thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/lampirandoc/2011-2-00281-sp... · web viewdalam option...

98
PEMODELAN STRUKTUR BINUS SQUARE DENGAN ETABS NONLINEAR VERSI 9.5.0 1. Metode Pembebanan Langsung Proses pengolahan data untuk metode pembebanan langsung terdiri dari beberapa tahapan yaitu tahapan persiapan kerangka struktur, penentuan material, penentuan dimensi rangka, penggambaran model elemen, pemodelan perletakan hingga proses running. A. Menyiapkan Grid/Kerangka Struktur Untuk membuat Grid Lines pada program ETABS, maka langkah- langkah yang perlu dilakukan adalah sebagai berikut: Mengatur satuan program ETABS yang digunakan untuk mempermudah pemasukan data. Set unit menjadi Kgf-m. Pilih menu File > New Model > No. L1/1

Upload: truongtuong

Post on 01-Apr-2019

213 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PEMODELAN STRUKTUR BINUS SQUARE DENGAN ETABS

NONLINEAR VERSI 9.5.0

1. Metode Pembebanan Langsung

Proses pengolahan data untuk metode pembebanan langsung terdiri dari beberapa

tahapan yaitu tahapan persiapan kerangka struktur, penentuan material, penentuan

dimensi rangka, penggambaran model elemen, pemodelan perletakan hingga proses

running.

A. Menyiapkan Grid/Kerangka Struktur

Untuk membuat Grid Lines pada program ETABS, maka langkah-langkah yang

perlu dilakukan adalah sebagai berikut:

Mengatur satuan program ETABS yang digunakan untuk mempermudah

pemasukan data. Set unit menjadi Kgf-m.

Pilih menu File > New Model > No.

L1/1

L1/2

Gambar 1.1 File New Model

Dalam option “Building Plan Grid System and Story Definition”, pilih Structural

Object : Grid Only.

Gambar 1.2 Building Plan Grid System and Story Definition

L1/3

Isi Edit Boxes sesuai data desain denah yang diperoleh.

Gambar 1.3 Grid System

Gambar 1.4 Story Data

L1/4

Gambar 1.5 Tampilan Grid

B. Penentuan Material Struktur

Untuk menentukan material struktur, langkah-langkah yang dilakukan adalah

sebagai berikut:

Pilih menu Define > Material Properties.

Dalam option “Define Materials”, pilih CONC (concrete) karena material yang

digunakan merupakan beton, lalu pilih perintah Modify/Show Materials. Ubah nama

CONC menjadi 25 MPa.

Masukkan data material beton gedung, lalu klik OK pada Analysis Property Data

dan dilanjutkan dengan klik OK pada Define Material.

Nilai Edit Box Modulus Elasticity adalah diperoleh dari rumus SNI 03-2847-2002

yaitu 4700 .

L1/5

Gambar 1.6 Data Property Material

Lakukan hal yang sama untuk material dengan mutu beton 30 MPa dan 35 MPa.

C. Penentuan Dimensi Rangka

Dimensi rangka yang didefinisikan antara lain balok, kolom, pelat lantai dan shear

wall. Penentuan dimensi rangka ini disesuaikan dengan data struktur bangunan yang

diperoleh. Dalam pemodelan rangka digunakan sistem beam. Gaya-gaya dalam yang

terjadi pada beam adalah gaya aksial, gaya geser, dan momen. Berbeda dengan truss

yang hanya terdapat gaya aksial dan gaya geser.

a) Kolom

Define > Frame Sections.

Hapus penampang yang telah tersedia oleh ETABS supaya tidak membingungkan.

Caranya dengan mendrag semua type properties hingga tersisa 1 buah, lalu klik

Delete Property.

Kemudian pada option “Define Properties Data”, pilih Add Rectangular.

L1/6

Gambar 1.7 Penentuan Penampang Kolom

Pada option “Rectangular Section” isi Edit Boxes sesuai data yang diperoleh.

Sebagai contoh untuk mendefinisikan kolom 68A (600mm×800mm):

- Beri nama K68A.

- Pilih mutu beton yang digunakan yaitu 35MPa.

- Masukkan dimensi 0.6 untuk lebar dan 0.8 untuk tebal.

- Klik Reinforcement untuk memasukkan data tulangan.

- Cover to Rebar (tebal penutup beton) masukkan nilai 0.04.

- Number of bar in 3-dir = jumlah tulangan terhadap sumbu lokal 3 = 7 buah.

- Number of bar in 2-dir = jumlah tulangan terhadap sumbu local 2 = 9 buah.

- Masukkan ukuran tulangan sebesar #6, yang diperoleh dari perhitungan:

Tulangan yang digunakan pada kolom 68A adalah 19 mm. Ukuran 19 mm tidak terdapat

dalam program ETABS, sehingga harus diubah kedalam satuan #.

Diketahui:

1 inch = 25.4 mm, maka 19 mm = = 0.748 inch

L1/7

Karena 1 inch = #8, maka 0.748 inch = 0.748 inch×#8 = #6

- Klik OK pada Reinforcement Data lalu klik Set Modifiers.

Gambar 1.8 Dimensi Penampang dan Jenis Material Kolom

Untuk struktur beton bertulang, sifat kekakuan momen dan geser bruto dari

komponen struktur harus dikalikan persentase efektif penampang < 100%. Untuk

itu pada option “Property Modifiers > Analysis Property Modification Factors”,

pada Moment of Inertia about 2 Axis dan 3 Axis harus dikali atau diisi dengan 0.7.

Gambar 1.9 Nilai Kekakuan Lentur Kolom

L1/8

Klik OK pada Analysis Property Modification Factors dan kemudian klik OK pada

Rectangular Section.

Lalukan hal yang sama untuk semua jenis kolom yang digunakan.

b) Balok

Seperti yang dilakukan pada kolom, untuk mendefinisikan balok yang dilakukan

antara lain:

Define > Frame Section.

Kemudian pada option “Define Properties Data”, pilih Add Rectangular.

Pada option “Rectangular Section” isi Edit Boxes sesuai data yang diperoleh.

Misalnya pada balok B35 (300 mm×500mm):

- Beri nama B35.

- Pilih mutu beton yang digunakan yaitu 30 MPa.

- Masukkan dimensi 0.3 untuk lebar dan 0.5 untuk tebal.

- Klik Reinforcement untuk memasukkan data tulangan.

- Cover to Rebar atas dan bawah sebesar 0.04.

- Klik OK pada Reinforcement Data.

L1/9

Gambar 1.10 Dimensi Penampang dan Jenis Material Balok

Kemudian klik Set Modifiers untuk mengisi nilai kekakuan elemen struktur balok

sebesar 0.35.

