bida88.files.wordpress.com file · web viewsecara konstitusional, ... undang-undang nomor 4 tahun...

29
1 INTEGRASI PENDIDIKAN ISLAM DALAM SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL MAKALAH (REVISI) Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sejarah Sosial dan Pendidikan Islam Dosen Pengampu: Dr. Hj. Hanun Asrohah, M.Ag Oleh: ABIDATUL MUTAWADLI’AH NIM : F1.3.2.12.168 KONSENTRASI PENDIDIKAN ISLAM PROGRAM PASCASARJANA

Upload: truongdieu

Post on 18-Apr-2019

218 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: bida88.files.wordpress.com file · Web viewSecara konstitusional, ... Undang-undang Nomor 4 Tahun 1950 tentang Dasar-dasar Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah memberikan kesempatan

1

INTEGRASI PENDIDIKAN ISLAMDALAM SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

MAKALAH

(REVISI)Diajukan untuk memenuhi tugas Mata Kuliah

Sejarah Sosial dan Pendidikan Islam

Dosen Pengampu:

Dr. Hj. Hanun Asrohah, M.Ag

Oleh:

ABIDATUL MUTAWADLI’AHNIM : F1.3.2.12.168

KONSENTRASI PENDIDIKAN ISLAM

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

2013

Page 2: bida88.files.wordpress.com file · Web viewSecara konstitusional, ... Undang-undang Nomor 4 Tahun 1950 tentang Dasar-dasar Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah memberikan kesempatan

2

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

BAB II PEMBAHASAN

A. Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional

B. SKB Tiga Menteri 1975

C. Analisis UU Sisdiknas 2003 dan Implikasinya Terhadap Pendidikan

Islam

D. Fungsi Pendidikan Keagamaan dalam Sisdiknas

BAB III KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Page 3: bida88.files.wordpress.com file · Web viewSecara konstitusional, ... Undang-undang Nomor 4 Tahun 1950 tentang Dasar-dasar Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah memberikan kesempatan

3

BAB I

PENDAHULUAN

Secara konstitusional, Indonesia ditetapkan sebagai negara yang

berdasarkan kepada agama. Artinya bahwa negara Indonesia melindungi dan

menghargai kehidupan beragama warga Indonesia.

Berdasarkan tinjauan sosial kultural, Indonesia adalah negara beragama

yang percaya pada Tuhan Yang Maha Esa. Kehidupan sosial budaya bangsa

sangat dipengaruhi dan diwarnai oleh nilai-nilai agama, sehingga kehidupan

beragama tidak dapat dipisahkan dari kehidupan bangsa Indonesia.

Sistem pendidikan Indonesia tidak bisa dipisahkan dari sistem pendidikan

Islam. Pendidikan agama di Indonesia tidak bisa diabaikan dalam

penyelenggaraan pendidikan Nasional karena merupakan modal dasar dalam

pembangunan mental spiritual bangsa dan merupakan potensi Nasional untuk

pembangunan fisik meteriil bangsa Indonesia.

Pada era kolonialis Belanda, perkembangan madrasah dimulai dari

semangat reformasi yang dilakukan oleh masyarakat Muslim. Ada dua faktor

penting yang melatarbelakangi kemunculan madrasah di Indonesia; pertama,

adanya pandangan yang mengatakan bahwa sistem pendidikan Islam tradisional

dirasakan kurang bisa memenuhi kebutuhan pragmatis masyarakat. Kedua, adanya

kekhawatiran atas kecepatan perkembangan persekolahan Belanda yang akan

menimbulkan pemikiran sekuler di masyarakat. Oleh karena itu, Untuk

menyeimbangkan perkembangan sekulerisme, para reformis memasukkan

pendidikan Islam dalam persekolahan melalui pembangunan madrasah.

Salah satu kebijakan Kementrian Agama terhadap madrasah yang cukup

mendasar adalah dibuatnya Surat Kesepakatan Bersama (SKB) 3 Menteri 1975,

yaitu Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Menteri Dalam Negeri dan Menteri

Agama tentang Peningkatan Mutu pendidikan pada Madrasah pada tahun 1975.

Pada makalah ini akan dibahas mengenai pendidikan Islam dalam sistem

pendidikan Nasional, SKB tiga Menteri tahun 1975 dan Analisis UU Sisdiknas

2003 dan implikasinya terhadap pendidikan Islam dan Fungsi pendidikan

keagamaan dalam Sisdiknas.

Page 4: bida88.files.wordpress.com file · Web viewSecara konstitusional, ... Undang-undang Nomor 4 Tahun 1950 tentang Dasar-dasar Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah memberikan kesempatan

4

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional

Salah satu problem pendidikan Islam adalah masalah integrasi

pendidikan Islam dalam sistem pendidikan nasional.  Secara implisit, problem

ini termasuk dalam problem dikotomi ilmu pengetahuan.

