02. konsep dasar pneumonia

31
LAPORAN PENDAHULUAN A. Konsep Dasar Penyakit Pneumonia 1. Definisi Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh agen infeksius (Smeltzer and Bare, 2012). Pneumonia adalah inflamasi atau infeksi pada parenkim paru(Betz C, 2009). Pneumonia adalah peradangan alveoli atau pada parenchim paru yang terjadi pada anak. (Suriadi Yuliani, 2010) Pneumonia adalah Suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing ( FKUI, 2011). Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan pneumonia adalah proses inflamasi / peradangan pada parenkim paru yang disebabkan oleh agen infeksius seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing. 2. Epidemiologi Pneumonia adalah penyakit yang sering menyebabkan kematian di Amerika Serikat. Dengan pria menduduki peringkat ke empat dan wanita menduduki peringkat ke lima sebagai akibat hospitalisasi. Penyakit ini juga diobati secara luas dibagian rawat jalan ( Smeltzer and Bare, 2012 ). Menurut Price ( 2013 ) pneumonia merupakan penyakit yang sering terjadi dan setiap tahun menyerang sekitar 1% dari seluruh penduduk Amerika. Di Amerika Serikat

Upload: madeanawijaya

Post on 12-Feb-2016

66 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Dasar Pneumonia

TRANSCRIPT

LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar Penyakit Pneumonia

1. Definisi

Pneumonia adalah proses inflamatori parenkim paru yang umumnya disebabkan

oleh agen infeksius (Smeltzer and Bare, 2012). Pneumonia adalah inflamasi atau

infeksi pada parenkim paru(Betz C, 2009). Pneumonia adalah peradangan alveoli

atau pada parenchim paru yang terjadi pada anak. (Suriadi Yuliani, 2010)

Pneumonia adalah Suatu radang paru yang disebabkan oleh bermacam-macam

etiologi seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing ( FKUI, 2011).

Berdasarkan pengertian di atas maka dapat disimpulkan pneumonia adalah

proses inflamasi / peradangan pada parenkim paru yang disebabkan oleh agen

infeksius seperti bakteri, virus, jamur dan benda asing.

2. Epidemiologi

Pneumonia adalah penyakit yang sering menyebabkan kematian di Amerika

Serikat. Dengan pria menduduki peringkat ke empat dan wanita menduduki

peringkat ke lima sebagai akibat hospitalisasi. Penyakit ini juga diobati secara luas

dibagian rawat jalan ( Smeltzer and Bare, 2012 ).

Menurut Price ( 2013 ) pneumonia merupakan penyakit yang sering terjadi dan

setiap tahun menyerang sekitar 1% dari seluruh penduduk Amerika. Di Amerika

Serikat terdapat 2 sampai 3 juta per tahun dengan jumlah kematian rata-rata 45.000

orang. Sedangkan di Indonesia pneumonia merupakan penyebab kematian no 3

setelah kardiovaskuler dan tuberkolosis. Meskipun telah ada kemajuan dalam

dalam bidang antibiotik, pneumonia tetap merupakan penyebab kematian terbanyak

keenam di Amerika Serikat. Munculnya organism nosokomial (didapat dari rumah

sakit) yang resisten terhadap antibiotik, ditemukannya organisme-organisme yang

baru yang baru (seperti Legionella), bertambahnya jumlah pejamu yang lemah daya

tahan tubuhnya dan adanya penyakit seperti AIDS semakin memperluas spektrum

dan derajat kemungkinan penyebab-penyebab pneumonia masih merupakan

masalah kesehatan yang mencolok. Kini telah tersedia vaksin untuk melawan

pneumonia pneumokokus dan pada 80% sampai 90% orang dewasa, efektif untuk

melawan serotype pneumokokus yang paling sering. Vaksin ini biasanya diberikan

pada kasus-kasus dengan risiko fatal yang tinggi, misalnya pasien anemia sel sabit,

myeloma multiple, sindrom nefrotik atau diabetes melitus.

3. Penyebab / Faktor predisposisi

Pneumonia bisa dikatakan sebagai komplikasi dari penyakit yang lain ataupun

sebagai penyakit yang terjadi karena etiologi di bawah ini :

a. Bakteri

Organisme gram positif yang menyebabkan pneumonia bakteri adalah

steprokokus pneumonia, streptococcus aureus dan streptococcus pyogenis.

b. Virus

Pneumonia virus merupakan tipe pneumonia yang paling umum ini

disebabkan oleh virus influenza yang menyebar melalui transmisi droplet.

