhis (Gambar 2.10 dan 2.11).

Gambar 2.10. Hierarchy of plans

Sumber: Koontz (1988: 62).

Page 13: 02_0_Bab_2_Landasan_teori_kua_8c_1

36

Gambar 2.11. Relationship of the objectives and organizational hierarchy

Sumber: Koontz (1988: 82)

Bititci (Lee, 1998: 527, 531) menyatakan (Gambar 2.12) bahwa hoshin

kanri (policy deployment) is not a solution to all planning problems but a process

which enables managers to plan effectively and translate those plans into

actions. Performance management process terdiri dari 6 (enam) tahapan, yaitu:

vision, business objectives, strategic goals, critical success factors, critical task

action plan, and performance measures.

Gambar 2.12. Performance management process

Sumber: Lee (1998: 527, 531).

Page 14: 02_0_Bab_2_Landasan_teori_kua_8c_1

37

Armstrong (2007: 37) menyatakan bahwa Strategic Planning – the process

of developing and maintaining a strategic fit between the organization’s goals and

capabilities and its changing marketing opportunities (Gambar 2.13).

Gambar 2.13. Steps in Strategic Planning

Sumber: Armstrong (2007: 37).

Gambar 2.13 memperlihatkan beberapa tahapan di dalam merancang

Rencana Strategik, yaitu: mendefinisikan misi organisasi, menyusun sasaran dan

tujuan organisasi, dan merancang business portfolio. Ketiga tahapan ini

merupakan tahapan pada corporate level. Tahapan terakhir adalah pada tingkat

business unit yaitu merencanakan strategi pemasaran dan fungsi yang lain.

Modifikasi model yang dikembangkan oleh Wheelen (Gambar 2.6 dan

Gambar 2.7), Robbins (Gambar 2.8), Harold Koontz (Gambar 2.11 dan Gambar

2.12), Bititci (Gambar 2.12), dan Armstrong (Gambar 2.13), dihasilkan suatu

model Rencana Strategik baru yang diberi nama delapan (8) langkah untuk

merancang Rencana Strategik, terdiri dari: Visi, Misi, Tujuan, Strategi,

Kebijakan, Program, Anggaran, dan Prosedur (Purwono, 2009: 28-29).

Gambar 2.14 memperlihatkan kedelapan langkah di dalam merancang

rencana strategik dari suatu institusi atau organisasi atau suatu perusahaan, juga

menjelaskan bahwa untuk menyusun suatu Rencana Strategik dapat dimulai

Page 15: 02_0_Bab_2_Landasan_teori_kua_8c_1

38

dengan penetapan pernyataan visi, kemudian berturut-turut penetapan

pernyataan misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, anggaran, dan prosedur.

Pernyataan visi dirancang dengan kata-kata yang cukup singkat dan

dijabarkan lebih jelas dan agak rinci serta dapat diimplementasikan pada tahapan

berikutnya, yaitu: misi.

Gambar 2.14. Delapan langkah di dalam merancang Rencana Strategik

Sumber: Purwono (2009: 28).

Sebaiknya di dalam merancang Rencana Strategik melibatkan manajemen

tingkat puncak (pimpinan), manajemen tingkat menengah, dan bawahan.

Keterlibatannya dipilah-pilah sesuai dengan dampak yang akan dihasilkan,

sebagai misal: Pertama, pernyataan visi dan misi (tahap I dan II) dirancang oleh

para pimpinan puncak perusahaan/institusi/organisasi (top level management),

karena dampak dari pernyataan adalah berjangka panjang sekitar 5 s.d. 25 tahun

(long-term). Kedua, pernyataan tujuan, strategi dan kebijakan (tahap III s.d tahap

V) dirancang oleh manajemen tingkat menengah perusahaan/institusi/

organisasi (middle level management), karena dampak dari pernyataan adalah

berjangka menengah, yaitu sekitar 2 s.d. 5 tahun (medium-term). Ketiga,

pernyataan program, anggaran dan prosedur (tahap VI s.d tahap VIII) dirancang

Page 16: 02_0_Bab_2_Landasan_teori_kua_8c_1

39

oleh manajemen tingkat bawah dari perusahaan/institusi/organisasi (lower level

management), karena dampak dari pernyataan adalah berjangka pendek atau

tingkat operasional, yaitu sekitar 1 s.d. 24 bulan.

Kedelapan tahapan ini dirancang oleh top level management secara

hirarkhi, artinya setelah dirancang mulai urutan tahap I sampai dengan tahap VIII

(mulai tahap visi s.d. prosedur) dapat ditelusuri ulang apakah ada kesesuaian

antara masing-masing tahapan. Artinya hasil Renstra sementara dilakukan suatu

pendekatan dari atas ke bawah dan sebaliknya (top-down approach and bottom-

up approach). Hasil akhir adalah suatu musyawarah untuk memperoleh titik temu

(kompromi), dan memerlukan umpan balik (feedback) dari bawahan dan

sebaliknya. Pimpinan memerlukan sosialisasi (deployment) yang dilakukan agar

tidak terdapat perbedaan persepsi pada saat diimplementasikan atau untuk

dilakukan secara operasional, sebagai contoh: pernyataan misi haruslah

mencakup atau merupakan bagian dari pernyataan visi atau sebaliknya.