Implikasi yang bisa muncul dari dikotomi sistem pendidikan adalah

timbulnya kesenjangan antara sumber ilmu, antara ilmu-ilmu agama dan ilmu-

ilmu umum. Dalam buku Integrasi Ilmu: Sebuah Rekonstruksi Holistik,

Kertanegara mengomentari hal itu sebagai berikut:

“Para pendukung ilmu-ilmu agama hanya menganggap valid sumber ilahi dalam bentuk kitab suci dan tradisi kenabian dan menolak sumber-sumber non-skriptual sebagai sumber otoritatif untuk menjelaskan kebenaran sejati. Di pihak lain, ilmuwan-ilmuwan sekuler hanya menganggap valid informasi yang diperoleh melalui pengamatan inderawi.” 1

Oleh karena itu, integrasi pendidikan Islam dalam sistem pendidikan

nasional merupakan bagian dari problem-problem tersebut. Pendekatan yang

dilakukan hendaknya bersifat integratif. Sehubungan dengan itu, Kementerian

Agama secara intensif memperjuangkan politik pendidikan Islam di Indonesia.

Orientasi usahanya dalam bidang pendidikan Islam bertumpu pada aspirasi

umat Islam agar pendidikan agama bisa diajarkan di sekolah-sekolah dan

adanya pengembangan madrasah. Secara spesifik, usaha ini ditangani oleh

bagian khusus yang mengurusi masalah pendidikan agama.

Undang-undang Nomor 4 Tahun 1950 tentang Dasar-dasar Pendidikan

dan Pengajaran di Sekolah memberikan kesempatan untuk masuknya

pengajaran agama di sekolah-sekolah, disamping itu juga mengakui sekolah

agama (madrasah) sebagai lembaga penyelenggara wajib belajar. Ketetapan

Tap MPRS Nomor 2 Tahun 1960 menetapkan pemberian pelajaran agama pada

semua tingkat pendidikan, mulai sekolah dasar sampai dengan perguruan 1 Mulyadhi Kertanegara, Integrasi Ilmu: Sebuah Rekonstruksi Holistik (Bandung: Artasy

Mizan, 2005), 22-23.

Page 5: bida88.files.wordpress.com file · Web viewSecara konstitusional, ... Undang-undang Nomor 4 Tahun 1950 tentang Dasar-dasar Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah memberikan kesempatan

5

tinggi, di samping itu pengakuan bahwa pesantren dan madrasah sebagai

lembaga pendidikan yang otonom di bawah pembinaan Kementrian Agama.

Tap MPRS Nomor 27 Tahun 1966 menetapkan bahwa agama,

pendidikan dan kebudayaan adalah unsur mutlak dalam Nation and Caracter

Building, sekaligus menetapkan bahwa pendidikan agama menjadi mata

pelajaran pokok dan wajib diikuti oleh setiap peserta didik sesuai dengan

agama masing-masing. Akhirnya, Tap MPR Nomor 2 Tahun 1988 tentang

Asas Tunggal yang menetapkan Pancasila sebagai satu-satunya asas bagi

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, lebih memantapkan usaha

masuknya lembaga pendidikan keagamaan (pesantren dan madrasah) dalam

kerangka sistem pendidikan nasional. Dengan demikian, lebih memantapkan

pula usaha pengintegrasian pendidikan Islam ke dalam sistem pendidikan

nasional. 2

Segala peraturan perundang-undangan dan kebijaksanaan yang dibuat

oleh pemerintah yang  tampaknya mengarah kepada usaha integrasi tersebut

merupakan persiapan untuk menyusun dan mewujudkan undang-undang 

tentang satu sistem pendidikan dan pengajaran nasional, sebagaimana yang

dikehendaki oleh Pasal 31 UUD 1945. Dengan disahkannya Undang-undang

Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang lebih

dikukuhkan oleh Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 (juga tentang Sistem

Pendidikan Nasional), usaha integrasi pendidikan Islam ke dalam Sistem

Pendidikan Nasional mendapatkan dasar hukumnya yang mantap.

Bertolak dari rumusan UU Sistem Pendidikan Nasional RI No. 20 tahun

2003 pasal 339, yang mengisyaratkan bahwa tujuan pendidikan Indonesia

mengarahkan warganya kepada kehidupan yang beragama. Maka sebagai salah

satu bentuk realisasi dari UU Sisdiknas tersebut, Integrasi adalah alternatif

yang harus di pilih untuk menjadikan pendidikan lebih bersifat

menyeluruh (integral-holistik). Gagasan integrasi nilai-nilai Islami dan umum

2 Muzayyin Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Edisi Revisi (Cet. II; Jakarta: PT. Bumi

Aksara, 2007), 204-213.