Cytomegalovirus yang merupakan sebagai penyebab utama pneumonia virus.

c. Jamur

Infeksi yang disebabkan oleh jamur seperti histoplasmosis menyebar melalui

penghirupan udara yang mengandung spora dan biasanya ditemukan pada

kotoran burung

d. Protozoa

Ini biasanya terjadi pada pasien yang mengalami imunosupresi seperti pada

pasien yang mengalami imunosupresi seperti pada penderita AIDS.

4. Patofisiologi

Jalan nafas secara normal steril dari benda asing dari area sublaringeal sampai

unit paru paling ujung. Paru dilindungi dari infeksi bakteri dengan beberapa

mekanisme seperti filtrasi partikel dari hidung, pencegahan aspirasi oleh reflek

epiglotal, penyingkiran material yang teraspirasi dengan reflek bersin, penyergapan

dan penyingkiran organisme oleh sekresi mukus dan sel siliaris, pencernaan dan

pembunuhan bakteri oleh makrofag, netralisasi bakteri oleh substansi imunitas lokal,

pengangkutan partikel dari paru oleh drainage limpatik. Infeksi pulmonal bisa terjadi

karena terganggunya salah satu mekanisme pertahanan dan organisme dapat

mencapai traktus respiratorius terbawah melalui aspirasi maupun rute hematologi.

Ketika patogen mencapai akhir bronkiolus maka terjadi penumpukan dari cairan

edema ke alveoli, diikuti leukosit dalam jumlah besar. Kemudian makrofag bergerak

mematikan sel dan bakterial debris. Sisten limpatik mampu mencapai bakteri sampai

darah atau pleura viseral.

Jaringan paru menjadi terkonsolidasi. Kapasitas vital dan pemenuhan paru

menurun dan aliran darah menjadi terkonsolidasi, area yang tidak terventilasi

menjadi fisiologis dengan ventilasi perfusi yang tidak pas dan menghasilkan

hipoksia. Kerja jantung menjadi meningkat karena penurunan saturasi oksigen dan

hiperkapnia.

Terdapat infiltrat yang biasanya mengenai pada multipel lobus. Terjadinya

destruksi sel dengan menanggalkan debris celluler ke dalam lumen yang

mengakibatkan gangguan fungsi alveolar dan jalan nafas. Pada anak kondisi ini

dapat akut maupun kronik misal pad AIDS, Cystic Fibrosis, aspirasi benda asing dan

congenital yang dapat meningkatkan risiko pneumonia.

5. Klasifikasi

Pneumonia dikelompokkan berdasarkan agen penyebabnya, dikategorikan

menjadi pneumonia bakterial dan pneumonia atipikal.

Jenis Organisme penyebab

Pneumonia Bakteriala. Pneumonia Streptokokusb. Pneumonia Stafilokokusc. Pneumonia Klebsiellad. Pneumonia Pseudomonase. Haemophilus influensa

a. Streptococus pneumoniaeb. Staphylococus aureusc. Klebsiella pneumoniaed. Pseudomonas aeruginosae. Haepmohilus influenza

Pneumonia Atipikal

a. Penyakit Legionnairesb. Pneumonia mikoplasc. Pneumonia Virusd. Pneumonia pneumosistis carinil (PCP )e. Pneumonia Fungif. Pneumonia klamidia ( pneumonia TWAR )

a. Legionella pneumophilab. Mycoplasma pneumoniaec. Virus influenza tipe A, B,

Cd. Pneumocyctis carinile. Apergilus fumigatusf. Cipitaci

Berdasarkan usaha terhadap pemberantasan pneumonia melalui usia, pneumonia

dapat diklasifikasikan:

a. Usia 2 bulan – 5 tahun

1) Pneumonia berat, ditandai secara klinis oleh sesak nafas yang dilihat

dengan adanya tarikan dinding dada bagian bawah.

2) Pneumonia, ditandai secar aklinis oleh adanya nafas cepat yaitu pada usia

2 bulan – 1 tahun frekuensi nafas 50 x/menit atau lebih, dan pada usia 1-5

tahun 40 x/menit atau lebih.

3) Bukan pneumonia, ditandai secara klinis oleh batuk pilek biasa dapat

disertai dengan demam, tetapi tanpa terikan dinding dada bagian bawah dan

tanpa adanya nafas cepat.

b. Usia 0 – 2 bulan

1) Pneumonia berat, bila ada tarikan kuat dinding dada bagian bawah atau

nafas cepat yaitu frekuensi nafas 60 x/menit atau lebih.

2) Bukan pneumonia, bila tidak ada tarikan kuat dinding dada bagian bawah

dan tidak ada nafas cepat.