Pemilahan dari ke delapan tahapan ini menjadi dua, yaitu: formulasi

strategi dan implementasi strategi. Formulasi Strategi yang merancang

pernyataan tahap I s.d. V (mulai visi s.d. kebijakan) adalah hanya

memformulasikan strategi atau analisis industri atau Rencana Strategik institusi

saja tidak sampai mengimplementasikannya (David, 2003: 5). Berbeda dengan

Implementasi Strategi, pernyataan yang dirancang haruslah dapat

diimplementasikan dengan ukuran keberhasilan yang terukur, baik secara

kuantitatif maupun kualitatif.

Gambar 2.15 memperlihatkan terminologi/definisi ringkas dari masing-

masing tahapan dengan menggunakan paraphrasing. Perancangan penetapan

Page 17: 02_0_Bab_2_Landasan_teori_kua_8c_1

40

pernyataan visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, program, anggaran, dan

prosedur.

Gambar 2.15. Definisi Rencana Strategik

Sumber: Purwono (2009: 29) dimodifikasi.

2.1.5. Lingkungan Internal dan Lingkungan Eksternal

Analisis SWOT membutuhkan data dari lingkungan internal dan eksternal

dan definisi variabel lingkungan internal dan eksternal (Tabel 2.1).

2.1.5.1. Lingkungan Internal (Internal Environment)

Singh (2004: A9) menyatakan bahwa strategy intent and strategic mission

dipengaruhi oleh external environment (terdiri dari: opportunities

(possibilities/peluang) and threats (constraints/ancaman)) dan internal

environment (terdiri dari: strengths/kekuatan and weaknesses/kelemahan).

Certo (1995: 7) menyatakan bahwa lingkungan internal meliputi kekuatan-

kekuatan yang beroperasi di dalam organisasi dengan implikasi yang spesifik

terhadap kinerja pengelolaan organisasi, terdiri dari: komponen-komponen

organisasi, pemasaran, keuangan, personalia, dan produksi.

CARA PELAKSANAAN AKSI DAN

Page 18: 02_0_Bab_2_Landasan_teori_kua_8c_1

41

Tabel 2.1. Variabel IE

(02_Tabel_2_1_var_IE_rev_6)

Page 19: 02_0_Bab_2_Landasan_teori_kua_8c_1

42

Page 20: 02_0_Bab_2_Landasan_teori_kua_8c_1

43

Page 21: 02_0_Bab_2_Landasan_teori_kua_8c_1

44

2.1.5.2. Lingkungan Eksternal

Salah satu pendekatan untuk menentukan variabel eksternal (External

Environment) adalah dengan menggunakan Analisis Rantai Nilai (Value Chain

Analysis) dari Michael E Porter (Hitt, 2005: 89).

Gambar 2.16 menjelaskan tentang Analisis Rantai Nilai yang merupakan

suatu pola yang digunakan perusahaan untuk memahami posisi biayanya dan

untuk mengidentifikasikan cara-cara yang digunakan dan untuk memfasilitasikan

cara-cara yang digunakan untuk implementasi strategi tingkat bisnisnya. Analisis

Rantai Nilai terdiri dari aktivitas primer dan aktivitas pendukung. Aktivitas primer

berkaitan dengan penciptaan fisik produk, penjualan, dan distribusi kepada

pembeli, dan pelayanan setelah penjualan. Aktivitas pendukung menyediakan

dukungan yang diperlukan bagi berlangsungnya aktivitas-aktivitas primer, yang

terdiri dari: Infrastruktur perusahaan, Manajemen sumber daya manusia,

Pengembangan teknologi dan Pengadaan.

Gambar 2.16. Analisis Rantai Nilai

Page 22: 02_0_Bab_2_Landasan_teori_kua_8c_1

45

Gambar 2.17. Lingkungan Eksternal

Sumber: Pearce (2003: 57).

Gambar 2.17 menjelaskan tentang beberapa faktor lingkungan eksternal

perusahaan yang mempengaruhi pilihan arah dan tindakan suatu perusahaan,

struktur organisasi dan proses internal perusahaan. Lingkungan eksternal

menurut Pearce (2003: 57) dapat dibagi menjadi 3 (tiga) sub-kategori yang saling

berkaitan, yaitu: Faktor-faktor lingkungan jauh (remote), terdiri dari: ekonomi,

sosial, politik, teknologi, dan ekologi, Faktor-faktor lingkungan industri, terdiri dari:

pendatang baru, pemasok, pembeli, produk sustitusi, dan persaingan diantara

perusahaan yang sudah ada, dan Faktor-faktor lingkungan operasional, yang

terdiri dari: para pesaing, para kreditor, pelanggan, tenaga kerja, dan pemasok.

