· web viewrepelita i dua model instalasi air minum, pembuatan alat-alat pengujian pipa air minum,...

33
PERUMAHAN DAN AIR MINUM

Upload: lexuyen

Post on 13-Jun-2019

215 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PERUMAHAN DAN AIR MINUM

B A B XVI

PERUMAHAN DAN AIR MINUM

A. PERUMAHAN

1. Pendahuluan.

Salah satu unsur pokok kesejahteraan rakyat adalah peru-mahan. Pemenuhan kebutuhan perumahan akan memberikan pengaruh terhadap produktivitas kerja serta dengan demikian akan, mempunyai pengaruh pula terhadap peningkatan kegiatan ekonomi pada umumnya. Sementara itu kemampuan masyara- kat untuk mengusahakan tersedianya perumahan yang layak sangat tergantung kepada perkembangan pembangunan eko- nomi.

Pada hakekatnya pembangunan perumahan dilaksanakan oleh masyarakat sendiri. Pemerintah hanya membantu mencip-takan sarana dan fasilitas untuk mendorong dan menggairah- kan masyarakat melaksanakan pembangunan perumahan. Da- lam tahap permulaan, Pemerintah secara terbatas ikut serta melaksanakan pembangunan perumahan, yang bertujuan untuk membantu mengatasi memburuknya keadaan perumahan baik di kota maupun di desa.

Dalam Repelita I kegiatan program pembangunan perumahan pada dasarnya masih terbatas kepada usaha-usaha persiapan dan perintisan. Persiapan tersebut meliputi segi tehnis tehno- logis seperti penelitian konstruksi dan peningkatan mutu bahan bangunan di laboratorium. Percobaan dilapangan antara lain berupa pembangunan contoh rumah kota dan desa untuk memanfaatkan dan menerapkan bahan bangunan baru yang murah maupun bahan bangunan lokal, serta menemukan sistim konstruksi pembangunan massal yang dapat dilakukan oleh tenaga setempat untuk membangun perumahan murah, kuat

621

dan sehat. Di samping pembinaan tehnis pembangunan, juga dilakukan persiapan penyusunan kebijaksanaan dibidang peru-mahan, pembentukan unsur-unsur kelembagaan serta landasan hukum bagi pengaturan dan pengarahan pembangunan peru-mahan.

2. Pelaksanaan kegiatan pembangunan.Dalam rangka melaksanakan kebijaksanaan perumahan

dan pembiayaan pembangunan perumahan, maka dalam tahun te:rakhir Repelita I (1973/74), telah diselesaikan perumusan dan dirintis persiapan pembentukan lembaga penunjang pembangun-an perumahan yakni: Badan Kebijaksanaan Pembangunan Pe-rumahan Nasional, Bank Hipotik Perumahan (BHP) dan Badan Pembangunan Perumahan Nasional (B.P2.N). Demikian juga telah diselenggarakan loka karya dalam rangka menyempur-nakan kebijaksanaan Pemerintah bagi penanaman modal dibi-dang perumahan rakyat.

Dibidang pembangunan perumahan kota telah diselesaikan studi pengembangan lingkungan perkotaan. Sebagai tindak lanjutnya telah dilakukan persiapan untuk pelaksanaan penyediaan tanah matang (Sites & Services) di Jakarta, dan di Jawa Barat, khususnya dalam rangka penyediaan tanah murah untuk peru-mahan rakyat bagi penduduk berpenghasilan rendah dan peningkatan usaha perbaikan kampung. Selain itu telah selesai dibangun 52 unit contoh rumah murah, yang tersebar di beberapa kota. Dengan demikian jumlah perumahan contoh yang diba-ngun selama Repelita I keseluruhannya menjadi 11.039 unit, yaitu di: Jakarta 325 unit, Karawang 76 unit, Bandung 24 unit, Semarang 138 unit, Klaten 40 unit, Yogyakarta 50 unit, Surabaya 146 unit, Jember 40 unit dan Samarinda 10 unit.

Dalam tahun 1973 / 74 telah dibangun 126 unit contoh pemu-garan perumahan desa, tersebar di propinsi Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Lampung, Bali, Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Sehingga dalam Repelita I, jumlah contoh pemugaran perumahan desa yang diselenggarakan adalah 310 unit yaitu: Jawa Barat 41 unit, Jawa Tengah 41 unit, DI Yog-

622

yakarta 23 unit, Jawa Timur 41 unit, Lampung 41 unit, Kali-mantan Selatan 21 unit, Bali 41 unit, Nusa Tenggara Timur 3 unit, Sumatera Utara 20 unit, dan Sulawesi Selatan 38 unit.Selain itu dalam rangka pembinaan arsitektur tradisionil daerah serta menunjang program kepariwisataan, selama Repelita I telah dibangun contoh perumahan khusus di Bali 4 unit, di Yogyakarta 8 unit dan Surabaya 16 unit.