Menurut Smeltzer and Bare ( 2012 ), jika suatu bagian substansial dari satu lobus

atau lebih yang terkena penyakit ini disebut sebagai pneumonia lobaris. Sedangkan

bronkopneumonia digunakan untuk menggambarkan pneumonia yang mempunyai

pola penyebarab berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di dalam

bronki dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya.

a. Pneumonia lobaris, melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari satu atau lebih

lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal sebagai pneumonia bilateral

atau “ganda”.

b. Bronkopneumonia, terjadi pada ujung akhir bronkiolus, yang tersumbat oleh

eksudat mukopurulen untuk membentuk bercak konsolidasi dalam lobus yang

berada didekatnya, disebut juga pneumonia loburalis.

c. Pneumonia interstisial, proses inflamasi yang terjadi di dalalm dinding alveolar

(interstisium) dan jaringan peribronkial serta interlobular

6. Gejala Klinis

a. Pneumonia bakteri

Gejala awal :

- Rinitis ringan

- Anoreksia

- Gelisah

Berlanjut sampai :

- Demam

- Malaise

- Nafas cepat dan dangkal ( 50 – 80 )

- Ekspirasi bebunyi

- Lebih dari 5 tahun, sakit kepala dan kedinginan

- Kurang dari 2 tahun vomitus dan diare ringan

- Leukositosis

- Foto thorak pneumonia lobar

b. Pneumonia virus

Gejala awal :

- Batuk

- Rinitis

Berkembang sampai

- Demam ringan, batuk ringan, dan malaise sampai demam tinggi, batuk hebat

dan lesu

- Emfisema obstruktif

- Ronkhi basah

- Penurunan leukosit

c. Pneumonia mikoplasma

Gejala awal :

- Demam

- Mengigil

- Sakit kepala

- Anoreksia

- Mialgia

Berkembang menjadi :

- Rinitis

- Sakit tenggorokan

- Batuk kering berdarah, Area konsolidasi pada pemeriksaan thorak

7. Pemeriksaan Fisik

a. Inspeksi : wajah terlihat pucat, lemas, banyak keringat, sesak.

b. Palpasi : denyut nadi meningkat, turgor kulit menurun.

c. Auslkutasi : terdengar stridor, ronchii pada lapang paru.

d. Perkusi : pekak bagian dada.

8. Penatalaksanaan

a. Pengobatan supportive bila virus pneumonia

b. Bila kondisi berat harus dirawat

c. Berikan oksigen, fisiotherapi dada dan cairan intravena

d. Antibiotik sesuai dengan program

e. Pemeriksaan sensitivitas untuk pemberian antibiotik

Menurut Suzanne and Bare penatalaksanaan yang bisa diberikan pada pasien

dengan pneumonia yaitu :

a. Inhalasi yang lembab. Hal ini akan sangat membantu dalam menghilangkan iritasi

bronkial

b. Pasien menjalani tirah baring sampai infeksi menunjukkan tanda – tanda

penyembuhan. Jika klien dirawat di rumah sakit, klien diamati dengan cermat dan

secara kontinusampai kondisi klinis membaik

c. Jika terjadi hipoksemia, pasien diberikan oksigen

d. Analisa gas darah arteri dilakukan untuk menentukan kebutuhan akan oksigen dan

untuk mengevaluasi keefektifan terapi oksigen.

e. Tindakan dukungan pernafasan seperti ventilasi mekanik mungkin diperlukan

untuk beberapa pasien

9. Pemeriksaan Diagnostik / Penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium

1) Leukosit, umumnya pneumonia bakteri didapatkan leukositosis dengan

predominan polimorfonuklear. Leukopenia menunjukkan prognosis yang buruk.

2) Cairan pleura, eksudat dengan sel polimorfonuklear 300-100.000/mm. Protein di

atas 2,5 g/dl dan glukosa relatif lebih rendah dari glukosa darah.

3) Titer antistreptolisin serum, pada infeksi streptokokus meningkat dan dapat

menyokong diagnosa.

4) Kadang ditemukan anemia ringan atau berat.

b. Pemeriksaan mikrobiologik

1) Spesimen: usap tenggorok, sekresi nasofaring, bilasan bronkus atau sputum

darah, aspirasi trachea fungsi pleura, aspirasi paru.

2) Diagnosa definitif jika kuman ditemukan dari darah, cairan pleura atau aspirasi

paru.

c. Pemeriksaan imunologis

1) Sebagai upaya untuk mendiagnosis dengan cepat

2) Mendeteksi baik antigen maupun antigen spesifik terhadap kuman penyebab.

3) Spesimen: darah atau urin.

4) Tekniknya antara lain: Conunter Immunoe Lectrophorosis, ELISA, latex

agglutination, atau latex coagulation.

d. Pemeriksaan radiologis, gambaran radiologis berbeda-beda untuk tiap

mikroorganisme penyebab pneumonia.