Page 23: 02_0_Bab_2_Landasan_teori_kua_8c_1

46

2.1.6. Analisis SWOT

Wheelen (2004: 9) menyatakan bahwa salah satu cara yang relatif

sederhana untuk mengidentifikasi strategic factors adalah dengan menggunakan

SWOT analysis. Beberapa model yang dapat dipergunakan di dalam

perencanaan strategis (Rangkuti, 1997: 31, dan Umar, 2005: 229) adalah:

1. Matriks SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats).

2. Matriks BCG (Boston Consulting Group).

3. Matriks IE (Internal and External).

4. Matriks SPACE (Stategic Position and Action Evaluation).

5. Matriks Grand Strategy.

2.1.6.1. Matriks SWOT

Salah satu alat yang digunakan untuk menyusun faktor-faktor strategis

perusahaan adalah Matriks SWOT (Rangkuti, 1997: 31). Matriks SWOT

(Kekuatan, Kelemahan, Peluang, dan Tantangan) ini dapat menggambarkan

secara jelas bagaimana peluang dan tantangan/ancaman eksternal yang

dihadapi perusahaan dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang

dimilikinya. Matriks ini dapat menghasilkan 4 (empat) set kemungkinan alternatif

strategik (Gambar 2.18).

2.1.6.2. Matriks BCG

Gary Amstrong and Philip Kotler (Amstrong, 2007: 41 and Feurer, 1995:

14) menyatakan bahwa dengan menggunakan BCG approach, sebuah

perusahaan dapat mengklasifikasikan seluruh Strategic Business Unit (SBU)

sesuai dengan growth-share matrix.

Page 24: 02_0_Bab_2_Landasan_teori_kua_8c_1

47

Gambar 2.18. Matriks SWOT

Sumber: Rangkuti (1997: 31).

Gambar 2.19. Matriks BCG

Sumber: Feurer (1995: 14).

OPPORTUNITIES (O)

THREATS (T)

Page 25: 02_0_Bab_2_Landasan_teori_kua_8c_1

48

Gambar 2.19 terdapat 4 (empat) sel (kuadran), dimana bintang (star)

mempunyai karakteristik pertumbuhan pasar yang tinggi, dan sumbangsih usaha

atau produk yang tinggi, sapi perahan (cash cow) mempunyai karakteristik

pertumbuhan pasar yang rendah, dan sumbangsih usaha atau produk yang

tinggi, tanda tanya (question mark) mempunyai karakteristik pertumbuhan pasar

yang tinggi, dan sumbangsih usaha atau produk yang rendah, sedangkan sel

yang terakhir adalah binatang anjing (dog) mempunyai karakteristik pertumbuhan

pasar yang rendah, dan sumbangsih usaha atau produk yang rendah.

2.1.6.3. Matriks IE

Matriks IE (Rangkuti, 1997: 42) digunakan untuk mengevaluasi faktor-faktor

eksternal (peluang dan tantangan) dan internal (kekuatan dan kelemahan) suatu

organisasi.

Gambar 2.20 memperlihatkan identifikasi 9 (sembilan) sel strategi

perusahaan, yang pada prinsipnya dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) strategi

utama, yaitu:

1. Growth strategy merupakan pertumbuhan perusahaan (sel 1, 2, dan 3) atau

upaya diversifikasi (sel 7, dan 8).

2. Stability strategy merupakan strategi yang diterapkan tanpa mengubah arah

strategi yang telah ditetapkan.

3. Retrenchment strategy merupakan usaha untuk memperkecil atau

mengurangi usaha yang dilakukan oleh perusahaan (sel 3, 6, dan 9).

2.1.6.4. Matriks SPACE

Matriks SPACE (Umar, 2005: 229-230) digunakan untuk memetakan

kondisi suatu organisasi dengan menggunakan suatu model yang

dipresentasikan dengan menggunakan diagram cartesius yang terdiri dari 4

Page 26: 02_0_Bab_2_Landasan_teori_kua_8c_1

49

(empat) kuadran dengan skala ukuran yang sama. Keempat kuadran ini

menunjukkan apakah hasil analisis akan mengindikasikan pemakaian strategi

aggressive, conservative, defensive, and competitive bagi suatu organisasi

(Gambar 2.21).

Gambar 2.20. Matriks Internal - External

Sumber: Rangkuti (1997: 42).

Keterangan:

1. Strategi konsentrasi melalui integrasi vertikal 2. Strategi konsentrasi melalui integrasi Horisontal 3. Strategi turn-over 4. Strategi Stabilitas 5. Strategi konsentrasi melalui integrasi horisontal atau stabilitas (tidak

ada perubahan laba) 6. Strategi divestasi 7. Strategi diversifikasi konsentrik 8. Strategi diversifikasi konglomerasi 9. Strategi likuidasi atau bangkrut

Page 27: 02_0_Bab_2_Landasan_teori_kua_8c_1

50

Gambar 2.21. Matriks SPACE

Sumber: Umar (2005: 229).

Matriks SPACE ini dinyatakan dalam 2 (dua) dimensi, yaitu:

1. Dimensi internal yang terdiri dari financial strength (FS) dan

competitive advantage (CA).

2. Dimensi external yang terdiri dari environmental stability (ES) dan

industry strength (IS).