Di bidang penyuluhan, dalam tahun 1973/74 telah diadakan kursus tingkat regional tentang Pemugaran Rumah Desa di Yogyakarta (40 peserta) dan kursus tingkat nasional tentang Penataran Pembinaan Penyuluhan Pembangunan Perumahan di Jakarta (40 peserta) pameran tetap di Jakarta, pameran teh- nik di Banda Aceh dan Kupang, serta pembuatan unit-unit pameran keliling. Disamping itu telah didirikan Pusat Infor- masi Tehnik Pembangunan (BIC) di Medan, Banjarmasin, Se-marang, Surabaya dan Ujung Pandang.

Dalam usaha meningkatkan pengertian, ketrampilan dan kesadaran masyarakat akan perumahan yang sehat dalam. lingkungan yang sehat, maka selama Repelita I telah di- adakan pameran-pameran tehnis di pelbagai kota, penye- bar luasan publikasi tentang rumah sehat dalam ling- kungan sehat ke daerah-daerah tingkat II, kursus kader penyuluhan pembangunan perumahan tingkat nasional dan regional dengan jumlah masing-masing peserta 141 orang dan 411 orang. Disamping itu telah didirikan 9 BIC masing-masing di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Denpasar, Medan, Banjar-masin, Semarang, Surabaya dan Ujung Pandang.

Penelitian Perumahan Rakyat dititik beratkan pada peneliti- an bahan bangunan dan konstruksi bangunan dalam usaha menekan biaya pembangunan rumah murah, kuat dan sehat.

Dalam tahun 1973/74 telah diadakan penyelidikan laborato- rium tentang pengeringan dan pengawetan kayu dengan dua. jenis bahan pengawet. Juga telah diadakan survey geologi ta- nah liat di Cibinong dan Karawang penelitian pengembangan

623

tungku untuk pembuatan agregat dan penelitian konstruksi dan elemen-elemen bangunan dari beton ringan secara pra-cetak (precast). Di samping itu diadakan penelitian pengembangan sumber-sumber tras di Jawa Timur dan perbaikan Cara pem-bakaran dan penedesan kapur, sedangkan dalam rangka peng-olahan particle board diadakan penelitian kemungkinan pem-buatannya dari bagasse (ampas tebu) dan penelitian pengguna- an latex sebagai bahan perekat dan bahan tahan/kedap air. Dalam usaha mengembangkan produksi bahan bangunan, pem-bangunan pabrik particle bord dan elemen rumah prefab di Cibadak (Sukabumi) terus dilanjutkan. Demikian juga telah dibangun unit produksi bahan bangunan perumahan di Sura-baya yang meliputi pembuatan batu cetak, unit penggergajian kayu, unit pengeringan dan pengawetan kayu.

Selama Repelita I program penelitian bahan bangunan telah menghasilkan berbagai macam konstruksi perumahan rakyat dengan mempergunakan bahan dan tenaga setempat. Penelitian juga telah dilakukan mengenai pondasi dan lantai, elemen bangunan untuk dinding dan konstruksi atap. Hasil penelitian ini antara lain berupa pondasi plat yang langsung dicor dengan memanfaatkan bahan-bahan setempat seperti tras dan kapur, penggunaan batu cetak tras kapur untuk dinding. Hasil pene-litian konstruksi papan paku untuk konstruksi kuda-kuda atap telah mulai banyak dipakai karena memberikan banyak keuntungan. Keuntungannya antara lain karena konstruksi ini dapat mempergunakan papan dari kayu kelas 2 ,dan 3 yang banyak terdapat di pasaran dan dapat dilaksanakan oleh tenaga-tenaga tak terlatih.

Penelitian pemanfaatan bahan setempat seperti penggunaan tras, bambu dan sisa-sisa penggergajian, dilakukan melalui pe-nelitian laboratorium, Untuk menerapkan hasil penelitian di laboratorium itu, dirintis juga pembangunan pilot plant antara lain pabrik particle board dan elemen rumah prefab di Sukabumi dan pabrik batu cetak di beberapa tempat untuk mendorong masyarakat kearah usaha-usaha pendirian pabrik yang serupa.