1) Pneumonia pneumokokus: gambaran radiologiknya bervariasi dari infiltrasi

ringan sampai bercak-bercak konsolidasi merata (bronkopneumonia) kedua

lapangan paru atau konsolidasi pada satu lobus (pneumonia lobaris). Bayi dan

anak-anak gambaran konsolidasi lobus jarang ditemukan.

2) Pneumonia streptokokus, gambagan radiologik menunjukkan bronkopneumonia

difus atau infiltrate interstisialis. Sering disertai efudi pleura yang berat, kadang

terdapat adenopati hilus.

3) Pneumonia stapilokokus, gambaran radiologiknya tidak khas pada permulaan

penyakit. Infiltrat mula=mula berupa bercak-bercak, kemudian memadat dan

mengenai keseluruhan lobus atau hemithoraks. Perpadatan hemithoraks

umumhya penekanan (65%), < 20% mengenai kedua paru.

10. Therapy / Tindakan Penanganan

Pengobatan umum pasien-pasien pneumonia biasanya berupa pemberian

antibiotic yang efektif terhadap organisme tertentu, terapi O2 yang menanggulangi

hipoksemia, dan pengobatak komplikasi.

a. Pengobatan antibiotik.

1) Penicillin 50.000 u/kg BB/ hari ditambah dengan Klorampenikol 50-70 mg/ kg

BB/ hari atau diberikan antibiotik yang mempunyai spektru luar seperti

Ampicillin. Pengobatan ini diteruskan sampai batas demam 4-5 hari.

2) Amoksisillin atau amoksisillin plus ampisillin. Untuk yang resisten terhadap

ampisillin.

3) Kombinasi flukosasillin dan gentamisin atau sefalospirin generasi ketiga, misal

sefatoksim.

4) Kloramfenikol atau sefalosporin. H. Influensa, Klebsiella, P. Aeruginosa

umumnya resisten terhadap ampisillin dan derivatnya. Dapat diberi

kloramfenikol 100 mg/kgBB/hari aatu sefalosporin.

5) Golongan makrolit seperti eritromisin atau roksittromisin. Untuk pneumonia

karena M. Pneumoniae. Roksitromisin mempenetrasi jaringan lebih baik

dengan rasio konsentrasi antibiotik di jaringan dibanding plasma lebih tinggi.

Dosis 2 kali sehari meningkatkan compliance dan efficacy.

6) Klaritromisin. Punya aktivitas 10 kali erirtomisin terhadap C. pneumonie in

vitro dan mempenetrasi jaringan lebih baik

b. Pemberian oksigen dan cairan intravena, biasanya diperlukan campuran glukosa

5% dan nacl 0,9% dalam perbandingan 3:1 ditambah larutan KCL 10

mEq/500ml/botol infus

c. Karena sebagian pasien jatuh kedalam asidosis metabolilk akibat kurang makan

dan hipoksia maka dapat dikoreksi sesuai dengan hasil analisa gas darah arteri.

11. Komplikasi

a. Pneumonia interstisial menahun

b. Atelektasisi segmental atau lobar kronik

c. Rusaknya jalan nafas

d. Efusi Pleura

e. Kalsifikasi paru

f. Fibrosis paru

g. Bronkitis obliteratif dan bronkiolitis

h. Atelektasis persisten.

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Riwayat Masuk

1) Data subjektif

Kemungkinan akan ditemukan data bahwa anak dikeluhkan batuk pilek,

muntah, panas, diare, nafsu makan menurun, jumlah jam tidur berkurang,

sesak, rewel dan mual, sesak nafas, cyanosis atau batuk-batuk. Kesadaran

kadang sudah menurun apabila anak masuk dengan disertai riwayat kejang

demam (seizure). Orang tua pasien bertanya-tanya tentang keadaan penyakit

anaknya.

2) Data objektif

Kemungkinan data yang ditemukan adalah anak/pasien tampak sesak,

nafas cepat dan dangkal, terlihat nafas cuping hidung, retraksi otot bantu

pernafasan, cyanosis, respirasi > 60 x/menit, anak tampak pucat, batuk-batuk,

suhu meningkat( > 38ºC, berkeringat, terba hangat, kulit memerah, bibir

kering, terjadi leukositosis, ronkhi positif, ekspirasi memanjang, dari hasil

rontgen tampak adanya konsolidasi atau infiltrasi paru, kultur nasofaring

positif, berat badan menurun, anak lemah / lemas.

b. Riwayat Penyakit Dahulu

Penyakit saluran pernafasan lain seperti ISPA, influenza sering terjadi

dalam rentang waktu 3-14 hari sebelum diketahui adanya penyakit Pneumonia.