2.1.6.5. Matriks Grand Strategy

Matriks Grand Strategy (Strategi Utama) terdiri dari 2 (dua) dimensi, yaitu:

dimensi posisi persaingan dan dimensi pertumbuhan pasar (Umar, 2005: 242-

243) dan memiliki 4 (empat) kuadran (Gambar 2.22).

2.1.7. Organisational Levels

Organisational level (Tingkatan Keorganisasian) biasanya dibentuk seperti

piramida (Gambar 2.23), dengan tingkatan mulai dari Top Managers, Middle

Managers, first-Line Managers, and Non-Managerial Employees.

Page 28: 02_0_Bab_2_Landasan_teori_kua_8c_1

51

Gambar 2.22. Matriks Grand strategy

Sumber: Umar (2005: 242).

Gambar 2.23. Organisational levels

Sumber: Robbins (2009: 9).

Page 29: 02_0_Bab_2_Landasan_teori_kua_8c_1

52

2.1.8. Management Skills

Manajer di dalam melaksanakan tugas dan kegiatannya membutuhkan

keahlian tertentu. Penelitian Robert L Katz (1970-an) menyatakan ada 3 (tiga)

keahlian atau kompetensi yang hakiki (Robbins, 2009: 15) dari Management

Skills (Keahlian Manajemen), yaitu: technical skills, human skills, and conceptual

skills (Gambar 2.24).

Robbins (2009: 15) mendefinisikan bahwa:

Technical skills are the job-specific knowledge and tecniques needed to perform specific tasks proficiently, misal: engineering, computing, accounting, and manufacturing. Human skills or interpersonal skills represent the ability to work well with and understand others, to build cooperative effort within a team (that is, to lead), to motivate and to manage conflict. And conceptual skills are the ability to think and to conceptualise about abstract and complex situations.

2.1.9. Stakeholders

Hitt (2005: 22) menyatakan bahwa:

Stakeholders are individuals and groups who can affect, and affected by, the strategic outcomes achieved and who have enforceable‘s performance.

Gambar 2.24

Management Skills

Sumber: Robbins (2009: 15).

Page 30: 02_0_Bab_2_Landasan_teori_kua_8c_1

53

Gambar 2.25

The Three Stakeholder Groups

Sumber: Hitt (2005: 24).

Klasifikasi pemangku kepentingan atau stakeholders (Gambar 2.25) terdiri

dari pemegang saham dan pemasok utama modal (bank devisa umum, bursa

saham), pemegang saham pasar produk yang terdiri dari: pelanggan primer

organisasi, pemasok, komunitas rumah tangga, dan serikat buruh yang mewakili

pekerja, dan pemegang saham organisasi yang terdiri dari: para manajer, para

karyawan, dan para non-manajer (the capital market stakeholders, the product

market stakeholders, and the organizational stakeholders).

2.1.10. Management of Technology

Khalil (2000: 8) mendefinisikan Management of Technology adalah an

interdisciplinary field concern with the planning, development and implementation

of technological capabilities to shape and accomplish the operational and

strategic objectives of an organization.

Page 31: 02_0_Bab_2_Landasan_teori_kua_8c_1

54

Beberapa faktor yang mempengaruhi kesejahteraan umat manusia adalah

teknolgi, tenaga kerja, sumber daya alam, pangsa pasar, kebijakan publik dan

lingkungan, dan modal (Gambar 2.26).

Gambar 2.26. Factors contributing to wealth creation

Sumber: Khalil (2000: 8). 2.1.11. Energi Terbarukan

Definisi energi terbarukan (http://en.wikipedia.org) adalah

Renewable energy is energy generated from natural resources—such as sunlight, wind, rain, tides and geothermal heat—which are renewable (naturally replenished). In 2006, about 18% of global final energy consumption came from renewables, with 13% coming from traditional biomass, such as wood-burning. Hydroelectricity was the next largest renewable source, providing 3%, followed by solar hot water/heating, which contributed 1.3%. Modern technologies, such as geothermal energy, wind power, solar power, and ocean energy together provided some 0.8% of final energy consumption.

UU No. 30 tahun 2007 memberikan definisi energi terbarukan adalah energi yang berasal dari sumber energi terbarukan. Sedangkan sumber energi terbarukan adalah sumber energi yang dihasilkan dari sumber daya energi yang berkelanjutan jika dikelola dengan baik, antara lain panas bumi, angin, bioenergi, sinar matahari, aliran dan terjunan air, serta gerakan dan perbedaan suhu lapisan laut.