Page 6: bida88.files.wordpress.com file · Web viewSecara konstitusional, ... Undang-undang Nomor 4 Tahun 1950 tentang Dasar-dasar Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah memberikan kesempatan

6

ini bukanlah sebuah wacana untuk meraih simpatik akademik, melainkan

sebuah kebutuhan mendesak yang harus dijalankan sebagai pedoman

pendidikan yang ada, mengingat pendidikan selama ini dipengaruhi oleh

dualisme yang kental antara ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum/sekuler

yang menyebabkan dikotomi ilmu. Bukti nyata dari kebutuhan adalah adanya

panduan dan model integrasi ilmu ini ditunjukan dengan diselenggarakannya

berbagai seminar nasional berkenaan dengan reintegrasi ilmu, sampai pada

kebijakan dari pemerintah, seperti kebijakan integrasi madrasah ke dalam

sistem pendidikan nasional, madrasah mengalami perubahan sekolah agama

menjadi sekolah umum bercirikan  khas Islam. Pengintegrasian madrasah ke

dalam Sistem Pendidikan Nasional menemukan titik puncaknya pada awal

2000, setelah Presiden RI ke 4 K.H. Abdurrahman Wahid yang mengubah

struktur kementrian pendidikan dari “Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

menjadi “Departemen Pendidikan Nasional”. Berdasarkan Hal itu

Abdurrahman Wahid menggulirkan ide “pendidikan satu atap” sistem

pendidikan nasional dan memiliki status serta hak yang sama. Inilah yang

diharapkan dan mengakhiri dikotomi pendidikan umum dan pendidikan Islam.

Pentingnya integrasi pendidikan nilai tersebut menjadi satu kerangka

normatif dalam merumuskan tujuan pendidikan Islam sebagaimana

diungkapkan Ali Asraf bahwa tujuan pendidikan Islam:

Pertama, mengembangkan wawasan spiritual yang semakin mendalam dan

mengembangkan pemahaman rasional mengenai Islam dalam konteks

kehidupan modern. Kedua, membekali anak didik dengan berbagai

kemampuan pengetahuan dan kebajikan, baik pengetahuan praktis,

kesejahteraan, lingkungan sosial, dan pembangunan

nasional. Ketiga, mengembangkan kemampuan pada diri anak didik untuk

menghargai dan membenarkan superioritas komparatif kebudayaan dan

peradaban Islam di atas semua kebudayaan lain. Keempat, memperbaiki

dorongan emosi melalui pengalaman imajinatif, sehingga kemampuan kreatif

dapat berkembang dan berfungsi mengetahui norma-norma Islam yang benar

dan yang salah. Kelima, membantu anak yang sedang tumbuh untuk belajar

Page 7: bida88.files.wordpress.com file · Web viewSecara konstitusional, ... Undang-undang Nomor 4 Tahun 1950 tentang Dasar-dasar Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah memberikan kesempatan

7

berpikir secara logis dan membimbing proses pemikirannya dengan berpijak

pada hipotesis dan berbagai konsep pengetahuan yang

dituntut. Keenam, mengembangkan, dan memperdalam kemampuan

komunikasi dalam bahasa tulis dan bahasa latin (Asing).3

Dalam UU No.20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) Pasal 3 disebutkan bahwa:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”

 Berdasarkan definisi ini, dapat dipahami bahwa pendidikan nasional

berfungsi sebagai proses untuk membentuk kecakapan hidup dan karakter bagi

warga negaranya dalam rangka mewujudkan peradaban bangsa Indonesia yang

bermartabat, meskipun nampak ideal namun arah pendidikan yang sebenarnya

adalah sekularisme yaitu pemisahan peranan agama dalam pengaturan urusan-

urusan kehidupan secara menyeluruh. Dalam UU Sisdiknas tidak disebutkan

bahwa yang menjadi landasan pembentukan kecakapan hidup dan karakter

peserta didik adalah nilai-nilai dari aqidah Islam, melainkan justru nilai-nilai

dari demokrasi.

Pemerintah dalam hal ini berupaya mengaburkan realitas (sekulerisme

pendidikan) tersebut, sebagaimana terungkap dalam pasal 4 ayat 1 yang

menyebutkan, 

“Pendidikan nasional bertujuan membentuk manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak dan berbudi mulia, sehat, berilmu, cakap, serta menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggungjawab terhadap kesejahteraan masyarakat dan tanah air.”

Tujuan pendidikan nasional di atas memang tidak nampak sekuler,

namun perlu dipahami bahwa sekularisme bukanlah pandangan hidup yang

sama sekali tidak mengakui adanya Tuhan. Melainkan, meyakini adanya Tuhan

sebatas sebagai pencipta saja, dan peranan-Nya dalam pengaturan kehidupan 3 Ali M dan Luluk Y. R., Paradigma Pendidikan Universal di Era Modern dan Post-Modern; Mencarai “Visi Baru” atas “Realitas Baru” Pendidikan Kita, 2004, 267-274.

Page 8: bida88.files.wordpress.com file · Web viewSecara konstitusional, ... Undang-undang Nomor 4 Tahun 1950 tentang Dasar-dasar Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah memberikan kesempatan

8

manusia tidak boleh dominan. Sehingga manusia sendirilah yang dianggap

lebih berhak untuk mendominasi berbagai pengaturan kehidupannya sekaligus

memarjinalkan peranan Tuhan.