Gambar 1.11 Nilai Kekakuan Lentur Balok

Klik OK.

c) Shear Wall

Langkah-langkah untuk mendefinisikan shear wall adalah:

L1/10

Pada menu Define > Wall/Slab/Deck Sections.

Pada option “Define Wall/Slab/Deck Sections”, pilih add new Wall.

Gambar 1.12 Penentuan Penampang Shear Wall

Pada option “Wall/Slab/Deck Sections”, isi Edit Boxes sesuai data yang diperoleh.

Misalnya untuk mendefinisikan shear wall koridor yaitu SW LIFT lantai terbawah,

maka langkah-langkah yang dilakukan adalah:

- Karena elemen shear wall mempunyai kemampuan elemen membrane dan

elemen bending, maka pilih type shell.

- Isi tebal shear wall pada option “Membrane” dan option “Bending” = 0.2 m.

- Pilih option “Thick Plate”, agar shear wall bisa menerima pengaruh deformasi

akibat gaya geser transversal.

L1/11

Gambar 1.13 Parameter Penampang Elemen Shear Wall

Untuk struktur beton bertulang, sifat kekakuan momen dan geser bruto dari

komponen struktur harus dikalikan persentase efektifitas penampang <100%. Untuk

itu pada option “Property Modifiers > Analysis Property Modification Factors”,

pada Moment of Inertia about 2 Axis dan 3 Axis harus diisi dengan 0.7.

Gambar 1.14 Nilai Kekakuan Lentur Shear Wall

L1/12

Klik OK pada option tersebut dan dilanjutkan dengan klik OK pada option Define

Wall/Slab/Deck Sections.

d) Pelat Lantai

Langkah-langkah untuk mendefinisikan elemen pelat lantai antara lain:

Misalnya untuk mendefinisikan pelat lantai S10:

Define > Define Wall/Slab/Deck Sections.

Klik Add New Slab.

Beri nama S10 dan masukkan dimensi membrane 0.12 dan bending 0.12.

Pilih type Membrane dan klik OK pada Wall/Slab Sections. Tipe pemodelan

terdapat 3 jenis yaitu shell (shear wall), membrane dan plate. Tipe shell jika elemen

struktur tersebut mempunyai kemampuan elemen membran dan bending (lentur). Di

program ETABS, membrane dipakai dengan fungsi untuk mendistribusikan beban

merata ke balok-balok. Perbedaan membrane dan plate adalah pada membrane

hanya punya kekakuan pada bidang (inplane stiffness) sedangkan plate hanya punya

kekakuan keluar bidang (out of plane stiffness) sedangkan shell memiliki kedua tipe

kekakuan. Selain itu, pemakaian tipe membrane dikarenakan distribusi bebannya

sesuai tributari (trapesium). Jumlah derajat kebebasan (degree of freedom, DOF)

adalah jumlah minimum koordinat independen yang diperlukan untuk menyatakan

posisi suatu massa pada saat tertentu. Untuk struktur tiga dimensi jumlah DOF pada

setiap lantai berjumlah 3, yaitu 2 translasi horisonal pada arah yang saling tegak

lurus dan dan 1 rotasi pada sumbu tegak lurus bidang horisontal.

Kemudian klik OK pada Define Wall/Slab/Deck Sections.

L1/13

Gambar 1.15 Parameter Penampang Elemen Pelat Lantai

D. Penggambaran Model Elemen

a) Kolom

Untuk melakukan penggambaran elemen kolom terdapat beberapa langkah yang

harus dilakukan.

Misalnya untuk menggambarkan elemen kolom 68A, langkah-langkahnya adalah:

Klik Draw Menu > Draw Line Object > Create Columns in Region or at Clicks

(Plan).

Gambar 1.16 Properties of Column Object

L1/14

Pada properties of object pilih property elemen kolom yang sudah dibuat yaitu

K68A.

Klik pada column line dimana kolom K68A akan dipasang.

Lakukan hal yang sama untuk semua elemen kolom hingga lantai teratas.

Jika ingin melakukan penggambaran dalam arah X-Z atau Y-Z yaitu dalam

tampilan vertikal maka pilih menu view > set elevation view > 1.

Untuk mempercepat penggambaran elemen kolom dapat juga dilakukan replicate.

Caranya blok frame kolom yang sudah dibuat kemudian pilih menu Edit >

Replicate.

Gambar 1.17 Edit Boxes Replicate

Pada replicate arah linear, ketik pada Edit Boxes “Increment Data” yaitu nilai jarak

yang diinginkan pada boxes dx dan dy, (nilai positif berarti arah replicate searah

sumbu dan nilai negatif berarti arah replicate berlawanan sumbu). Sedangkan nilai

“Number” adalah jumlah penggandaan yang diinginkan.

L1/15

Gambar 1.18 Penggambaran Elemen Kolom

b) Shear Wall

Untuk melakukan penggambaran elemen shear wall terdapat beberapa langkah

yang harus dilakukan.

Misalnya untuk menggambarkan elemen shear wall SWLIFT35, langkah-langkahnya

adalah:

Plih menu Draw > Draw Area Object > Draw Walls (Plan).

Pada Properties of Object, pilih property elemen shear wall yang sudah dibuat yaitu

SWLIFT35 dengan tipe Pier.

Gambar elemen SWLIFT35 tersebut pada lokasi yang ada.

Kemudian lakukan Mesh Area terhadap area shear wall agar elemen tersebut dapat

lebih berdeformasi lateral (tidak kaku) dan menghindari perubahan tegangan yang

signifikan maupun konsentrasi tegangan. Dalam melakukan meshing, sebaiknya

tidak perlu terlalu halus karena juga berpengaruh pada lamanya analisis struktur.

Meshing yang dilakukan pada setiap shear wall menjadi 4×4 segmen, yaitu dengan

L1/16

cara memilih semua area shear wall yaitu pilih menu Select > by Wall/Slab/Deck

Section > Shear Wall.

Setelah shear wall terpilih semua, maka dilakukan meshing yaitu pilih menu Edit >

Mesh Areas > Mesh Quads/Triangles into 4 by 4 Areas.

Gambar 1.19 Mesh Area

Lakukan hal yang sama untuk semua area shear wall.

L1/17

Gambar 1.20 Mesh Area pada SWLIFT35

Setelah semua area shear wall selesai dimesh, maka dilanjutkan dengan pemodelan

area shear wall sebagai pier. Kegunaan pemodelan area shear wall sebagai pier

adalah penggabungan area-area pada tiap tipe shear wall dalam satu kesatuan

sehingga menjadi struktur yang menerima beban aksial dan lentur.

Untuk melakukan pemodelan tersebut agar tampak pada “Section Designer”, harus

mengatur tampilan tampak atas pada setiap lantai. Pilih/ blok area yang ingin

dimodelkan sebagai suatu pier dengan cara memilih menu Assign > Shell/Area >

Pier Label > Add New Pier > kemudian ketik nama tipe shear wall (misalnya

1LIFT).