Penyakit paru, jantung serta kelainan organ vital bawaan dapat memperberat

klinis penderita

c. Pemeriksaan Fisik

Demam, dispneu, takipneu, sianosis, penggunaan otot pernapasn

tambahan, suara nafas tambahan, rales, menaikan sel darah putih (bakteri

pneumonia), arterial blood gas, X-Ray dada

d. Psikososial dan faktor perkembangan

Usia, tingkat perkembangan, kemampuan memahami rasionalisasi

intervensi, pengalaman berpisah dengan orang tua, mekanisme koping yang

dipakai sebelumnya, kebiasaan (pengalaman yang tidak menyenangkan, waktu

tidur/rutinitas pemberian pola makan, obyek favorit)

e. Pengetahuan dan tingkat kecemasa keluarga

Pengalaman dengan penyakit pernafasan, pemahaman akan kebutuhan

intervensi pada distress pernafasan, tingkat pengetahuan kesiapan dan keinginan

untuk belajar.

Pengkajian setiap Sistem :1) Sistem Integumen

Subyektif : -

Obyektif : kulit pucat, cyanosis, turgor menurun (akibat dehidrasi sekunder),

banyak keringat , suhu kulit meningkat, kemerahan

2) Sistem Pulmonal

Subyektif : sesak nafas, dada tertekan, cengeng

Obyektif : Pernafasan cuping hidung, hiperventilasi, batuk

(produktif/nonproduktif), sputum banyak, penggunaan otot bantu pernafasan,

pernafasan diafragma dan perut meningkat, Laju pernafasan meningkat,

terdengar stridor, wheezing, ronchii pada lapang paru,

3) Sistem Cardiovaskuler

Subyektif : sakit kepala

Obyektif : Denyut nadi meningkat, pembuluh darah vasokontriksi, kualitas

darah menurun

4) Sistem Neurosensori

Subyektif : gelisah, penurunan kesadaran, kejang

Obyektif : GCS menurun, refleks menurun/normal, letargi

5) Sistem Musculoskeletal

Subyektif : lemah, cepat, lelah

Obyektif : tonus otot menurun, nyeri otot/normal, retraksi paru dan

penggunaan otot aksesoris pernafasan

6) Sistem genitourinaria

Subyektif : -

Obyektif : produksi urine menurun/normal

7) Sistem digestif

Subyektif : mual, kadang muntah

Obyektif : konsistensi feses normal/diare

2. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan

dengan spasme jalan nafas, peningkatan sekresi ditandai dengan produksi

sputum, dispnea, suara nafas tambahan, batuk tidak efektif atau tidak dapat

batuk.

b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan

hipoventilasi, kelelahan otot pernafasan, penurunan energi ditandai dengan

sesak nafas, Tachipnea, suara nafas terbatas, retraksi, demam, diaporesis,

ronchii, cyanosis, leukositosis

c. Gangguan petukaran gas berhubungan dengan

ketidakseimbangan perfusi dan ventilasi ditandai dengan dipsnea, takikardia,

AGD abnormal, nafas cuping hidung, abnormal pH arteri, sianosis, hipoksemia.

d. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari

kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual dan muntah.

e. Hypertermi berhubungan dengan proses inflamasi

ditandai dengan suhu tubuh meningkat ( > 38 ° ), kulit teraba panas, kulit

kemerahan, klien berkeringat.

f. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan

kelemahan karena peningkatan upaya pernafasan.

g. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan

dengan demam, masukan cairan yang kurang karena dispnea.

h. Kurang pengetahuan orang tua berhubungan dengan

kurang informasi tentang penyakit anaknya.

3. Rencana Asuhan Keperawatan

a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan spasme spasme jalan

nafas, peningkatan sekresi.

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama... x....jam anak

diharapkan memiliki jalan nafas yang bersih, dengan kriteria hasil :

1) Suara nafas bersih tidak ada ronkhi atau rales, wheezing

2) Sekret di jalan nafas bersih

3) Cuping hidung tidak ada

Tindakan keperawatan :

1) Instruksikan dan atau awasi latihan pernafasan. Kaji status pernafasan tiap 2

jam meliputi respiratory rate, penggunaan otot bantu nafas, warna kulit

R / meningkatkan pernafasan diafragma yang tepat, ekspansi paru dan

perbaikan mobilitas dinding dada. Sebagai data fokus untuk menentukan

perkembangan keadaan pasien.

2) Lakukan suction jika terdapat sekret di jalan nafas

R / membantu pengeluaran sekeret sehingga jalan nafas menjadi bebas.