B. SKB Tiga Menteri 1975

Bersamaan dengan perkembangan pendidikan agama di sekolah umum,

perhatian terhadap madrasah atau pendidikan Islam umumnya terjadi sejak

badan pekerja komite nasional Indonesia pusat (BP KNIP) di masa setelah

kemerdekaan mengeluarkan maklumatnya tertanggal 22 desember 1945 yang

isinya menganjurkan bahwa dalam memajukan pendidikan dan pengajaran agar

pengajaran di langgar, surau, masjid dan madrasah berjalan terus dan

ditingkatkan. Namun perhatian pemerintah yang begitu besar di awal

kemerdekaan yang ditandai dengan tugas Departemen Agama dan beberapa

keputusan BP KNIP ini tampaknya tidak berlanjut. Hal ini tampak ketika

Undang-Undang Pendidikan Nasional pertama (UU No. 4 tahun 1950 , UU

No.12 Tahun 1945) diundangkan, masalah madrasah dan pesantren tidak

dimasukkan sama sekali, yang ada hanya masalah pendidikan agama di sekolah

(umum) dan pengakuan belajar di sekolah agama yang telah mendapat

pengakuan dari Mentri agama dianggap telah memnuhi kewajiban belajar.

Reaksi terhadap sikap pemerintah yang diskriminatif ini menjadi lebih

keras dengan keluarnya keputusan Presiden No. 34 tahun 1972, yang kemudian

diperkuat dengan intruksi Presiden No. 15 tahun 1974. Kepres dan inpres ini

isinya dianggap melemahkan dan mengasingkan madrasah dari pendidikan

nasional.

Pada tanggal 24 maret 1975  dikeluarkan Surat Keputusan Bersama

(SKB) tiga menteri (Menteri Agama, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan

Menteri Dalam Negeri). SKB ini merupakan model solusi yang di satu sisi

memberikan pengakuan eksistensi madrasah dan di sisi lain memberikan

kepastian akan berlanjutnya usaha yang mengarah pada pembentukan sistem

pendidikan nasional yang integratif.

Dengan SKB tersebut, ditetapkan hal-hal berikut:

Page 9: bida88.files.wordpress.com file · Web viewSecara konstitusional, ... Undang-undang Nomor 4 Tahun 1950 tentang Dasar-dasar Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah memberikan kesempatan

9

1) Ijazah madrasah dapat mempunyai nilai yang sama dengan ijazah

sekolah umum setingkat.

2) Lulusan madrasah dapat melanjutkan ke sekolah umum setingkat lebih

atas.

3) Siswa madrasah dapat berpindah ke sekolah umum yang setingkat.4

Dengan adanya SKB Tiga Menteri tahun 1975, maka kurikulum

madrasah yang semula memasukkan pelajaran agama 70% dan pelajaran

umum 30% berubah menjadi 30% untuk pelajaran agama dan pelajaran umum

menjadi 70%.

Perjuangan agar mendapat perlakuan yang sama (integrasi madrasah

dalam sisdiknas secara penuh), baru dicapai dalam UUSPN No.2 Tahun 1989,

dimana madrasah dianggap sebagai sekolah umum yang berciri khas Islam dan

kurikulum madrasah sama persis dengan sekolah, plus pelajaran agama Islam.

Perjuangan untuk memasukkan madrasah dengan fokus utama

pengajaran agama dalam sistem sisdiknas baru berhasil setelah

diundangkannya UU Sisdiknas No. 20 Tahun 2003. Dalam undang-undang ini

diakui kehadiran keagamaan sebagai salah satu jenis pendidikan disamping

pendidikan umum, kejuruan, akademik, vokasi, dan khusus ( pasal 15). Dalam

pendidikan keagamaan ini tidak termasuk lagi madrasah sebagai sekolah umum

yang berciri khas Islam . MI, MTs, MA dan MA kejuruan sudah dimasukkan

dalam jenis pendidikan umum dan pendidikan kejuruan. Pendidikan

keagamaan ini diatur dalam bagian tersendiri (bagian kesembilan) pasal 30.5

Berikut ini tabel mengenai perkembangan madrasah sejak tahun 1950;

Madrasah Tertinggal dan ditinggalTahun 1950-1989 (39 tahun) Tahun1989-2003 (14 tahun) madrasah

4 Muwardi Sutedjo, Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam, (Dirjen. Binbaga Islam dan Universitas Terbuka, Jakarta, 2000), 15.5 Depag RI, Pendidikan Islam dan Pendidikan Nasional (paradigma baru), (Jakarta: Direktorat Jendral Kelembagaan Islam, 2005), 62-67

Page 10: bida88.files.wordpress.com file · Web viewSecara konstitusional, ... Undang-undang Nomor 4 Tahun 1950 tentang Dasar-dasar Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah memberikan kesempatan