L1/18

Gambar 1.21 Permodelan Pier Shear Wall 1LIFT

Lakukan hal yang sama untuk semua jenis shear wall SWLIFT pada semua lantai.

Gambar 1.22 Potongan Struktur Shear Wall SWLIFT

Untuk mengecek apakah bentuk area shear wall yang tampak pada view sudah

sesuai dengan area yang dimodelkan pada pier, maka harus cek pada Section

L1/19

Designer. Pilih menu Design > Shear Wall Design > Define Pier Sections for

Checking > Add Pier Sections > lalu isi Edit Boxes yang ditampilkan.

Gambar 1.23 Data Penampang Pier

Kemudian pilih option Section Designer, maka akan terlihat penampang pier yang

dimodelkan. Atur ukuran tulangan yang digunakan pada shear wall tersebut.

Gambar 1.24 Hasil Pemodelan Penampang Pier Shear Wall 1LIFT

L1/20

Agar dapat mendapatkan diagram interaksi dari pier, maka harus menentukan

ukuran tulangan yang dipakai dengan cara klik kanan pada corner reinforcing dan

pada edge reinforcing.

Gambar 1.25 Desain Penulangan untuk Tepi dan Semua Sudut

Karena tulangan, bentuk geometri penampang pier dan ukuran serta lokasi

penulangan tulangan menggunakan section designer, maka harus memodelkan area

pier sebagai general reinforcement pier section. Untuk memodelkan pier sebagai

general reinforcement pier, pilih suatu jenis pier terdahulu dengan Select > By Pier

ID > 1LIFT > OK, lalu modelkan sebagai general reinforcement pier dengan pilih

menu Design > Shear Wall Design > Assign Pier Section for Checking > General

Reinforcement Pier Sections.

Tentukan option tersebut pada edit boxes yang muncul.

L1/21

Gambar 1.26 Pemilihan Model Tipe Pier untuk Top Section dan Bottom Section

Pada menu “Assign General Reinforcement Pier Sections” terdapat pemilihan

model tipe pier untuk section top dan section bottom. Pilih 1LIFT pada penampang

untuk atas dan bawah.

Lakukan hal yang sama untuk semua shear wall hingga lantai teratas.

Gambar 1.27 Penggambaran Elemen Shear Wall

L1/22

c) Balok

Untuk menggambar balok terdapat beberapa langkah yang harus dilakukan.

Misalnya untuk menggambar balok induk B37A dan balok anak B25A, maka langkah-

langkahnya adalah:

Klik Draw Menu > Draw Line.

Pilih Property: B37A, Moment Releases : Continuous.

Kemudian klik dari titik A sampai titik B lokasi balok tersebut terletak.

Sedangkan untuk menggambar balok anak B25A, maka pilih Property: B25A, dan

Moment Releases : Pinned.

Gambar 1.28 Properties of Object untuk Balok Induk

Gambar 1.29 Properties of Object untuk Balok Anak

Lakukan hal yang sama untuk setiap jenis balok induk dan balok anak hingga

termodelkan pada semua lantai bangunan.

L1/23

Gambar 1.30 Penggambaran Elemen Balok

d) Pelat Lantai

Langkah-langkah yang dilakukan untuk membuat pelat lantai antara lain:

Klik Draw Menu > Draw Area Objects > Draw Area.

Pastikan property yang akan digambarkan.

Pastikan Snap to Grid Intersections and Point akitf dengan cara Draw Menu > Snap

to > Grid Intersections.

Klik semua titik tempat beradanya pelat lantai tersebut, misalnya untuk

menggambar pelat lantai S8 pada tepi lantai 1, yaitu dengan klik C1, C2, G2, G1

dan kemudian kembali ke C1 lalu tekan enter.

Untuk melihat pelat yang sudah dipasang, klik View > Set Building View Options,

beri check list pada bagian Special Effect yaitu Object Fill dan Apply to All

Windows.

Klik OK.

L1/24

Gambar 1.31 Set Building View Options

Lakukan hal yang sama untuk semua jenis pelat lantai pada semua lantai bangunan.

Gambar 1.32 Penggambaran Elemen Pelat Lantai

L1/25

E. Pemodelan Perletakan Struktur

Karena pemodelan perletakan struktur bangunan adalah jepit, maka pada ETABS

dapat dilakukan dengan cara:

Pilih menu View > Select Plan Level > Base.

Kemudian memodelkan perletakan struktur adalah jepit : blok semua joint pada

level base.

Pilih menu Assign > Joint/Point > Restraints (Support).

Pilih gambar jepit atau beri tanda check list pada semua kotak Restraints in Global

Directions.

Gambar 1.33 Pemodelan Perletakan Struktur

L1/26

Gambar 1.34 Denah Pemodelan Perletakan Struktur

F. Pemodelan Rigid Offset

Dalam membuat model struktur, umumnya mengabaikan dimensi dari titik

sambungan, yang dianggap sebagai suatu titik saja yang sangat kecil. Pada konstruksi

beton, sering dijumpai ukuran kolom yang relatif besar dibandingkan dengan panjang as

ke as balok yang menghubungkannya. Jika ukuran sambungan cukup besar diabaikan,

dapat menghasilkan kesalahan yang signifikan. Maka untuk ukuran sambungan yang

cukup besar, pengaruhnya harus diperhitungkan dalam analisis karena pada daerah

sambungan mempunyai kekakuan yang relatif besar (rigid)

Pada ETABS, pendekatan pengaruh kekakuan sambungan dapat dimodelkan sebagai

Rigid Zone Offset. Nilai default Rigid Zone Factor = 0. Jika Rigid Zone Factor adalah 1,

maka dianggap end-offset sebagai elemen yang sangat kaku. Pada penelitian ini

L1/27

disarankan menggunakan Engineering Judgement dalam memasukkan Rigid-Zone

Factor. Secara umum, manual program menyatakan bahwa Rigid Zone Factor ≤ 0.5.

Langkah-langkah dalam melakukan pemodelan Rigid Offset antara lain:

Misalnya untuk kolom 68A, pilih Select > By Frame Section > Kolom 68A

Masukkan nilai Rigid Offset dengan cara pilih Assign > Frame Line > End (Length)

Offsets > masukkan nilai Rigid Zone Factor = 0.5.