3) Lakukan postural drainase

R / membantu memobilisasi sekret sehingga sekeret terakumulasi dan

mempermudah pengeluaran.

4) Gunakan teknik bermain untuk latihan pernafasan pada anak kecil seperti

meniup gasing atau bola – bola kertas di atas meja

R / memperpanjang waktu ekspirasi dan meningkatkan tekanan ekspirasi.

5) Saat di rumah anjurkan anak untuk berenang

R / anak akan menghirup udara yang tersaturasi dengan kelembaban dan

berekshalasi di bawah air dapat memperpanjang ekspirasi dan meningkatkan

tekanan ekspirasi akhir.

6) Ajari keluarga untuk melakukan perkusi dan drainase postural dan untuk

menganjurkan batuk bila diindikasikan.

R / membantu memandirikan keluarga sehingga dapat memberikan intervensi

yang optimal selama perawatan di rumah.

7) Kolaborasi dalam pemberinan obat pengencer dahak ( mukolitik dan

ekspektoran)

R / membantu memperlancar pengeluaran dahak / sekret sehingga jalan nafas

kembali normal

8) Kolaborasi dengan fisiotherapist untuk melakukan fisiotherapi dada

R / membantu pengeluaran sekret jika anak tidak mampu mengeluarkan

sekret sendiri

b. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hipoventilasi, kelelahan otot

pernafasan, penurunan energi.

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x .... jam anak akan

diharapkan mengalami pola nafas efektif dengan kriteria hasil :

1) Suara nafas paru bersih dan sama pada kedua sisi

2) Suhu tubuh dalam batas 36,5°C – 37OC

3) Laju nafas dalam rentang normal

4) Tidak terdapat batuk, cyanosis, haluaran hidung, retraksi dinding dada dan

penggunaan otot bantu pernafasan

Tindakan keperawatan

1) Observasi RR, S dan tanda –

tanda keefektifan jalan nafas

R : Evaluasi dan reassessment terhadap tindakan yang akan/telah diberikan

2) Posisikan untuk ventilasi

yang maksimum ( misalnya jalan nafas terbuka dan memungkinkan ekspansi

paru maksimum )

R : Membantu untuk mengoptimalkan pola nafas dan memenuhi kebutuhan

oksigen yang adekuat.

3) Beri posisi yang nyaman

misalnya dengan mempertahankan peninggian kepala sedikitnya 30 derajat.

Periksa posisi anak dengan sering memastikan bahwa anak tidak merosot.

R : Untuk menghindari penekanan diafragma

4) Berikan Oksigen lembab,

kaji keefektifan terapi

R : Meningkatkan suplai oksigen jaringan paru

5) Anjurkan untuk nafas dalam

menggunakan spirometri atau permainan yang sesuai dengan perkembangan

anak.

R : Membantu mengoptimalkan ekspansi paru dan melapangkan paru

6) Anjurkan anak untuk

melakukan aktivitas latihan yang sesuai. Atur aktivitas klien

R : Aktivitas yang sesuai dan tidak berlebihan akan membantu menghemat

penggunaan oksigen yang dibutuhkan klien.

7) Berikan antibiotik dan

antipiretik sesuai indikasi, kaji keefektifan dan efek samping (ruam, diare)

R : Pemberantasan kuman sebagai faktor causa gangguan

8) Lakukan pengecekan hitung

SDM dan photo thoraks

R : Evaluasi terhadap keefektifan sirkulasi oksigen, evaluasi kondisi jaringan

paru

c. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan adanya penumpukan cairan di

alveoli paru

Tujuan: setelah dilaksakan asuhan keperawatan selama ... x ... jam pertukaran

gas dalam alveoli adekuat dengan kriteria hasil :

1) Akral hangat

2) Tidak ada tanda sianosis

3) Tidak ada hipoksia jaringan

4) Saturasi oksigen perifer 90%

Tindakan keperawatan :

1) Pantau tanda vital, gas darah arteri dan oksimetri nadi

R / untuk mendeteksi atau mencegah terjadinya hipoksemia

2) Beri suplemen oksigen sesuai ketentuan / kebutuhan. Pantau anak dengan

ketat

R / Narkosis karbondioksida akibat oksigen merupakan bahaya dari terapi

oksigen pada anak terutama dengan penyakit paru yang kronis.

3) Dorong latihan fisik yang tepat sesuai dengan kondisi anak

R / membantu membersihkan akumulasi sekresi paru dan untuk

meningkatkan kapasitas latihan ketahanan sebelum mengalami dispnea

4) Awasi tingkat kesadaran klien

R / sebagai data dasar untuk menentukan perkembangan kondisi klien.

Tingkat kesadaran yang menurun merupakan komplikasi dari kerusakan

pertukaran gas yang memburuk.