CAPITAL NATURAL RESOURCES

WEALTH CREATION

TECHNOLOGY LABOR

PUBLIC AND ENVIRONMENTAL

POLICYMARKET

Page 32: 02_0_Bab_2_Landasan_teori_kua_8c_1

55

Salah satu energi terbarukan (EBT) yang tersedia sangat banyak di

Indonesia adalah energi panas bumi yang digunakan untuk Pembangkit Listrik

Tenaga Panas Bumi (PLTP). PLTP menggunakan fluida kerja uap yang

diperoleh dari perut bumi melalui pengemboran dengan kedalaman sekitar 2.000

m. Uap dengan suhu, tekanan dan debit tertentu setelah dimurnikan di separator,

dialirkan ke turbin uap untuk menghasilkan energi mekanis, selanjutnya diubah

menjadi energi listrik di generator. Uap yang keluar dari turbin uap dialirkan

melalui condensor untuk dikondensasikan sehingga berubah menjadi air,

kemudian diinjeksikan kembali ke dalam bumi. Proses ini yang menjadikan

energi panas bumi sebagi salah satu bentuk sustainable energy (Gambar 2.27).

Gambar 2.27. Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi

Sumber: www.tribunnews.com diakses tanggal 11 Maret 2011.

Beberapa keuntungan menggunakan energi panas bumi adalah biaya

pokok penyediaan lebih murah dibandingkan dengan menggunakan Pembangkit

Listrik Tenaga Diesel (PLTD), ramah lingkungan, biaya operasi murah, dan

Page 33: 02_0_Bab_2_Landasan_teori_kua_8c_1

56

menghasilkan uap sepanjang hari. Kelemahan penggunaan PLTP adalah

teknologi yang digunakan adalah teknologi tinggi dan canggih sehingga transfer

of knowledge-nya dari negara lain membutuhkan waktu yang lama.

Pembangkit listrik tenaga air (PLTA) merupakan salah satu pembangkit

listrik yang menggunakan energi terbarukan berupa air. Keunggulan dari

pembangkit ini adalah responnya yang cepat sehingga sangat sesuai untuk

kondisi beban puncak maupun saat terjadi gangguan di jaringan. Selain

kapasitas daya keluarannya yang paling besar diantara energi terbarukan

lainnya, PLTA adalah pembangkit yang mengandalkan energi potensial

(ketinggian) dan kinetik (kecepatan aliran) dari air untuk menghasilkan energi

listrik (Gambar 2.28).

Bentuk utama dari pembangkit listrik jenis ini adalah generator yang

dihubungkan ke turbin air yang digerakkan oleh tenaga kinetik dari air. PLTA ini

tidak hanya terbatas pada air dari sebuah waduk atau air terjun, melainkan juga

menggunakan tenaga air dalam bentuk lain seperti tenaga ombak.

Gambar 2.28. Bendungan Sutami - Karangkates

Page 34: 02_0_Bab_2_Landasan_teori_kua_8c_1

57

Cadangan tenaga air nasional mencapai sekitar 75,67 GW atau setara

dengan BBM sejumlah 845 juta SBM atau 2,5 juta barel per hari, saat ini total

kapasitas terpasang sebesar 5.705,29 MW (Tabel 1.8 dan www.esdm.go.id).

Keuntungan penggunaan PLTA adalah ramah lingkungan, biaya operasi

murah, dan tersedia sepanjang hari. Kelemahan penggunaan PLTA adalah biaya

awal yang mahal, membutuhkan area yang luas serta waktu pembangunan PLTA

lama.

Angin adalah salah satu bentuk energi yang tersedia di alam, Pembangkit

Listrik Tenaga Angin (Bayu)/PLTB (Gambar 2.29) mengkonversikan energi angin

menjadi energi listrik dengan menggunakan turbin angin atau kincir angin. Cara

kerjanya cukup sederhana, energi angin yang memutar turbin angin, diteruskan

untuk memutar rotor pada generator di bagian belakang turbin angin, sehingga

akan menghasilkan energi listrik. Energi listrik ini dapat juga disimpan ke dalam

baterai sebelum dimanfaatkan.

Gambar 2.29. Wind energy

Page 35: 02_0_Bab_2_Landasan_teori_kua_8c_1

58

Total kapasitas terpasang dalam sistem konversi energi angin saat ini

kurang dari 800 kilowatt. Mengacu pada kebijakan energi nasional, maka

Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) ditargetkan mencapai 250 MW pada

tahun 2025. Cadangan tenaga angin nasional mencapai sekitar 9,29 GW.

Pembangkit tenaga angin ini digunakan untuk skala kecil, menengah dan

besar karena arus yang dihasilkan dalam 1 jam lebih besar serta membutuhkan

investasi yang lebih murah ketimbang Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS).

Keuntungan yang lain adalah penerapan pembangkit listrik tenaga angin dapat

dikembangkan di daerah terpencil, terutama di pegunungan dan di pulau-pulau

yang tidak terjangkau jaringan listrik PLN, selain ramah lingkungan, teknologi

yang digunakan sangat sederhana dan biaya operasi dan pemeliharaan yang

murah. PLTB ini akan efisien apabila dibangun beberapa unit PLTB di suatu

daerah yang luas.

Gambar 2.30. Solar Cell energy

Sumber: www.anekasurya.com.