Gambar 1.35 Nilai Rigid Offset

G. Mendefinisikan Beban Statik

Beban mati yang dimasukkan dalam penelitian ini adalah beban mati akibat berat

sendiri dan beban mati tambahan yaitu dinding dan pelat lantai.

a) Mendefinisikan Beban Mati akibat Berat Sendiri

Langkah-langkah untuk mendefinisikan beban mati akibat berat sendiri antara lain:

Klik Menu Define > Static Load Cases

Pastikan selfweight multiplier pada Load DEAD = 1 yang artinya berat sendiri

dimasukkan dalam beban DEAD.

b) Mendefinisikan Beban Mati selain Berat Sendiri

L1/28

Klik pada kolom Load, kemudian tuliskan SDEAD dengan tipe superdead yang

akan digunakan untuk mendefinisikan beban mati selain berat sendiri. Pastikan

selfweight multiplier =0, lalu klik Add New Load.

c) Mendefinisikan Beban Mati akibat Dinding/Tembok

Klik pada kolom Load, kemudian tuliskan TEMBOK dengan tipe superdead yang

akan digunakan untuk mendefinisikan beban tembok. Pastikan selfweight multiplier

= 0, lalu klik Add New Load.

Gambar 1.36 Define Static Load Case Names

H. Penempatan Beban Mati

Beban-beban yang bekerja pada struktur bangunan Binus Square yang ditinjau

adalah beban mati akibat berat sendiri, beban pelat lantai dan beban tembok. Beban mati

tidak perlu dihitung lagi, sedangkan beban lainnya harus dihitung terlebih dahulu.

a) Menempatkan Beban Mati Pelat Lantai

Misalnya untuk beban mati pada lantai atap sebesar 385 kg/m², maka langkah-

langkah yang dilakukan adalah:

Klik pada lokasi pelat yang akan diberi beban sehingga pada sekeliling pelat

terdapat garis putus-putus.

L1/29

Klik Assign > Shell/Area Loads > Uniform.

Klik Load Case Name = SDEAD dan masukkan nilai 385 pada Load dan klik OK.

Gambar 1.37 Definisi Beban Mati Pelat Lantai

b) Menempatkan Beban Mati pada Tembok

Misalnya untuk beban mati pada tembok B35 lantai atap sebesar 675 kg/m, maka

langkah-langkah yang dilakukan adalah:

Klik pada lokasi balok B35 dimana beban tembok bekerja sehingga pada lokasi

balok tersebut terdapat garis putus-putus.

Klik Assign > Frame/Line Load > Distributed.

Pada Load Case Name pilih TEMBOK lalu isikan nilai 675 pada Uniform Load dan

klik OK.

L1/30

Gambar 1.38 Definisi Beban Mati Tembok

Untuk melihat beban tembok yang bekerja klik tombol 3-d, dan untuk

menghilangkan tampilan beban, klik Assign Menu > Clear Display of Assigment.

I. Kombinasi Pembebanan

Sesuai tata cara SNI 03-2847-2002, beban kombinasi yang telah disebutkan harus

dimasukkan dalam ETABS. Untuk memasukkan beban kombinasi, langkah-langkah yang

dilakukan adalah:

Plih Define > Load Combination > Add New Combo.

Tentukan beban kombinasi yang akan dimasukkan yaitu 1.4D.

L1/31

Gambar 1.39 Kombinasi Pembebanan

J. Analisa Struktur

Setelah semua beban ditempatkan dan kombinasi pembebanan ditentukan maka

tahapan selanjutnya adalah proses running. Proses analisa struktur pada pembebanan

langsung dilakukan hanya satu kali.

Langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalisa struktur adalah:

Pilih Menu Analyze > Run Analysis atau tekan tombol F5.

Selanjutnya proses running akan berjalan hingga tercapai kondisi complete analysis.

Karena struktur bangunan merupakan 3 dimensi maka dalam analisa struktur harus

mencakup 6 derajat kebebasan. Selain itu, analisa juga ditinjau menggunakan analisa

dinamik.

Tahapan untuk pemodelannya adalah:

Pilih menu Analyze > Set Analysis Options

L1/32

Pilih semua option yaitu UX, UY, UZ, RX, RY, RZ atau dengan pilih ikon Full 3D.

Gambar 1.40 Analysis Option

Pilih menu Analyze > Set Analysis Option > Klik Dynamic Analysis.

Set Dynamic Parameter > Number of Modes = 18 karena jumlah tingkat sebanyak

18 lantai.

Gambar 1.41 Dynamic Analysis Parameters

L1/33

Kemudian dilakukan dua kali proses running yaitu dengan pilih Analyze > Run

Analysis.

Dari proses running ini, kemudian didapat data output yang digunakan sebagai

bahan pembanding. Data output diperoleh pada Menu Display > Show Table atau

Menu Display > Show Member Forces/Stress Diagram.

Gambar 1.42 Run Analysis

2. Sequential Loading Method

Proses pengolahan data untuk metode sequential loading hampir sama dengan

metode pembebanan langsung. Perbedaan antara kedua metode hanya terletak pada

proses running yaitu dilakukannya dua kali running untuk proses sequential loading.

A. Analisa Struktur

Setelah semua beban ditempatkan dan kombinasi pembebanan ditentukan maka

tahapan selanjutnya adalah proses running. Proses analisa struktur pada pembebanan

sequential dimulai dengan mendefinisikan tahap sequence case pada struktur bangunan

yang dimodelkan.

Langkah-langkah yang dilakukan untuk memodelkan sequence load case adalah:

Pilih Menu Define > Add Sequential Construction Case.

L1/34

Tentukan bentuk pembebanan.

Klik atau beri tanda check list pada Replace Dead Type Cases with this Case in all

Default Design Combos.

Beri tanda check list pada User Specified Active Structure dan klik OK.

Gambar 1.43 Auto Construction Sequence Case

Kemudian dilakukan dua kali proses running yaitu dengan pilih Analyze > Run

Analysis.

Gambar 1.44 Run Analysis Pertama

L1/35

Setelah proses running pertama selesai, maka dilanjutkan dengan running kedua

yaitu dengan pilih Analyze > Run Construction Sequence Analysis.

Gambar 1.45 Sequence Construction Case Run Analysis

3. Creep and Crack Sequential Loading Method

Yang membedakan program ETABS untuk metode creep and crack sequential

loading dengan program ETABS untuk metode sequential loading adalah pada definisi

input material elemen struktur yaitu pada modulus elastisitas yang diubah menjadi

modulus elastisitas rangkak dan nilai kekakuan elemen struktur shear wall yang diubah

menjadi 0.35.

Misalnya untuk kolom 68A lantai 1, input data untuk define material menjadi:

L1/36

Gambar 1.46 Data Property Material untuk Rangkak

Gambar 1.47 Nilai Kekakuan Lentur Shear Wall Rangkak

Tahapan semua proses creep and crack sequential loading yang dijalankan sama

dengan sequential loading. Tahapan yang membedakan kedua proses pembebanan ini

hanyalah pada proses definisi material pada tahapan awal, dimana pada metode creep

and crack sequential loading, modulus elastisitas bahan yang digunakan adalah modulus

L1/37

elastisitas rangkak. Selanjutnya pada proses penentuan dimensi rangka, dimana nilai

kekakuan lentur shear wall rangkak yang diisi adalah sebesar 0.35.