624

Hasil penelitian lain mengenai pembuatan batu cetak adalah pembuatan dan pemakaian batu cetak swakarya yang dikem- bangkan dengan contoh mesin cetak "Cinva Rain" yang seka- rang. ini sudah diprodusir dalam jumlah banyak oleh PINDAD dan banyak dipergunakan dalam rangka pemugaran desa.

B. PERENCANAAN TATA KOTA DAN TATA DAERAH1. Pendahuluan.Perencanaan Tata Kota dan Tata Daerah pada dasarnya me-

rupakan tugas dan wewenang Pemerintah Daerah. Berhubung belum meratanya kemampuan Pemerintah Daerah dalam me-nyusun rencana-rencana induk maupun penyusunan rencana-rencana khusus/detail maka Pemerintah Pusat memberikan bantuan tehnis untuk membina penyusunan rencana kota dan penyusunan rencana daerah. Di samping itu dalam masa Repe-lita I secara berangsur-angsur diusahakan pula peningkatan kemampuan aparat perencana di daerah melalui pembentukan dan pembinaan unit-unit perencanaan fisik di daerah-daerah serta penyelenggaraan kursus secara teratur, penataran maupun latihan kerja bagi para perencana di daerah.

Sebagai landasan kerja dan landasan hukum guna pengaturan dan pembinaan pembangunan baik di tingkat Pusat maupun di Daerah-daerah, dalam Repelita I juga dipersiapkan berbagai rancangan peraturan perundang-undangan, standar-standar maupun pedoman-pedoman kerja bagi perencanaan tata kota dan tata daerah.

Dalam Repelita I prioritas program perencanaan Tata Kota dan Tata Daerah ialah pembinaan rencana kota bagi semua ibu kota propinsi dan kota-kota utama/penting lainnya (dalam rangka penunjangan kegiatan dan kelancaran perkembangan ekonomi), serta penyusunan rencana daerah/rencana wilayah bagi propinsi-propinsi terpenting serta wilayah-wilayah khusus lainnya.

2. Pelaksanaan kegiatan pembangunan.Dalam tahun 1973/74 dua kegiatan penting telah dapat dise-

lesaikan, yakni studi pengembangan lingkungan perkotaan di

625411234- (40).

Jakarta, yang meliputi pengembangan lingkungan perumahan dalam kota, seperti perbaikan kampung, pembangunan wila-yah perumahan baru bagi golongan berpenghasilan rendah dan menengah; dan lainnya. Yang kedua adalah studi pengembangan regional Sumatera bagian Selatan, yang meliputi propinsi Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu dan Lampung. Dalam studi regional ini dilakukan inventarisasi secara menyeluruh potensi-potensi pengembangan ke lima propinsi tersebut di atas. Kegiatan tersebut segera dilanjutkan dengan penyusunan program/proyek-proyek dalam rangka pembangunan daerah/wilayah secara lebih terarah dan berencana.

Selama Repelita I telah dapat diselesaikan rencana induk (masterplan) untuk 7 ibu kota propinsi dan 2 kota lain, rencana garis besar untuk 45 kota (17 ibu kota propinsi dan 28 kota penting lain) serta rencana khusus untuk beberapa kota lainnya (Tabel XVI — 1). Kota-kota seperti. DKI Jakarta, Pontianak serta beberapa kota lainnya telah mampu menyusun sendiri rencana induk bagi kotanya yang menunjukkan adanya kemajuan dalam kemampuan aparat perencanaan di daerah.

Dalam perencanaan tata daerah untuk tahun 1973/74 juga telah diselesaikan beberapa rencana khusus, antara lain ren-cana pengembangan wilayah Jabotabek (Jakarta, Bogor, Tang-gerang dan Bekasi), dan rencana pengembangan wilayah khusus Borobudur dan sekitarnya, Dalam Repelita I, perencanaan tata daerah telah meliputi rencana induk 5 propinsi, rencana garis besar 6 propinsi serta. survey lengkap 8 propinsi (Tabel XVI — 2).

Demikian juga telah dibentuk unit perencanaan fisik dalam tahun 1973/74, sebanyak 5 unit (propinsi D.I. Aceh, Sumatera Barat, Riau, Jawa Tengah dan Sulawesi Utara), sehingga dalam Repelita 1 keseluruhan pembentukan unit perencanaan fisik di daerah meliputi 11 propinsi Dalam tahun-tahun selanjutnya pembentukan unit perencanaan fisik tersebut akan dilanjutkan di propinsi-propinsi lainnya.