Page 36: 02_0_Bab_2_Landasan_teori_kua_8c_1

59

Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) adalah pembangkit yang

memanfaatkan sinar matahari sebagai sumber penghasil listrik. Alat utama untuk

menangkap, mengubah dan menghasilkan energi listrik adalah Photovoltaic (PV)

atau yang disebut secara umum Modul/Panel Solar Cell. Dengan PV, sinar

matahari diubah menjadi energi listrik melalui proses aliran-aliran elektron negatif

dan positif di dalam PV karena perbedaan elektron. Hasil dari aliran elektron-

elektron ini adalah energi listrik arus searah (DC/Direct Current) yang dapat

langsung dimanfatkan untuk mengisi battery/aki (accumulator) sesuai tegangan

dan ampere yang diperlukan (Gambar 2.30).

Total kapasitas terpasang dalam sistem konversi energi surya saat ini

kurang dari 0,008 GW. Cadangan tenaga surya nasional mencapai sekitar 4,8

kWh/m2/day (Tabel 1.8 dan www.anekasurya.com).

. Keuntungan PLTS dapat dikembangkan di daerah terpencil, terutama di

daerah yang tidak terjangkau jaringan listrik PLN, ramah lingkungan, biaya

operasi dan pemeliharaan yang murah.

Gambar 2.31. Biji Jarak Pagar dan bunga Matahari diproses menjadi BBN

Page 37: 02_0_Bab_2_Landasan_teori_kua_8c_1

60

Gambar 2.31 memperlihatkan pemanfaatan BBN, dimana sisi masukan

adalah bahan baku biji jarak pagar atau bunga matahari atau biji kelapa sawit

yang diproses menjadi biodiesel. Salah satu pemanfaatannya adalah untuk

bahan bakar minyak atau pembangkit listrik dan transportasi.

Tabel 2.2 menjelaskan penggunaan sumber energi untuk energi listrik.

Biaya energi listrik per kWh dengan menggunakan energi panas bumi sebesar

USD 0,08 (Rp. 800) dan harga jual listrik oleh PT PLN (persero) adalah USD

0,06 atau sekitar Rp. 650 per kWh. Biaya energi listrik per kWh untuk pembangkit

listrik menggunakan BBM adalah USD 0,12 (Rp. 1.200). Penggunaan batubara

adalah murah tetapi menghasilkan polusi dan emisi yang tinggi.

Tabel 2.2. Perbandingan Biaya per kWh

No. Macam Energi Biaya per kWh Harga Jual Listrik per kWh

Harga Minyak Mentah

1. Panas Bumi USD 0,08 USD 0,06 2. Solar Rp. 3.000 Rp. 650 3. BBM USD 0,12 USD 0,06 USD 45/barrel USD 0,17 USD 0,06 USD 70/barrel USD 0,30 USD 0,06 USD 120/barrel USD 0,32 USD 0,06 USD 140/barrel

4. Batubara USD 0,06 USD 0,06 USD 140/ton 5. Gas USD 0,08 USD 0,06 USD 140/MMBTU

Sumber: ww.republika.co.id dan Partowidagdo, 2009: 376,378,399,405. 1 kg LPG setara dengan 1,7 liter minyak tanah. Harga minyak tanah = Rp. 3.000 per liter. Harga gas = Rp. 5.100 per kg. USD 1 = Rp. 10.000. 2.2. Hasil Penelitian Terdahulu

Fries (2006: 6) menyatakan keterkaitan antara faktor organisation and

environment terhadap faktor strategi. Gambar 2.32 menjelaskan tentang faktor-

faktor yang mempengaruhi strategi yaitu: faktor lingkungan organisasi internal

(internal organization) yang terdiri dari: tujuan dan nilai (goals and values),

Page 38: 02_0_Bab_2_Landasan_teori_kua_8c_1

61

sumber daya dan kapabilitas (resources and capabilities), dan struktur organisasi

dan sistem (structure and system), dan faktor lingkungan atau organisasi

eksternal (environment atau external organisation) yang terdiri dari: para pesaing,

komunitas, para pelanggan, pemerintah, industri, institusi, kelompok-kelompok

yang berkepentingan, media dan publik (competitors, communities, customers,

government, industry, institutions, interest groups, media, and public).

Gambar 2.32. Faktor-faktor yang mempengaruhi Strategy

Sumber: Fries (2006: 6).

Kondo (1998: 428) mengamati keberhasilan di Matsushita electric

Industries’ Car Radio Division yang telah berhasil melakukan 10% price

reduction melalui suatu perbaikan proses yang dikenal dengan hoshin kanri atau

hoshin planning atau policy deployment (Hoshin is a course, a policy, a plan, an

aim and Kanri is administration, management, control, charge of, care for). Hal

yang utama di dalam hoshin kanri adalah annual policy and medium to long-term

policy, the establishment of quality policy, converting methodology policy into

objective policy which is composed of aims, targets and priority strategies, the

Page 39: 02_0_Bab_2_Landasan_teori_kua_8c_1

62

top-down and bottom-up deployment and the meaning and practice of “catch-ball”

in the deployment process, and top management internal QC audits were

explained (Gambar 2.33).

Gambar 2.33. Hoshin Planning

Sumber: Kondo (1998: 428).

Pada tahun 1996, Goal/QPC Research (Lee, 1998: 533, dan Yang, 2006:

763) merancang model yang mempunyai representasi lebih baik tentang policy

deployment (Gambar 2.34).