10

madrasah terdiskriminasi diakui dalam sisdiknas, tetapi masih

dalam ketertinggalan

Tahun 1975-1989 (14 tahun), melalui

SKB 3 Menteri 1975, madrasah

diakui, akan tetapi keberadaan

madrasah tetap tertinggal dan belum

masuk Sistem Pendidikan Nasional

Upaya untuk memacu ketertinggalan

dalam bidang studi umum dengan

meminta bantuan atau pinjaman luar

dari ADB (Asean Development Bank)

pada tahun 1994

Pendidikan keagamaan yang berupa madrasah tercantum dalam Peraturan

Pemerintah pasal 11 ayat 1, 2 dan 3 yang berbunyi: 1. Peserta didik pada

pendidikan keagamaan jenjang pendidikan dasar dan menengah yang

terakreditasi berhak pindah ke tingkat yang setara di Sekolah Dasar (SD),

Madrasah Ibtidaiyah (MI), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Madrasah

Tsanawiyah (MTs), Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA),

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau

bentuk lain yang sederajat setelah memenuhi persyaratan. 2. Hasil pendidikan

keagamaan non formal dan atau informal dapat dihargai sederajat dengan hasil

pendidikan formal keagamaan/umum/kejuruan setelah lulus ujian yang

diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi yang ditunjuk oleh

pemerintah dan atau pemerintah daerah. 3. Peserta didik pendidikan

keagamaan formal, non formal, informal yang memperoleh ijazah sederajat

pendidikan formal umum atau kejuruan dapat melanjut ke jenjang berikutnya

pada pendidikan keagamaan atau jenis pendidikan yang lainnya. 

C. Analisis UU Sisdiknas dan Implikasinya Terhadap Pendidikan Islam

Peraturan perundang-undangan RI yang paling banyak membicarakan

pendidikan adalah Unadang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003. Sebab undang-

undang ini bisa disebut sebagai induk peraturan perundang-undangan

pendidikan. Undang-undang ini mengatur pendidikan pada umumnya, artinya

segala sesuatu yang berkaitan dengan pendidikan, mulai dari prasekolah

sampai dengan pendidikan tinggi ditentukan dalam Undang-Undang ini.6

6  Made Pidarta, Landasan Kependidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2007, 45.

Page 11: bida88.files.wordpress.com file · Web viewSecara konstitusional, ... Undang-undang Nomor 4 Tahun 1950 tentang Dasar-dasar Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah memberikan kesempatan

11

Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional, disahkan oleh DPR pada tanggal 11 Juni 2003, dan diberlakukan

pada tanggal 8 Juli 2003. Dalam Batang Tubuh Undang-Undang tersebut

memuat 22 Bab, dan 77 Pasal, adalah cukup ideal dan akomodatif dalam

mengatur sistem pendidikan di Indonesia, termasuk sistem pendidikan Islam.

Secara berturut-turut dapat dijelaskan sebagai berikut :

1) Dasar, fungsi dan tujuan pendidikan disebutkan dalam Bab II, pasal 1

bahwa :

“Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”.

Secara konseptual, dasar pendidikan nasional ini mengandung nilai-

nilai yang tidak diragukan lagi kehandalannya, amat ideal dan luhur,

dan secara konsensus seluruh bangsa Indonesia sudah menerimanya,

karena hakikat kedua dasar tersebut secara filosofis merupakan bagian

dari filsafat Islam, artinya seluruh kandungan isi dan maknanya tidak

bertentangan dengan ajaran Islam, bahkan tercerminkan dalam ajaran

Islam. Oleh karena itu, kedua dasar tersebut harus diterjemahkan dan

ditafsirkan secara Islami, dengan pola menginternalisasikan nilai-nilai

Islami ke dalam seluruh kandungan isi dan makna kedua dasar

tersebut. Dengan demikian, setiap penyelenggaraan negara termasuk

penyelenggaraan satuan pendidikan akan terisi oleh nilai-nilai ajaran

Islam. Sedangkan hakikat fungsi pendidikan nasional yang ditetapkan

dalam Pasal 2, yaitu :

“Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa”.

Kalimat ini sederhana, namun memiliki makna yang dalam dan luas.

Di mana bangsa yang cerdas adalah bangsa yang dibangun atas tiga

pilar. Pertama, memiliki kemampuan dalam menguasai berbagai

aspek kehidupan, baik aspek ekonomi, sosial, politik, hukum, ilmu

pengetahuan dan teknologi, maupun aspek agama. Kedua, memiliki

Page 12: bida88.files.wordpress.com file · Web viewSecara konstitusional, ... Undang-undang Nomor 4 Tahun 1950 tentang Dasar-dasar Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah memberikan kesempatan

12

watak kepribadian yang luhur dan anggun, patriotis dan nasionalis,

serta watak bekerja keras dalam memenuhi kebutuhan hidup. Ketiga,

memiliki peradaban yang humanis religius, serta kewibawaan yang

tinggi, sehingga bangsa-bangsa lain tidak memperlakukan dan

mengintervensi bangsa Indonesia sekehendaknya.

