hukumkesehatanblog.files.wordpress.com€¦ · web view(sap) ... penyebab dan tanda gejala hnp....
TRANSCRIPT
SATUAN ACARA PENYULUHAN
“APA ITU HERNIA NUKLEUS PULPOSUS DAN
PENCEGAHANNYA”
OLEH :
ALFONSUS AGUS AINARO SIMAMORA 1504003
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
STIKES BETHESDA YAKKUM YOGYAKARTA
2015-2016
SATUAN ACARA PENYULUHAN
(SAP)
---------------------------------------------------------------------------------------------------
Pokok Bahasan
Sasaran
Tempat
Hari/tanggal
Waktu
Penyuluh
:
:
:
:
:
:
Mengenal HNP dan Pencegahannya
Pasien atau keluarga pendamping pasien yang sedang
menjalani rawat inap di ruang H Rumah Sakit
Bethesda Yogyakarta
Ruang H Rumah Sakit Bethesda
27 oktober 2016
± 30 menit
Alfonsus Agus Ainaro Simamora
A. Tujuan Instruksional Umum
Setelah dilakukan penyuluhan tentang pencegahan stroke berulang
diharapkan keluarga pasien dapat memahami konsep tentang mobilisasi
pasien stroke dan pencegahannya.
B. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah mengikuti proses penyuluhan selama 30 menit, pasien dan
keluarga pendamping mampu :
1. Mengetahui pengertian hernia nukleus pulposus
2. Mengetahui penyebab hernia nukleus pulposus
3. Mengetahui tanda dan gejala hernia nukleus pulposus
4. Mengetahui pencegahan hernia nukleus pulposus
C. Materi
1. Pengertian HNP
2. Penyebab dan tanda gejala HNP
3. Pencegahan HNP
D. Metode
1. Ceramah
2. Diskusi dan tanya jawab
E. Kegiatan
No Kegiatan Penyuluhan Waktu Kegiatan peserta
1. Pendahuluan
a. Memberi Salam
b. Perkenalan
c. Menyampaikan tujuan
penyuluhan kesehatan
5 menit
a. Menjawab
b. Mendengarkan
c. Mendengarkan
2. Kegiatan Inti
a. Memberikan penjelasan :
1. pengertian hernia
nukleus pulposus
2. penyebab hernia
nukleus pulposus
3. tanda dan gejala hernia
nukleus pulposus
4. pencegahan hernia
nukleus pulposus
b. Memberikan kesempatan
klien dan keluarga bertanya
untuk bertanya.
c. Menjawab pertanyaan
20 menit
a. Memperhatikan
b. Bertanya
c. Memperhatikan
3. Penutup
a. Menyimpulkan materi
penyuluhan bersama klien
dan keluarga
5 menit a. Memperhatikan
b. Memberikan evaluasi lisan
c. Memberikan salam penutup
b. Memperhatikan
c. Menjawab
F. Alat Peraga
1. Lembar balik
G. Evaluasi : Evaluasi Hasil
Meminta Klien dan Keluarga untuk mengulang apa yang telah dijelaskan
melalui menjawab beberapa pertanyaan, antara lain:
1. Pengertian hernia nukleus pulposus
2. Penyebab hernia nukleus pulposus
3. Tanda dan gejala hernia nukleus pulposus
4. Pencegahan hernia nukleus pulposus
Daftar Pustaka
Smeltzer, Suzane C.2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth edisi 8 Vol 3, Jakarta : EGC
Doengoes, ME.2000. Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan
dan Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 2, Jakarta : EGC
Priguna Sidharta.1996. Sakit Neuromuskuloskeletal dalam Praktek, Jakarta : Dian
Rakyat
Price, A Sylvia. 2005. Patofisiologi Konsep Klinis Proses Penyakit. Jakarta :
EGC
LAMPIRAN
TENTANG HERNIA NUKLEUS PULPOSUS (HNP)
A. Pengertian
Diskus Intervertebralis adalah lempengan kartilago yang membentuk sebuah
bantalan diantara tubuh vertebra. Material yang keras dan fibrosa ini digabungkan
dalam satu kapsul. Bantalan seperti bola dibagian tengah diskus disebut nukleus
pulposus. HNP merupakan rupturnya nukleus pulposus. (Brunner & Suddarth,
2002)
Hernia nukleus pulposus adalah suatu penekanan pada suatu serabut saraf spinal
akibat dari herniasi dan nucleus hingga annulus, salah satu bagian posterior atau
lateral (Barbara C.Long, 1996).
Hernia nukleus pulposus adalah suatu nyeri yang disebabkan oleh proses
patologik di kolumna vertebralis pada diskus intervertebralis (diskogenik).
kelemahan pada anulus bagian lateral pada diskus vertebra dan ligumen
longitudinal posterior menjadi tipis, yang menyebabkan penekanan pada syaraf
spinal.