626

TABEL XVI - 1KEGIATAN TATA KOTA

1969/70 — 1973/74

627

628

TABEL XVI — 2KEGIATAN TATA DAERAH

1969/70 — 1973/74

No. P r o p i n s i K e g i a t a n K e t e r a n g a n

1. D.I. Aceh2. Sumatera Utara3. Sumatera Barat4. Jambi5. Sumatera Selatan6. Lampung

7. Jakarta

8. Jawa Barat

9. Jawa Tengah

10. Yogyakarta

11. Jawa Timur12. Bali13. Kalimantan Barat 14. Kalimantan Timur

15. Sulawesi Selatan

17. Sulawesi Tenggara

18. Sulawesi Utara

19. Nusa Tenggara Barat

Survey-

Rencana Garis besar

Jabotabek (Jakarta, Bo- gor, Tangerang dan Bekasi)

Rencana Khusus Jabotabek Rencana IndukRencana Garis Belum seluruh wilayah besarRencana Khusus Wilayah pengembangan Rencana Induk BorobudurRencana Garis Belum seluruh wilayah besarRencana IndukRencana Garis Wilayah perbatasan besarRencana Garis Wilayah perbatasan besarSurvey

Rencana Induk

629Rencana Induk Survey

SurveyRencana Garis besarRencana Khusus

Survey Survey Survey Survey

Dalam rangka pembinaan landasan kerja dan landasan hukum bagi pengaturan dan pembinaan perencanaan pem-bangunan fisik, telah selesai disusun R.U.U. Bina Kota dan R.U.U. jalan. Di samping itu dewasa ini telah dipersiapkan be-berapa rancangan pengaturan di bidang tanah perkotaan, tata daerah, Wilayah/Zoning untuk propinsi Bali, standar peren-canaan daerah perumahan dan daerah industri..

Pembinaan tenaga perencanaan di Pusat maupun di Daerah dilakukan melalui kursus perencanaan praktis dan latihan kerja yang diselenggarakan dua kali dalam setahun di Jakarta untuk para perencana Indonesia bagian Barat (Jawa dan Sumatera, dengan penekanan pada pemecahan masalah perkotaan) dan di Bali untuk Indonesia bagian Timur. Di samping itu dalam tahun 1973/74 telah pula dirintis penataran perencanaan sosial dalam pembangunan daerah di Bali. Penataran ini direncanakan akan diselenggarakan secara teratur dalam tahun-tahun mendatang dan akan dilengkapi dengan penataran perencanaan sosial dalam pembangunan/pengembangan kota. Jumlah peserta se-lama Repelita I tercatat sebanyak 262 peserta, termasuk 56 orang peserta dalam periode 1973/74.

Pembinaan tenaga maupun aparat perencanaan di daerah, khususnya pembinaan unit-unit perencanaan fisik, dilakukan melalui penyebaran/diseminasi informasi mengenai tata kota dan tata daerah secara teratur, misalnya melalui publikasi serta konsultasi fungsionil secara langsung, ataupun melalui seminar/lokakarya yang diadakan secara berkala.

Sasaran Repelita I .di bidang program tata kota pada umum- nya dapat dicapai, walaupun masih terdapat beberapa segi yang belum dapat berjalan lancar sebagai akibat belum disahkannya landasan hukum dan, landasan kerja yang diperlukan, serta masih belum siapnya aparat perencanaan di daerah. Di sam- ping itu terbatasnya tenaga perencanaan di daerah, menye-babkan Pemerintah Pusat untuk sementara tetap memberikan bantuan tennis dan bantuan lain untuk pembinaan pengembang-

630

an kota, transportasi kota, perbaikan kampung,, penyediaan tanah matang dengan fasilitas lingkungannya dan lain-lain. Kesemuanya ini merupakan usaha pengaturan dan pembinaan kearah lingkungan hidup yang lebih layak dan serasi.

C. PENYEDIAAN AIR MINUM

1. Pendahuluan.Dalam Repelita I diusahakan peningkatan kapasitas penye-

diaan air minum sebesar 8.000 lt/detik, melalui: usaha-usaha rehabilitasi, perluasan fasilitas penyediaan air minum yang ada (ekstensifikasi) dan pembangunan penyediaan air minum yang baru. Dengan demikian kapasitas air minum yang semula tersedia hanya ± 9.000 lt/detik meliputi + 180 kota (besar dan kecil), diharapkan pada akhir Repelita I akan dapat ditingkatkan menjadi 17.000 lt/detik. Peningkatan kapasitas air minum diprioritaskan untuk ibu kota propinsi, kota pelabuh-an dan industri serta kota-kota utama/penting lainnya, teruta-ma yang padat penduduknya dan kebutuhan air minum sangat mendesak.