Implikasinya terhadap pendidikan Islam adalah menuntut terwujudnya

suasana belajar dan proses pembelajaran yang Islami, kondusif,

harmonis, dan penuh dialogis. Proses pembelajaran yang seperti ini

akan mendorong peserta didik untuk secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan iman, kedalaman ilmu, dan

ketrampilan profesional, sehingga dapat bertanggung jawab dalam

mengemban tugas hidupnya sebagai hamba Allah sekaligus sebagai

khalifatullah fil ardhi.

2) Prinsip penyelenggaraan pendidikan dalam Bab III, pasal 4:

“Pendidikan diselenggarakan dengan prinsip demokratis, berkeadilan, serta menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa; prinsip satu kesatuan yang sistemik; prinsip pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik; prinsip keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik; prinsip pengembangan budaya membaca, menulis dan berhitung; prinsip pemberdayaan semua komponen masyarakat”.

Prinsip penyelenggaraan pendidikan yang seperti ini menunjukkan

prinsip yang holistik (menyeluruh), terbuka dan akomodatif dari

berbagai aspirasi atau tuntutan masyarakat akan pentingnya

pendidikan bagi anak bangsa. Aksentuasi prinsip-prinsip tersebut

terletak pada penyelenggaraan pendidikan yang demokratis,

berkeadilan, desentralisasi, dan menjunjung tinggi hak asasi manusia.

Pendidikan yang seperti ini akan memberikan kebebasan dalam

berfikir dan berkreasi positif bagi anak didik, serta terbuka bagi

masyarakat.

Implikasinya terhadap pendidikan Islam adalah menuntut agar dalam

penyelenggaraan satuan pendidikan Islam diletakkan pada prinsip

Page 13: bida88.files.wordpress.com file · Web viewSecara konstitusional, ... Undang-undang Nomor 4 Tahun 1950 tentang Dasar-dasar Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah memberikan kesempatan

13

berwawasan semesta, demokratis, keterpaduan yang sistemik,

pembudayaan dan pemberdayaan, uswatun hasanah, dan menjunjung

tinggi hak asasi manusia. Dari prinsip-prinsip inilah akan melahirkan

paradigma baru dalam pendidikan Islam.

3) Hak dan Kewajiban dalam Bab IV, pasal 5:

“Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu”, dan “Setiap warga negara bertanggung jawab terhadap keberlangsungan penyelenggaraan pendidikan”.

Konsep ini lebih menekankan pada pemerataan pendidikan bagi setiap

warga negara untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Ada

indikasi bahwa permasalahan menonjol yang dihadapi pendidikan

nasional (1) masih rendahnya pemerataan memperoleh pendidikan, (2)

masih rendahnya mutu dan relevansi pendidikan, dan (3) masih

lemahnya manajemen pendidikan. Implikasinya terhadap pendidikan

Islam menuntut agar pendidikan Islam ke depan dapat meningkatkan

pemerataan, mutu dan relevansi pendidikan, serta manajemen

pendidikan bagi warga negara dalam memperoleh pendidikan.

4) Peserta didik ditetapkan dalam Bab V, pasal 12 bahwa setiap peserta

didik pada setiap satuan pendidikan berhak:

“Mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama”, dan “mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya”.

Bab ini menekankan arti pentingnya pendidikan agama bagi peserta

didik yang sesuai dengan agama yang dianutnya, karena bertujuan

untuk melindungi akidah agama dalam rangka meningkatkan

keimanan dan ketakwaan sesuai dengan agama yang dianutnya. Hal

ini sebagai realisasi dari Pancasila, terutama sila pertama dan Undang-

Undang Dasar 1945, Pasal 31 ayat 3.

5) Bentuk penyelenggaraan pendidikan dalam Bab VI dijelaskan secara

rinci mengenai jalur, jenjang dan jenis pendidikan pada pasal 13

disebutkan :

Page 14: bida88.files.wordpress.com file · Web viewSecara konstitusional, ... Undang-undang Nomor 4 Tahun 1950 tentang Dasar-dasar Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah memberikan kesempatan

14

“Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya”, dan “diselenggarakan dengan sistem terbuka melalui tatap muka dan/atau melalui jarak jauh”.

Berbagai kebijakan pemerintah yang relatif bagi pengembangan

pendidikan Islam tersebut kurang dapat diimplementasikan dengan

baik. Hal ini disebabkan belum diselesaikannya persoalan mendasar

yang terjadi dalam dunia pendidikan nasional, terutama madrasah dan

pesantren; yaitu: Pertama, telah terjadi dualisme dalam sistem

pendidikan nasional. Bukan saja antar lembaga pendidikan di bawah

Kemenag dengan lembaga di bawah Mendikbud, tetapi juga dengan

lembaga-lembaga pendidikan di bawah departemen lainnya. Kedua,

kualifikasi dan kompetensi tenaga pengajar pada lembaga pendidikan

madrasah dan pesantren masih rendah. Sering terjadi seorang

guru/ustadz harus mengajar bidang studi yang sama walaupun bukan

keahliannya atau bahkan pengangkatan guru tidak memperhatikan

kualifikasi ijazah yang dimilikinya.