L1/38

PERHITUNGAN MANUAL DENGAN METODE TAKABEYA

Salah satu metode yang paling sering digunakan dalam perhitungan konstruksi

statis tak tentu, khususnya pada konstruksi portal adalah metode Takabeya. Dalam

perhitungan untuk konstruksi portal dengan metode Takabeya, didasarkan pada asumsi-

asumsi bahwa deformasi akibat gaya aksial dan gaya geser dalam diabaikan serta

hubungan antara balok-balok dan kolom pada satu titik kumpul adalah kaku sempurna.

Untuk perjanjian tanda pada perhitungan yaitu momen ditinjau terhadap ujung batang

dinyatakan positif (+) apabila berputar ke kanan dan sebaliknya negatif (-) apabila

berputar ke kiri.

Gambar 2.1. Portal Kolom C25 dan C28

Langkah-langkah perhitungan manual gaya dalam struktur bangunan Binus Square:

L1/39

A. Menghitung Momen-Momen Parsiil

1. Hitung Angka Kekakuan Batang (k)

Diketahui:

I =

H = 3.24 m

KA1 = KBa = I/H = 0.0256 m /3.24 m = 0.0079 m³

Lakukan perhitungan yang sama untuk semua nilai kekakuan batang yaitu batang kolom

dan batang balok, seperti yang ditampilkan dalam tabel 4.37.

Tabel 2.1 Angka Kekakuan Batang

Kolom Balok

LantaiNama

Kekakuan Batang

H (m)

I (m)

Nilai k (m³)

Nama Kekakuan

Batang

L (m)

I (m)

Nilai k

(m³)1 K1A kBa 3.24 0.026 0.0079 k1a 5.1 0.01 0.0022 k12 kab 5.04 0.026 0.0051 k2b 5.1 0.01 0.0023 k23 kbc 5.04 0.026 0.0051 k3c 5.1 0.01 0.0024 k34 k cd 3.96 0.026 0.0065 k4d 5.1 0.01 0.0025 k45 kde 3.96 0.026 0.0065 k5e 5.1 0.01 0.0026 k56 kef 3.2 0.026 0.0080 k6f 5.1 0.01 0.0027 k67 kfg 3.2 0.026 0.0080 k7g 5.1 0.01 0.0028 k78 kgh 3.2 0.026 0.0080 k8h 5.1 0.01 0.0029 k89 khi 3.2 0.026 0.0080 k9i 5.1 0.01 0.002

10 k910 kij 3.2 0.026 0.0080 k10j 5.1 0.01 0.00211 k1011 kjk 3.2 0.026 0.0080 k11k 5.1 0.01 0.00212 k1112 kkl 3.2 0.026 0.0080 k12l 5.1 0.01 0.00214 k1214 klm 3.2 0.026 0.0080 k14m 5.1 0.01 0.00215 k1415 kmn 3.2 0.026 0.0080 k15n 5.1 0.01 0.00216 k1516 kno 3.2 0.026 0.0080 k16o 5.1 0.01 0.00217 k1617 kop 3.2 0.026 0.0080 k17p 5.1 0.01 0.00218 k1718 kpq 3.2 0.026 0.0080 k18q 5.1 0.01 0.002

atap k18atap kqr 3.2 0.026 0.0080 katapr 5.1 0.01 0.002

L1/40

2. Hitung Nilai Tiap Titik Hubung

= 0.0299

= 0.0242

Lakukan perhitungan yang sama untuk semua nilai tiap titik hubung seperti yang

ditampilkan dalam tabel 4.38

Tabel 2.2 Nilai Tiap Titik Hubung

Nama Nilai Nama Nilai 1 0.0299 a 0.02992 0.0242 b 0.02423 0.0270 c 0.02704 0.0298 d 0.02985 0.0329 e 0.03296 0.0359 f 0.03597 0.0359 g 0.03598 0.0359 h 0.03599 0.0359 i 0.0359

10 0.0359 j 0.035911 0.0359 k 0.035912 0.0359 l 0.035914 0.0359 m 0.035915 0.0359 n 0.035916 0.0359 o 0.035917 0.0359 p 0.035918 0.0359 q 0.0359

atap 0.0199 r 0.0199

3. Hitung Nilai Koefisien Rotasi Batang ( )

Tahapan selanjutnya yaitu menghitung nilai koefisien rotasi batang.

Tabel 2.39 Nilai Koefisien Rotasi Batang

L1/41

Nama Nilai Nama Nilai Nama Nilai Nama Nilai Nama Nilai Nama Nilai

Ƴ1A 0.2644 A1 0.0000 1a 0.0656 a1 0.0656 Ba 0.2644 aB 0.0000

12 0.1700 21 0.2096 2b 0.0809 b2 0.0809 ab 0.1700 ba 0.2096

23 0.2096 32 0.1881 3c 0.0726 c3 0.0726 bc 0.2096 cb 0.1881

34 0.2393 43 0.2171 4d 0.0658 d4 0.0658 cd 0.2393 dc 0.2171

45 0.2171 54 0.1968 5e 0.0597 e5 0.0597 de 0.2171 ed 0.1968

56 0.2435 65 0.2227 6f 0.0546 f6 0.0546 ef 0.2435 fe 0.2227

67 0.2227 76 0.2227 7g 0.0546 g7 0.0546 fg 0.2227 gf 0.2227

78 0.2227 87 0.2227 8h 0.0546 h8 0.0546 gh 0.2227 hg 0.2227

89 0.2227 98 0.2227 9i 0.0546 i9 0.0546 hi 0.2227 ih 0.2227

910 0.2227 109 0.2227 10j 0.0546 j10 0.0546 ij 0.2227 ji 0.2227

1011 0.2227 1110 0.2227 11k 0.0546 k11 0.0546 jk 0.2227 kj 0.2227

1112 0.2227 1211 0.2227 12l 0.0546 l12 0.0546 kl 0.2227 lk 0.2227

1214 0.2227 1412 0.2227 14m 0.0546 m14 0.0546 lm 0.2227 kl 0.2227

1415 0.2227 1514 0.2227 15n 0.0546 n15 0.0546 mn 0.2227 nm 0.2227

1516 0.2227 1615 0.2227 16o 0.0546 o16 0.0546 no 0.2227 on 0.2227

1617 0.2227 1716 0.2227 17p 0.0546 p17 0.0546 op 0.2227 po 0.2227

1718 0.2227 1817 0.2227 18q 0.0546 q18 0.0546 pq 0.2227 qp 0.222718atap 0.2227

atap18 0.4016 atapr 0.0984 ratap 0.0984 qr 0.2227 rq 0.4016

4. Hitung Momen Primer ( )

Diketahui:

Beban bangunan = beban kolom + beban balok + beban dinding

Beban lantai 1 = (b × h × 2400 kg/m³) + (b × h × 2200 kg/m³) + (h × 250 kg/m²))

Beban lantai 1 = (0.6 m × 0.8 m × 2400 kg/m³) + (0.35 m × 0.7 m × 2200 kg/m³)

+ (2.54 m × 250 kg/m²)

Beban lantai 1 = (1152 + 539 + 635) kg/m = 2326 kg/m

kg-m

kg-m

Tabel 2.4 Nilai Momen Primer

L1/42

beban (kg/m) L (m) Nilai (kg-m) Nilai (kg-m)2326 5.1 1a -5041.605 10j -5019.932776 5.1 a1 5041.605 j10 5019.932776 5.1 2b -6016.980 11k -5019.932506 5.1 b2 6016.980 k11 5019.932506 5.1 3c -6016.980 12l -5019.932316 5.1 c3 6016.980 l12 5019.932316 5.1 4d -5431.755 14m -5019.932316 5.1 d4 5431.755 m14 5019.932316 5.1 5e -5431.755 15n -5019.932316 5.1 e5 5431.755 n15 5019.932316 5.1 6f -5019.930 16o -5019.932316 5.1 f6 5019.930 o16 5019.932316 5.1 7g -5019.930 17p -5019.932316 5.1 g7 5019.930 p17 5019.932316 5.1 8h -5019.930 18q -5019.932316 5.1 h8 5019.930 q18 5019.932316 5.1 9i -5019.930 atapr -5019.932316 5.1 i9 5019.930 ratap 5019.93

5. Hitung Jumlah Momen Primer Tiap Titik Hubung ( )

1a + 1A + 12 = -5041.605 kg-m + 0 + 0 = -5041.605 kg-m

a1 + aB + ab = 5041.605 kg-m + 0 + 0 = 5041.605 kg-m

Tabel 2.5 Jumlah Momen Primer Tiap Titik Hubung

Nilai (kg-m) Nilai (kg-m)

L1/43

1 -5041.605 a 5041.6052 -6016.98 b 6016.983 -6016.98 c 6016.984 -5431.755 d 5431.7555 -5431.755 e 5431.7556 -5019.93 f 5019.937 -5019.93 g 5019.938 -5019.93 h 5019.939 -5019.93 i 5019.93

10 -5019.93 j 5019.9311 -5019.93 k 5019.9312 -5019.93 l 5019.9314 -5019.93 m 5019.9315 -5019.93 n 5019.9316 -5019.93 o 5019.9317 -5019.93 p 5019.9318 -5019.93 q 5019.93

atap -5019.93 r 5019.93

6. Hitung Momen Rotasi Awal (m°)

m1° = - ( 1/ 1) = - (-5041.605/0.0299) = 168712.7850 kg-m

m2° = - ( 2/ 2) = - (-6016.98/0.0242) = 248235.1918 kg-m

Tabel 2.6 Momen Rotasi Awal

m° Nilai (kg-m) m° Nilai (kg-m)

L1/44

m1° 168712.7850 ma° -168712.7850m2° 248235.1918 mb° -248235.1918m3° 222771.9717 mc° -222771.9717m4° 182395.1250 md° -182395.1250m5° 165345.8918 me° -165345.8918m6° 139746.9596 mf° -139746.9596m7° 139746.9596 mg° -139746.9596m8° 139746.9596 mh° -139746.9596m9° 139746.9596 mi° -139746.9596m10° 139746.9596 mj° -139746.9596m11° 139746.9596 mk° -139746.9596m12° 139746.9596 ml° -139746.9596m14° 139746.9596 mm° -139746.9596m15° 139746.9596 mn° -139746.9596m16° 139746.9596 mo° -139746.9596m17° 139746.9596 mp° -139746.9596m18° 139746.9596 mq° -139746.9596

matap° 251984.6752 mr° -251984.6752

B. Pemberesan Momen-Momen Parsiil

Pemberesan momen parsiil dimulai dari titik 1 ke titik a ke titik b hingga kembali

ke titik 1 secara beraturan. Pemberesan momen parsiil dilakukan sampai diperoleh hasil

yang hampir konvergen.

Tahap 1

m1 = m1° + (- 1a × ma°) + (- 12 × m2°)

m1 = 168712.7850 + (-0.0656 × -168712.7850) + (-0.1700 × 248235.1918)

m1 = 137588.9017 kg-m

ma = ma° + (- a1 × m1 ) + (- ab × mb°)

ma = -168712.7850 + (-0.0656 × 137588.9017 ) + (-0.1700 × -248235.1918)

ma = -135546.6805 kg-m

Tabel 2.7 Pemberesan Momen Parsiil Tahap 1

L1/45

Momen Parsiil Nilai (kg-m) Momen Parsiil Nilai (kg-m)m1 137588.9017 ma -135546.6805m2 201593.6624 mb -193229.0453m3 159579.315 mc -158950.4561m4 117190.9796 md -124006.4508m5 115210.8457 me -116780.1668m6 87105.02195 mf -90244.5734m7 93145.49822 mg -96154.2470m8 93069.95695 mh -94838.1188m9 93086.57165 mi -95131.2303m10 93083.80943 mj -95065.9522m11 93080.2128 mk -95080.4901m12 93099.92561 ml -95077.2524m14 93010.61768 mm -95077.9735m15 93411.80449 mn -95077.8129m16 91610.35771 mo -95077.8487m17 99699.21575 mp -95077.8407m18 63378.65514 mq -70081.6700

matap 220338.5815 mr -248643.2836

Tahap 2

m1 = m1° + (- 1a × ma ) + (- 12 × m2 )

m1 = 168712.7850 + (-0.0656 × -135546.6805) + (-0.1700 × 201593.6624)

m1 = 177606.8006 kg-m

Tabel 2.8 Pemberesan Momen Parsiil Tahap 2

Momen Parsiil Nilai (kg-m) Momen Parsiil Nilai (kg-m)m1 177606.8006 ma -147522.2367