5) Konsul dokter jaga jika ada tanda hipoksia/ sianosis

R / mencegah kondisi yang lebih buruk yang dapat terjadi pada klien.

d. Diagnosa 4 : Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh.

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ... x... jam diharapkan

gangguan pemenuhan nutrisi dapat teratasi dengan kriteria hasil :

1) Klien tidak mengalami mual dan muntah

2) Nafsu makan kembali normal

Tindakan Keperawatan :

1) Kaji faktor yang menimbulkan mual dan muntah.

R / Untuk menentukan penyebab lain yang dapat meningkatkan rasa mual

dan muntah anak.

2) Timbang berat badan setiap hari.

R / Membantu menilai perkembangan kondisi anak

3) Beri makanan porsi kecil tapi sering.

R / membantu pemenuhan nutrisi yang tidak adekuat

4) Beri makanan secara menarik, hangat dan bervariasi.

R / membantu merangsang nafsu makan anak sehingga nutrisi dapat

terpenuhi

5) Beri suplemen vitamin bila perlu.

R / pemberian suplemen membantu memenuhi kebutuhan nutrisi tambahan

6) Kolaborasi pemberian antiemetik.

R / mengatasi mual dan muntah anak.

e. Diagnosa 5 : Hypertermi berhubungan dengan proses inflamasi ditandai dengan

suhu tubuh > 38 ° C, kulit kemerahan, kulit teraba panas, pasien berkeringat

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama .....x.... jam

diharapkan suhu tubuh kembali normal dengan kriteria hasil :

1) Suhu tubuh 36,5 – 370 C

2) Kulit teraba hangat

3) Kulit tidak kemerahan

Tindakan keperawatan :

1) Observasi ada tidaknya peningkatan suhu tubuh

R / menentukan data dasar / sebagai data fokus untuk menentukan

perkembangan kondisi klien.

2) Berikan kompres hangat di daerah ketiak, paha, perut, leher

R / membantu meningkatkan vaso dilatasi pembuluh darah sehingga sehingga

mempercepat proses penguapan / evaporasi.

3) Berikan klien minum yang banyak sesuai dengan kebutuhan cairan dalam

tubuh

R / memenuhi kehilangan cairan akibat peningkatan suhu tubuh dan

membantu proses penguapan.

4) Anjurkan keluarga untuk mengenakan klien baju yang longgar dan menyerap

keringat

R / membantu memberiakn kenyamanan klien dan mempercepat evaporasi

5) Kolaborasi dalam pemberian obat anthipiretik sesuai indikasi

R / anthipiretik membantu menurunkan suhu tubuh sehingga suhu tubuh dapt

kembali normal

f. Diagnosa 6 : Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan karena

peningkatan upaya pernafasan.

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama ...x... jam

diharapkan anak dapat melakukan aktivitas yang ditoleransi dan terjadwal

dengan kriteria hasil :

1) TTV dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c, RR : < 40 x/mnt )

Tindakan keperawatan :

1) Ciptakan lingkungan yang tenang dan lingkungan termal yang netral.

R / Hipotermi atau hipertermi akan meningkatkan kebutuhan oksigen anak

2) Meminimalkan aktivitas.

R / menghemat penggunaan energi dan kebutuhan oksigen

3) Anjurkan aktivitas disamping tempat tidur.

R / aktivitas yang ringan membantu penghematan kebutuhan oksigen dan

membantu dalam pengawasan.

4) Buat jadwal aktivitas perawatan agar sedapat mungkin tidak mengganggu

aktivitas anak.

R / memberikan waktu istirahat yang optimal sehingga kebutuhan energi

dapat terpenuhi

g. Diagnosa7 : Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan

kehilangan cairan skunder terhadap diare

Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ... x ... jam

keseimbangan dan elektrolit dipertahankan secara maksimal

Kriteria hasil :

1) Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c, RR : < 40

x/mnt )

2) Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong

Tindakan Keperawatan :

1) Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan elektrolit

R/ Penurunan sisrkulasi volume cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan

pemekataj urin. Deteksi dini memungkinkan terapi pergantian cairan segera

untuk memperbaiki defisit

2) Pantau intake dan output

R/ Dehidrasi dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat keluaran

tak aadekuat untuk membersihkan sisa metabolisme

3) Timbang berat badan setiap hari

R/ Mendeteksi kehilangan cairan , penurunan 1 kg BB sama dengan

kehilangan cairan 1 lt

4) Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr

R/ Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral

5) Berikan cairan secara parenteral

R / membantu memenuhi kebutuhan cairan yang telah hilang

6) Ciptakan lingkungan yang sejuk

R / mengatasi faktor utama kehilangan cairan

h. Diagnosa 8 : Kurang pengetahuan orang tua berhubungan dengan kurang

informasi mengenai penyakit anaknya.