Gambar 2.34 memperlihatkan langkah-langkah atau usaha-usaha yang

dilakukan untuk pencapaian tujuan organisasi, dimulai dari visi 5-10 tahun

(langkah 1) mendatang diterjemahkan/dijabarkan ke rencana pencapaian tujuan

jangka menengah 3-5 tahun mendatang (langkah 2), kemudian di-breakdown

menjadi rencana tahunan (langkah 3). Langkah berikutnya adalah proses

sosialisasi (deployment), demikian siklus ini berulang-ulang dari langkah 1, 2, 3,

4, 5, 6, 7, dan kembali ke langkah 1.

Page 40: 02_0_Bab_2_Landasan_teori_kua_8c_1

63

Gambar 2.34. Policy Deployment

Calingo (1995: 21) mengadopsi pengembangan hoshin kanri yang telah

dilakukan oleh Yoshio Kondo menjadi the hoshin planning cycle. Gambar 2.35

menjelaskan tentang beberapa komponen untuk merancang the hoshin planning

cycle, yaitu: 1. Formulate the plan, 2. Deploy departments, 3. Implement, and 4.

Audit (Gambar 2.33).

Prinsip-prinsip di dalam melaksanakan hoshin kanri adalah:

1. Focus on processes, not results. 2. Founded in daily control. 3. Goals based on customer needs. 4. Thorough analysis of previus stage. 5. Top-down, bottom-up planning. 6. Catch-ball between layers of organisation. 7. Objectives aligned throughout the organisation to achieve

commone goals. 8. All members of the organisation are responsible for the process

leading to the results. 9. Focus on a small number of breakthrough items. 10. Widespread understanding of TQM (Total Quality Management)

and the PDCA cycle. 11. Means deployed the targets.

Page 41: 02_0_Bab_2_Landasan_teori_kua_8c_1

64

12. Regular review mechanism, focus on corrective action. 13. Dynamic, flexible, never ending improvement.

RG Lee (Lee, 1998: 537-538) menyatakan bahwa Hoshin kanri or policy

deployment is simply PDCA applied to the planning and execution of a few critical

strategic organisation objectives.

Yoji Akao pada tahun 1991 (Lee, 1998: 522, 529) menyatakan (Gambar

2.36) bahwa Hoshin kanri model memperlihatkan bahwa gerakan sebaran

kebijakan dimulai dari Senior management establish the “what” in terms of vision

and objectives; Middle management negotiate with senior management in terms

of goals and resources – negotiating the “how” – and then they negotiate the

implementation teams in terms of performance measures. Honshin kanri terdiri

dari dua kata, yaitu hoshin yang berarti a compass, a course, a policy, a plan,

an aim; kanri berarti management control, care for; dan secara bersama-sama

berarti “management control of the company’s focus.”

Gambar 2.35. The Hoshin Planning Cycle

Barry J Witcher, 2002: 391

Sumber: Calingo (1995: 21).

Page 42: 02_0_Bab_2_Landasan_teori_kua_8c_1

65

Gambar 2.36. Hoshin kanri model

Gambar 2.37. EIDPER model

Sumber: Yang (2006: 761)

Page 43: 02_0_Bab_2_Landasan_teori_kua_8c_1

66

Yang (2006: 761) mengembangkan model hoshin kanri untuk

menerjemahkan strategi menjadi suatu kebijakan dan tindakan untuk pencapaian

tujuan, yaitu EIDPER model (Gambar 2.37), singkatan dari Envision, Identify,

Diagnose, Prioritize, Execute and Review. David (2003: 5) menyatakan bahwa

the term of strategic management is used to refer to strategy formulation,

implementation, and evaluation, with strategic planning referring only to strategy

formulation. Strategy formulation includes developing a vision and mission,

identifying an organizational’s external opportunities and threats, determining

internal strengths and weaknesses, establishing long-term objectives, generating

alternative strategies, and choosing particular strategies to pursue.

Pemikiran konseptual, hasil temuan dan variabel penelitian dari peneliti

terdahulu dapat dilihat pada Tabel 2.3. Pendapat Sun Tzu salah seorang pemikir

yang telah mengembangkan strategi yang membahas tentang Seni Perang dan

Perang dan Manajemen mulai 475 sebelum masehi. Henry Mintzberg yang

terkenal dengan penelitian 5 P’s (Strategy as plan, Strategy as ploy, Strategy as

pattern, Strategy as position, and Strategy as perspective). Peneliti berikutnya

adalah Harold Koontz yang membahas tentang Rencana Strategik dan Yoji akao

seorang peneliti dari Jepang yang terkenal dengan Hoshin Kanri-nya. Peneliti

yang berasal dari United Kingdom – Barry J Witcher yang mengembangkan

pendapat dari Yoji Akao tentang Hoshin Kanri di beberapa perusahaan di Jerman

dan Afrika.