L1/46

m2 192403.0898 mb -200320.5247m3 166156.8887 mc -167004.4377m4 128799.3322 md -128507.5300m5 126293.4779 me -124957.0358m6 96290.1233 mf -95258.4764m7 103266.5358 mg -102495.3979m8 101820.6549 mh -100814.2802m9 101860.4286 mi -101204.1224

m10 101852.9278 mj -101113.9132m11 101847.8832 mk -101134.5282m12 101878.3492 ml -101130.8525m14 101744.2468 mm -101126.8320m15 102325.6946 mn -101149.6183m16 99809.7728 mo -101046.2132m17 110680.2240 mp -107077.6066m18 65149.4958 mq -63984.8102

matap 250940.5751 mr -247976.8559

Tahap 3

m1 = m1° + (- 1a × ma ) + (- 12 × m2 )

m1 = 168712.7850 + (-0.0656 × -147522.2367) + (-0.1700 × 192403.0898)

m1 = 145688.6043 kg-m

Tabel 2.9 Pemberesan Momen Parsiil Tahap 3

Momen Parsiil Nilai (kg-m) Momen Parsiil Nilai (kg-m)m1 145688.6043 ma -144222.5119m2 198537.5453 mb -198580.7960

L1/47

m3 168129.5161 mc -166731.7951m4 127696.0729 md -127556.0052m5 124509.5916 me -124584.7685m6 94143.6694 mf -94430.5319m7 101618.9750 mg -101901.3102m8 99887.8147 mh -100071.7680m9 100236.2344 mi -100501.4819m10 100222.9646 mj -100400.7809m11 100218.0935 mk -100423.7510m12 100253.0965 ml -100421.1938m14 100100.3439 mm -100409.3686m15 100752.8687 mn -100466.7697m16 97971.0755 mo -98973.4180m17 109514.4069 mp -109496.4494m18 62777.6818 mq -63691.1960

matap 250537.5126 mr -251106.7712

Tahap 4

m1 = m1° + (- 1a × ma ) + (- 12 × m2 )

m1 = 168712.7850 + (-0.0656 × -144222.5119) + (-0.1700 × 198537.5453)

m1 = 144429.3773 kg-m

Tabel 2.10 Pemberesan Momen Parsiil Tahap 4

Momen Parsiil Nilai (kg-m) Momen Parsiil Nilai (kg-m)m1 144429.3773 ma -144435.5994m2 199056.8570 mb -199089.5146m3 167106.9375 mc -167007.0751

L1/48

m4 127232.0192 md -127504.4184m5 124659.0354 me -124690.0695m6 94447.3313 mf -94422.2238m7 102037.3236 mg -101978.5911m8 100174.7432 mh -100105.5359m9 100603.7065 mi -100564.1246m10 100521.1368 mj -100456.1535m11 100517.0077 mk -100480.5031m12 100554.7861 ml -100479.6244m14 100389.8094 mm -100458.6985m15 101090.4553 mn -100831.5575m16 98188.5574 mo -98253.1172m17 109934.1525 mp -109658.6195m18 62771.3868 mq -62828.5583

matap 251520.1645 mr -251413.5133

Tahap 5

m1 = m1° + (- 1a × ma ) + (- 12 × m2 )

m1 = 168712.7850 + (-0.0656 × -144435.5994) + (-0.1700 ×199056.8570)

m1 = 144355.0885 kg-m

Tabel 2.11 Pemberesan Momen Parsiil Tahap 5

Momen Parsiil Nilai (kg-m) Momen Parsiil Nilai (kg-m)m1 144355.0885 ma -144344.2547m2 199104.0564 mb -199092.9794m3 166957.3256 mc -166944.5357m4 127430.1054 md -127464.5815

L1/49

m5 124757.0241 me -124708.8521m6 94424.5515 mf -94417.4052m7 101988.9847 mg -101994.9795m8 100092.1489 mh -100103.5971m9 100555.7474 mi -100572.2830

m10 100451.5537 mj -100457.9732m11 100462.4234 mk -100483.4012m12 100502.4182 ml -100484.4607m14 100327.2225 mm -100392.1810m15 101053.4895 mn -101025.2150m16 98112.5406 mo -98185.7430m17 109921.3828 mp -109888.6519m18 62667.6240 mq -62708.6710

matap 251536.9504 mr -251558.3747

Tahap 6

m1 = m1° + (- 1a × ma ) + (- 12 × m2 )

m1 = 168712.7850 + (-0.0656 × -144435.5994) + (-0.1700 ×199056.8570)

m1 = 144341.0721 kg-m

Tabel 2.12 Pemberesan Momen Parsiil Tahap 6

Momen Parsiil Nilai (kg-m) Momen Parsiil Nilai (kg-m)m1 144341.0721 ma -144342.7461m2 199112.3398 mb -199110.2190m3 166938.4680 mc -166939.9672m4 127470.4224 md -127474.5383m5 124723.9310 me -124713.9149

L1/50

m6 94401.6146 mf -94411.3844m7 101992.5114 mg -101994.1135m8 100098.8811 mh -100097.4646m9 100572.3540 mi -100570.6256m10 100459.1747 mj -100453.8987m11 100475.1639 mk -100480.2520m12 100514.0222 ml -100497.1174m14 100332.8048 mm -100342.8169m15 101068.6926 mn -101049.1957m16 98112.7400 mo -98125.0231m17 109942.5708 mp -109928.1775m18 62658.1898 mq -62661.9428

matap 251580.6285 mr -251578.7917

Tahap 7

m1 = m1° + (- 1a × ma ) + (- 12 × m2 )

m1 = 168712.7850 + (-0.0656 × -144342.7461) + (-0.1700 ×199112.3398)

m1 = 144339.5651 kg-m

Tabel 2.13 Pemberesan Momen Parsiil Tahap 7

Momen Parsiil Nilai (kg-m) Momen Parsiil Nilai (kg-m)m1 144339.5651 ma -144339.7169m2 199113.5453 mb -199112.4812m3 166935.0955 mc -166935.7897m4 127476.7376 md -127477.0007m5 124714.4438 me -124712.9213m6 94407.7494 mf -94410.5465

L1/51

m7 101997.8526 mg -101995.8584m8 100098.2626 mh -100097.8126m9 100571.6901 mi -100572.3620m10 100455.8489 mj -100454.6293m11 100473.6700 mk -100477.9660m12 100512.5488 ml -100509.2537m14 100329.6548 mm -100335.0781m15 101069.3362 mn -101065.2718m16 98108.2082 mo -98112.6510m17 109944.6843 mp -109942.4961m18 62652.0101 mq -62653.6919

matap 251585.1663 mr -251586.4041

Tahap 8

m1 = m1° + (- 1a × ma ) + (- 12 × m2 )

m1 = 168712.7850 + (-0.0656 × -144339.7169 ) + (-0.1700 ×199113.5453)

m1 = 144339.1615 kg-m

Tabel 2.14 Pemberesan Momen Parsiil Tahap 8

Momen Parsiil Nilai (kg-m) Momen Parsiil Nilai (kg-m)m1 144339.1615 ma -144339.3059m2 199113.8385 mb -199113.5403m3 166934.5090 mc -166934.7563m4 127477.9272 md -127477.8565m5 124712.5955 me -124712.3906m6 94410.1061 mf -94410.6110m7 101996.7737 mg -101996.0581

L1/52

m8 100097.0212 mh -100097.3476m9 100571.8091 mi -100572.2666m10 100455.9098 mj -100454.9782m11 100474.1457 mk -100475.1039m12 100513.0373 ml -100511.5342m14 100329.5142 mm -100330.8180m15 101070.3968 mn -101069.0110m16 98107.5121 mo -98108.3820m17 109946.1200 mp -109945.3997m18 62650.8071 mq -62651.0126

matap 251587.7978 mr -251587.9267

C. Perhitungan Momen Akhir

Dari hasil perhitungan pemberesan momen parsiil pada tahapan sebelumnya,

dicapai hasil konvergensi pada langkah ke-8. Besarnya jumlah momen-momen akhir

dari struktur pada satu titik temu sama dengan nol.