B. Penyebab
a. Hernia nukleus pulposus terjadi karena proses degeneratif diskus
intervertebralis
b. Keadaan akut, injuri pada ligamen, otot dan degenerasi
c. Degenerasi pada tulang belakan normal pada proses ketuaan, akselerasi
trauma, penggunaan yang berlebihan
d. Nyeri punggung akibat spasme otot sehubungan dengan stres
C. Tanda Dan Gejala
a. Mati rasa, gatal dan penurunan pergerakan satu atau dua ekstremitas.
b. Nyeri tulang belakang
c. Kelemahan satu atau lebih ekstremitas
d. Kehilangan control dari anus dan atau kandung kemih sebagian atau lengkap.
Gejala Hernia Nukleus Pulposus (HNP) adalah adanya nyeri di daerah diskus
yang mengalami herniasasi didikuti dengan gejala pada daerah yang diinorvasi
oleh radika spinalis yang terkena oleh diskus yang mengalami herniasasi yang
berupa pengobatan nyeri ke daerah tersebut, matI rasa, kelayuan, maupun
tindakan-tindakan yang bersifat protektif. Hal lain yang perlu diketahui adalah
nyeri pada hernia nukleus pulposus ini diperberat dengan meningkatkan
tekanan cairan intraspinal (membungkuk, mengangkat, mengejan, batuk,
bersin, juga ketegangan atau spasme otot), akan berkurang jika tirah baring.
D. Penatalaksanaan
a. Obat
Untuk penderita dengan diskus hernia yang akut yang disebabkan oleh trauma
(seperti kecelakaan mobil atau tertimpa benda yang sangat berat) dan segera
diikuti dengan nyeri hebat di punggung dan kaki, obat pengurang rasa nyeri
dan NSAIDS akan dianjurkan (MIS : fentanyl)
Jika terdapat kaku pada punggung, obat anti kejang, disebut juga pelemas otot,
biasanya diberikan. Kadang-kadang, steroid mungkin diberikan dalam bentuk
pil atau langsung ke dalam darah lewat intravena. Pada pasien dengan nyeri
hebat berikan analgesik disertai zat antispasmodik seperti diazepam. NSAID
Nebumeton yang merupakan pro drugs dan efek sampingnya relatif lebih sakit,
terutama efek sampingnya relatif lebih sakit, terutama efek samping terhadap
saluran cerna, dengan dosis 1 gram / hari. Pemakaian jangka panjang biasanya
terbatas pada NSAID’S, tapi adakalanya narkotika juga digunakan (jika nyeri
tidak teratasi oleh NSAID’S). untuk orang yang tidak dapat melakukan terapi
fisik karena rasa nyeri, injeksi steroid di belakang pada daerah herniasi dapat
sangat membantu mengatasi rasa sakit untuk beberapa bulan. Dan disertai
program terapi rutin. Muscle relexant diberikan parenteral dan hampir selalu
secara iv, D-tubokurarin klorida, Metokurin yodida, Galamin trietyodida,
Suksinilkolin klorida, Dekametonium.
b. Fisioterapi
1. Tirah baring (bed rest) 3 – 6 minggu dan maksud bila anulus fibrosis masih
utuh (intact), sel bisa kembali ke tempat semula.
2. Simptomatis dengan menggunakan analgetika, muscle relaxan trankuilizer.
3. Kompres panas pada daerah nyeri atau sakit untuk meringankan nyeri.
4. Bila setelah tirah baring masih nyeri, atau bila didapatkan kelainan
neurologis, indikasi operasi.
5. Bila tidak ada kelainan neurologis, kerjakan fisioterapi, jangan mengangkat
benda berat, tidur dengan alas keras atau landasan papan.
6. Pemakaian korset lumbal untuk mencegah gerakan lumbal yang berlebihan.
7. Jika gejala sembuh, aktifitas perlahan-lahan bertambah setelah beberapa
hari atau lebih dan pasien diobati sebagai kasus ringan.
c. Operasi
Operasi lebih mungkin berhasil bila terdapat tanda-tanda obyektif adanya
gangguan neurologis. Penderita yang telah didiagnosa HNP. Maka terapi
konservatiplah yang harus diselenggarakan. Bilamana kasus HNP masih
baru namun nyerinya tidak tertahan atau defisit motoriknya sudah jelas dan
mengganggu, maka pertimbangan untuk operasi atau tidak sebaiknya
diserahkan kepada dokter ahli bedah saraf. Faktor sosio ekonomi yang ikut
menentukan operasi secepatnya atau tidak ialah profesi penderita. Seorang
yang tidak dapat beristirahat cukup lama karena persoalan gaji dan cuti
sakit, lebih baik menjalani tindakan operatif secepat mungkin daripada
terapi konservatif ynag akan memerlukan cuti berkali-kali. Bilamana
penderita HNP dioperasi yang akan memerlukan harus dibuat penyelidikan
mielografi. Berdasarkan mielogram itu dokter ahli bedah saraf dapat
memastikan adanya HNP serta lokasi dan ekstensinya. Diskografi
merupakan penyelidikan diskus yang lebih infasif yang dilakukan bilamana
mielografi tidak dapat meyakinkan adanya HNP, karena diskrografi adalah
pemeriksaan diskus dengan menggunakan kontras, untuk melihat seberapa
besar diskus yang keluar dari kanalis vertebralis.