Ketiga, terjadi dikotomi keilmuan di kalangan siswa, madrasah dan

pesantren. Dikotomi ini tidak terlepas dari persepsi ulama dan para

pengelola pendidikan Islam terhadap ilmu-ilmu umum. Kurangnya

penghargaan terhadap ilmu-ilmu umum ini masih dijumpai sampai

sekarang, meski jumlahnya sudah semakin kecil. Keempat, kondisi

lingkungan persekolahan dalam mengimplementasikan pendidikan

yang bersifat non-akademik relatif rendah. Lingkungan masyarakat

kita, selama ini memaknai pendidikan secara reduktif, yakni sebatas

aktivitas pembelajaran kognisi saja. Sehingga ketika muncul gagasan

pendidikan non-akademik, masyarakat kurang mendukungnya.

Kondisi ini terjadi karena di lembaga-lembaga sekolah tidak dapat

menterjemahkan konsep-konsep metodologi pada tataran sekolah.

6) Standar Nasional Pendidikan sebagaimana ditetapkan dalam Bab IX,

pasal 35:

Page 15: bida88.files.wordpress.com file · Web viewSecara konstitusional, ... Undang-undang Nomor 4 Tahun 1950 tentang Dasar-dasar Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah memberikan kesempatan

15

“Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian pendidikan yang harus ditingkatkan secara berencana dan berkala”.

Implikasinya terhadap pendidikan Islam adalah setiap

penyelenggaraan satuan pendidikan, harus mengacu kepada standar

nasional pendidikan tersebut, sehingga dapat secara kompetitif dalam

meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan.

7) Kurikulum sebagaimana ditetapkan dalam Bab X pasal 36, 37, 38

yang intinya:

“Pengembangan kurikulum dilakukan dengan mengacu standar nasional pendidikan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, dengan prinsip diversifikasi sesuai dengan satuan pendidikan, potensi daerah, dan peserta didik”.

Pengembangan kurikulum yang ditetapkan ini, dalam rangka

membekali peserta didik dengan berbagai kemampuan yang sesuai

dengan tuntutan zaman. Oleh karena itu, setiap satuan pendidikan

Islam dituntut untuk mampu mengembangkan kurikulum, selain

mengacu pada standar nasional pendidikan, juga harus mengacu pada

keragaman kultur, dan potensi lingkungan daerah, sebagai bentuk

pengembangan kurikulum muatan lokal dengan mengorientasikan

pada peningkatan keimanan dan ketakwaan.7

8) Pendidik dan Tenaga Kependidikan pada pasal 40 ayat 2, yaitu: “Pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban; Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis; Mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan, dan memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya”.

Konsep yang ideal ini jika dapat diaplikasikan dalam setiap

penyelenggaraan satuan pendidikan Islam, maka akan terwujud

akuntabilitas lembaga pendidikan Islam yang mandiri menuju

7 Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, (Yogyakarta: Media Wacana Press, 2003), 9-27.

Page 16: bida88.files.wordpress.com file · Web viewSecara konstitusional, ... Undang-undang Nomor 4 Tahun 1950 tentang Dasar-dasar Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah memberikan kesempatan

16

keunggulan, dan pada gilirannya akan mewujudkan kemajuan suatu

bangsa dan negara.

9) Sarana dan Prasarana Pendidikan ditetapkan dalam Bab XII pasal 45

ayat 1 dijelaskan bahwa:

“Setiap satuan pendidikan formal dan nonformal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik”.

Pasal ini menekankan pentingnya sarana dan prasarana dalam satuan

pendidikan, sebab tanpa didukung adanya sarana dan prasarana yang

relevan, maka pendidikan tidak akan berjalan secara efektif.

10) Pendanaan Pendidikan lebih diarahkan pada pasal 46 ayat 1 yang

menetapkan:

“Pendanaan pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara Pemerintah, Pemerintah Daerah dan masyarakat”.

Dan pasal 47 ayat a dan 2, yakni :

“Sumber pendanaan pendidikan ditentukan berdasarkan prinsip keadilan, kecukupan, dan berkelanjutan, dan Pemerintah, Pemerintah Daerah, serta masyarakat mengerahkan sumber daya yang ada sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku”.

Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjamin terselenggaranya wajib

belajar minimal pada jenjang pendidikan dasar tanpa memungut biaya.

Jika hal ini dapat diwujudkan oleh pemerintah dan pemerintah daerah,

maka akan dapat membantu benar dalam suksesnya pendidikan di

Indonesia.

D. Fungsi Pendidikan Keagamaan (Madrasah) Dalam Sistem Pendidikan

Nasional

Adapun gambaran tentang peranan madrasah adalah sebagai berikut:

1) Madrasah telah menunjukkan kemampuannya untuk tumbuh dan

berkembang dalam menghadapi berbagai tantangan zaman, serta

Page 17: bida88.files.wordpress.com file · Web viewSecara konstitusional, ... Undang-undang Nomor 4 Tahun 1950 tentang Dasar-dasar Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah memberikan kesempatan

17

kemampuannya untuk memasuki pelosok daerah terpencil disamping

kemampuannya untuk tetap tumbuh dan berkembang di daerah perkotaan

yang modern dan sangat maju.