Tujuan : Setelah diberikan asuhan keperawatan selama .... x.... jam

diharapkan orang tua mengerti tentang penyakit yang dialami anaknya dengan

kriteria hasil :

1) Keluarga sudah tidak sering bertanya kepada petugas

2) Orang tua mau terlibat secara aktif dalam merawat anaknya.

Tindakan Keperawatan :

1) Berikan informasi secukupnya kepada orang tua (perawatan dan pengobatan

yang diberikan).

R / Informasi yang adekuat dapat membantu meningkatkan pemenuhan

informasi tentang kondisi anaknya

2) Jelaskan terapi yang diberikan dan respon anak terhadap terapi yang diberikan.

R / membantu meningkatkan pengetahuan orang tua tentang kondisi anaknya

3) Anjurkan kepada keluarga agar bertanya jika melihat hal-hal yang kurang

dimengerti/ tidak jelas.

R / Mengevaluasi tentang pengetahuan orang tua dan memastikan informasi

yang diberikan cukup atau tidak.

4) Anjurkan kepada keluarga agar terlibat secara langsung dan aktif dalam

perawatan anaknya.

R / mempersiapkan keluarga dalam melakukan perawatan di rumah nanti

4. Implementasi

Implementasi adalah pengolahan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang

telah disusun pada tahap perencanaan, menurut Effendi, (2009). Jenis tindakan pada

implementasi ini terdiri dari tindakan mandiri, saling ketergantungan atau kolaborasi,

dan tindakan rujukan atau ketergantungan. Implementasi tindakan keperawatan

disesuaikan dengan rencana tindakan keperawan. Pada situasi nyata sering

implementasi jauh berbeda dengan rencana. Hal ini terjadi karena parawat belun

terbiasa menggunakan rencana tertulis dalam melaksanakan tindakan keperawatan.

Yang biasa adalah rencana tidak tertulis yaitu apa yang dipikirkan, dirasakan, itu

yang dilaksanakan.

Pelaksanaan (implementasi) adalah inisiatif  dari rencana tindakan untuk

mencapai tujuan yang spesifik, menurut Lyer, (2010). Tahap pelaksanaan dimulai

setelah rencana tindakan disusun dan ditujukan pada nursing orders untuk membantu

klien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang

spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor – faktor yang mempengaruhi

masalah kesehatan klien.

5. Evaluasi Keperawatan

a. Diagnosa 1

1) Suara nafas bersih tidak ada ronkhi atau rales, wheezing

2) Sekret di jalan nafas bersih

3) Cuping hidung tidak ada

b. Diagnosa 2

1) Suara nafas paru bersih dan

sama pada kedua sisi

2) Suhu tubuh dalam batas 36,5

– 37,2OC

3) Laju nafas dalam rentang

normal

4) Tidak terdapat batuk,

cyanosisi, haluaran hidung, retraksi dan diaporesis

c. Diagnosa 3

1) Akral hangat

2) Tidak ada tanda sianosis

3) Tidak ada hipoksia jaringan

4) Saturasi oksigen perifer 90%

d. Diagnosa 4

1) Klien tidak mengalami mual dan muntah

2) Nafsu makan kembali normal

e. Diagnosa 5

1) Suhu tubuh 36,5 – 370 C

2) Kulit teraba hangat

3) Kulit tidak kemerahan

f. Diagnosa 6

1) TTV dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c, RR : < 40 x/mnt )

g. Diagnosa 7

1) Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c, RR : < 40

x/mnt )

2) Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong

h. Diagnosa8

1) Keluarga sudah tidak sering bertanya kepada petugas

2) Orang tua mau terlibat secara aktif dalam merawat anaknya.

DAFTAR PUSTAKA

Betz & Sowden.2012. Buku Saku Keperawatan Pediatri. Edisi 3. Jakarta: EGC

Doengoes.2012. Asuhan Keperawatan Maternal/ Bayi. Jakarta : EGC

NANDA International. 2013. Nursing Diagnoses : Definitions & Classifications 2012-

2014. Jakarta : EGC

Ngastiyah.2007. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC

Soetjiningsih. 2009. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC

Staf Pengajar FKUI. 2011. Ilmu Kesehatan Anak, Buku Kuliah 3. Jakarta: Infomedika

Suriadi, Yuliani.2010. Asuhan Keperawatan Pada Anak. Jakarta: CV Sagung Seto

Suryanah.2010. Keperawatan Anak. Jakarta : EGC

Wong and Whaley.2008. Clinical Manual of Pediatric Nursing. Philadelphia