Diskectorny dilakukan untuk memindahkan bagian yang menonjol dengan
general anesthesia. Hanya sekitar 2 – 3 hari tinggal di rumah sakit. Akan
diajurkan untuk berjalan pada hari pertama setelah operasi untuk
mengurangi resiko pengumpulan darah.
Untuk sembuh total memakan waktu beberapa minggu. Jika lebih dari satu
diskus yang harus ditangani jika ada masalah lain selain herniasi diskus.
Operasi yang lebih ekstensif mungkin diperlukan. Dan mungkin
memerlukan waktu yang lebih lama untuk sembuh (recovery).
Pilihan operasi lainnya meliputi mikrodiskectomy, prosedur memindahkan
fragmen of nucleated disk melalui irisan yang sangat kecil dengan
menggunakan – ray dan chemonucleosis.
Chemonucleosis meliputi injeksi enzim (yang disebut chymopapain) ke
dalam herniasi diskus untuk melarutkan substansi gelatin yang menonjol.
Prosedur ini merupakan salah satu alternatif disectomy pada kasus-kasus
tertentu.
Kapan kita boleh melakukan latihan setelah cidera diskus? Biasanya
penderita boleh memulai latihan setelah 4 s/d 6 minggu setelah ia
diperbolehkan bangun atau turun dari tempat tidur.
d.Larangan
1. Peregangan yang mendadak pada punggung
2. Jangan sekali-kali mengangkat benda atau sesuatu dengan tubuh dalam
keadaan fleksi atau dalam keadaan membungkuk.
3. Hindari kerja dan aktifitas fisik yang berat untuk mengurangi
kambuhnya gejala setelah episode awal.
e. Saran yang harus dikerjakan
Istirahat mutlak di tempat tidur, kasur harus yang padat. Diantara kasur
dan tempat tidur harus dipasang papan atau “plywood” agar kasur jangan
melengkung. Sikap berbaring terlentang tidak membantu lordosis lumbal
yang lazim, maka bantal sebaiknya ditaruh di bawah pinggang. Orang
sakit diperbolehkan untuk tidur miring dengan kedua tungkai sedikit
ditekuk pada sendi lutut. Bilamana orang sakit dirawat di rumah sakit,
maka sikap tubuh waktu istirahat lebih enak, oleh karena lordosis lumbal
tidak mengganggu tidur terlentang jika fleksi lumbal dapat diatur oleh
posisi tempat tidur rumah sakit. Istirahat mutlak di tempat tidur berarti
bahwa orang sakit tidak boleh bangun untuk mandi dan makan. Namun
untuk keperluan buang air kecil dan besar orang sakit diperbolehkan
meninggalkan tempat tidur. Oleh karena buang air besar dan kecil di pot
sambil berbaring terlentang justru membebani tulang belakang lumbal
lebih berat lagi. Analgetika yang non adiktif perlu diberikan untuk
menghilangkan nyeri. Selama nyeri belum hilang fisioterapi untuk
mencegah atrofi otot dan dekalsifikasi sebaiknya jangan dimulai setelah
nyeri sudah hilang latihan gerakan sambil berbaring terlentang atau
miring harus diajurkan.
Traksi dapat dilakukan di rumah sakit dengan fasilitas yang sesuai dapat
dilakukan “pelvic traction”, alat-alat untuk itu sudah automatik. Cara
“pelvic traction”, sederhana kedua tungkai bebas untuk bergerak dan
karena itu tidak menjemukan penderita. Maka pelvic traction dapat
dilakukan dalam masa yang cukup lama bahkan terus-menerus. Latihan
bisa dengan melakukan flexion excersise dan abdominal excersise.
Masa istirahat mutlak dapat ditentukan sesuai dengan tercapainya
perbaikan. Bila iskhilagia sudah banyak hilang tanpa menggunakan
analgetika, maka orang sakit diperbolehkan untuk makan dan mandi
seperti biasa. Korset pinggang atau griddle support sebaiknya dipakai
untuk masa peralihan ke mobilisasi penuh.
Penderita dapat ditolong dengan istirahat dan analegtika antirheumatika
serta nasehat untuk jangan sekali-kali mengangkat benda berat, terutama
dalam sikap membungkuk. Anjuran untuk segera kembali ke dokter
bilamana terasa nyeri radikuler penting artinya. Dengan demikian ia
datang kembali dan “sakit pinggang” yang lebih jelas mengarah ke lesi
diskogenik.