2) Madrasah sebagian besar adalah perguruan swasta yang berkemampuan

tinggi untuk berswakarsa dan berswakarya dalam menyelenggarakan

pendidikan. Dengan perkataan lain, madrasah dan pondok pesantren telah

menunjukkan kemampuannya untuk tumbuh dan berkembang di atas

kemampuan kekuatan sendiri, dengan memobilisasi sumber daya yang

tersedia di masyarakat pendukungnya.

3) Madrasah memiliki ciri khas sebagai pusat pendidikan, pengembangan dari

penyebaraan agama Islam, diharapkan dan telah membuktikan diri dapat

menghasilkan keluaran atau out put yang berkualitas dan potensial untuk

menjadi pendidik, khususnya di bidang pendidikan agama Islam.

4) Madrasah memiliki potensi yang cukup besar untuk bersama-sama satuan

pendidikan lainnya di dalam sistem pendidikan nasional untuk menuntaskan

wajib belajar tingkat SLTP dan pelaksana pendidikan dasar 9 tahun. Atas

dasar inilah Madrasah Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah merupakan

lembaga pendidikan dasar.8

BAB III

KESIMPULAN

Pentingnya integrasi pendidikan nilai tersebut menjadi satu kerangka

normatif dalam merumuskan tujuan pendidikan Islam antara lain:

8 Hasbullah, Dasar-Dasar Pendidikan, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2009), 178-181.

Page 18: bida88.files.wordpress.com file · Web viewSecara konstitusional, ... Undang-undang Nomor 4 Tahun 1950 tentang Dasar-dasar Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah memberikan kesempatan

18

Pertama, mengembangkan wawasan spiritual, Kedua, membekali anak didik

dengan berbagai kemampuan pengetahuan dan kebajikan. 

Ketiga, mengembangkan kemampuan pada diri anak didik untuk

menghargai komparatif kebudayaan dan peradaban Islam, 

Keempat, memperbaiki dorongan emosi melalui pengalaman imajinatif,

Kelima, membantu anak yang sedang tumbuh untuk belajar berpikir secara

logis Keenam, mengembangkan, dan memperdalam kemampuan komunikasi

dalam bahasa tulis dan bahasa latin (Asing).

SKB tiga menteri 1975 merupakan model solusi yang di satu sisi

memberikan pengakuan eksistensi madrasah dan di sisi lain memberikan

kepastian akan berlanjutnya usaha yang mengarah pada pembentukan sistem

pendidikan nasional yang integratif.

UU Sisdiknas sangat berpengaruh terhadap kemajua perkembangan

pendidikan Islam karena dengan adanya UU sisdiknas menuntut agar dalam

penyelenggaraan satuan pendidikan Islam diletakkan pada prinsip berwawasan

semesta, demokratis, keterpaduan yang sistemik, pembudayaan dan

pemberdayaan, uswatun hasanah, dan menjunjung tinggi hak asasi manusia.

Adapun gambaran tentang fungsi madrasah dalam Sisdiknas adalah:

Madrasah telah menunjukkan kemampuannya untuk tumbuh dan berkembang

dalam menghadapi berbagai tantangan zaman, sebagian besar adalah perguruan

swasta yang berkemampuan tinggi untuk berswakarsa dan berswakarya dalam

menyelenggarakan pendidikan. Madrasah memiliki ciri khas sebagai pusat

pendidikan, memiliki potensi yang cukup besar untuk bersama-sama satuan

pendidikan lainnya di dalam sistem pendidikan nasional.

DAFTAR PUSTAKA

Page 19: bida88.files.wordpress.com file · Web viewSecara konstitusional, ... Undang-undang Nomor 4 Tahun 1950 tentang Dasar-dasar Pendidikan dan Pengajaran di Sekolah memberikan kesempatan

19

Ali M dan Luluk Y. R., 2004,  Paradigma Pendidikan Universal di Era Modern dan Post-Modern; Mencarai “Visi Baru” atas “Realitas Baru” Pendidikan Kita.

Depag RI, 2005,  Pendidikan Islam dan Pendidikan Nasional (paradigma baru), Jakarta: Direktorat Jendral Kelembagaan Islam.

Hasbullah, 2009,  Dasar-Dasar Pendidikan, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

Made Pidarta, 2007, Landasan Kependidikan, Jakarta: Rineka Cipta.

Mulyadhi Kertanegara, 2005, Integrasi Ilmu: Sebuah Rekonstruksi Holistik, Bandung: Artasy Mizan

Muwardi Sutedjo, 2000,  Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam, Jakarta: Dirjen. Binbaga Islam dan Universitas Terbuka.

Muzayyin Arifin, 2007, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Edisi Revisi Cet. II; Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional, 2003, Yogyakarta: Media Wacana Press.