Page 44: 02_0_Bab_2_Landasan_teori_kua_8c_1

67

Tabel 2.3. Pemikiran peneliti terdahulu

No PEMIKIRAN Th PEMIKIR URAIAN 1 Strategy (The Art of

War)

475 SM

Sun Tzu (Sun Wu)

The word “strategy” derives from the Greek word stratçgos; which derives from two words: • "stratos" – meaning

army. • "ago" – which is the

ancient Greek for leading /guiding/ moving to

The Art of War is a systematic guide to strategy and tactics for rulers and commanders.

2 PDCA / Deming Cycle 1931 Walter Andrew Shewhart

Plan, Do, Check, Act

3 Strategies for Diversification

1957 H Igor Ansoff Strategies for Diversification atau Product-market growth matrix

4 Corporate Strategy 1965 H Igor Ansoff Corporate Strategy: An analytical approach to business policy for growth and expansion

5 Mintzberg’s the three main types of strategy processes

1974 Henry Mintzberg

Planning, entrepreneurial and learning-by-experience

6 The Seven S Model (The 7-S of McKinsey and Co.)

1982 Thomas J Peter, Bob Waterman and Julien Phillips

Structure, strategy, systems, style of management, skills - corporate strengths, staff, shared values

7 Strategy in Action 1982 Boris Yavitz and William H Newman

Strategy in Action: the execution, Politics, and pay-off of business planning

8 5 P’s Mintzberg 1982 Henry Mintzberg

• Strategy as plan • Strategy as ploy • Strategy as pattern • Strategy as position • Strategy as perspective

Page 45: 02_0_Bab_2_Landasan_teori_kua_8c_1

68

Tabel 2.3. (lanjutan)

No PEMIKIRAN TAHUN PEMIKIR URAIAN 9 Strategic Planning

(Hierarchy of plans) 1988 Harold Koontz

and Heinz Weihrich

Vision, mission/purpose, objectives, strategies, policies, procedures, rule, programs, budgets.

10 Strategy 1991 Cynthia A Montgomery and Michael E Porter

Business Strategy, Linking Competitive Strategy and Functional Strategy, Evolving Nature of International Competition, Corporate Strategy and Firm Scope, The Process of Making Strategy, Corporate Governance

11 Hoshin Kanri 1991 Yoji Akao, (1991), Yoshio Kondo (1997)

Policy Deployment, Policy Management, PDSA (Plan, Do, Study, Act)

12 Strategy Formulation 1995 Rainer Feurer Strategy formulation process (the ten steps) at Hewlett-Packard)

13 The Evolution of Strategic Quality Management

1996 Luis Maria R Calingo

The hoshin kanri planning cycle: Plan, Execute, Audit

14 Strategic Management for senior leader

1996 Denise Lindsey Wells

Pre-planning, Strategic Planning, Deployment, Implementation, Measurement and Evaluation

15 Strategy Management Process

1997 Luis Maria R Calingo

Strategy is an act of the general or plan the destruction of one’s enemies through effective use resources

16 Strategy Management Process

2003 Arthur A Thompson, and AJ Strickland

Strategic management refers to the managerial process of forming: a strategy vision and business mission, setting the objectives (financial and strategy objectives, economic and market value added/eva & mva), crafting a strategy (planned & reactive strategy), implementing and executing the strategy, and then overtime initiating whatever corrective adjustments in the vision, objectives, strategy, and execution are deemed appropriate (Thompson, 2001: 6)

Page 46: 02_0_Bab_2_Landasan_teori_kua_8c_1

69

Tabel 2.3 (lanjutan)

No PEMIKIRAN TAHUN PEMIKIR URAIAN

17 A Conceptual Synergy Model of Strategy Formulation for Manufacturing

2004 Kit Fai Pun Conceptualization of Strategy, From Strategic Planning to Strategy Formulation, Operationalising Strategy Formulation, Planning Frameworks and Methodologies for Strategy Formulation, And Synergy of Strategy Formulation and Configuration

18 Strategy Management Process

2005 Michael A Hitt Strategic Management Process terdiri dari: Straetgic Inputs, Strategic Actions, and Strategic Outcomes

19 BSC and hoshin kanri: dynamic capabilities for managing strategic fit

2007 Barry J Witcher and Vinh Sun Chau

The five step criteria for the core competence of hoshin kanri development

Page 47: 02_0_Bab_2_Landasan_teori_kua_8c_1

70

Tabel 2.4

Matriks variabel IE (file: 02_Tabel_2_3_Matrix_var)

Page 48: 02_0_Bab_2_Landasan_teori_kua_8c_1

71

Page 49: 02_0_Bab_2_Landasan_teori_kua_8c_1

72

2.3. Paradigma/Theoretical Framework (Alur Pikir) Alur pikir penelitian dan Kerangka Konsep Penelitian (Gambar 2.38 dan

2.39).

File:02_alur_pikir_fig_2_34

Page 50: 02_0_Bab_2_Landasan_teori_kua_8c_1

73

Gambar 2.39 Kerangka Konsep Penelitian

Keterangan: 1 Thompson 6 Porter 2 Hitt 7 Fries 3 Wheelen 4 Singh 5 Stoner

1, 2, 3, 4

2, 5, 7

1, 2, 3, 4

2, 5, 6, 7