Dalam rangka menjaga kondisi fasilitas serta kontinuitas penyediaan air minum, diusahakan perbaikan ketatalaksanaan Perusahaan Air Minum, sesuai dengan kebijaksanaan baru mengenai pembiayaan air minum, yaitu pembiayaan dengan sistim pinjaman yang menggantikan sistim pembiayaan dengan subsidi yang dilaksanakan selama Repelita I. Demikian juga diusahakan penyusunan peraturan pokok tehnik penyehatan air minum serta usaha-usaha, pengaturan dan pembinaan lainnya.

2. Pelaksanaan kegiatan pembangunan.Hasil yang dapat dicapai dalam usaha rehabilitasi dan per-

luasan dalam tahun 1973/74 adalah 597,5 lt/detik, tersebar di 15 kota. Angka ini merupakan perbaikan daripada laporan yang terdahulu. Dengan demikian maka peningkatan produksi

631

air

minum selama Repelita I adalah 6.222,5 lt/detik (Tabel XVI — 3), sehingga kapasitas produksi air minum pads akhir Repelita I keseluruhannya menjadi 15.222,5 lt/detik. Hasil ini merupakan 778% dari target yang ditentukan dalam Repelita I (penambahan kapasitas 8.000 lt/detik). Tidak tercapainya target ini antara lain disebabkan karena kenaikan harga, perubahan penyesuaian pelaksanaan akibat perluasan/perbaikan jaringan distribusi yang semula direncanakan merupakan beban Pemerintah Daerah, tetapi ternyata di beberapa tempat Pemerintah Daerah belum mampu. Di samping itu juga timbul kesulitankesulitan tehnis dalam pelaksanaan serta kelambatan realisasi bantuan proyek luar negeri (project aid) untuk air minum. Hal ini sangat dirasakan akibatnya bagi proyek-proyek besar se-perti Ujung Pandang (500 lt/detik, Palembang (300 lt/detik), Denpasar (272 lt/detik), Bogor (250 lt/detik), Karawang, (100 lt/,detik), Yogyakarta (67 1t/detik), sehingga tidak berhasil diselesaikan sebagaimana direncanakan semula.

Selain penambahan kapasitas air minum tersebut di atas, dalam Repelita I juga telah diselesaikan survey, studi-studi persiapan maupun perencanaan fisik penyediaan air minum. Diantaranya yang penting adalah studi penyediaan air minum bagi 8 kota (Jambi, Cirebon, Purwokerto, Yogyakarta, Malang, Banyuwangi, Samarinda dan Bandung).

Studi penyediaan air minum bagi 7 kota tersebut di atas juga telah menghasilkan suatu konsepsi pola dasar untuk penyempurnaan administrasi dan ketatalaksanaan air minum di Indonesia, berupa struktur organisasi perusahaan air minum, sistim administrasi dan ketatalaksanaan serta tatacara maupun syarat untuk memperoleh pinjaman dan sistim pembayaran kem-bali. Kesemuanya ini diperlukan dalam rangka pelaksanaan kebijaksanaan baru Pemerintah mengenai sistim pembiayaan proyek-proyek air minum, yaitu pengalihan dari sistim subsidi kearah pinjaman jangka panjang. Sehubungan dengan itu telah pula diambil langkah-

632

langkah kearah perubahan status per-

TABEL XVI – 3PENAMBAHAN KAPASITAS PENYEDIAAN AIR MINUM

1969/70 — 1973/74(liter/detik)

633

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1041. J a m b i 8

3*) 3 11

42. Banda Aceh 5 — — 20 — 20 2543. Langsa 5 — — 7,5 7,5 15 2044. S i g l i

510 10 15

45. Tanjung Karang 10 — — 40 — — 40 5046. Bengkulu 9 — — 21 — 21 3047. M a l a n g 234 — — 25 — — 25 25948. Pasuruan 31 — — 15 14 — 29 6049. Banyuwangi 10 — — 100 — — 100 11050. Madiun 18 — — 30 42 — 72 9051. Sumenep 11 — — — — 39 39 5052. Kupang 10 — — — — 55 55 6553. Maumere 1 — — 1 — 8 9 1054. P a 1 u 10 — — 18 — — 18 2855. Samarinda 10 — — 50 — 50 6056. Balikpapan 6 — — 10 10 1657. Palangka Raya 5 — — — 5 — 5 1058. Belawan 135 — — — 15 15 30 16559. Perapat 18 — — — 22 — 22 4060. Sibolga 15 — — — 50 — 50 6561. Mataram 2 — — — — 50 50 5262. Kota-kota lainnya 3.908,2 — — — — — — 3.908, 2

J U M L A H 9.000 1.040 711 740 3.134 597,5 6.222,5 15.222,5

Keterangan :* ) Terlambat penyelesaian,

usahaan-perusahaan air minum menjadi perusahaan yang otonom.