Pada struktur yang ditinjau yaitu pada portal batang C25 dan batang C28 terdapat

36 titik temu ditambah titik A dan titik B pada dasar tumpuan jepit.

- Titik A

MA1 = kA1 × ((2×mA) + m1) +

MA1 = 0.0079 × ((2×0) + 144339.1615) + 0

MA1 = 1140.458 kg-m

- Titik B

MBa = kBa × ((2×mB) + ma) +

MBa = 0.0079 × ((2×0) + -144339.3059) + 0

MBa = -1140.459 kg-m

- Titik 1

M1A = k1A × ((2×m1) + mA) +

L1/53

M1A = 0.0079 × ((2×144339.1615) + 0) + 0 = 2280.9151 kg-m

M1a = k1a × ((2×m1) + ma) +

M1a = 0.002 × ((2×144339.1615) - 144339.3059 ) - 5041.605 = - 4758.5873 kg-m

M12 = k12 × ((2×m1) + m2) +

M12 = 0.0051 × ((2×144339.1615) +199113.8385 ) + 0 = 2477.6745 kg-m

Jumlah momen pada titik 1 = M1A + M1a + M12

Jumlah momen pada titik 1 = 2280.9151 kg-m - 4758.5873 kg-m + 2477.6745 kg-m

Jumlah momen pada titik 1 = 0 OK!

Nilai momen pada batang kanan dengan batang kiri pada lantai yang sama

seperti momen MA1 pada titik A dan momen MBa pada titik B adalah sama. Yang

membedakannya hanyalah nilai +/- atau arah gaya momennya saja. Lakukan perhitungan

yang sama untuk semua titik temu pada portal C25-C28 hingga diperoleh semua nilai

momen akhir setiap batang baik batang kolom maupun batang balok.

Tabel 2.15 Momen Akhir Portal C25

Titik Temu Nama Batang Momen Akhir (kg-m)A MA1 1140.4576B MBa -1140.45871 M1A 2280.9151  M1a -4758.5873  M12 2477.67452 M21 2755.8951  M2b -5626.5601  M23 2870.66513 M32 2707.2145

L1/54

  M3c -5689.6579  M34 2982.44494 M43 2727.3720  M4d -5181.7981  M45 2454.42235 M54 2436.5454  M5e -5187.2201  M56 2750.68246 M65 2508.2625  M6f -4834.8131  M67 2326.53597 M76 2387.2292  M7g -4819.9349  M78 2432.72458 M87 2417.5265  M8h -4823.6620  M89 2406.12689 M98 2409.9251  M9i -4822.7313  M910 2412.7962

10 M109 2411.8690  M10j -4822.9558  M1011 2411.0877

11 M1110 2411.2336  M11k -4822.9238  M1112 2411.6906

12 M1211 2412.0018  M12l -4822.8427  M1214 2410.8447

Lanjutan Tabel 2.15 Momen Akhir Portal C25

Titik Temu Nama Batang Momen Akhir (kg-m)14 M1412 2409.3765  M14m -4823.2080  M1415 2413.8354

15 M1514 2419.7625  M15n -4821.7500  M1516 2401.9864

16 M1615 2378.2834  M16o -4827.5640  M1617 2449.2892

17 M1716 2543.9980  M17p -4804.3480

L1/55

  M1718 2260.344418 M1817 1881.9819  M18q -4897.0857  M18atap 3015.1153

atap Matap18 4526.6112  Matapr -4526.6208

Dari data perhitungan manual yang diperolah dapat disimpulkan bahwa nilai

momen yang diperoleh perhitungan manual memiliki kemiripan dengan nilai momen

yang dihasilkan dari program ETABS. Walaupun tidak memiliki nilai yang mirip

sempurna tetapi nilai momen maksimum tiap lantai tidak beda jauh. Hal ini dikarenakan

pada perhitungan manual hanya diambil bentuk portal sebagian dari seluruh portal

bangunan yang ada. Akibatnya kekakuan-kekakuan dari batang-batang di sekeliling

tidak dapat dimasukkan semuanya.

DENAH LANTAI 1-LANTAI ATAP BANGUNAN BINUS SQUARE

L1/56

Gambar 3.1 Denah Lantai 1

L1/57

Gambar 3.2 Denah Lantai 2

L1/58

Gambar 3.3 Denah Lantai 3

L1/59

Gambar 3.4 Denah Lantai 4

L1/60

Gambar 3.5 Denah Lantai 5

L1/61

Gambar 3.6 Denah Lantai 6

L1/62

Gambar 3.7 Denah Lantai 7

L1/63

Gambar 3.8 Denah Lantai 8

L1/64

Gambar 3.9 Denah Lantai 9

L1/65

Gambar 3.10 Denah Lantai 10

L1/66

Gambar 3.11 Denah Lantai 11

L1/67

Gambar 3.12 Denah Lantai 12

L1/68

Gambar 3.14 Denah Lantai 14

L1/69

Gambar 3.15 Denah Lantai 15

L1/70

Gambar 3.16 Denah Lantai 16

L1/71

Gambar 3.17 Denah Lantai 17

L1/72

Gambar 3.18 Denah Lantai 1

L1/73

8

Gambar 3.19 Denah Lantai Atap

L1/74

DENAH TULANGAN KOLOM DAN SHEAR WALL

Gambar 4.1 Denah Tulangan Kolom dan Shear Wall Lurus

L1/75

Gambar 4.2 Denah Tulangan Shear Wall SW LIFT

Gambar 4.3 Denah Tulangan Shear Wall SW BSR ATAS KANAN

L1/76

Gambar 4.4 Denah Tulangan Shear Wall SW BSR ATAS KIRI

Gambar 4.5 Denah Tulangan Shear Wall SW BSR BAWAH KANAN

L1/77

Gambar 4.6 Denah Tulangan Shear Wall SW BSR BAWAH KIRI