Selanjutnya dalam rangka pembinaan perusahaan air minum juga diselenggarakan penataran dan latihan untuk tenaga tingkat rendah maupun menengah dan tingkat pimpinan. Dalam tahun 1973/74 telah diselenggarakan latihan di pusat latihan dan laboratorium air minum di Jakarta, yang diikuti 30 peserta tingkat rendah/menengah dan 30 peserta tingkat pimpinan.

Dalam bidang penyelidikan masalah air minum, dalam tahun 1973/74 telah diadakan penelitian desalinasi air laut un- tuk

634

kepentingan air minum. Telah dilaksanakan pula dalam

Repelita I dua model instalasi air minum, pembuatan alat-alat pengujian pipa air minum, pengujian/penelitian berbagai jenis pipa, air minum dan sambungannya (baja, asbes-semen dan plastik), serta penelitian air permukaan tanah.

Sementara itu telah selesai disusun, konsep Rancangan Per-aturan Pemerintah tentang Tehnik Penyehatan bidang air minum dan peraturan standardisasi dan sistim kriteria untuk plumbing.

D. ASSAINERING

1. Pendahuluan.Sistim assainering/riolering yang ada sangat terbatas sekali

dan pada umumnya hanya untuk pembuangan air hujan. Sistim ini sangat erat hubungannya dengan masalah kesehatan ling-kungan hidup. Akibat jaringan saluran yang terbatas serta tidak sesuai lagi dengan persyaratan perkembangan kota, dan seringkali kurang terpelihara, maka pengairannya tidak lan- car sehingga mengakibatkan banjir diwaktu musim hujan.

Biaya yang dibutuhkan untuk mengembalikan fungsi sistim assainering/riolering yang ada sangat besar sekali, belum lagi peningkatan jika hendak disesuaikan dengan persyaratan perkembangan dewasa ini. Mengingat pekerjaan yang demikian luasnya maka kegiatan assainering dalam Repelita I terbatas pada pemberian bantuan tehnis kepada kota-kota berupa survey/studi dan perencanaan serta proyek-proyek percontohan perbaikan assainering/riolering serta perbaikan pembuangan sampah.

Dalam rangka usaha pembinaan lingkungan hidup yang lebih harmonis, diusahakan pula adanya peraturan/konsepsi yang dapat menunjang program kesehatan lingkungan, sehingga dapat kiranya dicegah kehancuran dari fasilitas assainering dan riolering yang telah ada.

635

2. Pelaksanaan kegiatan pembangunan.Kegiatan assainering dalam tahun 1973/74 masih terbatas

pada pemberian bantuan tehnis kepada beberapa kota dalam menyusun rencana umum assainering/riolering kota serta bebe- rapa pembangunan fisik percontohan yang dikaitkan dengan pembangunan proyek perumahan murah. Di samping itu juga telah diselesaikan rancangan peraturan pemerintah ten- tang Tehnik Penyehatan Air Buangan. Dalam Repelita I telah diselesaikan survey/perencanaan garis besar dari 7 ibu kota propinsi yaitu: Pekanbaru, Tanjung Karang, Bandung, Yogya- karta, Semarang, Surabaya dan Denpasar serta 15 buah kota penting lainnya. Studi untuk kota Bandung dan Surakarta di- buat sehubungan dengan perencanaan penyediaan air minum untuk kedua kota tersebut di atas. Untuk daerah industri Pulo-gadung di Jakarta telah pula dibuatkan suatu studi khusus me-ngenai masalah air buangan industri.

Pembangunan fisik percontohan diadakan di 15 kota, se-dangkan untuk Jakarta, Surabaya dan Bandung dikaitkan de-ngan proyek pembangunan contoh perumahan murah.

Dalam bidang penyelidikan masalah assainering telah sele- sai dibangun model pembakaran sampah dan model pembuang- an air kotor.

636